ditulis oleh Angga Nugraha, Lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Sebuah tulisan mengenai cara menghitung pembesian pada bore pile atau strauss pile terutama untuk bentuk sengkang / begel yang berbentuk spiral
Fantastic tutorial, shared with us by Dario Ilardi, of Grafica2d3d.com, I recommend to see.
The website is in Italian, but it is full of excellent tutorials, understandable in any language.
This great tutorial, explain, step by step, how to obtain, by using vray 2.0 for sketchup, a render, clear and clean as what we see in the picture below.
Dario say : " I'm experimenting with the use of brute force as a substitute of irradiance map and I must say that in terms of speed and quality impressed me positively "
Thanks so much Dario for this one, the result is really good !
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Fantastic tutorial, shared with us by Dario Ilardi, of Grafica2d3d.com, I recommend to see.
The website is in Italian, but it is full of excellent tutorials, understandable in any language.
This great tutorial, explain, step by step, how to obtain, by using vray 2.0 for sketchup, a render, clear and clean as what we see in the picture below.
Dario say : " I'm experimenting with the use of brute force as a substitute of irradiance map and I must say that in terms of speed and quality impressed me positively "
Thanks so much Dario for this one, the result is really good !
Perkerasan Jalan Raya Lentur dan Kaku, metode Analisis dan Manual
ANGGOTA KELOMPOK :
DHANES PRABASWARA ( I 0112029)
AYU ISMOYO SOFIANA ( I 0113021)
MUHAMMAD BUDI SANTOSO( I 0113080)
RAKE ADIUTO ( I 0113105)
SITI DWI RAHAYU ( I 0113124)
Pekerjaan pasir urug ini biasanya sering digunakan di beberapa jenis kegiatan konstruksi salah satunya adalah untuk pekerjaan dibawah pasangan paving block, dibawah pondasi dan lainnya.
Adapun salah satu fungsi dari pasir urug dalam pekerjaan konstruksi adalah untuk menstabilkan permukaan tanah asli sehingga permukaan tanah dapat menerima beban secara merata.
Pengendalian proyek dengan metode nilai hasil (earned value method)Angga Nugraha
Salah satu metode pengendalian proyek adalah dengan menganalisa menggunakan metode nilai hasil (Earned Value ethod), dimana metode ini mengintegrasikan antara biaya dengan schedule sehingga dapat memprediksi total biaya yang dibutuhkan di akhir proyek secara linier untuk pada saat evaluasi pada periode waktu tertentu, Adapun indikator dasar dari earned value method ini adalah BCWS (Budgeted COst of Work Schedule), BCWP (Budgeted Cost of Work Performed), dan ACWP (Actual Cost of WOrk Performed).
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
alumni Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai tata cara pengetesan core drill pada pekerjaan jalan beraspal untuk mengukur ketebalan lapisan aspal tersebut.
Cara penyiapan dan pembersihan lahan sebelum pelaksanaan penyemprotan prime c...Angga Nugraha
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
Materi ini mengenai tata cara penyiapan lahan sebelum pelaksanaan pekerjaan Prime Coat dan Tack Coat pada Konstruksi Jalan
Pengetesan prime coat dan tack coat beserta contoh perhitungannyaAngga Nugraha
dibuat oleh Angga Nugraha
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Materi ini mengenai cara-cara dan contoh perhitungan detail pada pekerjaan Tack Coat dan Prime Coat dalam konstruksi jalan.
Perbedaan prime coat dan tack coat pada pekerjaan konstruksi jalanAngga Nugraha
ditulis oleh : Angga Nugraha, ST
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Tulisan ini mengenai perbedaan Prime Coat dan Tack Coat secara mendetail, yang dijelaskan beserta gambar dan cara pelaksanaannya.
Membuat barcode untuk alamat rumah di google mapsAngga Nugraha
dibuat oleh Angga Nugraha
Materi ini tentang pembuatan barcode alamat rumah menggunakan Google Maps. Disini dijelaskan proses dari pembuatan smapai pengecekan ulang barcode, sehingga pembuatan barcode akurat.
ditulis oleh Angga Nugraha, ST
lulusan Teknik Sipil dan Lingkungan IPB.
Tulisan ini mengenai cara-cara melakukan test slump beton sesuai SNI. Dari mulai tahap awal smapai akhir pengetesan.
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
1. Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Oleh : Angga Nugraha, ST
Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB
Email : angganugraha.sil47@gmail.com
Website : angganugraha.com
Hai Salam Semangat !.
Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dalam
pekerjaan bore pile. Apa itu bore pile dan Strauss Pile?, Bore pile adalah salah satu
jenis pekerjaan pondasi dalam, yang dimana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan
langsung di site/lapangan, baik dari mulai tahap pengeboran tanah - tahap bekisting -
tahap pembesian, sampai tahap pengecorannya. Sedangkan Strauss Pile adalah jenis
pondasi dangkal, untuk cara pembuatannya pun hampir sama dengan bore pile akan
tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Umumnya bore pile dan strauss pile ini
berbentuk tabung yaitu alasnya berupa lingkaran dan memiliki tinggi tertentu.
Lalu mengapa saya membahas mengenai cara pembesian untuk bore pile dan
strauss pile ini, yaitu karena umumnya jenis pembesian pada bore pile atau strauss
pile ini, khususnya untuk tulangan sengkang/begel berbentuk seperti spiral / melilit
secara melingkar. Sebetulanya bentuk sengkang seperti ini tidak hanya pada bore pile
atau strauss pile, namun terkadang juga bisa terdapat pada jenis kolom bulat ataupun
jenis pekerjaan lainnya yang bentuknya bulat. Contoh pembesian sengkang yang
seperti spiral / melilit secara melingkar adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Bentuk Strauss Pile
Sumber gambar : http://strausspileborpile.blogspot.com/2016/09/borpile-murah.html
Pada gambar tersebut, jenis tulangan pembesian pada strauss pile terdiri dari
tulangan utama (yang memanjang), dan tulangan sengkang/begel (yang melingkar).
2. Adapun pengertian secara sederhana mengenai tulangan utama yaitu tulangan yang
berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, sedangkan sengkang/begel
sebagai pengikat tulangan utama serta berfungsi untuk menahan gaya geser yang
terjadi pada beton. Umumnya besi tulangan utama memiliki diameter lebih besar
dibanding besi tulangan sengkang/begel.
Sebelum ke materi perhitungan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal
dasar berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton. Berdasarkan SNI
tersebut, baja tulangan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Baja tulangan beton polos (BjTP)
dan Baja tulangan beton sirip (BjTS).
1. BjTP
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak
bersirip.
Gambar 2. BjTP atau Besi Polos
Sumber gambar : http://www.karya-logam.com/51/product-details-of/besi-beton-polos.html
2. BjTS
Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan bersirip yang
berfungsi untuk meningkatkan daya lekat agar dapat menahan gerakan membujur
secara relatif terhadap beton. BjTS ini umumnya dilapangan sering juga disebut
sebagai besi ulir.
Gambar 3. BjTS atau Besi Ulir
Sumber gambar : https://www.indotrading.com/product/besi-ulir-p308966.aspx
3. Berdasarkan standar berat jenis besi yang didapat dari penelitian dengan sistem
rata-rata yaitu mengambil beberapa sampel besi untuk dicari berapa beratnya dalam
satuan meter kubik, berat standar jenis besi adalah 7850 kg/m3
.
Sedangkan berdasarkan tabel SNI, berat besi per meter untuk besi polos dan ulir
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran
Tabel 2. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran
Sumber : SNI 07-2052-2002
Sumber : SNI 07-2052-2002
4. Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ukuran besi yang tersedia di
pabrikan untuk besi tulangan polos memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan
maksimum diameter 50 mm. Sedangkan untuk besi tulangan sirip/ulir memiliki
ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 57 mm. Pada tabel tersebut
juga dituliskan untuk setiap masing-masing ukuran diameter besi memiliki berat
nominal per meter berbeda-beda. Biasanya dalam pekerjaan konstruksi bangunan,
pelaksana pekerjaan menghitung jumlah kebutuhan total besi dengan cara
mengkalikan total panjang besi yang dibutuhkan dengan nilai berat nominalnya
sehingga didapatlah nilai total akhir dalam satuan kg atau ton.
Mengapa pemesanan besi di pabrikan harus dihitung dalam satuan berat seperti kg
atau ton. Hal ini didasarkan oleh kapasitas alat transportasi yang akan mengangkut
besi tulangan tersebut dari pabrik menuju site/lapangan. Karena dalam peraturan lalu
lintas, setiap kendaraan terutama mobil-mobil angkut memiliki batas kapasitas
maksimum berat barang yang diijinkan untuk dibawa. Lalu, darimana dasar angka-
angka berat nominal tersebut didapat, dan mengapa setiap ukuran diameter besi
memiliki berat nominal yang berbeda.
Pada bahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa standar berat jenis besi adalah
7850 kg/m3
. Lalu bentuk besi adalah serupa dengan tabung, sehingga dapat digunakan
rumus matematika untuk menghitung volume tabung yaitu :
…….………………….……….(Persamaan 1, Rumus Volume Tabung)
…….………………..(Persamaan 2, Rumus Berat Jenis atau Densitas)
Keterangan : V = Volume (satuan m3
)
µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan)
d = Diameter Besi (satuan m’)
t = Panjang Besi (satuan m’)
ρ = Berat jenis besi (satuan kg/m3
)
m = Berat besi (satuan kg)
Contoh perhitungan :
Diketahui = Sebuah proyek membutuhkan besi ulir berdiameter 10 mm sebanyak
20 batang dan 10 batang besi polos berukuran 6 mm (catatan 1
batang besi adalah 12 m’) untuk memasang kolom utama rumah.
Ditanyakan = Berapa ton besi yang harus dipesan?
Jawabannya =
Cara 1 menggunakan tabel SNI:
Berat besi polos diameter 6 mm = 0.222 kg/m’
Berat besi ulir diameter 10 mm = 0.617 kg/m’
5. Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’
Panjang kebutuhan besi ulir 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’
Sehingga
berat besi polos 6 mm = 0.222 kg/m’ x 120 m’ = 26.64 kg
berat besi ulir 10 mm = 0.617 kg/m’ x 240 m’ = 148.08 kg
Cara 2 tanpa menggunakan tabel SNI (dengan cara berat jenis dan vol tabung):
a. Berat besi polos diameter 6 mm
Diameter besi 6 mm = 0.006 m’
Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’
Berat jenis besi = 7850 kg/m3
m3
b. Berat besi polos diameter 10 mm
Diameter besi 10 mm = 0.010 m’
Panjang kebutuhan besi polos 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’
Berat jenis besi = 7850 kg/m3
m3
Dari kedua cara tersebut, didapatlah hasil akhir yang hampir sama, mungkin
hanya ada sedikit perbedaan untuk nilai koma dibelakangnya saja. Apabila cara-cara
tersebut sudah paham, maka dapat dilanjut untuk menghitung kebutuhan besi tulangan
yang lebih komplek, salah satunya adalah menghitung kebutuhan besi pada pekerjaan
bore pile/staruss pile.
Dibawah ini terdapat gambar pembesian strauss pile dengan besi tulangan utama
berdiameter ulir 16 mm dan tulangan sengkang/begel berdiameter ulir 13 mm dengan
cara pemasangan begelnya yaitu dililit seperti spiral.
6. Gambar 3. Strauss Pile
Sumber gambar : by me
Sebagai catatan, penamaan pada gambar diatas seperti pada tulangan utama 8D16
artinya :
8 = tulangan utama berjumlah 8 buah
D = simbol dari jenis besi ulir
16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm
Apabila tulangan utama bertuliskan 8Ø16 artinya :
8 = tulangan utama berjumlah 8 buah
Ø = simbol dari jenis besi polos
16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm
Lalu penamaan pada gambar diatas untuk tulangan begel/sengkang D13-150 artinya :
D = simbol dari jenis besi ulir
13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm
150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
Apabila begel/sengkang bertuliskan Ø13-150 artinya :
Ø = simbol dari jenis besi polos
13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm
150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm
7. Pada gambar 3 tersebut, kedalaman strauss pile adalah 6000 mm atau 6 m’,
dengan diameter strauss pile adalah 500 mm atau 0.5 m’ dan jarak tahu beton / beton
decking 50 mm atau 0.05 m’. Beton decking adalah beton yang digunakan sebagai
spesi/pemisah antara permukaan luar beton dengan besi, sehingga dapat menghindari
interaksi langsung antara besi dengan udara luar sehingga dapat meminimalisir
terjadinya karat / korosi pada besi tulangan.
Jenis pembesian pada gambar tersebut terutama pada bagian sengkang/begel
adalah spiral sehingga cara perhitungan panjangnya harus menggunakan rumus
panjang lilitan spiral yaitu :
Gambar 4. Bentuk Spiral
Sumber gambar : https://brilliantfantasy.wordpress.com/2016/09/26/rumus-panjang-lilitan-spiral/
√( ) ………..(Persamaan 3, Rumus Panjang Lilitan Spiral)
Keterangan : L = Panjang Lilitan (satuan m’
)
µ = 22/7 atau 3.14 (tanpa satuan)
D = Diameter Beton dikurangi beton decking (satuan m’)
h = Kedalaman Cor (satuan m’)
h1 = Jarak antar Begel (satuan m’)
Contoh perhitungan untuk menghitung jumlah besi strauss pile pada gambar 3:
Diketahui = a. Tulangan Utama (8D16)
Diameter besi = 16 mm atau 0.016 m’
Jenis Besi = ulir
Jumlah = 8 buah
Berat D16 per meter = 1.58 kg/m’
8. b. Tulangan Sengkang (D13-150)
Diameter besi = 13 mm atau 0.013 m’
Jenis Besi = ulir
Jarak antar begel = 150 mm atau 0.15 m’
Berat D13 per meter = 1.04 kg/m’
Jumlah = 1 bh
c. Ukuran beton Strauss Pile
Kedalaman = 6 m’
Diameter Beton = 500 mm atau 0.5 m’
Ukuran Decking = 50 mm atau 0.05 m’
Jumlah beton strauss = 1 bh
d. Persyaratan Pembesian
Overlap antar besi = 40D atau
(40 x ukuran diameter besi)
Panjang Lewatan Ujung Atas = 50D atau
(50 x ukuran diameter besi)
Tekukan Ujung Atas 90° = 12D atau
(12 x ukuran diameter besi)
Ditanyakan = Berapa berat total besi yang dibutuhkan untuk strauss pile tersebut?
Panjang Lewatan Ujung Atas
Tekukan Ujung Atas 90°
Overlap antar besi itu jika panjang besi
Lebih dari 12 m’, maka perlu disambung
dengan besi lainnya sehingga penyambungan
tersebut diperlukan overlap sambungan agar
kuat dan saling mengikat
9. Jawabannya =
a. Panjang Besi Tulangan Utama
Panjang 1 buah besi = Kedalaman Beton + Panjang Lewatan Ujung Atas +
Tekukan Ujung 90°
= 6 m’ + 50D + 12D
= 6 m’ + (50 x 0.016) m’ + (12 x 0.016) m’
= 6 m’ + 0.8 m’ + 0.192 m’
= 6.992 m’
Berat 1 buah besi = 6.992 m’ x 1.58 kg/m’
= 11.05 kg
Berat 8 buah besi = 8 buah x 11.05 kg/buah
= 88.40 kg
b. Panjang Besi Begel / Sengkang
Panjang 1 buah besi = √( )
= √( )
= √
= √
= √
= √
=
Catatan karena panjang besi tersebut adalah 50.60 m’, maka besi tersebut perlu
ditambahkan overlap sambungan, karena panjang maksimumbesi 1 batang adalah 12
m’. Sehingga jumlah overlapnya sebanyak :
Banyaknya overlap = (Panjang total besi awal /12 m’) – 1 bh
= ((50.60 m’/12 m’) – 1 bh)
= 3.2 bh
= 4 bh
10. (dibulatkan ke atas untuk menghitung jumlah overlap)
Panjang total overlap = Banyaknya overlap x 40D
= 4 bh x (40 x 0.013)
= 4 x 0.52
= 4.52 m’
Sehingga panjang 1 buah besi begel = panjang overlap + panjang besi awal
= 4.52 m’ + 50.60 m’
= 55.12 m’
Berat 1 buah begel = 55.12 m’ x 1.04 kg/m’
= 57.32 kg
Kesimpulan :
Jumlah kebutuhan besi untuk strauss pile pada gambar 3 adalah :
Besi Tulangan Utama (D16) = 88.40 kg
Besi Begel / Sengkang (D13) = 57.32 kg