SlideShare a Scribd company logo
FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN 
KENAKALAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI 
KOTA DENPASAR 
(Study Kasus di Wilayah Hukum Polrestabes Denpasar) 
OLEH 
NORSEL MARANDEN 
012.501.0.098 
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian 
Untuk Penyusunan Skripsi 
FAKULTAS HUKUM 
UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR 
BALI 
2015
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i. 
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii. 
DAFTAR ISI........................................................................................................iii. 
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1. 
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1. 
B. Rumusan Masalah…………....………...………...............………...........8. 
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................8 
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................10. 
A. Fungsi Hukum.........................................................................................10. 
B. Fungsi Polisi......................................................…...………..........….....12. 
C. Penyidik, Fungsi dan Kewenangannya...................................................18. 
D. Pengertian Anak......................................................................................19. 
E. Pengertian Kenakalan Anak....................................................................24. 
F. Faktor Penyebab Kenakalan dan Upaya Penanggulangannya.................25. 
III. METODE PENELITIAN................................................................................27. 
A. Lokasi Penelitian.....................................................................................27. 
B. Populasi dan Sampel...............................................................................27. 
C. Jenis dan Sumber Data............................................................................28. 
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................28. 
E. Analisis Data...........................................................................................29.
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Dalam rangka terwujudnya masyarakat yang tertib, aman dan damai maka 
kepastian hukum dalam suatu masyarakat merupakan syarat utama. Pemeliharaan 
keamanan dan ketertiban dalam suatu masyarakat diperlukan upaya penegakan 
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat yang 
dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang 
didukung oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi 
Manusia. 
Perkembangan kemajuan yang cukup pesat dan jumlah penduduk yang 
sangat padat seiring merebaknya paradigma penegakan supremasi hukum, Hak 
Asasi Manusia, era globalisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas telah 
banyak melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, fungsi, 
wewenang dan tanggungjawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang 
semakin meningkat dan lebih berorientasi pada pelayanan ketertiban dan 
keamanan masyarakat yang dilayaninya. 
Dalam rangka mengantipasi era globalisasi seiring perkembangan ilmu 
pengetahuan dan tehnologi di semua aspek kehidupan masyarakat, maka 
Kepolisian Negara Republik Indonesia dituntut untuk lebih professional, 
bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral fungsi 
pemerintahan Negara mempunyai tatanan tugas dan wewenang yang sangat luas, 
oleh karena fungsi Kepolisian tidak hanya pada aspek represif dalam kaitan 
dengan proses pidana khususnya pada tingkat penyidikan, tetapi mencakup pula 
aspek preventif. Beberapa tugas-tugas yang melekat pada fungsi utama 
administrasi Negara mulai dari bimbingan dan pengaturan sampai dengan 
tindakan Kepolisian yang bersifat administrasi yang bukan kompetensi 
pengadilan. 
Aspek preventif dalam penangan kasus kejahatan dan pelanggaran di 
lapangan nampak terlihat dalam peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia 
selaku Pengayom yang memberikan perlindungan dan pelayanan kepada 
masyarakat serta selaku pembimbing masyarakat kearah terwujudnya tertib dan 
tegaknya hukum dan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, serta 
peegakan hukum. 
Tugas Kepolisian dalam penegakan hukum semakin berat oleh karena di 
satu sisi Kepolisian wajib memedomani dan menaati ketentuan Undang-undang, 
di lain sisi polisi diwajibkan juga mengembangkan asas preventif dan asas 
kewajiban umum kepolisian yaitu memelihara keamanan dan ketertiban 
masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia 
memiliki kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan 
penilaian sendiri, yakni kewenangan diskresi.
Sebagai suatu kegiatan sosial masalah kenakalan anak tidak dapat 
dihindarkan dan memang selalu ada, kapan dan di mana saj serta tidak dapat 
dihilangkan sama sekali, tetapi hanya dapat diupayakan seminimal mungkin 
kualitas dan kuantitasnya. 
Tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia secara tegas 
telah diatur dalam Undang-undang Nomor nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum 
Acara Pidana (KUHAP), terutama dalam proses pidana sebagai penyelidik dan 
penyidik serta melaksanakan koordinasi dan pengawasan terhadap penyidik 
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. 
Lahirnya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara 
Pidana sebagai pengganti dari Het Herzine Inlands Reglement (HIR) yang tidak 
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum Nasional merupakan era 
baru dalam bidang hukum, khususnya Hukum Acara Pidana. 
Hukum Acara Pidana merupakan sarana penting dalam penegakan hukum 
pidana yang merupakan hukum publik yang mengatur langsung kehidupan 
masyarakat serta hak-hak Asasi Manusia. Demikian juga Hukum Acara Pidana 
mengatur proses peradilan pidana mulai tingkat penyidikan sampai dengan 
pelaksanaan putusan pengadilan. 
Proses peradilan pada tingkat penyidikan yang merupakan wewenang 
kepolisian membawa perubahan di dalam taktik dan teknik penyidiakan, 
khususnya taktik dan teknik pada pemeriksaan tersangka. Hal ini secara tegas 
diatur dalam pedoman pelaksanaan KUHAP (1982:23) yang menegaskan :
Berlakunya KUHAP dengan segala perubahan di dalam sistem peradilan pidana 
pada umumnya, dan khususnya sistim penyidikan, peningkatan personal, 
peralatan, dana dan sarana-sarana lainnya baik kuantitatif maupun kualitatif guna 
melaksanakan tugas polri pada umumnya khususnya tugas reserse yang 
mengemban tugas penyidikan berdasarkan KUHAP. 
Hal ini sangat menentukan dalam rangka penegakan hukum, khususnya 
pencegahan dan penanggulangan kejahatan diantaranya kenakalan yang dilakukan 
oleh anak yang merupakan tugas pokok kepolisian. 
Sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang tugas dan 
wewenang Kepolisian Republik Indonesia pada Pasal 13 ayat : 
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. 
2. Menegakkan hukum, dan 
3. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. 
Berdasarkan instrumen tersebut di atas tugas pokok Kepolisian Republik 
Indonesia adalah mewujudkan keamanan dalam negeri merupakan syarat mutlak 
untuk mendukung terwujudnya masyarakat madani, adil, makmur, berdasarkan 
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu 
Kepolisian Republik Indonesia dalam menjalankan tugas dan wewenang perlu 
dibantu dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama 
mewujudkan rasa aman dan tentram dalam rangka mencegah terjadinya kenakalan 
yang dilakukan oleh anak. 
Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur 
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka kualitas sumber daya manusia 
Indonesia sebagai salah satu wahana pembangunan Nasional yang perlu 
ditingkatkan secara berkesinambungan, khusunya bagi sektor pendidikan, baik
formal maupun non formal, yang banyak melibatkan generasi muda, remaja, dan 
anak-anak sebagai peserta didik. 
Anak-anak dan remaja berada dalam masa transisi yang sedang mencari 
identitas diri sehingga tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang mengiringi 
masa pertumbuhannya. Dalam masa transisi tersebut tidak sedikit anak-anak yang 
mengalami tekanan batin yang menggelisahkan dirinya, baik karena faktor 
internal atau pengaruh yang berasal dari diri individu itu sendiri, maupun faktor 
ekstern atau pengaruh lingkungan, karena lingkungan banyak memberikan 
inspirasi dan membentuk perilaku sebagai suatu kebiasaan. Masing-masing faktor 
tersebut itu selain mempengaruhi dan ikut menentukan sifat individual seseorang 
sebagai orang pribadi, terlebih khusus usia anak-anak yang sagat cepat dan rentan 
menerima apa yang dilihat, didengar, dan dialami sebagai pengaruh , baik positif 
maupun negatif. 
Indonesia merupakan Negara hukum yang dimana salah satu hukumnya 
yaitu hukum pidana yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran serta 
penghukuman atasnya, di muat dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana 
(KUHPidana). Selain itu juga kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh anak 
telah diatur tersendiri dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang 
Pengadilan Anak, dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perlindungan 
hak-hak, yaitu dengan ditetapkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang 
Perlindungan Anak. Sehingga tindakan kenakalan yang dilakukan anak perlu 
mendapat pengkajian dan perhatian dan serius. Sehingga pemberian sanksi tidak
meninggalkan aspek pembinaan, dan dari sisi lainnya tidak melanggar 
perlindungan hak-hak asasi anak. 
Kejahatan (Crime) yang dilakukan oleh orang dewasa, tidak dapat 
disamakan begitu saja dengan kenakalan anak atau remaja (Juvenil Deliquency) 
yang biasa dilakukan oleh anak, sebab harus dibedakan sifat dan bentuk perbuatan 
seorang anak dengan perbuatan orang dewasa. Perbuatan orang dewasa sudah 
didasari sikap kesengajaan dalam arti penuh yang telah dipertimbangkan dan 
dipikirkan secara matang. Sedangkan perbuatan anak dalam hal ini kenakalan 
anak masih terpengaruh oleh masa pencarian identitas diri dan sedang mengalami 
perkembangan dan pertumbuhan fisik dan mental yang belum stabil/matang, 
sehingga dapat dikatakan masa anak-anak dan remaja merupakan masa teransisi 
dari anak ke remaja. 
Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak secara faktual, misalnya 
dalam mengendarai roda dua tanpa mematuhi aturan lalu lintas terutama pada 
akhir-akhir ini menjelang ujian akhir kelulusan SLTA, dimana anak secara 
berkelompok-kelompok dengan berkendaraan roda dua di jalan raya tanpa 
memakai helm begitupun mereka secara bersamaan tidak mengindahkan 
trafficlight dan begitupun terhadap bentuk kenakalan lainnya. 
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik 
mengajukan Skipsi yang berjudul “Fungsi Polisi Dalam Penanggulangan 
Kenakalan yang dilakukan oleh Anak”.
B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menentukan 
rumusan masalah sebagai berikut : 
1. Apakah tugas dan fungsi Kepolisian Wilayah hukum Polresta Denpasar 
sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang 
berlaku? 
2. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dalam 
menanggulangi kenakalan yang dilakukan oleh anak? 
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 
C.1. Tujuan dari penelitian ini adalah : 
a. Untuk mengetahui tugas dan fungsi Polri dalam penanganan 
kenakalan yang dilakukan oleh anak berdasarkan KUHAP dan Undang-undang 
Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, 
b. Untuk mempelajari dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh 
pihak Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan yang 
dilakukan oleh anak. 
C.2. Kegunaan Penelitian adalah : 
Adapun kegunaan penelitian dari penelitian yang dilakukan ini 
dimaksudkan sebagai berikut : 
Praktek : 
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan bagi 
para penegak hukum pada khususnya untuk dapat mengambil langkah-
langkah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan yang 
dilakukan oleh anak. 
Teoritis : 
Diharapkan pula agar dapat menjadi salah satu bahan referensi dan 
kepustakaan bagi rekan mahasiswa fakultas Hukum, dan kalangan yang 
berminat mengkaji lebih lanjut, khusunya menambah khasanah 
perpustakaan fakultas Hukum Universitas Dwijendra Denpasar. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Fungsi Hukum 
Hukum sebagai kaidah, pada dasarnya menempatkan hukum sebagai 
pedoman yang mengatur kehidupan dalam bermasyarakat agar tercipta 
ketentraman dan ketertiban bersama. 
Berdasarakan uraian tersebut di atas E. Utrecht (2006:38), menyatakan 
bahwa: 
“Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup yang berisi perintah-perintah 
dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu 
harus ditaati oleh masyarakat itu”. 
Capitant melihat bahwa, hukum adalah keseluruhan daripada norma-norma 
yang secara mengikat mengatur hubungan yang berbelit-belit antara 
manusia dalam masyarakat. Definisi ini seperti yang dikemukakan oleh Roscoe 
Pound yakni :
“Hukum adalah sekumpulan penuntun yang berwibawa atau dasar-dasar ketetapan 
yang dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu teknik yang berwenang atas latar 
belakang cita-cita tentang ketertiban masyarakat dan hukum yang sudah 
diterima”. 
Mempertimbangkan kembali teori hukum progresif menurut Satjipto 
Raharjo (2006:38) bahwa gagasan hukum progresif menempati posisi hukum 
tersendiri. Berbagai kalangan dalam penanganan suatu kasus hukum, khususnya 
di dalam negeri yang menekankan preposisi teori hukum progresif. Terutama 
penekanan pada unsur kemanfaatan berupa ketentraman manusia dalam 
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Progresivisme bertolak dari pandangan 
kemanusiaan, bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, memiliki sifat kasih 
sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun 
kehidupan berhukum dalam masyarakat. Progresivisme tidak ingin menjadikan 
hukum sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang 
bermoral kemanusiaan. Asumsi yang mendasari progresivisme hukum adalah : 
1. Hukum adalah untuk manusia, dan tidak untuk dirinya sendiri. 
2. Hukum itu selalu berada pada status law in the making dan tidak bersifat 
final. 
3. Hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan, dan bukan teknologi 
yang tidak bernurani. 
Atas dasar asumsi ceritera hukum, Hukum progresif adalah : 
1. Mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagian manusia. 
2. Memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat.
3. Hukum progresif adalah “hukum yang membebaskan” meliputi dimensi 
yang amat luas yang tidak hanya bergerak pada ranah praktik, melainkan 
juga teori. 
4. Bersifat kritis dan fungsional, oleh karena ia tidak henti-hentinya melihat 
kekurangan yang ada dan menemukan jalan untuk memperbaikinya. 
Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada dasarnya 
berlaku dan untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan 
ketertiban. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, (Samidjo dan A. Sahal), 
menyatakan : 
“Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur 
pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban 
juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya 
kaidah sebagai kenyataan dalam masyarakat” 
Selanjutnya menurut L.J Van Aveldoorn (2006:32) menegaskan bahwa 
tujuan hukum ialah pengaturan kehidupan masyarakat secara adil dan damai 
dengan mengadakan keseimbangan antara hak dan kewajiban. 
Menurut Jeremy Bentham menegaskan bahwa tujuan hukum ialah sedapat 
mungkin mendatangkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. 
Sementara menurut Soerjono Soekanto (2006:35), dalam pandangan para ahli 
hukum terdapat dua bidang kajian yang meletakkan fungsi hukum di dalamnya 
yaitu: 
1. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya netral 
(duniawi, lahiriah), hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan 
perubahan masyarakat (social Engineering).
2. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya peka 
(sensitive, rohaniah), hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan 
pengendalian social (social control). 
B. Fungsi Kepolisian 
Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan 
lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai alat Negara 
kepolisian secara umum memiliki fungsi dan tugas pokok kepolisian. 
Dalam hal ini pada Pasal 13, dan Pasal 14 butir 1 dan 2 Undang-undang 
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan 
sebagai berikut: 
Pasal 13 : Tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah 
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 
b. Menegakkan hukum, dan 
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada 
masyarakat. 
Pasal 14 butir 1 : Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud 
dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : 
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap 
kegiatan masyarakat dan perintah sesuai kebutuhan; 
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, 
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, 
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap 
hukum dan peraturan perundang-undangan; 
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; 
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; 
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap 
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk 
pengamanan swakarsa; 
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana 
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan 
lainnya; 
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, 
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas 
kepolisian; 
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, dan lingkungan hidup 
dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan 
dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; 
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum 
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; 
k. Memberi pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya 
dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai 
dengan peraturan perundang-undangan.
butir 2 : Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 
(1) huruf F diatur lebih lanjut dengan perturan pemerintah. 
Di bidang penegakan hukum secara khusus kepolisian bertugas melakukan 
penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum 
Acara pidana dan peraturan perundang-undangan. 
Sebagai contoh wewenang polisi yang dinyatakan dalam Pasal 30 ayat 4 
Undang-undang nomor 20 tahun 1982 (D.P.M. Sitopul dan Edward 
Syahperenong), (1985:24) menyatakan bahwa : 
a. Selaku alat Negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan 
ketertiban hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan 
pertahanan keamanan lainnya membina ketentraman masyarakat dalam 
wilayah Negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. 
b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan 
perlindungan dan layanan bagi masyarakat bagi tegaknya ketentuan 
peraturan perundang-undangan. 
c. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang 
terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana yang dimaksud ayat 4 
Pasal ini. 
Wewenang penyidik dari pejabat kepolisian Negara adalah (Nico 
Ngani,dkk, 1984;22), adalah ; 
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak 
pidana.
2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian (TKP). 
3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri 
tersangka. 
4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. 
5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. 
6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. 
7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau 
saksi. 
8. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannnya dengan 
pemeriksaan perkara. 
9. Mengadakan penghentian penyidikan. 
10. Mengadakan tindakan lain menurut yang bertanggungjawab. 
Menurut Prakoso (1987:144-149) dalam penggunaan wewenang Polri harus 
berdasarkan pada : 
1. Azas Legalitas 
Legal berarti sah menurut Undang-undang Azas Legalitas ialah azas 
dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang/ 
peraturan perundang-undangan. Tindakan yang tidak didasarkan pada 
peraturan perundang-undangan, ialah tindakan yang melawan hukum. 
2. Azas Oportunitas 
Oportunitas berarti waktu yang tepat atau kesempatan berbuat sesuatu 
atau peluang. 
3.Azas Kewajiban
Azas Kewajiban ialah azas yang memberikan kebsahan bagi tindakan 
Polri yang bersumber kepada kekuasaan dan kewenangan umum. Untuk 
menentukan batas-batas kewajiban dan sekaligus untuk membatasi tindakan 
kepolisian, diperlukan azas-azas yang merupakan sub azas dari kewajiban, 
yakni (Prakoso, 1987:151-152). 
a. Azas Keperluaan (Notwending; noodzkelijk) 
Azas ini menentukan bahwa tindakan hanya dapat diambil 
apabila memeng diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu 
gangguan. 
b. Azas Masalah sebagai patokan (Sachich; Zakelijk) 
Azas ini menghendaki bahwa tindakan yang diambil akan 
dikaitkan dengan masalah yang perlu ditangani. Ini berarti bahwa 
tindakan kepolisian harus memakai pertimbangan-pertimbangan yang 
objektif, tidak boleh mempunyai motif pribadi. 
c. Azas Tujuan sebagai ukuran (Zweckmassig; Doelmating) 
Azas ini menghendaki tindakan yang betul-betul bertujuan untuk 
mencapai sasaran, yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak 
terjadinya suatu ganggua. Ini berarti sasaran yang dipergunakan dalam 
tindakan itu harus tepat untuk serta dapat mencapai sasaran. 
d. Azas Keseimbangan (Everedig) 
Azas ini menghendaki bahwa dalam satu tindakan kepolisian 
harus dipelihara suatau keseimbangan antara sifat keras lunaknya
tindakan atau sarana dipergunakan pada satu pihak, dan besar kecilnya 
suatau gangguan atau berat ringannya suatu objek yang harus ditindak 
pada pihak lainnya. 
Pengertian Penyidik 
Menurut Pasal 1 (ayat) 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 
(KUHAP), Penyidik adalah : Pejabat Polisi Republik Indonesia atau pejabat 
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh Undang-undang 
untuk melakukan penyidikan. 
Pengertian Penyelidikan 
Lamintang (1984:1) mengatakan bahwa penyelidikan adalah serangkaian 
tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga 
sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidak dapat dilakukan 
penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang. 
Pengertian Penyidikan 
Pengertian penyidikan menurut undang-undang, diterangkan dalam pasal 1 
(ayat) 2 KUHAP, bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam 
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta 
mengumpulkan bukti dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang 
terjadi dan guna menemukan tersangka. Kemudian menurut Poerwadarminta 
(1989:893) dalam kamus besar Indonesia adalah serangkaian tindakan penyidik 
yang diatur oleh undang-undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti pelaku 
tindakan pidana.
C. Fungsi dan Kewenangan Penyidik 
Dalam Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 6 
disebut siapa-siapa yang menjadi penyidik, yakni ; 
1). Penyidik adalah ; 
a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia 
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus 
oleh undang-undang. 
2). Syarat kepangkatan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur 
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. 
Dari keterangan bunyi Pasal 6 KUHAP tersebut, dinyatakan tentang siapa-siapa 
sajakah penyidik itu. Dalam Pasal tersebut juga disebutkan tentang syarat 
kepangkatan. Diterangkan bahwa yang menjadi penyidik adalah polisi Negara 
Republik Indonesia dan pegawai negeri sipil tertentu yang ditunjuk oleh Undang-undang. 
Polisi adalah salah satu aparat penegak hukum yang bertugas memelihara 
keamanan, melindungi dan melayani masyarakat. Dengan demikian jika terjadi 
sesuatu yang mengganggu ketertiban dan keamanan di dalam lingkungan 
masyarakat, maka polisi akan turun tangan untuk memelihara pengamanan. 
Demikian pula jika terjadi pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku 
di masyarakat, pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan
yang berlaku secara positif di Negara Indonesia, maka polisilah yang turun 
tangan. Pelangaran yang dimaksud termasuk pelanggaran lalu lintas yang 
dilakukan oleh anak. 
Suatu perkara pidana menjadi urusan polisi oleh karena beberapa hal 
sebagaimana di kemukakan oleh (Karyadi, t: 42) antara lain : 
1. Karena diajukan suatu pemberitahuan (aangifle) oleh seorang yang 
menderita suatu peristiwa pidana atau mengetahui terjadinya suatu tindak 
pidana. 
2. Karena disampaikan suatu pengaduan (klachter) oleh seorang yang 
berkepentingan. 
3. Karena Polisi sendiri mengetahui atau melihat adanya peristiwa yang 
terjadi. 
Dengan demikian jika ada pengaduan dari masyarakat tentang terjadinya 
suatu delik, maka polisi yang mendengar adanya laporan tersebut langsung 
menuju ketempat kejadian yang dilaporkan oleh masyarakat tersebut. Jika laporan 
tersebut merupakan tindak pidana, maka diadakanlah penyidikan. 
D. Pengertian Anak 
Anak adalah merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT. Tuhan Yang 
Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena di dalam dirinya melekat harkat, 
martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi oleh setiap 
manusia. Selain itu juga anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan
penerus cita-cita perjuangan Bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan 
Nasional. 
Dalam bunyi Pasal 330 KUHPerdata dan bunyi Ordonansi 31 Januari 1931 
No. 54 LN. 1931. dapat kita lihat kriteria orang belum dewasa. 
Pasal 330 KUHPerdata (R. Subekti dan Tjitrosudibio,1981: 98) berbunyi 
Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan 
tidak terlebih dahulu kawin. Apabila perkawinan dibubarkan sebelum umur 
mereka 21 tahun maka mereka tidak kembali lagi dalam belum dewasa. Mereka 
yang belum dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di 
bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana diatur dalam bagian 
ketiga, keempat, kelima dan keenam bab ini. 
Ketentuan dalam Pasal 330 KUHPerdata ini hanya berlaku bagi orang Eropa 
dan Golongan Timur Asing (Tionghoa), sehingga bagi golongan Bumi Putera 
(Indonesia) diberikan Staatsblad 1917 No. 138 kemudian dicabut dan diganti 
Staatblad 1931 No. 54 (R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1981 : 99) yang berbunyi: 
Apabila peraturan undang-undang memakai istilah belum dewasa maka sekedar 
mengenai Bangsa Indonesia dengan istilah yang dimaksudkan segala orang yang 
belum mencapai genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu kawin. 
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur dua puluh satu tahun maka 
tidaklah mereka kembali dalam istilah belum dewasa. 
Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 330 KUHPerdata dan bunyi 
Ordonansi 31 Januari 1931 No. 54 LN. 1931 atau Staatsblad 1931 No.54 tersebut 
di atas, maka batasan umur sehingga seseorang dikategorikan anak masih di 
bawah umur yaitu yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan tidak 
dahulu kawin.
Sedangkan dalam KUHP memberikan pengertian mengenai anak yaitu 
dengan memberikan batasan umur sehingga dalam hal penentuan, ada pembedaan 
antara pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. 
Dalam hal ini Pasal 1 butir 1, Pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang nomor 3 
tahun 1997 tentang pengadilan tentang anak menyatakan sebagai berikut : 
Pasal 1 butir 1 : “Anak adalah orang dalam perkara Anak Nakal telah 
mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan 
belas) tahun dan belum pernah kawin”. 
butir 2 : Anak nakal adalah : 
a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau 
b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang 
bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun 
menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam 
masyarakat yang bersangkutan. 
Pasal 2 : “Pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang 
berada di lingkungan Peradilan Umum”. 
Pasal 3 : “Sidang Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut sidang anak 
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara 
anak sebagaimana dalam Undang-undang”. 
Jadi menurut KUHAP apabila seorang anak yang telah berumur di atas 16 
(enam belas) tahun pada waktu melakukan tindak pidana (kejahatan dan 
pelanggaran), maka tuntutannya sama dengan yang diberlakukan pada orang
dewasa, jadi dianggap telah dewasa dan bagi orang belum mencapai umur enem 
belas tahun pada waktu melakukan perbuatan yang dapat dihukum, maka Hakim 
dapat memilih 3 (tiga) alternatif yaitu : 
1. Dikembalikan kepada orang tuanya/walinya. 
2. Ditempatkan di bawah pengawasan Pemerintah. 
3. Menjatuhkan pidana. 
Menurut Poerwadarminta (1990 : 813), mengklasifikasikan batas usia 
seseorang sebagai berikut : 
- Remaja adalah, mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. 
- Muda (tentang anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan). 
- Mulai dewasa, yaitu mulai terbit rasa cinta birahi atau waktu anak-anak 
mulai terbit rasa cinta birahi. 
Aristoteles (Sofyan S. Willis, 1987 : 22), membagi tiga fase perkembangan 
manusia, adalah sebagai berikut : 
1. 0-7 tahun = masa anak-anak 
2. 7-14 tahun = masa sekolah 
3. 14-21 tahun = masa remaja/puberteit 
Zakiyah Daradjat ( 1982 : 6-7 ), berpendapat sebagai berikut : 
Jika dipandang dari segi psikologi, maka batas usia remaja lebih banyak 
bergantung kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Yang dapat 
ditentukan dengan pasti adalah permulaan puber pertama atau mulainya 
perubahan jasmani dari anak-anak menuju dewasa kira-kira umur dua belas tahun 
atau awal tiga belas tahun. Akan tetapi akhir masa remaja tidak sama atau dengan 
yang lainnya.
Pendapat tersebut menekankan bahwa remaja adalah Seseorang dalam usia 
tradisi, yang telah meninggalkan usia kanak-kanak dan masih penuh 
ketergantungan. 
Lain halnya dengan pendapat Sigiri (Romli Atmasasmita, 1987 : 34) bahwa : 
Selama ditubuhnya berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan orang itu 
masih menjadi anak dan baru dewasa bila proses perkembangannya dan 
pertumbuhan itu selesai. Jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan 
permulaan menjadi dewasa yaitu 18 tahun untuk wanita 20 tahun untuk laki-laki, 
seperti halnya di Amerika, Yugoslavia dan Negara-negara barat lainnya di 
Indonesia, tetapi atas dasar Biologis batas 18 tahun sampai 20 tahun yang lebih 
tepat. 
Pendapat Surigi di atas, menekankan bahwa selama berjalan proses 
pertumbuhan dan perkembanagan pada diri seseorang, maka ia masih termasuk 
dalam kategori anak-anak. Soedjono (1986 : 228) menyatakan bahwa “pengertian 
remaja atau juvenile tidaklah tepat diterjemahkan dengan anak-anak karena 
pengertian juvenile itu terlalu umum dan mencakup semua orang yang masih 
muda umurnya” 
Sementara itu batas usia anak, remaja, dan dewasa dengan bertitik tolak 
pada usia remaja, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yulia D. Gunarsa (1983 : 
203) bahwa : “Remaja merupakan masa peralihan antara anak dan masa dewasa 
yakni antara 12 tahun sampai 21 tahun”. 
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian anak di bawah umur 
menurut peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli Hukum, maka 
dapat disimpulkan bahwa pengertian anak di bawah umur adalah seseorang yang 
di bawah 21 (dua puluh satu) tahun atau belum kawin. 
E. Pengertian Kenakalan Anak
Kenakalan anak adalah kenakalan dalam bertingkah laku serta perbuatan 
atau tindakan anak yang bersifat asusila, amoral. Dalam pembahasan ini terdapat 
pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial, agama yang dianut 
masyarakat dan tindakan pelanggaran hukum, serta pelanggaran terhadap tata 
tertib sekolah. Konsep tersebut dijelaskan oleh seorang ahli sebagai berikut: 
“Kenakalan anak merupakan suatu perbuatan yang tidak baik, perbuatan dosa 
maupun sebagai mana dan rasa tidak puas, kegelisahan mengganggu ketenangan 
dan kepentingan orang lain dan kadang-kadang diri sendiri “. (Zajcaria Darojah, 
1983:113). 
Berdasarkan konsep pengertian di atas kenakalan anak merupakan suatu 
tindakan atau perbuatan yang selalu bertentangan dengan norma-norma atau 
peraturan yang berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan 
sekolah khususnya. Sedangkan pakar yang lain menjelaskan tentang kenakalan 
anak sebagai berikut: 
1. Kenakalan anak disebabkan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat 
pelanggaran dan nilai-nilai yang berlaku. 
2. Mempunyai tujuan dengan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai 
atau norma sosial yang ada di lingkungannya. 
3. Perbuatan yang dilakukan selalu merugikan lingkungan. 
4. Kenakalan anak dapat dilakukan secara individu dan kelompok. (Singgih 
Gunarsa, 1981 : 30). 
Dengan demikian kenakalan anak merupakan suatu perbuatan yang 
dilakukan oleh anak yang tindakannya tersebut bertentangan dengan norma-norma, 
aturan maupun tata tertib di masyarakat, keluarga, sekolah dan tindakan
tersebut bersifat merugikan lingkungannya. Kenakalan anak pada umumnya dapat 
terjadi di suatu daerah yang disebabkan oleh kurangnya rasa kasih sayang atau 
perhatian oleh orang tua kepada anak-anaknya. 
F. Faktor Penyebab Kenakalan dan Penanggulangannya 
F.1. Faktor Penyebab Kenakalan 
a. Faktor Ekonomi 
Terjadinya kenakalan yang menyebabkan kejahatan disebabkan karena 
ekonomi orang tua yang rendah (miskin) sedangkan kebutuhan mendesak untuk 
dipenuhi, tekanan atau desakan seperti itu yang menyebabkan si anak melakukan 
kejahatan yang merupakan jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan mereka. 
b. Faktor Lingkungan 
Lingkungan seseorang ternyata cukup berpengaruh terhadap pembentukan 
karakter yang bersangkutan, kalau lingkungan baik, kemungkinan perilakunya 
pun akan baik, tapi kalau bergaul dengan anak yang sering melakukan kenakalan 
kemungkinan akan terpengaruh sehingga ikut berbuat kenakalan. 
c. Faktor Rendahnya Pendidikan. 
Tingkat pendidikan si anak juga ikut mendorong cara anak berfikir, 
bertindak dan mengambil keputusan. Anak yang berpendidikan rendah atau 
bahkan tidak berpendidikan cara berfikirnya tentu tidak sama dengan anak yang 
mempunyai pendidikan. 
F.2. Penanggulangannya 
Upaya penggulangannya adalah sebagai berikut :
1. Penanggulangan secara Preventif, wujudnya mengadakan ceramah-ceramah 
di sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut atas, mengenai 
pentingnya pengetahuan tentang Agama, kesadaran hukum, bahaya Narkotika, 
kesadaran berlalulintas dan hal-hal yang dapat meresahkan masyarakat, 
menjauhkan anak-anak dari sarana yang mendorong mereka untuk melakukan 
kenakalan. 
2. Penanggulangan secara Represif, wujudnya berupa memberikan hukuman 
terhadap pelaku kejahatan tersebut dalam batas-batas kewajaran yang diberikan 
oleh undang-undang. 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. Lokasi Penelitian 
Lokasi penelitian dilakukan di kota Denpasar yakni di Polresta Denpasar. 
Alasan penulis memilih kota Denpasar sebagai lokasi penelitian karena di 
Denpasar banyak indikasi-indikasi kenakalan yang dilakukan oleh anak, sehingga 
penelitian ini sangat tepat apabila dilakukan di kota Denpasar. Pertimbangan lain 
bahwa Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Propivinsi Bali dan sebagai pusat dan 
gerbang pariwisata Indonesia menjadi ukuran keamanan dan jaminan untuk
wisatawan yang berkunjung yang senantiasa wajib dijaga keamanan dan 
ketertibannya. 
B. Populasi dan Sampel 
B.1. Populasi 
Populasi penelitian adalah jajaran atau anggota Polri khususnya 
wilayah hukum Polresta Denpasar yang mempunyai tugas dan 
tanggungjawab langsung tentang penanganan tindak pidana dan 
penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. 
B.2. Sampel 
Sampel dalam penelitian ini 10 orang dari pejabat yang berwenang 
dalam memberikan perintah, tentang pelaksanaan tugas dan wewenang 
tentang penangulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. 
C. Jenis dan Sumber Data 
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, data yang 
diperoleh langsung dari penelitian, termasuk apa yang di dengar dan disaksikan 
sendiri oleh penulis. 
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, hasil kajian 
buku-buku karya Ilmiah serta peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya 
dengan proposal ini. 
D. Teknik Pengumpulan Data 
Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan dua metode, yakni ;
1.Wawancara 
Dalam teknik wawancara penulis melakukan tanya jawab langsung 
kepada pihak responden dalam hal ini pihak Polresta Denpasar, sebagai 
pihak pembinaan dan penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. 
2.Penelitian Pustaka 
Dalam melakukan teknik penelitian kepustakaan penulis melakukan 
dengan cara membaca buku-buku literatur sebagai sumber teori serta 
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan skripsi ini. 
E. Analisis Data 
Data dari primer maupun data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini 
maka penulis menggunakan metode analisis kualitatif kemudian 
mendeskripsikannya kedalam sebuah konklusi umum yang akan penulis 
rampungkan kemudian dalam bentuk laporan hasil penelitian (skripsi) 
PERSETUJUAN PEMBIMBING 
Diterangkan bahwa skripsi tersebut di bawah ini : 
Nama : Norsel Maranden 
NO. Stambuk/Nim : 012.501.0.098 
Program Studi : Ilmu Hukum 
Program Kekhususan : Hukum Pidana 
Judul Skripsi : 
Fungsi Kepolisian Dalam Penanggulangan Kenakalan Yang 
Dilakukan Oleh Anak Di Kota Denpasar
(Study Kasus di Polrestabes Denpasar) 
Dasar Penetapan Pembimbing : 
Telah diperiksa dan disetujui untuk dimajukan dalam ujian skripsi 
Menyetujui : 
Pembimbing I Pembimbing II 
Mengetahui : 
Ketua Bagian 
Hukum Pidana

More Related Content

What's hot

Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggiSlide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Pajeg Lempung
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
Manunggal Amethyst
 
Implementasi pancassila dalam kebijakan negara
Implementasi pancassila dalam  kebijakan negaraImplementasi pancassila dalam  kebijakan negara
Implementasi pancassila dalam kebijakan negara
Vidya Fertika
 
teori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologiteori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologi
Taufikkurrahman Taufikkurrahman
 
Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
yudikrismen1
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Irvan Berutu
 
Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajak
aidilsukri
 
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawKonsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
TOFIK SUPRIYADI
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
Teuku Alaidinsyah
 
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam SantosoTokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
Khrisna Ariyudha
 
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
Abid Zamzami
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
FRANKLYN_SS
 
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
Idik Saeful Bahri
 
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkunganLaporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
friska silalahi
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
yudikrismen1
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
Dadang Solihin
 
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan SosialDampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
Apep Wahyudin
 
Ajaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerahAjaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerah
Brandal Loka Jaya
 
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan KedamaianPeran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
Muhamad Yogi
 

What's hot (20)

Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggiSlide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
Slide peningkatan kesadaran pajak dalam perguruan tinggi
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
 
Implementasi pancassila dalam kebijakan negara
Implementasi pancassila dalam  kebijakan negaraImplementasi pancassila dalam  kebijakan negara
Implementasi pancassila dalam kebijakan negara
 
teori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologiteori dan madzhab kriminologi
teori dan madzhab kriminologi
 
Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
 
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
Makalah pendidikan pancasila (kajian nilai nilai pancasila)
 
Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajak
 
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of lawKonsepsi rechtstaat dan rule of law
Konsepsi rechtstaat dan rule of law
 
Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)Deasy 2 (surat dakwaan)
Deasy 2 (surat dakwaan)
 
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam SantosoTokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
Tokoh Anti Korupsi Hoegeng Imam Santoso
 
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
(2) hubungan htn dengan han dan sumber hukum 1
 
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang MemengaruhinyaHakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
Hakikat Penegakan Hukum, Aparat Penegakan Hukum, dan Faktor yang Memengaruhinya
 
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
Hukum Ketenagakerjaan - Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Idik S...
 
Materi kewarganegaraan
Materi kewarganegaraanMateri kewarganegaraan
Materi kewarganegaraan
 
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkunganLaporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
Laporan tugas mata kuliah sumberdaya alamiah dan lingkungan
 
Sistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidanaSistem peradilan pidana
Sistem peradilan pidana
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan SosialDampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
Dampak IPTEK Terhadap kehidupan Sosial
 
Ajaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerahAjaran otonomi daerah
Ajaran otonomi daerah
 
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan KedamaianPeran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
Peran Lembaga Penegak Hukum Dalam Menjamin Keadilan dan Kedamaian
 

Viewers also liked

Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakPenegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakCandra Putra
 
Proposal skripsi q
Proposal skripsi qProposal skripsi q
Proposal skripsi q
Qim Luqman
 
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
DELA ASFARINA
 
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
Cristina Castañeda
 
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
Keito Kojima
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
Norsel Maranden
 
Volunteer work
Volunteer work Volunteer work
Volunteer work
Mariam Khachanyan
 
Մխիթար Սեբաստացի
Մխիթար ՍեբաստացիՄխիթար Սեբաստացի
Մխիթար Սեբաստացի
Mariam Khachanyan
 
CherryBombClothes
CherryBombClothesCherryBombClothes
CherryBombClothesABrown31
 
תאוריית ההתקשרות
תאוריית ההתקשרותתאוריית ההתקשרות
תאוריית ההתקשרות
alonhmdt
 
About my school
About my schoolAbout my school
About my school
Mariam Khachanyan
 
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایرانProtected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
University of Twente
 
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددیسنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
University of Twente
 
Keohane
KeohaneKeohane
Keohane
Montse Solis
 
2014 ECAC Football Bowls GuideX
2014 ECAC Football Bowls GuideX2014 ECAC Football Bowls GuideX
2014 ECAC Football Bowls GuideXGuy Fortt
 
Ask Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find InformationAsk Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find Information
uppitycap7621
 

Viewers also liked (20)

Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anakPenegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
Penegakkan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan oleh anak
 
Proposal skripsi q
Proposal skripsi qProposal skripsi q
Proposal skripsi q
 
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
 
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
The drugs on the billboards top ten of 2010-2013
 
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
Nucleus -ソーシャルメディア解析サービスのデザイン-
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
 
Volunteer work
Volunteer work Volunteer work
Volunteer work
 
Մխիթար Սեբաստացի
Մխիթար ՍեբաստացիՄխիթար Սեբաստացի
Մխիթար Սեբաստացի
 
PIER-CV
PIER-CVPIER-CV
PIER-CV
 
CherryBombClothes
CherryBombClothesCherryBombClothes
CherryBombClothes
 
תאוריית ההתקשרות
תאוריית ההתקשרותתאוריית ההתקשרות
תאוריית ההתקשרות
 
About my school
About my schoolAbout my school
About my school
 
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایرانProtected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
Protected areas in Iran-مناطق حفاظت شده در ایران
 
my fatherland
my fatherlandmy fatherland
my fatherland
 
index_result_ukr9
index_result_ukr9index_result_ukr9
index_result_ukr9
 
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددیسنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
سنجش سطح توسعه یافتگی استان مازندران با روش تاکسونومی عددی
 
Keohane
KeohaneKeohane
Keohane
 
2014 ECAC Football Bowls GuideX
2014 ECAC Football Bowls GuideX2014 ECAC Football Bowls GuideX
2014 ECAC Football Bowls GuideX
 
Ask Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find InformationAsk Questions, Get Answers, Find Information
Ask Questions, Get Answers, Find Information
 
DIGG
DIGGDIGG
DIGG
 

Similar to Proposal Skripsi

PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Hukum pidana anak
Hukum pidana anakHukum pidana anak
Hukum pidana anak
Nakano
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiAndrean Tan
 
ppt hukum.pptx
ppt hukum.pptxppt hukum.pptx
ppt hukum.pptx
DaifanFadilah
 
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANAPERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
eli priyatna laidan
 
Hukum progresif
Hukum progresifHukum progresif
Hukum progresif
rara wibowo
 
konsep anak.pdf
konsep anak.pdfkonsep anak.pdf
konsep anak.pdf
PanduBryant
 
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
MAfrizal5
 
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorifTinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
muammarzhorif
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
Operator Warnet Vast Raha
 
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anakTmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Khalid Al Qadri
 
Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
Ibnu Surachman
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
DELA ASFARINA
 
Problematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesiaProblematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesia
noidmedia virtual
 
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
noidmedia virtual
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
Ucke Gadzali
 
kocag.pptx
kocag.pptxkocag.pptx
kocag.pptx
SherlynayNaylas
 

Similar to Proposal Skripsi (20)

PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
PERANAN UNIT PELAYANAN PEREMPUAN DAN ANAK (PPA) DALAM MENANGANI ANAK SEBAGAI ...
 
Hukum pidana anak
Hukum pidana anakHukum pidana anak
Hukum pidana anak
 
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana KorupsiCara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
Cara Pengadilan Mengeksekusi Tindak Pidana Korupsi
 
ppt hukum.pptx
ppt hukum.pptxppt hukum.pptx
ppt hukum.pptx
 
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANAPERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
PERLIDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR PELAKU TINDAK PIDANA
 
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
Rpp ppkn sma xi bab 5 pertemuan 2
 
Hukum progresif
Hukum progresifHukum progresif
Hukum progresif
 
01. laporan pkm magang
01. laporan pkm magang01. laporan pkm magang
01. laporan pkm magang
 
konsep anak.pdf
konsep anak.pdfkonsep anak.pdf
konsep anak.pdf
 
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
Pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak...
 
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorifTinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
Tinjauan kriminologis tindak pidana penyalahgunaan narkotika zhorif
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anakTmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
Tmk perlindungan dan pemberdayaan hak anak
 
Analisis uu
Analisis uu Analisis uu
Analisis uu
 
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikanpenerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
penerapan asas praduga tak bersalah dalam proses penyidikan
 
Problematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesiaProblematika penegakan hukum di indonesia
Problematika penegakan hukum di indonesia
 
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
Problematika penegakan hukum di indonesia(1) (1)
 
Tugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polriTugas dan wewenang polri
Tugas dan wewenang polri
 
kocag.pptx
kocag.pptxkocag.pptx
kocag.pptx
 
Konsep Dasar IPS
Konsep Dasar IPSKonsep Dasar IPS
Konsep Dasar IPS
 

More from Norsel Maranden

Hukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawHukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal Law
Norsel Maranden
 
Penelitian Amnesty
Penelitian AmnestyPenelitian Amnesty
Penelitian Amnesty
Norsel Maranden
 
Pengertian pidana mati
Pengertian pidana matiPengertian pidana mati
Pengertian pidana mati
Norsel Maranden
 
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTSTHE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
Norsel Maranden
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
Norsel Maranden
 
Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945
Norsel Maranden
 
RUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMANRUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMAN
Norsel Maranden
 
Sejarah Unclos III
Sejarah Unclos IIISejarah Unclos III
Sejarah Unclos III
Norsel Maranden
 
Makalah Hukum Laut
Makalah Hukum LautMakalah Hukum Laut
Makalah Hukum Laut
Norsel Maranden
 
Makalah Pasar Modal
Makalah Pasar ModalMakalah Pasar Modal
Makalah Pasar Modal
Norsel Maranden
 
Kalender Akademik
Kalender AkademikKalender Akademik
Kalender Akademik
Norsel Maranden
 
Cara Membuat Makalah
Cara Membuat MakalahCara Membuat Makalah
Cara Membuat Makalah
Norsel Maranden
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
Norsel Maranden
 
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerahUndang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Norsel Maranden
 
Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia
Norsel Maranden
 
Makalah
MakalahMakalah

More from Norsel Maranden (16)

Hukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal LawHukum Pidana Criminal Law
Hukum Pidana Criminal Law
 
Penelitian Amnesty
Penelitian AmnestyPenelitian Amnesty
Penelitian Amnesty
 
Pengertian pidana mati
Pengertian pidana matiPengertian pidana mati
Pengertian pidana mati
 
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTSTHE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
THE UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS
 
Undang-Undang Kepolisian
Undang-Undang KepolisianUndang-Undang Kepolisian
Undang-Undang Kepolisian
 
Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945Amandemen IV UUD 1945
Amandemen IV UUD 1945
 
RUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMANRUU PPHMA versi AMAN
RUU PPHMA versi AMAN
 
Sejarah Unclos III
Sejarah Unclos IIISejarah Unclos III
Sejarah Unclos III
 
Makalah Hukum Laut
Makalah Hukum LautMakalah Hukum Laut
Makalah Hukum Laut
 
Makalah Pasar Modal
Makalah Pasar ModalMakalah Pasar Modal
Makalah Pasar Modal
 
Kalender Akademik
Kalender AkademikKalender Akademik
Kalender Akademik
 
Cara Membuat Makalah
Cara Membuat MakalahCara Membuat Makalah
Cara Membuat Makalah
 
Undang-Undang
Undang-UndangUndang-Undang
Undang-Undang
 
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerahUndang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 pemerintahan daerah
 
Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 

Recently uploaded

INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 

Recently uploaded (20)

INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 

Proposal Skripsi

  • 1. FUNGSI KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN KENAKALAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI KOTA DENPASAR (Study Kasus di Wilayah Hukum Polrestabes Denpasar) OLEH NORSEL MARANDEN 012.501.0.098 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Untuk Penyusunan Skripsi FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR BALI 2015
  • 2. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..............................................................................................i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................ ii. DAFTAR ISI........................................................................................................iii. I. PENDAHULUAN...............................................................................................1. A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1. B. Rumusan Masalah…………....………...………...............………...........8. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................8 II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................10. A. Fungsi Hukum.........................................................................................10. B. Fungsi Polisi......................................................…...………..........….....12. C. Penyidik, Fungsi dan Kewenangannya...................................................18. D. Pengertian Anak......................................................................................19. E. Pengertian Kenakalan Anak....................................................................24. F. Faktor Penyebab Kenakalan dan Upaya Penanggulangannya.................25. III. METODE PENELITIAN................................................................................27. A. Lokasi Penelitian.....................................................................................27. B. Populasi dan Sampel...............................................................................27. C. Jenis dan Sumber Data............................................................................28. D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................28. E. Analisis Data...........................................................................................29.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka terwujudnya masyarakat yang tertib, aman dan damai maka kepastian hukum dalam suatu masyarakat merupakan syarat utama. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban dalam suatu masyarakat diperlukan upaya penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat yang dilakukan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang didukung oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Perkembangan kemajuan yang cukup pesat dan jumlah penduduk yang sangat padat seiring merebaknya paradigma penegakan supremasi hukum, Hak Asasi Manusia, era globalisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas telah banyak melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, fungsi, wewenang dan tanggungjawab Kepolisian Negara Republik Indonesia yang semakin meningkat dan lebih berorientasi pada pelayanan ketertiban dan keamanan masyarakat yang dilayaninya. Dalam rangka mengantipasi era globalisasi seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi di semua aspek kehidupan masyarakat, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia dituntut untuk lebih professional, bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.
  • 4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai bagian integral fungsi pemerintahan Negara mempunyai tatanan tugas dan wewenang yang sangat luas, oleh karena fungsi Kepolisian tidak hanya pada aspek represif dalam kaitan dengan proses pidana khususnya pada tingkat penyidikan, tetapi mencakup pula aspek preventif. Beberapa tugas-tugas yang melekat pada fungsi utama administrasi Negara mulai dari bimbingan dan pengaturan sampai dengan tindakan Kepolisian yang bersifat administrasi yang bukan kompetensi pengadilan. Aspek preventif dalam penangan kasus kejahatan dan pelanggaran di lapangan nampak terlihat dalam peranan Kepolisian Negara Republik Indonesia selaku Pengayom yang memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat serta selaku pembimbing masyarakat kearah terwujudnya tertib dan tegaknya hukum dan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, serta peegakan hukum. Tugas Kepolisian dalam penegakan hukum semakin berat oleh karena di satu sisi Kepolisian wajib memedomani dan menaati ketentuan Undang-undang, di lain sisi polisi diwajibkan juga mengembangkan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri, yakni kewenangan diskresi.
  • 5. Sebagai suatu kegiatan sosial masalah kenakalan anak tidak dapat dihindarkan dan memang selalu ada, kapan dan di mana saj serta tidak dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya dapat diupayakan seminimal mungkin kualitas dan kuantitasnya. Tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia secara tegas telah diatur dalam Undang-undang Nomor nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), terutama dalam proses pidana sebagai penyelidik dan penyidik serta melaksanakan koordinasi dan pengawasan terhadap penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang. Lahirnya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai pengganti dari Het Herzine Inlands Reglement (HIR) yang tidak sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum Nasional merupakan era baru dalam bidang hukum, khususnya Hukum Acara Pidana. Hukum Acara Pidana merupakan sarana penting dalam penegakan hukum pidana yang merupakan hukum publik yang mengatur langsung kehidupan masyarakat serta hak-hak Asasi Manusia. Demikian juga Hukum Acara Pidana mengatur proses peradilan pidana mulai tingkat penyidikan sampai dengan pelaksanaan putusan pengadilan. Proses peradilan pada tingkat penyidikan yang merupakan wewenang kepolisian membawa perubahan di dalam taktik dan teknik penyidiakan, khususnya taktik dan teknik pada pemeriksaan tersangka. Hal ini secara tegas diatur dalam pedoman pelaksanaan KUHAP (1982:23) yang menegaskan :
  • 6. Berlakunya KUHAP dengan segala perubahan di dalam sistem peradilan pidana pada umumnya, dan khususnya sistim penyidikan, peningkatan personal, peralatan, dana dan sarana-sarana lainnya baik kuantitatif maupun kualitatif guna melaksanakan tugas polri pada umumnya khususnya tugas reserse yang mengemban tugas penyidikan berdasarkan KUHAP. Hal ini sangat menentukan dalam rangka penegakan hukum, khususnya pencegahan dan penanggulangan kejahatan diantaranya kenakalan yang dilakukan oleh anak yang merupakan tugas pokok kepolisian. Sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang tugas dan wewenang Kepolisian Republik Indonesia pada Pasal 13 ayat : 1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. 2. Menegakkan hukum, dan 3. Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan instrumen tersebut di atas tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia adalah mewujudkan keamanan dalam negeri merupakan syarat mutlak untuk mendukung terwujudnya masyarakat madani, adil, makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Kepolisian Republik Indonesia dalam menjalankan tugas dan wewenang perlu dibantu dan didukung oleh seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan rasa aman dan tentram dalam rangka mencegah terjadinya kenakalan yang dilakukan oleh anak. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai salah satu wahana pembangunan Nasional yang perlu ditingkatkan secara berkesinambungan, khusunya bagi sektor pendidikan, baik
  • 7. formal maupun non formal, yang banyak melibatkan generasi muda, remaja, dan anak-anak sebagai peserta didik. Anak-anak dan remaja berada dalam masa transisi yang sedang mencari identitas diri sehingga tidak terlepas dari persoalan-persoalan yang mengiringi masa pertumbuhannya. Dalam masa transisi tersebut tidak sedikit anak-anak yang mengalami tekanan batin yang menggelisahkan dirinya, baik karena faktor internal atau pengaruh yang berasal dari diri individu itu sendiri, maupun faktor ekstern atau pengaruh lingkungan, karena lingkungan banyak memberikan inspirasi dan membentuk perilaku sebagai suatu kebiasaan. Masing-masing faktor tersebut itu selain mempengaruhi dan ikut menentukan sifat individual seseorang sebagai orang pribadi, terlebih khusus usia anak-anak yang sagat cepat dan rentan menerima apa yang dilihat, didengar, dan dialami sebagai pengaruh , baik positif maupun negatif. Indonesia merupakan Negara hukum yang dimana salah satu hukumnya yaitu hukum pidana yang mengatur tentang kejahatan dan pelanggaran serta penghukuman atasnya, di muat dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHPidana). Selain itu juga kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh anak telah diatur tersendiri dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, dan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perlindungan hak-hak, yaitu dengan ditetapkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Sehingga tindakan kenakalan yang dilakukan anak perlu mendapat pengkajian dan perhatian dan serius. Sehingga pemberian sanksi tidak
  • 8. meninggalkan aspek pembinaan, dan dari sisi lainnya tidak melanggar perlindungan hak-hak asasi anak. Kejahatan (Crime) yang dilakukan oleh orang dewasa, tidak dapat disamakan begitu saja dengan kenakalan anak atau remaja (Juvenil Deliquency) yang biasa dilakukan oleh anak, sebab harus dibedakan sifat dan bentuk perbuatan seorang anak dengan perbuatan orang dewasa. Perbuatan orang dewasa sudah didasari sikap kesengajaan dalam arti penuh yang telah dipertimbangkan dan dipikirkan secara matang. Sedangkan perbuatan anak dalam hal ini kenakalan anak masih terpengaruh oleh masa pencarian identitas diri dan sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan fisik dan mental yang belum stabil/matang, sehingga dapat dikatakan masa anak-anak dan remaja merupakan masa teransisi dari anak ke remaja. Bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak secara faktual, misalnya dalam mengendarai roda dua tanpa mematuhi aturan lalu lintas terutama pada akhir-akhir ini menjelang ujian akhir kelulusan SLTA, dimana anak secara berkelompok-kelompok dengan berkendaraan roda dua di jalan raya tanpa memakai helm begitupun mereka secara bersamaan tidak mengindahkan trafficlight dan begitupun terhadap bentuk kenakalan lainnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik mengajukan Skipsi yang berjudul “Fungsi Polisi Dalam Penanggulangan Kenakalan yang dilakukan oleh Anak”.
  • 9. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah tugas dan fungsi Kepolisian Wilayah hukum Polresta Denpasar sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku? 2. Upaya apakah yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dalam menanggulangi kenakalan yang dilakukan oleh anak? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian C.1. Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui tugas dan fungsi Polri dalam penanganan kenakalan yang dilakukan oleh anak berdasarkan KUHAP dan Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, b. Untuk mempelajari dan menganalisis upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan yang dilakukan oleh anak. C.2. Kegunaan Penelitian adalah : Adapun kegunaan penelitian dari penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan sebagai berikut : Praktek : Sebagai bahan masukan bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para penegak hukum pada khususnya untuk dapat mengambil langkah-
  • 10. langkah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. Teoritis : Diharapkan pula agar dapat menjadi salah satu bahan referensi dan kepustakaan bagi rekan mahasiswa fakultas Hukum, dan kalangan yang berminat mengkaji lebih lanjut, khusunya menambah khasanah perpustakaan fakultas Hukum Universitas Dwijendra Denpasar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Hukum Hukum sebagai kaidah, pada dasarnya menempatkan hukum sebagai pedoman yang mengatur kehidupan dalam bermasyarakat agar tercipta ketentraman dan ketertiban bersama. Berdasarakan uraian tersebut di atas E. Utrecht (2006:38), menyatakan bahwa: “Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu”. Capitant melihat bahwa, hukum adalah keseluruhan daripada norma-norma yang secara mengikat mengatur hubungan yang berbelit-belit antara manusia dalam masyarakat. Definisi ini seperti yang dikemukakan oleh Roscoe Pound yakni :
  • 11. “Hukum adalah sekumpulan penuntun yang berwibawa atau dasar-dasar ketetapan yang dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu teknik yang berwenang atas latar belakang cita-cita tentang ketertiban masyarakat dan hukum yang sudah diterima”. Mempertimbangkan kembali teori hukum progresif menurut Satjipto Raharjo (2006:38) bahwa gagasan hukum progresif menempati posisi hukum tersendiri. Berbagai kalangan dalam penanganan suatu kasus hukum, khususnya di dalam negeri yang menekankan preposisi teori hukum progresif. Terutama penekanan pada unsur kemanfaatan berupa ketentraman manusia dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara. Progresivisme bertolak dari pandangan kemanusiaan, bahwa manusia pada dasarnya adalah baik, memiliki sifat kasih sayang serta kepedulian terhadap sesama sebagai modal penting bagi membangun kehidupan berhukum dalam masyarakat. Progresivisme tidak ingin menjadikan hukum sebagai teknologi yang tidak bernurani, melainkan suatu institusi yang bermoral kemanusiaan. Asumsi yang mendasari progresivisme hukum adalah : 1. Hukum adalah untuk manusia, dan tidak untuk dirinya sendiri. 2. Hukum itu selalu berada pada status law in the making dan tidak bersifat final. 3. Hukum adalah institusi yang bermoral kemanusiaan, dan bukan teknologi yang tidak bernurani. Atas dasar asumsi ceritera hukum, Hukum progresif adalah : 1. Mempunyai tujuan besar berupa kesejahteraan dan kebahagian manusia. 2. Memuat kandungan moral kemanusiaan yang sangat kuat.
  • 12. 3. Hukum progresif adalah “hukum yang membebaskan” meliputi dimensi yang amat luas yang tidak hanya bergerak pada ranah praktik, melainkan juga teori. 4. Bersifat kritis dan fungsional, oleh karena ia tidak henti-hentinya melihat kekurangan yang ada dan menemukan jalan untuk memperbaikinya. Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada dasarnya berlaku dan untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan ketertiban. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, (Samidjo dan A. Sahal), menyatakan : “Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban juga meliputi lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai kenyataan dalam masyarakat” Selanjutnya menurut L.J Van Aveldoorn (2006:32) menegaskan bahwa tujuan hukum ialah pengaturan kehidupan masyarakat secara adil dan damai dengan mengadakan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menurut Jeremy Bentham menegaskan bahwa tujuan hukum ialah sedapat mungkin mendatangkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Sementara menurut Soerjono Soekanto (2006:35), dalam pandangan para ahli hukum terdapat dua bidang kajian yang meletakkan fungsi hukum di dalamnya yaitu: 1. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya netral (duniawi, lahiriah), hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat (social Engineering).
  • 13. 2. Terhadap bidang-bidang kehidupan masyarakat yang sifatnya peka (sensitive, rohaniah), hukum berfungsi sebagai sarana untuk melakukan pengendalian social (social control). B. Fungsi Kepolisian Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai alat Negara kepolisian secara umum memiliki fungsi dan tugas pokok kepolisian. Dalam hal ini pada Pasal 13, dan Pasal 14 butir 1 dan 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan sebagai berikut: Pasal 13 : Tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. Menegakkan hukum, dan c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Pasal 14 butir 1 : Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas : a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan perintah sesuai kebutuhan; b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan;
  • 14. c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional; e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa; g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; k. Memberi pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 15. butir 2 : Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf F diatur lebih lanjut dengan perturan pemerintah. Di bidang penegakan hukum secara khusus kepolisian bertugas melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum Acara pidana dan peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh wewenang polisi yang dinyatakan dalam Pasal 30 ayat 4 Undang-undang nomor 20 tahun 1982 (D.P.M. Sitopul dan Edward Syahperenong), (1985:24) menyatakan bahwa : a. Selaku alat Negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan ketertiban hukum dan bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah Negara guna mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan layanan bagi masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan perundang-undangan. c. Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana yang dimaksud ayat 4 Pasal ini. Wewenang penyidik dari pejabat kepolisian Negara adalah (Nico Ngani,dkk, 1984;22), adalah ; 1. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
  • 16. 2. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian (TKP). 3. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan menerima tanda pengenal diri tersangka. 4. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. 5. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. 6. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. 7. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. 8. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannnya dengan pemeriksaan perkara. 9. Mengadakan penghentian penyidikan. 10. Mengadakan tindakan lain menurut yang bertanggungjawab. Menurut Prakoso (1987:144-149) dalam penggunaan wewenang Polri harus berdasarkan pada : 1. Azas Legalitas Legal berarti sah menurut Undang-undang Azas Legalitas ialah azas dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang/ peraturan perundang-undangan. Tindakan yang tidak didasarkan pada peraturan perundang-undangan, ialah tindakan yang melawan hukum. 2. Azas Oportunitas Oportunitas berarti waktu yang tepat atau kesempatan berbuat sesuatu atau peluang. 3.Azas Kewajiban
  • 17. Azas Kewajiban ialah azas yang memberikan kebsahan bagi tindakan Polri yang bersumber kepada kekuasaan dan kewenangan umum. Untuk menentukan batas-batas kewajiban dan sekaligus untuk membatasi tindakan kepolisian, diperlukan azas-azas yang merupakan sub azas dari kewajiban, yakni (Prakoso, 1987:151-152). a. Azas Keperluaan (Notwending; noodzkelijk) Azas ini menentukan bahwa tindakan hanya dapat diambil apabila memeng diperlukan untuk mencegah terjadinya suatu gangguan. b. Azas Masalah sebagai patokan (Sachich; Zakelijk) Azas ini menghendaki bahwa tindakan yang diambil akan dikaitkan dengan masalah yang perlu ditangani. Ini berarti bahwa tindakan kepolisian harus memakai pertimbangan-pertimbangan yang objektif, tidak boleh mempunyai motif pribadi. c. Azas Tujuan sebagai ukuran (Zweckmassig; Doelmating) Azas ini menghendaki tindakan yang betul-betul bertujuan untuk mencapai sasaran, yaitu hilangnya suatu gangguan atau tidak terjadinya suatu ganggua. Ini berarti sasaran yang dipergunakan dalam tindakan itu harus tepat untuk serta dapat mencapai sasaran. d. Azas Keseimbangan (Everedig) Azas ini menghendaki bahwa dalam satu tindakan kepolisian harus dipelihara suatau keseimbangan antara sifat keras lunaknya
  • 18. tindakan atau sarana dipergunakan pada satu pihak, dan besar kecilnya suatau gangguan atau berat ringannya suatu objek yang harus ditindak pada pihak lainnya. Pengertian Penyidik Menurut Pasal 1 (ayat) 1 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Penyidik adalah : Pejabat Polisi Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kewenangan khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. Pengertian Penyelidikan Lamintang (1984:1) mengatakan bahwa penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidak dapat dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang. Pengertian Penyidikan Pengertian penyidikan menurut undang-undang, diterangkan dalam pasal 1 (ayat) 2 KUHAP, bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka. Kemudian menurut Poerwadarminta (1989:893) dalam kamus besar Indonesia adalah serangkaian tindakan penyidik yang diatur oleh undang-undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti pelaku tindakan pidana.
  • 19. C. Fungsi dan Kewenangan Penyidik Dalam Kitap Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 6 disebut siapa-siapa yang menjadi penyidik, yakni ; 1). Penyidik adalah ; a. Pejabat polisi Negara Republik Indonesia b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang. 2). Syarat kepangkatan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Dari keterangan bunyi Pasal 6 KUHAP tersebut, dinyatakan tentang siapa-siapa sajakah penyidik itu. Dalam Pasal tersebut juga disebutkan tentang syarat kepangkatan. Diterangkan bahwa yang menjadi penyidik adalah polisi Negara Republik Indonesia dan pegawai negeri sipil tertentu yang ditunjuk oleh Undang-undang. Polisi adalah salah satu aparat penegak hukum yang bertugas memelihara keamanan, melindungi dan melayani masyarakat. Dengan demikian jika terjadi sesuatu yang mengganggu ketertiban dan keamanan di dalam lingkungan masyarakat, maka polisi akan turun tangan untuk memelihara pengamanan. Demikian pula jika terjadi pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat, pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan
  • 20. yang berlaku secara positif di Negara Indonesia, maka polisilah yang turun tangan. Pelangaran yang dimaksud termasuk pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak. Suatu perkara pidana menjadi urusan polisi oleh karena beberapa hal sebagaimana di kemukakan oleh (Karyadi, t: 42) antara lain : 1. Karena diajukan suatu pemberitahuan (aangifle) oleh seorang yang menderita suatu peristiwa pidana atau mengetahui terjadinya suatu tindak pidana. 2. Karena disampaikan suatu pengaduan (klachter) oleh seorang yang berkepentingan. 3. Karena Polisi sendiri mengetahui atau melihat adanya peristiwa yang terjadi. Dengan demikian jika ada pengaduan dari masyarakat tentang terjadinya suatu delik, maka polisi yang mendengar adanya laporan tersebut langsung menuju ketempat kejadian yang dilaporkan oleh masyarakat tersebut. Jika laporan tersebut merupakan tindak pidana, maka diadakanlah penyidikan. D. Pengertian Anak Anak adalah merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena di dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi oleh setiap manusia. Selain itu juga anak sebagai bagian dari generasi muda yang merupakan
  • 21. penerus cita-cita perjuangan Bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan Nasional. Dalam bunyi Pasal 330 KUHPerdata dan bunyi Ordonansi 31 Januari 1931 No. 54 LN. 1931. dapat kita lihat kriteria orang belum dewasa. Pasal 330 KUHPerdata (R. Subekti dan Tjitrosudibio,1981: 98) berbunyi Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak terlebih dahulu kawin. Apabila perkawinan dibubarkan sebelum umur mereka 21 tahun maka mereka tidak kembali lagi dalam belum dewasa. Mereka yang belum dewasa yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana diatur dalam bagian ketiga, keempat, kelima dan keenam bab ini. Ketentuan dalam Pasal 330 KUHPerdata ini hanya berlaku bagi orang Eropa dan Golongan Timur Asing (Tionghoa), sehingga bagi golongan Bumi Putera (Indonesia) diberikan Staatsblad 1917 No. 138 kemudian dicabut dan diganti Staatblad 1931 No. 54 (R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 1981 : 99) yang berbunyi: Apabila peraturan undang-undang memakai istilah belum dewasa maka sekedar mengenai Bangsa Indonesia dengan istilah yang dimaksudkan segala orang yang belum mencapai genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur dua puluh satu tahun maka tidaklah mereka kembali dalam istilah belum dewasa. Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 330 KUHPerdata dan bunyi Ordonansi 31 Januari 1931 No. 54 LN. 1931 atau Staatsblad 1931 No.54 tersebut di atas, maka batasan umur sehingga seseorang dikategorikan anak masih di bawah umur yaitu yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan tidak dahulu kawin.
  • 22. Sedangkan dalam KUHP memberikan pengertian mengenai anak yaitu dengan memberikan batasan umur sehingga dalam hal penentuan, ada pembedaan antara pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa. Dalam hal ini Pasal 1 butir 1, Pasal 2 dan pasal 3 Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang pengadilan tentang anak menyatakan sebagai berikut : Pasal 1 butir 1 : “Anak adalah orang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin”. butir 2 : Anak nakal adalah : a. Anak yang melakukan tindak pidana; atau b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pasal 2 : “Pengadilan anak adalah pelaksana kekuasaan kehakiman yang berada di lingkungan Peradilan Umum”. Pasal 3 : “Sidang Pengadilan Anak yang selanjutnya disebut sidang anak bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara anak sebagaimana dalam Undang-undang”. Jadi menurut KUHAP apabila seorang anak yang telah berumur di atas 16 (enam belas) tahun pada waktu melakukan tindak pidana (kejahatan dan pelanggaran), maka tuntutannya sama dengan yang diberlakukan pada orang
  • 23. dewasa, jadi dianggap telah dewasa dan bagi orang belum mencapai umur enem belas tahun pada waktu melakukan perbuatan yang dapat dihukum, maka Hakim dapat memilih 3 (tiga) alternatif yaitu : 1. Dikembalikan kepada orang tuanya/walinya. 2. Ditempatkan di bawah pengawasan Pemerintah. 3. Menjatuhkan pidana. Menurut Poerwadarminta (1990 : 813), mengklasifikasikan batas usia seseorang sebagai berikut : - Remaja adalah, mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. - Muda (tentang anak-anak laki-laki dan anak-anak perempuan). - Mulai dewasa, yaitu mulai terbit rasa cinta birahi atau waktu anak-anak mulai terbit rasa cinta birahi. Aristoteles (Sofyan S. Willis, 1987 : 22), membagi tiga fase perkembangan manusia, adalah sebagai berikut : 1. 0-7 tahun = masa anak-anak 2. 7-14 tahun = masa sekolah 3. 14-21 tahun = masa remaja/puberteit Zakiyah Daradjat ( 1982 : 6-7 ), berpendapat sebagai berikut : Jika dipandang dari segi psikologi, maka batas usia remaja lebih banyak bergantung kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaan puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak-anak menuju dewasa kira-kira umur dua belas tahun atau awal tiga belas tahun. Akan tetapi akhir masa remaja tidak sama atau dengan yang lainnya.
  • 24. Pendapat tersebut menekankan bahwa remaja adalah Seseorang dalam usia tradisi, yang telah meninggalkan usia kanak-kanak dan masih penuh ketergantungan. Lain halnya dengan pendapat Sigiri (Romli Atmasasmita, 1987 : 34) bahwa : Selama ditubuhnya berjalan proses pertumbuhan dan perkembangan orang itu masih menjadi anak dan baru dewasa bila proses perkembangannya dan pertumbuhan itu selesai. Jadi batas umur anak-anak adalah sama dengan permulaan menjadi dewasa yaitu 18 tahun untuk wanita 20 tahun untuk laki-laki, seperti halnya di Amerika, Yugoslavia dan Negara-negara barat lainnya di Indonesia, tetapi atas dasar Biologis batas 18 tahun sampai 20 tahun yang lebih tepat. Pendapat Surigi di atas, menekankan bahwa selama berjalan proses pertumbuhan dan perkembanagan pada diri seseorang, maka ia masih termasuk dalam kategori anak-anak. Soedjono (1986 : 228) menyatakan bahwa “pengertian remaja atau juvenile tidaklah tepat diterjemahkan dengan anak-anak karena pengertian juvenile itu terlalu umum dan mencakup semua orang yang masih muda umurnya” Sementara itu batas usia anak, remaja, dan dewasa dengan bertitik tolak pada usia remaja, sebagaimana yang dikemukakan oleh Yulia D. Gunarsa (1983 : 203) bahwa : “Remaja merupakan masa peralihan antara anak dan masa dewasa yakni antara 12 tahun sampai 21 tahun”. Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian anak di bawah umur menurut peraturan perundang-undangan dan pendapat para ahli Hukum, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian anak di bawah umur adalah seseorang yang di bawah 21 (dua puluh satu) tahun atau belum kawin. E. Pengertian Kenakalan Anak
  • 25. Kenakalan anak adalah kenakalan dalam bertingkah laku serta perbuatan atau tindakan anak yang bersifat asusila, amoral. Dalam pembahasan ini terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma sosial, agama yang dianut masyarakat dan tindakan pelanggaran hukum, serta pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Konsep tersebut dijelaskan oleh seorang ahli sebagai berikut: “Kenakalan anak merupakan suatu perbuatan yang tidak baik, perbuatan dosa maupun sebagai mana dan rasa tidak puas, kegelisahan mengganggu ketenangan dan kepentingan orang lain dan kadang-kadang diri sendiri “. (Zajcaria Darojah, 1983:113). Berdasarkan konsep pengertian di atas kenakalan anak merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang selalu bertentangan dengan norma-norma atau peraturan yang berlaku di lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah khususnya. Sedangkan pakar yang lain menjelaskan tentang kenakalan anak sebagai berikut: 1. Kenakalan anak disebabkan perbuatan atau tingkah laku yang bersifat pelanggaran dan nilai-nilai yang berlaku. 2. Mempunyai tujuan dengan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai atau norma sosial yang ada di lingkungannya. 3. Perbuatan yang dilakukan selalu merugikan lingkungan. 4. Kenakalan anak dapat dilakukan secara individu dan kelompok. (Singgih Gunarsa, 1981 : 30). Dengan demikian kenakalan anak merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh anak yang tindakannya tersebut bertentangan dengan norma-norma, aturan maupun tata tertib di masyarakat, keluarga, sekolah dan tindakan
  • 26. tersebut bersifat merugikan lingkungannya. Kenakalan anak pada umumnya dapat terjadi di suatu daerah yang disebabkan oleh kurangnya rasa kasih sayang atau perhatian oleh orang tua kepada anak-anaknya. F. Faktor Penyebab Kenakalan dan Penanggulangannya F.1. Faktor Penyebab Kenakalan a. Faktor Ekonomi Terjadinya kenakalan yang menyebabkan kejahatan disebabkan karena ekonomi orang tua yang rendah (miskin) sedangkan kebutuhan mendesak untuk dipenuhi, tekanan atau desakan seperti itu yang menyebabkan si anak melakukan kejahatan yang merupakan jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan mereka. b. Faktor Lingkungan Lingkungan seseorang ternyata cukup berpengaruh terhadap pembentukan karakter yang bersangkutan, kalau lingkungan baik, kemungkinan perilakunya pun akan baik, tapi kalau bergaul dengan anak yang sering melakukan kenakalan kemungkinan akan terpengaruh sehingga ikut berbuat kenakalan. c. Faktor Rendahnya Pendidikan. Tingkat pendidikan si anak juga ikut mendorong cara anak berfikir, bertindak dan mengambil keputusan. Anak yang berpendidikan rendah atau bahkan tidak berpendidikan cara berfikirnya tentu tidak sama dengan anak yang mempunyai pendidikan. F.2. Penanggulangannya Upaya penggulangannya adalah sebagai berikut :
  • 27. 1. Penanggulangan secara Preventif, wujudnya mengadakan ceramah-ceramah di sekolah mulai dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut atas, mengenai pentingnya pengetahuan tentang Agama, kesadaran hukum, bahaya Narkotika, kesadaran berlalulintas dan hal-hal yang dapat meresahkan masyarakat, menjauhkan anak-anak dari sarana yang mendorong mereka untuk melakukan kenakalan. 2. Penanggulangan secara Represif, wujudnya berupa memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan tersebut dalam batas-batas kewajaran yang diberikan oleh undang-undang. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di kota Denpasar yakni di Polresta Denpasar. Alasan penulis memilih kota Denpasar sebagai lokasi penelitian karena di Denpasar banyak indikasi-indikasi kenakalan yang dilakukan oleh anak, sehingga penelitian ini sangat tepat apabila dilakukan di kota Denpasar. Pertimbangan lain bahwa Kota Denpasar merupakan Ibu Kota Propivinsi Bali dan sebagai pusat dan gerbang pariwisata Indonesia menjadi ukuran keamanan dan jaminan untuk
  • 28. wisatawan yang berkunjung yang senantiasa wajib dijaga keamanan dan ketertibannya. B. Populasi dan Sampel B.1. Populasi Populasi penelitian adalah jajaran atau anggota Polri khususnya wilayah hukum Polresta Denpasar yang mempunyai tugas dan tanggungjawab langsung tentang penanganan tindak pidana dan penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. B.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini 10 orang dari pejabat yang berwenang dalam memberikan perintah, tentang pelaksanaan tugas dan wewenang tentang penangulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, data yang diperoleh langsung dari penelitian, termasuk apa yang di dengar dan disaksikan sendiri oleh penulis. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, hasil kajian buku-buku karya Ilmiah serta peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan proposal ini. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan dua metode, yakni ;
  • 29. 1.Wawancara Dalam teknik wawancara penulis melakukan tanya jawab langsung kepada pihak responden dalam hal ini pihak Polresta Denpasar, sebagai pihak pembinaan dan penanggulangan kenakalan yang dilakukan oleh anak. 2.Penelitian Pustaka Dalam melakukan teknik penelitian kepustakaan penulis melakukan dengan cara membaca buku-buku literatur sebagai sumber teori serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan skripsi ini. E. Analisis Data Data dari primer maupun data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode analisis kualitatif kemudian mendeskripsikannya kedalam sebuah konklusi umum yang akan penulis rampungkan kemudian dalam bentuk laporan hasil penelitian (skripsi) PERSETUJUAN PEMBIMBING Diterangkan bahwa skripsi tersebut di bawah ini : Nama : Norsel Maranden NO. Stambuk/Nim : 012.501.0.098 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pidana Judul Skripsi : Fungsi Kepolisian Dalam Penanggulangan Kenakalan Yang Dilakukan Oleh Anak Di Kota Denpasar
  • 30. (Study Kasus di Polrestabes Denpasar) Dasar Penetapan Pembimbing : Telah diperiksa dan disetujui untuk dimajukan dalam ujian skripsi Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II Mengetahui : Ketua Bagian Hukum Pidana