Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Teknologi pemijahan buatan yang telah dilakukan di Sumatera Barat ((Padang Pariaman) merupakan langkah awal pen domestikasi Ikan "semah" Tor douronensis untuk tujuan pengembangan budidaya. Ikan yang berasal dari alam dapat dilakukan reproduksinya secara buatan melalui manipulasi hormonal.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Teknologi pemijahan buatan yang telah dilakukan di Sumatera Barat ((Padang Pariaman) merupakan langkah awal pen domestikasi Ikan "semah" Tor douronensis untuk tujuan pengembangan budidaya. Ikan yang berasal dari alam dapat dilakukan reproduksinya secara buatan melalui manipulasi hormonal.
Kajian perekayasaan untuk menghasilkan teknologi produksi baby crab rajungan di hapa dan bak terkendali telah dilakukan. Pada kajian ini, pemeliharaan benih Crab 5 hingga menghasilkan ukuran berat 1,5 – 1,8 gram (ukuran baby crab) dilakukan dengan 2 perlakuan kepadatan yaitu 250 ekor/m2 dan 500 ekor/m2. Pemeliharaan baby crab di bak dengan memberi substrat pasir setebal ± 5 cm dan shelter berupa tali rafia yang dibuat menyerupai rumput laut (artificial sea weed), sedangkan pemeliharaan di hapa dengan pemberian shelter artificial sea weed. Pemberian pakan ikan rucah sebesar 200 – 300 gram/1000 ekor crab/hari (> 200% berat biomass). Dari kajian didapatkan, hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) belum didapatkan berat baby crab yang diharapkan (< 0,5 gr) sehingga pemeliharaan ditambah menjadi 24 hari (C-29). Hingga umur pemeliharaan 14 hari (C-19) tidak ada perbedaan kelulushidupan pada pemeliharaan di hapa maupun di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 atau pun kepadatan 500 ekor/m2. Terdapat perbedaan sangat nyata (P<0,01) pada umur pemeliharaan hingga 24 hari (C-29) terhadap nilai kelulushidupan pemeliharaan baby crab di bak dan di hapa baik dengan kepadatan 250 ekor/m2 maupun dengan kepadatan 500 ekor/m2. Nilai kelulushidupan yang lebih baik dihasilkan pada pemeliharaan di bak sebesar 30,3% pada kepadatan 250 ekor/m2 dan 26,8% pada kepadatan 500 ekor/m2. Dari hasil analisa proximat, baby crab yang dipelihara pada hapa mengandung protein yang lebih tinggi sebesar 27,5% dibandingkan baby crab yang dipelihara di bak sebesar 20,5%. Sedangkan dari tes organoleptik yang dilakukan, tidak ada perbedaan antara baby crab yang dipelihara di hapa maupun di bak terhadap rasa, warna, aroma maupun tekstur. Biaya produksi baby crab di bak dengan kepadatan 250 ekor/m2 sebesar Rp. 135.000/kg merupakan yang termurah dibandingkan yang lainnya.
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...lisa ruliaty 631971
Dalam kajian ini, induk rajungan di beri pakan berupa campuran pakan segar (cumi-cumi, udang dan ikan rucah) sebagai kontrol dan pakan segar dengan penambahan 50% biomasa artemia tanpa diperkaya.
Potensi Perikanan Berdasarkan "Concern Organisme" di Segara Anakan, Cilacap (...Oto Prasadi
Mud crabs (Scylla sp.) are payau organism have economic value. As a resource needs to be managed can be performed optimally and sustainably. The production of mud crabs in Cilacap today still rely caught from the wild. The decline in the production of mud crabs are the main problems, i.e., natural factors, arrest and the damage habitat of mangrove ecosystem and water pollution. Aquaculture of Mud crabs form first alternative for commodities. Aquaculture of mud crabs can be managed production well, because quantity, type and the size of commodity to be produced can be certainly. This paper contains about of the management mud crabs with focused on aspects aquaculture activities. Some aquaculture technology mubs crab have evolved presented in this paper. Prospective mub crabs resource management is of particular concern in order to provide an explanation for the sustainability of commodity.
2. Perkenalan Singkat
Dr. Ir. Fauzan Ali, M.Sc.
Lahir : Kototinggi, 6 Februari 1962 (Sumatera Barat)
SD-SMA di Sumatera Barat
S1 di IPB Bogor (Fakultas Perikanan jurusan Budidaya Perairan)
S2-S3 di Universitas Kagoshima, Jepang.
100 Inovator Indonesia (2008) (Kemenristek/Business
Innovation Center)
101 Inovator Indonesia (2009) (Kemenristek/Business
Innovation Center
7 Paten dan Paten sederhana
Jabatan Sebelumnya: Kepala Pusat Penelitian Limnologi-LIPI
2016-2021
Jabatan Sekarang: Peneliti Ahli Utama BRIN (Badan Riset dan
Inovasi Nasional)
www.brin.go.id
3. Perjalanan Pekerjaan
Perjalanan penelitian budidaya selama bekerja di Puslit Limnologi-LIPI
• Percobaan perkawinan induk dan pemeliharaan larva udang galah
dan
beberapa ikan hias air tawar
(1989-1991)
• Pendidikan S2 di Universitas Kagoshima, Jepang
(1992-1995)
• Kajian parameter kunci pembenihan udang galah
(1996-1997)
• Desain kolam serta teknologi adaptasi
(2001-2003)
• Kajian apartemen udang untuk meningkatkan produktivitas
(2002-2004)
• Kajian transportasi udang galah hidup
(2003)
• Sosialisasi teknologi budidaya udang galah (IPTEKDA-LIPI) ke
masyarakat (2001-2005)
• Management Trainee pada Perusahaan Udang Windu di Aceh
(1986-1987)
• Dosen Luar Biasa pada Fak. Perikanan, Universitas Bung Hatta,
Padang (1987-1988)
www.brin.go.id
4. Penelitian yang pernah dilakukan
Pembenihan (udang galah, ikan papuyu, gurami, nila, lele, mas, gabus, nilem, gariang, ikan-
ikan hias, dll)
Pendederan dan pembesaran (udang galah, ikan papuyu, ikan sidat, ikan nila, ikan gurami,
ikan lele, ikan mas, dll)
Teknologi budidaya
Pakan (udang dan ikan) berbasis nano teknologi
Apartemen udang galah
Sistem aerasi dengan teknologi nano bubble
Budidaya system resirkulasi
Budidaya system bioflok
Penggunaan teknologi nano secara masif baru dimulai tahun ini terhadap berbagai komoditas
ikan al. Ikan Tor, udang galah, Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan gabus, Ikan gurami, Ikan sidat, dan
lain-lain.
www.brin.go.id
5. PERMASALAHAN
Produksi yang ada hanya dari
hasil tangkapan di perairan alami
Produksi cenderung menurun
baik jumlah maupun ukuran
Belum ada panti-panti
pembenihan ikan puyu
Belum terkuasai teknik
pembenihan secara massal
• Manipulasi lingkungan pemeliharaan
• Pakan yang tepat (ukuran dan gizi)
• Hibridisasi untuk keseragaman ukuran populasi
Solusi
Contoh penelitian 1:
MENYELAMATKAN ANAK IKAN PAPUYU YANG BERUKURAN MIKRO
6. Ukuran
Partikel
No.0: 30 ~ 90 μ
No.1 : 90~150 μ
No.2 : 150~250 μ
No.3:> 250 μ
Supertemia adalah pakan bergizi yang
dikembangkan dari karakteristik organism hidup
yang digunakan sebagai pakan hidup untuk larva
ikan dan udang
(kualitas, BJ, dan ukuran)
Rotatoria
Nauplii Artemia
0.1- 0.3 mm
0.4 - 1.0 mm
Bukaan mulut larva puyu umur 4 hari
sekitar 0.1 mm
0 jam
15 menit
6 jam
Pakan Nano buatan sendiri
7. Latar Belakang:
Ikan puyu (Anabas testudineus) tahan hidup pada kualitas air yang luas,
tersebar diperairan tawar di Indonesia.
Digemari masyarakat, khususnya di Sumatera dan Kalimantan karena cita rasa
daging yang khas.
Ikan puyu mampu memproduksi telur yang banyak. 1 kg induk betina =
sekitar 600.000 ekor (ikan mas: sekitar 10.000 ekor; ikan nila sekitar 1000 ekor;
ikan lele sekitar 10.000 ekor).
Siklus pemijahannya pendek (1 bulan), lebih pendek daripada ikan mas (6
bulan).
Pemijahannya belum banyak diketahui.
Metoda penelitian:
Eksplorasi dan koleksi induk ikan puyu di Jawa dan Sumatra
Teknik rangsang pijah hormonal pada induk yang telah matang gonad
Hibridisasi antara induk yang berbeda keragaman genetiknya
Hasil Penelitian:
Ikan puyu yang biasanya memijah pada musim tertentu, awal musim hujan, dapat dipijahkan
kapan saja ketika sudah matang gonad dengan teknik rangsang pijah hormonal.
Larva stadium awal sangat kecil dengan ukuran mulut sekitar 90 mikron memerlukan pakan
yang lebih kecil juga.
Pertumbuhan anakan tidak seragam karena itu perlu dipisahkan supaya tidak terjadi
kanibalisme.
Hibridisasi antara induk dari aksesi yang beragam menghasilkan anakan yang berukuran
seragam dan berdampak peningkatan survival larva menjadi benih siap tebar dari 4,57%
menjadi 18,47%.
8. Kelangsungan hidup yang lebih tinggi pada hasil silangan dari induk Ikan
Puyu asal Kuansing diduga karena tingkat keseragaman ukuran larva
yang tinggi. Hal ini berdampak kepada rendahnya tingkat pemangsaan
sesamanya.
Kasus Ikan Puyu ini mirip dengan kasus pada persilangan Udang Galah yang memperlihatkan kecenderungan yang sama,
strain yang memiliki jarak genetik yang berbeda dapat menghasilkan keturunan yang memiliki keseragaman ukuran yang
tinggi
A
B
Konsep hubungan kekerabatan antara Ikan Puyu Purworejo (A), Indramayu (B) dan Kuansing (C).
C www.lipi.go.id
C
9. Penetapan Hasil Silangan Ikan Puyu Unggul
Persilangan (♂
X ♀)
N 0 hari 5 hari 10 hari 15 hari 20 hari 30 hari
PRJ x KSG 4 100% 91,56% 87,63% 73,55% 50,64% 17,68%
IMY x KSG 3 100% 82,33% 73,34% 57,08% 48,07% 18,47%
KSG x PRJ 3 100% 90,22% 85,66% 60,40% 44,15% 9,92%
KSG x IMY 3 100% 82,32% 65,04% 50,14% 24,22% 1,64%
IMY x PRJ 4 100% 89,88% 79,49% 49,85% 31,11% 0,95%
PRJ x IMY 8 100% 80,84% 68,02% 44,47% 31,32% 0,94%
KSG x KSG 3 100% 92,01% 84,33% 60,42% 27,73% 1,22%
PRJ x PRJ 3 100% 88,99% 80,22% 61,52% 22,22% 0,42%
IMY x IMY 4 100% 90,21% 80,58% 51,13% 17,14% 1,11%
Tabel 3. Kelangsungan hidup larva Ikan Puyu sampai berumur 30 hari
www.brin.go.id
10. Contoh penelitian 2:
- Penelitian pembenihan, pentokolan, dan pembesaran
udang galah
Membuat pembenihan udang galah jauh dari laut (di Cibinong)
Air laut didatangkan dari Ancol atau Pelabuhanratu
Menciptakan ekosistem buatan yang layak untuk kehidupan benih,
tokolan, maupun pembesaran udang galah
Mengujicobakan pembesaran di kolam-kolam petani di 4 kecamatan di
Kab. Bogor (Ciampea, Pamijahan, Dramaga, dan Ciomas).
www.brin.go.id
11. - Penelitian Udang Galah Hibrid
Untuk mengatasi masalah variasi ukuran benih dan
produktivitas
www.brin.go.id
12. BAHARI : Udang galah dari Sungai Batanghari, Jambi
TARIK : Udang galah dari Sungai Citarik, Jawa Barat
KUMAI : Udang galah dari Sungai Kumai, Kalimantan Tengah
JENEBE : Udang galah dari Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan
www.brin.go.id
13. Performa Induk
Dendrogram UPGMA dari beberapa koleksi udang galah
1. Terdapat tiga kelompok populasi yang berbeda:
I. kelompok udang galah Jawa (TARIK),
II. kelompok udang galah Kalimantan (KUMAI) dan Sumatera (BAHARI), dan
III. kelompok udang galah Sulawesi (JENEBE).
2. Udang galah BAHARI cenderung memiliki keunggulan pada fekunditas dan
produktivitas pasca larva.
3. Udang galah TARIK dan KUMAI memiliki keunggulan cepat menjadi pasca larva,
sintasan tinggi, fekunditas tinggi, seragam dan pertumbuhan yang baik.
4. Udang galah JENEBE memiliki sintasan tinggi.
UG-KUMAI
UG-BAHARI
UG-TARIK
UG-JENEBE
0, 3 0,2 0,1
0,4
www.brin.go.id
14. MACRO-JENERIK, Udang Galah Indonesia
(Macrobrachium rosenbergii) Berkarakter Unggul
TENTANG MACRO-JENERIK
Macro-Jenerik adalah nama untuk udang galah unggul hasil pemuliaan di Puslit Limnologi-LIPI
Macro-Jenerik adalah udang galah hasil silangan udang galah dari sungai Jeneberang,
Sulawesi Selatan dan sungai Citarik, Jawa Barat.
KEUNGGULAN KOMPARATIF MACRO JENERIK
22 hari
(30-45 hari)
51%
(10-20%)
4,5 bln
(6 bln) ( ) nilai untuk udang galah lain
Sudah diujicoba di Kab. Belitung, BABEL
www.brin.go.id
15. Perbandingan Performa Induk dan Hasil
Silangan Terbaik
Lama Masa Larva lebih pendek (10 hari lebih cepat )
Peningkatan Sintasan Fase Larva (26 persen lebih tinggi)
Peningkatan Pertumbuhan (27 % lebih cepat tumbuh )
Peningkatan Keseragaman Ukuran (34 % lebih seragam)
“Macro-Jenerik”
www.brin.go.id
16. - Lahirnya teknologi Apartemen Udang Galah
2001-2002: Pendampingan teknologi
budidaya udang galah di petani ikan di
Kab. Bogor.
Produksi udang galah dibatasi oleh luas
kolam dengan padat tebar optimal 10
ekor/m2
Udang : makhluk dasar, berganti kulit,
kanibal
Kebiasaan petani memberi pelindung
untuk udang galah yang baru ditebar
(ranting bambu, pelepah kelapa, daun
pisang dll)
2002-2004: Penelitian dan uji coba
anyaman bambu untuk pelindung
udang galah di kolam
2003: Pemberian nama “Apartemen
Udang Galah”
Gambar
Untuk mengatasi masalah kanibalisme dan kepadatan tebar udang di kolam
- Produksi terbatas
- Kehidupan udang yang berganti kulit untuk tumbuh
- Perlu pelindung dan jarak aman (teriotorial) antar individu
17. Disain Apartemen Udang Galah
Apartemen udang galah
adalah bangunan dari bahan
bambu yang dibelah dan
dianyam/dirakit menyerupai
kerangka bilik/kamar sebuah
apartemen (bilik yang tidak
ada lantai, dinding dan langit-
langitnya)
www.brin.go.id
18. Dimensi Apartemen
Teknik pemasangan apartemen
Ukuran 1 unit apartemen bisa
bervariasi sesuai keinginan.
Biasanya 1 x 1 x 1m, disesuaikan
dengan kedalaman air kolam.
Ukuran panjang, lebar dan tinggi
biliknya masing-masing 20 cm
19. Manfaat Apartemen Udang Galah
1. Meningkatkan kepadatan tebar
udang galah
2. Meminimumkan kanibalisme
3. Aman sebagai tempat udang
berganti kulit
4. Mudah mengetahui ukuran udang
yang dipelihara
5. Tidak mengganggu arus air dalam
kolam
6. Mencegah pencurian dengan jala
atau alat tangkap sejenis lainnya
7. Meningkatkan produksi/hasil panen
20. Udang bertengger di apartemen
Kanibalisme berkurang
Kepadatan tebar meningkat
Meningkatkan produksi dari 2,5 sampai 7 ton per Ha
21. - Teknologi Transportasi Udang Galah Hidup
Udang hidup:
Harga lebih tinggi
Udang lebih segar
Masalah dalam transportasi
Hati-hati saat:
Penangkapan
Penyimpanan sementara
Persiapan transportasi dan pengemasan
Selama transportasi
Sistem transportasi udang
galah hidup ini didisain untuk:
1. Meningkatkan lama
pengangkutan yang aman
2. Meningkatkan kelangsungan
hidup
3. Meningkatkan jumlah daya
angkut udang
4. Memudahkan penanganan
(handling) di kolam, di
perjalanan dan di tempat tujuan
(transportasi sistem rak)
22. • Prinsip kerja sistem ini adalah :
1. menjaga suhu air rendah dan konstan,
2. air tersirkulasi selama pengangkutan,
3. udang tertata di dalam kotak-kotak
penyimpanan dan
4. sistem dapat dibongkar-pasang
• Diperlukan pemahaman prinsip kerja dan
pengoperasian sistem sebelum digunakan
23. Sketsa alat transportasi
- Jenset
- Aerator
- Filter
- Keranjang
- Pompa
- Handuk
Alat yang diperlukan
- Es batu
24. Target:
• mengurangi kematian selama transportasi (SR 87 – 97 %)
• Meningkatkan lama pengangkutan (sampai 12 jam)
• meningkatkan jumlah angkut (50 kg/400 liter), dan
• praktis dalam operasional
25. Slide-slide berikut adalah beberapa kegiatan tentang
Pengalaman aplikasi teknologi budidaya ikan di masyarakat:
- Meneliti iya…., aplikasi teknologi ke
masyarakat juga iya..
- Tiada henti saling berbagi
pengalaman dan pengetahuan
dengan masyarakat sejak 2002
sampai sekarang
26. - Pengembangan budidaya udang galah di
petani ikan di Kabupaten Bogor
4 kecamatan, 43 petani, bermacam-macam tipe tanah, dan sumber air, akses lokasi
27. - Pembimbingan pembenihan udang galah di
Dinas Perikanan Prov. Kalimantan Tengah
(Lokasi: Kumai, Kotawaringin Barat)
Gambar udang
Pembenihan dan
pembesaran,
28. - Revitalisasi Pembenihan udang galah di Agro
Techno Park–RISTEK, Palembang
K.l. 5 Ha, lahan rawa, pembenihan, dan pembesaran
29. - Revitalisasi Balai Benih Ikan di Dinas
Perikanan Kab. Kuantan Singingi, Riau
• BBI Sentral,
• Luas Area kl 3 Ha,
• air keruh (akibat PETI),
• tanah berpasir
• Potensi pengembangan masih besar
• Masalah perbenihan
30. - Pemanfaatan air danau bekas galian tambang batu bara
PT Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan
Udang usia 5 bulan
31. - Pembinaan Kelompok Tani Ikan Mina
Jaya, Berbah, Sleman, Yogyakarta
• Kelompok sudah punya hatchery sendiri,
• Anggota : 15 KK
• Luas kl. 2 Ha
• lahan berpasir,
• potensi pengembangan besar
33. Produksi benih ikan
Semula : 10.000-an ekor/tahun
Menjadi : 3 juta ekor/tahun
- Pembangunan Teknopark Perikanan di lokasi Balai Benih
Ikan milik Kab. Samosir, Sumatra Utara
Fungsi : Menjaga fluktuasi suhu air pada kisaran rendah
Meningkatkan laju penetasan, kelangsungan
hidup dan pertumbuhan
2014-2020
34. - Revitalisasi Balai Benih Ikan Kab. Deli Serdang, Sumatra
Utara (komoditas patin, mas, nila, dll)
2018-2019
35. - Taman Kiyai Langgeng, Magelang, Jawa Tengah
2022
Tantangan:
- Sumber air dari sungai tercemar
limbah penduduk
- Teknik perkolaman yang tidak
standar
- Komoditas yang dipelihara, ikan
arwana, mas, dan nila
36. - Lain-lain
- Kab. Ogan Komering Ulu Timur, Sumsel
(2007)
- Kab. Belitung (2008)
- Kab. Malang Raya, Jatim (2008)
- Kab. Serdang Bedagai, Sumut (2009)
- PT Asian Agri (2009)
- Kelompok Tani Udang Galah ....
Tasikmalaya lewat BIC (2011)
- Konsultasi Perorangan (2004-sekarang)
37. Pemanfaatan air danau bekas galian tambang
batu bara untuk budidaya ikan
PT ADARO INDONESIA
BEKERJASAMA DENGAN
PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI-LIPI
2009-2015
38. Tujuan
Memanfaatkan air danau bekas galian tambang batubara oleh PT Adaro Indonesia
untuk budidaya ikan dan udang
Hasil ikan untuk menscukupi kebutuhan petani ikan binaan CSR yang ada di sekitar
tambang
Mewujudkan kewajiban perusahaan dalam menghadapi masa penutupan tambang
bila masa konsesi berakhir
39. Pembenihan Ikan Nila BEST
(Bogor Enhanced Strain Tilapia)
Unggul dalam hal:
1. Menghasilkan telur dan benih yang banyak
(6000 butir/kg induk, 3-5 kali lebih banyak dibandingkan varietas lainnya)
2. Ukuran larvanya lebih besar
(pertumbuhan dalam 40 hari mencapai 87,5 kali. Varietas lain sekitar 17 kali)
3. Rata-rata pertumbuhan badannya tinggi dibandingkan nila merah NIFI
4. Tahan dan tumbuh baik pada media salinitas
(Pada kadar garam 15 ppt, kelangsungan hidup dua kali lebih baik daripada varietas lain)
5. Tahan terhadap kondisi lingkungan buruk
(Kelangsungan hidupnya 1,40 kali lebih besar dibandingkan varietas lain.
40. Pembesaran Udang Galah
dengan Teknologi Apartemen
1. Udang galah adalah komoditas perikanan penting di Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan
2. Udang galah tumbuh baik di lahan bekas tambang batubara PT Adaro Indonesia
3. Daging udang (termasuk ikan nila BEST) hasil panen bebas dari logam berbahaya
4. Apartemen udang galah membantu dalam meningkatkan padat tebar,
meminimumkan kanibalisme dan meningkatkan hasil panen (dari 2-3 ton/Ha sampai 6-7 ton/Ha)
41. Penelitian ini telah membuktikan
Udang galah dan ikan nila mampu tumbuh dan
berkembang dengan sangat baik di daerah
bekas tambang dengan memanfaatkan air dari
danau bekas galian tambang batu bara.
Analisa daging ikan dan udang galah hasil
produksi menujukkan bahwa baik daging ikan
maupun udang galah terbebas dari cemaran
logam-logam yang membahayakan (ikan dan
udang galah aman untuk dikonsumsi).
Dalam masa 4 tahun kerjasama, benih-benih
ikan hasil produksi telah disebarkan ke
beberapa kelompok tani yang melibatkan
sekitar 150 kepala keluarga di sekitar lokasi
tambang.
42. Hasil yang Dicapai
Ikan Nila Best
Skala produksi benih ikan nila BEST
sekarang (2011) 600.000 per bulan.
Benih akan digulirkan ke petani
ikankaramba melalui program CSR PT Adaro
Indonesia
Udang galah
Uji keekonomian pembesaran sudah selesai.
Keuntungan kotor per 0,05 Ha, Rp
9.750.000,-
Pengadaan benih masih masalah
(didatangkan dari P. Jawa)
Pengembangan budidaya ikan-ikan lokal
Kalimantan (Pembenihan dan pembesaran)
43. Kendala Budidaya Ikan di Lahan Bekas Tambang
Kondisi lahan bekas timbunan
Perlu konstruksi kolam dengan disain anti longsor.
Fluktuasi air danau bekas tambang
Pengaturan air keluar (outlet) untuk kecukupan air
sepanjang tahun
44. Analisa Daging Udang dan Ikan
No Parameter Satuan
Titik Pengambilan
Ambang Baku
UDANG GALAH NILA
Cibinong Adaro Cibinong Adaro
Udang
Galah
Ikan
Nila
1 Timbal (Pb) mg/kg <0.048 <0.048 < 0.048 <0.048 0,50 0,30
2 Kadmium (Cd) mg/kg 0,160 <0.003 <0.003 <0.003 1,00 0,10
3 Timah (Sn) mg/kg <0.8 <0.8 <0.8 <0.8 - -
4 Mangan (Mn) mg/kg 0,700 1,88 1,200 0,30 - -
5 Besi (Fe) mg/kg 1,780 5,71 5,130 11,80 - -
6 Raksa (Hg) mg/kg <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 1,00 0,50
7 Arsen (As) mg/kg <0.003 <0.003 <0.003 <0.003 1,00 1,00
- tidak
dipersyaratkan
Ambang Baku merujuk pada SNI 7387 : 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
dalam Pangan
45.
46. Diawali dengan kegiatan revitalisasi Balai Benih Ikan milik Pemkab
Dilanjutkan dengan MoU pembangunan teknopark perikanan
Pembiayaan Bersama oleh DIPA LIPI dan APBD Kab. Samosir
Transfer teknologi
budidaya ikan di
Kab. Samosir,
Sumatera Utara
47. Success story Technopark Samosir
1. Potensi sumber daya alam mendukung
2. Pasar dari produk yang akan dikembangkan sudah ada
3. Teknologi sesuai kebutuhan bisnis masyarakat
4. Komitmen Pemda dan stakeholders dibangun sejak awal
5. Diseminasi teknologi melibatkan organisasi perangkat daerah
(OPD) terkait dan para pakar
6. Memiliki kelembagaan yang resmi yang dikelola bersama
stakeholders
7. Memiliki bussines proces mangement yang jelas dan terstandar
8. Kegiatannya dilaksanakan lintas kompetensi dan multi
komoditas
A. PROSES yang terjadi selama 5 tahun perjalanan Technopark
Single commodity
Multi commodities
Satu satker
Lintas satker
48. Success story Technopark Samosir
B. OUTPUT yang telah dicapai:
1. Teknologi baru yang diimplementasikan 12 teknologi
2. Manajemen baru yang diperkenalkan 4 buah
3. Kerjasama transfer teknologi 9 MoU
4. Perusahaan pemula 14 perusahaan
5. Kelompok usaha tani yang dibina 11 kelompok usaha
6. SDM yang telah dilatih/bersertifikat 259 orang
7. Lapangan kerja yang tercipta 292 orang
8. BBI : awalnya cost center profit center (PAD)
Perpres No. 106/2017 tentang Kawasan Sain dan
Teknologi
JUMLAH TEKNOLOGI
1. Teknologi Kolam Dome
2. Teknologi Pembenihan Ikan
3. Teknologi Pendederan ikan
4. Teknologi Biomassa Fitoplankton
5. Teknologi pembuatan pakan ikan
(pellet)
6. Teknologi Bioflok untuk budidaya
ikan lele
7. Teknologi pengolahan pasca
panen perikanan (krispi dan
dendeng)
8. Teknologi pengalengan makanan
(arsik ikan mas, sambal tombur,
sambal andaliman)
9. Teknologi pengolahan kopi
robusta
10. Teknologi pengemasan produk
olahan hasil pertanian
11. Teknologi online monitoring
Kualitas Air
12. Teknologi listrik hibrida
JUMLAH MANAJEMEN
BARU
1. Kelembagaan
Pengelolaan Technopark
2. Proses Sertifikasi Halal
3. Keamanan Pangan
4. Usaha Budidaya Ikan
JUMLAH KERJASAMA
1. Kerjasama dengan BP POM
2. Kerjasama dengan LP POM
MUI
3. Kerjasama dengan IPB
4. Kerjasama dengan Univ.
Parahyangan
5. Kerjasama dengan UNIMED
6. Kerjasama dengan Bank
SUMUT
7. Kerjasama dengan SMK
Pertanian
8. Kerjasama dengan Univ.
Darmawangsa
9. Kerjasama dengan Pemda
Kab. Deli Serdang
JUMLAH PERUSAHAAN PEMULA
1. Start Up Samandali (Andaliman)
2. Start Up TIC Kopi
3. Start Up 12 Bersaudara
4. Start Up Roti Ketawa
5. Start Up Kacang Rondam
6. Start Up Usaha Kolang
Kaling/Kripik Pisang
7. Start Up Bawang merah goreng
8. Start Up Kripik Kentang Cinabo
9. Start Up Kripik Pinadar
10. Start Up Kopi Nature
11. Start Up Kopi Kaldera
12. Start Up Kopi Sinergi
13. Start Up Kopi Sirongo-ringo
(Palipi)
14. Start Up Buyung Sitakar (usaha
penjualan saprotan)
JUMLAH KELOMPOK USAHA
1. Kelompok Usaha Aek
Sibunga-bunga
2. Kelompok Usaha Saroha
3. Kelompok Usaha Arinta
4. Kelompok Usaha Sepakat
5. Kelompok Usaha Sepinggan
Nauli
6. Kelompok Usaha Dotashi
7. Kelompok Usaha Idonata
Simbolon
8. Kelompok Usaha Lintong
Nihuta
9. Kelompok Usaha Pardosir
10. Kelompok Usaha Lundak
Sagala
11. Kelompok Usaha Melati
Tomok
SDM TERLATIH
1. Krispi Ikan 30 orang
2. Pemijahan Ikan mas 12 orang
3. Pendederan ikan mas 12 orang
4. Pemijahan ikan lele 5 orang
5. Pendederan ikan lele 5 orang
6. Bioflok untuk budidaya lele 15
orang
7. Pembuatan pakan alami 3 orang
8. Pembuatan pakan buatan 13
orang
9. Budidaya system bioflok 25
orang
10. Pelatihan Produk sehat 25
orang
11. Pelatihan Produk halal 25 orang
12. Praktek Kerja SMK 60 orang
13. Pelatihan PPL Perikanan 25
orang
LAPANGAN KERJA
1. Samandali 45 orang
2. TIC Kopi 3 orang
3. 12 Bersaudara 20 orang
4. Roti Ketawa 5 orang
5. Kacang Rondam 4 orang
6. Usaha Kolang Kaling 10 orang
7. Bawang merah goreng 9 orang
8. Kripik kentang Cinabo 5 orang
9. Kripik Pinadar 2 orang
10. Kopi Nature 2 orang
11. Kopi Kaldera 2 orang
12. Kopi Sinergi 10 orang
13. Kopi Siringo-ringo 4 orang
14. Usha Buyung Sitakar 11 orang
15. Aek Sibunga-bunga 11 orang
16. Saroha 10 orang
17. Arinta 2 orang
18. Sepakat 11 orang
19. Sipinggan Nauli 10 orang
20. Petani Kopi Dotashi 30 orang
21. Idonata Simbolon 20 orang
22. Lintong Nihuta 35 orang
23. Pardosir 25 orang
24. Lundak Sagala 10 orang
25. Melati Tomok 2 orang
49. 1. Proses Pemilihan Teknologi
2. Membangun Komitmen dengan
Stakeholders
3. Proses Diseminasi Teknologi
4. Membangun Kelembagaan
5. Mengembangkan Model Bisnis
5 Kunci Transfer Teknologi
50. Memastikan teknologi yang sudah “proven”
Memilih teknologi yang sesuai dengan
kebutuhan
Menyiapkan teknologi dari multi kompetensi
Menjamin teknologi mampu membuat bisnis
lebih efisien dan untung
PROSES PEMILIHAN TEKNOLOGI
51. PEMDA
Meyakinkan Pemda tentang keunggulan teknologi
Meyakinkan Pemda tentang SDM LIPI yang handal
Meyakinkan Pemda tentang hasil yang akan dinikmati
Melalui:
1. Branding LIPI (pameran, publikasi, seminar, dll)
2. Kunjungan ke LIPI untuk melihat langsung dan diskusi
3. Profil SDM LIPI dan hasil karyanya
4. Pengalaman daerah atau negara lain (studi banding)
UMKM
⊸ Ketepatan pemilihan mitra (visi, kejelasan masalah,
punya potensi untuk maju)
Melalui:
1. Diskusi
2. Melihat track record
3. Memiliki sarana prasarana (lahan, finansial, barang,
dll)
INSTITUSI PENDUKUNG
Menyatakan keterbukaan untuk membangun
kerjasama (program, fasilitas, pendanaan,
manfaat). saling melengkapi
Membuat kesepakatan kerjasama/MoU
Selalu membangun komunikasi berkelanjutan
Saling menghargai dalam kontribusi setiap
capaian yang dihasilkan.
MEMBANGUN KOMITMEN DENGAN STAKEHOLDERS
52. PROSES DISEMINASI
1. Pembuatan demplot
Sebagai ajang pembuktian bahwa:
- teknologi proven
- SDM IPTEK handal
2. Pemagangan pelaku bisnis
- yang akan memakai teknologi
- untuk menetapkan mitra UKM terpilih
3. Memulai usaha untuk perubahan
- melihat keseriusan calon pelaku usaha
- menetapkan UKM yang akan didampingi
4. Monitoring dan Pendampingan
- Evaluasi usaha dan ketepatan teknologi
- Pendampingan untuk menjelaskan know how dari
teknologi
53. MEMBANGUN KELEMBAGAAN
1. Unsur kelembagaan berbasis triple helix
- Pemda -------------- terkait regulator
- UKM ----------------- sebagai pelaku bisnis
- Lembaga litbang -- Penyedia teknologi dan SDM Pendamping
2. Struktur
- Direktur
+ mempunyai visi untuk memajukan UKM
+ mampu menjembatani 3 unsur triple helix
+ Memiliki jejaring (network) dengan pihak luar
+ Mampu bekerja secara tim
- Manajer
+ Bidang Produksi (Barang/Jasa)
+ Bidang Keuangan
+ Bidang Pemasaran
- Staf Administrasi
- Badan Pembina/Penasihat (Pimpinan daerah dan Lembaga
Litbang)
54. Dilakukan berbasis komoditas sesuai
dengan karakterisitik masing-masing,
sehingga terwujud:
Pertambahan nilai produk
Penambahan jenis usaha (segmentasi
usaha)
Perputaran uang lebih cepat
Masyarakat yang terlibat bertambah
Produk yang dihasilkan lebih banyak
Permintaan pasar lebih cepat
terlayani
• Produk tahan lama
• Jangkauan pasar lebih luas
PENGEMBANGAN MODEL BISNIS