1. Ringkasan dokumen tersebut adalah mengenai penelitian yang bertujuan meningkatkan kemampuan siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru dalam mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari melalui model pembelajaran cooperative script.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
1. 1
Halaman
Halaman pengesahan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar tabel
Daftar isi
Daftar lampiran
Bagian isi:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola pembangunan SDM di Indonesia selama ini terlalu mengedepankan IQ (kecerdasan
intelektual) dan materialisme tetapi mengabaikan EQ (kecerdasan emosi) terlebih SQ
(Kecerdasan spiritual). Pada umunya masyarakat Indonesia memang memandang IQ
paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu
dikembangkan lebih baik lagi. Fenomena ini yang sering tergambar dalam pola asuh dan
arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan juga sekolah-sekolah negeri atau swasta
pada umumnya. Maka tidak heran kalau banyak remaja siswa berprestasi tapi tidak sedikit
kemudian mereka yang berprestasi juga menjadi siswa yang urakan dan mengabaikan
tanggungjawabnya dalam menjalani proses pendidikan di sekolah, terjebak dalam
pergaulan bebas, narkoba dan atau budaya tawuran sering dilakukan. Pengaruh obat-
obatan terlarang, budaya kritis yang cenderung negatif karena mengurangi kesopanan pada
guru dan orang tua, selama ini menjadi ciri adanya perubahan budaya pada remaja siswa di
Indonesia.
2. 2
Selama empat dawarsa terakhir, setiap orang dari kepala sekolah dasar hingga pengkotbah
dan presiden telah berusaha sekuat tenaga mengatasi krisis perkembangan moral/akhlak
anak-anak, tetapi makin lama keadaan justru semakin memburuk. Bila statistik untuk ini
saja sudah mengejutkan, apa lagi cerita dibalik data tersebut. Sehingga pada tahun 2003,
lahirlah Undang-Undang SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun
2003 merupakan awal reformasi pendidikan yang mencoba menyeimbangkan pola
pembangunan SDM dengan mengedepankan SQ (Kecerdasan spiritual), EQ (kecerdasan
emosi) dan tidak mengabaikan IQ (kecerdasan intelektual). Berdasarkan poin pertama UU
SISDIKNAS tujuan pendidikan nasional adalah membentuk kepribadian yang berakhlak
mulia, beriman dan bertakwa.
Fenomena-fenomena tersebut adalah salah satu gambaran kurangnnya pengetahuan
tentang diri (EQ) tidak dimiliki peserta didik kita, akibatnya terjadi “kekosongan” yang
kemudian di isi oleh sentiment, kemarahan, kesombangan dan sifat-sifat buruk lainnya,
yang menggerakkan untuk berbuat jahat. Dalam bahasa al-Qura’an dikatakan, barang
siapa menolak pengajaran Allah, maka syaitan akan mendudukinya untuk melakukan
tindakan-tindakan jahat. Mengetahui diri sendiri berarti mengetahui potensi-potensi dan
kemampuan yang dimiliki sendiri, mengetahui kelemahan-kelemahan dan juga perasan
dan emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, seseorang mestinya juga bisa
mendayagunakan, mengekspresikan, mengendalikan dan juga mengomunikasikan dengan
pihak lain. Sekolah merupakan tempat bagaimana anak belajar berinteraksi dengan orang
lain. Sekolah harus membangun budaya yang mengedepankan aspek moral, cinta kasih,
kelembutan, menghargai perbedaan, berlapang dada menerima kenyataan, dan
menjauhkan diri dari nilai-nilai kekerasan. Sekolah harus meningkatkan kecerdasan
emosional (psikologis) yang berpengaruh terhadap faktor akhlak (tingkah laku) siswa agar
dapat mencapai tingkat mutu pendidikan.
Untuk mencapai tujuan ini sudah seharusnya tenaga pengajar dan pendidik melakukan
segenap usaha yang relevan dan nyata. Terlebih dengan kenyataan pahit generasi muda
pewaris kepemimpinan bangsa yang banyak ditemukan dalam masyarakat seperti yang
disinggung sebelumnya. Dewasa ini permasalahan anak bangsa yang mengalami
kemerosotan karakter beriman dan bertakwa semakin banyak, sehingga perlu diadakan
segera penanggulangan yang sistemik, salah satunya dibidang pendidikan.Satu dari upaya
tersebut adalah memaksimalkan penguasaan materi pembelajaran terhadap siswa melalui
3. 3
kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan nilai moral, karakter keagamaan dan adat
istiadat lokal. Hal ini akan sangat membantu dan memberikan kontribusi yang baik
sebagai jawaban atas permasalahan anak bangsa jika diterapkan secara kontinyu.
1.2 Permasalahan
Banyak hal yang dapat diangkat menjadi subjek permasalahan dibidang pendidikan demi
menjawab tantangan kemerosotan moral ini. Bisa saja semua materi pembelajaran dapat
dikaitkan dengan pembentukan harapan karakter, yang berisi nilai moral, namun tidak
semua materi pembelajaran dapat memenuhi kriteria karakter yang lengkap yakni
mencakup nilai moral, keagamaan, dan adat istiadat lokal. Di antara materi pembelajaran
yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah mengaitkan makna gurindam dengan
kehidupan sehari-hari. Materi ini terdapat pada bahan ajar kelas XII SMA. Dengan
memaksimalkan kegiatan pembelajaran terkait materi tersebut akan didapati nilai moral,
keagamaan dan adat istiadat lokal. Gurindam yang dimaksud merupakan gurindam
duabelas karya Raja Ali Haji. Di dalam gurindam ini jelas terdapat pesan moral dan nilai
keagamaan. Gurindam duabelas sebagai khasanah khas Melayu jelas mengandung nilai
adat istiadat yang berlaku dalam budaya Melayu.
1.3 Pembatasan masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaitkan
makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan peneliti
dalam beberapa hal, maka penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas XII SMAN
4 Kota Pekanbaru.
1.4 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran cooperative
script terhadap peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan
sehari-hari siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru.
1.5 Manfaat peneltian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah :
4. 4
1. Bagi individu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada
para guru dalam upaya memaksimalkan kemampuan mengaitkan makna gurindam dengan
kehidupan sehari-hari siswa dengan model cooperative scirpt.
2. Bagi lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkna
kemamuan siswa. Sehingga akan menjadi manusia yang seimbang secara IQ, EQ, dan SQ
demi maksimalkan mutu pendidikan dan mencapai poin pertama dalam tujuan pendidikan
nasional.
3. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
dapat memberi gambaran mengenai peningkatan kemampuan mengaitkan makna gurindam
dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui model pembelajaran cooperative sript.
1.6 Definisi operasional
Peningkatan Kemampuan Mengaitkan Makna Gurindam Dengan Kehidupan Sehari-Hari
Siswa SMAN 4 Kota Pekanbaru Dengan Model Cooperative Script
Definisi Gurindam
1.6.1 Mengaitkan makna gurindam dengan kehidupan sehari-hari
1.6.2 Model Cooperative Script
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
2.2
5. 5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
3.1.1 Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMAN 4 Kota Pekanbaru, Tepatnya di Jl. Adi Sucipto,
letak geagrafis lokasi sekolah berada pada kawasan dekat dengan pemukiman masyarakat
heterogen dan pusat-pusat perbelanjaan, sehingga itu tidak menutup kemungkinan para siswa
akan terpengaruh terhadap lingkungan sekiatar. Seperti membolos sekolah karena jalan-jalan
ke mal. Oleh karena itu diperlukan kajian peningkatan kemampuan mengaitkan makna
gurindam dengan kehidupan sehari-hari siswa SMAN 4 Pekanbaru.
3.1.2 Waktu
Peneitian ini
3.2 metode penelitian
3.3 data penelitian
3.5 teknik pengumpulan data
3.6 teknik analisis data
3.7 keabsahan data
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN