SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Prospek Perekonomian Indonesia 2011 Menuju
“Investment Grade” dan Faktor-Faktor Penghambat
Investasi di Indonesia
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal
Dosen Pengampu :
Drs. Ibnu Qizam, SE, MSi., Akt
Disusun Oleh :
IFFA NAZULA TABAHATI
KUI - A / 08390074
PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
I. PENDAHULUAN
Peringkat investasi atau investment grade adalah kelaikan yang
diberikan kepada suatu obligasi dimana obligasi yang mendapatkan peringkat
dari lembaga pemeringkat resmi yaitu :
 BBB- atau lebih tinggi dari Standard & Poor's
 Baa3 atau lebih tinggi dari Moody's
 BBB atau lebih tinggi dari DBRS
Pada umumnya obligasi yang dinyatakan memiliki peringkat investasi
adalah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan sehingga perbankan
diperkenankan untuk melakukan investasi pada obligasi tersebut.
Sebagai kebalikan dari obligasi peringkat investasi ini yaitu junk bond atau
obligasi dengan risiko tinggi.
Di Indonesia
Berdasarkan surat edaran yang dibuat oleh Bank Indonesia kepada seluruh
bank umum di Indonesia yaitu surat edaran nomor 7/8/DPNP Tanggal 31
Maret 2005 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank
Indonesia maka ditetapkan peringkat minimum berdasarkan hasil penilaian
dan pemantauan terhadap pemenuhan kriteria penilaian yang ditetapkan
sebagai berikut :
Surat berharga yang dimiliki bank dalam kategori kualifikasi dan dinilai lancar
Lembaga pemeringkat
Surat berharga
jangka pendek
Surat berharga jangka
menengah dan panjang
Moody's P-3 Baa3
Standard & Poor's A-3 BBB-
Fitch Ratings F3 BBB-
Pemeringkat Efek Indonesia idA4 idBBB-
Moody’s Indonesia (d/h Kasnic
rating Indonesia)
K-4 BBB-
Surat berharga yang dimiliki bank digolongkan kurang lancar
Lembaga pemeringkat
Surat berharga
jangka pendek
Surat berharga jangka
menengah dan panjang
Moody's NP Ba1
Standard & Poor's B BB+
Fitch Ratings B BB+
Pemeringkat Efek Indonesia idB idBB+
Moody’s Indonesia (d/h Kasnic
rating Indonesia)
K-5 BB+
II. MASALAH
Indonesia diperkirakan akan mendapatkan peringkat investasi
(investment grade) di tahun depan (2011) yang diberikan International Rating
Agency kepada negara-negara yang mampu dan mau membayar utang.
Ekonomist Research Makro, Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra
mengatakan apabila ekonomi sebuah negara dianggap cukup kuat, stabil,
mampu bayar utang, dan memiliki keinginan untuk membayar utang, negara
tersebut akan diberikan peringkat layak investasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan menunjukkan bahwa bila
suatu negara mendapat peringkat layak investasi yang terjadi ialah range
premium atau imbal hasil yang diminta oleh investor untuk berinvestasi di
negara tersebut menurun, dampaknya yaitu tentunya investasi bagi negara-
negara yang mendapatkan investment grade akan tumbuh lebih cepat.
Indonesia sendiri, menurut Aldian, sebenarnya dulu telah mendapatkan
investment grade sebelum krisis Asia pada tahun 1997. Di tahun 1993-1996
dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7,9 persen. Sementara itu,
pada 2001-2009 pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,1 persen.
Lalu permasalahannya, apakah Indonesia mampu meraih investment
grade di tahun 2011? Selain bersikap optimis, nampaknya kita juga perlu
bertanya faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kita masuk ke level
investasi?
III. PEMBAHASAN
Apakah Indonesia mampu meraih investment grade di tahun 2011?
Indonesia harus tetap optimis menghadapi tahun 2011, karena negeri
ini merupakan salah satu target investasi yang menjanjikan. Namun, tetap
harus waspada, karena ada beberapa “tantangan struktural” yang juga serius.
Kegagalan kita mengelola persoalan-persoalan mendasar, justru akan
menjebak kita. Kita hanya akan menjadi bangsa yang labil, karena hanya
menjadi target investasi portofolio jangka pendek. Jika kita tengok kondisi
sektor finansial kita, yang meliputi pasar modal, uang, utang dan perbankan,
nampaknya tak ada yang mengkuatirkan. Secara umum, peringkat investasi
Indonesia terus meningkat, seiring dengan semakin turunnya credit default
swap (CDS) sebagai cermin dari risiko investasi.
Bahkan, Japan Credit Rating Agency Ltd., (JCRA) telah menaikkan
peringkat Indonesia ke level “investment grade” atau BBB- pada bulan Juli
lalu. Tidak menutup kemungkinan, lembaga pemeringkat lainnya juga akan
menaikkan rating Indonesia di tahun 2011. Sementara ini, Moody’s masih
menempatkan Indonesia dalam 2 tingkat di bawah level investasi (Ba2) dalam
evaluasinya Juni lalu. Demikian pula S&P menaikkan rating Indonesia dari
BB menjadi BB+. Artinya, dalam 12 bulan mendatang, peringkat Indonesia
memiliki peluang besar untuk naik menjadi BBB- atau layak investasi
(investment grade). Dan, Fitch Rating juga menempatkan Indonesia pada satu
tingkat di bawah investment grade, yaitu BB+.
Berdasarkan penelitian Ekonomist Research Makro, Mandiri Sekuritas,
Aldian Taloputra, dengan melihat beberapa indikator makro ekonomi yang
dianggap dapat memengaruhi penentuan peringkat, ia mencoba
membandingkan beberapa variabel seperti inflasi, GDP per kapita,
pertumbuhan ekonomi, rasio utang pemerintah terhadap pendapatan
pemerintah, saving, utang luar negeri dan nominal GDP dengan negara lain.
Dengan variabel tersebut, jika dibandingkan dengan negara lain,
Aldian menyimpulkan ternyata probabiltas Indonesia masuk ke rating BBB
yaitu tingkat investasi yang paling besar. "Jadi, kemungkinan besar Indonesia
dalam waktu dekat akan masuk ke investment grade," katanya.
Aldian juga melakukan melakukan observasi ke 33 negara dalam
rentang waktu 1990-2010 yang pernah di-upgrade ke investment grade, di
mana kondisinya sama seperti Indonesia yang tadinya di BB terus ke BBB
dengan membandingkan periode satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah
dan dua tahun sebelum dan sesudah. Hasilnya, yaitu terjadi perbaikan seperti
real interest rate yang menurun, level investasi naik, direct investment dan
foreign exchange reserve juga akan meningkat.
Yang berbeda adalah portofolio investment, menurut penelitianya,
portofolio investment setelah di-upgrade justru turun. Hal itu menurut Aldi,
berhubungan dengan spekulasi. Dana-dana portofolio investment yang masuk,
karena mereka mengharapkan Indonesia diupgrade dalam waktu dekat,
sehingga sudah banyak dana portofolio investasi ini yang masuk duluan
sebelum dapat rating upgrade.
"Jadi, mungkin itu alasan kenapa portofolio investasi trennya
berlawanan dari yang kita inginkan," kata Aldi. Dia menyimpulkan, dengan
peringkat investasi ini menjadi faktor yang akan mendorong investasi di tahun
depan.
Perbaikan peringkat Indonesia ini merupakan pengakuan dari adanya
perbaikan risiko kredit yang dilakukan melalui disiplin fiskal dan penurunan
rasio hutang. Namun, masih rendahnya penerimaan negara dari sektor pajak
merupakan salah satu titik lemah yang menjadi kendala untuk peningkatan
peringkat. Prospek peringkat utang Indonesia adalah Stabil. Perbaikan
peringkat utang menjadi peringkat investasi akan tergantung pada berlanjutnya
perbaikan kebijakan, termasuk menjaga stabilitas moneter dan tingkat harga.
Reformasi untuk meningkatkan pendapatan fiskal serta terus membaiknya
fundamental ekonomi akan mendukung perbaikan profil kredit Indonesia.
Sementara itu, prospek perusahaan serta institusi keuangan di Asia juga
tampak lebih menjanjikan apabila dibandingkan dengan perusahaan dan
institusi keuangan di kawasan Eropa Barat and Amerika Serikat. Dampak
krisis ekonomi global terhadap ekonomi di kawasan Asia Tenggara
nampaknya lebih terbatas dan kinerja sebagian besar bank di negara-negara
kawasan ini relatif tahan terhadap guncangan kondisi ekonomi.
Meskipun kualitas aset sedikit menurun dan biaya kredit meningkat
secara moderat, namun laba sebelum pencadangan kredit mampu menyerap
kenaikan biaya-biaya tersebut tanpa mempengaruhi posisi permodalan bank.
Di tengah ambruknya sistem perbankan global, perbankan Indonesia
justru membukukan tingkat keuntungan yang tinggi, selain menunjukkan
tingkat kehati-hatian. Tingkat Net-Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia
yang mencapai angka sekitar 5,7 persen, merupakan angka paling tinggi
dibandingkan dengan negara-negara sekitar. Bandingkan dengan Singapura
yang NIM nya hanya sekitar 2 persen, Malaysia 2,3 persen, Thailand 3,3
persen. Jadi, tak salah jika para bankir asing sangat berminat masuk ke
Indonesia, di samping karena potensi pasarnya yang masih sangat luas.
Ternyata, tingkat profitabilitas yang tinggi juga ditopang oleh tingkat
kesehatan bank yang tinggi pula. Jika Basel Accord III diterapkan, dipastikan
sektor perbankan di Indonesia tidak akan mengalami masalah. Menurut data
Bank Indonesia yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2010, dari 113 bank
yang ada di Indonesia hanya 8 bank yang tingkat kecukupan modalnya
(capital adequacy ratio) di bawah 8 persen. Sehingga, untuk mengikuti aturan
Basel tentang modal utama atau Tier 1 Capital sebesar 4,5 persen yang harus
tercapai pada 2013) dan 6 persen pada 2019, tidak akan menjadi persoalan.
Gita Wirjawan, Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM)
bahkan optimis bahwa peringkat investasi akan disandang Indonesia di tahun
ini juga. Pandangannya jelas masuk akal bila melihat perkembangan selama
ini, apalagi Gita sebelumnya adalah investment banker di beberapa investment
bank raksasa dunia. Termasuk di Goldman Sach, yang chief economist-nya,
Jim O’Neill, memperkenalkan ‘istilah’ Bric di tahun 2001. Gita tentu tahu
persis sudut pandang dan cara pikir para pemilik modal, dan memang terbilang
cukup sukses ‘memasarkan’ investasi di Indonesia (lihat juga: ‘Cara Gita
Memasarkan Indonesia’). Tema ‘Invest in Remarkable Indonesia’ kini tersebar
dimana-mana, mulai dari Youtube, TV CNBC, Bloomberg hingga berupa
booklet di hotel dan kursi pesawat Garuda.
Dengan menyandang peringkat investasi, artinya investor menilai
bahwa risiko Indonesia sudah lebih rendah. Dengan begitu, biaya
pembangunan tentunya akan lebih murah. Bunga pinjaman untuk menjalankan
usaha di Indonesia seharusnya juga akan lebih rendah, termasuk suku bunga
Pemerintah untuk menerbitkan surat utang guna membiayai anggaran. Saat ini
saja misalnya, suku bunga (imbal hasil) surat utang pemerintah berjangka
waktu 10 tahun sekitar 7,4%, turun sekitar 4,5% dari tingkat bunga (yield)
awal tahun 2009.
faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kita masuk ke level
investasi?
Kondisi investasi Indonesia sangat buruk dibandingkan dengan negara
regional di ASEAN. CPEES yang melakukan survei terkait hal ini
menguraikan beberapa penyebabnya.
- Pertama, banyaknya lembaga terkait yang melakukan korupsi.
- Kedua, saat investor ingin bekerja sama dengan Indonesia, investor harus
melakukan kontrak dengan pemerintah, seperti dengan Kementerian
BUMN. Inilah yang menghambat investasi di Indonesia karena masih
berkonsep business to government
- Ketiga, peraturan yang tidak mendukung. Salah satunya, yakni UU Nomor
22 Tahun 2001 yang secara garis besar menyebutkan pada saat investor
ingin mencari sumber minyak, investor harus membayar pajak terlebih
dahulu sebelum menemukan sumber minyak itu.
Pada prinsipnya, ada dua bidang besar yang masih menjadi kendala
perekonomian kita untuk masuk dalam kriteria perekonomian yang kuat.
Tantangan pertama terkait dengan masih relatif kecilnya proporsi sektor
keuangan kita terhadap skala perekonomian kita yang sangat besar. Dengan
demikian, isu financial deepening masih sangat relevan untuk direspon.
Perekonomian maju salah satunya ditandai dengan penetrasi sektor keuangan
yang cukup dalam terhadap dinamika perekonomian. Dalam laporan Bank
Dunia, Financial Access 2010, terlihat bahwa jumlah penabung per 1.000
orang di Indonesia masih sangat kecil, yaitu di bawah 1.000.
Sementara, Thailand sudah mencapai sekitar 1.500. Bahkan Malaysia
sudah lebih dari 3.000. Kecenderungan yang sama juga terjadi dalam hal
jumlah pinjaman per 1.000 penduduk. Kita sejajar dengan Kamboja dan
Mongolia, dan tertinggal jauh dari Malaysia. Bahkan kita jauh di bawah angka
rata-rata untuk negara sedang berkembang. Data lain yang juga menunjukkan
“dangkalnya” sektor finansial di Indonesia adalah rasio jumlah uang beredar
(broad money/M2) terhadap PDB yang juga masih kecil, dan bahkan ada
kecenderungan semakin mengecil hingga tahun 2007 lalu. Tentu saja, hal ini
perlu mendapatkan perhatian serius dari otoritas moneter dan pemerintah.
Terkait dengan rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
pertanyaan yang layak diajukan, siapa nanti yang akan bertanggungjawab
mendorong financial deepening?
Persoalan struktural kedua terkait dengan tingkat daya saing sektor riil
kita yang masih relatif buruk. Meski World Economic Forum (WEF) dalam
“World Competitiveness Report” telah menaikkan indeks daya saing kita dari
54 menuju 44 untuk periode 2010-2011 ini, tetapi tidak serta-merta terjadi
perubahan mendasar.
Dari laporan tersebut, terlihat bahwa membaiknya tingkat daya saing
kita lebih didorong oleh perbaikan faktor-faktor makro ekonomi, seperti
tingkat inflasi yang terjaga, pertumbuhan yang relatif tinggi di tengah krisis
global, suku bunga yang reletif rendah dsb. Namun, kalau kita tengok sisi
fundamental dari daya saing, seperti ketersediaan infrastruktur, dukungan
birokrasi serta kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat, kita masih
terbilang buruk.
Dengan demikian, masih ada banyak pekerjaan yang diselesaikan
untuk benar-benar meningkatkan daya saing kita. Bisa jadi, kalau kita hanya
bertumpu pada stabilitas makro, tahun depan kembali melorot, kalau terjadi
goncangan pada sisi makro ekonomi. Tanpa perbaikan infrastruktur,
ketersediaan sumber daya energi serta dukungan birokrasi, sektor riil pada
dasarnya tidak akan bergerak cepat. Dan jika itu terjadi, stabilitas sektor
finansial tidak akan berarti banyak dalam peningkatan kapasitas ekonomi.
Konkritnya, tidak akan ada pergerakan sektor produksi yang meningkatkan
daya beli masyarakat, dan akhirnya kemampuan membayar pajak. Jika siklus
ini gagal dicapai, maka investment grade tidak akan ada artinya.
IV. KESIMPULAN
Secara umum, prospek perekonomian Indonesia tahun 2011 sangat
menjanjikan. Dan dengan demikian, potensi untuk memperolah gelar
investment grade bukanlah hal yang mustahil. Tetapi, tetap saja ada persoalan-
persoalan yang harus segera diatasi. Dan jika tidak, lagi-lagi kita berpotensi
akan kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya, di berbagai bidang.
Penilaian atas Indonesia oleh World Economic Forum (WEF) ini
sejalan dengan penilaian yang diberikan oleh beberapa lembaga internasional,
termasuk lembaga pemeringkat (rating agency). Tiga lembaga pemeringkat
terkemuka, Fitch, S&P dan Moody’s sudah menempatkan peringkat investasi
Indonesia satu tingkat (notch) di bawah investment grade. Banyak kalangan
menilai tinggal tunggu waktu untuk secara ‘de jure‘ masuk kategori
investment grade. Bahkan, lembaga pemeringkat dari Jepang, Japan Credit
rating Agency (JCRA), sejak Juli tahun 2010 lalu, sudah memasukkan
Indonesia ke dalam kelas investment grade. Peringkat yang disandang
Indonesia sebelum dihantam krisis moneter tahun 1998 yang lalu. Namun
demikian, JCRA sejauh ini belum menjadi rujukan utama bagi investor di
pasar keuangan internasional.
V. REKOMENDASI
Jika pemerintah gagal mendinamisir sektor produksi, melalui
peningkatan kapasitas investasi riil, dikuatirkan potensi investment grade yang
sudah di depan mata juga tidak bisa diraih. Lembaga pemeringkat tentu tidak
bisa dikelabui dengan menutup fakta-fakta riil di lapangan. Kalaupun sekarang
modal asing masuk deras, itu bukan semata-mata karena alasan fundamental
ekonomi domestik, tetapi juga faktor eksternal.
Dan jika perbaikan struktural gagal dicapai oleh Indonesia, sebenarnya
perekonomian kita hanya layak untuk menanam modal portofolio saja, yang
bisa angkat kali sewaktu-waktu ada dorongan, baik dari sisi domestik maupun
global. Tahun 2011 adalah penentuan, apakah potensi ekonomi Indonesia akan
benar-benar terealisasi, atau sekedar ilusi. Dan untuk tidak membuat ilusi,
maka pekerjaan konkrit sudah menunggu: membangun infrastruktur,
mereformasi birokrasi, merancang kebijakan energi, pengembangan industri
dan sebagainya.
VI. DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomi.kompasiana.com
http://tempointeraktif.com
http://wikipedia.org
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/
http://agenpos.com

More Related Content

What's hot

ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...Abida Muttaqiena
 
130603 market outlook bulan juni
130603 market outlook bulan juni130603 market outlook bulan juni
130603 market outlook bulan juniSatrio Utomo
 
130628 market outlook bulan juli
130628 market outlook bulan juli130628 market outlook bulan juli
130628 market outlook bulan juliSatrio Utomo
 
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIAPENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIARachardy Andriyanto
 
Equity capital market by ka mahaswara
Equity capital market by ka mahaswaraEquity capital market by ka mahaswara
Equity capital market by ka mahaswaraKa Mahaswara
 

What's hot (11)

Tugas modal asing dan utang negara
Tugas modal asing dan utang negaraTugas modal asing dan utang negara
Tugas modal asing dan utang negara
 
Makalah investasi
Makalah investasiMakalah investasi
Makalah investasi
 
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
ANALISIS PENGARUH PDB, INFLASI, TINGKAT BUNGA, DAN NILAI TUKAR TERHADAP DANA ...
 
130603 market outlook bulan juni
130603 market outlook bulan juni130603 market outlook bulan juni
130603 market outlook bulan juni
 
130628 market outlook bulan juli
130628 market outlook bulan juli130628 market outlook bulan juli
130628 market outlook bulan juli
 
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIAPENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
PENANAMAN MODAL ASING DALAM RANGKA INVESTASI DI INDONESIA
 
Equity capital market by ka mahaswara
Equity capital market by ka mahaswaraEquity capital market by ka mahaswara
Equity capital market by ka mahaswara
 
Teori investasi
Teori investasiTeori investasi
Teori investasi
 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
 
2431 4424-1-sm
2431 4424-1-sm2431 4424-1-sm
2431 4424-1-sm
 
pdp Hutang negara
pdp Hutang negarapdp Hutang negara
pdp Hutang negara
 

Viewers also liked

Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologiMemperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologiIffa Tabahati
 
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasional
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasionalPeran investasi dalam pembangunan ekonomi nasional
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasionalIffa Tabahati
 
Bab i anggaran sebagai peralatan manajemen
Bab i   anggaran sebagai peralatan manajemenBab i   anggaran sebagai peralatan manajemen
Bab i anggaran sebagai peralatan manajemenIffa Tabahati
 
Uu no.38 pengelolaan zakat
Uu no.38 pengelolaan zakatUu no.38 pengelolaan zakat
Uu no.38 pengelolaan zakatIffa Tabahati
 
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...Sumandro C
 
Tan awan researchers
Tan awan researchersTan awan researchers
Tan awan researchersIvee Bongosia
 
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare Facility
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare FacilityMedical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare Facility
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare FacilityChampak Pol
 
Talk in Institutionalised Settings
Talk in Institutionalised SettingsTalk in Institutionalised Settings
Talk in Institutionalised SettingsAmy Roberts
 
Byron ruiz tics y web2.0
Byron ruiz  tics y web2.0Byron ruiz  tics y web2.0
Byron ruiz tics y web2.0PCS Services
 
Fallo Ley de Medios a la Corte
Fallo Ley de Medios a la Corte Fallo Ley de Medios a la Corte
Fallo Ley de Medios a la Corte Foro Blog
 
Dia mundial del agua
Dia mundial del aguaDia mundial del agua
Dia mundial del aguasuperstar2011
 

Viewers also liked (14)

Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologiMemperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
Memperkuat ekonomi rakyat lewat teknologi
 
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasional
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasionalPeran investasi dalam pembangunan ekonomi nasional
Peran investasi dalam pembangunan ekonomi nasional
 
Bab i anggaran sebagai peralatan manajemen
Bab i   anggaran sebagai peralatan manajemenBab i   anggaran sebagai peralatan manajemen
Bab i anggaran sebagai peralatan manajemen
 
Uu no.38 pengelolaan zakat
Uu no.38 pengelolaan zakatUu no.38 pengelolaan zakat
Uu no.38 pengelolaan zakat
 
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...
open data, open access, and (open) intermediaries // open sciences workshop /...
 
Tan awan researchers
Tan awan researchersTan awan researchers
Tan awan researchers
 
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare Facility
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare FacilityMedical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare Facility
Medical Transcription Service: Critical to the Success of a Healthcare Facility
 
The AUDRN Journey
The AUDRN JourneyThe AUDRN Journey
The AUDRN Journey
 
Talk in Institutionalised Settings
Talk in Institutionalised SettingsTalk in Institutionalised Settings
Talk in Institutionalised Settings
 
Byron ruiz tics y web2.0
Byron ruiz  tics y web2.0Byron ruiz  tics y web2.0
Byron ruiz tics y web2.0
 
Cases e causos
Cases e causosCases e causos
Cases e causos
 
Fallo Ley de Medios a la Corte
Fallo Ley de Medios a la Corte Fallo Ley de Medios a la Corte
Fallo Ley de Medios a la Corte
 
Dia mundial del agua
Dia mundial del aguaDia mundial del agua
Dia mundial del agua
 
Trabajo a distanci_ade_computacion
Trabajo a distanci_ade_computacionTrabajo a distanci_ade_computacion
Trabajo a distanci_ade_computacion
 

Similar to Prospek perekonomian indonesia 2011 menuju investment grade

Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010
Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010
Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010Elly Willy
 
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul Safrina
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul SafrinaSummary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul Safrina
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul SafrinaAde Nurul Safrina
 
Presentasi Ekonomi Makro
Presentasi Ekonomi MakroPresentasi Ekonomi Makro
Presentasi Ekonomi MakroAry Octora
 
Investasi di Indonesia
Investasi di IndonesiaInvestasi di Indonesia
Investasi di IndonesiaBagus Prayoga
 
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial Disruption
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial DisruptionGlobal Market Outlook 2019 –2020 In Financial Disruption
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial DisruptionDimas Aryotejo
 
Pengaruh investasi terhadap1
Pengaruh investasi terhadap1Pengaruh investasi terhadap1
Pengaruh investasi terhadap1Yasirecin Yasir
 
Pengaruh investasi terhadap
Pengaruh investasi terhadapPengaruh investasi terhadap
Pengaruh investasi terhadapYasirecin Yasir
 
Pengaruh investasi terhadap2
Pengaruh investasi terhadap2Pengaruh investasi terhadap2
Pengaruh investasi terhadap2Yasirecin Yasir
 
Pengaruh investasi terhadap3
Pengaruh investasi terhadap3Pengaruh investasi terhadap3
Pengaruh investasi terhadap3Yasirecin Yasir
 
Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)SyaifOer
 
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014Rosa Kristiadi
 
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...miraokta16
 
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...faisalpiliang1
 
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamPengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamTrisnadi Wijaya
 
Analisa Fundamental Saham SMRA
Analisa Fundamental Saham SMRAAnalisa Fundamental Saham SMRA
Analisa Fundamental Saham SMRAQueraInvest
 
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock Valuation
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock ValuationPT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock Valuation
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock ValuationEkaputra Sananto
 
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...IGIco Advisory
 

Similar to Prospek perekonomian indonesia 2011 menuju investment grade (20)

Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010
Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010
Makalah-keadaan-ekonomi-indonesia-tahun-2010
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul Safrina
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul SafrinaSummary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul Safrina
Summary Citi - India Macroscope 1 by Ade Nurul Safrina
 
Presentasi Ekonomi Makro
Presentasi Ekonomi MakroPresentasi Ekonomi Makro
Presentasi Ekonomi Makro
 
Investasi di Indonesia
Investasi di IndonesiaInvestasi di Indonesia
Investasi di Indonesia
 
Pk mei17 2014
Pk mei17 2014Pk mei17 2014
Pk mei17 2014
 
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial Disruption
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial DisruptionGlobal Market Outlook 2019 –2020 In Financial Disruption
Global Market Outlook 2019 –2020 In Financial Disruption
 
Pengaruh investasi terhadap1
Pengaruh investasi terhadap1Pengaruh investasi terhadap1
Pengaruh investasi terhadap1
 
Pengaruh investasi terhadap
Pengaruh investasi terhadapPengaruh investasi terhadap
Pengaruh investasi terhadap
 
Pengaruh investasi terhadap2
Pengaruh investasi terhadap2Pengaruh investasi terhadap2
Pengaruh investasi terhadap2
 
Pengaruh investasi terhadap3
Pengaruh investasi terhadap3Pengaruh investasi terhadap3
Pengaruh investasi terhadap3
 
Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)
 
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014
IERO NO 1/TAHUN III/MARET 2014
 
INVESTASI
INVESTASIINVESTASI
INVESTASI
 
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
PPT PENGARUH KESEHATAN BANK DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA SE...
 
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA BI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDE...
 
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return SahamPengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
Pengaruh Suku Bunga Deposito dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham
 
Analisa Fundamental Saham SMRA
Analisa Fundamental Saham SMRAAnalisa Fundamental Saham SMRA
Analisa Fundamental Saham SMRA
 
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock Valuation
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock ValuationPT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock Valuation
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Stock Valuation
 
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...
IAPD #1 Indonesia Economic Outlook Second Semester 2015 : An Early Warning on...
 

More from Iffa Tabahati

Estimasi biaya dan analisis biaya, volume laba
Estimasi biaya dan analisis biaya, volume labaEstimasi biaya dan analisis biaya, volume laba
Estimasi biaya dan analisis biaya, volume labaIffa Tabahati
 
Pemilihan portofolio
Pemilihan portofolioPemilihan portofolio
Pemilihan portofolioIffa Tabahati
 
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Iffa Tabahati
 
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasIffa Tabahati
 
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankPengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankIffa Tabahati
 
Proposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenProposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenIffa Tabahati
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahIffa Tabahati
 
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesPerhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesIffa Tabahati
 
Pengambilan keputusan taktis
Pengambilan keputusan taktisPengambilan keputusan taktis
Pengambilan keputusan taktisIffa Tabahati
 
Manajemen persediaan
Manajemen persediaanManajemen persediaan
Manajemen persediaanIffa Tabahati
 
Keputusan investasi modal
Keputusan investasi modalKeputusan investasi modal
Keputusan investasi modalIffa Tabahati
 
Biaya standar suatu alat pengendalian manajerial
Biaya standar  suatu alat pengendalian manajerialBiaya standar  suatu alat pengendalian manajerial
Biaya standar suatu alat pengendalian manajerialIffa Tabahati
 
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerial
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerialAnalisis biaya volume laba alat perencanaan manajerial
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerialIffa Tabahati
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anIffa Tabahati
 
Hak dan kewajiban suami istri
Hak dan kewajiban suami istriHak dan kewajiban suami istri
Hak dan kewajiban suami istriIffa Tabahati
 
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanBab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanIffa Tabahati
 
Anggaran komprehensif
Anggaran komprehensifAnggaran komprehensif
Anggaran komprehensifIffa Tabahati
 

More from Iffa Tabahati (20)

Estimasi biaya dan analisis biaya, volume laba
Estimasi biaya dan analisis biaya, volume labaEstimasi biaya dan analisis biaya, volume laba
Estimasi biaya dan analisis biaya, volume laba
 
Bab 5 saham
Bab 5 sahamBab 5 saham
Bab 5 saham
 
Pemilihan portofolio
Pemilihan portofolioPemilihan portofolio
Pemilihan portofolio
 
Bab 6 nilai saham
Bab 6 nilai sahamBab 6 nilai saham
Bab 6 nilai saham
 
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
Pengaruh bencana gempa dan tsunami jepang pada pasar saham dunia dan investas...
 
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing berasReformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
Reformasi kebijakan harga produsen dan dampaknya terhadap daya saing beras
 
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bankPengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
Pengaruh pelaksanaan office channeling terhadap pertumbuhan bank
 
Proposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopenProposal penelitian metopen
Proposal penelitian metopen
 
Makalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariahMakalah perbankan syariah
Makalah perbankan syariah
 
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya prosesPerhitungan biaya pesanan dan biaya proses
Perhitungan biaya pesanan dan biaya proses
 
Pengambilan keputusan taktis
Pengambilan keputusan taktisPengambilan keputusan taktis
Pengambilan keputusan taktis
 
Manajemen persediaan
Manajemen persediaanManajemen persediaan
Manajemen persediaan
 
Keputusan investasi modal
Keputusan investasi modalKeputusan investasi modal
Keputusan investasi modal
 
Biaya standar suatu alat pengendalian manajerial
Biaya standar  suatu alat pengendalian manajerialBiaya standar  suatu alat pengendalian manajerial
Biaya standar suatu alat pengendalian manajerial
 
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerial
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerialAnalisis biaya volume laba alat perencanaan manajerial
Analisis biaya volume laba alat perencanaan manajerial
 
Teori kendala
Teori kendalaTeori kendala
Teori kendala
 
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’anHermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
Hermeneutika dan pengembangan ulumul qur’an
 
Hak dan kewajiban suami istri
Hak dan kewajiban suami istriHak dan kewajiban suami istri
Hak dan kewajiban suami istri
 
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasanBab ii   anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
Bab ii anggaran sebagai alat perencanaan dan pengawasan
 
Anggaran komprehensif
Anggaran komprehensifAnggaran komprehensif
Anggaran komprehensif
 

Recently uploaded

Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxArvaAthallahSusanto
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 

Prospek perekonomian indonesia 2011 menuju investment grade

  • 1. Prospek Perekonomian Indonesia 2011 Menuju “Investment Grade” dan Faktor-Faktor Penghambat Investasi di Indonesia Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Investasi dan Pasar Modal Dosen Pengampu : Drs. Ibnu Qizam, SE, MSi., Akt Disusun Oleh : IFFA NAZULA TABAHATI KUI - A / 08390074 PROGRAM STUDI KEUANGAN ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011
  • 2. I. PENDAHULUAN Peringkat investasi atau investment grade adalah kelaikan yang diberikan kepada suatu obligasi dimana obligasi yang mendapatkan peringkat dari lembaga pemeringkat resmi yaitu :  BBB- atau lebih tinggi dari Standard & Poor's  Baa3 atau lebih tinggi dari Moody's  BBB atau lebih tinggi dari DBRS Pada umumnya obligasi yang dinyatakan memiliki peringkat investasi adalah memenuhi kriteria yang dipersyaratkan sehingga perbankan diperkenankan untuk melakukan investasi pada obligasi tersebut. Sebagai kebalikan dari obligasi peringkat investasi ini yaitu junk bond atau obligasi dengan risiko tinggi. Di Indonesia Berdasarkan surat edaran yang dibuat oleh Bank Indonesia kepada seluruh bank umum di Indonesia yaitu surat edaran nomor 7/8/DPNP Tanggal 31 Maret 2005 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia maka ditetapkan peringkat minimum berdasarkan hasil penilaian dan pemantauan terhadap pemenuhan kriteria penilaian yang ditetapkan sebagai berikut : Surat berharga yang dimiliki bank dalam kategori kualifikasi dan dinilai lancar Lembaga pemeringkat Surat berharga jangka pendek Surat berharga jangka menengah dan panjang Moody's P-3 Baa3 Standard & Poor's A-3 BBB- Fitch Ratings F3 BBB- Pemeringkat Efek Indonesia idA4 idBBB- Moody’s Indonesia (d/h Kasnic rating Indonesia) K-4 BBB-
  • 3. Surat berharga yang dimiliki bank digolongkan kurang lancar Lembaga pemeringkat Surat berharga jangka pendek Surat berharga jangka menengah dan panjang Moody's NP Ba1 Standard & Poor's B BB+ Fitch Ratings B BB+ Pemeringkat Efek Indonesia idB idBB+ Moody’s Indonesia (d/h Kasnic rating Indonesia) K-5 BB+ II. MASALAH Indonesia diperkirakan akan mendapatkan peringkat investasi (investment grade) di tahun depan (2011) yang diberikan International Rating Agency kepada negara-negara yang mampu dan mau membayar utang. Ekonomist Research Makro, Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra mengatakan apabila ekonomi sebuah negara dianggap cukup kuat, stabil, mampu bayar utang, dan memiliki keinginan untuk membayar utang, negara tersebut akan diberikan peringkat layak investasi. Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan menunjukkan bahwa bila suatu negara mendapat peringkat layak investasi yang terjadi ialah range premium atau imbal hasil yang diminta oleh investor untuk berinvestasi di negara tersebut menurun, dampaknya yaitu tentunya investasi bagi negara- negara yang mendapatkan investment grade akan tumbuh lebih cepat. Indonesia sendiri, menurut Aldian, sebenarnya dulu telah mendapatkan investment grade sebelum krisis Asia pada tahun 1997. Di tahun 1993-1996 dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 7,9 persen. Sementara itu, pada 2001-2009 pertumbuhan ekonomi kita hanya 5,1 persen. Lalu permasalahannya, apakah Indonesia mampu meraih investment grade di tahun 2011? Selain bersikap optimis, nampaknya kita juga perlu bertanya faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kita masuk ke level investasi?
  • 4. III. PEMBAHASAN Apakah Indonesia mampu meraih investment grade di tahun 2011? Indonesia harus tetap optimis menghadapi tahun 2011, karena negeri ini merupakan salah satu target investasi yang menjanjikan. Namun, tetap harus waspada, karena ada beberapa “tantangan struktural” yang juga serius. Kegagalan kita mengelola persoalan-persoalan mendasar, justru akan menjebak kita. Kita hanya akan menjadi bangsa yang labil, karena hanya menjadi target investasi portofolio jangka pendek. Jika kita tengok kondisi sektor finansial kita, yang meliputi pasar modal, uang, utang dan perbankan, nampaknya tak ada yang mengkuatirkan. Secara umum, peringkat investasi Indonesia terus meningkat, seiring dengan semakin turunnya credit default swap (CDS) sebagai cermin dari risiko investasi. Bahkan, Japan Credit Rating Agency Ltd., (JCRA) telah menaikkan peringkat Indonesia ke level “investment grade” atau BBB- pada bulan Juli lalu. Tidak menutup kemungkinan, lembaga pemeringkat lainnya juga akan menaikkan rating Indonesia di tahun 2011. Sementara ini, Moody’s masih menempatkan Indonesia dalam 2 tingkat di bawah level investasi (Ba2) dalam evaluasinya Juni lalu. Demikian pula S&P menaikkan rating Indonesia dari BB menjadi BB+. Artinya, dalam 12 bulan mendatang, peringkat Indonesia memiliki peluang besar untuk naik menjadi BBB- atau layak investasi (investment grade). Dan, Fitch Rating juga menempatkan Indonesia pada satu tingkat di bawah investment grade, yaitu BB+. Berdasarkan penelitian Ekonomist Research Makro, Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra, dengan melihat beberapa indikator makro ekonomi yang dianggap dapat memengaruhi penentuan peringkat, ia mencoba membandingkan beberapa variabel seperti inflasi, GDP per kapita, pertumbuhan ekonomi, rasio utang pemerintah terhadap pendapatan pemerintah, saving, utang luar negeri dan nominal GDP dengan negara lain. Dengan variabel tersebut, jika dibandingkan dengan negara lain, Aldian menyimpulkan ternyata probabiltas Indonesia masuk ke rating BBB
  • 5. yaitu tingkat investasi yang paling besar. "Jadi, kemungkinan besar Indonesia dalam waktu dekat akan masuk ke investment grade," katanya. Aldian juga melakukan melakukan observasi ke 33 negara dalam rentang waktu 1990-2010 yang pernah di-upgrade ke investment grade, di mana kondisinya sama seperti Indonesia yang tadinya di BB terus ke BBB dengan membandingkan periode satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah dan dua tahun sebelum dan sesudah. Hasilnya, yaitu terjadi perbaikan seperti real interest rate yang menurun, level investasi naik, direct investment dan foreign exchange reserve juga akan meningkat. Yang berbeda adalah portofolio investment, menurut penelitianya, portofolio investment setelah di-upgrade justru turun. Hal itu menurut Aldi, berhubungan dengan spekulasi. Dana-dana portofolio investment yang masuk, karena mereka mengharapkan Indonesia diupgrade dalam waktu dekat, sehingga sudah banyak dana portofolio investasi ini yang masuk duluan sebelum dapat rating upgrade. "Jadi, mungkin itu alasan kenapa portofolio investasi trennya berlawanan dari yang kita inginkan," kata Aldi. Dia menyimpulkan, dengan peringkat investasi ini menjadi faktor yang akan mendorong investasi di tahun depan. Perbaikan peringkat Indonesia ini merupakan pengakuan dari adanya perbaikan risiko kredit yang dilakukan melalui disiplin fiskal dan penurunan rasio hutang. Namun, masih rendahnya penerimaan negara dari sektor pajak merupakan salah satu titik lemah yang menjadi kendala untuk peningkatan peringkat. Prospek peringkat utang Indonesia adalah Stabil. Perbaikan peringkat utang menjadi peringkat investasi akan tergantung pada berlanjutnya perbaikan kebijakan, termasuk menjaga stabilitas moneter dan tingkat harga. Reformasi untuk meningkatkan pendapatan fiskal serta terus membaiknya fundamental ekonomi akan mendukung perbaikan profil kredit Indonesia. Sementara itu, prospek perusahaan serta institusi keuangan di Asia juga tampak lebih menjanjikan apabila dibandingkan dengan perusahaan dan institusi keuangan di kawasan Eropa Barat and Amerika Serikat. Dampak krisis ekonomi global terhadap ekonomi di kawasan Asia Tenggara
  • 6. nampaknya lebih terbatas dan kinerja sebagian besar bank di negara-negara kawasan ini relatif tahan terhadap guncangan kondisi ekonomi. Meskipun kualitas aset sedikit menurun dan biaya kredit meningkat secara moderat, namun laba sebelum pencadangan kredit mampu menyerap kenaikan biaya-biaya tersebut tanpa mempengaruhi posisi permodalan bank. Di tengah ambruknya sistem perbankan global, perbankan Indonesia justru membukukan tingkat keuntungan yang tinggi, selain menunjukkan tingkat kehati-hatian. Tingkat Net-Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia yang mencapai angka sekitar 5,7 persen, merupakan angka paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara sekitar. Bandingkan dengan Singapura yang NIM nya hanya sekitar 2 persen, Malaysia 2,3 persen, Thailand 3,3 persen. Jadi, tak salah jika para bankir asing sangat berminat masuk ke Indonesia, di samping karena potensi pasarnya yang masih sangat luas. Ternyata, tingkat profitabilitas yang tinggi juga ditopang oleh tingkat kesehatan bank yang tinggi pula. Jika Basel Accord III diterapkan, dipastikan sektor perbankan di Indonesia tidak akan mengalami masalah. Menurut data Bank Indonesia yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2010, dari 113 bank yang ada di Indonesia hanya 8 bank yang tingkat kecukupan modalnya (capital adequacy ratio) di bawah 8 persen. Sehingga, untuk mengikuti aturan Basel tentang modal utama atau Tier 1 Capital sebesar 4,5 persen yang harus tercapai pada 2013) dan 6 persen pada 2019, tidak akan menjadi persoalan. Gita Wirjawan, Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM) bahkan optimis bahwa peringkat investasi akan disandang Indonesia di tahun ini juga. Pandangannya jelas masuk akal bila melihat perkembangan selama ini, apalagi Gita sebelumnya adalah investment banker di beberapa investment bank raksasa dunia. Termasuk di Goldman Sach, yang chief economist-nya, Jim O’Neill, memperkenalkan ‘istilah’ Bric di tahun 2001. Gita tentu tahu persis sudut pandang dan cara pikir para pemilik modal, dan memang terbilang cukup sukses ‘memasarkan’ investasi di Indonesia (lihat juga: ‘Cara Gita Memasarkan Indonesia’). Tema ‘Invest in Remarkable Indonesia’ kini tersebar dimana-mana, mulai dari Youtube, TV CNBC, Bloomberg hingga berupa booklet di hotel dan kursi pesawat Garuda.
  • 7. Dengan menyandang peringkat investasi, artinya investor menilai bahwa risiko Indonesia sudah lebih rendah. Dengan begitu, biaya pembangunan tentunya akan lebih murah. Bunga pinjaman untuk menjalankan usaha di Indonesia seharusnya juga akan lebih rendah, termasuk suku bunga Pemerintah untuk menerbitkan surat utang guna membiayai anggaran. Saat ini saja misalnya, suku bunga (imbal hasil) surat utang pemerintah berjangka waktu 10 tahun sekitar 7,4%, turun sekitar 4,5% dari tingkat bunga (yield) awal tahun 2009. faktor-faktor apa sajakah yang akan menghambat kita masuk ke level investasi? Kondisi investasi Indonesia sangat buruk dibandingkan dengan negara regional di ASEAN. CPEES yang melakukan survei terkait hal ini menguraikan beberapa penyebabnya. - Pertama, banyaknya lembaga terkait yang melakukan korupsi. - Kedua, saat investor ingin bekerja sama dengan Indonesia, investor harus melakukan kontrak dengan pemerintah, seperti dengan Kementerian BUMN. Inilah yang menghambat investasi di Indonesia karena masih berkonsep business to government - Ketiga, peraturan yang tidak mendukung. Salah satunya, yakni UU Nomor 22 Tahun 2001 yang secara garis besar menyebutkan pada saat investor ingin mencari sumber minyak, investor harus membayar pajak terlebih dahulu sebelum menemukan sumber minyak itu. Pada prinsipnya, ada dua bidang besar yang masih menjadi kendala perekonomian kita untuk masuk dalam kriteria perekonomian yang kuat. Tantangan pertama terkait dengan masih relatif kecilnya proporsi sektor keuangan kita terhadap skala perekonomian kita yang sangat besar. Dengan demikian, isu financial deepening masih sangat relevan untuk direspon. Perekonomian maju salah satunya ditandai dengan penetrasi sektor keuangan yang cukup dalam terhadap dinamika perekonomian. Dalam laporan Bank
  • 8. Dunia, Financial Access 2010, terlihat bahwa jumlah penabung per 1.000 orang di Indonesia masih sangat kecil, yaitu di bawah 1.000. Sementara, Thailand sudah mencapai sekitar 1.500. Bahkan Malaysia sudah lebih dari 3.000. Kecenderungan yang sama juga terjadi dalam hal jumlah pinjaman per 1.000 penduduk. Kita sejajar dengan Kamboja dan Mongolia, dan tertinggal jauh dari Malaysia. Bahkan kita jauh di bawah angka rata-rata untuk negara sedang berkembang. Data lain yang juga menunjukkan “dangkalnya” sektor finansial di Indonesia adalah rasio jumlah uang beredar (broad money/M2) terhadap PDB yang juga masih kecil, dan bahkan ada kecenderungan semakin mengecil hingga tahun 2007 lalu. Tentu saja, hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari otoritas moneter dan pemerintah. Terkait dengan rencana pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertanyaan yang layak diajukan, siapa nanti yang akan bertanggungjawab mendorong financial deepening? Persoalan struktural kedua terkait dengan tingkat daya saing sektor riil kita yang masih relatif buruk. Meski World Economic Forum (WEF) dalam “World Competitiveness Report” telah menaikkan indeks daya saing kita dari 54 menuju 44 untuk periode 2010-2011 ini, tetapi tidak serta-merta terjadi perubahan mendasar. Dari laporan tersebut, terlihat bahwa membaiknya tingkat daya saing kita lebih didorong oleh perbaikan faktor-faktor makro ekonomi, seperti tingkat inflasi yang terjaga, pertumbuhan yang relatif tinggi di tengah krisis global, suku bunga yang reletif rendah dsb. Namun, kalau kita tengok sisi fundamental dari daya saing, seperti ketersediaan infrastruktur, dukungan birokrasi serta kualitas kesehatan dan pendidikan masyarakat, kita masih terbilang buruk. Dengan demikian, masih ada banyak pekerjaan yang diselesaikan untuk benar-benar meningkatkan daya saing kita. Bisa jadi, kalau kita hanya bertumpu pada stabilitas makro, tahun depan kembali melorot, kalau terjadi goncangan pada sisi makro ekonomi. Tanpa perbaikan infrastruktur, ketersediaan sumber daya energi serta dukungan birokrasi, sektor riil pada dasarnya tidak akan bergerak cepat. Dan jika itu terjadi, stabilitas sektor finansial tidak akan berarti banyak dalam peningkatan kapasitas ekonomi.
  • 9. Konkritnya, tidak akan ada pergerakan sektor produksi yang meningkatkan daya beli masyarakat, dan akhirnya kemampuan membayar pajak. Jika siklus ini gagal dicapai, maka investment grade tidak akan ada artinya. IV. KESIMPULAN Secara umum, prospek perekonomian Indonesia tahun 2011 sangat menjanjikan. Dan dengan demikian, potensi untuk memperolah gelar investment grade bukanlah hal yang mustahil. Tetapi, tetap saja ada persoalan- persoalan yang harus segera diatasi. Dan jika tidak, lagi-lagi kita berpotensi akan kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya, di berbagai bidang. Penilaian atas Indonesia oleh World Economic Forum (WEF) ini sejalan dengan penilaian yang diberikan oleh beberapa lembaga internasional, termasuk lembaga pemeringkat (rating agency). Tiga lembaga pemeringkat terkemuka, Fitch, S&P dan Moody’s sudah menempatkan peringkat investasi Indonesia satu tingkat (notch) di bawah investment grade. Banyak kalangan menilai tinggal tunggu waktu untuk secara ‘de jure‘ masuk kategori investment grade. Bahkan, lembaga pemeringkat dari Jepang, Japan Credit rating Agency (JCRA), sejak Juli tahun 2010 lalu, sudah memasukkan Indonesia ke dalam kelas investment grade. Peringkat yang disandang
  • 10. Indonesia sebelum dihantam krisis moneter tahun 1998 yang lalu. Namun demikian, JCRA sejauh ini belum menjadi rujukan utama bagi investor di pasar keuangan internasional. V. REKOMENDASI Jika pemerintah gagal mendinamisir sektor produksi, melalui peningkatan kapasitas investasi riil, dikuatirkan potensi investment grade yang sudah di depan mata juga tidak bisa diraih. Lembaga pemeringkat tentu tidak bisa dikelabui dengan menutup fakta-fakta riil di lapangan. Kalaupun sekarang modal asing masuk deras, itu bukan semata-mata karena alasan fundamental ekonomi domestik, tetapi juga faktor eksternal. Dan jika perbaikan struktural gagal dicapai oleh Indonesia, sebenarnya perekonomian kita hanya layak untuk menanam modal portofolio saja, yang bisa angkat kali sewaktu-waktu ada dorongan, baik dari sisi domestik maupun global. Tahun 2011 adalah penentuan, apakah potensi ekonomi Indonesia akan benar-benar terealisasi, atau sekedar ilusi. Dan untuk tidak membuat ilusi, maka pekerjaan konkrit sudah menunggu: membangun infrastruktur, mereformasi birokrasi, merancang kebijakan energi, pengembangan industri dan sebagainya. VI. DAFTAR PUSTAKA http://ekonomi.kompasiana.com http://tempointeraktif.com http://wikipedia.org http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ http://agenpos.com