Perayaan Sabda Hari Minggu dan Hari Raya (PSHMR) ini adalah bekal untuk mahasiswa PPL Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti agar dapat memimpin ibadah dengan baik.
PSHMR Katolik by. Pastor Lukas (Dosen Homilitika) Angkatan 2020
1. Paus Yoh. Paulus II Tahun 2003 dalam enskilik
“Dies de Eucharistia” no : 32 menandaskan ,
“Bila suatu jemaat tak mempunyai imam ,
perayaan minggu hendaknya tetap berlangsung
saat itu dilakukan “ibadat Sabda”. Memang
sifatnya sementara. Ide ini dituanglan dalam
Intsruksi Redempsionis Sacramentum pada
tahun 2004 dengan mengatakan “perayaan
sejenis ini sama sekali tidak boleh dipandang
sebagai hal yang biasa” (No.164)
2. EMPAT BAGIAN BESAR PSHMR
1. RITUS PEMBUKA
2. LITURGI SABDA
3. RITUS KOMUNI DENGAN DUA
PILIHAN (ADA KOMUNI ATAU
TAMPA KOMUNI)
4. RITUS PENUTUP
3. BAGIAN INTI DARI PSHMR
1. LITURGI SABDA
2. RITUS KOMUNI, BAIK ITU ADA KOMUNI MAUPUN
TANPA KOMUNI
4. I. Ritus Pembuka
1. Persiapan
2. Perarakan Masuk dan Lagu Pembuka
3. Tanda Salib (oleh P1)
4. Salam (oleh P1)
KET:
P 1 = Pemandu 1
P 2 = Pemandu 2
5. untuk setiap perayaan disediakan Kata
Pembuka. Tujuan membantu pemandu. Kata
pembuka cukup panjang namun MR 2002
menganjurkan agar kata pembuka sungguh
singkat. Akan lebih baik jika pemandu
membuat kata pengantar yang sesuai
dengan situasi di stasi tsb.
5. Kata Pembuka (oleh P.2)
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
Bagian: Ritus Pembuka
6. 6. Tobat & Permohonan Ampun (P1)
lalu memohon absolusi (P1) yang rumusan
cara 2 sama dengan TPE saat mana imam
memberi absolusi. Baik itu dengan kata
“memohon” dan “memberi” dalam rubrik,
dalam praktenya umat aka memahami
perbedaan antara pemandu (awam) dengan
pemimpin (Imam)
7. Tuhan Kasihanilah oleh P1 bergantian
dengan umat
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
Bagian: Ritus Pembuka
7. 8 Kemuliaan – diawali oleh P1
9 Doa Pembuka (Collecta)– oleh P1
Dapat dikatakan – Ritus Pembuka PSHMR pada
dasarnya sama MR 2002 perbedaan yang
sungguh signifikan hanyalah pada petugas :
PSHMR dipandu oleh awam, Perayaan Ekaristi
dipimpin oleh Imam. Menurut Pedoman Umum
Misale Romawi 46 (PUMR), “Tujuan semuanya
ini ialah mempersatukan umat yang berhimpun
dan mempersiapkan mereka, supaya dapat
mendengarkan Sabda Allah penuh perhatian”.
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
Bagian: Ritus Pembuka
8. 1. Ajakan: PSHMR menyisipkan lagu sesuai
doa pembuka sebelum Bacaan Pertama.
Pedoman khusus 22 menyatakan “Sebelum
Bacaan Pertama disediakan lagu khusus
untuk mempersiapkan umat mendengarkan
Sabda”. Peran lagu khusus ini untuk
membedakan perayaan Sabda dengan
perayaan Ekaristi”.
II. Liturgi Sabda
9. 2. Bacaan Pertama: lalu hening.
3. Mzm tanggapan: pemazmur di mimbar.
4. Alleluya/Bait Pengantar Injil: rubrik
mengatakan : “solis menyanyikan Alleluya/Bait
Pengantar Injil-dari tempat umat”. Tidak ada
penjelasan mengapa demikian dan bukan di
mimbar. Demikian juga mengapa pelayan-
pelayan / ajudan mengambil lilin dari sakristi
dan bukan dari lilin yang sudah dinyalakan di
altar untuk mengirng P2 ke mimbar untuk
meeartakan Injil.
5. Bacaan Injil (P2): tidak ada Salam seperti pada
Perayaan Ekaristi.
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
10. 6. Aklamasi sesudah Injil: dan dilanjutkan dengan
Pujian Sabda. Pujian Sabda menurut Puji
Syukur (hal. 329) dinyanyikan sesudah Khotbah
dan bukan sesudah aklamasi Injil.
7. Khotbah : oleh salah seorang pemandu. Istilah
khotbah itu umum, sementara homili khusus
untuk liturgi.
8. Hening
9. Syahadat (Nicea Konstatinopel atau Para Rasul)
10.Doa Umat: oleh P1 atau P2 yg tidak berkotbah
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
11. 11. Kolekte: Perwujudan cinta kepada sang
Sabda dan dan kepada sesama yang
berkekurangan. Kolekte diletakkan di depan
Mimbar: tujuan / maksudnya demikian –
mengarahkan pengertian umat bahwa
kolekte itu bukanlah bagian persembahan
seperti saat Perayaan Ekaristi, sehingga ide
persembahan saat PSHMR dihindari
sebagaimana diharapkan Pedoman Umum.
12. Doa Pujian – oleh P1 dan P2 menghadap
altar.
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
12. 1. Bapa Kami (oleh P1)
2. Salam Damai (oleh P2): dalam
PENGHUNJUKKAN HOSTI : “Inilah
Anak Domba Allah…”.
3. Komuni
4. Mazmur Pujian dan Syukur:
disediakan 7 pilihan
III. Ritus Komuni
A. Dengan Komuni
13. B. Tanpa Komuni
1. Bapa Kami (oleh P1)
2. Salam Damai (oleh P2):
3. Doa Komuni Batin
4. Mazmur Pujian dan Syukur:
disediakan 7 pilihan
Lanjutan…Penjelasan Empat Kerangka PSHMR
14. 1. Pengumuman
2. Amanat Sabda: disediakan untuk semua perayaan,
akan sangat membantu pemandu. Rumusannya cukup
panjang. Boleh jadi di sini terkesan ada khotbah ke tiga
apalagi kata pembuka cukup panjang.
3. Doa Penutup : disusun khusus untuk PSHMR – bukan
diambil dari rumusan Misale Romawi.
4. Mohon berkat Tuhan
5. Pengutusan
6. Perarakan Keluar
IV. Ritus Penutup
15. Peran dan Fungsi Pemandu
Awam pemandu PSHMR tidak disebut sebagai
“pemimpin” dan hendaknya lebih dari satu
orang (P1 + P2 bila memungkinkan). Ketentuan
ini menegaskan bahwa pemandu bukanlah
membawakan pribadi Kristus sebagai pemimpin
dan Gembala, melainkan mereka adalah bagian
dari umat yang menjalankan tugas ditengah
umat beriman.
16. Mereka melaksanakan tugas ini termasuk
membagikan hosti kudus bukan atas dasar
tabisan melainkan atas dasar pembaptisan dan
krisma.
Gagasan teologis ini memungkinkan awam baik
laki-laki maupun perempuan (Pedoman Umum
30) menjadi pemandu. Syaratnya ialah mereka
hidup seturut Injil dan diterima dengan baik
oleh umat beriman lalu diberi pendidikan
berlanjut.
Lanjutan: Fungsi & Peran Pemandu
17. Pemandu bertugas sebagai koordinator
bagi para petugas lainnya. Karena itu
pemandu wajib memperhatikan rubrik
dan bertindak seturut isinya,
menunaikan tugas dengan tulus ikhlas
dan seksama sebagaimana layak untu
pelayanan yg betitu luhur (pedoman
umum 30).
Harus menghindari kesan bahwa
pemandu PSHMR seakan-akan adalah
imam.
Lanjutan: Fungsi & Peran Pemandu
18. Untuk memelihara gagasan teologis bahwa
pemandu adalah pelayan yang bukan- Imam
maka :
1. Pemandu dilarang menggunakan ungkapan-
ungkapan yang dikhususkan bagi imam dan
diakon. Karena ibadat Sabda biasanya
dipimpin oleh awam, maka segala tata gerak
dan pemberi salam yang khas imam
sebaiknya tidak dilaksanakan.
Awam pemandu disini bertindak sebagai
salah satu diantara sesama saudara.
Lanjutan: Fungsi & Peran Pemandu
No. 1 Lanjut slide berikutnya
19. Misalnya salam “Tuhan bersamamu” itu
dikhususkan untuk imam, untuk awam
pemandu “Semoga Tuhan memberkati
kita atau Marilah kita memuji Tuhan”,
juga memberkati atau menumpangkan
tangan atau mengenakan stola adalah
khas untuk kaum tertahbis.
Lanjutan no. 1
20. 2. Pedoman Umum 40 : pemandu tidak
boleh duduk di kursi pemimpin, tetapi di
luar panti imam. Altar hanya untuk
meletakkan hosti kudus.
3. Hendaknya petugas awam mengenakan
pakaian yang pantas, atau pakaian yang
dianjurkan oleh Uskup. Bila
dilangsungkan perayaan ekaristi tidak
boleh duduk dikursi pemimpin, tetapi di
kursi yang disiapkan secara khusus
untuknya di luar panti imam.
21. Pemandu sebagai pelayan dapat
diibaratkan sebagai “aktor” utama
penentu PSHMR akan mengena atau
tidak di hati umat.
22. Penutup
PSHMR dipersiapan pengadaannya 6-7 tahun.
Pengadaannya tersebut sbg tanda konkrit sikap
tanggapan pastoral dari pemimpin gereja. Agar
dapat menggunakan PSHMR dengan baik
dibutuhkan waktu dan perlu disosialisasikan.
23. Dengan harinya buku PSHMR ini
umat beriman pada hari minggu
mengenang misteri kebangkitan
Tuhan semakin terjamin di setiap
Stasi, sekalipun tanpa kehadiran
seorang imam.
24. Dalam Sacrosantum Concilium (SC) no. 7;
ditegasakan tentang kehadiran Kristus
terutama dalam kegiatan-kegiatan liturgi,
yaitu;
1. Ia hadir dalam Korban Misa, baik dalam pribadi
pelayan maupun terutama dalam rupa Ekaristi.
2. Ia hadir dalam Sakramen-sakramen, sehingga
bila ada orang yang membaptis, Kristus
sendirilah yang membaptis
25. 3. Ia hadir dalam sabdanya, sebab ia
sendiri bersabda bila Kitab Suci
dibacakan dalam Gereja.
4. Akhirnya ia hadir, sementara Gereja
memohon dan bermazmur, karena ia
sendiri berjanji: “bila dua atau tiga
orang berkumpul dalam namaku, disitu
aku berada diantara mereka” (Mat.
18:20).
26. Dengan ini PSHMR memberi
keuntungan-keuntungan bahwa nilai
perayaan sabda semakin dijunjung
tinggi, penting perayaan sabda
sebagai cara menghayati kehadiran
Tuhan di tengah-tengah kita semakin
penting atau disadari.
27. Karena itu penting sekali untuk mendidik dan
melatih para lektor di bidang Kitab Suci dan
liturgi, mengajarkan mereka bagaimana cara
mewartakan, memperhatiakan pentingnya
mimbar, buku bacaan dan martabatnya,
perarakan dengan Injil, homili, doa universal,
dan lebih mengaktifkan awam dan
terjaminnya pertemuan hari minggu paskah
mingguan.