SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER
DAN RENAL

PRAKTIKUM III
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG

Oleh :
Golongan / kelompok: III / I
Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013
Nama Mahasiswa

NIM

Kontribusi

1. Sulistiyowati

105010568

100%

2. Indah Wahyu Utami

105010596

100%

3. Dwi Mindiarti

105010610

100%

4. Ika Desti Pratiwi

105010627

100%

5. Puji Hartati

115010675

100%

Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2013
PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI RENAL DAN KARDIOVASKULER
P3
ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG

I.

Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan kasus tentang aritmia dan gagal jantung,
serta dapat memberikan terapi pengobatan untuk menyelesaikan kasus tersebut.

II.

Dasar teori
1. Aritmia
Aritmia adalah gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering
terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges,
1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat,
terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan
orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang
melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan
atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi
bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut
bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat
(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).
A. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a.

Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),

b.

misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti

c.

aritmia lainnya
d.

Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

e.

Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung

f.

Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

g.

Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

h.

Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

i.

Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

j.

Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan
irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal,
kardiomiopati, dan

kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir

semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner.
Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat
mengubah jalur impuls elektrik di jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid
terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan
hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat
berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat
akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)
juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia
jantung dan fibrilasi atrium.
i.

Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),
membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls
elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia
jantung.

j.

Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung
serta

dapat

meningkatkan

kemungkinan terjadinya

fibrilasi

atrium

(atrial

fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif
dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan
mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi
ventrikel (ventricular fibrillation).
B. Alogaritmia Aritmia

2. Gagal jantung
Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk mendefinisikan gagal
jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain kompleks gejala seperti
haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung
merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal
jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau
kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan
tungkai.
Selain itu gagal jantung dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana pasien
memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung (sesak napas saat aktifitas
fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas
gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular
venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas
struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac
murmur, abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic peptide).
A. PATOFISIOLOGI
Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung menciptakan
suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial underfilling. Selain
itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis, renin
– angiotensin – aldosterone system, arginine vasopressin dan endotelin – 1) menjadi
teraktivasi untuk mempertahankan euvolemia yang menyebabkan retensi cairan,
vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk
mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan.
Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi dan mediator –
mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan imunomodulator yang diamati
pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan perburukan gejala gagal jantung dan
perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4
Gambar 1. Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada pasien
dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS = sympathetic
nervous system; SVR = systemic vascular resistance.4
Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di
instalasi gawatdarurat.7
Gambar 3. Algoritma penatalaksanaan pada Acute decompensated heart failure. ADHF,
acute decompensated heart failure; AJR, abdominal jugular reflex; BiPAP, bi-level
positive airway pressure; BNP, B-type natriuretic peptide; CI, cardiac index; CPAP,
continuous positive airway pressure; DOE, dyspnea on exertion; HJR, hepatojugular
reflex; JVD, jugular venous distention; PCWP, pulmonary capillary wedge pressure;
PND, paroxysmal nocturnal dyspnea; SBP, systolic blood pressure; SCr, serum creatinine;
SOB, shortness of breath; SVR, systemic vascular resistance.7
III.

Kasus
Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada,
dan kelihatan sangat pucat. Pada pemeriksaan didapatkan data:
RR

: 40x/menit,

HR

: 140x/menit, dan

TD

: 130/90 mmHg

BB

: 80 Kg

TB

: 150 cm

Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat
yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin.

IV.

Analisa SOAP
a. Subyektif
Nama
Umur
Jenis kelamin
Keluhan
pucat
Riwayat penyakit
kompleks QRS
Riwayat pengobatan
Riwayat keluarga

: Ny. R
: 48 tahun
: wanita
: jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, kelihatan sangat
: hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada
: amiodaron, rovastatin, dan aspirin
: bapaknya meninggal karena stroke

2. Obyektif
No. Data pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Keterangan

1.

RR

40x/menit

16-20x/menit

cepat

2.

HR

140x/menit

60-100x/menit

cepat

3.

TD

130/90 mmHg

120/80 mmHg

prehipertensi

4.

BB

80 Kg

5.

TB

150 cm

35,56

Obesitas

6.

HDL

36mg/dL

≥ 60 mg/dL

rendah

7.

Kolesterol total

300 mg/dL

< 200 mg/dL

Tinggi
3. Assesment
Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita serangan aritmia
supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang tinggi (hiperlipidemia)
4. Plan
Tujuan terapi :
a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler
b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian serangan berulang.
Sasaran terapi :
a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit
b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL
V.

Analisa pengobatan yang rasional
Terapi farmakologi
1. Tepat indikasi
No.

Nama obat

Indikasi

1.

Adenosin

Anti aritmia

2.

Rovastatin

3.

Aspirin

4.

Isosorbide
dinitrat

Mekanisme

Mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitive
asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV, yang
menghasilakan pemendekan lama aksi
potensial, hiperpolarisasi, dan perlambatan
automatisitas normal.
Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reductse
yang merupakan suatu enzim yang mengontrol
biosintesis
Antiplatelet
Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2)
di dalarn trombosit, sehingga akhirnya
menghambat agregasi trombosit.
Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit
tersebut secara permanen. Penghambatan
inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam
pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic
Attack).
Profilaksis
dan Vasodilatasi
berdasar
terbentuknya
pengobatan
nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel
angina
dinding pembuluh
2. Tepat obat
No. Nama obat
1.
Adenosin

2.

Rovastatin

3.

Aspirin

4.

Isosorbide dinitrat

Alasan dipilih
Merupakan
obat
pilihan
pertama karena durasi kerjanya
yang pendek
tidak akan
memperlama
kompromi
hemodinamik pada penderita
dengan kompleks QRS yang
lebar
Derivat sintetis yang khasiatnya
terkuat dari semua statin
dengan
penurunan
kadar
kolesterol dan trigliserid
Mengurangi agregasi platelet,
sehingga dapat menghambat
pembentukan thrombus pada
sirkulasi arteri
Baik untuk pasien dengan
keadaan jantung tidak mampu
memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh,
penggunaan per oral untuk
menanggulangi serangan angina
akut secara efektif

Keterangan
Tepat obat

Tepat obat

Tepat obat

Tepat obat

3. Tepat pasien
No.

Nama obat

Kontra indikasi

Keterangan

1.

Adenosin

Rovastatin

Pasien
mengalami
kontaindikasi
Pasien
mengalami
kontaindikasi

tidak

2.

3.

Aspirin

Pasien
mengalami
kontaindikasi

tidak

4.

Isosorbide
dinitrat

Blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom
ganguan sinus (kecuali bila digunakan pada
jantung); asma
Penyakit hati aktif termasuk peningkatan
persisten kadar transaminase serum 3x dari
batas atas nilai normal, hipersensivitas pada
statin, wanita hamil, dan menyusui
Pasien yang sensitive dengan aspirin. Asma,
tukak lambung, perdarahan subkutan,
hemophilia,
trombositopenia,
pasien
dengan terapi antikoagulan.
Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi,
kardiopati, obstruktif, anemia berat, trauma
kepala

Pasien
mengalami
kontaindikasi

tidak

tidak
4. Tepat dosis
No.

Nama obat

Dosis yang direkomendasi

Dosis anjuran

1.

Adenosin

120 – 180 mg/ hari

3 x sehari 40 mg

2.

Rovastatin

1 x sehari 10 mg

3.

Aspirin

1 x sehari 10 mg
Dosis pemeliharaan : 10 – 80 mg
150 – 300 mg sebagai dosis
tunggal diberikan segera setelah
kejadian iskemik dan kemudian
diikuti
dengan
pemberian
jangka panjang 75 mg sehari
sekali untuk mencegah penyakit
jantung selanjutnya

4.

Isosorbide dinitrat

1 x sehari 300 mg
setelah
makan
untuk mendapatkan
efek antiagregasi,
kemudian 75 mg
sekali sehari untuk
mencagah penyakit
jantung selanjutnya
Angina : 30 – 120 mg sehari 5 – 10 mcg/min
dalam dosis terbagi
secara IV

5. Waspada efek samping
No. Nama obat

Efek samping

1.

Adenosin

2.

Rovastatin

3.

Aspirin

Muka
merah,
nyeri
dada, Bila efek samping
bronkospasme, rasa tercekik, mual, terjadi dosis dapat
kepala terasa ringan
dikurangi
Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, Bila efek samping
nyeri abdomen, mialgia, astenia.
terjadi dosis dapat
dikurangi
Mual, muntah, anoreksia, nyeri Sebaiknya diminum
epigastrium, diare, luka erosif dan sesudah
makan
ulseratif. Penggunaan jangka panjang untuk menghindari
mungkin dapat menyebabkan pusing, nyeri lambung
sakit kepala, gangguan penglihatan
reversibel, tinnitus, meningitis aseptik.
Perpanjangan waktu perdarahan.
Dalam penggunaan jangka panjang
dapat menyebabkan disfungsi ginjal,
gagal ginjal akut, sindrom nefrotik,

4.

Isosorbide dinitrat

-

Terapi non farmakologi
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil

Keterangan

-
2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan

VI.

Monitoring
Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain :
1. Monitoring terhadap tekanan darah
2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Monitoring terhadap penggunaan obat :
1. Monitoring terhadap efek samping obat
2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia
3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia.

VII.

KIE

1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi
untuk keberhasilan pengobatan.
2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan.
3. Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan.
4. Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi
non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.

VIII.

Pembahasan
Aritmia merupakan penyakit hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada
detak jantung. Kondisi

dimana disebabkannya ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan

aktivitas jantung. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls,
konduksi impuls atau keduanya. Mekanisme kerja obat antiaritmia yaitu penurunan frekuensi jantung
(efek kronotrop negatif) dan mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop negatif). Dari kasus
diatas dilihat dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS.
Dilihat dari data Ny. R mengalami gangguan aritmia dan hiperlipidemik. Diketahui juga
terdapat abnormalitas pada kompleks QRS. Interval QRS adalah manifestasi waktu penghantaran
impuls didalam ventrikel dan besarnya antara 0,03 – 0,10 detik pada sadapan dada. Penambahan
waktu menjadi lebih besar dari nilai yang normal biasanya terjadi pada hipertrofi ventrikel dan
gangguan hantaran seperti adanya blok cabang berkas pada vebtrikel kiri atau kanan.
Berdasarkan algoritma terapi penanganan aritmia amiodaron tidak dipilih sebagai obat
pilihan pertama, maka dipilihlah golongan DCC (adenosine). dalam kasus ini Ny. R mengalami nyeri
dada sehingga pemilihan adenosine merupakan pilihan yang tepat. pemberian Isosorbide dinitrat
secara IV untuk mengatasi nyeri dada lebih cepat karena bersifat vasodilator koroner yang poten.
Isosorbide dinitrat diberikan secara IV hanya diberikan di rumah sakit sebagai tindakan pertama
mengurangi nyeri dada. Selanjutnya tidak diberikan pada tahap pemeliharaan karena pemberian
adenosine sudah cukup untuk mengatasi terjadinya nyeri dada.
Aspirin diindikasikan sebagai antiplatelet. Alasan dipilihnya aspirin adalah karena aspirin
dapat mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada
sirkulasi arteri, dapat juga untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya, dan untuk mencegah
terjadinya stroke dimana pasien mempunyai riwayat keturunan stroke. Aspirin diminum sesudah
makan untuk menghindari iritasi lambung.
Penatalaksanaan terapi Ny. R untuk mengatasi keluhannya :
Terapi non farmakologi:
1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil
2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan.
3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap.
4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari.
5. Mengelola stress
6. Menjaga berat badan
Terapi farmakologi:
No.

Nama obat

Dosis anjuran

1.
2.
3.

Adenosin
Rovastatin
Aspirin

4.

Isosorbide
dinitrat

3 x sehari 40 mg
1 x sehari 10 mg
1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek
antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk
mencagah penyakit jantung selanjutnya
5 – 10 mcg/min secara IV
Monitoring terhadap keadaan pasien dapat dilakukan dengan cara, antara

lain :

Monitoring terhadap tekanan darah, monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah.
Sedangkan monitoring terhadap penggunaan obat dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
monitoring terhadap efek samping obat, evaluasi keberhasilan terapi aritmia, evaluasi
keberhasilan terapi hiperlipidemia. Selain melakukan monitoring juga dilakukan KIE kepada
pasien maupun keluarganya, berupa: informasi kepada pasien untuk menjalankan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan, pasien diedukasi
tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan, pasien diberitahu tentang aturan pakai obat,
efek samping, dosis obat yang digunakan, informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan
terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi.

IX.

Kesimpulan
1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia
2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide dinitrat secara
intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin dan aspirin
3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil, penurunan asupan
kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau
6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga berat badan

X.

Daftar pustaka
Chobaniam AV et al., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection
and Treatment of High Blood Pressure
Dipiro,J.T., PharmD, FCCP, et al., Pharmacoterapy: a pathophysiologic Approach, Sixth Edision 2005,
The McGraw –Hill Companies Inc, Medikal Pulishing Division, United States of America
Sukandar,Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT.ISFI. Jakarta
http://www.artikelkedokteran.com/

More Related Content

What's hot

Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
Sirod Judin
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Mulky Smaikers
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
Sapan Nada
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visWidya Wirandika
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Elvarinna Permata
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
1234ulha
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Mina Audina
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
qlp
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
Abulkhair Abdullah
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
Kopertis Wilayah I
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
mila_indriani
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
qlp
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Surya Amal
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
UIN Alauddin Makassar
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
aufia w
 

What's hot (20)

Uv vis
Uv visUv vis
Uv vis
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
Ppt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv visPpt spektrofotometri uv vis
Ppt spektrofotometri uv vis
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
Emulsi jadi
Emulsi jadiEmulsi jadi
Emulsi jadi
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)Kromatografi lapis tipis (klt)
Kromatografi lapis tipis (klt)
 
Spektro uv-vis
Spektro uv-visSpektro uv-vis
Spektro uv-vis
 
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
Laporan praktikum kromatografi 3 (klt)
 

Viewers also liked

Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
ajengninda
 
Penggolongan obat kolesterol
Penggolongan obat kolesterolPenggolongan obat kolesterol
Penggolongan obat kolesterolzebua89
 
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNGFARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
Sulistia Rini
 
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
Sulistia Rini
 
Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasObat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasDilla Novita
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
Farmakoterapi penyakit hati
Farmakoterapi penyakit hatiFarmakoterapi penyakit hati
Farmakoterapi penyakit hati
Muhammad Asrat
 
UU Farmasi 3
UU Farmasi 3UU Farmasi 3
UU Farmasi 3
SMKF Plus Bani Saleh
 

Viewers also liked (9)

Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakitFarmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
Farmakoterapi pada pasien dengan kondisi patologis penyakit
 
Penggolongan obat kolesterol
Penggolongan obat kolesterolPenggolongan obat kolesterol
Penggolongan obat kolesterol
 
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNGFARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
 
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
FARMAKOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
 
Obat Bebas Terbatas
Obat Bebas TerbatasObat Bebas Terbatas
Obat Bebas Terbatas
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Farmakoterapi penyakit hati
Farmakoterapi penyakit hatiFarmakoterapi penyakit hati
Farmakoterapi penyakit hati
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
UU Farmasi 3
UU Farmasi 3UU Farmasi 3
UU Farmasi 3
 

Similar to Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]

Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmiaKumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
kiki marzuki
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
Bagus Putra
 
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmiaasuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
 
Decom
DecomDecom
Decom
dinnarisha
 
PPT JAntung.pptx
PPT JAntung.pptxPPT JAntung.pptx
PPT JAntung.pptx
JonathanIngram16
 
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptxPPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
WilsonMarceilona
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
Sulistia Rini
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
wahyufarabi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
pjj_kemenkes
 
Woc cardiac arrest titis trijayanti
Woc cardiac arrest titis trijayantiWoc cardiac arrest titis trijayanti
Woc cardiac arrest titis trijayanti
titis trijayanti
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
Warnet Raha
 
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7aModul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Ai Coryde
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
LisaSofitriana
 
Refrat syok kardiogenik fix
Refrat syok kardiogenik fixRefrat syok kardiogenik fix
Refrat syok kardiogenik fix
Imam Surkani
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
Yabniel Lit Jingga
 

Similar to Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1] (20)

Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmiaKumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
 
Tinjauan Pustaka
Tinjauan PustakaTinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
 
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmiaasuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
 
Decom
DecomDecom
Decom
 
PPT JAntung.pptx
PPT JAntung.pptxPPT JAntung.pptx
PPT JAntung.pptx
 
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptxPPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
PPT_PENYAKIT_JANTUNG.pptx
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
 
Penyakit jantung
Penyakit jantungPenyakit jantung
Penyakit jantung
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Woc cardiac arrest titis trijayanti
Woc cardiac arrest titis trijayantiWoc cardiac arrest titis trijayanti
Woc cardiac arrest titis trijayanti
 
Hipertensi 1
Hipertensi 1Hipertensi 1
Hipertensi 1
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2Askep pada pasien hipertensi2
Askep pada pasien hipertensi2
 
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7aModul 1 sesak napas skenario 2 7a
Modul 1 sesak napas skenario 2 7a
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
 
Refrat syok kardiogenik fix
Refrat syok kardiogenik fixRefrat syok kardiogenik fix
Refrat syok kardiogenik fix
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 

Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]

  • 1. LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI SISTEM KARDIOVASKULER DAN RENAL PRAKTIKUM III ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG Oleh : Golongan / kelompok: III / I Hari / Tanggal Praktikum : Selasa / 28 Mei 2013 Nama Mahasiswa NIM Kontribusi 1. Sulistiyowati 105010568 100% 2. Indah Wahyu Utami 105010596 100% 3. Dwi Mindiarti 105010610 100% 4. Ika Desti Pratiwi 105010627 100% 5. Puji Hartati 115010675 100% Dosen Pengampu Praktikum: Yance Anas, S.Farm., MSc., Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 2013
  • 2. PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI RENAL DAN KARDIOVASKULER P3 ARITMIA DAN GAGAL JANTUNG I. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan kasus tentang aritmia dan gagal jantung, serta dapat memberikan terapi pengobatan untuk menyelesaikan kasus tersebut. II. Dasar teori 1. Aritmia Aritmia adalah gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996). Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit). A. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh : a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
  • 3. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), b. misalnya iskemia miokard, infark miokard. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti c. aritmia lainnya d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia) e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis) h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme) i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung) Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah: a. Penyakit Arteri Koroner Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung. b. Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di jantung. c. Penyakit Jantung Bawaan Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung. d. Masalah pada Tiroid Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia). e. Obat dan Suplemen
  • 4. Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia. f. Obesitas Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung. g. Diabetes Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia. h. Obstructive Sleep Apnea Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium. i. Ketidakseimbangan Elektrolit Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung. j. Terlalu Banyak Minum Alkohol Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung). k. Konsumsi Kafein atau Nikotin Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius. Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
  • 5. B. Alogaritmia Aritmia 2. Gagal jantung Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk mendefinisikan gagal jantung. Gejala – gejala yang menjadi sorotan antara lain kompleks gejala seperti haemodynamik, konsumsi oksigen atau kapasitas melakukan kegiatan fisik. Gagal jantung merupakan gejala – gejala dimana pasien memenuhi ciri berikut: gejala – gejala gagal jantung, nafas pendek yang khas selama istirahat atau saat melakukan aktifitas, dan atau kelelahan; tanda – tanda retensi cairan seperti kongestif pulmonal atau pembengkakan tungkai. Selain itu gagal jantung dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma klinis dimana pasien memiliki beberapa gambaran antara lain gejala khas gagal jantung (sesak napas saat aktifitas fisik atau saat istirahat, kelelahan, keletihan, pembengkakan pada tungkai) dan tanda khas
  • 6. gagal jantung (takikardia, takipnea, pulmonary rales, efusi pleura, peningkatan jugular venous pressure, edema perifer, hepatomegali) dan temuan objektif pada abnormalitas struktur dan fungsi jantung saat istirahat (kardiomegali, bunyi jantung ketiga, cardiac murmur, abnormalitas pada elektrokardiogram, penigkatan konsentrasi natriuretic peptide). A. PATOFISIOLOGI Ketidakmampuan dan kegagalan jantung memompa darah secara langsung menciptakan suatu keadaan hipovolemik relatif yang lebih dikenal dengan arterial underfilling. Selain itu respon terhadap faktor – faktor neurohormonal (seperti sistem saraf simpatis, renin – angiotensin – aldosterone system, arginine vasopressin dan endotelin – 1) menjadi teraktivasi untuk mempertahankan euvolemia yang menyebabkan retensi cairan, vasokonstriksi, atau keduanya. Pada pasien tanpa gagal jantung, respon ini untuk mengakhiri volume cairan yang telah dipertahakan. Aktivasi neurohormonal juga menstimulasi aktivasi sitokin proinflamasi dan mediator – mediator apoptosis miosit. Elevasi neurohormonal dan imunomodulator yang diamati pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan perburukan gejala gagal jantung dan perburukan prognosis pasien (Gambar 1).4
  • 7. Gambar 1. Dampak dari mediator secara patofisiologi pada hemodinamik pada pasien dengan gagal jantung. PCWP = pulmonary capillary wedge pressure; SNS = sympathetic nervous system; SVR = systemic vascular resistance.4
  • 8. Gambar 2. Algoritma untuk stabilisasi awal pada acute decompensated heart failure di instalasi gawatdarurat.7
  • 9. Gambar 3. Algoritma penatalaksanaan pada Acute decompensated heart failure. ADHF, acute decompensated heart failure; AJR, abdominal jugular reflex; BiPAP, bi-level positive airway pressure; BNP, B-type natriuretic peptide; CI, cardiac index; CPAP, continuous positive airway pressure; DOE, dyspnea on exertion; HJR, hepatojugular reflex; JVD, jugular venous distention; PCWP, pulmonary capillary wedge pressure; PND, paroxysmal nocturnal dyspnea; SBP, systolic blood pressure; SCr, serum creatinine; SOB, shortness of breath; SVR, systemic vascular resistance.7
  • 10. III. Kasus Ny. R 48 th, datang ke sebuah RS dengan keluhan jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, dan kelihatan sangat pucat. Pada pemeriksaan didapatkan data: RR : 40x/menit, HR : 140x/menit, dan TD : 130/90 mmHg BB : 80 Kg TB : 150 cm Dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS. HDL 36 mg/dl, kolesterol total 300mg/dl. Diketahui bapaknya meninggal karena stroke. Obat yang diberikan dokter : Amiodaron, Rovastatin, dan Aspirin. IV. Analisa SOAP a. Subyektif Nama Umur Jenis kelamin Keluhan pucat Riwayat penyakit kompleks QRS Riwayat pengobatan Riwayat keluarga : Ny. R : 48 tahun : wanita : jantung sering berdebar-debar, nyeri di dada, kelihatan sangat : hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada : amiodaron, rovastatin, dan aspirin : bapaknya meninggal karena stroke 2. Obyektif No. Data pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan 1. RR 40x/menit 16-20x/menit cepat 2. HR 140x/menit 60-100x/menit cepat 3. TD 130/90 mmHg 120/80 mmHg prehipertensi 4. BB 80 Kg 5. TB 150 cm 35,56 Obesitas 6. HDL 36mg/dL ≥ 60 mg/dL rendah 7. Kolesterol total 300 mg/dL < 200 mg/dL Tinggi
  • 11. 3. Assesment Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium dan EKG Ny. R menderita serangan aritmia supraventrikular disertai kadar kolesterol total yang tinggi (hiperlipidemia) 4. Plan Tujuan terapi : a. Penurunan kolesterol total untuk mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler b. Mengembalikan ritme irama jantung dan mencegah kejadian serangan berulang. Sasaran terapi : a. mengembalikan ritme jantung hingga 60-100x/menit b. menurunkan kadar kolesterol total hingga < 200 mg/dL V. Analisa pengobatan yang rasional Terapi farmakologi 1. Tepat indikasi No. Nama obat Indikasi 1. Adenosin Anti aritmia 2. Rovastatin 3. Aspirin 4. Isosorbide dinitrat Mekanisme Mengaktifkan aliran ion kalium yang sensitive asetilkolin di atrium, sinus dan nodus AV, yang menghasilakan pemendekan lama aksi potensial, hiperpolarisasi, dan perlambatan automatisitas normal. Antihiperlipidemik Inhibitor kompetitif enzim HMG KoA reductse yang merupakan suatu enzim yang mengontrol biosintesis Antiplatelet Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit. Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack). Profilaksis dan Vasodilatasi berdasar terbentuknya pengobatan nitrogenoksida (NO) dari nitrat di sel-sel angina dinding pembuluh
  • 12. 2. Tepat obat No. Nama obat 1. Adenosin 2. Rovastatin 3. Aspirin 4. Isosorbide dinitrat Alasan dipilih Merupakan obat pilihan pertama karena durasi kerjanya yang pendek tidak akan memperlama kompromi hemodinamik pada penderita dengan kompleks QRS yang lebar Derivat sintetis yang khasiatnya terkuat dari semua statin dengan penurunan kadar kolesterol dan trigliserid Mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada sirkulasi arteri Baik untuk pasien dengan keadaan jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, penggunaan per oral untuk menanggulangi serangan angina akut secara efektif Keterangan Tepat obat Tepat obat Tepat obat Tepat obat 3. Tepat pasien No. Nama obat Kontra indikasi Keterangan 1. Adenosin Rovastatin Pasien mengalami kontaindikasi Pasien mengalami kontaindikasi tidak 2. 3. Aspirin Pasien mengalami kontaindikasi tidak 4. Isosorbide dinitrat Blok AV derajat 2 atau 3 dan sindrom ganguan sinus (kecuali bila digunakan pada jantung); asma Penyakit hati aktif termasuk peningkatan persisten kadar transaminase serum 3x dari batas atas nilai normal, hipersensivitas pada statin, wanita hamil, dan menyusui Pasien yang sensitive dengan aspirin. Asma, tukak lambung, perdarahan subkutan, hemophilia, trombositopenia, pasien dengan terapi antikoagulan. Hipersensitif terhadap nitrat, hipotensi, kardiopati, obstruktif, anemia berat, trauma kepala Pasien mengalami kontaindikasi tidak tidak
  • 13. 4. Tepat dosis No. Nama obat Dosis yang direkomendasi Dosis anjuran 1. Adenosin 120 – 180 mg/ hari 3 x sehari 40 mg 2. Rovastatin 1 x sehari 10 mg 3. Aspirin 1 x sehari 10 mg Dosis pemeliharaan : 10 – 80 mg 150 – 300 mg sebagai dosis tunggal diberikan segera setelah kejadian iskemik dan kemudian diikuti dengan pemberian jangka panjang 75 mg sehari sekali untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya 4. Isosorbide dinitrat 1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya Angina : 30 – 120 mg sehari 5 – 10 mcg/min dalam dosis terbagi secara IV 5. Waspada efek samping No. Nama obat Efek samping 1. Adenosin 2. Rovastatin 3. Aspirin Muka merah, nyeri dada, Bila efek samping bronkospasme, rasa tercekik, mual, terjadi dosis dapat kepala terasa ringan dikurangi Sakit kepala, pusing, konstipasi, mual, Bila efek samping nyeri abdomen, mialgia, astenia. terjadi dosis dapat dikurangi Mual, muntah, anoreksia, nyeri Sebaiknya diminum epigastrium, diare, luka erosif dan sesudah makan ulseratif. Penggunaan jangka panjang untuk menghindari mungkin dapat menyebabkan pusing, nyeri lambung sakit kepala, gangguan penglihatan reversibel, tinnitus, meningitis aseptik. Perpanjangan waktu perdarahan. Dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan disfungsi ginjal, gagal ginjal akut, sindrom nefrotik, 4. Isosorbide dinitrat - Terapi non farmakologi 1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil Keterangan -
  • 14. 2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan. 3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap. 4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari. 5. Mengelola stress 6. Menjaga berat badan VI. Monitoring Monitoring terhadap keadaan pasien, antara lain : 1. Monitoring terhadap tekanan darah 2. Monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah. Monitoring terhadap penggunaan obat : 1. Monitoring terhadap efek samping obat 2. Evaluasi keberhasilan terapi aritmia 3. Evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia. VII. KIE 1. Diinformasikan kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan. 2. Pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan. 3. Pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan. 4. Informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi. VIII. Pembahasan Aritmia merupakan penyakit hilangnya ritme jantung terutama ketidakteraturan pada detak jantung. Kondisi dimana disebabkannya ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan aktivitas jantung. Aritmia tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls, konduksi impuls atau keduanya. Mekanisme kerja obat antiaritmia yaitu penurunan frekuensi jantung (efek kronotrop negatif) dan mengurangi daya kontraksi jantung (efek inotrop negatif). Dari kasus diatas dilihat dari hasil pemeriksaan EKG ditemui adanya abnormalitas pada kompleks QRS. Dilihat dari data Ny. R mengalami gangguan aritmia dan hiperlipidemik. Diketahui juga terdapat abnormalitas pada kompleks QRS. Interval QRS adalah manifestasi waktu penghantaran
  • 15. impuls didalam ventrikel dan besarnya antara 0,03 – 0,10 detik pada sadapan dada. Penambahan waktu menjadi lebih besar dari nilai yang normal biasanya terjadi pada hipertrofi ventrikel dan gangguan hantaran seperti adanya blok cabang berkas pada vebtrikel kiri atau kanan. Berdasarkan algoritma terapi penanganan aritmia amiodaron tidak dipilih sebagai obat pilihan pertama, maka dipilihlah golongan DCC (adenosine). dalam kasus ini Ny. R mengalami nyeri dada sehingga pemilihan adenosine merupakan pilihan yang tepat. pemberian Isosorbide dinitrat secara IV untuk mengatasi nyeri dada lebih cepat karena bersifat vasodilator koroner yang poten. Isosorbide dinitrat diberikan secara IV hanya diberikan di rumah sakit sebagai tindakan pertama mengurangi nyeri dada. Selanjutnya tidak diberikan pada tahap pemeliharaan karena pemberian adenosine sudah cukup untuk mengatasi terjadinya nyeri dada. Aspirin diindikasikan sebagai antiplatelet. Alasan dipilihnya aspirin adalah karena aspirin dapat mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan thrombus pada sirkulasi arteri, dapat juga untuk mencegah penyakit jantung selanjutnya, dan untuk mencegah terjadinya stroke dimana pasien mempunyai riwayat keturunan stroke. Aspirin diminum sesudah makan untuk menghindari iritasi lambung. Penatalaksanaan terapi Ny. R untuk mengatasi keluhannya : Terapi non farmakologi: 1. Menjaga tekanan darah agar tetap stabil 2. Penurunan asupan kolesterol dalam makanan. 3. Olahraga yang teratur dengan ritme tetap. 4. Diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari. 5. Mengelola stress 6. Menjaga berat badan Terapi farmakologi: No. Nama obat Dosis anjuran 1. 2. 3. Adenosin Rovastatin Aspirin 4. Isosorbide dinitrat 3 x sehari 40 mg 1 x sehari 10 mg 1 x sehari 300 mg setelah makan untuk mendapatkan efek antiagregasi, kemudian 75 mg sekali sehari untuk mencagah penyakit jantung selanjutnya 5 – 10 mcg/min secara IV
  • 16. Monitoring terhadap keadaan pasien dapat dilakukan dengan cara, antara lain : Monitoring terhadap tekanan darah, monitoring terhadap kadar kolesterol dalam darah. Sedangkan monitoring terhadap penggunaan obat dapat dilakukan dengan cara, antara lain : monitoring terhadap efek samping obat, evaluasi keberhasilan terapi aritmia, evaluasi keberhasilan terapi hiperlipidemia. Selain melakukan monitoring juga dilakukan KIE kepada pasien maupun keluarganya, berupa: informasi kepada pasien untuk menjalankan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi untuk keberhasilan pengobatan, pasien diedukasi tentang penyakitnya, tujuan terapi yang dilakukan, pasien diberitahu tentang aturan pakai obat, efek samping, dosis obat yang digunakan, informasi kepada keluarga pasien untuk menjalankan terapi farmakologi bersama denganterapi non farmakologi untuk mencapai keberhasilan terapi. IX. Kesimpulan 1. Ny. R mengalami artmia dan hiperlipidemia 2. Terapi yang diberikan yaitu terapi farmakologi dengan pemberian isosorbide dinitrat secara intravena ketika datang ke rumah sakit, adenosine, rovastatin dan aspirin 3. Terapi non farmakologi yaitu menjaga tekanan darah agar tetap stabil, penurunan asupan kolesterol dalam makanan, olahraga yang teratur dengan ritme tetap, diet garam, 2.4 g Na atau 6 g NaCl/hari, mengelola stress, menjaga berat badan X. Daftar pustaka Chobaniam AV et al., 2003, Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure Dipiro,J.T., PharmD, FCCP, et al., Pharmacoterapy: a pathophysiologic Approach, Sixth Edision 2005, The McGraw –Hill Companies Inc, Medikal Pulishing Division, United States of America Sukandar,Elin Yulinah dkk. 2008. Iso Farmakoterapi. PT.ISFI. Jakarta http://www.artikelkedokteran.com/