SlideShare a Scribd company logo
Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Oleh : Angga Nugraha, ST
Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
Email : angganugraha.sil47@gmail.com
Website : angganugraha.com
Hai Salam Semangat !.
Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dalam
pekerjaan bore pile. Apa itu bore pile dan Strauss Pile?, Bore pile adalah salah satu
jenis pekerjaan pondasi dalam, yang dimana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan
langsung di site/lapangan, baik dari mulai tahap pengeboran tanah - tahap bekisting -
tahap pembesian, sampai tahap pengecorannya. Sedangkan Strauss Pile adalah jenis
pondasi dangkal, untuk cara pembuatannya pun hampir sama dengan bore pile akan
tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Umumnya bore pile dan strauss pile ini
berbentuk tabung yaitu alasnya berupa lingkaran dan memiliki tinggi tertentu.
Lalu mengapa saya membahas mengenai cara pembesian untuk bore pile dan
strauss pile ini, yaitu karena umumnya jenis pembesian pada bore pile atau strauss
pile ini, khususnya untuk tulangan sengkang/begel berbentuk seperti spiral / melilit
secara melingkar. Sebetulanya bentuk sengkang seperti ini tidak hanya pada bore pile
atau strauss pile, namun terkadang juga bisa terdapat pada jenis kolom bulat ataupun
jenis pekerjaan lainnya yang bentuknya bulat. Contoh pembesian sengkang yang
seperti spiral / melilit secara melingkar adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Bentuk Strauss Pile
Sumber gambar : http://strausspileborpile.blogspot.com/2016/09/borpile-murah.html
Pada gambar tersebut, jenis tulangan pembesian pada strauss pile terdiri dari
tulangan utama (yang memanjang), dan tulangan sengkang/begel (yang melingkar).
Adapun pengertian secara sederhana mengenai tulangan utama yaitu tulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, sedangkan sengkang/begel
sebagai pengikat tulangan utama serta berfungsi untuk menahan gaya geser yang
terjadi pada beton. Umumnya besi tulangan utama memiliki diameter lebih besar
dibanding besi tulangan sengkang/begel.
Sebelum ke materi perhitungan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal
dasar berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton. Berdasarkan SNI
tersebut, baja tulangan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Baja tulangan beton polos (BjTP)
dan Baja tulangan beton sirip (BjTS).
1. BjTP
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak
bersirip.
Gambar 2. BjTP atau Besi Polos
Sumber gambar : http://www.karya-logam.com/51/product-details-of/besi-beton-polos.html
2. BjTS
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan bersirip yang
berfungsi untuk meningkatkan daya lekat agar dapat menahan gerakan membujur
secara relatif terhadap beton. BjTS ini umumnya dilapangan sering juga disebut
sebagai besi ulir.
Gambar 3. BjTS atau Besi Ulir
Sumber gambar : https://www.indotrading.com/product/besi-ulir-p308966.aspx
Berdasarkan standar berat jenis besi yang didapat dari penelitian dengan sistem
rata-rata yaitu mengambil beberapa sampel besi untuk dicari berapa beratnya dalam
satuan meter kubik, berat standar jenis besi adalah 7850 kg/m3
.
Sedangkan berdasarkan tabel SNI, berat besi per meter untuk besi polos dan ulir
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran
Tabel 2. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran
Sumber : SNI 07-2052-2002
Sumber : SNI 07-2052-2002
Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ukuran besi yang tersedia di
pabrikan untuk besi tulangan polos memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan
maksimum diameter 50 mm. Sedangkan untuk besi tulangan sirip/ulir memiliki
ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 57 mm. Pada tabel tersebut
juga dituliskan untuk setiap masing-masing ukuran diameter besi memiliki berat
nominal per meter berbeda-beda. Biasanya dalam pekerjaan konstruksi bangunan,
pelaksana pekerjaan menghitung jumlah kebutuhan total besi dengan cara
mengkalikan total panjang besi yang dibutuhkan dengan nilai berat nominalnya
sehingga didapatlah nilai total akhir dalam satuan kg atau ton.
Mengapa pemesanan besi di pabrikan harus dihitung dalam satuan berat seperti kg
atau ton. Hal ini didasarkan oleh kapasitas alat transportasi yang akan mengangkut
besi tulangan tersebut dari pabrik menuju site/lapangan. Karena dalam peraturan lalu
lintas, setiap kendaraan terutama mobil-mobil angkut memiliki batas kapasitas
maksimum berat barang yang diijinkan untuk dibawa. Lalu, darimana dasar angka-
angka berat nominal tersebut didapat, dan mengapa setiap ukuran diameter besi
memiliki berat nominal yang berbeda.
Pada bahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa standar berat jenis besi adalah
7850 kg/m3
. Lalu bentuk besi adalah serupa dengan tabung, sehingga dapat digunakan
rumus matematika untuk menghitung volume tabung yaitu :
…….………………….……….(Persamaan 1, Rumus Volume Tabung)
…….………………..(Persamaan 2, Rumus Berat Jenis atau Densitas)
Keterangan : V = Volume (satuan m3
)
µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan)
d = Diameter Besi (satuan m’)
t = Panjang Besi (satuan m’)
ρ = Berat jenis besi (satuan kg/m3
)
m = Berat besi (satuan kg)
Contoh perhitungan :
Diketahui = Sebuah proyek membutuhkan besi ulir berdiameter 10 mm sebanyak
20 batang dan 10 batang besi polos berukuran 6 mm (catatan 1
batang besi adalah 12 m’) untuk memasang kolom utama rumah.
Ditanyakan = Berapa ton besi yang harus dipesan?
Jawabannya =
Cara 1 menggunakan tabel SNI:
Berat besi polos diameter 6 mm = 0.222 kg/m’
Berat besi ulir diameter 10 mm = 0.617 kg/m’
Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’
Panjang kebutuhan besi ulir 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’
Sehingga
berat besi polos 6 mm = 0.222 kg/m’ x 120 m’ = 26.64 kg
berat besi ulir 10 mm = 0.617 kg/m’ x 240 m’ = 148.08 kg
Cara 2 tanpa menggunakan tabel SNI (dengan cara berat jenis dan vol tabung):
a. Berat besi polos diameter 6 mm
Diameter besi 6 mm = 0.006 m’
Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’
Berat jenis besi = 7850 kg/m3
m3
b. Berat besi polos diameter 10 mm
Diameter besi 10 mm = 0.010 m’
Panjang kebutuhan besi polos 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’
Berat jenis besi = 7850 kg/m3
m3
Dari kedua cara tersebut, didapatlah hasil akhir yang hampir sama, mungkin
hanya ada sedikit perbedaan untuk nilai koma dibelakangnya saja. Apabila cara-cara
tersebut sudah paham, maka dapat dilanjut untuk menghitung kebutuhan besi tulangan
yang lebih komplek, salah satunya adalah menghitung kebutuhan besi pada pekerjaan
bore pile/staruss pile.
Dibawah ini terdapat gambar pembesian strauss pile dengan besi tulangan utama
berdiameter ulir 16 mm dan tulangan sengkang/begel berdiameter ulir 13 mm dengan
cara pemasangan begelnya yaitu dililit seperti spiral.
Gambar 3. Strauss Pile
Sumber gambar : by me
Sebagai catatan, penamaan pada gambar diatas seperti pada tulangan utama 8D16
artinya :
8 = tulangan utama berjumlah 8 buah
D = simbol dari jenis besi ulir
16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm
Apabila tulangan utama bertuliskan 8Ø16 artinya :
8 = tulangan utama berjumlah 8 buah
Ø = simbol dari jenis besi polos
16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm
Lalu penamaan pada gambar diatas untuk tulangan begel/sengkang D13-150 artinya :
D = simbol dari jenis besi ulir
13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm
150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
Apabila begel/sengkang bertuliskan Ø13-150 artinya :
Ø = simbol dari jenis besi polos
13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm
150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
Pada gambar 3 tersebut, kedalaman strauss pile adalah 6000 mm atau 6 m’,
dengan diameter strauss pile adalah 500 mm atau 0.5 m’ dan jarak tahu beton / beton
decking 50 mm atau 0.05 m’. Beton decking adalah beton yang digunakan sebagai
spesi/pemisah antara permukaan luar beton dengan besi, sehingga dapat menghindari
interaksi langsung antara besi dengan udara luar sehingga dapat meminimalisir
terjadinya karat / korosi pada besi tulangan.
Jenis pembesian pada gambar tersebut terutama pada bagian sengkang/begel
adalah spiral sehingga cara perhitungan panjangnya harus menggunakan rumus
panjang lilitan spiral yaitu :
Gambar 4. Bentuk Spiral
Sumber gambar : https://brilliantfantasy.wordpress.com/2016/09/26/rumus-panjang-lilitan-spiral/
√( ) ………..(Persamaan 3, Rumus Panjang Lilitan Spiral)
Keterangan : L = Panjang Lilitan (satuan m’
)
µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan)
D = Diameter Beton dikurangi beton decking (satuan m’)
h = Kedalaman Cor (satuan m’)
h1 = Jarak antar Begel (satuan m’)
Contoh perhitungan untuk menghitung jumlah besi strauss pile pada gambar 3:
Diketahui = a. Tulangan Utama (8D16)
 Diameter besi = 16 mm atau 0.016 m’
 Jenis Besi = ulir
 Jumlah = 8 buah
 Berat D16 per meter = 1.58 kg/m’
b. Tulangan Sengkang (D13-150)
 Diameter besi = 13 mm atau 0.013 m’
 Jenis Besi = ulir
 Jarak antar begel = 150 mm atau 0.15 m’
 Berat D13 per meter = 1.04 kg/m’
 Jumlah = 1 bh
c. Ukuran beton Strauss Pile
 Kedalaman = 6 m’
 Diameter Beton = 500 mm atau 0.5 m’
 Ukuran Decking = 50 mm atau 0.05 m’
 Jumlah beton strauss = 1 bh
d. Persyaratan Pembesian
 Overlap antar besi = 40D atau
(40 x ukuran diameter besi)
 Panjang Lewatan Ujung Atas = 50D atau
(50 x ukuran diameter besi)
 Tekukan Ujung Atas 90° = 12D atau
(12 x ukuran diameter besi)
Ditanyakan = Berapa berat total besi yang dibutuhkan untuk strauss pile tersebut?
Panjang Lewatan Ujung Atas
Tekukan Ujung Atas 90°
Overlap antar besi itu jika panjang besi
Lebih dari 12 m’, maka perlu disambung
dengan besi lainnya sehingga penyambungan
tersebut diperlukan overlap sambungan agar
kuat dan saling mengikat
Jawabannya =
a. Panjang Besi Tulangan Utama
Panjang 1 buah besi = Kedalaman Beton + Panjang Lewatan Ujung Atas +
Tekukan Ujung 90°
= 6 m’ + 50D + 12D
= 6 m’ + (50 x 0.016) m’ + (12 x 0.016) m’
= 6 m’ + 0.8 m’ + 0.192 m’
= 6.992 m’
Berat 1 buah besi = 6.992 m’ x 1.58 kg/m’
= 11.05 kg
Berat 8 buah besi = 8 buah x 11.05 kg/buah
= 88.40 kg
b. Panjang Besi Begel / Sengkang
Panjang 1 buah besi = √( )
= √( )
= √
= √
= √
= √
=
Catatan karena panjang besi tersebut adalah 50.60 m’, maka besi tersebut perlu
ditambahkan overlap sambungan, karena panjang maksimumbesi 1 batang adalah 12
m’. Sehingga jumlah overlapnya sebanyak :
Banyaknya overlap = (Panjang total besi awal /12 m’) – 1 bh
= ((50.60 m’/12 m’) – 1 bh)
= 3.2 bh
= 4 bh
(dibulatkan ke atas untuk menghitung jumlah overlap)
Panjang total overlap = Banyaknya overlap x 40D
= 4 bh x (40 x 0.013)
= 4 x 0.52
= 4.52 m’
Sehingga panjang 1 buah besi begel = panjang overlap + panjang besi awal
= 4.52 m’ + 50.60 m’
= 55.12 m’
Berat 1 buah begel = 55.12 m’ x 1.04 kg/m’
= 57.32 kg
Kesimpulan :
Jumlah kebutuhan besi untuk strauss pile pada gambar 3 adalah :
Besi Tulangan Utama (D16) = 88.40 kg
Besi Begel / Sengkang (D13) = 57.32 kg

More Related Content

What's hot

Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
WSKT
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
Gunawan Sulistyo
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
فهرودين سفي
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
Yusrizal Mahendra
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
algifakhri bagus maulana
 
Analisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasaAnalisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasa
Ronny wisanggeni
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
Sumarno Feriyal
 
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Ellan Syahnoorizal Siregar
 
STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
Cut Nawalul Azka
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
Gilang Ramadhani
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
Shaleh Afif Hasibuan
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
Leticia Freidac
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
NitaMewaKameliaSiman
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
Sumarno Feriyal
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
rakesword
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
Dyah Rahmawati
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Harry Calbara
 

What's hot (20)

Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedungSni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
Sni 1727 2013 tata cara pembebanan untuk rumah dan gedung
 
Tabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfdTabel baja-wf-lrfd
Tabel baja-wf-lrfd
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
150509326 tabel-baja-profil-wf-pdf
 
Analisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasaAnalisa harga satuan jasa
Analisa harga satuan jasa
 
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAPPERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
PERHITUNGAN TULANGAN LONGITUDINAL BALOK BETON BERTULANG RANGKAP
 
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
 
1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok
 
STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balokcontoh soal menghitung momen ultimate pada balok
contoh soal menghitung momen ultimate pada balok
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPAPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG TAHAN GEMPA
 
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanesPerkerasan jalan raya kelompok dhanes
Perkerasan jalan raya kelompok dhanes
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton iiContoh penyelesaian soal uas beton ii
Contoh penyelesaian soal uas beton ii
 

Similar to Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile

Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
NoelepediHarianja
 
Struktur baja ii
Struktur baja iiStruktur baja ii
Struktur baja ii
nizar amody
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
Fajar Istu
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
BAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETONBAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETON
Oktavianus Rusmin
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
Mira Pemayun
 
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang betonSni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
Yusrizal Mahendra
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaNunu Nurul
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
AdhimasTirta
 
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonSni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Ryan Pradana
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
Fajar Istu
 
Jembatan Rangka Baja.pptx
Jembatan Rangka Baja.pptxJembatan Rangka Baja.pptx
Jembatan Rangka Baja.pptx
AgusSudiana4
 
Jembatan Rangka Baja.pdf
Jembatan Rangka Baja.pdfJembatan Rangka Baja.pdf
Jembatan Rangka Baja.pdf
AgusSudiana4
 
Struktur Baja
Struktur BajaStruktur Baja
Struktur Baja
TianPs27
 
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan bajasambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
mundakirmundakir2
 
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-BajaKonstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
Rezza Imul Maghfiroh
 
ppt baru.pptx
ppt baru.pptxppt baru.pptx
ppt baru.pptx
Mutikk1
 
Beton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.pptBeton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.ppt
RofikatulKarimahIrMT
 

Similar to Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile (20)

Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
 
Struktur baja ii
Struktur baja iiStruktur baja ii
Struktur baja ii
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
BAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETONBAJA TULANGAN BETON
BAJA TULANGAN BETON
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang betonSni 07 2052-2002 baja tulang beton
Sni 07 2052-2002 baja tulang beton
 
Macam macam profil_baja
Macam macam profil_bajaMacam macam profil_baja
Macam macam profil_baja
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur baja
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonSni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
 
Jembatan Rangka Baja.pptx
Jembatan Rangka Baja.pptxJembatan Rangka Baja.pptx
Jembatan Rangka Baja.pptx
 
Jembatan Rangka Baja.pdf
Jembatan Rangka Baja.pdfJembatan Rangka Baja.pdf
Jembatan Rangka Baja.pdf
 
Struktur Baja
Struktur BajaStruktur Baja
Struktur Baja
 
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan bajasambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
sambungan baut mutu tinggi dalam pekerjaan baja
 
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-BajaKonstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
 
Sambungan baut
Sambungan bautSambungan baut
Sambungan baut
 
ppt baru.pptx
ppt baru.pptxppt baru.pptx
ppt baru.pptx
 
Beton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.pptBeton bertulang 2021.ppt
Beton bertulang 2021.ppt
 

More from Angga Nugraha

Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi angga nug...
Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi   angga nug...Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi   angga nug...
Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi angga nug...
Angga Nugraha
 
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
Angga Nugraha
 
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi PanjangMotif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
Angga Nugraha
 
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Angga Nugraha
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Angga Nugraha
 
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
Angga Nugraha
 
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
Angga Nugraha
 
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannyaPengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
Angga Nugraha
 
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalanPerbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
Angga Nugraha
 
Membuat barcode untuk alamat rumah di google maps
Membuat barcode untuk alamat rumah di  google mapsMembuat barcode untuk alamat rumah di  google maps
Membuat barcode untuk alamat rumah di google maps
Angga Nugraha
 
Slump test pada beton (Angga Nugraha)
Slump test pada beton (Angga Nugraha)Slump test pada beton (Angga Nugraha)
Slump test pada beton (Angga Nugraha)
Angga Nugraha
 
Perencanaan cut and fill lahan
Perencanaan cut and fill lahan Perencanaan cut and fill lahan
Perencanaan cut and fill lahan
Angga Nugraha
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Angga Nugraha
 
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
Angga Nugraha
 

More from Angga Nugraha (14)

Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi angga nug...
Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi   angga nug...Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi   angga nug...
Materi perhitungan kebutuhan pasir urug pada pekerjaan konstruksi angga nug...
 
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)
 
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi PanjangMotif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
Motif dan Pola Paving True Pave atau Persegi Panjang
 
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
 
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
Tata cara penyemprotan prime coat dan tack coat beserta persyaratan alat yang...
 
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...
 
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannyaPengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannya
 
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalanPerbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalan
 
Membuat barcode untuk alamat rumah di google maps
Membuat barcode untuk alamat rumah di  google mapsMembuat barcode untuk alamat rumah di  google maps
Membuat barcode untuk alamat rumah di google maps
 
Slump test pada beton (Angga Nugraha)
Slump test pada beton (Angga Nugraha)Slump test pada beton (Angga Nugraha)
Slump test pada beton (Angga Nugraha)
 
Perencanaan cut and fill lahan
Perencanaan cut and fill lahan Perencanaan cut and fill lahan
Perencanaan cut and fill lahan
 
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
Sand cone test (Tes Kepadatan Tanah di Lapangan)
 
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
Quality Control (Pengetesan Suhu Hotmix Pekerjaan Jalan)
 

Recently uploaded

Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
rhamset
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
jayakartalumajang1
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
indahrosantiTeknikSi
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
delphijean1
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
HADIANNAS
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
AnandhaAdkhaM1
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
muhhaekalsn
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
muhammadiswahyudi12
 

Recently uploaded (10)

Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
436102098-0-K3-Elevator-Dan-Eskalator.ppt
 
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdfTUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
TUGAS pelaksana pekerjaan jalan jenjang empat 4 .pptx -.pdf
 
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptxTUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
TUGAS UJI KOMPETENSI-INDAH ROSANTI-AHLI UTAMA MANAJEMEN KONSTRUKSI.pptx
 
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong dCOOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
COOLING TOWER petrokimia gresik okdong d
 
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
Power Point TEMA 7 SUB TEMA 3 Pembelajaran 2
 
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASASURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA SURVEY REKAYASA
 
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptxPembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS.pptx
 
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptxRANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
RANGKAIAN LISTRIK MATERI 7 ANALISIS MESH.pptx
 

Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile

  • 1. Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile Oleh : Angga Nugraha, ST Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB Email : angganugraha.sil47@gmail.com Website : angganugraha.com Hai Salam Semangat !. Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dalam pekerjaan bore pile. Apa itu bore pile dan Strauss Pile?, Bore pile adalah salah satu jenis pekerjaan pondasi dalam, yang dimana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan langsung di site/lapangan, baik dari mulai tahap pengeboran tanah - tahap bekisting - tahap pembesian, sampai tahap pengecorannya. Sedangkan Strauss Pile adalah jenis pondasi dangkal, untuk cara pembuatannya pun hampir sama dengan bore pile akan tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Umumnya bore pile dan strauss pile ini berbentuk tabung yaitu alasnya berupa lingkaran dan memiliki tinggi tertentu. Lalu mengapa saya membahas mengenai cara pembesian untuk bore pile dan strauss pile ini, yaitu karena umumnya jenis pembesian pada bore pile atau strauss pile ini, khususnya untuk tulangan sengkang/begel berbentuk seperti spiral / melilit secara melingkar. Sebetulanya bentuk sengkang seperti ini tidak hanya pada bore pile atau strauss pile, namun terkadang juga bisa terdapat pada jenis kolom bulat ataupun jenis pekerjaan lainnya yang bentuknya bulat. Contoh pembesian sengkang yang seperti spiral / melilit secara melingkar adalah sebagai berikut : Gambar 1. Bentuk Strauss Pile Sumber gambar : http://strausspileborpile.blogspot.com/2016/09/borpile-murah.html Pada gambar tersebut, jenis tulangan pembesian pada strauss pile terdiri dari tulangan utama (yang memanjang), dan tulangan sengkang/begel (yang melingkar).
  • 2. Adapun pengertian secara sederhana mengenai tulangan utama yaitu tulangan yang berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, sedangkan sengkang/begel sebagai pengikat tulangan utama serta berfungsi untuk menahan gaya geser yang terjadi pada beton. Umumnya besi tulangan utama memiliki diameter lebih besar dibanding besi tulangan sengkang/begel. Sebelum ke materi perhitungan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal dasar berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton. Berdasarkan SNI tersebut, baja tulangan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Baja tulangan beton polos (BjTP) dan Baja tulangan beton sirip (BjTS). 1. BjTP Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip. Gambar 2. BjTP atau Besi Polos Sumber gambar : http://www.karya-logam.com/51/product-details-of/besi-beton-polos.html 2. BjTS Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan bersirip yang berfungsi untuk meningkatkan daya lekat agar dapat menahan gerakan membujur secara relatif terhadap beton. BjTS ini umumnya dilapangan sering juga disebut sebagai besi ulir. Gambar 3. BjTS atau Besi Ulir Sumber gambar : https://www.indotrading.com/product/besi-ulir-p308966.aspx
  • 3. Berdasarkan standar berat jenis besi yang didapat dari penelitian dengan sistem rata-rata yaitu mengambil beberapa sampel besi untuk dicari berapa beratnya dalam satuan meter kubik, berat standar jenis besi adalah 7850 kg/m3 . Sedangkan berdasarkan tabel SNI, berat besi per meter untuk besi polos dan ulir adalah sebagai berikut : Tabel 1. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran Tabel 2. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran Sumber : SNI 07-2052-2002 Sumber : SNI 07-2052-2002
  • 4. Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ukuran besi yang tersedia di pabrikan untuk besi tulangan polos memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 50 mm. Sedangkan untuk besi tulangan sirip/ulir memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 57 mm. Pada tabel tersebut juga dituliskan untuk setiap masing-masing ukuran diameter besi memiliki berat nominal per meter berbeda-beda. Biasanya dalam pekerjaan konstruksi bangunan, pelaksana pekerjaan menghitung jumlah kebutuhan total besi dengan cara mengkalikan total panjang besi yang dibutuhkan dengan nilai berat nominalnya sehingga didapatlah nilai total akhir dalam satuan kg atau ton. Mengapa pemesanan besi di pabrikan harus dihitung dalam satuan berat seperti kg atau ton. Hal ini didasarkan oleh kapasitas alat transportasi yang akan mengangkut besi tulangan tersebut dari pabrik menuju site/lapangan. Karena dalam peraturan lalu lintas, setiap kendaraan terutama mobil-mobil angkut memiliki batas kapasitas maksimum berat barang yang diijinkan untuk dibawa. Lalu, darimana dasar angka- angka berat nominal tersebut didapat, dan mengapa setiap ukuran diameter besi memiliki berat nominal yang berbeda. Pada bahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa standar berat jenis besi adalah 7850 kg/m3 . Lalu bentuk besi adalah serupa dengan tabung, sehingga dapat digunakan rumus matematika untuk menghitung volume tabung yaitu : …….………………….……….(Persamaan 1, Rumus Volume Tabung) …….………………..(Persamaan 2, Rumus Berat Jenis atau Densitas) Keterangan : V = Volume (satuan m3 ) µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan) d = Diameter Besi (satuan m’) t = Panjang Besi (satuan m’) ρ = Berat jenis besi (satuan kg/m3 ) m = Berat besi (satuan kg) Contoh perhitungan : Diketahui = Sebuah proyek membutuhkan besi ulir berdiameter 10 mm sebanyak 20 batang dan 10 batang besi polos berukuran 6 mm (catatan 1 batang besi adalah 12 m’) untuk memasang kolom utama rumah. Ditanyakan = Berapa ton besi yang harus dipesan? Jawabannya = Cara 1 menggunakan tabel SNI: Berat besi polos diameter 6 mm = 0.222 kg/m’ Berat besi ulir diameter 10 mm = 0.617 kg/m’
  • 5. Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’ Panjang kebutuhan besi ulir 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’ Sehingga berat besi polos 6 mm = 0.222 kg/m’ x 120 m’ = 26.64 kg berat besi ulir 10 mm = 0.617 kg/m’ x 240 m’ = 148.08 kg Cara 2 tanpa menggunakan tabel SNI (dengan cara berat jenis dan vol tabung): a. Berat besi polos diameter 6 mm Diameter besi 6 mm = 0.006 m’ Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’ Berat jenis besi = 7850 kg/m3 m3 b. Berat besi polos diameter 10 mm Diameter besi 10 mm = 0.010 m’ Panjang kebutuhan besi polos 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’ Berat jenis besi = 7850 kg/m3 m3 Dari kedua cara tersebut, didapatlah hasil akhir yang hampir sama, mungkin hanya ada sedikit perbedaan untuk nilai koma dibelakangnya saja. Apabila cara-cara tersebut sudah paham, maka dapat dilanjut untuk menghitung kebutuhan besi tulangan yang lebih komplek, salah satunya adalah menghitung kebutuhan besi pada pekerjaan bore pile/staruss pile. Dibawah ini terdapat gambar pembesian strauss pile dengan besi tulangan utama berdiameter ulir 16 mm dan tulangan sengkang/begel berdiameter ulir 13 mm dengan cara pemasangan begelnya yaitu dililit seperti spiral.
  • 6. Gambar 3. Strauss Pile Sumber gambar : by me Sebagai catatan, penamaan pada gambar diatas seperti pada tulangan utama 8D16 artinya : 8 = tulangan utama berjumlah 8 buah D = simbol dari jenis besi ulir 16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm Apabila tulangan utama bertuliskan 8Ø16 artinya : 8 = tulangan utama berjumlah 8 buah Ø = simbol dari jenis besi polos 16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm Lalu penamaan pada gambar diatas untuk tulangan begel/sengkang D13-150 artinya : D = simbol dari jenis besi ulir 13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm 150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm Apabila begel/sengkang bertuliskan Ø13-150 artinya : Ø = simbol dari jenis besi polos 13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm 150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
  • 7. Pada gambar 3 tersebut, kedalaman strauss pile adalah 6000 mm atau 6 m’, dengan diameter strauss pile adalah 500 mm atau 0.5 m’ dan jarak tahu beton / beton decking 50 mm atau 0.05 m’. Beton decking adalah beton yang digunakan sebagai spesi/pemisah antara permukaan luar beton dengan besi, sehingga dapat menghindari interaksi langsung antara besi dengan udara luar sehingga dapat meminimalisir terjadinya karat / korosi pada besi tulangan. Jenis pembesian pada gambar tersebut terutama pada bagian sengkang/begel adalah spiral sehingga cara perhitungan panjangnya harus menggunakan rumus panjang lilitan spiral yaitu : Gambar 4. Bentuk Spiral Sumber gambar : https://brilliantfantasy.wordpress.com/2016/09/26/rumus-panjang-lilitan-spiral/ √( ) ………..(Persamaan 3, Rumus Panjang Lilitan Spiral) Keterangan : L = Panjang Lilitan (satuan m’ ) µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan) D = Diameter Beton dikurangi beton decking (satuan m’) h = Kedalaman Cor (satuan m’) h1 = Jarak antar Begel (satuan m’) Contoh perhitungan untuk menghitung jumlah besi strauss pile pada gambar 3: Diketahui = a. Tulangan Utama (8D16)  Diameter besi = 16 mm atau 0.016 m’  Jenis Besi = ulir  Jumlah = 8 buah  Berat D16 per meter = 1.58 kg/m’
  • 8. b. Tulangan Sengkang (D13-150)  Diameter besi = 13 mm atau 0.013 m’  Jenis Besi = ulir  Jarak antar begel = 150 mm atau 0.15 m’  Berat D13 per meter = 1.04 kg/m’  Jumlah = 1 bh c. Ukuran beton Strauss Pile  Kedalaman = 6 m’  Diameter Beton = 500 mm atau 0.5 m’  Ukuran Decking = 50 mm atau 0.05 m’  Jumlah beton strauss = 1 bh d. Persyaratan Pembesian  Overlap antar besi = 40D atau (40 x ukuran diameter besi)  Panjang Lewatan Ujung Atas = 50D atau (50 x ukuran diameter besi)  Tekukan Ujung Atas 90° = 12D atau (12 x ukuran diameter besi) Ditanyakan = Berapa berat total besi yang dibutuhkan untuk strauss pile tersebut? Panjang Lewatan Ujung Atas Tekukan Ujung Atas 90° Overlap antar besi itu jika panjang besi Lebih dari 12 m’, maka perlu disambung dengan besi lainnya sehingga penyambungan tersebut diperlukan overlap sambungan agar kuat dan saling mengikat
  • 9. Jawabannya = a. Panjang Besi Tulangan Utama Panjang 1 buah besi = Kedalaman Beton + Panjang Lewatan Ujung Atas + Tekukan Ujung 90° = 6 m’ + 50D + 12D = 6 m’ + (50 x 0.016) m’ + (12 x 0.016) m’ = 6 m’ + 0.8 m’ + 0.192 m’ = 6.992 m’ Berat 1 buah besi = 6.992 m’ x 1.58 kg/m’ = 11.05 kg Berat 8 buah besi = 8 buah x 11.05 kg/buah = 88.40 kg b. Panjang Besi Begel / Sengkang Panjang 1 buah besi = √( ) = √( ) = √ = √ = √ = √ = Catatan karena panjang besi tersebut adalah 50.60 m’, maka besi tersebut perlu ditambahkan overlap sambungan, karena panjang maksimumbesi 1 batang adalah 12 m’. Sehingga jumlah overlapnya sebanyak : Banyaknya overlap = (Panjang total besi awal /12 m’) – 1 bh = ((50.60 m’/12 m’) – 1 bh) = 3.2 bh = 4 bh
  • 10. (dibulatkan ke atas untuk menghitung jumlah overlap) Panjang total overlap = Banyaknya overlap x 40D = 4 bh x (40 x 0.013) = 4 x 0.52 = 4.52 m’ Sehingga panjang 1 buah besi begel = panjang overlap + panjang besi awal = 4.52 m’ + 50.60 m’ = 55.12 m’ Berat 1 buah begel = 55.12 m’ x 1.04 kg/m’ = 57.32 kg Kesimpulan : Jumlah kebutuhan besi untuk strauss pile pada gambar 3 adalah : Besi Tulangan Utama (D16) = 88.40 kg Besi Begel / Sengkang (D13) = 57.32 kg