Struktur baja dengan mengunakan metode LRFDIrbar Alwi
Peraturan mengenai struktur baja dengan mengunakan struktur baja LRFD dimana peraturan ini mengacu pembebanan dengan mengunakan lrfd atau sering di sebut Load Factor Resitant Design
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Praktikum tentang pembuatan aspal dengan baik berdasarkan spesifikasi AC. Praktikum yang dilakukan sebagai berikut, Abrasi/keausan, Berat Jenis Agregat, Analisa Saringan, Comb. Agregat dan JMF ( Joint Mix Formula), Berat Jenis Aspal, Daktilitas, Ekstraksi, Titik Nyala, Titik Leleh, Penetrasi, Uji Marshall, Kehilangan Berat.
Struktur baja dengan mengunakan metode LRFDIrbar Alwi
Peraturan mengenai struktur baja dengan mengunakan struktur baja LRFD dimana peraturan ini mengacu pembebanan dengan mengunakan lrfd atau sering di sebut Load Factor Resitant Design
Pedoman Disain Geometrik Jalan 2020
Diunggah oleh Aji Suraji
Dosen Teknik sipil
Universitas Widyagama malang
Pedoman ini merevisi beberapa pedoman/tata cara tentang Perencanaan Geometrik Jalan yang selama ini digunakan. Revisi yang dilakukan meliputi struktur penyajian yang mengacu pada standar nasional Indonesia dan penambahan kandungannya untuk melengkapi kebutuhan sehingga dapat diaplikasikan baik oleh penyelenggara jalan di pusat maupun di daerah. Revisi ini disusun untuk mengakomodir tantangan dan hambatan dalam pembangunan jalan di Indonesia.
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Praktikum tentang pembuatan aspal dengan baik berdasarkan spesifikasi AC. Praktikum yang dilakukan sebagai berikut, Abrasi/keausan, Berat Jenis Agregat, Analisa Saringan, Comb. Agregat dan JMF ( Joint Mix Formula), Berat Jenis Aspal, Daktilitas, Ekstraksi, Titik Nyala, Titik Leleh, Penetrasi, Uji Marshall, Kehilangan Berat.
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
Bahan Presentasi Mata Kuliah Perkerasan Jalan Raya
Kelompok 4 (herlyn, emilia, tanty, fitria)
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
2014
Contoh Desain Perkerasan Jalan Kaku dan Lentur kelompok 4 Teknik Sipil UNS 2019Kevin Ferdinand
File Presentasi Tugas Desain Perkerasan Jalan Raya yang mencakup desain perkerasan lentur dan perkerasan Kaku mengacu pada Manual Desain Perkerasan Jalan Raya (Revisi 2017)
Desain perkerasan jalan raya lentur dan kaku kelompok 5 Universitas Sebelas M...OctviaFajrinMustikan
Presentasi tugas perkerasan jalan raya yang membahas mengenai desain perkerasan lentur dan perkerasan kaku menggunakan rujukan Manual Desain Perkerasan Jalan (Revisi Juni 2017) Nomor 04/SE/Db/2017, Direktorat Jenderal Bina Marga.
Perbandingan penggunaan perkerasan kaku atau lentur pada tanah gambutTanya Andjani
Tugas UKD3 mata kuliah Perkerasan Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret dengan pengampu mata kuliah Ir. ARY SETYAWAN , MSc.Ph.D
Penentuan perkerasan kaku atau lentur pada tanah gambut dengan manual desain ...Tanya Andjani
Tugas UKD 3 mata kuliah Perkerasan Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan pengampu Ir. ARY SETYAWAN , MSc.Ph.D
PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN PROGRAM KENPAVE DAN STUDI PARAMETE...Debora Elluisa Manurung
Perhitungan metode analitis pada penelitian ini menggunakan program KENPAVE. Langkah awal perencanaan ini adalah dengan mengasumsikan tebal lapis perkerasan. Dan juga dibutuhkan parameter modulus elastisitas dan poisson ratio. Dari data tersebut maka akan didapatkan nilai tegangan dan regangan pada struktur perkerasan. Dengan menggunakan analisa kerusakan struktur perkerasan, dari nilai regangan tarik horisontal dapat diperoleh jumlah repetisi beban yang terjadi dengan menggunakan persamaan retak fatik (Nf). Dari nilai regangan tekan vertikal juga dapat diperoleh jumlah repetisi beban dengan menggunakan persamaan kerusakan rutting (Nd). Hasil nilai Nf dan Nd harus lebih besar dari Nrencana.
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
1. PROSEDUR DESAIN PERKERASAN
(Berdasarkan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013)
BAGAS MAHADIKA (I0112017)
DESTIANA WAHYU P (I0112028)
FATAYAH N. UMMAH (I0112048)
IDHAM YUNANTO (I0112077)
A. PERKERASAN LENTUR
1. DATA RENCANA LAPANGAN
- JENIS JALAN : KOLEKTOR
- LOKASI : KARTASURA
- LEBAR JALAN : 7 M
- ARAH : 2 JALUR 2 LAJUR DENGAN MEDIAN
2. PENENTUAN UMUR RENCANA
Berdasarkan Tabel 2.1, maka digunakan umur rencana 40 tahun dengan pertimbangan
biaya perawatan, serta fungsi jalan yang lebih banyak dilewati kendaraan berat.
2. 3. PENENTUAN NILAI CESA4
RENCANA VOLUME LHRT
LHR HARIAN VDF 4 ESA
SEPEDA MOTOR 30121 0 0
SEDAN/ANGKOT/PICK UP 9634 0 0
BUS KECIL 760 0.3 228
BUS BESAR 197 1 197
TRUK 2 SUMBU - CARGO RINGAN 18 0.3 5.4
TRUK 2 SUMBU - RINGAN 24 0.8 19.2
TRUK 2 SUMBU - CARGO SEDANG 19 0.7 13.3
TRUK 2 SUMBU - SEDANG 23 1.8 41.4
TRUK 2 SUMBU - CARGO BERAT 20 0.9 18
TRUK 2 SUMBU - BERAT 11 7.3 80.3
TRUK 3 SUMBU - RINGAN 6 7.6 45.6
TRUK 3 SUMBU - SEDANG 4 28.1 112.4
TRUK 3 SUMBU - BERAT 6 28.9 173.4
TRUK 2 SUMBU & TRAILER PENARIK 2
SUMBU 2 36.9 73.8
TRUK 4 SUMBU - TRAILER
13.5 0
TRUK 5 SUMBU - TRAILER
30.3 0
TRUK 6 SUMBU - TRAILER
41.6 0
40845 ΣESA 1007.8
i 4
R 29.77807858
CESA4 10,953,776.87
CATATAN = dalam perhitungan R waktu umur rencana digunakan 20 tahun untuk
menyesuaikan dengan tahap selanjutnya.
3. 4. PENENTUAN NILAI TM
Diambil nilai TM adalah 1,85 karena jalan tidak dilewati trailer.
5. PERHITUNGAN CESA5
CESA5 = TM × CESA4 = 1,85 × 10,953,776.87 = 20,264,487.21
6. PEMILIHAN JENIS PERKERASAN
Dari tabel didapat nilai CESA5 berada diantara 10 – 30 juta, sehingga digunakan AC
WC modifikasi.
4. 7. PENENTUAN SEKSI SUBGRADE SERAGAM DAN DAYA DUKUNG
SUBGRADE
- PENENTUAN SEKSI SUBGRADE
Karena tidak ada data riil, maka dapat langsung ditentukan nilai CBR dari
perkiraan jenis tanah di lokasi.
- PENENTUAN CBR
Dari klasifikasi AASHTO, diasumsikan jenis tanah adalah TANAH LANAU A-5.
(Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999)
Mengacu pada gambar diatas, maka diambil nilai CBR adalah 4%.
- PENENTUAN SOLUSI DESAIN PONDASI JALAN MINIMUM
Dari Bagan Desain 2 diambil Kelas Kekuatan Tanah Dasar adalah SG4, Prosedur
Desain Pondasi A, Tebal Minimum Peningkatan Tanah Dasar 200 mm.
8. STRUKTUR PONDASI JALAN
Dari Bagan Desain 2, digunakan Prosedur Desain Pondasi A, yaitu perbaikan tanah
dasar, meliputi stabilisasi kapur atau timbunan pilihan.
5. 9. PENENTUAN STRUKTUR PERKERASAN YANG MEMENUHI SYARAT
Dari tahap 5, diketahui nilai CESA5 berada diantara 4 – 30 juta, sehingga struktur
perkerasan yang memenuhi syarat adalah F4, dan dengan mengacu pada tahap 6,
maka ketebalan lapis perkerasan dengan AC WC minimum adalah 40 mm.
10. PEMERIKSAAN HASIL PERHITUNGAN
Mengacu pada Pd T-01-2002-B
diketahui nilai ESAL = CESA5 > 7.000.000 sehingga tebal minimum lapis permukaan
beton aspal adalah 10 cm = 100 mm.
11. PENENTUAN STANDAR DRAINASE BAWAH PERMUKAAN
Dari potongan Tabel 8.1 (Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berbutir) didapat
nilai m yang paling sesuai untuk perencanaan adalah 0.7, sehingga tebal lapis berbutir
= (100 mm / 0.7) = 142.86 mm.
6. 12. PENETAPAN KEBUTUHAN DAYA DUKUNG TEPI PERKERASAN
Asumsi tidak diperlukan CAPPING, dan perbaikan median adalah sebesar 100 mm.
Tebal minimum peningkatan tanah dasar diketahui dari tahap 7 sebesar 200 mm,
sehingga jarak tepi luar adalah P+S = 100+200 = 300 mm.
13. PENETAPAN KEBUTUHAN PELAPISAN BAHU JALAN
Karena direncanakan LHRT = 40845 > 10000, maka dipasang bahu berpengikat
dengan material BETON ASPAL (AC).
7. B. PERKERASAN KAKU
1. DATA RENCANA LAPANGAN
- JENIS JALAN : KOLEKTOR
- LOKASI : KARTASURA
- LEBAR JALAN : 7 M
- ARAH : 2 JALUR 2 LAJUR DENGAN MEDIAN
2. PENENTUAN UMUR RENCANA
Berdasarkan Tabel 2.1, digunakan umur rencana 40 tahun dengan pertimbangan biaya
perawatan, serta fungsi jalan yang lebih banyak dilewati kendaraan berat.
8. 3. PENENTUAN NILAI CESA5
LHR Harian VDF 4 ESA
Sepeda Motor 30121 0 0
Sedan/Angkot/Pick Up 9634 0 0
Bus Kecil 760 0.3 228
Bus Besar 197 1 197
Truk 2 Sumbu - Cargo Ringan 18 0.3 5.4
Truk 2 Sumbu - Ringan 24 0.8 19.2
Truk 2 Sumbu - Cargo Sedang 19 0.7 13.3
Truk 2 Sumbu - Sedang 23 1.8 41.4
Truk 2 Sumbu - Cargo Berat 20 0.9 18
Truk 2 Sumbu - Berat 11 7.3 80.3
Truk 3 Sumbu - Ringan 6 7.6 45.6
Truk 3 Sumbu - Sedang 4 28.1 112.4
Truk 3 Sumbu - Berat 6 28.9 173.4
Truk 2 Sumbu & Trailer Penarik 2
Sumbu 2 36.9 73.8
Truk 4 Sumbu - Trailer
13.5 0
Truk 5 Sumbu - Trailer
30.3 0
Truk 6 Sumbu - Trailer
41.6 0
40845 ΣESA 1007.8
I 4
R40 95.0255157
CESA4 34,954,850.87
TM 1.85
CESA5 64,666,474.12
4. PENENTUAN DAYA DUKUNG EFEKTIF TANAH DASAR
Berdasarkan perencanaan perkerasan lentur sebelumnya, dari BAGAN DESAIN 2
diambil Kelas Kekuatan Tanah Dasar adalah SG4, Prosedur Desain Pondasi A, Tebal
Minimum Peningkatan Tanah Dasar 200 mm.
9. 5. PENENTUAN LAPISAN DRAINASE DAN SUBBASE
- PENENTUAN LAPISAN DRAINASE
Dari potongan Tabel 8.1 (Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berbutir) didapat
nilai m yang paling sesuai untuk perencanaan adalah 0.7, sehingga tebal lapis berbutir
= (200 mm / 0.7) = 285.71 mm.
- PENENTUAN SUBBASE (STRUKTUR PERKERASAN)
Dari nilai CESA5 (40 tahun) sebesar 64,666,474.12 < 86 × 106 sehingga struktur
perkerasan yang digunakan adalah R5.
6. PENENTUAN JENIS SAMBUNGAN
Dari Bagan Desain 4 didapat jenis sambungan DOWEL.
7. PENENTUAN JENIS BAHU JALAN
10. Karena jenis perkerasan kaku, maka digunakan material bahu berpengikat BETON.
8. PENENTUAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN
Dari Bagan Desain 4 didapat tebal pelat beton 305 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013
Silvia Sukirman, Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1999
Pd T-01-2002-B