SlideShare a Scribd company logo
PERAN PONDOK PESANTREN AL-UTSMANI DALAM
PEMBINAAN AKHLAK REMAJA DESA GEJLIG KECAMATAN KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN
Proposal Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah STAIN Pekalongan untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd I)
Oleh :
LUKMAN HAKIM
2021311175
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya pondok pesantren dengan segala aspek kehidupan dan
perjuangannya ternyata memiliki nilai yang strategis dalam membina insan
yang berkualitas dalam ilmu, iman, dan amal, disamping sebagai tempat
pengembangan agama Islam. Ditilik dari sisi kelembagaan pesantren
menjadi sebuah institusi atau kampus yang memiliki berbagai kelengkapan
fasilitas untuk membangun potensi-potensi santri, tidak hanya dari segi
akhlak, nilai dan intelek, dan spiritualis, tapi juga atribut-atribut fisik dan
material.1
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Remaja dalam
masa peralihan, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami
perubahan- perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranan di dalam
maupun diluar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas
pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan
emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang
sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.2
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa
remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai
masa remaja mencakup masa ju
venilitas (adolescantium), pubertas, dan nubilitas.3Dalam kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global saat ini terasa
sekali pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang
pendidikan, sosial dan budaya.4
1M. Sulton dan M.Khusnuridlo, op.cit., hlm. 9.
2 Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), hlm. 3.
3Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 2005), hlm. 74.
4M. Sulton dan M. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global
(Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2006), hlm. 1.
41
Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu
masa, yang disebut dengan masa remaja. Dimana pada masa itu banyak
terjadi berbagai macam goncangan jiwa sebagai proses menuju
kedewasaan. Dari masa itulah timbul suatu dorongan yang akan membawa
kesuatu perkembangan baik perkembangan itu menuju kearah positif
ataupun ke arah negatif, hal ini tergantung dari pengaruh lingkungan di
sekitarnya yang akan membentuk jiwanya.
Melihat fenomena yang ada sekarang, banyak kita dapati
tingkahlaku remaja yang bertentangan dengan norma-norma ajaran agama
Islam, seperti mabuk-mabukan, perkelahian, perkosaan, bahkan sudah ada
yang menjurus kearah pembunuhan. Sehingga mengakibatkan para orang
tua mengalami kebingungan dalam mendidik anak-anaknya. Untuk
mewujudkan tujuan dan cita-cita para orang tua dan remaja supaya
berkepribadian tinggi dan berbudi pekerti yang luhur, diperlukan adanya
pembinaan yang khusus yang dapat memberikan sentuhan yang
membangkitkan semangat remaja dalam segala bidang. Maka
sepatutnyalah kita ikut prihatin atas tragedi kekrisisan akhlak yang banyak
melanda remaja kita.
Hampir tidak ada satu kelompok masyarakat pun yang sepenuhnya
terbebas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi selain berpengaruh positif
terhadap perubahan masyarakat sejalan dengan perbaikan transformasi dan
komunikasi juga berimplikasi negatif terhadap tatanan kehidupan sosial
terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Maraknya tawuran
antarpelajar, konsumsi dan peredaran narkoba, lunturnya rasa hormat anak
kepada orangtua dan guru, dan munculnya pergaulan bebas di kalangan
remajaadalah indikasi yang mendukung penilaian terhadap implikasi
negatif tersebut.5
Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama yang mampu
memberikan bimbingan dan pengawasan selama dua puluh empat jam
5Irwan Abdullah, Hasse J, Muhammad Zain (Editor), Agama, Pendidikan Islam, dan
Tanggung jawab Sosial Pesantren (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM, 2008), hlm. 101.
41
serta fungsi keluarga sebagai social fabric of meaning tidak dapat
dipertahankan. Hal ini bermula dari absennya kepala keluarga akibat
proses mobilitas yang tinggi sehingga peran sosial orang tua tidak dapat
dimainkan. Akibatnya, anak-anak mencari role model pada
lingkungannya.6
Kabupaten Pekalongan sebagai kota santri akhlak remajanya juga
sudah mulai meresahkan, Khususnya di kalangan pelajar. Dewasa ini
sudah banyak kejadian yang tidak bermoral di antaranya tawuran antar
pelajar, tindakan asusila yang terjadi di tempat -tempat tertentu hingga
penurunan jumlah pondok pesantren dan santri nya. Menurut data yang
penulis peroleh dari “Kabupaten Pekalongan dalam angka Pada tahun
2010 terjadi penurunan jumlah pondok pesantren sebesar 16,52 persen.
Demikian juga jumlah santri yang turun sebesar 21,96 persen”7.
Sama halnya yang terjadi di Desa Gejlig Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan, akhlak remajanya sudah mulai meresahkan.
Banyak remaja melakukan perbuatan yang tidak bermoral seperti mabuk-
mabukan, tawuran antar Dukuh biasanya karena masalah kecil, bermain
judi/ togel, dan banyak yang melakukan perbuatan zina dengan
melakukan pacaran yang tidak sesuai syariat agama, apalagi ada tempat
karaoke “ Orange” yang di salahgunakan sebagai tempat porstitusi. Pada
tanggal 31 Januari 2015 terjadi kasus pencurian ayam milik warga yang
dilakukan beberapa remaja nakal desa Gejlig yang membuat geram warga.
Keadaan seperti ini pastinya membuat para orangtua resah dan khawatir
bila anak- anak nya bisa saja terpengaruh dan terjerumus.
Masalah-masalah tersebut diatas tidaklah mungkin hanya dapat
ditangani oleh para orang tua mereka saja, tetapi antara orang tua,
masyarakat dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal harus
saling melengkapi dan bertanggung jawab atas usaha pembinaan remaja.
Karena lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah dalam
6Ibid., hlm 101-102.
7Al –Mizan, “Relevansi Predikat Kota Santri bagi Kabupaten Pekalongan”(Pekalongan:
Agent Of Change, XIX, 2013), hlm. 11.
41
masyarakat bisa dipakai sebagai pintu gerbang dalam menghadapi tuntutan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami
perubahan.8
Untuk mengantisipasi agar remaja kita tidak larut dalam kebejatan
akhlak, maka diperlukan suatu tempat untuk membimbing dan
mengarahkan mereka agar segala tingkah laku dan tindak tanduknya sesuai
dengan ajaran- ajaran agama Islam yang salah satunya adalah di lembaga
pendidikan yang berupa pondok pesantren. Dari sudut ini, nampaknya
masyarakat kita tertarik pada pesantren terutama karena pondok pesantren
merupakan lembaga yang mendukung nilai-nilai agama yang dikalangan
masyarakat terasa amat dibutuhkan untuk bisa mempertahankan tradisi
kehidupan beragama khususnya pada masyarakat pedesaan.9
Pondok pesantren sebagai tipologi yang unik dari institusi
pendidikan, telah berusia ratusan tahun. Asal mula lahirnya di tengah
masyarakat berlangsung dengan cara sangat sederhana dan simple.
Diawali dengan kemunculan seorang faqih di tengah-tengah masyarakat
dengan mendirikan mushalla atau langgar dalam melaksanakan shalat
berjamaah dan pengajian yang disampaikan setiap selesai menunaikan
shalat. Substansi pengajian di mulai dari pembacaan syahadat, belajar
huruf al-Qur’an, dan bahasa Arab hingga akhirnya seluruh khazanah islam
yang dikuasai sang faqih. Sturktur pesantren juga sangat simpel, kiai
sebagai uswah menjadi pemimpin tungggal yang mengatur secara
langsung mulai dari urusan tamu, santri baru, penentuan kitab- kitab kajian
hingga aktivitas yang harus dijalankan di pesantren.10Dalam perjalanannya
yang panjang, pondok pesantren telah melahirkan tradisi yang Islami yang
dapat mengikat para santri dalam lingkungan orang - orang yang beriman,
komunitas satu perguruan dan komunitas satu atau ”tunggal guru”. Tradisi
pondok pesantren yang menjunjung tinggi nilai keikhlasan, tanpa pamrih,
nilai kemandirian dan ukhuwah telah memungkinkan berjalannya proses
8Ibid., hlm. 1.
9M. Dawan Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), hlm. 7.
10Ibid., hlm. 102.
41
didik diri dan bangun diri dalam masyarakat pondok pesantren dan
lingkungannya, dengan suasana saling asih, saling silih, saling asah dan
saling asuh.11
Pondok Pesantren Al- Utsmani yang terletak di Desa Gejlig,
Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan adalah salah satu dari beribu -
ribu pondok pesantren di Indonesia yang berfungsi untuk membina akhlak
remaja, agar supaya mereka menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia. Pondok Pesantren Al - Utsmani yang terletak di desa
Gejlig telah berperan dalam melakukan pembinaan dan mendidik para
remaja di daerah sekitarnya khususnya para remaja Desa Gejlig. Banyak
para orangtua yang memasukan anaknya baik di pondok pesantren Al-
Utsmani maupun di MIS & MTS Al- Utsmani guna belajar dan menuntut
ilmu. Dari data yang penulis peroleh dari pengelola yayasan Al-utsmani di
MIS Al- Utsmani jumlah siswa-siswi dari Desa Gejlig antara lain : Kelas 1
jumlah nya 37 Laki- laki & 34 Perempuan dengan jumlah 2 ruang kelas.
Kelas 2 jumlahnya 36 Laki- laki & 35 Perempuan dengan jumlah 2 ruang
kelas. Kelas 3 jumlahnya 32 Laki- laki & 22 Perempuan dengan jumlah 2
ruang Kelas. Kelas 4 jumlahnya 22 Laki- laki & 20 Perempuan. Kelas 5
jumlahnya 24 Laki- laki & 21 Perempuan. Kelas 6 Jumlahnya 29 Laki-
laki dan 17 Perempuan. Sedangkan di MTS Al-Utsmani dari Kelas 1
sampai 3 jumlahnya 22 Laki- laki & 21 Perempuan. Kebanyakan remaja
yang berada di dekat pondok pesantren Al- Utsmani selain belajardi MI/
MTS nya juga mengikuti pengajian sore maupun malam hari. Untuk ngaji
sore dari Desa Gejlig ada 175 Siswa.Khusus Ngaji malam bagi Siswa-
siswa MIS & MTS Wajib mengikuti sebagai pelajaran tambahan. Remaja
di sekitar pondok pesantren juga ikut aktif dalam organisasi keagamaan
seperti IRMAS (Ikatan remaja masjid), IPNU-IPPNU dsb.12
11Mulyono, Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan
Pesantren (Studi Kasus: Koperasi Pondok Modern Gontor Ponorogo).Skripsi.(Malang: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, 1999)hlm. 6.
12 Dokumen Pondok Pesantren Al- Utsmani
41
Dari sinilah maka penulis tertarik untuk mengetahui seluk beluk
lahirnya Pondok Pesantren Al –Utsmani dan perannya dalam pembinaan
akhlak pada remaja. Atas dasar itulah yang mendorong peneliti untuk
mengkaji lebih jauh, dalam sebuah skripsi yang berjudul “PERAN
PONDOK PESANTREN AL-UTSMANI DALAM PEMBINAAN
AKHLAK REMAJA DESA GEJLIG KECAMATAN KAJEN
KABUPATEN PEKALONGAN ”
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari masalah latar belakang diatas maka dapat
disusunrumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten
Pekalongan ?
2. Bagaimana peran Pondok Pesantren Al –Utsmani dalam pembinaan akhlak
remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan ?
3. Apa faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak
remaja di Pondok Pesantren Al – Utsmani di Desa Gejlig Kecamatan
Kajen Kabupaten Pekalongan ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen,
Kabupaten Pekalongan.
2. Untuk mendiskripsikan peran Pondok Pesantren Al Utsmani dalam
pembinaan akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten
Pekalongan.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesantren Al –Utsmani desa
Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
41
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal meningkatkan
pembinaan akhlak pada remaja.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis
- untuk memperoleh data guna memenuhi kewajiban akhir dalam
penulisan skripsi guna memperoleh gelar kesarjanaan di Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan.
- Menambah wawasan keilmuwan pendidikan tentang pembinaan
akhlak remaja di pondok pesantren
b. Bagi Pondok Pesantren Al- Utsmani
- Sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan masalah
pembinaan akhlak remaja.
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam pembinaan
akhlak dan proses pendidikan para santrinya
c. Masyarakat Umum
- Supaya mereka tahu bahwa pentingnya membina akhlak remaja
supaya mereka tidak terjerumus kepada perbuatan yang
menyimpang.
- Untuk menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir penulis dan
pembaca, khususnya mahasiswa Tarbiyah dalam rangka
pengembangan PAI di lingkungan keluarga dan masyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
1. Analisis Teoritis
Di dalam buku Pembaharuan Pendidikan Pesantren karangan H.
Amiruddin, S.Ag, M.pd.i menerangkan peranan secara etimologi
berasal dari kata “peran” yang di beri imbuhan “an” yang diartikan
41
dengan karakter yaitu usaha sungguh-sungguh dengan ikut serta di
dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan. Menurut Djumhur dan Moh.
Surya, peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang
merupakan ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan/ jabatan.
Peranan mempunyai nilai penting dalam mengatur perilaku seseorang.
Menurut Ahmadi, peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia terhadap cara individu dalam bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.13
Didalam buku Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi karangan Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag
menyebutkan bahwa pesantren mempunyai tiga unsur- unsur minimal:
1) Kiai yang mendidik dan mengajar, 2) Santri yang mengajar, dan 3)
Masjid. Unsur- unsur pesantren tersebut mendiskripsikan kegiatan
belajar mengajar keislaman.14
Di dalam buku Ilmu Akhlak karangan Drs. Beni Ahmad Saebani,
M.Si dkk. Menyebutkan kata “akhlaq” berasal dari bahasa arab, yaitu
jama’ dari kata “khuluqun” yang secara linguistic diartikan dengan
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan
santun, adab dan tindakan. Ibn Miskawaih yang dikenal sebagai pakar
bidang akhlak terkemuka mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.15
Di dalam buku Psikologi Akhlak karangan DR. Kartini Kartono
menyebutkan remaja di sebut sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa. Pada
periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai
13Amiruddin Nahrawi, Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Yogyakarta : Gama Media,
2008), hlm. 106-107.
14Mujamil Qomar, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta :
Erlangga, 2005), hlm. 19.
15Beni Ahmad dan Abdulkhamid, Ilmu Akhlak (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hlm.
13-14.
41
kematangan fungsi- fungsi rokhaniah dan jasmaniah, terutama fungsi
seksual.16
2. Penelitian terdahulu
Dari beberapa istilah yang penulis kemukakan diatas yaitu
suatustudi yang mengkaji dan menganalisa tentang seberapa jauh dan
seberapa besar Peranan Pondok Pesantren Al -Utsmani Dalam
Pembinaan Akhlak Remaja Di Desa Gejlig Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan. Sejauh penelusuran dan pengkajian yang
dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menemukan hasil penelitian
yang relevan yaitu :
Skripsi Saudara Qurratul’aini jurusan Tarbiyah Fakultas agama islam
pada Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2003 dengan judul
“MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK PESANTREN
SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK” (Studi Kasus
Di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajaraka
Kabupaten Probolinggo). Dalam skripsi ini di jelaskan memotivasi
orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral
anak.
Subyek penelitian ini adalah orang tua sebagai informasi kunci.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data yang dipakai
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu analisis
non statistiktentang motivasi orang tua memilih pondok pesantren
sebagai sarana pembinaan moral anak dan metode analisis deskriptif
yaitu analisis untuk memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya
tentang motivasi yang mendasari orangtua memilih pondok pesantren
sebagai sarana pembinaan moral anak. Pengecekan keabsahan temuan
penelitian menggunakan teknik, memperpanjang kehadiran peneliti
dan ketekunan pengamatan.
16Kartini Kartono, Psikologi Anak (Bandung : CV. Mandar Maju, 2007), hlm. 148.
41
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum memotivasi
orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral
anak adalah berharap anaknya menjadi anak yang sholeh/ shalehah
serta mempunyai bekal ilmu agama yang cukup selain dari ilmu-ilmu
umum sehingga dapat bertanggungjawab dalam kehidupan
bermasyarakat nantinya.17
Skripsi saudara Atik Prasetyaningsih jurusan Tarbiyah Fakultas
Agama Islam pada UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul”
PERAN PENDIDIK DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK DI
PLAY GROUP AMONG NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau
perilaku yang diamati yaitu pendidik dan peserta didik di Play Group
Among Putro. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
pengamatan, wawancara dan dokumentasi, dan untuk teknik analisis
data dipergunakan teknik deskriptif analitik yaitu teknik analisis data
dengan menuturkan, menafsirkan serta mengklasifikasikan, dan
membandingkan fenomena-fenomena serta dengan menggunakan
pemikiran secara induktif, yang cara berfikirnya berangkat dari factor-
faktor atau peristiwa yang khusus, yang kemudian ditarik kesimpulan
yang umum.
Hasil penelitian menunjukan : (1) materi yang diajarkan pendidik
dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara
lain adalah moral terhadap pendidik, moral terhadap teman sebaya, dan
moral terhadap diri sendiri. (2) Peran pendidik dalam pembentukan
moral di Play Group Among Putro antara lain adalah peran pendidik
sebagai pengarah, pendidik sebagai pembimbing, pendidik sebagai
pendorong dan pendidik sebagai pemantau. (3) Langkah-langkah yang
dilakukan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group
Among Putro antara lain adalah pendidik mengajarkan setiap moral
17 Abstrak
41
setiap saat terhadap anak didiknya tanpa harus diajarkan dalam satu
mata pelajaran khusus, pendidik memberikan pembelajaran mengenai
moral dalam bentuk praktis, pendidik mengunakan metode
keteladanan, pembiasaan dan metode cerita, pendidik memberikan
nasehat dan teguran terhadap anak didiknya serta pendidik
bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk moral anak.18
3. Kerangka berpikir
Dalam perkembangannya penyelenggaraan sistem pendidikan
dan pengajaran di pondok pesantren dapat digolongkan menjadi tiga
bentuk yaitu: Sistem bandongan/ Sorogan, Sistem Wetonan dan Sistem
Gabungan (Bandongan & Wetonan). Sedangkan Metode
Pendidikannya diantaranya: Metode Langsung (Ngaji TPQ, pesantren
kilat) , Metode Tak Langsung (Kyai dan Ustadz menjadi teladan
akhlak santrinya), Metode Ceramah (ngaji kuping) , Metode Tanya
jawab dan Metode Diskusi.
Sistem Bandongan/ Sorogan
Sistem Wetonan
Sistem Gabungan
Metode Langsung
Metode tak langsung Akhlak Remaja
Metode Ceramah
Metode Tanya Jawab
Metode Diskusi
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-utsmani
yang terletak di desa Gejlig kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
Pemilihan lokasi ini tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan
peneliti, yakni :
18 Abstrak
Peran
pondok
pesantren
dalam
pembinaan
akhlak
remaja
Sistem Pendidikan
Metode Pendidikan
-Akhlakul
Karimah
-Budi
pekerti
yang baik
41
a. Terdapat MI dan MTS Al –Utsmani milik pondok pesantren Al -
Utsmani dan sebagian besar siswa MI dan MTS tersebut merupakan
santri di pondok Al-utsmani
b. Letaknya dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga
memungkinkan untuk melakukan penelitian secara mendalam dan
seksama.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pondok pesantren sebagai informasi
kunci. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data yang dipakai adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu analisis non statistik
tentang peran pondok pesantren dalam pembinaan akhlak remaja dan
metode analisis deskriptif yaitu analisis untuk memperoleh gambaran
selengkap-lengkapnya tentang peran pondok pesantren dalam pembinaan
akhlak remaja. Pengecekan keabsahan temuan penelitian menggunakan
teknik memperpanjang kehadiran peneliti dan ketekunan pengamatan.
Pendekatan ini membutuhkan cara yang lebih mendalam dan
luwes dalam menggali data, lebih-lebih yang berkaitan dengan peranan
Pondok Pesantren Al-Utsmani Gejlig, Kajen Dalam Pembinaan Akhlak
Remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif karena Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, adalah
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang - orang atau perilaku yang dapat
diamati.19
Disebut diskriptif karena peneliti mengadakan penelitian tidak
dimaksudkan Menjadi hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan
“apa adanya” tentang suatu variable, gejala dan juga keadaan.20
Imron Arifin menjelaskan ciri – ciri penelitian kualitatif, yaitu:
19Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
hlm. 3.
20 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 310.
41
a. Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan
mencoba memperoleh pemahaman yang holistik.
b. Memahami makna
c. Memahami hasil sebagai spekulasi
Alasan menggunakan penelitian penjelasan ini adalah untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner, dokumentasi
dan wawancara. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian
diskriptif yang mengambil sampel dari suatu populasi secara langsung
sebagai pengumpulan data yang pokok yaitu pengurus dan santri yang
telah belajar di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig, Kajen.
3. Data dan sumber data
a. Jenis data
Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pondok pesantren dalam pembinaan moral pada anak, maka
data yang diperlukan antara lain : data tentang situasi daerah penelitian
yang meliputi :
- Letak geografis
- Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig
Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan
- Struktur Organisasi
- Keadaan ustadz di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig
kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan
- Gambaran denah lokasi pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig
kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan.
Data tentang pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten
Pekalongan yang meliputi :
- Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di pondok
pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten
Pekalongan
41
- Sarana dan prasarana pendidikan
b. Sumber data
Yang dimaksud dengan sumber data penelitian adalah subyek dari
mana data diperoleh.21 Pada dasarnya sumber data dalam penelitian ini
penulis peroleh dari Pengurus Pondok pesantren, ustadz pondok
pesantren Al-utsmani dan remaja desa Gejlig kecamatan Kajen
kabupaten Pekalongan.
Dari data yang dikumpulkan, diolah dan dijadikan dalam
penelitian ini sumber pertama dan dari pihak lain yang biasanya dalam
bentuk publikasi atau jurnal. Hasil dari wawancara dan observasi
partisipan dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif hanya untuk
menggambarkan, menjelaskan dan meringkas berbagai kondisi, situasi,
fenomena menurut kejadian sebagaimana adanya, sehingga peneliti ini
menggunakan wawancara sebagai sumber data.
4. Teknik pengumpulan data penelitian
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, penyusun
berusaha mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pembahasan
masalah dalam skripsi ini, baik berupa fakta-fakta, pendapat maupun
catatan arsip. Dengan metode pengumpulan data ini diharapkan akan
diperoleh data yang diperlukan dengan tujuan penulisan. Pengumpulan
data tersebut penyusun menggunakan metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap subyek yang diteliti sebagaimana
yang telah dikatakan oleh Sutrisno Hadi: “ Metode observasi bisa
dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika
fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas, observasi
tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara
21Ibid,. hlm. 108.
41
langsung maupun tidak langsung”22. Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara
langsung dan sistematis terhadap subyek yang diteliti, dalam hal ini
penulis menggunakan metode observasi, adalah dengan cara penulis
secara langsung mendatangi pondok pesantren Al-utsmani Gejlig,
Kajen serta mengamati proses pendidikan dan pembelajaran para
santri.
Metode ini merupakan pencatatan dan pengamatan secara
sistematik terhadap fenomena-fenomena yang ada ditempat
penelitian. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang
bersifat fisik yang tidak dapat diperoleh dengan cara interview.
Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang :
- Sejarah berdirinya pondok pesantren
- Struktur organisasi
- Kondisi fisik
- Suasana aktifitas proses belajar mengajar
b. Metode Interview
Interview/ wawancara adalah merupakan metode
pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara
peneliti dan subyek yang diteliti atau responden.23Dalam pelaksanaan
interview ini, peneliti berusaha mencari suasana yang kondusif,
sehingga dapat tercipta suasana psikologi yang baik dimana
responden dapat diajak bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan
dan memberi informasi yang sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.
Menurut Donald Ari dkk yang dikutip Nurul Zuriah, ada dua
jenis wawancara/ interview, yaitu wawancara berstruktur dimana
alternatif jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan
terlebih dahulu dan wawancara/ interview tak berstruktur dimana
22Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: UGM, 1975) hlm. 136.
23Nurul Zuriah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Rosdakarya, 2001) Hlm. 129.
41
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sikap, keyakinan,
subyek atau keterangan lainnya yang diajukan secara bebas kepada
subyek penelitian.24
Dalam penelitian ini peneliti lebih cenderung banyak
menggunakan wawancara / interview tak berstruktur, karena hal ini
lebih memberikan kebebasan dan keluasan hati kepada subyek
penelitian sehingga tidak ada suasana terikat yang menjadikan subyek
tegang dalam memberikan jawaban. Dalam metode interview/
wawancara ini respoden yang terlibat adalah Pembina dan pengasuh
Pondok Pesantren Al -Utsmani, kepala desa atau tokoh masyarakat
desa Gejlig, remaja desa Gejlig dan ustadz ponpes Al -Utsmani.
- Dari Pembina dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Utsmani
nantinya akan diperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan
tentang seputar Pondok Pesantren Al- Utsmani misalnya, sejarah
singkat berdirinya Pondok Pesantren Al-Utsmani, tujuan Pondok
Pesantren Al-Utsmani, kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Al -
Utsmani.
- Dari perangkat desa nantinya akan diperoleh data tentang letak
geografis desa Gejlig, jumlah penduduk desa Gejlig, jumlah remaja
desa Gejlig, keadaan pendidikan, keadaan keagamaan dan tempat
pendidikan dan ibadah.
- Dari tokoh masyarakat nantinya akan diperoleh informasi tentang
kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Pondok Pesantren Al
Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di desa Gejlig tersebut.
- Dari remaja desa Gejlig nantinya akan diperoleh tentang faktor
pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak remaja.
c. Metode Dokumentasi
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dalam
mengadakan penelitian ini bersumber pada tulisan. Artinya
pengumpulan data diperoleh dari sumber-sumber yang berupa catatan
24Ibid., hal. 130.
41
tertentu, atau sebagai bukti tertulis yang tidak dapat berubah
kebenarannya.
Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.25
Dalam metode ini penulis mempergunakan dokumen untuk
mencari data yang berhubungan dengan kondisi subyek, yaitu :
keadaan jumlah anak didik atau santri, keadaan jumlah ustadz serta
prestasi belajar santri. Metode dokumentasi mempunyai arti penting
dalam penelitian kualitatif karena secara jelas memberikan gambaran
mengenai manajemen pemimpin dalam meningkatkan kwalitas
belajar santri sebagai subyek dan obyek penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar. Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan
teknik yang telah ditentukan, diambil kesimpulan secara umum,
kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal.
Analisis data dalam penelitian merupakan kegiatan yang
sangat penting yang didalamnya dibutuhkan ketelitian dan kehati-
hatian terhadap data yangtelah dihasilkan. Melalui analisis data, data
yang terkumpul dalam bentuk data mentah dapat diproses secara baik
untuk menghasilkan data yang matang. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik analisis data secara diskriptif yang diperoleh
melalui pendekatan kualitatif, dimana data-data yang telah dihasilkan
dari penelitian dan kajian, baik secara teoritis dan empiris yang
digambarkan melalui kata-kata atau kalimat secara benar dan jelas.
Adapun langkah-langkah analisis data menurut Usman dan Akbar,
yaitu:
25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) hlm. 131.
41
a. Reduksi data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyerderhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang
sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
b. Display data
Ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, yaitu data yang
disusun kemudian dipilih nama yang akan digunakan, chart atau grafik
dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak
terbenam dengan setumpuk data.
c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi
Data yang sudah diperolah tersebut dicari maknanya dengan cara
mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal -hal yang sering
muncul, dan sebagainya. Data yang didapat peneliti diambil kesimpulan.
Sedang verifikasi dapat dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara
mengumpulkan data yang baru.26
6. Sistematika Pembahasan
Bab I : Pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran -gambaran yang
menguraikan masalah-masalah yang berkaitan dengan judul ” Peranan Pondok
Pesantren Al -Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig,
Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan”Antara lain, latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan teori. Pembahasan teoritis adalah pembahasan
yang didukung oleh buku-buku dan pendapat- pendapat para ahli.
Pembahasan ini terdiri dari: Pertama, tinjauan tentang pondok pesantren yang
26 Mattew B. Miller, et al., Analisis Data Kualitatif( Jakarta: UI Press, 1992), hlm.16.
41
meliputi: (1) Pengertian pondok pesantren, (2) Sejarah dan perkembangan
pondok pesantren, (3) Sistem pendidikan pesantren, (4) Peran dan fungsi
pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat, dan (5) Peranan pondok
pesantren dalam pembinaan akhlak remaja. Kedua, kajian tentang pembinaan
akhlak remaja yang meliputi: (1) Pengertian remaja, (2) Pengertian akhlakul
karimah, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak remaja , (4) Masalah
kehidupan remaja dewasa ini, (5) Tujuan pembinaan akhlak remaja.
Bab III: Hasil Penelitian. Dalam bab ini penulis memaparkan semua
hasil penelitian yang dilakukan terdiri dari : deskripsi lokasi penelitian, dan
paparan data penelitian yang meliputi: (1) Peranan Pondok Pesantren Al -
Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan. (2) Bentuk atau metode yang dipergunakan Pondok
Pesantren Al–Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig
Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (3) Faktor yang mendukung dan
menghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesatren Al –
Utsmani di desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
Bab IV: Analisis hasil Penelitian. Dalam bab ini peneliti
menyajikan analisis hasil penelitian yang terdiri dari : deskripsi lokasi
penelitian, dan analisis hasil penelitian yang meliputi: (1) Peranan Pondok
Pesantren Al-Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig
Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (2) Bentuk atau metode yang
dipergunakan Pondok Pesantren Al -Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja
di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (3) Faktor yang
mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok
Pesantren Al –Utsmani.
Bab V : Penutup. Dalam bab ini peneliti simpulkan dari penelitian,
kemudian memberikan saran- saran yang ada kaitannya dengan temuan dan
pembahasan penelitian dalam judul ”Peranan Pondok Pesantren Al- Utsmani
dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten
Pekalongan .”
41
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TENTANG PONDOK PESANTREN
1. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pusat penyebaran
agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa - masa permulaan
kedatangan agama Islam di negeri kita. Sebagaiman kita semua
mengetahuinya bahwa pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
yang tertua di Indonesia telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak
kader - kader ulama dan turut berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Pondok pesantren sering juga disebut sebagai lembaga
pendidikan tradisional yang telah beroperasi di Indonesia semenjak sekolah -
sekolah pola barat belum berkembang. Lembaga pendidikan ini telah memiliki
system pengajaran yang unik. Pembinaan kader atau pendidikan guru (Kyai)
dengan system magang yang spesifik pula. Pondok pesantren dengan berbagai
keunikannya itu telah banyak mewarnai perjuangan bangsa kita dalam
melawan imperalisme dan merebut kemerdekaan pada zaman revolusi
phisik27
Sebagian pemerhati mengatakan bahwa istilah pondok pesantren berasal
dari kata funduk dari Bahasa Arab yang artinya hotel atau rumah
penginapan. Akan tetapi pondok di dalam pesantren di Indonesia, khususnya
di pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan
padepokan, yaitu perumahan sederhana yang di petak - petak dan beberapa
kamar- kamar merupakan asrama bagi para santri atau cantrik (sebutan peserta
27 Yacub, Pondok Pesantren dan Pembanguna Masyarakat Desa ( Bandung:
Angkasa, 1984), hlm.64.
41
didik di padepokan). Dan keseluruhan lingkungan masyarakat dimana tempat
para santri itu mukim dan menuntut ilmu, maka disebut pesantren. 28
Dalam kasus umum bahasa Indonesia, W.J Purwo Darwinto mengartikan
pondok sebagai tempat mengaji, belajar agama Islam. Sedangkan pesantren,
diartikan orang yang menuntut ilmu pelajaran agama Islam29.
Pesantren dalam bentuknya semata tidak dapat disamakan dengan lembaga
pendidikan sekolah yang banyak dikenal sekarang ini. Demikian pula, tidak
ada kesatuan bentuk dan cara yang berlaku bagi semua pesantren, melainkan
amat ditentukan oleh kyai sendiri dan pemegang pimpinan, serta ditentukan
oleh masyarakat lingkunganya yang menjadi pendukung pesantren. Masing-
masing pertumbuhan pesantren dan penyebarannya sampai di pelosok
pedesaan adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyiaran agama
Islam.30
Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan
berkembang di tengah- tengah masyarakat, sekaligus memadukan tiga unsur
pendidikan yang amat penting, yaitu: ibadah untuk menanamkan iman,
tabligh untuk penyebaran ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan
kemasyarakatan dan dalam kehidupan sehari-hari31.
Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik. Pondok pesantren adalah
sebuah komplek dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di
sekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan: rumah
kediaman pengasuh (di daerah berbahasa Jawa disebut kyai, di Madura nun
atau bendara), sebuah surau atau masjid, tempat pengajaran diberikan
(bahasa Arab madrasah, yang juga terlebih sering mengandung konotasi
28 Abd.Rahman Shaleh dkk, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren (Jakarta:
Proyek Pembinaan dan Bantuan Pondok Pesantren, 1982), hlm.7.
29 Ibid., hlm.7.
30 Ibid.,
31 Ibid., hlm. 8.
41
sekolah), dan asrama sebagai tempat tinggal para siswa pesantren (santri,
pengambil alihan dari bahasa Sanskerta dengan perubahan pengertian)32
Dengan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pondok
pesantren adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia di
mana para pengasuhnya maupun para peserta didik tinggal dalam satu lokasi
pemukiman yang memiliki karakteristik unik dengan didukung bangunan
utama meliputi: rumah pengasuh, masjid, tempat belajar/ madrasah/ sekolah,
dan asrama.
2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan serta sarana penyebaran
agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan
kedatangan Islam itu sendiri. Sedang system pondok sebenarnya sudah ada
jauh sebelum kedatangan Islam itu sendiri33.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan
telah berjasa turut mencerdaskan masyarakat Indonesia. Selain tugas
utamanya mencetak calon ulama, pondok pesantren juga menjadi pusat
kegiatan pendidikan yang telah berhasil menanamkan semangat
kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada
orang lain. Kecuali itu dalam pondok pesantrenpun ditanamkan semangat
patriotik membela tanah air dan agama, sehingga tidak mengherankan apabila
dalam masa penjajahan Belanda dan Jepang sering timbul pemberontakan-
pemberontakan yang dipimpin kalangan pesantren. Demikian pula dalam
sejarah perjuangan merebut kemerdekaan, kalangan pondok pesantren selalu
aktif mengambil bagian melawan kaum penjajah34.
32 M. Dawam Raharjdjo dkk,,Op.Cit., hlm. 40.
33 Ibid., hlm. 65.
34 Abd.Rahman Shaleh dkk, Op.Cit., hlm 3.
41
Pondok pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan
yang pernah muncul di Indonesia, merupakan system pendidikan tertua saat
ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indegenous.
Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak
munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke 13. Beberapa abad
kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya
tempat-tempat pengajian (”nggon ngaji”). Bentuk ini kemudian berkembang
dengan pendirian- pendirian tempat-tempat menginap para pelajar (santri),
yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat
sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu- satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap
sebagai bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami
doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.35
Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya
sikap non- kooperatif ulama terhadap kebijakan ”Politik Etis” Pemerintah
Kolonial Belanda pada akhir abad ke -19. Kebijakan Pemerintah Kolonial ini
dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan memberikan
pendidikan modern, termasuk budaya Barat. Namun pendidikan yang
diberikan sangat terbatas, baik dari segi jumlah yang mendapat kesempatan
mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan yang diberikan.
Sikap non- kooperatif dan silent oppositon para ulama itu kemudian
ditunjukkan dengan mendirikan pesantren di daerah- daerah yang jauh dari
kota untuk menghindari intervensi pemerintah Kolonial serta memberi
kesempatan kepada rakyat yang belum memperoleh pendidikan. Sampai
akhir abad ke- 19, tepatnya tahun 1860 -an, menurut penelitian Sartono
Kartodirjo (1984), jumlah pesantren mengalami peledakan yang luar biasa,
terutama di Jawa yang diperkirakan mencapai 300 buah.
Perkembangan pesantren yang begitu pesat juga ditengarai berkat
dibukanya terusan Suez pada 1689 sehingga memungkinkan banyak pelajar
35 M. Sulton dan M.Khusnuridlo, Op,Cit,. hlm. 4.
41
Indonesia mengikuti pendidikan di Mekkah. Sepulangnya ke kampong
halaman, para pelajar yang mendapat gelar ”haji” ini mengembangkan
pendidikan agama di tanah air yang bentuk kelembagaannya kemudian
disebut ”pesantren” atau ”pondok pesantren”.36
Dalam sejarah perkembangan zaman selanjutnya, pondok pesantren
selalu berusaha meningkatkan kualitasnya dengan mendirikan madrasah-
madrasah di dalam kompleks pesantren masing-masing, yaitu di bawah
tanggung jawab dan pengawasan Departemen Agama. Dengan cara ini,
pesantren tetap berfungsi sebagai pesantren dalam pengertian aslinya, yakni
tempat pendidikan dan pengajaran bagi para santri yang ingin memperoleh
pengetahuan Islam secara mendalam dan sekaligus merupakan madrasah
bagi anak- anak di lingkungan pesantren. Dalam perkembangannya,
pesantren bukan hanya mendirikan madrasah, tetapi juga sekolah- sekolah
umum yang mengikuti system dan kurikulum Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan/ Diknas.
Dengan menjamurnya pondok pesantren sekarang ini,
membuktikan betapa besarnya peranan pesantren dalam
menumbuhkembangkan sumber daya umat yang dilandasi iman dan taqwa,
menciptakan manusia- manusia yang jujur, adil, percaya diri dan
bertanggung jawab, menghasilkan manusia yang memiliki dedikasi
keikhlasan, kesungguhan dalam perjuangan. Dan pada kenyataannya ajaran
agama Islam bersifat universal akan lebih unggul dan mampu mengendalikan
perubahan- perubahan zaman bagi generasi- generasi berikutnya, dengan
pedoman pada sumber hokum tertulis tertinggi Islam (Al- Qur’an dan
Hadits) untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan diberkahi
oleh Allah SWT.
36 ibid,. hlm. 4-5.
41
3. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren
Dalam perkembangan selanjutnya penyelenggaraan system pendidikan
dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini dapat digolongkan menjadi
tiga bentuk:
Pertama, pondok pesantren dengan system pendidikan dan
pengajarannya diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandongan dan
sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri- santri berdasarkan kitab- kitab
yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama - ulama besar sejak abad
pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok/ asrama dalam
pesantren tersebut.
Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama
Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut diatas
tetapi para santrinya tidak disediakan pondokan di kompleks pesantren,
dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan
dengan sytem weton yaitu para antri datang berduyun- duyun pada waktu-
waktu tertentu (umpama tiap hari Jum’at, Minggu, Selasa, dan sebagainya).
Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga
gabungan antara system pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan
dan pengajaran agama Islam dengan system bandongan, sorogan, ataupun
wetonan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri
kalong yang dalam istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria
pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal
berbentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat
masing- masing.37
Pondok pesantren mempunyai peranan dan fungsi yang telah
dimilikinya sejak awal perkembanganya, harus diarahkan kepada satu
pendirian bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk
mengajarkan ilmu agama Islam guna mencetak ulama, dan sekaligus juga
37 Ibid.,
41
sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader- kader pembinaan
umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkunganya.38
Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki kultur khas
yang berbeda dengan budaya di sekitarnya. Beberapa peneliti menyebut
sebagai sebuah sub kultur yang bersifat idiosyncratic. Cara pengajarannya pun
unik. Sang kyai, yang biasanya adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren,
membacakan manuskrip- manuskrip keagamaan klasik berbahasa Arab
(dikenal dengan sebutan “kitab kuning”), sementara para santri
mendengarkan sambil member catatan (ngasehi, Jawa) pada kitab yang
dibaca. Metode ini disebut dengan bandongan atau layanan kolektif
(collective learning process). Selain itu para santri juga ditugaskan membaca
kitab, sementara kyai atau ustadz yang sudah mumpuni menyimak sambil
mengoreksi dan mengevaluasi bacaan dan performance seorang santri. Metode
ini dikenal dengan istilah sorogan atau layanan individual (individual
learning process). Kegiatan belajar mengajar diatas berlangsung tanpa
penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat, dan biasanya dengan
memisahkan jenis kelamin peserta didik. Perkembangan awal pesantren inilah
yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren berkembang
hingga saat ini.39
Pesantren dengan pondok pesantren yang lain, dalam arti tidak ada
keseragaman system dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya.
Pada sebagian pondok, system penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
yang seperti ini makin lama semakin berubah karena dipengaruhi oleh
perkembangan pendidikan di tanah air serta tuntutan dari masyarakat di
lingkungan pondok pesantren itu sendiri. Dan sebahagian pondok pesantren
lagi tetap mempertahankan system pendidikan yang semula40
38 Ibid., hal. 28
39 Ibid., hlm. 4-6
40 Abd. Rachman Shaleh, Op,Cit,. hlm. 9
41
Fenomena lain dari pondok pesantren yang menjadi cirri khas
kepribadiannya, adalah jiwanya, yaitu ruh yang mendasari dan meresapi
seluruh kegiatan yang dilakukan. Penjiwaan atau ruhiyah model pondok
pesantren tersebut menurut KH. Imam Zarkasyi salah satu pendiri Pondok
Modern Gontor Ponorogo disebut dengan Panca Jiwa Pondok berupa: (1).
Keikhlasan, (2). Kesederhanaan, (3). Persaudaraan, (4). Menolong diri
sendiri, (5). Kebebasan. Lima ajaran dalam Panca Jiwa Pondok tersebut
ditanamkan dalam seluruh komunitas pesantren sejak dari para santri, ustadz,
semua semua warga pesantren sebagaimana yang terjadi di Pondok Gontor.
Dengan pemahaman dan berlandaskan pada Panca Jiwa Pondok tersebut
dibuatlah program- program dan jangkauan- jangkauan dalam
mengembangkan pondok seperti yang dianut system Pondok Gontor disebut
Panca Jangka, meliputi: pendidikan dan pengajaran, sarana, sumber dana,
kaderisasi, kesejahteraan keluarga (yaitu para pembantu langsung pondok
pesantren)41.
Pondok pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin, mempunyai fungsi
pemeliharaan, pengembangan, penyiaran, dan pelestarian Islam. Dari segi
kemasyarakatan ia menjalankan pemeliharaan dan pendidikan mental42.
Dengan demikian jelaslah bahwa pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam di Indonesia walaupun pada dasarnya memiliki tujuan yang
sama yaitu mendidik para kader- kader kyai, dan ulama namun dalam
realitasnya memiliki system pendidikan dan pengajaran tersendiri pada
masing- masing pesantren. Perbedaan system yang dianut antar pesantren,
maupun dengan lembaga pendidikan lainnya tersebut serta memiliki tradisi
tersendiri yang berbeda dengan tradisi lingkungan yang disekitarnya inilah
akhirnya pondok pesantren disebut memiliki system pendidikan yang unik.
41Mulyono, Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan Pondok
Pesantren (Studi Kasus: Koperasi Pondok Modern Gontor Ponorogo). Skripsi. (Malang: Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, 1999), hlm. 269.
42 M.Dawan Rahardjo, Op.Cit,. hlm. 83.
41
4. Peran dan Fungsi Pondok Pesantren Di Tengah-tengah Masyarakat
a. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Keagamaan
Dari waktu ke waktu fungsi pondok pesantren berjalan secara dinamis,
berubah dan berkembang mengikuti dinamika social masyarakat global.
Betapa tidak, pada awalnya lembaga tradisional ini mengemban fungsi sebagai
lembaga sosial dan penyiaran agama43.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai
tujuan yang tidak berbeda dengan pendidikan agama Islam yakni mencapai
akhlak yang sempurna atau mendidik budi pekert dan jiwa. Maksud dari
mencapai akhlak yang sempurna yaitu dapat digambarkan pada terciptanya
pribadi muslim yang mempunyai indicator iman, taqwa, ta’at menjalankan
ibadah, berakhlak mulia dan dewasa secara jasmani dan rohani, serta berusaha
untuk hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Adapun yang disebut dengan
terciptanya pribadi muslim yang baik, taqwa, taat menjalankan ibadah, seperti
berakhlak mulia ialah seperti suri tauladan yang dicontohkan pada pribadi
Nabi Muhammad SAW.
Pondok pesantren harus mengembangkan fungsi dan kegiatan- kegiatanya
ke dalam bentuk program dari komponen - komponen aktivitas pondok
pesantren dengan mengusahakan adanya:
1) Pendidikan agama / penyajian kitab
2) Pendidikan formal
3) Pendidikan kesenian
4) Pendidikan kepramukaan
5) Pendidikan olahraga dan kesehatan
6) Pendidikan ketrampilan kejuruan
7) Pengembangan masyarakat lingkungan44.
Dengan komponen- komponen kegiatan tersebut akan diharapkan
bahwa melalui pendidikan di pondok pesantren akan terhimpun penghayatan
43 M. Sulton dan M.Khusnuridlo, Op,Cit,. hlm.13
44 Ibid,. hlm. 29.
41
terhadap ilmu, agama dan seni yang merupakan tiga komponen pendidikan
yang harus terkumpul pada diri seseorang, baik secara pribadi maupun
sebagai kelompok masyarakat.
Dalam fungsi kemasyarakatan pondok pesantren masih diperlukan
pengembangan dan pembinaan, terutama mengenai:
1) Fungsi penyebaran agama (dakwah)
2) Fungsi sebagai komunikator pembangunan
3) Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih diperlukan.
Dalam fungsi- fungsi tersebut diidentifikasikan peranan kyai sebagai
alternative ideal untuk menampung aspirasi masyarakat, serta peranan
pondok pesantren sebagai lembaga terapi kejiwaan untuk mengatasi soal
kerawanan remaja. Agar peranan dan fungsi pondok pesantren dapat
dikembangkan secara maksimal dalam rangka pembangunan masyarakat
lingkungan, pondok pesantren perlu ditunjang dengan sarana phisik, yang
terkumpul dalam sepuluh komponen sebagai berikut:
1) Masjid
2) Asrama (pondok)
3) Perumahan Kyai/ustadz
4) Gedung pendidikan formal
5) Perpustakaan
6) Balai pertemuan (hiburan/ kesenian dan pendidikan/latihan)
7) Lapangan (olahraga)
8) Balai kesehatan
9) Workshop, training groun/ koperasi
10) Masyarakat lingkungan pedesaan45 .
b. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Sosial
Pesantren sebagai suatu lembaga keagamaan telah cukup jelas,
karena motif, tujuan serta usaha- usahanya bersumber pada agama. Akhir-
45 Ibid,.hlm. 30.
41
akhir ini terdapat suatu kecenderungan memperluas fungsi pesantren bukan
saja sebagai lembaga agama, melainkan sebagai lembaga social. Tugas yang
digarapnya bukan saja soal- soal agama, tetapi juga menanggapi soal- soal
kemasyarakatan hidup. Pekerjaan social ini semula mungkin merupakan
pekerjaan sampingan atau malahan ”titipan” dari pihak diluar pesantren.
Tapi kalau diperhatikan lebih seksama, pekerjaan social ini justru akan
memperbesar dan mempermudah gerak usaha pesantren untuk maksud
semula. Sebab pengaruh di luar pesantren cukup besar bagi kehidupan para
santri maupun masyarakat sekitar46.
Tugas kemasyarakatan pesantren sebenarnya tidak mengurangi arti
tugas keagamaannya, karena dapat berupa penjabaran nilai- nilai hidup
keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Dengan tugas seperti ini
pesantren akan dijadikan milik bersama, didukung dan dipelihara oleh
kalangan yang lebih luas serta akan berkesempatan melihat pelaksanaan
nilai hidup keagamaan dalam kehidupan sehari- hari.
Dengan fungsi social ini, pesantren diharapkan peka dan menanggapi
persoalan persoalan kemasyarakatan, seperti: mengatasi kemiskinan,
memelihara tali persaudaraan, memberantas pengangguran, memberantas
kebodohan, menciptakan kehidupan yang sehat, dan sebagainya47
Dalam perjalananya hingga sekarang, sebagai lembaga sosial,
pesantren telah menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah
umum maupun sekolah agama (madasah, sekolah umum, dan perguruan
tinggi). Di samping itu, pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non
formal berupa madarasah diniyah yang mengajarkan bidang- bidang ilmu
agama saja. Pesantren juga telah mengembangkan fungsinya sebagai
lembaga solidaritas sosial dengan menampung anak- anak dari segala
lapisan masyarakat muslim dan member pelayanan yang sama kepada
mereka, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Bahkan
46 M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren (Jakarta:P3M, 1985), hlm.17.
47 Ibid., hlm. 18.
41
melihat kinerja dan kyainya, pesantren cukup efektif untuk berperan
sebagai perekat hubungan dan pengayom masyarakat, baik pada tingkat
lokal, arus kedatangan tamu kepada kyai sangat besar, dimana masing-
masing tamu dengan niat yang berbeda- beda. Ada yang ingin
bersilaturahim,ada pula yang ingin berkonsultasi, meminta nasehat,
memohon do’a, bertobat, dan ada pula yang ingin minta jimat untuk
sugesti penagkal gangguan dalam kehidupan sehari- hari. Para kyai juga
sering memimpin majlis taklim, baik atas inisiatif sendiri atau atas
inisiatif panitia pengundang yang otomatis dapat memberikan
pembelajaran berbangsa dan bernegara kepada masyarakat di atas nilai-
nilai hakiki (kebenaran Al- Qur’an) dan asasi dengan berbagai bentuk,
baik melalui ceramah umum atau dialog interaktif. Oleh karenanya, tidak
diragukan lagi kyai dapat memainkan peran sebagai agen pembangunan
dengan menyampaikan pesan- pesan pembagunan dakwah- dakwahnya,
baik secara lisan dan tindakan (uswah hasanah).
Dengan berbagai hal yang potensial dimainkan oleh pesantren
diatas, dapat dikemukakan bahwa pesantren memiliki tingkat integritas
yang tinggi de ngan masyarakat sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan
moral (reference of morality) bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi-
fungsi ini akan tetap terpelihara dan efektif manakala para kyai pesantren
dapat menjaga independensi dari intervensi ”pihak luar”48 .
5. Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlak Remaja
Dalam kaitanya pembinaan akhlak dengan agama yang terjadi pada
masa remaja biasanya apa yang menjadi kebiasaan atau keinginan remaja
selalu bertentangan atau seringkali bertentangan dengan agama disebabkan
karena pengaruh lingkungan yang cenderung kepada penyimpangan
perilaku keagamaan dan kelalaian tingkah laku. Kelalaian tingkah laku
tersebut pada prinsipnya dikarenakan :
48 M. sulton dan M.Khusnuridlo, op,Cit,. hlm.14.
41
a. Peranan moral agama yang kurang
b. Akibat pengangguran dan tingkat pendidikan yang kurang/ rendah
c. Pengaruh kebudayan yang negatif dari luar
d. Tidak ada tokoh yang ideal dan berwibawa dalam keluarga dan masyarakat
(uswatun hasanah)
e.Kurangnya bimbingan, pengarahan dan pengawasan remaja untuk
berkembang baik.
Dari faktor- factor tersebut yang mengakibatkan menyimpangnya
akhlak remaja dari aturan- aturan agama. Maka sedini mungkin dapat
diusahakan untuk ditanggulangi, oleh karena itu dalam hal ini pembinaan
akhlak sangat menentukan sekali dan sangat strategis di dalam
mempersiapkan remaja yang potensial dan sebagai harapan agama serta
bangsa di masa yang akan datang.
Agar dalam hidupnya manusia senantiasa mengikuti jalan yang
benar hendaknya hidup sesuai dengan fitrah. Maka dipandang perlulah
mereka mendalami pendidikan agama Islam sebagai pijakan dan landasan
belajarnya.
Islam merupakan agama yang fleksibel, ajaranya harus disampaikan
kepada manusia, tidak mengingat waktu baik dilaksanakan dengan system
yang formal maupun non formal. Dengan pelaksanaan yang beranekaragam
bentuknya, memungkinkan ajaran Islam lebih diresapi dan dihayati
maknanya, sehingga lebih cepat dapat membentuk sikap dan karakteristik
seseorang. Sebagai upaya agar remaja mempunyai kepribadian luhur dan
sebagai generasi penerus yang bertanggung jawab. Maka perlu ditanamkan
kepada mereka agama, karena seorang remaja yang dalam masa pancaroba
bila tidak mendapatkan bimbingan serta lingkungan yang mendukung
terhadap perkembanganya maka dapat menimbulkan kelainan tingkahlaku,
sehingga dapat menjelma dalam bentuk kenakalan remaja, kriminalitas,
narkotika, kejahatan seksual (pergaulan bebas) dan sebagainya .
Dan pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk
membina akhlak remaja. Pondok pesantren dengan cara hidupnya yang
41
bersifat kolektif, merupakan salah satu perwujudan atau wajah dari semangat
dan tradisi dari lembaga kegotongroyongan, nila- nilai keagamaan seperti
ukhwah (persaudaraan), ta’awun (tolong menolong), ittihad (persatuan),
thalabul ilmi (menuntut ilmu), ikhsan, jihad, taat (patuh kepada tuhan, rasul,
ulama’, kyai sebagai penerus nabi dan mereka yang diakui sebagai
pemimpin)49
B. PEMBINAAN AKHLAK REMAJA
1. Pengertian Remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere
(kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh”
atau “ tumbuh menjadi dewasa”. Dalam Islam, secara etomologi, kalimat
remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti
al-iqtirab (dekat). Secara terminologi, berarti mendekati kematangan
secara fisik, akal, dan jiwa serta sosial. Permulaan adolescence tidak
berarti telah sempurnanya kematangan, karena dihadapan adolescence,
dari 7-10 ada tahun-tahun untuk menyempurnakan kematangan. Ada
yang berpendapat bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja,
tiada berbeda dengan kelompok manusia yang lain, ada yang berpendapat
bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan
orang-orang tua. Ada pula yang berpendapat bahwa remaja merupakan
potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Akan tetapi, manakala remaja
diminta persepsinya, mereka akan berpendapat lain50.
2. Pengertian Akhlakul Karimah
Dilihat dari segi etimologi kata ”akhlak” berasal dari bahasa arab,
jamak dari kata ”khuluk” yang artinya perangkai atau tabiat. Ibnu Athir
dalam bukunya ”An-nihayah” menerangkan, hakikat makna khuluk itu,
ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya),
49 M Dawan Raharjo, Op.Cit,. hlm. 7-10.
50 Muhammad Al-Mighwar,Psikologi Remaja,(Bandung : Pustaka Setia 2006) hlm. 55-57
41
sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna
kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya). Tidak berbeda
dengan pendapat Ibnu Athir ini, imam Al-Ghazali berkata pula :”
bilamana orang mengatakan si A itu baik khalqunya, berarti si A itu baik
sifat lahirnya dan sifat batinnya”. Dalam pengertian sehari-hari,
”akhlak”, “kesusilaan” atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan
tidak berbeda pula dengan arti kata ”moral” atau ”ethic”51.
Adapun kata akhlak itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an yaitu
surat Al-Qalam ayat 4:
Artinya: ”Sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai budi pekerti
yang luhur”.52
Sedangkan definisi ”akhlak” menurut Ibnu Maskawih menyatakan,
bahwa yang disebut ”akhlak” ialah : keadaan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dulu53.
Dari beberapa definisi yang disebutkan oleh beberapa pakar diatas,
maka kiranya definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
disebut akhlak itu ialah : kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran lebih dulu. Selanjutnya menurut Abdullah
Dirroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai
manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu : Pertama ,
perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang
sama, sehingga menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-perbuatan itu
51 Humaidi Tata Pangarsa, Pengantar Akhlak , ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005 )
hlm. 7-8
52 Al-Qur’an dan Terjemahnya
53 Ibid. hlm. 8
41
dilakukan karena dorongan emosi jiwanya, bukan karena adanya
tekanan-tekanan yang dating dari luar seperti paksaan dari orang lain
sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan
yang indah-indah, dan lain sebagainya54.
3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Remaja
Akhlak mempunyai obyek yang luas karena berkaitan dengan
perbuatan dan tingkah laku manusia, yang setiap perbuatan dan tingkah
lakunya akan masuk kedalam bagian-bagiannya, karena manusia dalam
hidupnya tidak lepas dengan aktifitas hubungan sesama manusia. Masa
remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-
kadang bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan kepada
orang tua, belum dapat dihindari. Mereka tidak ingin orang tua terlalu
banyak campur tangan dalam urusan pribadinya. Kita sering kali
melihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak
terkuasai itu, yang kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan
jasmaninya55 .
Ada beberapa factor yang mempengaruhi terhadap pembentukan
mental remaja yaitu :
a. Faktor Intren
Masalah penting yang dihadapi oleh anak-anak yang sedang berada
dalam umur remaja cukup banyak.Yang paling kelihatan adalah
pertumbuhan jasmani yang cepat. Perubahan yang cepat inilah yang
terjadi pada fisik remaja yang berdampak pula pada sikap dan
perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa
memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak. Sementara itu, ia
merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua
54 Ibid. hlm.10
55 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya Offisct, 1994) hlm. 40-41
41
untuk membiayai keperluan hidupnya. Keadaan emosinya yang goncang
sering kali diungkapkan dengan cara yang tajam dan sungguh-sungguh.
Kadang-kadang ia mudah meledak dan mudah tersinggung, padahal,
mungkin tanpa disadarinya, ia mudah menyinggung perasaan orang tua.
Sementara itu ia juga mengalami persaan aneh, ia mulai tertarik kepada
teman lawan jenis. Akan tetapi, karena perkembangan tubuhnya kurang
menarik, timbul juga perasaan malu. Akibatnya, dalam dirinya bergejolak
perasaan galau yang tidak menentu56 .
Bila kita tinjau penyebab akhlak yang tidak baik pada remaja
atau terjadinya kenakalan remaja di pandang dari sudut pandang
psikologi, maka tindakan dan perangai yang demikian itu dianggap
sebagai perilaku yang menyimpang. Perilaku tersebut tidak dapat dilihat
dari kelakuan dan penampilan yang terlihat dari luar saja, akan tetapi
harus dikaitkan dengan berbagai factor didalam diri pribadi remaja
yang nakal itu. Faktor-faktor luar yang mempengaruhinya biasanya
berasal dari keluarga, lingkungan, sekolah, masyarakat, maupun
pengaruh luar yang sepintas lalu kelihatan tidak berkaitan dengannya.
Fungsi dan peranan keluarga dalam masalah kenakalan remaja sangat
menentukan, tidak hanya dalam penaggulangannya saja, akan tetapi juga
dalam timbulnya kenakalan dan penyimpangan- penyimpangan akhlak
remaja tersebut57.
b. Faktor Ekstern
Masa remaja yang mengalami banyak perubahan yang terjadi pada
umur remaja awal itu, sudah pasti membawa kepada kegoncangan emosi.
Kadang-kadang hal tersebut ditambah pula dengan banyaknya contoh-contoh
yang tidak baik, tetapi membangkitkan berbagai berbagai dorongan dan keinginan
56 Ibid,. hlm.46 -47
57 Ibid,. hlm 49
41
yang mulai timbul dalam dirinya58. Apalagi di zaman abad ke 21 ini kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar memukau dan membuat manusia
terseret untuk ikut tenggelam dan berkecimpung di dunia yang transparan tanpa
rahasia. Manusia dihadapkan pada perubahan cepat dalam berbagai dimensi
kehidupan, terbawa oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang setiap
saat menawarkan sesuatu yang lebih baru, lebih canggih dan lebih menyilaukan
mata59.
Adapun berbagai hal yang disajikan oleh teknologi yang semakin canggih
seperti media elektronik dan medi cetak, yang mudah ditangkap oleh remaja.
Mungkin saja semua itu akan dijadikan oleh remaja sebagai alat identifikasi
diri, sehingga mereka condong menerima dan menirunya. Seolah-olah diri
merekalah yang melakukan dan memerankan adegan yang disaksikanya itu.
Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan beragama para remaja
yang sedang mulai mekar, yang sedang menatap hari depan yang diharapkan
dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya
baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan iptek itu telah
ditumpangi dan disalahgunakan oleh sebahagiaan manusia yang serakah yang
tidak beragama, atau yang kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu dan bujukan
setan.
Secara tidak terasa, kaum muda Indonesia terbawa oleh arus yang sering
didengar dan disaksikan dalam acara- acara kebudayaan yang ditayangkan oleh
media elektronik, baik berupa tayangan lagu- lagu, film, olah raga dan lainya. Apa
yang dilihatnya jauh lebih besar pengaruhnya dan lebih lama teringat olehnya,
dan akan sering terbayang di ruang matanya. Dan yang paling banyak menjadi
korban adalah remaja, baik yang bersekolah maupun yang sudah bekerja. Betapa
beraninya mereka minum-minum, mabuk-mabukan dan kemudian
58 Ibid,. hlm. 54
59 Ibid,. hlm. 51
41
Memperkosa teman perempuannya. Ada juga wanita dengan senang hati berbuat
serong dengan teman yang dicintainya.60
C. Faktor Lingkungan
Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang mengalami kegonjangan
emosi, angan- angannya banyak, Khayalan tentang yang terlarang dalam agama
mulai muncul akibat pertumbuhan jasmaninya yang mendekati ukuran orang
dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah. Akibatnya terjadi
kegoncangan emosi, walaupun kemampuan pikir telah matang. Karena itu remaja
yang sedang dalam gejolak pertumbuhan (13 - 21 tahun), yang kurang terlatih
dalam nilai moral dan agama, mudah terseret kepada mengagumi dan meniru apa
yang menyenangkan dan menggiurkanya. Perbuatan salah, perilaku menyimpang,
ketidakpuasan terhadap orang tua, dan mungkin pula melakukan hal-hal terlarang
dalam agama dan hukum negara, merupakan menunya sehari-hari.61
Sesungguhnya penyimpangan sikap dan perilaku anak dan remaja tidak
terjadi tiba-tiba, akan tetapi melalui proses panjang yang mendahuluinya.
Disamping itu berbagai factor ikut berperan dalam peristiwa tersebut. Diantara
factor - faktor yang timbul dari dalam diri anak atau remaja misalnya
keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi akibat tekanan perasaan
(frustasi), kehilangan rasa kasih saying atau merasa dibenci, diremehkan,
diancam, dihina dan sebagainya. Semua perasaa negative tersebut dapat
menyebabkan seseorang putus asa, bersikap negative terhadap orang lain,
bahkan mungkin juga sikap negatifnyadihadapkan kepada Allah.Maka ia
condong menentang ajaran agama, meremehkan nilai-nilai moral dan akhlak.
Sikapnya boleh jadi akan mempengaruhi atau mewarnai seluruh penampilan
perilakunya, air muka yang tegang, benci dan menentang setiap orang yang
berkuasa, merasa iri dan dengki kepada orang yang melebihi dirinya, bahkan
60 Ibid,.hlm. 54-55
61 Ibid,.hlm. 58
41
kebencian diarahkan pula kepada tokoh masyarakat, pemuka agama dan
pemerintah.
Ada juga factor negative yang dating dari keluarga, misalnya orang tua
tidak rukun, sering bertengkar di hadapan anak, ada pula orang tua yang
melibatkan anak dalam perselisihan mereka, sehingg si anak terombang-ambing
diantara ibu dan bapaknya. Ada juga yang disebabkan oleh perlakuan tidak adil
dari pihak orang tua terhadap anak-anak, dan dia termasuk yang kalah bersaing
dalam memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya62. .
4. Masalah Kehidupan Remaja Dewasa ini
Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, remaja bisabermasalah
dan bias pula berbahagia. Kedua kondisi ini banyak bergantung pada pengalaman
yang positif atau negatif. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jiwanya.Bila remaja tidak mencapai kebahagiaan, dia mengalami masalah yang
serius. Menurut intensitasnya, rentangan remaja bermasalah dapat digambarkan
dalam tiga kategori utama; bermasalah wajar yang berkaitan dengan ciri-ciri
masa remaja, bermasalah menengah yang berkaitan dengan tanda-tanda
bahayanya, dan bermasalah taraf kuat mencakup bermasalah yang pasif dan
bermasalah yang agresif63.
a. Perilaku bermasalah yang wajar
Secara psikologis, perilaku bermasalah yang wajar adalah perilaku yang
masih ada dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat
adanya perubahan fisik dan psikis, dan masih bias diterima selama dirinya dan
masyarakat di sekitarnya tidak dirugikan.
b. Perilaku bermasalah menengah
62 Ibid,. hlm. 59
63 Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006) hlm. 187
41
Secara psikologis, perilaku bermasalah menengah adalah perilaku remaja
yang masih merupakan akibat dari adanya berbagai perubahan fisik dan psikis
dalam pertumbuhan dan perkembangan, tetapi telah menunjukan berbagai tanda
yang mengarah pada adanya penyimpangan yang cenderung merugikan dirinya
sendiri dan lingkunganya. Perilaku ini juga merupakan pengembangan-
pengembangan negative berbagai masalah wajar sebelumnya yang semakin
menguat yang diakibatkan oleh tiga hal ; pertama, dirinya kurang mampu
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembanganya serta tidak
mampu menerima apa yang diraihnya. Kedua, adanya berbagai tekanan
lingkungan, seperti dari orang tua dan teman sebaya serta masyarakat yang lebih
luas. Ketiga, tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada.
Perilaku bermasalah menegah ini juga dinamakan tanda –tanda bahaya, baik
yang agresif, pasif atau pengunduran diri, atau netral. Perilaku yang
menunjukkan tanda-tanda bahaya yang agresif, antara lain sikap selalu ingin
menguasai dan menyerang orang lain. Perilaku yang menunjukkan tanda-tanda
bahaya yang pasif, antara lain merasa tidak aman sehingga remaja merasa
merendahkan diri dan rela dijajah oleh siapa saja di dalam maupun diluar rumah,
selalu melamun sebagai konpensasi bagi kekurangpuasanya dalam kehidupan
sehari-hari, dan berusaha menarik perhatian dengan berbuat kekanak-kanakan.
Adapun perilaku yang menunjukkan tanda-tanda bahaya yang netral, antara lain
remaja mengabaikan tugas-tugasnya demi bersenang-senang karena tidak adanya
tanggung jawab, dan terlalu malu bila berada jauh dari rumahnya. Sebagaimana
perilaku bermasalah wajar, perilaku bermasalah menegah pun membutuhkan
perhatian yang serius dari pendidik dan pembimbing. Dan mengabaikanya akan
mengakibatkan pengembangan pada perilaku yang semakin salah dan semakin
menyimpang64.
c. Perilaku bermasalah yang kuat atau penyimpangan perilaku
64 Ibid,. hlm 190-191
41
Perilaku bermasalah yang kuat adalah perilaku yang muncul akibat
adanya rasa tidak enak, rasa tercekam, rasa tertekan yang didorong oleh
faktor –faktor yang kontradiktif dalam diri seseorang, yang secara kuat
pula menimbulkan berbagai tindakan mengundurkan diri secara berlebihan
atau agresif yang berlebihan. Perilaku itu di anggap menyimpang dari
kewajaran karena cenderung ada rasa putus asa, tidak aman, atau
merusak, melanggar berbagai peraturan.
Sebagaimana perilaku bermasalah menengah, perilaku bermasalah
yang kuat ini pun terdiri dari dua sifat, pertama, yaitu agresif, dan kedua,
pasif. Perilaku menyimpang yang agresif adalah bentuk-bentuk tingkah
laku social yang menyimpang dan cenderung merusak, melanggar
peraturan dan menyerang. Banyak aspek yang menjadi obyek
penyimpangannya, misalnya hak milik orang lain, seks, dan sebagainya.
Gejala umum yang biasa tampak dari penyimpangan ini antara lain
menyakiti hati orang lain, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam
masyarakat atau sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, tidak
mengindahkan perintah, melanggar peraturan, sering berbohong, sering
memerintah, mementingkan diri sendiri, suka menyakiti hati anak yang
lebih kecil, pendendam, melanggar kehormatan seks lawan jenis, dan
sejenisnya. Penyimpangan ini terjadi karena remaja tidak memiliki sikap,
perasaan dan keterampilan tertentu yang dituntut dalam tugas-tugas
perkembanganya sehingga mereka cenderung tidak memedulikan
norma-norma masyarakat, dan sikap tidak peduli ini menimbulkan semua
pelanggaran tersebut. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah kenakalan
remaja65.
5. Tujuan Pembinaan Akhlak Remaja
Pembinaan akhlak remaja diselenggarkan dengan tujuan umum
yaitu membantu para remaja untu meningakatkan keimanan, pemahaman,
65 ibid,. hlm. 192
41
dan pengahayatan serta pengalaman tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang
maha esa, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan pembinaan akhlak remaja secara
khusus adalah:
a. Remaja memahami dan menghayati ajaran agama Islam,
terutama yang berkaitan dengan fardu ain
b. Remaja mau dan mampu dalam melaksanakan ajaran agama
Islam
c. Remaja memiliki kesadaran dan kepekaan social dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara66
Manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas dari perbuatan-
perbuatan sebagai proyeksi dari kemampuanya, serta sebagai
eksperimental dari apa yang diinginkanya. Dengan perbuatan itulah akan
tercermin sikap dan watak.
Dalam Islam penempatan akhlak merupakan hal yang mutlak
dimiliki dan dipunyai oleh setiap orang. Akhlak adalah upaya manusia
untuk mempertahankan keluarga dan hidupnya, dan akhlak pulalah yang
membedakan manusia dengan binatang. Akhlak yang baik adalah
berderma, tidak menyakiti orang lain dan tangguh menghadapi penderitaan
serta berbuat kebaikan dan menahan diri diri dari keburukan. Adalagi yang
mengatakan, ”membuang sifat-sifat yang hina dan menghiasinya dengan
sifat-sifat yang mulia”67.
Bagi remaja ide-ide agama, dasar keyakinan dan pokok ajaran
agama pada dasarnya diterima oleh seorang remaja, namun manakala ia
mendapat kritikan dan apa yang tumbuh sejak kecilnya, begitu mudah
66 Endin Mujahidin, Op,Cit., hlm. 139
67 Fariq bin Gasim Anuz, Bengkel Akhlak (Jakarta : Darul Falah, 2002) hlm. 15 -16
41
sirna lantaran kemampuan menangkap hal-hal yang abstrak masih lemah.
Karena itu tidak jarang-jarang ide -ide pokok agama ditolak pula, bahkan
kadang-kadang ia merasa bimbang beragama, terutama bagi mereka yang
mungkin tidak dapat ditangkap dengan proses berfikir yang matang dan
krisis.
Apabila agama telah mencapai sifa t-sifat moral pada remaja, maka
kebaikan tertinggi adalah perasaan agama disertai oleh pikiran tentang
kebaikan yang tertinggi. Pada permulaan, adalah kelezatan, sesudah itu
muncul bapak dan tunduk kepadanya dan setelah tumbuh pikiran tentang
Allah, maka yang sangat baik adalah mematuhi perintah Allah. Kejahatan
yang sangat besar dalam pandangan anak di usia remaja adalah mencela
agama. Nilai-nilai agama meningkat bersama-sama nilai-nilai keluarga,
atau berati bahwa moral keluarga mengikuti moral agama. Misalnya pada
anak umur 10 tahun, si anak patuh kepada bapaknya karena Allah
menyuruhnya, sedang pada umur 5 atau 6 tahun dulu, ia patuh kepada
Allah karena bapaknya menghendaki demikian. Ini adalah menunjukan
kemajuan social dan penyesuaian diri terhadap keluarga berganti dengan
penyesuaian agama68.
Allah semakin dekat kepada jiwa si anak, karena si anak makin
dekat pula kepada dirinya sendiri, ia mulai mendengar kata hatinya tentang
akhlak dan Allah menjadi pantulan dari suara tersebut. Seperti
filsafat ”kant” menganggap bahwa morallah bukan akal yang merupakan
jalan untuk menyampaikan kita kepada Allah, dari penganalisaan tentang
arti ”wajib” yang membawa dengan sendirinya kepada Allah, sebagai
keharusan moral. Demikian pulalah halnya dengan anak-anak yang telah
besar dimana kepercayaan tidak didasarkan atas keharusan pikiran, tapi
adalah keharusan moral69.
Dengan dasar itulah, maka bukan hal yang berlebihan jika generasi
muda atau tua remaja perlu dibina serta dididik dengan akhlakul karimah,
68 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 1970) hlm. 50-51
69 Ibid,. hlm.51
41
agar remaja memiliki pemahaman dan penjelasan yang memadai dan
memuaskan tentang tata norma kehidupan yang sesuai dengan ajaran
agama, berperangai yang baik serta berbudi pekerti yang luhur70
6. Metode Pembinaan Akhlak Remaja
Kedudukan suatu metode dalam dunia pendidikan dan
pembinaan adalah sangat penting sekali, sebab tanpa adanya metode yang
tepat maka tujuan dari pendidikan itu tidak akan berhasil dengan baik.
Menurut Drs. Ahmad. D. Marimba ada dua jenis
pendekatan metode yakni meliputi :
a. Metode Langsung
Adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan
kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan. Metode secara langsung
ini dibedakan menjadi lima, diantaranya adalah :
1) Teladan
Tingkah Laku, cara berbuat dan berbicara akan di tiru oleh anak
(ingat dorongan meniru dan perkenaan). Dengan teladan ini, timbulah
gejala identifikasi positive, ialah penyamana diri dengan orang yang
ditiru. Identifikasi positive itu penting sekali dalam pembentukan
kepribadian.
Seperti dikatakan diatas, nilai-nilai yang dikenal si anak masih
melekat pada orang-orang yang disenanginya dan dikaguminya, jadi pada
orang-orang dimana ia berinditifaksi. Inilah salah satu proses yang
ditempuh anak dalam mengenal nilai. Sesuatu itu disebutkan baik karena
juga oleh ayah, ibu atau guru.
2) Anjuran, suruhan dan perintah
Kalau dalam teladan anak dapat melihat, maka dalam anjuran dsb.
Anak mendengar apa yang harus dilakukan. Suruhan, anjuran dan perintah
adalah alat pembentuk disiplin secara positive. Disiplin perlu dalam
70 Muhammad Al-Mighwar, Op,Cit,. hlm: 190
41
pembentukan kepribadian, terutama karena akan menjadi disiplin sendiri,
tetapi sebelum itu perlu lebih dahulu ditanamkan disiplin dari luar.
3) Latihan-latihan
Tujuannya ialah untuk menguasai gerakan-gerakan dan menghafal
ucapan-ucapan (pengetahuan). Dalam melakukan ibadat kesempurnaan
gerakan dan ucapan ini penting artinya Latihan juga dapat menanamkan
sifat-sifat yang utama, misalnya kebersihan, keteraturan dan sebagainya.
Latihan membawa anak ke arah berdiri sendiri (tidak usah selalu dibantu
oleh orang lain). Latihan membawa kepuasan bagi sianak, dengan
memperhatikan hasil-hasil latihannya, dan dapat member dorongan untuk
melakukan yang lebih baik (self competition).
4) Hadiah dan sejenisnya
Yang dimaksud hadiah, tidak usah selalu berupa barabg. Anggukan
Kepala dengan wajah berseri-seri, menunjukan jempol (ibu jari)si
pendidik, sudah satu hadiah. Pengaruhnya besar sekali. Memenuhi
dorongan mencari perkenan, mengembirakan anak, menambah kepercayaan
pada diri sendiri. Membantu dalam usaha mengenal nilai -nilai.
5) Kompetisi dan kooperasi
Diatas telah disebutkan arti (guna) self competition, kompetisi dengan
orang lain dalam arti yang sehat, misalnya perlombaan mengaji Al- Qur’an
dsb. Mendorong anak berusaha lebih giat. Kooperasi meliputi usaha-usaha
kerja bersama. Menumbuhkan rasa simpati dan penghargaan kepada orang-
orang lain, menambahkan rasa saling percaya71.
b. Metode T ak Langsung
Yang dimaksud dengan metode tak lagsung adalah metode yang
bersifat pencegahan, peneknan pada hal-hal yang merugikan.
71 Ahmad.D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : PT Al-Ma’arif , 1980)
hlm. 85 - 86
41
1) Koreksi dan pengawasan
Koreksi dan pengawasan bertujuan untuk mencegah dan menjaga
agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Pengawasan
tersebut sangat perlu bagi remaja, sebab bila ada kesempatan remaja akan
berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan yang ada.
2) Larangan
Maksudnya adalah suatu keharusan untuk tidak melaksanakan
Pekerjaan yang merugikan. Misalnya larangan untuk melanggar peraturan
yang ada atau yang telah di tetapkan.
3) Hukuman
Adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan
sengaja sehingga menimbulkan penyelesaian dan penyesalan72.
Setiap metode mengajar mempunyai kebaikan dan kelemahan masing-
masing. Semakin mampu guru (ustadz) mengurangi kelemahan dalam
mempergunakan suatu metode, maka akan semakin tinggi pula efisiensi
dan efektifitasnya, apalagi dalam membina pendidikan pada remaja.
Menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi ada beberapa pendekatan metode
di antaranya adalah :
a. Metode Ceramah
Dalam istilah lama metode ini disebut juga metode
memberitahukan. Disamping itu ada yang menyebutnya metode
penyampaian informasi atau metode cerita (bercerita) Sebagaimana di
jelaskan dalam firman Allah surat Al-A’raaf ayat 35 sebagai berikut :
Artinya: Hai anak –anak Adam, jika dating kepadamu rasul-rasul
daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka
barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada
72 Ibid., hlm. 86-87
41
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S
Al-A’raaf : 35)
Metode ceramah ini merupakan metode penerangan atau penuturan
secara lisan oleh guru atau ustadz kepada sejumlah murid atau santri yang
biasanya berlansung di dalam sebuah kelas. Guru atau ustadz
merupakan pihak yang aktif atau pusat kegiatan (teacher centered).
Untuk mewujudkan sentuhan pendidikan dalam menyampaikan materi
pelajaran (misalnya tentang shalat, akhlak dan lain-lain), satu-satunya alat
bantu yang dipergunakan hanyalah kalimat yang dituturkan secara lisan.
Murid atau santri cenderung pasif.
Aktivitas utama yang dilakukan adalah mendengar secara tertib
dan mencatat seperlunya pokok-pokok pelajaran yang dianggap penting.
b. Metode Tanya Jawab
Dari perkataan tanya jawab sudah dapat dipahami, bahwa metode
ini merupakan cara mengajar, yang dilakukan dengan mengajukan
peertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. Metode ini secara murni tidak
diawali dengan ceramah, tetapi murid atau santri sebelumya sudah
diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah atau lebih
buku. Kemudian di kelas pelajaran dilakukan dengan cara bertanya
jawab. Pertanyaan dapat dating dari guru ustadz, yang telah
dipersiapkan lebih dahulu dan diajukan pada murid atau santri di
kelasnya. Sebaliknya murid atau santri, dapat juga ditugaskan
membuat pertanyaan-pertanyaan pada waktu mempelajari materi
tersebut. Selanjutnya di dalam kelas pertanyaan disampaikan secara
lisan. Yang oleh guru atau ustadz dilemparkan lebih dahulu kepada
murid atau santri lain untuk dijawab, sebelum dijawab oleh guru atau
ustadz apabila tidak ada yang dapat menjawabya.
c. Metode diskusi
Metode ini dapat juga disebut musyawarah, meskipun sebenarnya
lebih mengarah pada kepentingan rapat-rapat dan kurang tepat
dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Disamping itu karena
41
pertanyaannya mengandung masalah, metode ini dapat dikembangkan
menjadi metode pemecahan masalah (problem solvingmethod )73.
Dengan demikian sebenarnya banyak metode atau cara dalam
pembinaan akhlak remaja. Tentunya setiap metode memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing serta memiliki daya
ketepatan sesuai situasi dan kondisi dimana metode tersebut
digunakan. Demikian juga metode yang digunakan Pondok Pesantren
dalam pembinaan akhlak remaja tentunya menggunakan metode yang
tepat sesuai dengan situasi dan kondisi.
73 Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993) hlm. 250-271
41
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan Hasse J, Muhammad Zain (Editor). 2008. Agama, Pendidikan
Islam, dan Tanggung jawab Sosial Pesantren.Yogyakarta: Sekolah
Pascasarjana UGM.
Al–Mizan. 2013. “Relevansi Predikat Kota Santri bagi Kabupaten Pekalongan”.
Dalam jurnal Agent Of Change. (Edisi XIX ) Pekalongan.
Aminudin, 2002. Pendidikan Islam Untuk Perguruan Tinggi . Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
-------.1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Damopolii,Muljono. 2011. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern:
PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia:
BalaiPustaka. Jakarta
Gunarsa, Y. Singgih D. 1978. Psikologi Remaja . Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadi, Sutrisno. 1975. Metodologi Research . Yogyakarta: UGM.
Halim, Ali Abdul. 2002. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama .Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini . 1990. Psikologi Anak Psikologi Perkembangan. Bandung: PN.
Mandar Maju.
Miller, Mattew B. et al.,. 1992. Analisis Data Kealitatif . Jakarta: UI Press
Moleong, Lexy . 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyono. 1999. “Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di
Lingkungan PondokPesantren”.Malang:Skripsi Studi Kasus STAIN.
41
Poerwodarwinto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia : Balai Pustaka. Jakarta
Nahrawi Amiruddin. 2008. Pembaharuan Pendidikan Pesantren : Gama Media.
Yogyakarta
Qomar Mujamil. 2005. Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi : Erlangga . Jakarta
Ahmad Beni dan Abdul khamid. 2012. Ilmu Akhlak : CV. Pustaka Setia. Bandung
Kartono Kartini. 2007. Psikologi Anak : CV. Mandar Maju. Bandung
Raharjo,M.Dawan. 1985. Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah.
Jakarta: P3M
Sulton, M dan M. Khusnuridlo. 2006. Manajemen Pondok Pesantren dalam
Perspektif Global .Yogyakarta: Laksbang Pressindo.
Surahmat, Winarto. 1978. Dasar dan Teknik Pengantar Metode. Bandung:
Tarsito.
Yunus, Mahmud . 1984. Kamus Arab Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Zuriah,Nurul. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Rosdakarya.
41

More Related Content

What's hot

Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docxAnalisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
HudanLinnas1
 
3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih
dwi agus qomarul hadi
 
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazunMembumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Muhammad Al Asrori
 
Konsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam IslamKonsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam Islam
taufiqakbar
 
Ppt materi rukun islam
Ppt materi rukun islamPpt materi rukun islam
Ppt materi rukun islam
PrimanaAthohiriyah
 
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VIIRPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
Diva Pendidikan
 
LK 5a 5b 5c LKPD.docx
LK 5a 5b 5c LKPD.docxLK 5a 5b 5c LKPD.docx
LK 5a 5b 5c LKPD.docx
TahmidMaulana2
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docxRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
uyunwahyudin
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
IAIN Sunan Ampel Surabaya
 
Makalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamaMakalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamamisbakhulfirdaus
 
Prota dan Prosem kls 9 Semester Ganjil dan Genap
Prota  dan Prosem kls  9 Semester Ganjil dan GenapProta  dan Prosem kls  9 Semester Ganjil dan Genap
Prota dan Prosem kls 9 Semester Ganjil dan Genap
Kementerian Agama Kota Pontianak Kalbar / SMPN 3 Kota Pontianak Kalbar
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
Nailul Hasibuan
 
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas XRPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
Diva Pendidikan
 
Makalah fiqih puasa
Makalah fiqih puasaMakalah fiqih puasa
Makalah fiqih puasa
NavenAbsurd
 
Jam' ul quran
Jam' ul quranJam' ul quran
Jam' ul quran
Mahbub Su'aibi
 
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptxSUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
DMI
 
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
Kementerian Agama Kota Pontianak Kalbar / SMPN 3 Kota Pontianak Kalbar
 
Islam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
Islam dalam Masalah Harta Dan JabatanIslam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
Islam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
luffyahmad
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan Moral
Zezen Wahyudin
 
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bkUpaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Nur Arifaizal Basri
 

What's hot (20)

Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docxAnalisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
Analisis SKL-KI dan KD K13 Kelas 3 Semester 1.docx
 
3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih3 urgensi belajar ilmu fiqih
3 urgensi belajar ilmu fiqih
 
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazunMembumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
Membumikan tasamuh, tawassuth, dan tawazun
 
Konsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam IslamKonsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam Islam
 
Ppt materi rukun islam
Ppt materi rukun islamPpt materi rukun islam
Ppt materi rukun islam
 
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VIIRPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MTs Kelas VII
 
LK 5a 5b 5c LKPD.docx
LK 5a 5b 5c LKPD.docxLK 5a 5b 5c LKPD.docx
LK 5a 5b 5c LKPD.docx
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docxRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2.docx
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
 
Makalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agamaMakalah etika profesional konseling agama
Makalah etika profesional konseling agama
 
Prota dan Prosem kls 9 Semester Ganjil dan Genap
Prota  dan Prosem kls  9 Semester Ganjil dan GenapProta  dan Prosem kls  9 Semester Ganjil dan Genap
Prota dan Prosem kls 9 Semester Ganjil dan Genap
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas XRPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
RPP Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) MA Kelas X
 
Makalah fiqih puasa
Makalah fiqih puasaMakalah fiqih puasa
Makalah fiqih puasa
 
Jam' ul quran
Jam' ul quranJam' ul quran
Jam' ul quran
 
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptxSUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
SUSUNAN PENGURUS MASJID (1).pptx
 
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAI SMP Kls 7
 
Islam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
Islam dalam Masalah Harta Dan JabatanIslam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
Islam dalam Masalah Harta Dan Jabatan
 
Akhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan MoralAkhlak, Etika dan Moral
Akhlak, Etika dan Moral
 
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bkUpaya dalam menangani kesalahpahaman bk
Upaya dalam menangani kesalahpahaman bk
 

Viewers also liked

Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
Firmansyah Drei'und-zwanzig
 
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
Wildan Aini
 
Judul judul skripsi pai
Judul judul skripsi paiJudul judul skripsi pai
Judul judul skripsi pai
mudarris
 
Contoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsiContoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsi
imammuttaqin58
 
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakPenegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakCandra Putra
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
spilody111
 
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
Norsel Maranden
 
Galau vs move on
Galau vs move onGalau vs move on
Galau vs move on
Mohamad Haris
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
EKPD
 
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...Asep Anwar Musadad
 
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakartaMusni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
musniumar
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
Nudly Skater'z
 
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikanPeran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
Mahad Alzaytun
 
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sigit Riono
 
Daftar judul skripsi
Daftar judul skripsiDaftar judul skripsi
Daftar judul skripsi
Raden Rahmat
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi iiWarsito Sito
 
Proposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikanProposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikan
Non Formal Education
 

Viewers also liked (20)

Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
Perbandingan Pesantren Tradisional dan Modern
 
Proposal pondok
Proposal pondokProposal pondok
Proposal pondok
 
Judul judul skripsi pai
Judul judul skripsi paiJudul judul skripsi pai
Judul judul skripsi pai
 
Contoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsiContoh proposal pengajuan skripsi
Contoh proposal pengajuan skripsi
 
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakPenegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Proposal Skripsi
Proposal Skripsi Proposal Skripsi
Proposal Skripsi
 
Galau vs move on
Galau vs move onGalau vs move on
Galau vs move on
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...
Implementasi sistem pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren miftahul hu...
 
Sekripsi
SekripsiSekripsi
Sekripsi
 
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakartaMusni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
Musni umar: Partisipasi PKK dalam Pembangunan Masyarakat di DKI dki jakarta
 
Buku pesantren
Buku pesantrenBuku pesantren
Buku pesantren
 
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikanPeran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dakwah dan pendidikan
 
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
Sistematika proposal skripsi FH unnes -2013
 
Daftar judul skripsi
Daftar judul skripsiDaftar judul skripsi
Daftar judul skripsi
 
Proposal skripsi ii
Proposal skripsi iiProposal skripsi ii
Proposal skripsi ii
 
Proposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikanProposal penelitian pendidikan
Proposal penelitian pendidikan
 
Laporan penyuluh agama islam honorer non pns
Laporan penyuluh agama islam honorer non pnsLaporan penyuluh agama islam honorer non pns
Laporan penyuluh agama islam honorer non pns
 

Similar to Proposal skripsi q

Guru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasaGuru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasa
Pensil Dan Pemadam
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sari
PamilaNovitasari
 
Slamettt
SlametttSlamettt
Slamettt
Dadank S Manaf
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
pendidikan
pendidikanpendidikan
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaBabyHenry
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaAndy Nostalgither's
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
Ahmad Wahyudin Rock'n Roll
 
Psikologi perkembangan
Psikologi perkembanganPsikologi perkembangan
Psikologi perkembangan
pramithasari27
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Bang Mohtar
 
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolahUrgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
FAI Unmuh Ponorogo
 
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
Wisnu58
 
SKRIPSI
SKRIPSISKRIPSI
SKRIPSI
Echy Wadi
 
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhirLmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
Zalikha96
 
resensi jurnal Feby
resensi jurnal Febyresensi jurnal Feby
resensi jurnal Feby
regas12
 
Resensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnalResensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnal
riskitheeaa1234567890
 
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama KatolikBuku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Kornelis Ruben
 
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guruPeran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
Yogyakarta State University
 
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptxRUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
sutarbanjarejo
 

Similar to Proposal skripsi q (20)

Guru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasaGuru dan-cabaran-semasa
Guru dan-cabaran-semasa
 
Resensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sariResensi resti purnama sari
Resensi resti purnama sari
 
Slamettt
SlametttSlamettt
Slamettt
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
 
pendidikan
pendidikanpendidikan
pendidikan
 
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budaya
 
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesiaPendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
Pendidikan moral dan mutu pendidikan indonesia
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 
Psikologi perkembangan
Psikologi perkembanganPsikologi perkembangan
Psikologi perkembangan
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
 
Integritas moral siswa
Integritas moral siswaIntegritas moral siswa
Integritas moral siswa
 
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolahUrgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
Urgensi pendidikan karakter bangsa di sekolah
 
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
PEMBINAAN AGAMA DAN KEPRIBADIAN REMAJA MASJID DESA KENDEL KECAMATAN KEMS KABU...
 
SKRIPSI
SKRIPSISKRIPSI
SKRIPSI
 
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhirLmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
Lmcp 1602 pendidikan awal kanak kanak oleh ibu bapa dalam islam-projek akhir
 
resensi jurnal Feby
resensi jurnal Febyresensi jurnal Feby
resensi jurnal Feby
 
Resensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnalResensi artikel jurnal
Resensi artikel jurnal
 
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama KatolikBuku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
Buku Siswa Kelas 10 Agama Katolik
 
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guruPeran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
Peran Budaya Sekolah Melalui peran proses sosialisasi guru
 
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptxRUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
RUANG KOLABORASI KELOMPOK 3_CGP.8_ MODUL 1.1.a.5 [Autosaved].pptx
 

Recently uploaded

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
HengkiRisman
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Thahir9
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Andre664723
 

Recently uploaded (20)

Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG  MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM TENTANG MENGUKUR KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA D...
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdfTugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
Tugas CGP Mulai dari diri - Modul 2.1.pdf
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdfMakalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
Makalah Hukum Lingkungan Urgensi Kebijakan TAPERA .pdf
 

Proposal skripsi q

  • 1. PERAN PONDOK PESANTREN AL-UTSMANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA DESA GEJLIG KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN Proposal Skripsi Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah STAIN Pekalongan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd I) Oleh : LUKMAN HAKIM 2021311175 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya pondok pesantren dengan segala aspek kehidupan dan perjuangannya ternyata memiliki nilai yang strategis dalam membina insan yang berkualitas dalam ilmu, iman, dan amal, disamping sebagai tempat pengembangan agama Islam. Ditilik dari sisi kelembagaan pesantren menjadi sebuah institusi atau kampus yang memiliki berbagai kelengkapan fasilitas untuk membangun potensi-potensi santri, tidak hanya dari segi akhlak, nilai dan intelek, dan spiritualis, tapi juga atribut-atribut fisik dan material.1 Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Remaja dalam masa peralihan, sama halnya seperti pada masa anak, mengalami perubahan- perubahan jasmani, kepribadian, intelek, dan peranan di dalam maupun diluar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.2 Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa ju venilitas (adolescantium), pubertas, dan nubilitas.3Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global saat ini terasa sekali pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan, sosial dan budaya.4 1M. Sulton dan M.Khusnuridlo, op.cit., hlm. 9. 2 Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), hlm. 3. 3Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada, 2005), hlm. 74. 4M. Sulton dan M. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2006), hlm. 1.
  • 3. 41 Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa, yang disebut dengan masa remaja. Dimana pada masa itu banyak terjadi berbagai macam goncangan jiwa sebagai proses menuju kedewasaan. Dari masa itulah timbul suatu dorongan yang akan membawa kesuatu perkembangan baik perkembangan itu menuju kearah positif ataupun ke arah negatif, hal ini tergantung dari pengaruh lingkungan di sekitarnya yang akan membentuk jiwanya. Melihat fenomena yang ada sekarang, banyak kita dapati tingkahlaku remaja yang bertentangan dengan norma-norma ajaran agama Islam, seperti mabuk-mabukan, perkelahian, perkosaan, bahkan sudah ada yang menjurus kearah pembunuhan. Sehingga mengakibatkan para orang tua mengalami kebingungan dalam mendidik anak-anaknya. Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita para orang tua dan remaja supaya berkepribadian tinggi dan berbudi pekerti yang luhur, diperlukan adanya pembinaan yang khusus yang dapat memberikan sentuhan yang membangkitkan semangat remaja dalam segala bidang. Maka sepatutnyalah kita ikut prihatin atas tragedi kekrisisan akhlak yang banyak melanda remaja kita. Hampir tidak ada satu kelompok masyarakat pun yang sepenuhnya terbebas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi selain berpengaruh positif terhadap perubahan masyarakat sejalan dengan perbaikan transformasi dan komunikasi juga berimplikasi negatif terhadap tatanan kehidupan sosial terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Maraknya tawuran antarpelajar, konsumsi dan peredaran narkoba, lunturnya rasa hormat anak kepada orangtua dan guru, dan munculnya pergaulan bebas di kalangan remajaadalah indikasi yang mendukung penilaian terhadap implikasi negatif tersebut.5 Keluarga sebagai pendidik pertama dan utama yang mampu memberikan bimbingan dan pengawasan selama dua puluh empat jam 5Irwan Abdullah, Hasse J, Muhammad Zain (Editor), Agama, Pendidikan Islam, dan Tanggung jawab Sosial Pesantren (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM, 2008), hlm. 101.
  • 4. 41 serta fungsi keluarga sebagai social fabric of meaning tidak dapat dipertahankan. Hal ini bermula dari absennya kepala keluarga akibat proses mobilitas yang tinggi sehingga peran sosial orang tua tidak dapat dimainkan. Akibatnya, anak-anak mencari role model pada lingkungannya.6 Kabupaten Pekalongan sebagai kota santri akhlak remajanya juga sudah mulai meresahkan, Khususnya di kalangan pelajar. Dewasa ini sudah banyak kejadian yang tidak bermoral di antaranya tawuran antar pelajar, tindakan asusila yang terjadi di tempat -tempat tertentu hingga penurunan jumlah pondok pesantren dan santri nya. Menurut data yang penulis peroleh dari “Kabupaten Pekalongan dalam angka Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah pondok pesantren sebesar 16,52 persen. Demikian juga jumlah santri yang turun sebesar 21,96 persen”7. Sama halnya yang terjadi di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, akhlak remajanya sudah mulai meresahkan. Banyak remaja melakukan perbuatan yang tidak bermoral seperti mabuk- mabukan, tawuran antar Dukuh biasanya karena masalah kecil, bermain judi/ togel, dan banyak yang melakukan perbuatan zina dengan melakukan pacaran yang tidak sesuai syariat agama, apalagi ada tempat karaoke “ Orange” yang di salahgunakan sebagai tempat porstitusi. Pada tanggal 31 Januari 2015 terjadi kasus pencurian ayam milik warga yang dilakukan beberapa remaja nakal desa Gejlig yang membuat geram warga. Keadaan seperti ini pastinya membuat para orangtua resah dan khawatir bila anak- anak nya bisa saja terpengaruh dan terjerumus. Masalah-masalah tersebut diatas tidaklah mungkin hanya dapat ditangani oleh para orang tua mereka saja, tetapi antara orang tua, masyarakat dan lembaga pendidikan baik formal maupun non formal harus saling melengkapi dan bertanggung jawab atas usaha pembinaan remaja. Karena lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah dalam 6Ibid., hlm 101-102. 7Al –Mizan, “Relevansi Predikat Kota Santri bagi Kabupaten Pekalongan”(Pekalongan: Agent Of Change, XIX, 2013), hlm. 11.
  • 5. 41 masyarakat bisa dipakai sebagai pintu gerbang dalam menghadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mengalami perubahan.8 Untuk mengantisipasi agar remaja kita tidak larut dalam kebejatan akhlak, maka diperlukan suatu tempat untuk membimbing dan mengarahkan mereka agar segala tingkah laku dan tindak tanduknya sesuai dengan ajaran- ajaran agama Islam yang salah satunya adalah di lembaga pendidikan yang berupa pondok pesantren. Dari sudut ini, nampaknya masyarakat kita tertarik pada pesantren terutama karena pondok pesantren merupakan lembaga yang mendukung nilai-nilai agama yang dikalangan masyarakat terasa amat dibutuhkan untuk bisa mempertahankan tradisi kehidupan beragama khususnya pada masyarakat pedesaan.9 Pondok pesantren sebagai tipologi yang unik dari institusi pendidikan, telah berusia ratusan tahun. Asal mula lahirnya di tengah masyarakat berlangsung dengan cara sangat sederhana dan simple. Diawali dengan kemunculan seorang faqih di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan mushalla atau langgar dalam melaksanakan shalat berjamaah dan pengajian yang disampaikan setiap selesai menunaikan shalat. Substansi pengajian di mulai dari pembacaan syahadat, belajar huruf al-Qur’an, dan bahasa Arab hingga akhirnya seluruh khazanah islam yang dikuasai sang faqih. Sturktur pesantren juga sangat simpel, kiai sebagai uswah menjadi pemimpin tungggal yang mengatur secara langsung mulai dari urusan tamu, santri baru, penentuan kitab- kitab kajian hingga aktivitas yang harus dijalankan di pesantren.10Dalam perjalanannya yang panjang, pondok pesantren telah melahirkan tradisi yang Islami yang dapat mengikat para santri dalam lingkungan orang - orang yang beriman, komunitas satu perguruan dan komunitas satu atau ”tunggal guru”. Tradisi pondok pesantren yang menjunjung tinggi nilai keikhlasan, tanpa pamrih, nilai kemandirian dan ukhuwah telah memungkinkan berjalannya proses 8Ibid., hlm. 1. 9M. Dawan Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), hlm. 7. 10Ibid., hlm. 102.
  • 6. 41 didik diri dan bangun diri dalam masyarakat pondok pesantren dan lingkungannya, dengan suasana saling asih, saling silih, saling asah dan saling asuh.11 Pondok Pesantren Al- Utsmani yang terletak di Desa Gejlig, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan adalah salah satu dari beribu - ribu pondok pesantren di Indonesia yang berfungsi untuk membina akhlak remaja, agar supaya mereka menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Pondok Pesantren Al - Utsmani yang terletak di desa Gejlig telah berperan dalam melakukan pembinaan dan mendidik para remaja di daerah sekitarnya khususnya para remaja Desa Gejlig. Banyak para orangtua yang memasukan anaknya baik di pondok pesantren Al- Utsmani maupun di MIS & MTS Al- Utsmani guna belajar dan menuntut ilmu. Dari data yang penulis peroleh dari pengelola yayasan Al-utsmani di MIS Al- Utsmani jumlah siswa-siswi dari Desa Gejlig antara lain : Kelas 1 jumlah nya 37 Laki- laki & 34 Perempuan dengan jumlah 2 ruang kelas. Kelas 2 jumlahnya 36 Laki- laki & 35 Perempuan dengan jumlah 2 ruang kelas. Kelas 3 jumlahnya 32 Laki- laki & 22 Perempuan dengan jumlah 2 ruang Kelas. Kelas 4 jumlahnya 22 Laki- laki & 20 Perempuan. Kelas 5 jumlahnya 24 Laki- laki & 21 Perempuan. Kelas 6 Jumlahnya 29 Laki- laki dan 17 Perempuan. Sedangkan di MTS Al-Utsmani dari Kelas 1 sampai 3 jumlahnya 22 Laki- laki & 21 Perempuan. Kebanyakan remaja yang berada di dekat pondok pesantren Al- Utsmani selain belajardi MI/ MTS nya juga mengikuti pengajian sore maupun malam hari. Untuk ngaji sore dari Desa Gejlig ada 175 Siswa.Khusus Ngaji malam bagi Siswa- siswa MIS & MTS Wajib mengikuti sebagai pelajaran tambahan. Remaja di sekitar pondok pesantren juga ikut aktif dalam organisasi keagamaan seperti IRMAS (Ikatan remaja masjid), IPNU-IPPNU dsb.12 11Mulyono, Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan Pesantren (Studi Kasus: Koperasi Pondok Modern Gontor Ponorogo).Skripsi.(Malang: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, 1999)hlm. 6. 12 Dokumen Pondok Pesantren Al- Utsmani
  • 7. 41 Dari sinilah maka penulis tertarik untuk mengetahui seluk beluk lahirnya Pondok Pesantren Al –Utsmani dan perannya dalam pembinaan akhlak pada remaja. Atas dasar itulah yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih jauh, dalam sebuah skripsi yang berjudul “PERAN PONDOK PESANTREN AL-UTSMANI DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA DESA GEJLIG KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN ” B. Rumusan Masalah Berangkat dari masalah latar belakang diatas maka dapat disusunrumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan ? 2. Bagaimana peran Pondok Pesantren Al –Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan ? 3. Apa faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesantren Al – Utsmani di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. 2. Untuk mendiskripsikan peran Pondok Pesantren Al Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesantren Al –Utsmani desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
  • 8. 41 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam hal meningkatkan pembinaan akhlak pada remaja. 2. Secara Praktis a. Bagi penulis - untuk memperoleh data guna memenuhi kewajiban akhir dalam penulisan skripsi guna memperoleh gelar kesarjanaan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan. - Menambah wawasan keilmuwan pendidikan tentang pembinaan akhlak remaja di pondok pesantren b. Bagi Pondok Pesantren Al- Utsmani - Sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan masalah pembinaan akhlak remaja. - Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangannya dalam pembinaan akhlak dan proses pendidikan para santrinya c. Masyarakat Umum - Supaya mereka tahu bahwa pentingnya membina akhlak remaja supaya mereka tidak terjerumus kepada perbuatan yang menyimpang. - Untuk menambah pengetahuan dan cakrawala berfikir penulis dan pembaca, khususnya mahasiswa Tarbiyah dalam rangka pengembangan PAI di lingkungan keluarga dan masyarakat. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Di dalam buku Pembaharuan Pendidikan Pesantren karangan H. Amiruddin, S.Ag, M.pd.i menerangkan peranan secara etimologi berasal dari kata “peran” yang di beri imbuhan “an” yang diartikan
  • 9. 41 dengan karakter yaitu usaha sungguh-sungguh dengan ikut serta di dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, peranan adalah suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan/ jabatan. Peranan mempunyai nilai penting dalam mengatur perilaku seseorang. Menurut Ahmadi, peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu dalam bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.13 Didalam buku Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi karangan Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag menyebutkan bahwa pesantren mempunyai tiga unsur- unsur minimal: 1) Kiai yang mendidik dan mengajar, 2) Santri yang mengajar, dan 3) Masjid. Unsur- unsur pesantren tersebut mendiskripsikan kegiatan belajar mengajar keislaman.14 Di dalam buku Ilmu Akhlak karangan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si dkk. Menyebutkan kata “akhlaq” berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluqun” yang secara linguistic diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab dan tindakan. Ibn Miskawaih yang dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.15 Di dalam buku Psikologi Akhlak karangan DR. Kartini Kartono menyebutkan remaja di sebut sebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak- kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai 13Amiruddin Nahrawi, Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Yogyakarta : Gama Media, 2008), hlm. 106-107. 14Mujamil Qomar, Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta : Erlangga, 2005), hlm. 19. 15Beni Ahmad dan Abdulkhamid, Ilmu Akhlak (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2012), hlm. 13-14.
  • 10. 41 kematangan fungsi- fungsi rokhaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual.16 2. Penelitian terdahulu Dari beberapa istilah yang penulis kemukakan diatas yaitu suatustudi yang mengkaji dan menganalisa tentang seberapa jauh dan seberapa besar Peranan Pondok Pesantren Al -Utsmani Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Sejauh penelusuran dan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti menemukan hasil penelitian yang relevan yaitu : Skripsi Saudara Qurratul’aini jurusan Tarbiyah Fakultas agama islam pada Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2003 dengan judul “MOTIVASI ORANG TUA MEMILIH PONDOK PESANTREN SEBAGAI SARANA PEMBINAAN MORAL ANAK” (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajaraka Kabupaten Probolinggo). Dalam skripsi ini di jelaskan memotivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral anak. Subyek penelitian ini adalah orang tua sebagai informasi kunci. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu analisis non statistiktentang motivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral anak dan metode analisis deskriptif yaitu analisis untuk memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya tentang motivasi yang mendasari orangtua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral anak. Pengecekan keabsahan temuan penelitian menggunakan teknik, memperpanjang kehadiran peneliti dan ketekunan pengamatan. 16Kartini Kartono, Psikologi Anak (Bandung : CV. Mandar Maju, 2007), hlm. 148.
  • 11. 41 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum memotivasi orang tua memilih pondok pesantren sebagai sarana pembinaan moral anak adalah berharap anaknya menjadi anak yang sholeh/ shalehah serta mempunyai bekal ilmu agama yang cukup selain dari ilmu-ilmu umum sehingga dapat bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat nantinya.17 Skripsi saudara Atik Prasetyaningsih jurusan Tarbiyah Fakultas Agama Islam pada UIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul” PERAN PENDIDIK DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK DI PLAY GROUP AMONG NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang diamati yaitu pendidik dan peserta didik di Play Group Among Putro. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan, wawancara dan dokumentasi, dan untuk teknik analisis data dipergunakan teknik deskriptif analitik yaitu teknik analisis data dengan menuturkan, menafsirkan serta mengklasifikasikan, dan membandingkan fenomena-fenomena serta dengan menggunakan pemikiran secara induktif, yang cara berfikirnya berangkat dari factor- faktor atau peristiwa yang khusus, yang kemudian ditarik kesimpulan yang umum. Hasil penelitian menunjukan : (1) materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara lain adalah moral terhadap pendidik, moral terhadap teman sebaya, dan moral terhadap diri sendiri. (2) Peran pendidik dalam pembentukan moral di Play Group Among Putro antara lain adalah peran pendidik sebagai pengarah, pendidik sebagai pembimbing, pendidik sebagai pendorong dan pendidik sebagai pemantau. (3) Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam pembentukan moral anak di Play Group Among Putro antara lain adalah pendidik mengajarkan setiap moral 17 Abstrak
  • 12. 41 setiap saat terhadap anak didiknya tanpa harus diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus, pendidik memberikan pembelajaran mengenai moral dalam bentuk praktis, pendidik mengunakan metode keteladanan, pembiasaan dan metode cerita, pendidik memberikan nasehat dan teguran terhadap anak didiknya serta pendidik bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk moral anak.18 3. Kerangka berpikir Dalam perkembangannya penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dapat digolongkan menjadi tiga bentuk yaitu: Sistem bandongan/ Sorogan, Sistem Wetonan dan Sistem Gabungan (Bandongan & Wetonan). Sedangkan Metode Pendidikannya diantaranya: Metode Langsung (Ngaji TPQ, pesantren kilat) , Metode Tak Langsung (Kyai dan Ustadz menjadi teladan akhlak santrinya), Metode Ceramah (ngaji kuping) , Metode Tanya jawab dan Metode Diskusi. Sistem Bandongan/ Sorogan Sistem Wetonan Sistem Gabungan Metode Langsung Metode tak langsung Akhlak Remaja Metode Ceramah Metode Tanya Jawab Metode Diskusi F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Peneliti memilih lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-utsmani yang terletak di desa Gejlig kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Pemilihan lokasi ini tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan peneliti, yakni : 18 Abstrak Peran pondok pesantren dalam pembinaan akhlak remaja Sistem Pendidikan Metode Pendidikan -Akhlakul Karimah -Budi pekerti yang baik
  • 13. 41 a. Terdapat MI dan MTS Al –Utsmani milik pondok pesantren Al - Utsmani dan sebagian besar siswa MI dan MTS tersebut merupakan santri di pondok Al-utsmani b. Letaknya dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian secara mendalam dan seksama. 2. Pendekatan dan Jenis Penelitian Subyek penelitian ini adalah pondok pesantren sebagai informasi kunci. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Prosedur pengumpulan data yang dipakai adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu analisis non statistik tentang peran pondok pesantren dalam pembinaan akhlak remaja dan metode analisis deskriptif yaitu analisis untuk memperoleh gambaran selengkap-lengkapnya tentang peran pondok pesantren dalam pembinaan akhlak remaja. Pengecekan keabsahan temuan penelitian menggunakan teknik memperpanjang kehadiran peneliti dan ketekunan pengamatan. Pendekatan ini membutuhkan cara yang lebih mendalam dan luwes dalam menggali data, lebih-lebih yang berkaitan dengan peranan Pondok Pesantren Al-Utsmani Gejlig, Kajen Dalam Pembinaan Akhlak Remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang - orang atau perilaku yang dapat diamati.19 Disebut diskriptif karena peneliti mengadakan penelitian tidak dimaksudkan Menjadi hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variable, gejala dan juga keadaan.20 Imron Arifin menjelaskan ciri – ciri penelitian kualitatif, yaitu: 19Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 3. 20 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 310.
  • 14. 41 a. Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba memperoleh pemahaman yang holistik. b. Memahami makna c. Memahami hasil sebagai spekulasi Alasan menggunakan penelitian penjelasan ini adalah untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian diskriptif yang mengambil sampel dari suatu populasi secara langsung sebagai pengumpulan data yang pokok yaitu pengurus dan santri yang telah belajar di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig, Kajen. 3. Data dan sumber data a. Jenis data Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pondok pesantren dalam pembinaan moral pada anak, maka data yang diperlukan antara lain : data tentang situasi daerah penelitian yang meliputi : - Letak geografis - Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan - Struktur Organisasi - Keadaan ustadz di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan - Gambaran denah lokasi pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan. Data tentang pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan yang meliputi : - Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren Al-utsmani desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan
  • 15. 41 - Sarana dan prasarana pendidikan b. Sumber data Yang dimaksud dengan sumber data penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh.21 Pada dasarnya sumber data dalam penelitian ini penulis peroleh dari Pengurus Pondok pesantren, ustadz pondok pesantren Al-utsmani dan remaja desa Gejlig kecamatan Kajen kabupaten Pekalongan. Dari data yang dikumpulkan, diolah dan dijadikan dalam penelitian ini sumber pertama dan dari pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal. Hasil dari wawancara dan observasi partisipan dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif hanya untuk menggambarkan, menjelaskan dan meringkas berbagai kondisi, situasi, fenomena menurut kejadian sebagaimana adanya, sehingga peneliti ini menggunakan wawancara sebagai sumber data. 4. Teknik pengumpulan data penelitian Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, penyusun berusaha mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan pembahasan masalah dalam skripsi ini, baik berupa fakta-fakta, pendapat maupun catatan arsip. Dengan metode pengumpulan data ini diharapkan akan diperoleh data yang diperlukan dengan tujuan penulisan. Pengumpulan data tersebut penyusun menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Observasi Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap subyek yang diteliti sebagaimana yang telah dikatakan oleh Sutrisno Hadi: “ Metode observasi bisa dikatakan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas, observasi tidak hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan baik secara 21Ibid,. hlm. 108.
  • 16. 41 langsung maupun tidak langsung”22. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap subyek yang diteliti, dalam hal ini penulis menggunakan metode observasi, adalah dengan cara penulis secara langsung mendatangi pondok pesantren Al-utsmani Gejlig, Kajen serta mengamati proses pendidikan dan pembelajaran para santri. Metode ini merupakan pencatatan dan pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang ada ditempat penelitian. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang bersifat fisik yang tidak dapat diperoleh dengan cara interview. Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang : - Sejarah berdirinya pondok pesantren - Struktur organisasi - Kondisi fisik - Suasana aktifitas proses belajar mengajar b. Metode Interview Interview/ wawancara adalah merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dan subyek yang diteliti atau responden.23Dalam pelaksanaan interview ini, peneliti berusaha mencari suasana yang kondusif, sehingga dapat tercipta suasana psikologi yang baik dimana responden dapat diajak bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Menurut Donald Ari dkk yang dikutip Nurul Zuriah, ada dua jenis wawancara/ interview, yaitu wawancara berstruktur dimana alternatif jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih dahulu dan wawancara/ interview tak berstruktur dimana 22Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: UGM, 1975) hlm. 136. 23Nurul Zuriah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT.Rosdakarya, 2001) Hlm. 129.
  • 17. 41 pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sikap, keyakinan, subyek atau keterangan lainnya yang diajukan secara bebas kepada subyek penelitian.24 Dalam penelitian ini peneliti lebih cenderung banyak menggunakan wawancara / interview tak berstruktur, karena hal ini lebih memberikan kebebasan dan keluasan hati kepada subyek penelitian sehingga tidak ada suasana terikat yang menjadikan subyek tegang dalam memberikan jawaban. Dalam metode interview/ wawancara ini respoden yang terlibat adalah Pembina dan pengasuh Pondok Pesantren Al -Utsmani, kepala desa atau tokoh masyarakat desa Gejlig, remaja desa Gejlig dan ustadz ponpes Al -Utsmani. - Dari Pembina dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Utsmani nantinya akan diperoleh data tentang hal-hal yang berhubungan tentang seputar Pondok Pesantren Al- Utsmani misalnya, sejarah singkat berdirinya Pondok Pesantren Al-Utsmani, tujuan Pondok Pesantren Al-Utsmani, kegiatan-kegiatan Pondok Pesantren Al - Utsmani. - Dari perangkat desa nantinya akan diperoleh data tentang letak geografis desa Gejlig, jumlah penduduk desa Gejlig, jumlah remaja desa Gejlig, keadaan pendidikan, keadaan keagamaan dan tempat pendidikan dan ibadah. - Dari tokoh masyarakat nantinya akan diperoleh informasi tentang kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan oleh Pondok Pesantren Al Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di desa Gejlig tersebut. - Dari remaja desa Gejlig nantinya akan diperoleh tentang faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak remaja. c. Metode Dokumentasi Metode ini merupakan metode pengumpulan data dalam mengadakan penelitian ini bersumber pada tulisan. Artinya pengumpulan data diperoleh dari sumber-sumber yang berupa catatan 24Ibid., hal. 130.
  • 18. 41 tertentu, atau sebagai bukti tertulis yang tidak dapat berubah kebenarannya. Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.25 Dalam metode ini penulis mempergunakan dokumen untuk mencari data yang berhubungan dengan kondisi subyek, yaitu : keadaan jumlah anak didik atau santri, keadaan jumlah ustadz serta prestasi belajar santri. Metode dokumentasi mempunyai arti penting dalam penelitian kualitatif karena secara jelas memberikan gambaran mengenai manajemen pemimpin dalam meningkatkan kwalitas belajar santri sebagai subyek dan obyek penelitian. 5. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Setelah data diperoleh dan diolah dengan menggunakan teknik yang telah ditentukan, diambil kesimpulan secara umum, kemudian hasil penelitian ini disajikan secara verbal. Analisis data dalam penelitian merupakan kegiatan yang sangat penting yang didalamnya dibutuhkan ketelitian dan kehati- hatian terhadap data yangtelah dihasilkan. Melalui analisis data, data yang terkumpul dalam bentuk data mentah dapat diproses secara baik untuk menghasilkan data yang matang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara diskriptif yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif, dimana data-data yang telah dihasilkan dari penelitian dan kajian, baik secara teoritis dan empiris yang digambarkan melalui kata-kata atau kalimat secara benar dan jelas. Adapun langkah-langkah analisis data menurut Usman dan Akbar, yaitu: 25Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) hlm. 131.
  • 19. 41 a. Reduksi data Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. b. Display data Ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, yaitu data yang disusun kemudian dipilih nama yang akan digunakan, chart atau grafik dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data. c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi Data yang sudah diperolah tersebut dicari maknanya dengan cara mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal -hal yang sering muncul, dan sebagainya. Data yang didapat peneliti diambil kesimpulan. Sedang verifikasi dapat dilakukan dengan singkat yaitu dengan cara mengumpulkan data yang baru.26 6. Sistematika Pembahasan Bab I : Pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran -gambaran yang menguraikan masalah-masalah yang berkaitan dengan judul ” Peranan Pondok Pesantren Al -Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan”Antara lain, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II: Landasan teori. Pembahasan teoritis adalah pembahasan yang didukung oleh buku-buku dan pendapat- pendapat para ahli. Pembahasan ini terdiri dari: Pertama, tinjauan tentang pondok pesantren yang 26 Mattew B. Miller, et al., Analisis Data Kualitatif( Jakarta: UI Press, 1992), hlm.16.
  • 20. 41 meliputi: (1) Pengertian pondok pesantren, (2) Sejarah dan perkembangan pondok pesantren, (3) Sistem pendidikan pesantren, (4) Peran dan fungsi pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat, dan (5) Peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlak remaja. Kedua, kajian tentang pembinaan akhlak remaja yang meliputi: (1) Pengertian remaja, (2) Pengertian akhlakul karimah, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak remaja , (4) Masalah kehidupan remaja dewasa ini, (5) Tujuan pembinaan akhlak remaja. Bab III: Hasil Penelitian. Dalam bab ini penulis memaparkan semua hasil penelitian yang dilakukan terdiri dari : deskripsi lokasi penelitian, dan paparan data penelitian yang meliputi: (1) Peranan Pondok Pesantren Al - Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (2) Bentuk atau metode yang dipergunakan Pondok Pesantren Al–Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (3) Faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesatren Al – Utsmani di desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Bab IV: Analisis hasil Penelitian. Dalam bab ini peneliti menyajikan analisis hasil penelitian yang terdiri dari : deskripsi lokasi penelitian, dan analisis hasil penelitian yang meliputi: (1) Peranan Pondok Pesantren Al-Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (2) Bentuk atau metode yang dipergunakan Pondok Pesantren Al -Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. (3) Faktor yang mendukung dan menghambat dalam pembinaan akhlak remaja di Pondok Pesantren Al –Utsmani. Bab V : Penutup. Dalam bab ini peneliti simpulkan dari penelitian, kemudian memberikan saran- saran yang ada kaitannya dengan temuan dan pembahasan penelitian dalam judul ”Peranan Pondok Pesantren Al- Utsmani dalam pembinaan akhlak remaja di Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan .”
  • 21. 41 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN TENTANG PONDOK PESANTREN 1. Pengertian Pondok Pesantren Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pusat penyebaran agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa - masa permulaan kedatangan agama Islam di negeri kita. Sebagaiman kita semua mengetahuinya bahwa pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader - kader ulama dan turut berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pondok pesantren sering juga disebut sebagai lembaga pendidikan tradisional yang telah beroperasi di Indonesia semenjak sekolah - sekolah pola barat belum berkembang. Lembaga pendidikan ini telah memiliki system pengajaran yang unik. Pembinaan kader atau pendidikan guru (Kyai) dengan system magang yang spesifik pula. Pondok pesantren dengan berbagai keunikannya itu telah banyak mewarnai perjuangan bangsa kita dalam melawan imperalisme dan merebut kemerdekaan pada zaman revolusi phisik27 Sebagian pemerhati mengatakan bahwa istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk dari Bahasa Arab yang artinya hotel atau rumah penginapan. Akan tetapi pondok di dalam pesantren di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang di petak - petak dan beberapa kamar- kamar merupakan asrama bagi para santri atau cantrik (sebutan peserta 27 Yacub, Pondok Pesantren dan Pembanguna Masyarakat Desa ( Bandung: Angkasa, 1984), hlm.64.
  • 22. 41 didik di padepokan). Dan keseluruhan lingkungan masyarakat dimana tempat para santri itu mukim dan menuntut ilmu, maka disebut pesantren. 28 Dalam kasus umum bahasa Indonesia, W.J Purwo Darwinto mengartikan pondok sebagai tempat mengaji, belajar agama Islam. Sedangkan pesantren, diartikan orang yang menuntut ilmu pelajaran agama Islam29. Pesantren dalam bentuknya semata tidak dapat disamakan dengan lembaga pendidikan sekolah yang banyak dikenal sekarang ini. Demikian pula, tidak ada kesatuan bentuk dan cara yang berlaku bagi semua pesantren, melainkan amat ditentukan oleh kyai sendiri dan pemegang pimpinan, serta ditentukan oleh masyarakat lingkunganya yang menjadi pendukung pesantren. Masing- masing pertumbuhan pesantren dan penyebarannya sampai di pelosok pedesaan adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penyiaran agama Islam.30 Pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah- tengah masyarakat, sekaligus memadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu: ibadah untuk menanamkan iman, tabligh untuk penyebaran ilmu dan amal untuk mewujudkan kegiatan kemasyarakatan dan dalam kehidupan sehari-hari31. Pesantren adalah sebuah kehidupan yang unik. Pondok pesantren adalah sebuah komplek dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan: rumah kediaman pengasuh (di daerah berbahasa Jawa disebut kyai, di Madura nun atau bendara), sebuah surau atau masjid, tempat pengajaran diberikan (bahasa Arab madrasah, yang juga terlebih sering mengandung konotasi 28 Abd.Rahman Shaleh dkk, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Bantuan Pondok Pesantren, 1982), hlm.7. 29 Ibid., hlm.7. 30 Ibid., 31 Ibid., hlm. 8.
  • 23. 41 sekolah), dan asrama sebagai tempat tinggal para siswa pesantren (santri, pengambil alihan dari bahasa Sanskerta dengan perubahan pengertian)32 Dengan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia di mana para pengasuhnya maupun para peserta didik tinggal dalam satu lokasi pemukiman yang memiliki karakteristik unik dengan didukung bangunan utama meliputi: rumah pengasuh, masjid, tempat belajar/ madrasah/ sekolah, dan asrama. 2. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan serta sarana penyebaran agama Islam lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaan kedatangan Islam itu sendiri. Sedang system pondok sebenarnya sudah ada jauh sebelum kedatangan Islam itu sendiri33. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan telah berjasa turut mencerdaskan masyarakat Indonesia. Selain tugas utamanya mencetak calon ulama, pondok pesantren juga menjadi pusat kegiatan pendidikan yang telah berhasil menanamkan semangat kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Kecuali itu dalam pondok pesantrenpun ditanamkan semangat patriotik membela tanah air dan agama, sehingga tidak mengherankan apabila dalam masa penjajahan Belanda dan Jepang sering timbul pemberontakan- pemberontakan yang dipimpin kalangan pesantren. Demikian pula dalam sejarah perjuangan merebut kemerdekaan, kalangan pondok pesantren selalu aktif mengambil bagian melawan kaum penjajah34. 32 M. Dawam Raharjdjo dkk,,Op.Cit., hlm. 40. 33 Ibid., hlm. 65. 34 Abd.Rahman Shaleh dkk, Op.Cit., hlm 3.
  • 24. 41 Pondok pesantren, jika disandingkan dengan lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, merupakan system pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai produk budaya Indonesia yang indegenous. Pendidikan ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di Nusantara pada abad ke 13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian (”nggon ngaji”). Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian- pendirian tempat-tempat menginap para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu- satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sebagai bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.35 Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat dengan adanya sikap non- kooperatif ulama terhadap kebijakan ”Politik Etis” Pemerintah Kolonial Belanda pada akhir abad ke -19. Kebijakan Pemerintah Kolonial ini dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan memberikan pendidikan modern, termasuk budaya Barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik dari segi jumlah yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari segi tingkat pendidikan yang diberikan. Sikap non- kooperatif dan silent oppositon para ulama itu kemudian ditunjukkan dengan mendirikan pesantren di daerah- daerah yang jauh dari kota untuk menghindari intervensi pemerintah Kolonial serta memberi kesempatan kepada rakyat yang belum memperoleh pendidikan. Sampai akhir abad ke- 19, tepatnya tahun 1860 -an, menurut penelitian Sartono Kartodirjo (1984), jumlah pesantren mengalami peledakan yang luar biasa, terutama di Jawa yang diperkirakan mencapai 300 buah. Perkembangan pesantren yang begitu pesat juga ditengarai berkat dibukanya terusan Suez pada 1689 sehingga memungkinkan banyak pelajar 35 M. Sulton dan M.Khusnuridlo, Op,Cit,. hlm. 4.
  • 25. 41 Indonesia mengikuti pendidikan di Mekkah. Sepulangnya ke kampong halaman, para pelajar yang mendapat gelar ”haji” ini mengembangkan pendidikan agama di tanah air yang bentuk kelembagaannya kemudian disebut ”pesantren” atau ”pondok pesantren”.36 Dalam sejarah perkembangan zaman selanjutnya, pondok pesantren selalu berusaha meningkatkan kualitasnya dengan mendirikan madrasah- madrasah di dalam kompleks pesantren masing-masing, yaitu di bawah tanggung jawab dan pengawasan Departemen Agama. Dengan cara ini, pesantren tetap berfungsi sebagai pesantren dalam pengertian aslinya, yakni tempat pendidikan dan pengajaran bagi para santri yang ingin memperoleh pengetahuan Islam secara mendalam dan sekaligus merupakan madrasah bagi anak- anak di lingkungan pesantren. Dalam perkembangannya, pesantren bukan hanya mendirikan madrasah, tetapi juga sekolah- sekolah umum yang mengikuti system dan kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/ Diknas. Dengan menjamurnya pondok pesantren sekarang ini, membuktikan betapa besarnya peranan pesantren dalam menumbuhkembangkan sumber daya umat yang dilandasi iman dan taqwa, menciptakan manusia- manusia yang jujur, adil, percaya diri dan bertanggung jawab, menghasilkan manusia yang memiliki dedikasi keikhlasan, kesungguhan dalam perjuangan. Dan pada kenyataannya ajaran agama Islam bersifat universal akan lebih unggul dan mampu mengendalikan perubahan- perubahan zaman bagi generasi- generasi berikutnya, dengan pedoman pada sumber hokum tertulis tertinggi Islam (Al- Qur’an dan Hadits) untuk mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan diberkahi oleh Allah SWT. 36 ibid,. hlm. 4-5.
  • 26. 41 3. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Dalam perkembangan selanjutnya penyelenggaraan system pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini dapat digolongkan menjadi tiga bentuk: Pertama, pondok pesantren dengan system pendidikan dan pengajarannya diberikan dengan cara non klasikal (sistem bandongan dan sorogan) dimana seorang kyai mengajar santri- santri berdasarkan kitab- kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama - ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok/ asrama dalam pesantren tersebut. Kedua, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut diatas tetapi para santrinya tidak disediakan pondokan di kompleks pesantren, dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sytem weton yaitu para antri datang berduyun- duyun pada waktu- waktu tertentu (umpama tiap hari Jum’at, Minggu, Selasa, dan sebagainya). Ketiga, pondok pesantren dewasa ini adalah merupakan lembaga gabungan antara system pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan system bandongan, sorogan, ataupun wetonan dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan pondok modern memenuhi criteria pendidikan non formal serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing- masing.37 Pondok pesantren mempunyai peranan dan fungsi yang telah dimilikinya sejak awal perkembanganya, harus diarahkan kepada satu pendirian bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam untuk mengajarkan ilmu agama Islam guna mencetak ulama, dan sekaligus juga 37 Ibid.,
  • 27. 41 sebagai lembaga pembinaan untuk mempersiapkan kader- kader pembinaan umat yang berguna bagi pembangunan masyarakat lingkunganya.38 Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki kultur khas yang berbeda dengan budaya di sekitarnya. Beberapa peneliti menyebut sebagai sebuah sub kultur yang bersifat idiosyncratic. Cara pengajarannya pun unik. Sang kyai, yang biasanya adalah pendiri sekaligus pemilik pesantren, membacakan manuskrip- manuskrip keagamaan klasik berbahasa Arab (dikenal dengan sebutan “kitab kuning”), sementara para santri mendengarkan sambil member catatan (ngasehi, Jawa) pada kitab yang dibaca. Metode ini disebut dengan bandongan atau layanan kolektif (collective learning process). Selain itu para santri juga ditugaskan membaca kitab, sementara kyai atau ustadz yang sudah mumpuni menyimak sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan dan performance seorang santri. Metode ini dikenal dengan istilah sorogan atau layanan individual (individual learning process). Kegiatan belajar mengajar diatas berlangsung tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat, dan biasanya dengan memisahkan jenis kelamin peserta didik. Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren berkembang hingga saat ini.39 Pesantren dengan pondok pesantren yang lain, dalam arti tidak ada keseragaman system dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya. Pada sebagian pondok, system penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang seperti ini makin lama semakin berubah karena dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan di tanah air serta tuntutan dari masyarakat di lingkungan pondok pesantren itu sendiri. Dan sebahagian pondok pesantren lagi tetap mempertahankan system pendidikan yang semula40 38 Ibid., hal. 28 39 Ibid., hlm. 4-6 40 Abd. Rachman Shaleh, Op,Cit,. hlm. 9
  • 28. 41 Fenomena lain dari pondok pesantren yang menjadi cirri khas kepribadiannya, adalah jiwanya, yaitu ruh yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan. Penjiwaan atau ruhiyah model pondok pesantren tersebut menurut KH. Imam Zarkasyi salah satu pendiri Pondok Modern Gontor Ponorogo disebut dengan Panca Jiwa Pondok berupa: (1). Keikhlasan, (2). Kesederhanaan, (3). Persaudaraan, (4). Menolong diri sendiri, (5). Kebebasan. Lima ajaran dalam Panca Jiwa Pondok tersebut ditanamkan dalam seluruh komunitas pesantren sejak dari para santri, ustadz, semua semua warga pesantren sebagaimana yang terjadi di Pondok Gontor. Dengan pemahaman dan berlandaskan pada Panca Jiwa Pondok tersebut dibuatlah program- program dan jangkauan- jangkauan dalam mengembangkan pondok seperti yang dianut system Pondok Gontor disebut Panca Jangka, meliputi: pendidikan dan pengajaran, sarana, sumber dana, kaderisasi, kesejahteraan keluarga (yaitu para pembantu langsung pondok pesantren)41. Pondok pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin, mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran, dan pelestarian Islam. Dari segi kemasyarakatan ia menjalankan pemeliharaan dan pendidikan mental42. Dengan demikian jelaslah bahwa pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia walaupun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu mendidik para kader- kader kyai, dan ulama namun dalam realitasnya memiliki system pendidikan dan pengajaran tersendiri pada masing- masing pesantren. Perbedaan system yang dianut antar pesantren, maupun dengan lembaga pendidikan lainnya tersebut serta memiliki tradisi tersendiri yang berbeda dengan tradisi lingkungan yang disekitarnya inilah akhirnya pondok pesantren disebut memiliki system pendidikan yang unik. 41Mulyono, Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan Pondok Pesantren (Studi Kasus: Koperasi Pondok Modern Gontor Ponorogo). Skripsi. (Malang: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malang, 1999), hlm. 269. 42 M.Dawan Rahardjo, Op.Cit,. hlm. 83.
  • 29. 41 4. Peran dan Fungsi Pondok Pesantren Di Tengah-tengah Masyarakat a. Pondok Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Keagamaan Dari waktu ke waktu fungsi pondok pesantren berjalan secara dinamis, berubah dan berkembang mengikuti dinamika social masyarakat global. Betapa tidak, pada awalnya lembaga tradisional ini mengemban fungsi sebagai lembaga sosial dan penyiaran agama43. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan yang tidak berbeda dengan pendidikan agama Islam yakni mencapai akhlak yang sempurna atau mendidik budi pekert dan jiwa. Maksud dari mencapai akhlak yang sempurna yaitu dapat digambarkan pada terciptanya pribadi muslim yang mempunyai indicator iman, taqwa, ta’at menjalankan ibadah, berakhlak mulia dan dewasa secara jasmani dan rohani, serta berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Adapun yang disebut dengan terciptanya pribadi muslim yang baik, taqwa, taat menjalankan ibadah, seperti berakhlak mulia ialah seperti suri tauladan yang dicontohkan pada pribadi Nabi Muhammad SAW. Pondok pesantren harus mengembangkan fungsi dan kegiatan- kegiatanya ke dalam bentuk program dari komponen - komponen aktivitas pondok pesantren dengan mengusahakan adanya: 1) Pendidikan agama / penyajian kitab 2) Pendidikan formal 3) Pendidikan kesenian 4) Pendidikan kepramukaan 5) Pendidikan olahraga dan kesehatan 6) Pendidikan ketrampilan kejuruan 7) Pengembangan masyarakat lingkungan44. Dengan komponen- komponen kegiatan tersebut akan diharapkan bahwa melalui pendidikan di pondok pesantren akan terhimpun penghayatan 43 M. Sulton dan M.Khusnuridlo, Op,Cit,. hlm.13 44 Ibid,. hlm. 29.
  • 30. 41 terhadap ilmu, agama dan seni yang merupakan tiga komponen pendidikan yang harus terkumpul pada diri seseorang, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat. Dalam fungsi kemasyarakatan pondok pesantren masih diperlukan pengembangan dan pembinaan, terutama mengenai: 1) Fungsi penyebaran agama (dakwah) 2) Fungsi sebagai komunikator pembangunan 3) Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih diperlukan. Dalam fungsi- fungsi tersebut diidentifikasikan peranan kyai sebagai alternative ideal untuk menampung aspirasi masyarakat, serta peranan pondok pesantren sebagai lembaga terapi kejiwaan untuk mengatasi soal kerawanan remaja. Agar peranan dan fungsi pondok pesantren dapat dikembangkan secara maksimal dalam rangka pembangunan masyarakat lingkungan, pondok pesantren perlu ditunjang dengan sarana phisik, yang terkumpul dalam sepuluh komponen sebagai berikut: 1) Masjid 2) Asrama (pondok) 3) Perumahan Kyai/ustadz 4) Gedung pendidikan formal 5) Perpustakaan 6) Balai pertemuan (hiburan/ kesenian dan pendidikan/latihan) 7) Lapangan (olahraga) 8) Balai kesehatan 9) Workshop, training groun/ koperasi 10) Masyarakat lingkungan pedesaan45 . b. Pondok Pesantren sebagai Lembaga Sosial Pesantren sebagai suatu lembaga keagamaan telah cukup jelas, karena motif, tujuan serta usaha- usahanya bersumber pada agama. Akhir- 45 Ibid,.hlm. 30.
  • 31. 41 akhir ini terdapat suatu kecenderungan memperluas fungsi pesantren bukan saja sebagai lembaga agama, melainkan sebagai lembaga social. Tugas yang digarapnya bukan saja soal- soal agama, tetapi juga menanggapi soal- soal kemasyarakatan hidup. Pekerjaan social ini semula mungkin merupakan pekerjaan sampingan atau malahan ”titipan” dari pihak diluar pesantren. Tapi kalau diperhatikan lebih seksama, pekerjaan social ini justru akan memperbesar dan mempermudah gerak usaha pesantren untuk maksud semula. Sebab pengaruh di luar pesantren cukup besar bagi kehidupan para santri maupun masyarakat sekitar46. Tugas kemasyarakatan pesantren sebenarnya tidak mengurangi arti tugas keagamaannya, karena dapat berupa penjabaran nilai- nilai hidup keagamaan bagi kemaslahatan masyarakat luas. Dengan tugas seperti ini pesantren akan dijadikan milik bersama, didukung dan dipelihara oleh kalangan yang lebih luas serta akan berkesempatan melihat pelaksanaan nilai hidup keagamaan dalam kehidupan sehari- hari. Dengan fungsi social ini, pesantren diharapkan peka dan menanggapi persoalan persoalan kemasyarakatan, seperti: mengatasi kemiskinan, memelihara tali persaudaraan, memberantas pengangguran, memberantas kebodohan, menciptakan kehidupan yang sehat, dan sebagainya47 Dalam perjalananya hingga sekarang, sebagai lembaga sosial, pesantren telah menyelenggarakan pendidikan formal baik berupa sekolah umum maupun sekolah agama (madasah, sekolah umum, dan perguruan tinggi). Di samping itu, pesantren juga menyelenggarakan pendidikan non formal berupa madarasah diniyah yang mengajarkan bidang- bidang ilmu agama saja. Pesantren juga telah mengembangkan fungsinya sebagai lembaga solidaritas sosial dengan menampung anak- anak dari segala lapisan masyarakat muslim dan member pelayanan yang sama kepada mereka, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Bahkan 46 M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren (Jakarta:P3M, 1985), hlm.17. 47 Ibid., hlm. 18.
  • 32. 41 melihat kinerja dan kyainya, pesantren cukup efektif untuk berperan sebagai perekat hubungan dan pengayom masyarakat, baik pada tingkat lokal, arus kedatangan tamu kepada kyai sangat besar, dimana masing- masing tamu dengan niat yang berbeda- beda. Ada yang ingin bersilaturahim,ada pula yang ingin berkonsultasi, meminta nasehat, memohon do’a, bertobat, dan ada pula yang ingin minta jimat untuk sugesti penagkal gangguan dalam kehidupan sehari- hari. Para kyai juga sering memimpin majlis taklim, baik atas inisiatif sendiri atau atas inisiatif panitia pengundang yang otomatis dapat memberikan pembelajaran berbangsa dan bernegara kepada masyarakat di atas nilai- nilai hakiki (kebenaran Al- Qur’an) dan asasi dengan berbagai bentuk, baik melalui ceramah umum atau dialog interaktif. Oleh karenanya, tidak diragukan lagi kyai dapat memainkan peran sebagai agen pembangunan dengan menyampaikan pesan- pesan pembagunan dakwah- dakwahnya, baik secara lisan dan tindakan (uswah hasanah). Dengan berbagai hal yang potensial dimainkan oleh pesantren diatas, dapat dikemukakan bahwa pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi de ngan masyarakat sekitarnya, sekaligus menjadi rujukan moral (reference of morality) bagi kehidupan masyarakat umum. Fungsi- fungsi ini akan tetap terpelihara dan efektif manakala para kyai pesantren dapat menjaga independensi dari intervensi ”pihak luar”48 . 5. Peranan Pondok Pesantren dalam Pembinaan Akhlak Remaja Dalam kaitanya pembinaan akhlak dengan agama yang terjadi pada masa remaja biasanya apa yang menjadi kebiasaan atau keinginan remaja selalu bertentangan atau seringkali bertentangan dengan agama disebabkan karena pengaruh lingkungan yang cenderung kepada penyimpangan perilaku keagamaan dan kelalaian tingkah laku. Kelalaian tingkah laku tersebut pada prinsipnya dikarenakan : 48 M. sulton dan M.Khusnuridlo, op,Cit,. hlm.14.
  • 33. 41 a. Peranan moral agama yang kurang b. Akibat pengangguran dan tingkat pendidikan yang kurang/ rendah c. Pengaruh kebudayan yang negatif dari luar d. Tidak ada tokoh yang ideal dan berwibawa dalam keluarga dan masyarakat (uswatun hasanah) e.Kurangnya bimbingan, pengarahan dan pengawasan remaja untuk berkembang baik. Dari faktor- factor tersebut yang mengakibatkan menyimpangnya akhlak remaja dari aturan- aturan agama. Maka sedini mungkin dapat diusahakan untuk ditanggulangi, oleh karena itu dalam hal ini pembinaan akhlak sangat menentukan sekali dan sangat strategis di dalam mempersiapkan remaja yang potensial dan sebagai harapan agama serta bangsa di masa yang akan datang. Agar dalam hidupnya manusia senantiasa mengikuti jalan yang benar hendaknya hidup sesuai dengan fitrah. Maka dipandang perlulah mereka mendalami pendidikan agama Islam sebagai pijakan dan landasan belajarnya. Islam merupakan agama yang fleksibel, ajaranya harus disampaikan kepada manusia, tidak mengingat waktu baik dilaksanakan dengan system yang formal maupun non formal. Dengan pelaksanaan yang beranekaragam bentuknya, memungkinkan ajaran Islam lebih diresapi dan dihayati maknanya, sehingga lebih cepat dapat membentuk sikap dan karakteristik seseorang. Sebagai upaya agar remaja mempunyai kepribadian luhur dan sebagai generasi penerus yang bertanggung jawab. Maka perlu ditanamkan kepada mereka agama, karena seorang remaja yang dalam masa pancaroba bila tidak mendapatkan bimbingan serta lingkungan yang mendukung terhadap perkembanganya maka dapat menimbulkan kelainan tingkahlaku, sehingga dapat menjelma dalam bentuk kenakalan remaja, kriminalitas, narkotika, kejahatan seksual (pergaulan bebas) dan sebagainya . Dan pondok pesantren adalah tempat yang tepat untuk membina akhlak remaja. Pondok pesantren dengan cara hidupnya yang
  • 34. 41 bersifat kolektif, merupakan salah satu perwujudan atau wajah dari semangat dan tradisi dari lembaga kegotongroyongan, nila- nilai keagamaan seperti ukhwah (persaudaraan), ta’awun (tolong menolong), ittihad (persatuan), thalabul ilmi (menuntut ilmu), ikhsan, jihad, taat (patuh kepada tuhan, rasul, ulama’, kyai sebagai penerus nabi dan mereka yang diakui sebagai pemimpin)49 B. PEMBINAAN AKHLAK REMAJA 1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “ tumbuh menjadi dewasa”. Dalam Islam, secara etomologi, kalimat remaja berasal dari murahaqoh, kata kerjanya adalah raahaqo yang berarti al-iqtirab (dekat). Secara terminologi, berarti mendekati kematangan secara fisik, akal, dan jiwa serta sosial. Permulaan adolescence tidak berarti telah sempurnanya kematangan, karena dihadapan adolescence, dari 7-10 ada tahun-tahun untuk menyempurnakan kematangan. Ada yang berpendapat bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tiada berbeda dengan kelompok manusia yang lain, ada yang berpendapat bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang-orang tua. Ada pula yang berpendapat bahwa remaja merupakan potensi manusia yang perlu dimanfaatkan. Akan tetapi, manakala remaja diminta persepsinya, mereka akan berpendapat lain50. 2. Pengertian Akhlakul Karimah Dilihat dari segi etimologi kata ”akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari kata ”khuluk” yang artinya perangkai atau tabiat. Ibnu Athir dalam bukunya ”An-nihayah” menerangkan, hakikat makna khuluk itu, ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), 49 M Dawan Raharjo, Op.Cit,. hlm. 7-10. 50 Muhammad Al-Mighwar,Psikologi Remaja,(Bandung : Pustaka Setia 2006) hlm. 55-57
  • 35. 41 sedang khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya). Tidak berbeda dengan pendapat Ibnu Athir ini, imam Al-Ghazali berkata pula :” bilamana orang mengatakan si A itu baik khalqunya, berarti si A itu baik sifat lahirnya dan sifat batinnya”. Dalam pengertian sehari-hari, ”akhlak”, “kesusilaan” atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula dengan arti kata ”moral” atau ”ethic”51. Adapun kata akhlak itu sendiri bersumber dari Al-Qur’an yaitu surat Al-Qalam ayat 4: Artinya: ”Sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai budi pekerti yang luhur”.52 Sedangkan definisi ”akhlak” menurut Ibnu Maskawih menyatakan, bahwa yang disebut ”akhlak” ialah : keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu53. Dari beberapa definisi yang disebutkan oleh beberapa pakar diatas, maka kiranya definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut akhlak itu ialah : kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran lebih dulu. Selanjutnya menurut Abdullah Dirroz, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila dipenuhi dua syarat, yaitu : Pertama , perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-perbuatan itu 51 Humaidi Tata Pangarsa, Pengantar Akhlak , ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005 ) hlm. 7-8 52 Al-Qur’an dan Terjemahnya 53 Ibid. hlm. 8
  • 36. 41 dilakukan karena dorongan emosi jiwanya, bukan karena adanya tekanan-tekanan yang dating dari luar seperti paksaan dari orang lain sehingga menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan-harapan yang indah-indah, dan lain sebagainya54. 3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak Remaja Akhlak mempunyai obyek yang luas karena berkaitan dengan perbuatan dan tingkah laku manusia, yang setiap perbuatan dan tingkah lakunya akan masuk kedalam bagian-bagiannya, karena manusia dalam hidupnya tidak lepas dengan aktifitas hubungan sesama manusia. Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang- kadang bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa ketergantungan kepada orang tua, belum dapat dihindari. Mereka tidak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam urusan pribadinya. Kita sering kali melihat remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai itu, yang kadang-kadang membawa pengaruh terhadap kesehatan jasmaninya55 . Ada beberapa factor yang mempengaruhi terhadap pembentukan mental remaja yaitu : a. Faktor Intren Masalah penting yang dihadapi oleh anak-anak yang sedang berada dalam umur remaja cukup banyak.Yang paling kelihatan adalah pertumbuhan jasmani yang cepat. Perubahan yang cepat inilah yang terjadi pada fisik remaja yang berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak. Sementara itu, ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua 54 Ibid. hlm.10 55 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan Dan Tantangan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offisct, 1994) hlm. 40-41
  • 37. 41 untuk membiayai keperluan hidupnya. Keadaan emosinya yang goncang sering kali diungkapkan dengan cara yang tajam dan sungguh-sungguh. Kadang-kadang ia mudah meledak dan mudah tersinggung, padahal, mungkin tanpa disadarinya, ia mudah menyinggung perasaan orang tua. Sementara itu ia juga mengalami persaan aneh, ia mulai tertarik kepada teman lawan jenis. Akan tetapi, karena perkembangan tubuhnya kurang menarik, timbul juga perasaan malu. Akibatnya, dalam dirinya bergejolak perasaan galau yang tidak menentu56 . Bila kita tinjau penyebab akhlak yang tidak baik pada remaja atau terjadinya kenakalan remaja di pandang dari sudut pandang psikologi, maka tindakan dan perangai yang demikian itu dianggap sebagai perilaku yang menyimpang. Perilaku tersebut tidak dapat dilihat dari kelakuan dan penampilan yang terlihat dari luar saja, akan tetapi harus dikaitkan dengan berbagai factor didalam diri pribadi remaja yang nakal itu. Faktor-faktor luar yang mempengaruhinya biasanya berasal dari keluarga, lingkungan, sekolah, masyarakat, maupun pengaruh luar yang sepintas lalu kelihatan tidak berkaitan dengannya. Fungsi dan peranan keluarga dalam masalah kenakalan remaja sangat menentukan, tidak hanya dalam penaggulangannya saja, akan tetapi juga dalam timbulnya kenakalan dan penyimpangan- penyimpangan akhlak remaja tersebut57. b. Faktor Ekstern Masa remaja yang mengalami banyak perubahan yang terjadi pada umur remaja awal itu, sudah pasti membawa kepada kegoncangan emosi. Kadang-kadang hal tersebut ditambah pula dengan banyaknya contoh-contoh yang tidak baik, tetapi membangkitkan berbagai berbagai dorongan dan keinginan 56 Ibid,. hlm.46 -47 57 Ibid,. hlm 49
  • 38. 41 yang mulai timbul dalam dirinya58. Apalagi di zaman abad ke 21 ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar memukau dan membuat manusia terseret untuk ikut tenggelam dan berkecimpung di dunia yang transparan tanpa rahasia. Manusia dihadapkan pada perubahan cepat dalam berbagai dimensi kehidupan, terbawa oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang setiap saat menawarkan sesuatu yang lebih baru, lebih canggih dan lebih menyilaukan mata59. Adapun berbagai hal yang disajikan oleh teknologi yang semakin canggih seperti media elektronik dan medi cetak, yang mudah ditangkap oleh remaja. Mungkin saja semua itu akan dijadikan oleh remaja sebagai alat identifikasi diri, sehingga mereka condong menerima dan menirunya. Seolah-olah diri merekalah yang melakukan dan memerankan adegan yang disaksikanya itu. Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan beragama para remaja yang sedang mulai mekar, yang sedang menatap hari depan yang diharapkan dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan iptek itu telah ditumpangi dan disalahgunakan oleh sebahagiaan manusia yang serakah yang tidak beragama, atau yang kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu dan bujukan setan. Secara tidak terasa, kaum muda Indonesia terbawa oleh arus yang sering didengar dan disaksikan dalam acara- acara kebudayaan yang ditayangkan oleh media elektronik, baik berupa tayangan lagu- lagu, film, olah raga dan lainya. Apa yang dilihatnya jauh lebih besar pengaruhnya dan lebih lama teringat olehnya, dan akan sering terbayang di ruang matanya. Dan yang paling banyak menjadi korban adalah remaja, baik yang bersekolah maupun yang sudah bekerja. Betapa beraninya mereka minum-minum, mabuk-mabukan dan kemudian 58 Ibid,. hlm. 54 59 Ibid,. hlm. 51
  • 39. 41 Memperkosa teman perempuannya. Ada juga wanita dengan senang hati berbuat serong dengan teman yang dicintainya.60 C. Faktor Lingkungan Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang mengalami kegonjangan emosi, angan- angannya banyak, Khayalan tentang yang terlarang dalam agama mulai muncul akibat pertumbuhan jasmaninya yang mendekati ukuran orang dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah. Akibatnya terjadi kegoncangan emosi, walaupun kemampuan pikir telah matang. Karena itu remaja yang sedang dalam gejolak pertumbuhan (13 - 21 tahun), yang kurang terlatih dalam nilai moral dan agama, mudah terseret kepada mengagumi dan meniru apa yang menyenangkan dan menggiurkanya. Perbuatan salah, perilaku menyimpang, ketidakpuasan terhadap orang tua, dan mungkin pula melakukan hal-hal terlarang dalam agama dan hukum negara, merupakan menunya sehari-hari.61 Sesungguhnya penyimpangan sikap dan perilaku anak dan remaja tidak terjadi tiba-tiba, akan tetapi melalui proses panjang yang mendahuluinya. Disamping itu berbagai factor ikut berperan dalam peristiwa tersebut. Diantara factor - faktor yang timbul dari dalam diri anak atau remaja misalnya keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi akibat tekanan perasaan (frustasi), kehilangan rasa kasih saying atau merasa dibenci, diremehkan, diancam, dihina dan sebagainya. Semua perasaa negative tersebut dapat menyebabkan seseorang putus asa, bersikap negative terhadap orang lain, bahkan mungkin juga sikap negatifnyadihadapkan kepada Allah.Maka ia condong menentang ajaran agama, meremehkan nilai-nilai moral dan akhlak. Sikapnya boleh jadi akan mempengaruhi atau mewarnai seluruh penampilan perilakunya, air muka yang tegang, benci dan menentang setiap orang yang berkuasa, merasa iri dan dengki kepada orang yang melebihi dirinya, bahkan 60 Ibid,.hlm. 54-55 61 Ibid,.hlm. 58
  • 40. 41 kebencian diarahkan pula kepada tokoh masyarakat, pemuka agama dan pemerintah. Ada juga factor negative yang dating dari keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar di hadapan anak, ada pula orang tua yang melibatkan anak dalam perselisihan mereka, sehingg si anak terombang-ambing diantara ibu dan bapaknya. Ada juga yang disebabkan oleh perlakuan tidak adil dari pihak orang tua terhadap anak-anak, dan dia termasuk yang kalah bersaing dalam memperebutkan perhatian dan kasih sayang orang tuanya62. . 4. Masalah Kehidupan Remaja Dewasa ini Selama proses pertumbuhan dan perkembangan, remaja bisabermasalah dan bias pula berbahagia. Kedua kondisi ini banyak bergantung pada pengalaman yang positif atau negatif. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwanya.Bila remaja tidak mencapai kebahagiaan, dia mengalami masalah yang serius. Menurut intensitasnya, rentangan remaja bermasalah dapat digambarkan dalam tiga kategori utama; bermasalah wajar yang berkaitan dengan ciri-ciri masa remaja, bermasalah menengah yang berkaitan dengan tanda-tanda bahayanya, dan bermasalah taraf kuat mencakup bermasalah yang pasif dan bermasalah yang agresif63. a. Perilaku bermasalah yang wajar Secara psikologis, perilaku bermasalah yang wajar adalah perilaku yang masih ada dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan fisik dan psikis, dan masih bias diterima selama dirinya dan masyarakat di sekitarnya tidak dirugikan. b. Perilaku bermasalah menengah 62 Ibid,. hlm. 59 63 Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung : Pustaka Setia, 2006) hlm. 187
  • 41. 41 Secara psikologis, perilaku bermasalah menengah adalah perilaku remaja yang masih merupakan akibat dari adanya berbagai perubahan fisik dan psikis dalam pertumbuhan dan perkembangan, tetapi telah menunjukan berbagai tanda yang mengarah pada adanya penyimpangan yang cenderung merugikan dirinya sendiri dan lingkunganya. Perilaku ini juga merupakan pengembangan- pengembangan negative berbagai masalah wajar sebelumnya yang semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal ; pertama, dirinya kurang mampu menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembanganya serta tidak mampu menerima apa yang diraihnya. Kedua, adanya berbagai tekanan lingkungan, seperti dari orang tua dan teman sebaya serta masyarakat yang lebih luas. Ketiga, tidak mampu menyesuaikan diri dengan berbagai tekanan yang ada. Perilaku bermasalah menegah ini juga dinamakan tanda –tanda bahaya, baik yang agresif, pasif atau pengunduran diri, atau netral. Perilaku yang menunjukkan tanda-tanda bahaya yang agresif, antara lain sikap selalu ingin menguasai dan menyerang orang lain. Perilaku yang menunjukkan tanda-tanda bahaya yang pasif, antara lain merasa tidak aman sehingga remaja merasa merendahkan diri dan rela dijajah oleh siapa saja di dalam maupun diluar rumah, selalu melamun sebagai konpensasi bagi kekurangpuasanya dalam kehidupan sehari-hari, dan berusaha menarik perhatian dengan berbuat kekanak-kanakan. Adapun perilaku yang menunjukkan tanda-tanda bahaya yang netral, antara lain remaja mengabaikan tugas-tugasnya demi bersenang-senang karena tidak adanya tanggung jawab, dan terlalu malu bila berada jauh dari rumahnya. Sebagaimana perilaku bermasalah wajar, perilaku bermasalah menegah pun membutuhkan perhatian yang serius dari pendidik dan pembimbing. Dan mengabaikanya akan mengakibatkan pengembangan pada perilaku yang semakin salah dan semakin menyimpang64. c. Perilaku bermasalah yang kuat atau penyimpangan perilaku 64 Ibid,. hlm 190-191
  • 42. 41 Perilaku bermasalah yang kuat adalah perilaku yang muncul akibat adanya rasa tidak enak, rasa tercekam, rasa tertekan yang didorong oleh faktor –faktor yang kontradiktif dalam diri seseorang, yang secara kuat pula menimbulkan berbagai tindakan mengundurkan diri secara berlebihan atau agresif yang berlebihan. Perilaku itu di anggap menyimpang dari kewajaran karena cenderung ada rasa putus asa, tidak aman, atau merusak, melanggar berbagai peraturan. Sebagaimana perilaku bermasalah menengah, perilaku bermasalah yang kuat ini pun terdiri dari dua sifat, pertama, yaitu agresif, dan kedua, pasif. Perilaku menyimpang yang agresif adalah bentuk-bentuk tingkah laku social yang menyimpang dan cenderung merusak, melanggar peraturan dan menyerang. Banyak aspek yang menjadi obyek penyimpangannya, misalnya hak milik orang lain, seks, dan sebagainya. Gejala umum yang biasa tampak dari penyimpangan ini antara lain menyakiti hati orang lain, suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam masyarakat atau sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, tidak mengindahkan perintah, melanggar peraturan, sering berbohong, sering memerintah, mementingkan diri sendiri, suka menyakiti hati anak yang lebih kecil, pendendam, melanggar kehormatan seks lawan jenis, dan sejenisnya. Penyimpangan ini terjadi karena remaja tidak memiliki sikap, perasaan dan keterampilan tertentu yang dituntut dalam tugas-tugas perkembanganya sehingga mereka cenderung tidak memedulikan norma-norma masyarakat, dan sikap tidak peduli ini menimbulkan semua pelanggaran tersebut. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja65. 5. Tujuan Pembinaan Akhlak Remaja Pembinaan akhlak remaja diselenggarkan dengan tujuan umum yaitu membantu para remaja untu meningakatkan keimanan, pemahaman, 65 ibid,. hlm. 192
  • 43. 41 dan pengahayatan serta pengalaman tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang maha esa, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun tujuan pembinaan akhlak remaja secara khusus adalah: a. Remaja memahami dan menghayati ajaran agama Islam, terutama yang berkaitan dengan fardu ain b. Remaja mau dan mampu dalam melaksanakan ajaran agama Islam c. Remaja memiliki kesadaran dan kepekaan social dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara66 Manusia dalam hidupnya tidak akan terlepas dari perbuatan- perbuatan sebagai proyeksi dari kemampuanya, serta sebagai eksperimental dari apa yang diinginkanya. Dengan perbuatan itulah akan tercermin sikap dan watak. Dalam Islam penempatan akhlak merupakan hal yang mutlak dimiliki dan dipunyai oleh setiap orang. Akhlak adalah upaya manusia untuk mempertahankan keluarga dan hidupnya, dan akhlak pulalah yang membedakan manusia dengan binatang. Akhlak yang baik adalah berderma, tidak menyakiti orang lain dan tangguh menghadapi penderitaan serta berbuat kebaikan dan menahan diri diri dari keburukan. Adalagi yang mengatakan, ”membuang sifat-sifat yang hina dan menghiasinya dengan sifat-sifat yang mulia”67. Bagi remaja ide-ide agama, dasar keyakinan dan pokok ajaran agama pada dasarnya diterima oleh seorang remaja, namun manakala ia mendapat kritikan dan apa yang tumbuh sejak kecilnya, begitu mudah 66 Endin Mujahidin, Op,Cit., hlm. 139 67 Fariq bin Gasim Anuz, Bengkel Akhlak (Jakarta : Darul Falah, 2002) hlm. 15 -16
  • 44. 41 sirna lantaran kemampuan menangkap hal-hal yang abstrak masih lemah. Karena itu tidak jarang-jarang ide -ide pokok agama ditolak pula, bahkan kadang-kadang ia merasa bimbang beragama, terutama bagi mereka yang mungkin tidak dapat ditangkap dengan proses berfikir yang matang dan krisis. Apabila agama telah mencapai sifa t-sifat moral pada remaja, maka kebaikan tertinggi adalah perasaan agama disertai oleh pikiran tentang kebaikan yang tertinggi. Pada permulaan, adalah kelezatan, sesudah itu muncul bapak dan tunduk kepadanya dan setelah tumbuh pikiran tentang Allah, maka yang sangat baik adalah mematuhi perintah Allah. Kejahatan yang sangat besar dalam pandangan anak di usia remaja adalah mencela agama. Nilai-nilai agama meningkat bersama-sama nilai-nilai keluarga, atau berati bahwa moral keluarga mengikuti moral agama. Misalnya pada anak umur 10 tahun, si anak patuh kepada bapaknya karena Allah menyuruhnya, sedang pada umur 5 atau 6 tahun dulu, ia patuh kepada Allah karena bapaknya menghendaki demikian. Ini adalah menunjukan kemajuan social dan penyesuaian diri terhadap keluarga berganti dengan penyesuaian agama68. Allah semakin dekat kepada jiwa si anak, karena si anak makin dekat pula kepada dirinya sendiri, ia mulai mendengar kata hatinya tentang akhlak dan Allah menjadi pantulan dari suara tersebut. Seperti filsafat ”kant” menganggap bahwa morallah bukan akal yang merupakan jalan untuk menyampaikan kita kepada Allah, dari penganalisaan tentang arti ”wajib” yang membawa dengan sendirinya kepada Allah, sebagai keharusan moral. Demikian pulalah halnya dengan anak-anak yang telah besar dimana kepercayaan tidak didasarkan atas keharusan pikiran, tapi adalah keharusan moral69. Dengan dasar itulah, maka bukan hal yang berlebihan jika generasi muda atau tua remaja perlu dibina serta dididik dengan akhlakul karimah, 68 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 1970) hlm. 50-51 69 Ibid,. hlm.51
  • 45. 41 agar remaja memiliki pemahaman dan penjelasan yang memadai dan memuaskan tentang tata norma kehidupan yang sesuai dengan ajaran agama, berperangai yang baik serta berbudi pekerti yang luhur70 6. Metode Pembinaan Akhlak Remaja Kedudukan suatu metode dalam dunia pendidikan dan pembinaan adalah sangat penting sekali, sebab tanpa adanya metode yang tepat maka tujuan dari pendidikan itu tidak akan berhasil dengan baik. Menurut Drs. Ahmad. D. Marimba ada dua jenis pendekatan metode yakni meliputi : a. Metode Langsung Adalah mengadakan hubungan langsung secara pribadi dan kekeluargaan dengan individu yang bersangkutan. Metode secara langsung ini dibedakan menjadi lima, diantaranya adalah : 1) Teladan Tingkah Laku, cara berbuat dan berbicara akan di tiru oleh anak (ingat dorongan meniru dan perkenaan). Dengan teladan ini, timbulah gejala identifikasi positive, ialah penyamana diri dengan orang yang ditiru. Identifikasi positive itu penting sekali dalam pembentukan kepribadian. Seperti dikatakan diatas, nilai-nilai yang dikenal si anak masih melekat pada orang-orang yang disenanginya dan dikaguminya, jadi pada orang-orang dimana ia berinditifaksi. Inilah salah satu proses yang ditempuh anak dalam mengenal nilai. Sesuatu itu disebutkan baik karena juga oleh ayah, ibu atau guru. 2) Anjuran, suruhan dan perintah Kalau dalam teladan anak dapat melihat, maka dalam anjuran dsb. Anak mendengar apa yang harus dilakukan. Suruhan, anjuran dan perintah adalah alat pembentuk disiplin secara positive. Disiplin perlu dalam 70 Muhammad Al-Mighwar, Op,Cit,. hlm: 190
  • 46. 41 pembentukan kepribadian, terutama karena akan menjadi disiplin sendiri, tetapi sebelum itu perlu lebih dahulu ditanamkan disiplin dari luar. 3) Latihan-latihan Tujuannya ialah untuk menguasai gerakan-gerakan dan menghafal ucapan-ucapan (pengetahuan). Dalam melakukan ibadat kesempurnaan gerakan dan ucapan ini penting artinya Latihan juga dapat menanamkan sifat-sifat yang utama, misalnya kebersihan, keteraturan dan sebagainya. Latihan membawa anak ke arah berdiri sendiri (tidak usah selalu dibantu oleh orang lain). Latihan membawa kepuasan bagi sianak, dengan memperhatikan hasil-hasil latihannya, dan dapat member dorongan untuk melakukan yang lebih baik (self competition). 4) Hadiah dan sejenisnya Yang dimaksud hadiah, tidak usah selalu berupa barabg. Anggukan Kepala dengan wajah berseri-seri, menunjukan jempol (ibu jari)si pendidik, sudah satu hadiah. Pengaruhnya besar sekali. Memenuhi dorongan mencari perkenan, mengembirakan anak, menambah kepercayaan pada diri sendiri. Membantu dalam usaha mengenal nilai -nilai. 5) Kompetisi dan kooperasi Diatas telah disebutkan arti (guna) self competition, kompetisi dengan orang lain dalam arti yang sehat, misalnya perlombaan mengaji Al- Qur’an dsb. Mendorong anak berusaha lebih giat. Kooperasi meliputi usaha-usaha kerja bersama. Menumbuhkan rasa simpati dan penghargaan kepada orang- orang lain, menambahkan rasa saling percaya71. b. Metode T ak Langsung Yang dimaksud dengan metode tak lagsung adalah metode yang bersifat pencegahan, peneknan pada hal-hal yang merugikan. 71 Ahmad.D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : PT Al-Ma’arif , 1980) hlm. 85 - 86
  • 47. 41 1) Koreksi dan pengawasan Koreksi dan pengawasan bertujuan untuk mencegah dan menjaga agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Pengawasan tersebut sangat perlu bagi remaja, sebab bila ada kesempatan remaja akan berbuat sesuatu yang bertentangan dengan peraturan yang ada. 2) Larangan Maksudnya adalah suatu keharusan untuk tidak melaksanakan Pekerjaan yang merugikan. Misalnya larangan untuk melanggar peraturan yang ada atau yang telah di tetapkan. 3) Hukuman Adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan penyelesaian dan penyesalan72. Setiap metode mengajar mempunyai kebaikan dan kelemahan masing- masing. Semakin mampu guru (ustadz) mengurangi kelemahan dalam mempergunakan suatu metode, maka akan semakin tinggi pula efisiensi dan efektifitasnya, apalagi dalam membina pendidikan pada remaja. Menurut Prof. Dr. H. Hadari Nawawi ada beberapa pendekatan metode di antaranya adalah : a. Metode Ceramah Dalam istilah lama metode ini disebut juga metode memberitahukan. Disamping itu ada yang menyebutnya metode penyampaian informasi atau metode cerita (bercerita) Sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah surat Al-A’raaf ayat 35 sebagai berikut : Artinya: Hai anak –anak Adam, jika dating kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, Maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada 72 Ibid., hlm. 86-87
  • 48. 41 kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S Al-A’raaf : 35) Metode ceramah ini merupakan metode penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru atau ustadz kepada sejumlah murid atau santri yang biasanya berlansung di dalam sebuah kelas. Guru atau ustadz merupakan pihak yang aktif atau pusat kegiatan (teacher centered). Untuk mewujudkan sentuhan pendidikan dalam menyampaikan materi pelajaran (misalnya tentang shalat, akhlak dan lain-lain), satu-satunya alat bantu yang dipergunakan hanyalah kalimat yang dituturkan secara lisan. Murid atau santri cenderung pasif. Aktivitas utama yang dilakukan adalah mendengar secara tertib dan mencatat seperlunya pokok-pokok pelajaran yang dianggap penting. b. Metode Tanya Jawab Dari perkataan tanya jawab sudah dapat dipahami, bahwa metode ini merupakan cara mengajar, yang dilakukan dengan mengajukan peertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. Metode ini secara murni tidak diawali dengan ceramah, tetapi murid atau santri sebelumya sudah diberi tugas, membaca materi pelajaran tertentu dari sebuah atau lebih buku. Kemudian di kelas pelajaran dilakukan dengan cara bertanya jawab. Pertanyaan dapat dating dari guru ustadz, yang telah dipersiapkan lebih dahulu dan diajukan pada murid atau santri di kelasnya. Sebaliknya murid atau santri, dapat juga ditugaskan membuat pertanyaan-pertanyaan pada waktu mempelajari materi tersebut. Selanjutnya di dalam kelas pertanyaan disampaikan secara lisan. Yang oleh guru atau ustadz dilemparkan lebih dahulu kepada murid atau santri lain untuk dijawab, sebelum dijawab oleh guru atau ustadz apabila tidak ada yang dapat menjawabya. c. Metode diskusi Metode ini dapat juga disebut musyawarah, meskipun sebenarnya lebih mengarah pada kepentingan rapat-rapat dan kurang tepat dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Disamping itu karena
  • 49. 41 pertanyaannya mengandung masalah, metode ini dapat dikembangkan menjadi metode pemecahan masalah (problem solvingmethod )73. Dengan demikian sebenarnya banyak metode atau cara dalam pembinaan akhlak remaja. Tentunya setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing serta memiliki daya ketepatan sesuai situasi dan kondisi dimana metode tersebut digunakan. Demikian juga metode yang digunakan Pondok Pesantren dalam pembinaan akhlak remaja tentunya menggunakan metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi. 73 Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1993) hlm. 250-271
  • 50. 41 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Irwan Hasse J, Muhammad Zain (Editor). 2008. Agama, Pendidikan Islam, dan Tanggung jawab Sosial Pesantren.Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM. Al–Mizan. 2013. “Relevansi Predikat Kota Santri bagi Kabupaten Pekalongan”. Dalam jurnal Agent Of Change. (Edisi XIX ) Pekalongan. Aminudin, 2002. Pendidikan Islam Untuk Perguruan Tinggi . Jakarta: Ghalia Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta -------.1992. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Damopolii,Muljono. 2011. Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern: PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia: BalaiPustaka. Jakarta Gunarsa, Y. Singgih D. 1978. Psikologi Remaja . Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hadi, Sutrisno. 1975. Metodologi Research . Yogyakarta: UGM. Halim, Ali Abdul. 2002. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Jalaluddin. 2005. Psikologi Agama .Jakarta: PT. Remaja Grafindo Persada. Kartono, Kartini . 1990. Psikologi Anak Psikologi Perkembangan. Bandung: PN. Mandar Maju. Miller, Mattew B. et al.,. 1992. Analisis Data Kealitatif . Jakarta: UI Press Moleong, Lexy . 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyono. 1999. “Peranan Koperasi Dalam Membangun Watak Wirausaha di Lingkungan PondokPesantren”.Malang:Skripsi Studi Kasus STAIN.
  • 51. 41 Poerwodarwinto. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia : Balai Pustaka. Jakarta Nahrawi Amiruddin. 2008. Pembaharuan Pendidikan Pesantren : Gama Media. Yogyakarta Qomar Mujamil. 2005. Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi : Erlangga . Jakarta Ahmad Beni dan Abdul khamid. 2012. Ilmu Akhlak : CV. Pustaka Setia. Bandung Kartono Kartini. 2007. Psikologi Anak : CV. Mandar Maju. Bandung Raharjo,M.Dawan. 1985. Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Jakarta: P3M Sulton, M dan M. Khusnuridlo. 2006. Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global .Yogyakarta: Laksbang Pressindo. Surahmat, Winarto. 1978. Dasar dan Teknik Pengantar Metode. Bandung: Tarsito. Yunus, Mahmud . 1984. Kamus Arab Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Zuriah,Nurul. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Rosdakarya.
  • 52. 41