Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
hati merupakan organ yang dapat membantu proses kerja di dalam tubuh manusia, yang dimana salah satu fungsinya yaitu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat menetralisir racun yang dapat membahayakan tubuh.
Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian paling sering pada pasien-pasien yang dirawat dengan infark miokard. Tindakan revaskularisasi dini terbukti mampu menurunkan kejadian syok kardiogenik pada kasus infark miokard akut. Tingkat kejadian syok kardiogenik telah banyak berkurang belakangan ini, mulai dari 20% pada tahun 1960an, hingga saat ini tinggal + 8% saja. Jenis infark miokard akut yang paling sering menyebabkan syok kardiogenik adalah STEMI. Sekitar 80% kasus syok kardiogenik yang berkaitan dengan infark miokard akut. 80% Syok kardiogenik yang terjadi akibat infark miokard disebabkan oleh kegagalan ventrikel kiri. Sedangkan yang lainnya adalah mitral regurgitasi akut, rupture septum ventrikular, gagal ventrikel kanan, serta tramponade jantung. Insidensi syok kardiogenik lebih tinggi pada pria daripada wanita (3:2). Perbedaan ini disebabkan karena semakin meningkatnya kejadian penyakit jantung koroner pada pria. Namun demikian persentase kejadian syok kardiogenik yang mengikuti infark miokard lebih banyak pada wanita dibanding pria. Umur rata-rata pasien dewasa yang mengalami syok kardiogenik adalah 65-66 tahun. Ras yang paling tinggi persentasenya untuk kejadian syok kardiogenik adalah ras hispanik (74%) sedangkan ras afrika amerika 65%, kulit putih 56%, sedangkan Asia dan selebihnya 41%.3,4,6
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1% pasien IMA non elevasi ST. Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di negara maju, pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok kardiogenik yang berkisar 4,2% sampai 7,2 %. Tingkat mortalitas masih tetap tinggi sampai saat ini, berkisar 70%-100%. Namun demikian data registri menunjukan penurunan 5% dalam dekade terakhir, walaupun laju syok kardiogenik yang berkunjung ke rumah sakit tidak berubah. Hal ini mungkin disebabkan peningkatan frekuensi revaskularisasi dengan intervensi koroner perkutan primer pada sindrom koroner akut.7
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
1. LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER
DAN RENAL
PRAKTIKUM III
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG
Oleh :
Golongan / kelompok: III / I
Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013
Nama Mahasiswa
NIM
Kontribusi
1. Sulistiyowati
105010568
100%
2. Indah Wahyu Utami
105010596
100%
3. Dwi Mindiarti
105010610
100%
4. Ika Desti Pratiwi
105010627
100%
5. Puji Hartati
115010675
100%
Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2013
2. PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI RENAL DAN KARDIOVASKULER
P3
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG
I.
Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan kasus tentang aritmia dan gagal jantung,
serta dapat memberikan terapi pengobatan untuk menyelesaikan kasus tersebut.
II.
Dasar teori
1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan
orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan
atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi
bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut
bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat
(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).
A. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a.
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
3. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
b.
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti
c.
aritmia lainnya
d.
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e.
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung
f.
Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g.
Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h.
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i.
Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j.
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan
kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir
semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.
Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid
terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
4. Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia
jantung dan fibrilasi atrium.
i.
Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia
jantung.
j.
Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta
dapat
meningkatkan
kemungkinan terjadinya
fibrilasi
atrium
(atrial
fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
5. B. Alogaritmia Aritmia
2. Gagal jantung
Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk mendefinisikan gagal
jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain kompleks gejala seperti
haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung
merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal
jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau
kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan
tungkai.
Selain itu gagal jantung dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana pasien
memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung (sesak napas saat aktifitas
fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas
6. gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular
venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas
struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac
murmur, abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic peptide).
A. PATOFISIOLOGI
Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung menciptakan
suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial underfilling. Selain
itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis, renin
– angiotensin – aldosterone system, arginine vasopressin dan endotelin – 1) menjadi
teraktivasi untuk mempertahankan euvolemia yang menyebabkan retensi cairan,
vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk
mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan.
Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi dan mediator –
mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan imunomodulator yang diamati
pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan perburukan gejala gagal jantung dan
perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4
7. Gambar 1. Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada pasien
dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS = sympathetic
nervous system; SVR = systemic vascular resistance.4
8. Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di
instalasi gawatdarurat.7
10. III.
Kasus
Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada,
dan kelihatan sangat pucat. Pada pemeriksaan didapatkan data:
RR
: 40x/menit,
HR
: 140x/menit, dan
TD
: 130/90 mmHg
BB
: 80 Kg
TB
: 150 cm
Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat
yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin.
IV.
Analisa SOAP
a. Subyektif
Nama
Umur
Jenis kelamin
Keluhan
pucat
Riwayat penyakit
kompleks QRS
Riwayat pengobatan
Riwayat keluarga
: Ny. R
: 48 tahun
: wanita
: jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, kelihatan sangat
: hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada
: amiodaron, rovastatin, dan aspirin
: bapaknya meninggal karena stroke
2. Obyektif
No. Data pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Keterangan
1.
RR
40x/menit
16-20x/menit
cepat
2.
HR
140x/menit
60-100x/menit
cepat
3.
TD
130/90 mmHg
120/80 mmHg
prehipertensi
4.
BB
80 Kg
5.
TB
150 cm
35,56
Obesitas
6.
HDL
36mg/dL
≥ 60 mg/dL
rendah
7.
Kolesterol total
300 mg/dL
< 200 mg/dL
Tinggi
11. 3. Assesment
Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita serangan aritmia
supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang tinggi (hiperlipidemia)
4. Plan
Tujuan terapi :
a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian serangan berulang.
Sasaran terapi :
a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit
b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL
V.
Analisa pengobatan yang rasional
Terapi farmakologi
1. Tepat indikasi
No.
Nama obat
Indikasi
1.
Adenosin
Anti aritmia
2.
Rovastatin
3.
Aspirin
4.
Isosorbide
dinitrat
Mekanisme
Mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitive
asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV, yang
menghasilakan pemendekan lama aksi
potensial, hiperpolarisasi, dan perlambatan
automatisitas normal.
Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reductse
yang merupakan suatu enzim yang mengontrol
biosintesis
Antiplatelet
Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2)
di dalarn trombosit, sehingga akhirnya
menghambat agregasi trombosit.
Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit
tersebut secara permanen. Penghambatan
inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam
pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic
Attack).
Profilaksis
dan Vasodilatasi
berdasar
terbentuknya
pengobatan
nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel
angina
dinding pembuluh
12. 2. Tepat obat
No. Nama obat
1.
Adenosin
2.
Rovastatin
3.
Aspirin
4.
Isosorbide dinitrat
Alasan dipilih
Merupakan
obat
pilihan
pertama karena durasi kerjanya
yang pendek
tidak akan
memperlama
kompromi
hemodinamik pada penderita
dengan kompleks QRS yang
lebar
Derivat sintetis yang khasiatnya
terkuat dari semua statin
dengan
penurunan
kadar
kolesterol dan trigliserid
Mengurangi agregasi platelet,
sehingga dapat menghambat
pembentukan thrombus pada
sirkulasi arteri
Baik untuk pasien dengan
keadaan jantung tidak mampu
memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh,
penggunaan per oral untuk
menanggulangi serangan angina
akut secara efektif
Keterangan
Tepat obat
Tepat obat
Tepat obat
Tepat obat
3. Tepat pasien
No.
Nama obat
Kontra indikasi
Keterangan
1.
Adenosin
Rovastatin
Pasien
mengalami
kontaindikasi
Pasien
mengalami
kontaindikasi
tidak
2.
3.
Aspirin
Pasien
mengalami
kontaindikasi
tidak
4.
Isosorbide
dinitrat
Blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom
ganguan sinus (kecuali bila digunakan pada
jantung); asma
Penyakit hati aktif termasuk peningkatan
persisten kadar transaminase serum 3x dari
batas atas nilai normal, hipersensivitas pada
statin, wanita hamil, dan menyusui
Pasien yang sensitive dengan aspirin. Asma,
tukak lambung, perdarahan subkutan,
hemophilia,
trombositopenia,
pasien
dengan terapi antikoagulan.
Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi,
kardiopati, obstruktif, anemia berat, trauma
kepala
Pasien
mengalami
kontaindikasi
tidak
tidak
13. 4. Tepat dosis
No.
Nama obat
Dosis yang direkomendasi
Dosis anjuran
1.
Adenosin
120 – 180 mg/ hari
3 x sehari 40 mg
2.
Rovastatin
1 x sehari 10 mg
3.
Aspirin
1 x sehari 10 mg
Dosis pemeliharaan : 10 – 80 mg
150 – 300 mg sebagai dosis
tunggal diberikan segera setelah
kejadian iskemik dan kemudian
diikuti
dengan
pemberian
jangka panjang 75 mg sehari
sekali untuk mencegah penyakit
jantung selanjutnya
4.
Isosorbide dinitrat
1 x sehari 300 mg
setelah
makan
untuk mendapatkan
efek antiagregasi,
kemudian 75 mg
sekali sehari untuk
mencagah penyakit
jantung selanjutnya
Angina : 30 – 120 mg sehari 5 – 10 mcg/min
dalam dosis terbagi
secara IV
5. Waspada efek samping
No. Nama obat
Efek samping
1.
Adenosin
2.
Rovastatin
3.
Aspirin
Muka
merah,
nyeri
dada, Bila efek samping
bronkospasme, rasa tercekik, mual, terjadi dosis dapat
kepala terasa ringan
dikurangi
Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, Bila efek samping
nyeri abdomen, mialgia, astenia.
terjadi dosis dapat
dikurangi
Mual, muntah, anoreksia, nyeri Sebaiknya diminum
epigastrium, diare, luka erosif dan sesudah
makan
ulseratif. Penggunaan jangka panjang untuk menghindari
mungkin dapat menyebabkan pusing, nyeri lambung
sakit kepala, gangguan penglihatan
reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
Perpanjangan waktu perdarahan.
Dalam penggunaan jangka panjang
dapat menyebabkan disfungsi ginjal,
gagal ginjal akut, sindrom nefrotik,
4.
Isosorbide dinitrat
-
Terapi non farmakologi
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil
Keterangan
-
14. 2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan
VI.
Monitoring
Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain :
1. Monitoring terhadap tekanan darah
2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Monitoring terhadap penggunaan obat :
1. Monitoring terhadap efek samping obat
2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia
3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia.
VII.
KIE
1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi
untuk keberhasilan pengobatan.
2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan.
3. Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan.
4. Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi
non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.
VIII.
Pembahasan
Aritmia merupakan penyakit hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada
detak jantung. Kondisi
dimana disebabkannya ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan
aktivitas jantung. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls,
konduksi impuls atau keduanya. Mekanisme kerja obat antiaritmia yaitu penurunan frekuensi jantung
(efek kronotrop negatif) dan mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop negatif). Dari kasus
diatas dilihat dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
Dilihat dari data Ny. R mengalami gangguan aritmia dan hiperlipidemik. Diketahui juga
terdapat abnormalitas pada kompleks QRS. Interval QRS adalah manifestasi waktu penghantaran
15. impuls didalam ventrikel dan besarnya antara 0,03 – 0,10 detik pada sadapan dada. Penambahan
waktu menjadi lebih besar dari nilai yang normal biasanya terjadi pada hipertrofi ventrikel dan
gangguan hantaran seperti adanya blok cabang berkas pada vebtrikel kiri atau kanan.
Berdasarkan algoritma terapi penanganan aritmia amiodaron tidak dipilih sebagai obat
pilihan pertama, maka dipilihlah golongan DCC (adenosine). dalam kasus ini Ny. R mengalami nyeri
dada sehingga pemilihan adenosine merupakan pilihan yang tepat. pemberian Isosorbide dinitrat
secara IV untuk mengatasi nyeri dada lebih cepat karena bersifat vasodilator koroner yang poten.
Isosorbide dinitrat diberikan secara IV hanya diberikan di rumah sakit sebagai tindakan pertama
mengurangi nyeri dada. Selanjutnya tidak diberikan pada tahap pemeliharaan karena pemberian
adenosine sudah cukup untuk mengatasi terjadinya nyeri dada.
Aspirin diindikasikan sebagai antiplatelet. Alasan dipilihnya aspirin adalah karena aspirin
dapat mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada
sirkulasi arteri, dapat juga untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya, dan untuk mencegah
terjadinya stroke dimana pasien mempunyai riwayat keturunan stroke. Aspirin diminum sesudah
makan untuk menghindari iritasi lambung.
Penatalaksanaan terapi Ny. R untuk mengatasi keluhannya :
Terapi non farmakologi:
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil
2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan
Terapi farmakologi:
No.
Nama obat
Dosis anjuran
1.
2.
3.
Adenosin
Rovastatin
Aspirin
4.
Isosorbide
dinitrat
3 x sehari 40 mg
1 x sehari 10 mg
1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek
antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk
mencagah penyakit jantung selanjutnya
5 – 10 mcg/min secara IV
16. Monitoring terhadap keadaan pasien dapat dilakukan dengan cara, antara
lain :
Monitoring terhadap tekanan darah, monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Sedangkan monitoring terhadap penggunaan obat dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
monitoring terhadap efek samping obat, evaluasi keberhasilan terapi aritmia, evaluasi
keberhasilan terapi hiperlipidemia. Selain melakukan monitoring juga dilakukan KIE kepada
pasien maupun keluarganya, berupa: informasi kepada pasien untuk menjalankan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan, pasien diedukasi
tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan, pasien diberitahu tentang aturan pakai obat,
efek samping, dosis obat yang digunakan, informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan
terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.
IX.
Kesimpulan
1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia
2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide dinitrat secara
intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin dan aspirin
3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil, penurunan asupan
kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau
6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga berat badan
X.
Daftar pustaka
Chobaniam AV et al., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection
and Treatment of High Blood Pressure
Dipiro,J.T., PharmD, FCCP, et al., Pharmacoterapy: a pathophysiologic Approach, Sixth Edision 2005,
The McGraw –Hill Companies Inc, Medikal Pulishing Division, United States of America
Sukandar,Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT.ISFI. Jakarta
http://www.artikelkedokteran.com/