SlideShare a Scribd company logo
1 of 47
1
PAPARAN
DIREKTUR BINA TEKNIK
PENERAPAN
MANUAL DESAIN PERKERASAN 2013
Penyelenggaraan Jalan yang
Handal, Efektif dan Efisien
Faktor 1 :
Jaringan Jalan
mendukung
Pengelolaan Tata
Ruang dan Tata
Guna Lahan
Faktor 2:
Alokasi
Anggaran Tepat
Sasaran Kinerja
Faktor 3:
Delivery Sistem
yang
Mendukung
Strategi
Pencapaian
Kinerja Jalan
Faktor 4:
Pendekatan
Desain dan
Penerapan
Teknologi
Menjamin
Minimum Life
Cycle Cost
Faktor 5:
Pelaksanaan
tepat Mutu,
Waktu dan
Target
Anggaran.
Faktor 6 :
Pemeliharaan
Jalan Bersifat
Responsif dan
Preventif
Faktor 7:
Penegakan
Hukum dan
Peraturan
Penggunaan
Jalan
FAKTOR KUNCI PENYELENGGARAAN JALAN
7 faktor penyelenggaraan jalan.pptx
Kerangka Konektivitas Nasional
Sumber: MP3EI
Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 Nomor
02/M/BM/2013 melakukan penajaman dengan :
• Umur rencana untuk mencapai minimum life
cycle cost
• Strong base approach
• Desain drainase yang komprehensif
• Analisa beban sumbu yang lebih komprehensif
(Penggunaan Beban Aktual sampai tahun 2020 yang
dikonversikan dengan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai)
5
MANUAL DESAIN PEKERASAN JALAN (NO. 02/M/BM/2013)
4 Tantangan telah diakomodasi
•Beban Berlebih
– Penggunaan Beban Aktual sampai tahun 2020 yang
dikonversikan dengan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai
•Temperatur Perkerasan Tinggi
– Penggunaan modulus elastisitas yang lebih sesuai
•Curah Hujan Tinggi
– Faktor drainase & daya dukung tanah dasar
•Tanah Lunak
– Penanganan tanah dasar & dampaknya
Tantangan ke-5 :
•Mutu Konstruksi
– Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Perkerasan
3-6
Traffic
Subgrade
Soil
Materials
Construction
Variability
Environment
Maintenance
and Rehabilitation
Design
16
24
34
37
45
0
16
24
34
37
45
29
48
54
69
75
0
20
30
40
48
57
22
34
58
70
84
0
23
35
55
69
80
22
33
57
69
83
0
23
40
54
69
85
22
33
44
55
66
0
19
30
40
51
58
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
6B (1.2H) 7A (1.2.2) 7C1 (1.2-2.2) 7C2 (1.2-2.2.2) 7C3 (1.2.2-2.2.2) 6B (1.2H) 7A (1.2.2) 7C1 (1.2-2.2) 7C2 (1.2-2.2.2) 7C3 (1.2.2-2.2.2)
BERAT
TOTAL
KENDARAAN
(Ton)
KOMPOSISI SUMBU KENDARAAN
STANDAR
2007
2009
2010
2011
PANTURA JALINTIM
Kelebihan muatan di Pantura dan Jalintim berkisar antara 20% s/d 100% dengan rata-rata 60% dari beban standar.
* Hasil survey WIM (Weight In Motion)
8
TEMPERATUR PERKERASAN TINGGI
No. Jenis Pengujian
Metoda
Pengujian
Tipe I
Aspal
Pen.
60-70
Tipe II Aspal yang Dimodifikasi
A (1)
B C
Asbuton yg
diproses
Elastomer
Alam (Latex)
Elastomer
Sintetis
1. Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 40-55 50-70 Min.40
2. Viskositas 135C (cSt) AASHTO T201-03 ≥ 300 385 – 2000 < 2000(4)
< 3000(4)
3. Titik Lembek (C) SNI 06-2434-1991 >48 - - >54
4. Indeks Penetrasi 2)
- > -1,0 ≥ - 0,5 > 0.0 > 0,4
5. Daktilitas pada 25C, (cm) SNI-06-2432-1991 >100 > 100 > 100 > 100
6. Titik Nyala (C) SNI-06-2433-1991 >232 >232 >232 >232
7.
Kelarutan dalam
Trichloroethylene (%)
AASHTO T44-03 >99 > 90(1)
>99 >99
8. Berat Jenis SNI-06-2441-1991 >1,0 >1,0 >1,0 >1,0
9. Stabilitas Penyimpanan (C) ASTM D 5976 part 6.1 - <2,2 <2,2 <2,2
Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) :
-
10. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8
11. Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 > 54 ≥54
12. Indeks Penetrasi 2)
- > -1,0 > 0,0 > 0,0 > 0,4
13.
Keelastisan setelah
Pengembalian (%)
AASHTO T 301-98 - - > 45 > 60
14. Daktilitas pada 25C (cm) SNI 062432-1991 > 100 > 50 > 50 -
15.
Partikel yang lebih halus dari
150 micron (m) (%)
Min. 95(1)
- -
Titik lembek diminta diatas 48 oC
• Aspal merupakan bahan yang viscoelastic yang tergantung
pada temperatur dan waktu
• Titik lembek disyaratkan 48 oC, sedangkan temperatur
perkerasan di lapangan dapat mencapai 70 oC.
9
KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN
10
PENDEKATAN DENGAN RUMUSAN AASHTO 1993
SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
 D*1 ≥ SN1 / a1 dan SN*1 = a1D1 ≥ SN1
 D*2 ≥ (SN2 – SN*1) / a2m2 dan SN*1 + SN*2 ≥ SN2
 D*3 ≥ [SN3 – (SN*1 + SN*2) / a3m3]
di mana :
• a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan
• D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam
inch)
• m2, m3 = koefisien drainase
Jalan yang tergenang akibat drainase yang tidak ada / tidak berfungsi diperparah
dengan kendaraan overloading
Pasar Tumpah mengganggu kegiatan pemeliharaan drainase
Penutupan Saluran Drainase
14
KONSTRUKSI DIATAS TANAH LUNAK?
15
CONTOH PENANGANAN TANAH LUNAK
Penanganan tanah lunak membutuhkan biaya konstruksi yang lebih besar
16
CONTOH PENANGANAN TANAH LUNAK
17
KERUSAKAN JALAN AKIBAT DESAIN, PELAKSANAAN,
DAN PEMELIHARAAN YANG TIDAK BAIK
Kualitas Pelaksanaan Rendah
19
Kualitas Pelaksanaan Rendah
Pengaruh Kepadatan & Kekuatan
Tanah Dasar (CBR)
Contoh :
Pada kepadatan 92%, CBR turun menjadi 27% CBR semula
Pedoman desain perkerasan yang ada :
• Pd T-01-2002-B (Perkerasan Lentur)
• Pd T-14-2003 (Perkerasan Kaku)
• Pd T-05-2005 (Overlay)
• Pedoman No.002/P/BM/2011 (RDS update)
PENDEKATAN DESAIN TERDAHULU
• Umur rencana 10 tahun
• Analisis beban menggunakan beban standar
• Asumsi pengguna / pemanfaat jalan tertib
18%
15%
20%
Overload
47%
Faktor faktor
desain lainnya
Kualitas
Konstruksi
PERKERASAN LENTUR
Pemeliharaan
38%
29%
29%
5%
PERKERASANKAKU
Kualitas
Konstruksi
Faktor faktor
desain lainnya
Overload
Pemeliharaan
(Hasil Studi INDII, 2011)
Umur Rencana Perkerasan Baru
Kurva Penurunan Kondisi Jalan
From TR News, September-October 2003, pp. 4-15. Copyright,
Transportation Research Board (TRB), National Research
Council, Washington, D.C
IF eliminates or delays
spending $6 to $10 on
rehabilitation or
reconstruction here
Spending $1 on
preservation here
resulting minimum LCC
Kurva Tipikal Pemeliharaan Jalan
Subgrade Soil
Base/Subbase
Surface
layer
Subgrade
Axle
Load
dSurface
sSurface
sBase
Terdapat dua tipe kerusakan perkerasan :
- Fatigue, akibat dari tegangan pada bagian bawah lapis permukaan
- Permanent Deformation, akibat dari tegangan pada bagian atas tanah dasar
Komponen Struktur Perkerasan Lentur
Komponen Struktur Perkerasan Kaku
Solusi Desain Pondasi Jalan
1. Galian dengan drainase sub soil,
terdrainase sempurna
2. Timbunan dg lapis pondasi bawah
menerus sampai bahu (day-lighting)
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Detail Tipikal
Aggregate base B
Geotekstil
1.2
1.2
1.0
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
Drainase
sub soil
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir
(tidak terkena banjir)
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas Bahu
Jalur Lalu Lintas Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berbutir
1. Galian dengan drainase sub soil,
terdrainase sempurna
2. Timbunan dg lapis pondasi bawah
menerus sampai bahu (day-lighting)
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
Kondisi Lapangan
(digunakan untuk pemilihan
nilai m yang sesuai)
nilai 'm'
utk desain
Detail Tipikal
Aggregate base B
Geotekstil
1.2
1.2
1.0
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
Drainase
sub soil
(keluaran drainase sub soil
selalu diatas muka banjir
(tidak terkena banjir)
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas Bahu
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas
Bahu
Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
500 m. solusi alternatif dengan drai-
3. Diatas permukaan tanah dengan
drainase sub soil, medan datar
4. Timbunan dengan tepi permeabilitas
rendah dan lapis pondasi bawah
5. Galian, pada permukaan tanah, atau
timbunan tanpa drainase subsoil dan
6. Tanah dasar jenuh secara permanen
selama musim hujan dan tidak ter-
alirkan. Tanpa titik keluar utk sistem
sub soil. Aturan lapis penutup
capping juga berlaku. Agregat kelas B tanah dasar jenuh
>500
1.0
0.9
0.7
0.4
Rounding
Tepi dengan permeabilitas
rendah
Muka air tanah tinggi
tepi dg permeabilitas rendah > 500mm
Terkadang drainase sub soil dibawah
Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas
Bahu
Bahu
Drainase
sub soil
Lapis Pondasi agregat kelas B
Lapis Pondasi agregat kelas B Geotekstil
Jalur Lalu Lintas Bahu
Lapis Pondasi agregat kelas B
boxed. Tepi jalur drainase lebih dari
Jalur Lalu Lintas Bahu
500 m. solusi alternatif dengan drai-
nase melintang dari sub base pada
jarak < 10 m atau pada titik terendah.
33
PENDEKATAN DENGAN RUMUSAN AASHTO 1993
SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3
 D*1 ≥ SN1 / a1 dan SN*1 = a1D1 ≥ SN1
 D*2 ≥ (SN2 – SN*1) / a2m2 dan SN*1 + SN*2 ≥ SN2
 D*3 ≥ [SN3 – (SN*1 + SN*2) / a3m3]
di mana :
• a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan
• D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam
inch)
• m2, m3 = koefisien drainase
34
Traffic Multipilier
Traffic Multiplier (TM)
– Kerusakan akibat lalin dalam ESA4 memberikan hasil
< kerusakan akibat asphalt fatigue akibat
overloading yg signifikan. Traffic multiplier (TM)
digunakan untuk mengoreksi ESA4 akibat asphalt
fatigue ini.
– ESA5 = TM lapisan aspal x ESA4
– TM untuk kondisi beban berlebih di Ind : 1,8 - 2.
35
Klasifikasi Kendaraan dan
Vehicle Damage Factor (VDF) Baku
Jenis Kendaraan
Uraian
Konfigur
asi
sumbu
Muatan2 yang
diangkut
Kelom
pok
sumbu
Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen
Beban (VDF)
(ESA / kendaraan)
Semua
kendaraan
bermotor
Semua
kendaraan
bermotor
kecuali
sepeda
motor
Klasifi
kasi
Lama
Alterna
tif
VDF4
(Pangkat
4)
VDF5
(Pangkat
5)
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4
2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan/Angkot/pickup
/station wagon
1.1
2 51,7 74,3
KEN
DARAAN
NIAGA
5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2
5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0
6a.1 6.1 Truk 2 sumbu - cargo
ringan
1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu - ringan 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 0,8 0,8
6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu - cargo
sedang
1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7
6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 1,6 1,7
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 3,8 5.50 0,9 0,8
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 7,3 11,2
7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 3,9 5,60 7,6 11,2
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, PC 3 28,1 64,4
7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
7b 10 Truk 2 sumbu &
gandengan 2 sumbu
1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 90,4
7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0
7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2
7c2.2 13 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7
7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7
Traffic Multiplier
36
Catatan :
1. Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku
2. Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 –150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan
125 –150 mm
3. Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah
4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang
diijinkan melaksanakan pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area
sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat.
5. AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm.
6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA.
Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif
BAGAN DESAIN 3 DESAIN PERKERASAN LENTUR
(opsi biaya minimum termasuk CTB)1
STRUKTUR PERKERASAN
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Lihat Bagan Desain 5 & 6 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif > murah3
Pengulangan beban
sumbu desain 20 tahun
terkoreksi di lajur desain
(pangkat 5) (106 CESA5)
< 0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 4,0 4,0 - 30 30 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 500
Jenis permukaan
berpengikat
HRS, SS,
Pen Mac
HRS
ACkasar atau
AC halus AC kasar
Jenis lapis Pondasi dan
lapis Pondasi bawah
Lapis Pondasi Berbutir A Cement Treated Base (CTB)
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
HRS WC 30 30 30
HRS Base 35 35 35
AC WC 40 40 40 50 50
Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280
CTB atau
LPA Kelas A
CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A2 150 250 250 150 150 150 150 150
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam
atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
150 125 125
37
STRUKTUR PERKERASAN
FF1 FF2 FF3 FF4
ESA 5 (juta) untuk UR 20 tahun di lajur desain
0,8 1 2 5
TEBAL LAPIS PERKERASAN (mm)
AC WC 50 40 40 40
AC BC lapis 1 0 60 60 60
AC BC lapis 2/ AC Base 0 0 80 60
AC BC lapis 3/ AC Base 0 0 0 75
LPA Kelas A lapis 1 150 150 150 150
LPA Kelas A lapis 2/ LPA Kelas B 150 150 150 150
LPA Kelas A , LPA Kelas B atau kerikil
alam atau lapis distabilisasi dengan CBR
>10%
150 150 0 0
Bagan Desain 3A: Desain Perkerasan Lentur Alternatif
Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan,
namun untuk desain perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan
Bagan Desain 3.
38
Bagan Desain 4: Perkerasan Kaku untuk Jalan
dengan Beban Lalu Lintas Berat
(Persyaratan desain untuk bagan solusi : perkerasan dengan sambungan
dan dowel serta tied shoulder, dengan atau tanpa tulangan distribusi
retak)
Struktur Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5
Kelompok sumbu kendaraan berat
(overloaded)11 <4.3x106 <8.6 x 106 < 25.8x106 <43 x 106 <86 x 106
Dowel dan bahu beton Ya
STRUKTUR PERKERASAN (mm)
Tebal pelat beton 265 275 285 295 305
Lapis Pondasi LMC 150
Lapis Pondasi Agregat Kelas A12 150
Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk
desain perkerasan kaku tersebut didasarkan pada ketentuan berat kelompok
kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer
harus menggunakan pembebanan kelompok beban yang aktual. LAMPIRAN A
memberikan pembebanan kelompok sumbu yang mewakili untuk Indonesia.
39
REHABILITASI PERKERASAN
40
Level Desain & Pemicu Penanganan
Pemicu Konseptual untuk Penanganan Perkerasan
indikasi
kecukupan
struktural
(contoh
defleksi
(mm))
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
0,5 5 50
ROUTINEMTNCEANDNON
STRUCTURAL OVERLAY(IRI
TRIGGER)
STRUCTURAL
OVERLAY
LAPIS TAMBAH
STRUKTURAL
PEMELIHARAAN RUTIN ATAU LAPIS
TAMBAH NONSTRUKTURAL
(IRI sebagaipemicu)
Lalu Lintas (jutaESA)
PEMICU Lendutan1:
indikatordimanalapis
tambahstruktural
dibutuhkan
REKONSTRUKSI PERKERASAN
LENTUR/KAKU, ATAU DAUR
ULANG
PEMICU Lendutan2:
indikatordimana
rekonstruksiataudaurulang
lebihmurahdaripada lapis
tambahstruktural
41
Pemicu ketidakrataan untuk Overlay dan Rekonstruksi
Level Desain & Pemicu Penanganan
LHRT
(kend/jam)
Pemicu IRI 1
untuk Overlay
Non-Struktural
Pemicu IRI 2 untuk Overlay Struktural
(Lalin < 1 juta ESA4) atau Pengupasan
(untuk lalin > 1 juta ESA4 harus digunakan
Pemicu Lendutan)
Pemicu IRI 3
untuk Investigasi
Rekonstruksi
< 200 6,75
8 12
> 200 - 500 6,5
>500 - 7500 6,25
>7500 6
42
Level Desain & Pemicu Penanganan
Lendutan Pemicu utk Overlay & Rekonstruksi
Lalu lintas
untuk 10
Tahun
(juta ESA /
lajur)
Jenis Lapis
Permukaan
Lendutan Pemicu untuk Overlay2
(Lendutan Pemicu 1)
Lendutan Pemicu untuk Inves-
tigasi untuk Rekonstruksi atau
Daur Ulang (Lendutan Pemicu 2)
Lendutan Karak-
teristik Benkel-
man Beam (mm)3
Lengkungan
FWD D0-D200
(mm)
Lendutan Karak-
teristik Benkel-
man Beam (mm)4
Lengkungan
FWD D0-D200
(mm)
<0,1 HRS >2,3 Tidak digunakan
>3,0
Tidak digunakan
0,1 – 0,2 HRS >2,1 0,63
0,2 – 0,5 HRS >2,0 0,48 >2,7
0,5 - 1 HRS >1,5 0,39 > 2,5 0,66
1 - 2 HRS >1,3 0,31 0,54
2 - 3 AC >1,25 0,28 0,46
2 - 5 AC >1,2 0,23 0,39
5 - 7 AC >1,15 0,21 0,35
7 - 10 AC >1,1 0,19 0,31
10 - 30 AC >0,95 0,13 1,35 0,180
30 - 50 AC / perkerasan kaku >0,88 0,11 1,2 0,175
50 - 100 AC / perkerasan kaku >0,8 0,091 1,0 0,170
100 - 200 AC / perkerasan kaku >0,75 0,082 0,9 0,160
43
LENDUTAN DAN CF
D1 D2
Dmaks
X2 X2
X1 X1
 Lendutan D Maks (Benkelman Beam)
 Curvature Function (FWD)
44
Deskripsi Pemicu (Trigger)
Level Desain & Pemicu Penanganan (6)
Deskripsi Pengukuran Tujuan
Pemicu
Lendutan 1
Lendutan BB
(lendutan FWD terkoreksi
dapat digunakan)
Titik dimana dibutuhkan overlay struktural.
Pemicu
Lendutan 2
Titik dimana rekonstruksi lebih murah dari pada
overlay.
Pemicu IRI 1 Nilai IRI Titik dimana dibutuhkan overlay non struktural.
Pemicu IRI 2 Titik dimana dibutuhkan overlay struktural, tapi lebih
diutamakan pemicu lendutan 1.
Pemicu IRI 3 Titik dimana rekonstruksi lebih murah dari pada
overlay, tapi lebih diutamakan pemicu lendutan 2.
Pemicu Kondisi 1 Kedalaman alur > 30 mm,
visual: retak, pelepasan
butir, pengelupasan, atau
indeks ketidak-rataan > 8,
atau kendala ketinggian.
Tidak dibutuhkan rekon-
struksi.
Titik dimana pengupasan (milling) untuk memper-
baiki bentuk sebelum overlay diperlukan.
45
Level Desain & Pemicu Penanganan
Kriteria Beban
Lalin (juta ESA5)
<0,5 0,5 – 30 > 30
Umur Rencana
Perkerasan
Lentur
seluruh
penanganan
– 10 tahun
rekonstruksi – 20 tahun
overlay struktural – 15 tahun
overlay non struktural – 10 tahun
penanganan sementara – sesuai
kebutuhan
Pemicu tahap
perencanaan
pemrograman
(level jaringan)
- IRI
- visual
- IRI
- visual
- interval lendutan
500 m
- IRI
- visual
- interval lendutan ≥
500 m
- core atau test pit
pada 5000 m
46
KONSEKUENSI PENERAPAN MDP 2013
• Diperlukan penyiapan data yang lebih baik, (data traffic, data kondisi
tanah (soil properties), data muka air tanah dan kebutuhan sistem
drainase untuk penyiapan Desain yang lebih rinci dan akurat untuk
mendukung design life 20 tahun
• Pada saaat pengusulan alokasi anggaran agar dalam EE telah
mengakomodasi penyiapan desain maupun biaya konstruksi yang
memadai dengan menerapkan Manual Desain perkerasan 2013.
• Aspek desain seperti beban lalu lintas, drainase, dan kondisi tanah
telah diakomodir sedemikian rupa dalam Manual ini, sehingga mutu
konstruksi harus benar- benar diperhatikan, terutama disiplin dalam
ssistem QA dan QC.
• Kegiatan pemeliharaan menjadi sangat penting untuk mendukung
perkerasan dengan umur rencana 20 tahun, sehingga pelaksanaan
yang ada perlu dibenahi.
dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx

More Related Content

Similar to dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx

1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptxHidayatNm1
 
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptx
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptxcontoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptx
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptxprodiftsp2023
 
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Fathoni Kudo
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilNengHodijatulKubro07
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkHas Neni
 
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.ppt
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.pptPERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.ppt
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.pptdarmadi27
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturHelny Lalan
 
Rizky dian amalia i0118128
Rizky dian amalia i0118128Rizky dian amalia i0118128
Rizky dian amalia i0118128RizkyDianAmalia
 
Perkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kakuPerkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kakueniwijayanti
 
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015Herizki Trisatria
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
 
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...DewiMustikawati2
 
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Fatayah Rannanda
 
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 EditedAfianto Faisol
 
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptx
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptxTugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptx
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptxSiAnjing1
 
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptx
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptxArchitecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptx
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptxSalmaWaty3
 
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan RayaPerencaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan RayaAvivatun Niswah
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdfRaihanZahran2
 

Similar to dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx (20)

1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
1a0df_Spesifikasi_Perkerasan_Tasripin_Balai_Jogja.pptx
 
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptx
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptxcontoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptx
contoh untuk melakukan perhitungan MDP 2013.pptx
 
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
Desain perkerasan jalan (kelompok 1)
 
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipilcontoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
contoh presentasi seminar proposal skripsi teknik sipil
 
Grafik nomogram
Grafik nomogramGrafik nomogram
Grafik nomogram
 
Bab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkkBab i ,ii, iii okkkkk
Bab i ,ii, iii okkkkk
 
1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan1556525088perencanaan jembatan
1556525088perencanaan jembatan
 
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.ppt
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.pptPERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.ppt
PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR STTST copy.ppt
 
Perhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lenturPerhitungan perkerasan lentur
Perhitungan perkerasan lentur
 
Rizky dian amalia i0118128
Rizky dian amalia i0118128Rizky dian amalia i0118128
Rizky dian amalia i0118128
 
Perkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kakuPerkerasan lentur dan kaku
Perkerasan lentur dan kaku
 
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015
Presentasi Perkerasan Jalan Raya UNS 2015
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
 
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
03. Analisa Biaya Proyek, Pengendalian Pelaksanaan Proyek, Pelaksanaan Pekerj...
 
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
Prosedur Desain Perkerasan (Kelompok 6)
 
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited
03 Irawan=P2 Jj Kaltim 30 Agt 06 Edited
 
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptx
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptxTugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptx
Tugas 1 - RPJ - Kelompok 3333333333.pptx
 
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptx
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptxArchitecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptx
Architecture & Construction Cute Illustrative Presentation (1).pptx
 
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan RayaPerencaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Perencaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
 

Recently uploaded

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 

Recently uploaded (9)

rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 

dalam ppt ini untuk menghitung PPT MDP 2013.pptx

  • 2. Penyelenggaraan Jalan yang Handal, Efektif dan Efisien Faktor 1 : Jaringan Jalan mendukung Pengelolaan Tata Ruang dan Tata Guna Lahan Faktor 2: Alokasi Anggaran Tepat Sasaran Kinerja Faktor 3: Delivery Sistem yang Mendukung Strategi Pencapaian Kinerja Jalan Faktor 4: Pendekatan Desain dan Penerapan Teknologi Menjamin Minimum Life Cycle Cost Faktor 5: Pelaksanaan tepat Mutu, Waktu dan Target Anggaran. Faktor 6 : Pemeliharaan Jalan Bersifat Responsif dan Preventif Faktor 7: Penegakan Hukum dan Peraturan Penggunaan Jalan FAKTOR KUNCI PENYELENGGARAAN JALAN 7 faktor penyelenggaraan jalan.pptx
  • 4. Manual Desain Perkerasan Jalan 2013 Nomor 02/M/BM/2013 melakukan penajaman dengan : • Umur rencana untuk mencapai minimum life cycle cost • Strong base approach • Desain drainase yang komprehensif • Analisa beban sumbu yang lebih komprehensif (Penggunaan Beban Aktual sampai tahun 2020 yang dikonversikan dengan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai)
  • 5. 5 MANUAL DESAIN PEKERASAN JALAN (NO. 02/M/BM/2013) 4 Tantangan telah diakomodasi •Beban Berlebih – Penggunaan Beban Aktual sampai tahun 2020 yang dikonversikan dengan Vehicle Damage Factor yang lebih sesuai •Temperatur Perkerasan Tinggi – Penggunaan modulus elastisitas yang lebih sesuai •Curah Hujan Tinggi – Faktor drainase & daya dukung tanah dasar •Tanah Lunak – Penanganan tanah dasar & dampaknya Tantangan ke-5 : •Mutu Konstruksi – Profesionalisme Industri Konstruksi Jalan
  • 6. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perkerasan 3-6 Traffic Subgrade Soil Materials Construction Variability Environment Maintenance and Rehabilitation Design
  • 7. 16 24 34 37 45 0 16 24 34 37 45 29 48 54 69 75 0 20 30 40 48 57 22 34 58 70 84 0 23 35 55 69 80 22 33 57 69 83 0 23 40 54 69 85 22 33 44 55 66 0 19 30 40 51 58 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 6B (1.2H) 7A (1.2.2) 7C1 (1.2-2.2) 7C2 (1.2-2.2.2) 7C3 (1.2.2-2.2.2) 6B (1.2H) 7A (1.2.2) 7C1 (1.2-2.2) 7C2 (1.2-2.2.2) 7C3 (1.2.2-2.2.2) BERAT TOTAL KENDARAAN (Ton) KOMPOSISI SUMBU KENDARAAN STANDAR 2007 2009 2010 2011 PANTURA JALINTIM Kelebihan muatan di Pantura dan Jalintim berkisar antara 20% s/d 100% dengan rata-rata 60% dari beban standar. * Hasil survey WIM (Weight In Motion)
  • 8. 8 TEMPERATUR PERKERASAN TINGGI No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Tipe I Aspal Pen. 60-70 Tipe II Aspal yang Dimodifikasi A (1) B C Asbuton yg diproses Elastomer Alam (Latex) Elastomer Sintetis 1. Penetrasi pada 25C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 40-55 50-70 Min.40 2. Viskositas 135C (cSt) AASHTO T201-03 ≥ 300 385 – 2000 < 2000(4) < 3000(4) 3. Titik Lembek (C) SNI 06-2434-1991 >48 - - >54 4. Indeks Penetrasi 2) - > -1,0 ≥ - 0,5 > 0.0 > 0,4 5. Daktilitas pada 25C, (cm) SNI-06-2432-1991 >100 > 100 > 100 > 100 6. Titik Nyala (C) SNI-06-2433-1991 >232 >232 >232 >232 7. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 >99 > 90(1) >99 >99 8. Berat Jenis SNI-06-2441-1991 >1,0 >1,0 >1,0 >1,0 9. Stabilitas Penyimpanan (C) ASTM D 5976 part 6.1 - <2,2 <2,2 <2,2 Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) : - 10. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8 < 0,8 < 0,8 11. Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 > 54 ≥54 12. Indeks Penetrasi 2) - > -1,0 > 0,0 > 0,0 > 0,4 13. Keelastisan setelah Pengembalian (%) AASHTO T 301-98 - - > 45 > 60 14. Daktilitas pada 25C (cm) SNI 062432-1991 > 100 > 50 > 50 - 15. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (m) (%) Min. 95(1) - - Titik lembek diminta diatas 48 oC • Aspal merupakan bahan yang viscoelastic yang tergantung pada temperatur dan waktu • Titik lembek disyaratkan 48 oC, sedangkan temperatur perkerasan di lapangan dapat mencapai 70 oC.
  • 10. 10 PENDEKATAN DENGAN RUMUSAN AASHTO 1993 SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3  D*1 ≥ SN1 / a1 dan SN*1 = a1D1 ≥ SN1  D*2 ≥ (SN2 – SN*1) / a2m2 dan SN*1 + SN*2 ≥ SN2  D*3 ≥ [SN3 – (SN*1 + SN*2) / a3m3] di mana : • a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan • D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam inch) • m2, m3 = koefisien drainase
  • 11. Jalan yang tergenang akibat drainase yang tidak ada / tidak berfungsi diperparah dengan kendaraan overloading
  • 12. Pasar Tumpah mengganggu kegiatan pemeliharaan drainase
  • 15. 15 CONTOH PENANGANAN TANAH LUNAK Penanganan tanah lunak membutuhkan biaya konstruksi yang lebih besar
  • 17. 17 KERUSAKAN JALAN AKIBAT DESAIN, PELAKSANAAN, DAN PEMELIHARAAN YANG TIDAK BAIK
  • 20. Pengaruh Kepadatan & Kekuatan Tanah Dasar (CBR) Contoh : Pada kepadatan 92%, CBR turun menjadi 27% CBR semula
  • 21. Pedoman desain perkerasan yang ada : • Pd T-01-2002-B (Perkerasan Lentur) • Pd T-14-2003 (Perkerasan Kaku) • Pd T-05-2005 (Overlay) • Pedoman No.002/P/BM/2011 (RDS update) PENDEKATAN DESAIN TERDAHULU
  • 22. • Umur rencana 10 tahun • Analisis beban menggunakan beban standar • Asumsi pengguna / pemanfaat jalan tertib
  • 23. 18% 15% 20% Overload 47% Faktor faktor desain lainnya Kualitas Konstruksi PERKERASAN LENTUR Pemeliharaan 38% 29% 29% 5% PERKERASANKAKU Kualitas Konstruksi Faktor faktor desain lainnya Overload Pemeliharaan (Hasil Studi INDII, 2011)
  • 25. Kurva Penurunan Kondisi Jalan From TR News, September-October 2003, pp. 4-15. Copyright, Transportation Research Board (TRB), National Research Council, Washington, D.C IF eliminates or delays spending $6 to $10 on rehabilitation or reconstruction here Spending $1 on preservation here resulting minimum LCC
  • 27. Subgrade Soil Base/Subbase Surface layer Subgrade Axle Load dSurface sSurface sBase Terdapat dua tipe kerusakan perkerasan : - Fatigue, akibat dari tegangan pada bagian bawah lapis permukaan - Permanent Deformation, akibat dari tegangan pada bagian atas tanah dasar
  • 31. 1. Galian dengan drainase sub soil, terdrainase sempurna 2. Timbunan dg lapis pondasi bawah menerus sampai bahu (day-lighting) 3. Diatas permukaan tanah dengan drainase sub soil, medan datar Kondisi Lapangan (digunakan untuk pemilihan nilai m yang sesuai) nilai 'm' utk desain Detail Tipikal Aggregate base B Geotekstil 1.2 1.2 1.0 Jalur Lalu Lintas Bahu Lapis Pondasi agregat kelas B Drainase sub soil (keluaran drainase sub soil selalu diatas muka banjir (tidak terkena banjir) Terkadang drainase sub soil dibawah Jalur Lalu Lintas Bahu Jalur Lalu Lintas Bahu Drainase sub soil Lapis Pondasi agregat kelas B Koefisien Drainase ‘m’ untuk Tebal Lapis Berbutir
  • 32. 1. Galian dengan drainase sub soil, terdrainase sempurna 2. Timbunan dg lapis pondasi bawah menerus sampai bahu (day-lighting) 3. Diatas permukaan tanah dengan drainase sub soil, medan datar 4. Timbunan dengan tepi permeabilitas rendah dan lapis pondasi bawah Kondisi Lapangan (digunakan untuk pemilihan nilai m yang sesuai) nilai 'm' utk desain Detail Tipikal Aggregate base B Geotekstil 1.2 1.2 1.0 Jalur Lalu Lintas Bahu Lapis Pondasi agregat kelas B Drainase sub soil (keluaran drainase sub soil selalu diatas muka banjir (tidak terkena banjir) Terkadang drainase sub soil dibawah Jalur Lalu Lintas Bahu Jalur Lalu Lintas Jalur Lalu Lintas Bahu Bahu Drainase sub soil Lapis Pondasi agregat kelas B boxed. Tepi jalur drainase lebih dari 500 m. solusi alternatif dengan drai- 3. Diatas permukaan tanah dengan drainase sub soil, medan datar 4. Timbunan dengan tepi permeabilitas rendah dan lapis pondasi bawah 5. Galian, pada permukaan tanah, atau timbunan tanpa drainase subsoil dan 6. Tanah dasar jenuh secara permanen selama musim hujan dan tidak ter- alirkan. Tanpa titik keluar utk sistem sub soil. Aturan lapis penutup capping juga berlaku. Agregat kelas B tanah dasar jenuh >500 1.0 0.9 0.7 0.4 Rounding Tepi dengan permeabilitas rendah Muka air tanah tinggi tepi dg permeabilitas rendah > 500mm Terkadang drainase sub soil dibawah Jalur Lalu Lintas Jalur Lalu Lintas Bahu Bahu Drainase sub soil Lapis Pondasi agregat kelas B Lapis Pondasi agregat kelas B Geotekstil Jalur Lalu Lintas Bahu Lapis Pondasi agregat kelas B boxed. Tepi jalur drainase lebih dari Jalur Lalu Lintas Bahu 500 m. solusi alternatif dengan drai- nase melintang dari sub base pada jarak < 10 m atau pada titik terendah.
  • 33. 33 PENDEKATAN DENGAN RUMUSAN AASHTO 1993 SN = a1D1 + a2D2m2 + a3D3m3  D*1 ≥ SN1 / a1 dan SN*1 = a1D1 ≥ SN1  D*2 ≥ (SN2 – SN*1) / a2m2 dan SN*1 + SN*2 ≥ SN2  D*3 ≥ [SN3 – (SN*1 + SN*2) / a3m3] di mana : • a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bhn perkerasan • D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (dalam inch) • m2, m3 = koefisien drainase
  • 34. 34 Traffic Multipilier Traffic Multiplier (TM) – Kerusakan akibat lalin dalam ESA4 memberikan hasil < kerusakan akibat asphalt fatigue akibat overloading yg signifikan. Traffic multiplier (TM) digunakan untuk mengoreksi ESA4 akibat asphalt fatigue ini. – ESA5 = TM lapisan aspal x ESA4 – TM untuk kondisi beban berlebih di Ind : 1,8 - 2.
  • 35. 35 Klasifikasi Kendaraan dan Vehicle Damage Factor (VDF) Baku Jenis Kendaraan Uraian Konfigur asi sumbu Muatan2 yang diangkut Kelom pok sumbu Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen Beban (VDF) (ESA / kendaraan) Semua kendaraan bermotor Semua kendaraan bermotor kecuali sepeda motor Klasifi kasi Lama Alterna tif VDF4 (Pangkat 4) VDF5 (Pangkat 5) 1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4 2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan/Angkot/pickup /station wagon 1.1 2 51,7 74,3 KEN DARAAN NIAGA 5a 5a Bus kecil 1.2 2 3,5 5,00 0,3 0,2 5b 5b Bus besar 1.2 2 0,1 0,20 1,0 1,0 6a.1 6.1 Truk 2 sumbu - cargo ringan 1.1 muatan umum 2 4,6 6,60 0,3 0,2 6a.2 6.2 Truk 2 sumbu - ringan 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 0,8 0,8 6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu - cargo sedang 1.2 muatan umum 2 - - 0,7 0,7 6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 1,6 1,7 6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 3,8 5.50 0,9 0,8 6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, PC 2 7,3 11,2 7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 3,9 5,60 7,6 11,2 7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, PC 3 28,1 64,4 7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2 7b 10 Truk 2 sumbu & gandengan 2 sumbu 1.2 - 2.2 4 0,5 0,70 36,9 90,4 7c1 11 Semi Trailer 4 sumbu 1.2 - 22 4 0,3 0,50 13,6 24,0 7c2.1 12 Semi Trailer 5 sumbu 1.22 - 22 5 0,7 1,00 19,0 33,2 7c2.2 13 Semi Trailer 5 sumbu 1.2 - 222 5 30,3 69,7 7c3 14 Semi Trailer 6 sumbu 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7 Traffic Multiplier
  • 36. 36 Catatan : 1. Ketentuan-ketentuan struktur Pondasi Bagan Desain 2 juga berlaku 2. Ukuran Gradasi LPA nominal maks harus 20mm untuk tebal lapisan 100 –150 mm atau 25 mm untuk tebal lapisan 125 –150 mm 3. Pilih Bagan Desain 4 untuk solusi perkerasan kaku untuk life cycle cost yang rendah 4. Hanya kontraktor yang cukup berkualitas dan memiliki akses terhadap peralatan yang sesuai dan keahlian yang diijinkan melaksanakan pekerjaan CTB. LMC dapat digunakan sebagai pengganti CTB untuk pekerjaan di area sempit atau jika disebabkan oleh ketersediaan alat. 5. AC-BC harus dihampar dengan tebal padat minimum 50 mm dan maksimum 80 mm. 6. HRS tidak digunakan untuk kelandaian yang terjal atau daerah perkotaan dengan lalu lintas > 1 juta ESA. Lihat Bagan Desain 3A untuk alternatif BAGAN DESAIN 3 DESAIN PERKERASAN LENTUR (opsi biaya minimum termasuk CTB)1 STRUKTUR PERKERASAN F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 Lihat Bagan Desain 5 & 6 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif > murah3 Pengulangan beban sumbu desain 20 tahun terkoreksi di lajur desain (pangkat 5) (106 CESA5) < 0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 4,0 4,0 - 30 30 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 500 Jenis permukaan berpengikat HRS, SS, Pen Mac HRS ACkasar atau AC halus AC kasar Jenis lapis Pondasi dan lapis Pondasi bawah Lapis Pondasi Berbutir A Cement Treated Base (CTB) KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm) HRS WC 30 30 30 HRS Base 35 35 35 AC WC 40 40 40 50 50 Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280 CTB atau LPA Kelas A CTB4 150 150 150 150 150 LPA Kelas A2 150 250 250 150 150 150 150 150 LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam atau lapis distabilisasi dengan CBR >10% 150 125 125
  • 37. 37 STRUKTUR PERKERASAN FF1 FF2 FF3 FF4 ESA 5 (juta) untuk UR 20 tahun di lajur desain 0,8 1 2 5 TEBAL LAPIS PERKERASAN (mm) AC WC 50 40 40 40 AC BC lapis 1 0 60 60 60 AC BC lapis 2/ AC Base 0 0 80 60 AC BC lapis 3/ AC Base 0 0 0 75 LPA Kelas A lapis 1 150 150 150 150 LPA Kelas A lapis 2/ LPA Kelas B 150 150 150 150 LPA Kelas A , LPA Kelas B atau kerikil alam atau lapis distabilisasi dengan CBR >10% 150 150 0 0 Bagan Desain 3A: Desain Perkerasan Lentur Alternatif Catatan : Bagan Desain 3A hanya digunakan jika HRS atau CTB sulit untuk dilaksanakan, namun untuk desain perkerasan lentur tetap lebih mengutamakan desain menggunakan Bagan Desain 3.
  • 38. 38 Bagan Desain 4: Perkerasan Kaku untuk Jalan dengan Beban Lalu Lintas Berat (Persyaratan desain untuk bagan solusi : perkerasan dengan sambungan dan dowel serta tied shoulder, dengan atau tanpa tulangan distribusi retak) Struktur Perkerasan R1 R2 R3 R4 R5 Kelompok sumbu kendaraan berat (overloaded)11 <4.3x106 <8.6 x 106 < 25.8x106 <43 x 106 <86 x 106 Dowel dan bahu beton Ya STRUKTUR PERKERASAN (mm) Tebal pelat beton 265 275 285 295 305 Lapis Pondasi LMC 150 Lapis Pondasi Agregat Kelas A12 150 Perlu dicatat bahwa bagan di dalam Pd T-14-2003 tidak boleh digunakan untuk desain perkerasan kaku tersebut didasarkan pada ketentuan berat kelompok kendaraan resmi yang tidak realistis dengan kondisi Indonesia. Para desainer harus menggunakan pembebanan kelompok beban yang aktual. LAMPIRAN A memberikan pembebanan kelompok sumbu yang mewakili untuk Indonesia.
  • 40. 40 Level Desain & Pemicu Penanganan Pemicu Konseptual untuk Penanganan Perkerasan indikasi kecukupan struktural (contoh defleksi (mm)) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 0,5 5 50 ROUTINEMTNCEANDNON STRUCTURAL OVERLAY(IRI TRIGGER) STRUCTURAL OVERLAY LAPIS TAMBAH STRUKTURAL PEMELIHARAAN RUTIN ATAU LAPIS TAMBAH NONSTRUKTURAL (IRI sebagaipemicu) Lalu Lintas (jutaESA) PEMICU Lendutan1: indikatordimanalapis tambahstruktural dibutuhkan REKONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR/KAKU, ATAU DAUR ULANG PEMICU Lendutan2: indikatordimana rekonstruksiataudaurulang lebihmurahdaripada lapis tambahstruktural
  • 41. 41 Pemicu ketidakrataan untuk Overlay dan Rekonstruksi Level Desain & Pemicu Penanganan LHRT (kend/jam) Pemicu IRI 1 untuk Overlay Non-Struktural Pemicu IRI 2 untuk Overlay Struktural (Lalin < 1 juta ESA4) atau Pengupasan (untuk lalin > 1 juta ESA4 harus digunakan Pemicu Lendutan) Pemicu IRI 3 untuk Investigasi Rekonstruksi < 200 6,75 8 12 > 200 - 500 6,5 >500 - 7500 6,25 >7500 6
  • 42. 42 Level Desain & Pemicu Penanganan Lendutan Pemicu utk Overlay & Rekonstruksi Lalu lintas untuk 10 Tahun (juta ESA / lajur) Jenis Lapis Permukaan Lendutan Pemicu untuk Overlay2 (Lendutan Pemicu 1) Lendutan Pemicu untuk Inves- tigasi untuk Rekonstruksi atau Daur Ulang (Lendutan Pemicu 2) Lendutan Karak- teristik Benkel- man Beam (mm)3 Lengkungan FWD D0-D200 (mm) Lendutan Karak- teristik Benkel- man Beam (mm)4 Lengkungan FWD D0-D200 (mm) <0,1 HRS >2,3 Tidak digunakan >3,0 Tidak digunakan 0,1 – 0,2 HRS >2,1 0,63 0,2 – 0,5 HRS >2,0 0,48 >2,7 0,5 - 1 HRS >1,5 0,39 > 2,5 0,66 1 - 2 HRS >1,3 0,31 0,54 2 - 3 AC >1,25 0,28 0,46 2 - 5 AC >1,2 0,23 0,39 5 - 7 AC >1,15 0,21 0,35 7 - 10 AC >1,1 0,19 0,31 10 - 30 AC >0,95 0,13 1,35 0,180 30 - 50 AC / perkerasan kaku >0,88 0,11 1,2 0,175 50 - 100 AC / perkerasan kaku >0,8 0,091 1,0 0,170 100 - 200 AC / perkerasan kaku >0,75 0,082 0,9 0,160
  • 43. 43 LENDUTAN DAN CF D1 D2 Dmaks X2 X2 X1 X1  Lendutan D Maks (Benkelman Beam)  Curvature Function (FWD)
  • 44. 44 Deskripsi Pemicu (Trigger) Level Desain & Pemicu Penanganan (6) Deskripsi Pengukuran Tujuan Pemicu Lendutan 1 Lendutan BB (lendutan FWD terkoreksi dapat digunakan) Titik dimana dibutuhkan overlay struktural. Pemicu Lendutan 2 Titik dimana rekonstruksi lebih murah dari pada overlay. Pemicu IRI 1 Nilai IRI Titik dimana dibutuhkan overlay non struktural. Pemicu IRI 2 Titik dimana dibutuhkan overlay struktural, tapi lebih diutamakan pemicu lendutan 1. Pemicu IRI 3 Titik dimana rekonstruksi lebih murah dari pada overlay, tapi lebih diutamakan pemicu lendutan 2. Pemicu Kondisi 1 Kedalaman alur > 30 mm, visual: retak, pelepasan butir, pengelupasan, atau indeks ketidak-rataan > 8, atau kendala ketinggian. Tidak dibutuhkan rekon- struksi. Titik dimana pengupasan (milling) untuk memper- baiki bentuk sebelum overlay diperlukan.
  • 45. 45 Level Desain & Pemicu Penanganan Kriteria Beban Lalin (juta ESA5) <0,5 0,5 – 30 > 30 Umur Rencana Perkerasan Lentur seluruh penanganan – 10 tahun rekonstruksi – 20 tahun overlay struktural – 15 tahun overlay non struktural – 10 tahun penanganan sementara – sesuai kebutuhan Pemicu tahap perencanaan pemrograman (level jaringan) - IRI - visual - IRI - visual - interval lendutan 500 m - IRI - visual - interval lendutan ≥ 500 m - core atau test pit pada 5000 m
  • 46. 46 KONSEKUENSI PENERAPAN MDP 2013 • Diperlukan penyiapan data yang lebih baik, (data traffic, data kondisi tanah (soil properties), data muka air tanah dan kebutuhan sistem drainase untuk penyiapan Desain yang lebih rinci dan akurat untuk mendukung design life 20 tahun • Pada saaat pengusulan alokasi anggaran agar dalam EE telah mengakomodasi penyiapan desain maupun biaya konstruksi yang memadai dengan menerapkan Manual Desain perkerasan 2013. • Aspek desain seperti beban lalu lintas, drainase, dan kondisi tanah telah diakomodir sedemikian rupa dalam Manual ini, sehingga mutu konstruksi harus benar- benar diperhatikan, terutama disiplin dalam ssistem QA dan QC. • Kegiatan pemeliharaan menjadi sangat penting untuk mendukung perkerasan dengan umur rencana 20 tahun, sehingga pelaksanaan yang ada perlu dibenahi.