SlideShare a Scribd company logo
1
Halaman
Halaman pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar isi
Daftar lampiran
Bagian isi:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan
intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ
(Kecerdasan spiritual). Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ
paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu
dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan
arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah negeri atau swasta
pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak remaja siswa berprestasi tapi tidak sedikit
kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan
tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam
pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering dilakukan. Pengaruh obat-
obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada
guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di
Indonesia.
2
Selama empat dawarsa terakhir, setiap orang dari kepala sekolah dasar hingga pengkotbah
dan presiden telah berusaha sekuat tenaga mengatasi krisis perkembangan moral/akhlak
anak-anak, tetapi makin lama keadaan justru semakin memburuk. Bila statistik untuk ini
saja sudah mengejutkan, apa lagi cerita dibalik data tersebut. Sehingga pada tahun 2003,
lahirlah Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun
2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola
pembangunan SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan
emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual). Berdasarkan poin pertama UU
SISDIKNAS tujuan pendidikan nasional adalah membentuk kepribadian yang berakhlak
mulia, beriman dan bertakwa.
Fenomena-fenomena tersebut adalah salah satu gambaran kurangnnya pengetahuan
tentang diri (EQ) tidak dimiliki peserta didik kita, akibatnya terjadi “kekosongan” yang
kemudian di isi oleh sentiment, kemarahan, kesombangan dan sifat-sifat buruk lainnya,
yang menggerakkan untuk berbuat jahat. Dalam bahasa al-Qura’an dikatakan, barang
siapa menolak pengajaran Allah, maka syaitan akan mendudukinya untuk melakukan
tindakan-tindakan jahat. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui potensi-potensi dan
kemampuan yang dimiliki sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan dan juga perasan
dan emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, seseorang mestinya juga bisa
mendayagunakan, mengekspresikan, mengendalikan dan juga mengomunikasikan dengan
pihak lain. Sekolah merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan orang
lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih,
kelembutan, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan
menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah harus meningkatkan kecerdasan
emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor akhlak (tingkah laku) siswa agar
dapat mencapai tingkat mutu pendidikan.
Untuk mencapai tujuan ini sudah seharusnya tenaga pengajar dan pendidik melakukan
segenap usaha yang relevan dan nyata. Terlebih dengan kenyataan pahit generasi muda
pewaris kepemimpinan bangsa yang banyak ditemukan dalam masyarakat seperti yang
disinggung sebelumnya. Dewasa ini permasalahan anak bangsa yang mengalami
kemerosotan karakter beriman dan bertakwa semakin banyak, sehingga perlu diadakan
segera penanggulangan yang sistemik, salah satunya dibidang pendidikan.Satu dari upaya
tersebut adalah memaksimalkan penguasaan materi pembelajaran terhadap siswa melalui
3
kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan nilai moral, karakter keagamaan dan adat
istiadat lokal. Hal ini akan sangat membantu dan memberikan kontribusi yang baik
sebagai jawaban atas permasalahan anak bangsa jika diterapkan secara kontinyu.
1.2 Permasalahan
Banyak hal yang dapat diangkat menjadi subjek permasalahan dibidang pendidikan demi
menjawab tantangan kemerosotan moral ini. Bisa saja semua materi pembelajaran dapat
dikaitkan dengan pembentukan harapan karakter, yang berisi nilai moral, namun tidak
semua materi pembelajaran dapat memenuhi kriteria karakter yang lengkap yakni
mencakup nilai moral, keagamaan, dan adat istiadat lokal. Di antara materi pembelajaran
yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah mengaitkan makna gurindam dengan
kehidupan sehari-hari. Materi ini terdapat pada bahan ajar kelas XII SMA. Dengan
memaksimalkan kegiatan pembelajaran terkait materi tersebut akan didapati nilai moral,
keagamaan dan adat istiadat lokal. Gurindam yang dimaksud merupakan gurindam
duabelas karya Raja Ali Haji. Di dalam gurindam ini jelas terdapat pesan moral dan nilai
keagamaan. Gurindam duabelas sebagai khasanah khas Melayu jelas mengandung nilai
adat istiadat yang berlaku dalam budaya Melayu.
1.3 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaitkan
makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan peneliti
dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas XII SMAN
4 Kota Pekanbaru.
1.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cooperative
script terhadap peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan
sehari-hari siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru.
1.5 Manfaat peneltian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
4
1. Bagi individu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada
para guru dalam upaya memaksimalkan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan
kehidupan sehari-hari siswa dengan model cooperative scirpt.
2. Bagi lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkna
kemamuan siswa. Sehingga akan menjadi manusia yang seimbang secara IQ, EQ, dan SQ
demi maksimalkan mutu pendidikan dan mencapai poin pertama dalam tujuan pendidikan
nasional.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
dapat memberi gambaran mengenai peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam
dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui model pembelajaran cooperative sript.
1.6 Definisi operasional
Peningkatan Kemampuan Mengaitkan Makna Gurindam Dengan Kehidupan Sehari-Hari
Siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru Dengan Model Cooperative Script
Definisi Gurindam
1.6.1 Mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari
1.6.2 Model Cooperative Script
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
2.2
5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
3.1.1 Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Kota Pekanbaru, Tepatnya di Jl. Adi Sucipto,
letak geagrafis lokasi sekolah berada pada kawasan dekat dengan pemukiman masyarakat
heterogen dan pusat-pusat perbelanjaan, sehingga itu tidak menutup kemungkinan para siswa
akan terpengaruh terhadap lingkungan sekiatar. Seperti membolos sekolah karena jalan-jalan
ke mal. Oleh karena itu diperlukan kajian peningkatan kemampuan mengaitkan makna
gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa SMAN 4 Pekanbaru.
3.1.2 Waktu
Peneitian ini
3.2 metode penelitian
3.3 data penelitian
3.5 teknik pengumpulan data
3.6 teknik analisis data
3.7 keabsahan data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

More Related Content

What's hot

15 dsp p moral tahun 3 5 feb 2013
15 dsp p moral tahun 3   5 feb 201315 dsp p moral tahun 3   5 feb 2013
15 dsp p moral tahun 3 5 feb 2013Rainny Hoh
 
Moral wajib notes
Moral wajib notesMoral wajib notes
Moral wajib notes
Elayne Khaw
 
DS pend moral thn 2 versi bm
DS pend moral thn 2 versi bmDS pend moral thn 2 versi bm
DS pend moral thn 2 versi bmEsther Eusan
 
Tugasan p.moral
Tugasan p.moralTugasan p.moral
Tugasan p.moral
Ahmad NazRi
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Dedy Wiranto
 
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
Marwan Mansor
 
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1Safiah Sulaiman
 
Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5Adibah Azman
 
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...Yuvarani Subramaniam
 
Kurikulum 2013 paud ke blog
Kurikulum 2013 paud ke blogKurikulum 2013 paud ke blog
Kurikulum 2013 paud ke blog
qomarudin456
 

What's hot (15)

15 dsp p moral tahun 3 5 feb 2013
15 dsp p moral tahun 3   5 feb 201315 dsp p moral tahun 3   5 feb 2013
15 dsp p moral tahun 3 5 feb 2013
 
Moral wajib notes
Moral wajib notesMoral wajib notes
Moral wajib notes
 
Dsk moral thn 1
Dsk moral thn 1Dsk moral thn 1
Dsk moral thn 1
 
DS pend moral thn 2 versi bm
DS pend moral thn 2 versi bmDS pend moral thn 2 versi bm
DS pend moral thn 2 versi bm
 
Tugasan p.moral
Tugasan p.moralTugasan p.moral
Tugasan p.moral
 
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaMakalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
 
Etika guru
Etika guruEtika guru
Etika guru
 
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
1. dskp pm tahun 5 sk kssr (Baru/2015)
 
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1
PPPM PENDIDIKAN MORAL TAHUN 1
 
Hsp Moral Tahun Enam
Hsp Moral Tahun EnamHsp Moral Tahun Enam
Hsp Moral Tahun Enam
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Dspm thn3
Dspm thn3Dspm thn3
Dspm thn3
 
Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5Pembentangan kuliah 5
Pembentangan kuliah 5
 
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
 
Kurikulum 2013 paud ke blog
Kurikulum 2013 paud ke blogKurikulum 2013 paud ke blog
Kurikulum 2013 paud ke blog
 

Viewers also liked (9)

Rpp pak nursal 2
Rpp pak nursal 2Rpp pak nursal 2
Rpp pak nursal 2
 
Skripsi pak hadi
Skripsi pak hadiSkripsi pak hadi
Skripsi pak hadi
 
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaanHubungan antara ilmu dengan kebudayaan
Hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
 
Pointillism and Seurat
Pointillism and SeuratPointillism and Seurat
Pointillism and Seurat
 
Kisi kisi
Kisi kisiKisi kisi
Kisi kisi
 
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructusMahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
Mahkota dewa atau phaleria papuana atau phaleriae fructus
 
Sdn kotalama i malang merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum satuan tin...
Sdn kotalama i malang merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum satuan tin...Sdn kotalama i malang merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum satuan tin...
Sdn kotalama i malang merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum satuan tin...
 
Semiotika
SemiotikaSemiotika
Semiotika
 
hubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorikahubungan bahasa dengan Retorika
hubungan bahasa dengan Retorika
 

Similar to Proposalku

Dsk pendidikan moral thn 2
Dsk pendidikan moral thn 2Dsk pendidikan moral thn 2
Dsk pendidikan moral thn 2
azhar hamid
 
Ds pend moral thn 2 versi bm
Ds pend moral thn 2 versi bmDs pend moral thn 2 versi bm
Ds pend moral thn 2 versi bmMarwan Mansor
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
Septian Muna Barakati
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
Warnet Raha
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaAndy Nostalgither's
 
Individual differences
Individual differencesIndividual differences
Individual differencesAlfonsus Sam
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
Septian Muna Barakati
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
Septian Muna Barakati
 
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbJurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbabdul roup
 
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di IndonesiaPendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
Aliffanin
 
KKGPAI KAB BANGKALAN
KKGPAI KAB BANGKALANKKGPAI KAB BANGKALAN
KKGPAI KAB BANGKALAN
KKGPAI KAB. BANGKALAN
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
Fennipratiwi95
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
Fennipratiwi95
 
Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Ifik Firdaus
 
Hsp moral y5
Hsp moral y5Hsp moral y5
Hsp moral y5
Onie Gi
 
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013.pptx
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum  2013.pptx1. Dinamika Perkembangan Kurikulum  2013.pptx
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013.pptx
wahyu120222
 

Similar to Proposalku (20)

Dsk pendidikan moral thn 2
Dsk pendidikan moral thn 2Dsk pendidikan moral thn 2
Dsk pendidikan moral thn 2
 
Ds pend moral thn 2 versi bm
Ds pend moral thn 2 versi bmDs pend moral thn 2 versi bm
Ds pend moral thn 2 versi bm
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2Makalah pendidikan berkarakter 2
Makalah pendidikan berkarakter 2
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
 
Individual differences
Individual differencesIndividual differences
Individual differences
 
Makalah karakter
Makalah karakterMakalah karakter
Makalah karakter
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbbJurnal kompetensi guru_dalam_pbb
Jurnal kompetensi guru_dalam_pbb
 
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di IndonesiaPendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
 
KKGPAI KAB BANGKALAN
KKGPAI KAB BANGKALANKKGPAI KAB BANGKALAN
KKGPAI KAB BANGKALAN
 
Pengertian informasi adalah
Pengertian informasi adalahPengertian informasi adalah
Pengertian informasi adalah
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013Persfektif Kurikulum 2013
Persfektif Kurikulum 2013
 
Hsp moral y5
Hsp moral y5Hsp moral y5
Hsp moral y5
 
Hsp moral y5
Hsp moral y5Hsp moral y5
Hsp moral y5
 
Hsp moral y5
Hsp moral y5Hsp moral y5
Hsp moral y5
 
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013.pptx
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum  2013.pptx1. Dinamika Perkembangan Kurikulum  2013.pptx
1. Dinamika Perkembangan Kurikulum 2013.pptx
 

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar)

Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia

More from mujahidah khilafah (Shintia Minandar) (20)

Drama sebagai teater
Drama sebagai teaterDrama sebagai teater
Drama sebagai teater
 
Rpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teaterRpp drama sebagai teater
Rpp drama sebagai teater
 
Jurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantikJurnal semantik-nan-cantik
Jurnal semantik-nan-cantik
 
draft penting implikatur
draft penting implikaturdraft penting implikatur
draft penting implikatur
 
Shinmin
ShinminShinmin
Shinmin
 
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia MProposal menulis karya ilmiah shintia M
Proposal menulis karya ilmiah shintia M
 
Paper peserta diskusi
Paper peserta diskusiPaper peserta diskusi
Paper peserta diskusi
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Tugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudungTugas kel pk dudung
Tugas kel pk dudung
 
Print peserta
Print pesertaPrint peserta
Print peserta
 
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan dataKriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
Kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
 
1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char1105113581 shintia bu char
1105113581 shintia bu char
 
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacamIstilah variabel dapat diartikan bermacam
Istilah variabel dapat diartikan bermacam
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
Variabel penelitian
Variabel penelitianVariabel penelitian
Variabel penelitian
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Rpp
RppRpp
Rpp
 
Glosarium 181213
Glosarium  181213Glosarium  181213
Glosarium 181213
 
Filologi 181213
Filologi 181213Filologi 181213
Filologi 181213
 
Implikatur shintia
Implikatur shintiaImplikatur shintia
Implikatur shintia
 

Proposalku

  • 1. 1 Halaman Halaman pengesahan Kata pengantar Daftar isi Daftar tabel Daftar isi Daftar lampiran Bagian isi: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ (Kecerdasan spiritual). Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah negeri atau swasta pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak remaja siswa berprestasi tapi tidak sedikit kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering dilakukan. Pengaruh obat- obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di Indonesia.
  • 2. 2 Selama empat dawarsa terakhir, setiap orang dari kepala sekolah dasar hingga pengkotbah dan presiden telah berusaha sekuat tenaga mengatasi krisis perkembangan moral/akhlak anak-anak, tetapi makin lama keadaan justru semakin memburuk. Bila statistik untuk ini saja sudah mengejutkan, apa lagi cerita dibalik data tersebut. Sehingga pada tahun 2003, lahirlah Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola pembangunan SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual). Berdasarkan poin pertama UU SISDIKNAS tujuan pendidikan nasional adalah membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa. Fenomena-fenomena tersebut adalah salah satu gambaran kurangnnya pengetahuan tentang diri (EQ) tidak dimiliki peserta didik kita, akibatnya terjadi “kekosongan” yang kemudian di isi oleh sentiment, kemarahan, kesombangan dan sifat-sifat buruk lainnya, yang menggerakkan untuk berbuat jahat. Dalam bahasa al-Qura’an dikatakan, barang siapa menolak pengajaran Allah, maka syaitan akan mendudukinya untuk melakukan tindakan-tindakan jahat. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui potensi-potensi dan kemampuan yang dimiliki sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan dan juga perasan dan emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, seseorang mestinya juga bisa mendayagunakan, mengekspresikan, mengendalikan dan juga mengomunikasikan dengan pihak lain. Sekolah merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan orang lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih, kelembutan, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah harus meningkatkan kecerdasan emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor akhlak (tingkah laku) siswa agar dapat mencapai tingkat mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan ini sudah seharusnya tenaga pengajar dan pendidik melakukan segenap usaha yang relevan dan nyata. Terlebih dengan kenyataan pahit generasi muda pewaris kepemimpinan bangsa yang banyak ditemukan dalam masyarakat seperti yang disinggung sebelumnya. Dewasa ini permasalahan anak bangsa yang mengalami kemerosotan karakter beriman dan bertakwa semakin banyak, sehingga perlu diadakan segera penanggulangan yang sistemik, salah satunya dibidang pendidikan.Satu dari upaya tersebut adalah memaksimalkan penguasaan materi pembelajaran terhadap siswa melalui
  • 3. 3 kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan nilai moral, karakter keagamaan dan adat istiadat lokal. Hal ini akan sangat membantu dan memberikan kontribusi yang baik sebagai jawaban atas permasalahan anak bangsa jika diterapkan secara kontinyu. 1.2 Permasalahan Banyak hal yang dapat diangkat menjadi subjek permasalahan dibidang pendidikan demi menjawab tantangan kemerosotan moral ini. Bisa saja semua materi pembelajaran dapat dikaitkan dengan pembentukan harapan karakter, yang berisi nilai moral, namun tidak semua materi pembelajaran dapat memenuhi kriteria karakter yang lengkap yakni mencakup nilai moral, keagamaan, dan adat istiadat lokal. Di antara materi pembelajaran yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari. Materi ini terdapat pada bahan ajar kelas XII SMA. Dengan memaksimalkan kegiatan pembelajaran terkait materi tersebut akan didapati nilai moral, keagamaan dan adat istiadat lokal. Gurindam yang dimaksud merupakan gurindam duabelas karya Raja Ali Haji. Di dalam gurindam ini jelas terdapat pesan moral dan nilai keagamaan. Gurindam duabelas sebagai khasanah khas Melayu jelas mengandung nilai adat istiadat yang berlaku dalam budaya Melayu. 1.3 Pembatasan masalah Penelitian ini dibatasi pada masalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan peneliti dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas XII SMAN 4 Kota Pekanbaru. 1.4 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cooperative script terhadap peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru. 1.5 Manfaat peneltian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
  • 4. 4 1. Bagi individu Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para guru dalam upaya memaksimalkan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa dengan model cooperative scirpt. 2. Bagi lembaga Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkna kemamuan siswa. Sehingga akan menjadi manusia yang seimbang secara IQ, EQ, dan SQ demi maksimalkan mutu pendidikan dan mencapai poin pertama dalam tujuan pendidikan nasional. 3. Bagi ilmu pengetahuan Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui model pembelajaran cooperative sript. 1.6 Definisi operasional Peningkatan Kemampuan Mengaitkan Makna Gurindam Dengan Kehidupan Sehari-Hari Siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru Dengan Model Cooperative Script Definisi Gurindam 1.6.1 Mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari 1.6.2 Model Cooperative Script BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 2.2
  • 5. 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Kota Pekanbaru, Tepatnya di Jl. Adi Sucipto, letak geagrafis lokasi sekolah berada pada kawasan dekat dengan pemukiman masyarakat heterogen dan pusat-pusat perbelanjaan, sehingga itu tidak menutup kemungkinan para siswa akan terpengaruh terhadap lingkungan sekiatar. Seperti membolos sekolah karena jalan-jalan ke mal. Oleh karena itu diperlukan kajian peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa SMAN 4 Pekanbaru. 3.1.2 Waktu Peneitian ini 3.2 metode penelitian 3.3 data penelitian 3.5 teknik pengumpulan data 3.6 teknik analisis data 3.7 keabsahan data DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN