SlideShare a Scribd company logo
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolismetubuh.Gagal jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis pada
jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996).
Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri
deases (CAD), hipertensi,penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark(
AMI), Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan),bakterial endokarditis, dan
anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit jantung, meskipun
demikiantidaksemuapenyakit jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan
fungsinyasebagai pompa.Jantungyanglemahmasihdapatmemompakandarah dalam jumlah yang
cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban tambahan
akibat kegiatan, kehamilan, demam dan lain-lain. .
Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak teratur
minumobatjantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung yang berulang, melakukan pekerjaan
berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol
(Noer,1996).
Payah jantung dapat dimanifestasikan sebagai “Forward-Failure” misalnya pada infark miocard
dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat bermanifestasi sebagai “Backward-
Failure”,dimanaterjadi kegagalanventrikel kanansebagai akibatdari kegagalanventrikelkiri.Dalam
hal ini terjadi peninggian tekanan di dalam atrium kiri dan pembendungan vena pulmonal dengan
tanda napas sesak, oedema paru dan lain-lain (Toja,1989).
Payah jantung dapat di temukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat. Gagal
jantungdapat diklasifikasikanberdasarkanberatnyagejalayangtimbul, meskipunklasifikasi ini tidak
tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat terutama dalam menilai hasil therapi.
Klasifikasi yang banyak digunakan adalah dari New York Heart Association Classification (NYHA
)1994. NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung Class 1 : Berupa keadaan klien dalam aktifitas fisik
sehari-hari tidak menimbulkan sesak napas atau kelelahan. Class 2 : Penderita penyakit
jantungsaat istirahattidakada keluhan namun bila melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak
napas dan kelelahan. Class 3 : Saat istirahat tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang lebih ringan dari
aktifitassehari-hari sudahmenimbulkansesaknapasdankelelahan.Class4: Penderitatidak mampu
melakukan aktifitas fisik. Gejala- gejala gagal jantung sudah nampak pada saat penderita istirahat
dan setiap aktifitas fisik menambah beratnya keluhan(Sutomo,2003).
Penyebab disfungsi pada gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung berfungsi sebagai pompa
namun perubahan pada mekanisme fisiologis dasar preload (pengisian darah saat ventrikel
relaksasi/derajat regangan serabut otot jantung sebelum kontraksi) dan Strouk Volume (Jumlah
darah yang di pompaolehventrikelpadasetiapkali ventrikel kontraksi) turutberpengaruh terhadap
keadaan pathologis gagal jantung. Akibat dari jantung yang gagal melakukan pompa maka akan
terjadi beberapa mekanisme kompensasi berupa pengaktifan saraf simpatik. Peningkatan kerja
simpatikmewakiliresponsawal terhadappenurunan cardiac out put. Rangsangan ini menyebabkan
pacu jantungmeningkat.Rangsanganini juga menyebabkan terjadinya tahanan di vaskuler perifer,
Akibatnya tonus vena meningkat, dengan meningkatkan tahanan sistemik vaskuler dapat
memperbaiki/meningkatkan venusreturn,sehinggapengisianventrikel meningkat.Kompensasi yang
lain pada ginjal. Akibat penurunan perfusi ke ginjal maka akan terjadi penurunan filtrasi
pada glomerolus dan merangsang mekanisme renin angiotensin. Renin angiotensinyang akan
mengakibatkan pelepasan aldosteron meningkat sehingga terjadi retensi air dan natrium.
Gagal Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung kiri terjadi
sebagai akibatdari disfungsi ventrikel kiri yangmenyebabkan darahkembali ke atriumkiri kemudian
ke paru-paru sehingga menaikan tekanan kapiler paru-paru. Akibatnya terjadi peningkatan
tekanankoloidosmotickapilerparudancairan akanbocor ke ruang intestisil,laluke alveoli.Hasilnya
adalah terjadi hipoksia karena pertukaran oksigen yang buruk. Ketika terjadi hipertensi jantung
harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan tersebut dapat berakibat
terjadi hipertropi ventrikelkiri.Otot-ototyanghipertropimempunyaidayakonstraksi yangjelek dan
lamakelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada katub aortic yang stenosis membuat
jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan
membuatototjantungmenjadihipertropi dandayakontraksinyaakanjadi buruk. Demikian juga jika
ada kebocoran pada katub aortic.
Gagal Jantungkananterjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan vena sistemik. Sebagai
akibatnya, vena sistemik terbendung dan curah ke paru-paru menurun. Penyebab utama adalah
gagal jantung kiri, yang menyebabkan peningkatan tekanan pulmonary sehingga ventrikel kanan
bertambah bebannya. Selain itu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan embolus
pulmoner dapat menimbulkan gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan yang disebabkan
oleh hipertensi pulmoner ini di sebut Cor Pulmonale (Tambayong, 2000).
Manfestasi klinik yang muncul pada penyakit gagal jantung tergantung pada penyebab dasar dan
luasnya penyakit jantung serta pada ventrikel mana yang gagal untuk memompa darah secara
efektif. Manifestasi pada umumnya berupa lemah, letih, lesu saat beraktifitas, sesak
napas, tachicardi, oedema, nokturia, perubahan prilaku, nyeri dada, perubahan kulit
(sianosis/kebiruan, Dusky/kulit kehitam-hitaman), keringat dingin.
Manifestasi klinik lebih spesifik pada gagal jantung kanan adalah oedema perifer, BB meningkat,
oedem pada kaki, asites, oedem seluruh tubuh, distensi vena jugularis,
hepatomegali, dan splenomegali. Sedangkan pada gagal jantung kiri adalah heart
rate meningkat, hipertropi ventrikel kiri, oedem paru ( terdengar bunyi rales ), dyspnoe(napas
dangkal), batuk (karena iritasi alveolar akibat penumpukan cairan), adanya suara jantung tiga.
Komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera di tangani adalah oedem paru, effusi
pleura, asites,cardiomegali dan thrombus ventrikel kiri.
Data penunjang untuk menentukan diagnosa pasti adalah dengan melakukan
pemeriksaan elektrolit(mungkin adaperubahanakibat perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal
dan therapy diuretic), Kimia darah ( BUN, Creatine, dan fungsi hati SGOT, bilirubin alkhalin
phosphat), Electro Cardio Gram (ECG). Rontgen dada dapat ditemukan adanya pembesaran
jantung(Doenges, 2000, Cannobio. 1990).
Berdasarkan data pada kantor ruang II Wanita, jumlah penderita gagal jantung yang dirawat pada
tahun 2003 sebanyak 4 orang ( 0,87 %) dari total pasien yang dirawat dalam tahun 2003 sebanyak
458 orang. Pada tahun 2004 penderita gagal jantung yang dirawat meningkat sekitar 0,59 % yaitu 7
orang ( 1,46 % ) dari total pasien yang dirawat dalam tahun 2004 sebanyak 480 orang. Dalam tiga
bulan terakhir yaitu awal tahun 2005 (januari sampai dengan maret 2005) pasien dengan diagnosa
gagal jantungyangdirawatsebanyak2 orang ( 1,64 %) dari jumlahkeseluruhan pasien yang dirawat
sebanyak 137 orang ( RSU Prof.Dr W.Z. Johanes, 2005).
Masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit gagal jantung adalah Cardiac
output menurun b.d faktor mekanikal (Preload, after load dan kekuatan kontraksi), kelebihan
volume cairan b.d peningkatanaldosteron, retensi sodium sekunder terhadap penurunan filtrasi
glumerolus, Gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan kapiler paru,
intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunancardiac output, Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac output yang menurun,
kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio, 1990). Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang
terpaparnya informasi ( Doenges, 2000). Gangguan pola tidur b.d dispnoe, nokturia, dan
ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya (Carpenito, 2001).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu intervensi perawatan yang timbul
pada pasien dengan gagal jantung antara lain pada masalah penurunan cardiac output b.d faktor
mekanikal (preload,afterload dankekuatankontraksi) adalahmonitortanda-tandavital,catatbunyi
jantung, palpasi nadi perifer, kaji kulit terhadap pucat dan sianosis, pantau eliminasi urine; catat
warna dan kepekatan/konsentrasi urin, monitor intake output, kaji perubahan pada sensori
(contoh bingung, disorientasi, cemas dan depresi ).Berikan suasana tenang dan biarkan pasien
istirahat yang cukup dengan posisi kepala lebih tinggi. Berikan istirahat psikologik berupa hindari
stres dan berespons terhadap ekspresi perasaan/takut, kolaborasi pemberian obat-obatan.
Pada masalah kelebihan volume cairan b.d peningkatan aldosteron, retensi sodium sekunder
terhadap penurunan filtrasi glumerolus intervensi yang di berikan adalah pantau eliminasi urine
catat jumlahdan warna,pantau/hitungkeseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam,
pertahankan duduk atau tidur denganposisi semifowler selama fase akut, timbang berat badan
setiap hari, kaji distensi vena jugularis dan catat adanya oedema, tinggikan kaki bila duduk,
auskultasi bunyi paru dan catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatandispnoe, Selidiki
keluhan dispnoe yang mungkin timbul secara tiba-tiba, catat keluhan nyeri tekan abdomen dan
palpasi hepatomegali,kolaborasi pemberian obat diuretika, konsultasi dengan ahli gizi dan pantau
foto toraks.
Untuk masalah keperawatan gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan
capiler paru adalah berupa auskultasi bunyi napas, catat bunyi rales atau mengi, anjurkan pasien
untuk batuk efektif dan napas dalam, bantu pasien untuk sering merubah posisi tidur sebatas
toleransi, pertahankan posisi tidur setengah duduk ( semifowler), kolaborasi pemberian
obat diuretic dan bronkodilator.
Untuk masalah intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunan cardiac output
adalahmonitorfrekwensijantung,irama,perubahantekanan darah sebelum dan sesudah aktifitas,
hubungkan dengan laporan nyeri dada/napas pendek., tingkatkan istirahat, batasi pengunjung,
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi.
Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac
outputyang menurun Intervensi yang dilakukan adalah obsevasi tanda dan gejala dari kekurangan
nutrisi, timbang berat badan setiap hari, pertahankan diet yang cukup dan kolaborasi dengan ahli
gizi, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi sering .
Masalah kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio,
1990). Intervensi yang dilakukan adalah kaji keadaan kulit, daerah penonjolan tulang, adanya
oedema,ubahposisi tidurtiapdua,bantulatihanrentanggerakpasif atauaktif, monitor kebersihan
kulit.
Masalah kurangpengetahuanmengenai kondisi,penatalaksanaandanpemeliharaan kesehatan b.d
kurang terpaparnya informasi adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit,
penyebab, faktor pencetus dan upaya penanganan kesehatan (Doenges, 2000).
Masalah keperawatan gangguan pola tidur b.d dispnoe, noktural, dan ketidakmampuan untuk
mengambil posisi tidur yang biasanya. Intervensi yang dilakukan adalah kaji pola tidur, kaji faktor
penyebab tidak tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahatnya pasien, upayakan agar
tidur dengan kepala lebih tinggi (Carpenito, 2001).
Melihat manifestasi klinik yang ditimbulkan oleh gagal jantung sangat kompleks dan jika tidak
ditangani dengan baik maka akan menimbulkan komplikasi dan semakin lamanya perawatan dan
pengobatan.Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan perlu mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang penyakit gagal jantung dengan demikian perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatanyangmaksimal kepadapenderita yakni pelayananyangberwawasanilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan rasionalisasinya. Peran perawat juga sebagai pendidik wajib mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk dapat menjelaskan penyakit gagal jantung kepada penderita dan
keluarga sehingga mereka dapat mengetahui dan mengerti tentang penyakit gagal jantung, serta
dapat memeliharakesehatandirinya sehingga dapat terhindar dari penyakit gagal jantung maupun
penyakit lain pada sistim peredaran darah.
1.2. TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1.2.1. Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam
melaksanakanasuhankeperawatankepadapasien gagal jantungdenganmenggunakan pendekatan
proses perawatan.
1.2.2. Tujuankhusus : Agar mahasiswamampumengidentifikasidanmenganalisadata,menetapkan
diagnosakeperawatan,merencanakantindakan,mengimplementasikantindakansesuai rencanadan
mengevaluasi asuhankeperawatanpadapasiendengangagal jantungsertamemberikanpendidikan
kesehatan.
1.3. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan.
C. Sistimatika penulisan.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran kasus
B. Pembahasan.
BAB 3.PENUTUP.
A. Kesimpulan
B. Saran.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.Gambaran kasus.
2.1.1. Pengkajian.
Kasusini diambil di ambil di RSUD Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan II Wanita Kamar G 4, Masuk
RumahSakit tanggal 25 maret 2005 dengandiagnosa Decompensasi Cordis, Informasi didapat pada
tanggal 31 maret 2005.
a. Pengkajian Identitas Pasien.
Pasien berinisial Ny. Y, Umur 38 tahun, tempat tinggal di Oebobo, status kawin, agama Kristen
Protestan, Suku bangsa Timor, Pendidikan SMKK, pekerjaan ibu rumah tangga.
b. Keluhan utama : Napas sesak, nyeri ulu hati, kaki bengkak dan kalau bekerja cepat capeh.
c. Riwayatkesehatanmasalalu: KlienmengatakanMasukrumahsakitkali ini adalahyangketiga.
Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan “napas sesak”, badan bengkak terutama kaki dan
perut. Masuk rumah sakit terakhir adalah enam bulan yang lalu dengan keluhan kaki bengkak dan
tangan kanantidak bisa diangkat dan karena sudah sembuh sehingga di pulangkan. Setelah pulang
dari RS kliendi rumahtidakkerjahanyabantumasak danmencuci.Kegiatan ini dilakukan tapi cepat
capehdan napas mulai sesak.Pernahberobatdi dokterpraktek namun obat habis dan tidak control
lagi. Dalam beberapa minggu terakhir kaki dan badan mulai bengkak dan napas sesak sehingga di
bawa ke RS untuk opname tgl 25 Maret 2005 yang lalu.
d. Riwayatkesehatansaatini :KlienmasukRumahSakit pada tanggal 25 maret 2005 dan dirawat
di Unit Gawat Darurat, Keluhanmasukadalahkarenanapassesak,nyeri uluhati,kaki bengkak sudah
satu minggu di rumah, bekerja sedikit sudah capeh. Setelah dirawat di UGD akhirnya pasien di
pindahkan ke Ruang II Wanita tanggal 28 maret 2005. Saat pengkajian tanggal 31 maret 2005 klien
mengatakansudahtidaksesaklagi,kaki tidakbengkaklagi namun masih rasa capeh, sering keringat
dingin dan jantung kadang berdebar-debar.
e. Riwayatkesehatankeluarga :Klienmengatakankeluarganyabanyakyangmenderitapenyakit
jantung. Orang tua laki-laki meninggal karena sakit jantung,saudara dari bapak meninggal karena
stroke, orang tua perempuan meninggal karena tekanan darah tinggi, saudara dari orangtua
perempuan maninggal karena sakit ginjal dan saudara perempuan kedua meninggal di Bali karena
sakit jantung.
Genogram
:
PJ Stroke HT Ginjal
48 45 41 38 47 32 42 38 36 34
PJ
keterangan : 28 25 21
F Laki –Laki Meninggal.
F Perempuan meninggal.
F Laki-laki hidup
F Perempuan Hidup
F Penderita.
F Tinggal serumah.
f. Pola Nutrisi.
Klien mengatakan di rumah makan tiga kali sehari,menu yang dimakan antara lain nasi, sayur, ikan
dan kadang daging, begitu pula sekarang. Makanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit selalu
dihabiskan.Tidakadamasalahdenganpolamakan.Klienmengatakan sebelum sakit senang minum
kopi namun setelah sakit tidak minum lagi.
g. Pola Eliminasi.
Klien mengatakan saat masuk rumah sakit kencing terasa sakit namun sekarang tidak ada lagi.
Eliminasi alvi tidak ada keluhan. Saat dikaji klien sedang terpasang kateter tetap.
h. Personal Hygiene.
Klien mengatakan tidak mandi hanya dilap diatas tempat tidur. Personal higiene baik.
i. Aktifitas sehari-hari.
Sehari hari klienbekerjasebagai iburumahtangga.Sejakmulai sakit klien tidak terlalu banyak kerja
karena kerja sedikit sudah rasa capeh. Saat ini kebutuhan klien dibantu diatas tempat tidur.
j. Psykososial
Interaksi sosial :Kebiasaansehari-hari hubungandengankeluargadantetanggabaik. Kebiasaan saat
ini hubungan dengan perawat,dokter dan pasien lain baik. Pola toleransi terhadap stres : Klien
mengatakan jika ada masalah selalu memecahkannya bersama suami, untuk keadaan sakit klien
mengatakan menerima keadaannya karena riwayat keluarga banyak yang menderita penyakit
jantung.Demikianjugasuami dananak-anaksehinggaklienmerasatidakmenjadisuatubebanuntuk
dipikirkan. Spritual : Klien adalah penganut ajaran Kristen protestan yang percaya kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan biasahari mingguke gereja.Saatini pasienhanyadapatberdoa di tempat tidur.
k. Pengkajian Fisik :
Pemeriksaanfisik :Keadaankomposmentis,Glacow Scale (GCS) Refleksmembuka mata : 4, bicara :
5 dan motorik : 6.
Tanda-tanda vital (TTV) Suhu : 36,5 oc, nadi : 96x/m, tekanan darah : 100/70 MmHg, Respiratori
Rate (RR) : 18x/m.
Pada pengkajian pulmonal dancardiovaskulernyeri, dispnoe,ronchi/rales dankelainan bentuk dada
tidak ditemukan, peningkatan tekanan vena jugolaris tidak ditemukan. Ditemukan
suara galop positif. Saat perkusi jantung, bunyi pekak melebar ke daerah aksila anterior.
Pada daerah Abdomen :Asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan,tidak ditemukan.
Kemampuanpergerakansendi( Bebas). Tidak ada kelumpuhan.Klien tidak banyak bergerak karena
takut kelelahan atau sesak napas.
Ektremitas: Tangankanan terpasanginfus.Oedemdankelainanwarnakulittidak ditemukan.Turgor
kulit baik,Akral hangat dan kapilari reffil kurang dari 3 detik.
l. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa :
Laboratorium : White Blood Cel ( WBC) : 5,9/mm3 , Red Blood Cel (RBC) :
4,5 /mm3 , Haemoglobin (HB) : 13,8g% ,Haematocrit (HCT): 42,2 mm, Platelet (PLT ) : 209
mm3. Gula darah sesaat : 144 mg %
Ureum : 21,63 mg. Kreatinin : 1,33 mg%.
Electrocardiogram (ECG) : Ditemukan adanya Left Ventrikel Hypertropy (LVH) ,Rontgen Foto :
Ditemukan adanyaCardiomegale.
m. Pengobatanyangdiberikanadalah: Lasix 2x 1 tab (40 Mg), Aspar K 2x1 ( 300 mg), Digoxin 2x ½
tab ( 0,25 mg), Laksadin 2x1 senduk makan.
2.1.2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan.
Setelah data dikumpulkan maka dilakukan analisa untuk menentukan masalah keperawatan. Data
hasil pengkajian diatas berupa :
DS : Klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena napas sesak dan badan bengkak (bengkak pada
kaki dan perut). Klien mengatakan cepat capeh kalau bekerja. Kaki tangan sering terasa dingin dan
berkeringat. Kadang jantung terasa berdebar-debar.
DO: Pasiennampak lemah. Klien kelihatan sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak
bangun duduk di tempat tidur atau duduk di kursi). Tanda-tanda Vital : Suhu 36,50C., Nadi 96 x/m
kuat dan teratur.,Tensi 100/70 MmHg, RR 18 kali permenit. Pada Auskultasi jantung ada bunyi
gallop.
Hasil Rontgen Foto adanya Cardiomegali. Hasil ECG : Left Ventrikel Hipertropy (LVH ) posisif.
Masalah keperawatan :
Cardiac out put menurun b.d factor mechanical (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung)
DS : Klien mengatakan sudah pernah masuk rumah sakit karena sakit jantung. Saat masuk Rumah
Sakit dengan keluhan sesak napas,bengkak pada kaki dan perut.
DO : Klien sedang terpasang kateter. Tidak ditemukan oedema atau asites Hasil Rontgen
ada cardiomegali. Pada auscultasi ada bunyi gallop. Ureum 21,63 mg Creatinine 1,33 mg %.
Masalah Keperawatan :
Resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap
penurunan perfusi glumerolus.
DS : Klien mengatakan jika bekerja/beraktifitas cepat capeh dan sesak napas.
DO : Klienkelihatansangatberhati-hati dalammelakukanaktifitas(hendak bangun duduk di tempat
tiduratau dudukdi kursi).PasienBedrest. Tangan kanan sedang terpasang infuse Ringer laktat(RL).
Sedang terpasang Kateter tetap.
Masalah keperawatan :
Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output.
DS : Klien mengatakan pernah masuk Rumah Sakit karena sakit jantung dan sekarang adalah kali
yang ketiga. Klien mengatakan akhir-akhir ini tidak ada kerja dan hanya di rumah saja. Klien
mengatakansebelumsakittidakpernahmengontrol tekanan darahnya. Klien mengatakan sebelum
sakit senang minum kopi dan kadang kala membantu suami untuk perbaiki mobil.
DO: Kliennampakbingungdanmenanyakan“Sayasakit jantung tapi tekanan darah saya ko rendah
?”
Masalah keperawatan :
kurangpengetahuantentangprosespenyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi.
Dari analisa data di atas maka ditegakan diagniosa keperawatan dengan urutan prioritas masalah
yaitu prioritas pertama :
Cardiac out put menurun b.d factor mekanikal (preload, after load, Kekuatan kontraksi jantung).
Penurunan cardiacoutput diangkat menjadi prioritas pertama karena masalah ini mengancam jiwa
di mana volume darah yang di kirim oleh jantung ke jaringan berkurang maka tubuh akan
kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga akan terjadi metabolisme yang an aerob dan dengan
demikian akan terjadi iskemic jaringan, berlanjut menjadi infark dan kematian jaringan. Hal ini
berbahaya jika terjadi pada organ-organ penting berupa jantung sendiri, ginjal, paru, otak dan
jaringan tubuh lainnya.
Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke
glumerolus ginjal yang menurun diangkat menjadi prioritas kedua karena masalah ini akan
mengancamkesehatan.Cairanyangberlebihandalamtubuhsebagai dampak dari penahanan garam
(sodium) dan peningkatan absorbsi air dalam tubulus ginjal mengakibatkan volume cairan dalam
vaskularisasi meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan venus return sehingga akan
menambah beban kerja jantung.
Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder
terhadappenurunancardiacoutput.Masalahini diangkatmenjadi prioritaspenangananyangke tiga
Karena masalah ini jika tidakditangani dengan baik maka akan mengancam kesehatan. Alasannya
adalahjikaklienberaktifitasmelampaui batastoleransidimanaakanterjadi penggunaanenergiyang
lebih besar maka akan menambah beban kerja jantung. Sementara kondisi saat ini jantung tidak
mampu melakukan fungsinya secara maksimal. Pacu jantung meningkat akan memperburuk
keadaan.
Masalah kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang
terpaparnya informasi menjadi prioritas yang ke empat untuk ditangani. Karena kurang
pengetahuantentangprosespenyakitdanpemeliharaankesehatanakanmenimbulkansikap,prilaku
dan tindakan baik dari pasien sendiri maupun keluarga dimana akan mengakibatkan kondisi sakit
pasien menjadi lebih berat.
2.1.3. Perencanaan.
Untuk diagnosa pertama tujuannya adalah :
Adanya peningkatan Cardiac Output yang adekuat untuk kebutuhan tubuh. . Kriteria evaluasinya
adalah : Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas
normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh berdebar-debar, tanda-tanda vital
dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg.
Rencana tindakannya adalah :
F Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung.
Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi
jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan.
F Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan.
F Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin).
Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air
sehingga urine akan berkurang.
F Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih
tinggi.
Rasionalnya:istirahatfisikharusdipertahankanuntukmemperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan
pengambilan oksigen lebih maksimal.
F Beri obat sesuai order ( digoxin).
Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan
diperbaiki.
Diagnosa kedua, tujuannya adalah adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara
intake dan output ).
Kriteria hasilnya adalah : Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18-
20x/m.Tidak adaoedema anasarca. Intake dan output cairan seimbang. Tidak ada peningkatan
tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi.
Rencana tindakannya :
F Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran selama 24 jam.
Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi.
F Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema.
Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang
menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan.
F Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe.
Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru.
F Rawat kateter.
Rasionalnya : Kateter juga sebagai media invasi kuman.
F Anjurkan untuk hindari intake garam.
Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema.
F Kolaborasi pemberian obat diuretic.
Rasionalnya : Obat diuretic membantu mengatasi oedema.
Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuannya adalah : Adanya peningkatan aktifitas sebatas toleransi
tanpa kelelahan.
Kriteria evaluasi : Setelah dilakukan perawatan selama 2-3 hari klien dapat ke kamar mandi, WC
dengan bantuan minimal (sekedar pengawasan). Klien dapat bangun duduk tanpa sesak dan rasa
lelah.
Rencana tindakannya adalah :
F Kaji dan monitor kemampuan aktifitas pasien.
Rasionalnya : Sebagai data untuk intervensi selanjutnya.
F Tingkatkan istirahat, batasi pengunjung.
Rasionalnya : Dengan adanya pengunjung akan terjadi perbincangan yg panjang membuat waktu
istirahat pasien tidak maksimal.
F Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi.
Rasionalnya :Aktivitas yg memerlukan menahan napas dan menunduk (valsalva –manufer) dapat
menurunkan curah jantung.
Untuk diagnosakeperawatanyangke empat.Tujuannyaadalah : Adanya peningkatan pengetahuan
tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
Kriteriaevaluasi :Setelahdiberikanpenyuluhan +25 menitkliendankeluargamampumenyebutkan
kembali pengertian dari gagal jantung, etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya
pencegahannya.
Rencana tindakannya :
F Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya
penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung.
Rasionalnya:Denganpeningkatanpengetahuanpasiendankeluargamakamerekadapataktif dalam
upaya penanganan kesehatan dirinya sendiri dan keluarga.
2.1.4. Implementasi.
Implementasi yang dilakukan pada tanggal 31 maret 2005.
Untuk diagnosacardiacoutputmenurunberhubungandengan factormekanikal (Preload,After load,
Kekuatan kontraksi jantung)
F Jam 08.15 Wita, monitor TTV dengan hasil Suhu 36,5oc,Nadi 96x/m, Tensi 100/60 MmHg.RR
18x/m. auskultasi bunyi jantung gallop positif Mengkaji kulit dan kuku tidak ada sianosis.
F Jam 09,45 Wita : Membuang urin dalam urobag dan membuat catatan balance cairan.
Menjelaskanpadapasiendan keluarga untuk mencatat atau melaporkan jumlah air yang diminum.
Menjelaskan pada pasien untuk membatasi aktifitas dan istirahat saja di tempat tidur dan hindari
gerakan yang banyak mengeluarkan energi. Menganjurkan pada keluarga untuk meletakan barang
kebutuhan pasien di dekat pasien.
F Jam 10,50 Wita: Mengatur posisi tidurpasiendengankepala lebih tinggi. Anjurkan pada keluarga
agar semua kebutuhan pasien dilayani di tempat tidur temasuk BAK/BAK.
F Jam 18.00 Wita, melayani obat oral Digoxin 0,25 mg,Aspar K 300 mg.(dilakukan oleh dinas sore).
Untuk diagnosakeperawatanresikotingggi (resti) kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan
air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus.
F Jam 11.30 Wita : Mengosongkan urobag dan membuat catatan balance cairan. Aff Infus dengan
alasan cairan merembes. Kaji distensi vena jugular dengan hasil 3 Cm dan tak ada bendungan.
F Jam 11,50 Wit Auskultasi paru tak ada rales, suara napas bersih. Menganjurkan pada pasien dan
keluarga untuk tidak makan makanan yang asin-asin. Merawat kateter.
F Jam 18.00 wita memberikan obat minum Lasix 40 mg oral(Oleh petugas sore)
Diagnoa keperawatan Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap
penurunan cardiac output.
F Jam 08 .15 Wita.Menanyakankeadaanpasien dengan hasil; pasien dapat ke kamar mandi namun
perlu di tuntun dan pendampingan keluarga. Menjelaskan pada keluarga untuk membatasi
kunjungan agar pasien dapat istirahat. Anjurkan untuk meletakan barang kebutuhan pasien dalam
jarakyang bisa dijangkau tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak.
F Jam 10.15 Wita.Ajarkanpasien,bilahendakbangunduduksebaiknya miring badan kesah satu sisi
dan tanganyang lainmenekantempattidursebagai tahananuntukbangun.Anjurkankeluargauntuk
mendampingan pasien.
Untuk diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan
kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi.
F Jam 10.30 wita : Membuat kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk penyuluhan besok
tanggal 1 april 2005.
Tanggal 1 April 2005.
F Jam 07.15 wita, menyiapkan bahan penyuluhan, mempersiapkan sasaran penyuluhan :
memberitahu pasien dan keluarga untuk bersabar dan mendengar penyuluhan tentang
penyakit gagal jantung.
F Jam 09.15 wita Memberikan penyuluhan penyakit gagal jantung berupa : Menjelaskan apa itu
penyakit gagal jantung, menjelaskan tentang penyebab gagal jantung dan prosesnya sampai
menimbukan jantung gagal pompa, menjelaskan tentang factor-faktor pencetus, menjelaskan
tentang bagaimana upaya penanganan pada saat terjadi serangan/timbul gejala, menjelaskan
bagaimana upaya pencegahan dan penanganan kesehatan agar tidak terjadi gagal jantung,
2.1.5. Evaluasi.
Setelah dilakukan tindakan maka dilakukan evaluasi pada tanggal 1 april 2005. Tgl 1-4- 2005. Jam
07.00 Wita.
Untuk diagnosa Cardiac out put menurun berhubungan dengan factor mekanikal (preload, after
load, kekuatan kontraksi jantung).
S : Klien mengatakan agak lebih enak namun kadang jantung rasa agak berdebar.
O : Klien nampak segar,bersih,namun nampak takut untuk bangun dan duduk dikursi.
A : Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
Untuk diagnosa resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap
penurunan perfusi glumerolus. Jam 07.15 Wit.
S. Klienmengatakan minum air sejak kemarin sore sampai pagi ini 1000 cc.,Napas tidak sesak,klien
mengatakan tangan basah karena air infus.
O. Produksi urine 24 Jam 2150cc intake/24 jam 2100 cc, Kateter masih terpasang, infuse basah
merembes.
A. Masalah teratasi sebagian.
P. Aff Infus dan lanjutkan intervensi lainnya.
Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan
cardiac output. Jam 08.15 Wita
S. Klien mengatakan masih lemah tapi rasalebih enak dari kemarin.
O. Pasien nampak duduk sambil baca koran, kateter masih terpasang.
A. Masalah belum teratasi.
P. Intervensi lanjut.
Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan
kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi. Tgl 31 maret 2005. Jam 12.30 Wit.
S. Klien mengatakan besok suami dan dua orang anak akan hadir utk mendengarkan penyuluhan.
O. Nampak pasien membuat pesanlewat anaknya yang mau. pulang rumah.
A. Masalah belum teratasi
P. Siapkan bahan untuk penyuluhan. tanggal 1 April 2005.
Setelah penyuluhan tanggal 1 april 2005 dilakukan evaluasi dengan hasil
S. Audiens( pasien,keluarga dan keluarga dari pasien lain) mengatakan mengerti dengan jelas apa
yang dijelaskan.
O.Audiens dapat menjawab pertanyaan evaluasi dengan benar.
A.Masalah teratasi.
P. Intervensipenyuluhandihentikandanberi penjelasantentanghal-halyang perlu untuk persiapan
pulang.
2.2. Pembahasan.
Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh (Noer. 1996).
Gagal jantungartinyajantung tidak mampu lagi melakukan kompensasi untuk memenuhi tuntutan
jaringan akibat penyakit atau keadaan–keadaan pathologis pada jantung itu sendiri maupun
penyakit pada sistim peredaran darah. Penyebab yang paling sering pada gagal jantung
adalah Coronari Arteri deases (CAD), Hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark
(AMI), Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan),Bakterial Endokarditis,
dan Anemia. Akibat dari keadaan-keadaan di atas akan membuat perubahan pada sistim kerja
jantung dalam menjalankan fungsinya sebagai pompa untuk mengirim darah ke seluruh tubuh.
Di saat kebutuhan jaringan meningkat maka jantung akan melakukan kompensasi untuk
mempertahankan kecukupan Cardiac ouput berupa aktivasi saraf simpatik yang melepaskan
epineprindannorepineprin sehingga terjadi peningkatan kontraksi jantung. Dilatasi ventrikel juga
dapat terjadi ketika tekanan dalam ventrikel meningkat dari waktu kewaktu, serabut otot jantung
meregang dan dengan demikian meningkatkan daya kontraksinya.namun peningkatan daya
kontraksi ini menghasilkanketegangan dindingyanglebihbesardan butuh lebih banyak O2. Dilatasi
menjadi kompensasi utama, akhirnya dilatasi ini menjadi tidak adekuat karena serabut otot-otot
jantungmeregangsecaraberlebihan.Dilatasidapatberkembangmenjadi tidak kompotennya katup
jantung.
Cardiac output yang menurun menimbulkan perfusi ke ginjal akan menurun sehingga ginjal akan
melepaskanrennin yangbereaksi denganangiotensinogenuntukmembentuk angiotensin satu dan
dua sehingga menyebabkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan terjadi
peningkatan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan arterial. Anti Diuterik Hormon (ADH) juga
akan diaktifkansehinggapenyerapanairditubulusginjal meningkat. Vasokontriksi pembuluh darah
perifermeningkatkan afterload. Dengan demikian akan meningkatkan beban kerja jantung. Akibat
beban kerja dan ketegangan yang berlebihan akan menimbulkan otot jantung jadi hipertropi
sehinggaelasitaskontraksinyamenjadi jelek.Akibatdari kompensasi yanglamadan berulangdiatas,
maka jantung akan menjadi tidak mampu lagi memompa darah untuk kebutuhan tubuh.
Ketidakmampuan ini menimbulkan volume darah yang dipompakan menjadi berkurang. Di mana
akan muncul manifestasiklinikberupa:lemahletihlesuh,napassesak jantungberdebar-debar,kaki
bengkak dan lain-lain ( Noer, 1996).
Pada pengkajian ditemukan : Klien mengatakan badan rasa lemah dan bila bergerak banyak rasa
lemas dan sesak napas. Kaki tangan sering terasa dingin, keringat banyak, dan jantung kadang kala
terasa berdebar – debar. Suhu 36,5oc, N 96x/m, TD 100/70 MmHg.RR 18 x/m. Dyspnoe, sianosis
ronchi/rales tidak ditemukan, kaki tangan hangat. Suara jantung galop positif tapi kurang
jelas. JugolarVenouspressure(JVP) :nilai 3.Sedangterpasangkateter.,produksi urin saat dikaji 100
cc warna kuning. Pada abdomen asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan, oedema pada
ektremitas tidak ditemukan, kulit normal, akral hangat.
Menurut Doenges, 2000, Pengkajian pada pesien dengan gagal jantung adalah aktifitas/istirahat :
Adanyakeletihan,nyeri dada saat beraktifitas, dispnoe saat istirahat atau saat pengerahan tenaga,
gelisah, tanda-tanda vital berubah pada saat aktifitas. Sirkulasi : Ada riwayat hypertensi, IMA
baru/acut, Ada penyakit jantungkoroner sebelumnya,penyakit katup jantung, bedah
jantung, endokcarditis dananemia.Tekanandarah mungkin rendah (gagal pemompaan) atau tinggi
jika ada kelebihan beban cairan/peningkatan tekanan vena sistemik. Nadi perifer berkurang ;
perubahan dalam kekuatan denyutan. Bunyi jantung S 3 (gallop).Bunyi S 4 mungkin dapat terjadi.
S1 dan S 2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolic dapat menandakan
adanya stenosis atauinsufisiensi.Warna kulit /kuku kebiruan, pucat, sianosis dengan pengisian
kapiler lambat, hepar membesar, bunyinapas krekles, ronchi, oedema mungkin umum atau pada
bagian tubuh tertentu khususnya pada ektremitas, adanyadistensi vena jugolar. Klien kadang
takut/kwatir, stress berhubungan dengan penyakit/keprihatinan financial (pekerjaan/biaya
perawatan medis), marah dan mudah tersinggung. Eliminasi kadang terjadi penurunan berkemih,
berkemihpadamalamhari (nokturia),diare/konstipasi. Makanan/cairan : Kehilangan nafsu makan,
mual muntah,penambahanberatbadan,pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian /sepatu
terasa sesak, diet tinggi, lemak, gula dan cofein penggunaan diuretic, distensi
abdomen ( asites).
Higiene: Keletihan/kelelahan selama aktifitas perawatan diri, penampilan menandakan kelalaian
perawatan personal. Nyeri/kenyamanan nyeri dada, angina akut/kronik, tidak tenang, gelisah.
Pernapasan : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal. Riwayat
penyakit paru kronis, adanya tachipnea, napas dangkal, bunyi napas mungkin tidak terdengar,
ada ronchi basah/rales.
Sesuai dengan hasil pengkajian, hanya beberapa manifestasi yang muncul pada Ny.Yermi.
Manifestasi pada pola aktifitas/istirahat adalah adanya kelelahan dan napas sesak Pada sirkulasi :
Bunyi jantung : TerdengaradanyaS 3 (gallop) namuntidakterlalujelas.Adanyapembesaranjantung
ditemukan sesuai dengan teori dimana saat perkusi adanya bunyi redup pada daerah jantung
bergeserke daerahgarisaksilaanterior.Warnakulitnormal,tidakada sianosis danpengisiankapiler
cepat (normal). Ada riwayat oedem, dan napas sesak saat masuk Rumah Sakit, namun saat
pengkajiantidakditemukanhal ini disebabkankondisi pasiensudah membaik. Sesuai dengan teori
kadang terjadi penurunan berkemih, berkemih pada malam hari (nokturia), diare/konstipasi, ada
kehilangan nafsumakan,mual muntah.).Padakasus pasien sedang terpasang kateter dan tidak ada
keluhanmual danmuntah.Padaabdomendapatditemukan Asites pada kasus ini tidak ditemukan.
Keadaan kliensaatdi kaji ditemukankeluhanutamapasienyaituadanyakelelahanjikaklien banyak
bergerakatauberaktifitassehinggakliennampaktidakbanyakbergerakdan hanya baring di tempat
tidur
Karena klien sudah mendapat perawatan dan pengobatan di Unit Gawat Darurat (UGD). Gejala
berupa napas sesak juga oedema yang menjadi gejala utama akibat kegagalan jantung dalam
menjalankanfungsinya sebagai pompa tdak didapatkan. Pengobatan yang didapat berupa digoxin
dimana obat ini berfungsi sebagai penguat/penambah kekuatan kontraksi otot jantung. Melihat
mekanisme yang terjadi pada gagal jantung ; Jika kontraksi otot jantung kembali diperbaiki maka
kekuatankontraksi akanjadi optimal.Dengandemikianmakakebutuhanoksigendannutrisi jaringan
terutamapada ginjal,paru-parudanjantungsendiri dapatterpenuhi.Karenakebutuhanyaterpenuhi
maka organ tubuh akan berfungsi secara maksimal dan tidak membuat reaksi kompensasi.
Untuk lebih memperjelas dugaan penyakit maka dilakukan pemeriksaan penunjang demi
memastikan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaanelektrolit(mungkinada perubahan akibat perpindahan cairan, penurunan
fungsi ginjal dan therapy diuretic).
2. Kimia darah ( BUN,Creatine). Peningkatan kreatinin merupakan indikasi gagal gijal.
3. Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal/kongesti hepar.
4. Electro Cardio Gram (ECG).Adanya hipertrofi atrial atau ventrikuler.
5. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung kiri atau kanan dan juga mengkaji patensi arteri koronoraria.
6. Rontgen foto : Dapat menunjukan adanya pembesaran jantung(Doenges, 2000, Cannobio.
1990).
Pada kasusini pemeriksaanyangtidakdilakukanadalahpemeriksaanelektrolit( Kalium, Calsiumdan
Natrium) danensimhepar.Pemeriksaanini tidakdilakukan karena keadaan pasien sudah membaik
dimanatidakada keluhansesakdantidakadaoedem.Tujuanpemeriksaanadalahuntukmelihatada
tidaknya peningkatan atau penurunan dimana akan memperburuk keadaan pasien. Pemeriksaan
fungsi hati tidak dilakukan karena tidak ada manifestasi klinik yang menggambarkan terganggunya
organ hati berupaicterikatauhepatomegali.Dilihat dari status tanggungan biaya rumah sakit, klien
adalah pasien umum yang membutuhkan biaya banyak untuk perawatan melihat aspek-aspek ini
maka periksaan tidak dilakukan. Kateterisasi jantung tidak dilakukan karena tidak tersedianya
fasilitas pada rumah sakit dan pemriksaan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit gagal jantung adalah Cardiac
output menurun b.d faktor mekanikal (Preload, after load dan kekuatan kontraksi), kelebihan
volume cairan b.d peningkatanaldosteron, retensi sodium sekunder terhadap penurunan filtrasi
glumerolus, Gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan kapiler paru,
intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunancardiac output, Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac output yang menurun,
kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio, 1990). Kurang
pengetahuan mengenai kondisi, penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang
terpaparnya informasi ( Doenges, 2000). Gangguan pola tidur b.d dispnoe, nokturia, dan
ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya (Carpenito, 2001).
Dari hasil pengkajianNyYermi sudah4hari dirawatdi Unit Gawat Darurat dan saat pengkajianklien
sudah membaik sehingga masalah keperawatan sebagian sudah teratasi. Hasil pendataan dan
analisa data ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu Cardiac out put menurun b.d factor
mechanical (Preload, After load, kekuatan kontraksi jantung), resiko kelebihan volume cairan
b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun,
intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output, kurang
pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya
informasi.
Pada masalah penurunan cardiac output sesuai dengan hasil pengkajian di dapat bahwa klien
pernah mengalami sakit jantung dan masuk rumah sakit saat ini adalah kali yang ke tiga. Masuk
rumah sakit dengan keluhan sesak napas, kalau beraktifitas cepat rasa lelah, Jantung sering
berdebar-debar, kaki tangan dingin, kaki bengkak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penyakit gagal jantung yang dialami klien ini adalah keadaan dimana jantung tidak dapat
berkompensasi lagi dengan tuntutan jaringan tubuh akan suplay oksigen dan nutrisi yang mana di
sebabkanolehpenyakitcardiovaskulerlainsebelumnya.Akibatdari keadaanpenyakit sebelumnya (
hypertensi yang tidak terkontrol, adanya struktur jantung yang ada kelainan, arteri sclerosis)
keadaan-keadaanini akanmembuattuntutanjaringanakansuplaydarahmeningkat.Disaattuntutan
jaringanmeningkatjantungakanmelakukankompensasiuntukmempertahankankecukupancardiac
output,berupaaktivasi saraf simpatik yangmelepaskanepineprindannorepineprin sehingga terjadi
peningkatan kontraksi jantung. Dilatasi ventrikel juga dapat terjadi ketika tekanan
dalam ventrikel meningkat dari waktu kewaktu, serabut otot jantung meregang dan dengan
demikian meningkatkan daya kontraksinya. Namun peningkatan daya kontraksi ini menghasilkan
ketegangan dinding yang lebih besar dan butuh lebih banyak O2. Dilatasi menjadi kompensasi
utama,akhirnyadilatasi ini menjaditidakadekuatkarenaserabutotot-ototjantungmeregangsecara
berlebihan.Dilatasi dapatberkembangmenjaditidakkompotennyakatup mitral. Cardic output yang
menurun menimbulkan perfusi ke ginjal akan menurun sehingga ginjal akan melepaskan rennin
yang bereaksi dengan angiotensinogen untuk membentuk angiotensin satu dan dua sehingga
menyebabkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan terjadi
peningkatan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan arterial. Anti Diuterik Hormon (ADH) juga
akan diaktifkan sehingga penyerapan air di tubulusginjal meningkat. Vasokontriksi pembuluh
darah perifer meningkatkan afterload. Dengan demikian akan meningkatkan beban kerja jantung.
Akibat beban kerja dan ketegangan yang berlebihan akan menimbulkan otot jantung
jadihipertropi sehinggaelasitaskontraksinya menjadi jelek. Akibat dari kompensasi yang lama dan
berulang di atas maka jantung akan menjadi tidak mampu lagi memompa darah untuk kebutuhan
tubuh . Ketidakmampuan ini menimbulkan volume darah yang dipompakan menjadi berkurang.
Melihatmekanismeyangterjadi padagagal jantung ; Jika kontraksi otot jantung kembali diperbaiki
maka kekuatankontraksi akan jadi optimal. Dengan demikian maka kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringanterutamapada ginjal,paru-parudanjantung sendiri dapat terpenuhi. Karena kebutuhanya
terpenuhi makaorgantubuhakan berfungsi secaramaksimal dantidakmembuatreaksikompensasi.
Keadaan ini dapat dilihat pada manifestasi klinik yang ada pada Ny.Yermi. Di sini peran perawat
sebagai pelaksana dan pendidik perlu mengetahui prosespathofisiologinya sehingga dapat
melakukanpelayanakeperawatandenganbaik.Karenapenurunan cardiacoutputakanmenimbulkan
masalah yang mengancam jiwa( Connibio,1990, Noer, 1996 ).
Pada masalah keperawatan resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi
natriumdan air, Pada dasarnya gagal jantung akan terjadi kelebihan volume cairan sesuai dengan
mekanisme compensasitubuhseperti dijelaskan pada masalah keperawatan pertama. Namun pada
pengkajiantidakditemukanadanyakelebihanvolumecairan.Hal ini disebabkanolehfungsi jantung
sebagai pompa sudah diperbaiki sehingga ginjal tidak merasa kekurangan dan mekanisme rennin
angiotensin di ginjal tidak berjalan. Dengan demikian masalah yang diangkat di sini adalah resiko.
Resikoterjadi kelebihanvolume cairan,jikajantungtidak mampumemberi suplai darah ke jaringan
terutama ginjal. Hal ini bisa terjadi jika klien tidak memperhatikan hal-hal berupa pengobatan,
aktifitasberlebihan, kopingyangmaladaptive terhadapstressordan lain-lain. Disini peran keluarga
sangat dibutuhkan.
Masalah intoleransi aktifitas : Kata intoleransi berasal dari bahasa inggris yaitu intolerance yang
artinya ketidaktahanan (Echols, 2003). Intoleransi aktifitas artinya tidak tahan atau tidak mampu
beraktifitas. Sebagai manusia normal yang hidup pasti akan bergerak/ beraktifitas untuk
mendapatkan kebutuhan hidupnya. Aktifitas membutuhkan energi/kalori
untuk metabolisme dengan demikian jantung akan berusaha untuk memenuhi tuntutan jaringan
yang terlibat dalam aktifitas tersebut. Tuntutan yang tinggi akan membuat jantung bekerja ektra
untuk mengirim oksigen ke jarigan tersebut maka beban kerja jantung akan meningkat . Jika
kompensasi ini terus berlanjut maka akan menjadi gagal ( decompensasi). Jika hal ini terjadi maka
mekanisme yang sudah dijelaskan di atas akan timbul. Dengan arah berpikir yang demikian maka
kebutuhan Ny.Yermi perlu di bantu. Atas dasar inilah penulis mengangkat masalah intoleransi
aktifitas b.d letih, lemah, lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output untuk di intervensi.
Tujuan perawatan kesehatan adalah memandirikan pasien dan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatannya dan mampu menolong dirinya sendiri. Saat pengkajian ditemukan beberapa data
berupasakitjantungyangberulang,adanyariwayatkeluarga yang menderita penyakit jantung, dan
klien nampak bingung atau kurang mengerti tentang penyakit yang diderita maka penulis
mengangkat masalah kurang pengetahuan sebagai diagnosa ke empat untuk dilakukan intervensi.
Intervensi yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang penyakit gagal jantung,
penyebab,factor-faktorpencetus,upayapenanganan saat serangan dan upaya pencegahan. Dilihat
dari factor penyebab penyakit gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya lebih banyak
diakibatkanolehprilaku/polahidupyangkurangmenunjangkesehatan ( contoh ; merokok, alcohol,
kopi,kurangolahraga, diet/kegemukandan lain-lain).Hal ini adalahsangatpentingdiketahui oleh
pasien dan keluarga agar dapat mengerti dan dapat memelihara kesehatannya agar terhindar dari
penjakitjantungdanpenyakitpembuluhdarahlainnya.Sebagai seorangperawatprofessional harus
mampu memberikan penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien terutama
pasien yang dirawat di Rumah Sakit saat menjelang pasien pulang.
Setelahpasiendi rawat tigahari tandadan gejalapadaawal masuk tidaktimbul lagi/teratasi. Hal ini
didukung oleh pasien dan keluarga yang cukup kooperatif saat pasien dirawat. Dari ke empat
masalah yang diangkat, masalah cardic output ( masalah pertama), resti kelebihan volume cairan
(masalahke dua), intoleransi aktifitas( masalahke tiga),belumteratasi secaratotal danmasalahini
dapat timbul lagi tergantungketaatankliendalampengobatandansituasi lingkungan di rumah. Dan
masalah kurang pengetahuan sudah teratasi dengan penyuluhan. Diharapkan adanya peningkatan
pengetahuan klien dan keluarga sehingga dapat memelihara kesehatannya.
-----------------
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit buku
kedokteran EGC.
Carpenito.L,2001,BukuSaku DiagnosaKeperawatan,Edisi 8,Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
Doenges M, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 ,Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran AGC.
Jota.Santa, 1989, Diklat Kuliah Penyakit Jantung,Devisi Kardiologi Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Univ.Hasanudin,Ujung Pandang.
Marry M.Cannibi, 1990,Cardiovasculer Disorders,Toronto ; Mosby year book.
Noer.Sjaifoellah,Dkk1996, BukuAjar IlmuPenyakitDalam ,Edisi ke 3,Jakarta,PenerbitBalai penerbit
FKUI.
Sutomo.Muhamad, 2003, Pedoman Diagnosis Dan Therapy Ilmu Penyakit Jantung Dan Pembuluh
Darah, Edisi 3 ,Lab/SMF Ilmupenyakitjantungdanpembuluhdarah Fakultas Kedokteran Unifersitas
Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya.
Sylvia.Price & L.Wilson,1994,Pathofisiologi,Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 4, Jakarta ;
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tambayong.Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran SGC

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiAsuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensi
Hilda Lamtia
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
irenasembiring
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
Sulistia Rini
 
ANGINA: patofisiologi angina dan gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
ANGINA: patofisiologi angina dan  gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...ANGINA: patofisiologi angina dan  gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
ANGINA: patofisiologi angina dan gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
SofiaNofianti
 
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSIASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
perawat sejati
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
Yabniel Lit Jingga
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
Yabniel Lit Jingga
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Sri Nala
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuKhusnul Khotimah
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
yohanes meor
 

What's hot (17)

Asuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensiAsuhan keperawatan hipertensi
Asuhan keperawatan hipertensi
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
ANGINA: patofisiologi angina dan gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
ANGINA: patofisiologi angina dan  gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...ANGINA: patofisiologi angina dan  gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
ANGINA: patofisiologi angina dan gagal jantung-Ischemia of heart muscle of a...
 
Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF)Congestive Heart Failure (CHF)
Congestive Heart Failure (CHF)
 
Chapter ii 3
Chapter ii 3Chapter ii 3
Chapter ii 3
 
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSIASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
 
Askep chv (gagal jantung) AKPER PEMKAB MUNA
Askep chv (gagal jantung) AKPER PEMKAB MUNA Askep chv (gagal jantung) AKPER PEMKAB MUNA
Askep chv (gagal jantung) AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Lp hipertensi
Lp hipertensiLp hipertensi
Lp hipertensi
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unu
 
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
Askep hipertensi AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
Gagal jantung, chf
Gagal  jantung, chfGagal  jantung, chf
Gagal jantung, chf
 

Similar to Decom

Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Operator Warnet Vast Raha
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Warnet Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
pjj_kemenkes
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
wahyufarabi
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
NuraWulandari
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
Septian Muna Barakati
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah Shock
Makalah ShockMakalah Shock
Makalah Shock
SimsonFrengki
 
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Feriana Gevaarlijk
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
Warnet Raha
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
Warnet Raha
 

Similar to Decom (20)

Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
 
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koronerPenyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensiMakalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
Makalah askep pada pasien dengan penyakit hipertensi
 
Makalah Shock
Makalah ShockMakalah Shock
Makalah Shock
 
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
Praktikum farmakoterapi renal dan kardiovaskuler p3[1]
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Hipertensi 1
Hipertensi 1Hipertensi 1
Hipertensi 1
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
 

Decom

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolismetubuh.Gagal jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan pathologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996). Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), hipertensi,penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI), Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan),bakterial endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit jantung, meskipun demikiantidaksemuapenyakit jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinyasebagai pompa.Jantungyanglemahmasihdapatmemompakandarah dalam jumlah yang cukup bila penderita dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban tambahan akibat kegiatan, kehamilan, demam dan lain-lain. . Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak teratur minumobatjantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung yang berulang, melakukan pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak terkontrol (Noer,1996). Payah jantung dapat dimanifestasikan sebagai “Forward-Failure” misalnya pada infark miocard dimana curah jantung menurun atau berkurang atau dapat bermanifestasi sebagai “Backward- Failure”,dimanaterjadi kegagalanventrikel kanansebagai akibatdari kegagalanventrikelkiri.Dalam hal ini terjadi peninggian tekanan di dalam atrium kiri dan pembendungan vena pulmonal dengan tanda napas sesak, oedema paru dan lain-lain (Toja,1989). Payah jantung dapat di temukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat yang berat. Gagal jantungdapat diklasifikasikanberdasarkanberatnyagejalayangtimbul, meskipunklasifikasi ini tidak tepat benar akan tetapi dalam klinik sangat bermanfaat terutama dalam menilai hasil therapi. Klasifikasi yang banyak digunakan adalah dari New York Heart Association Classification (NYHA )1994. NYHA mengklasifikasikan, gagal jantung Class 1 : Berupa keadaan klien dalam aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan sesak napas atau kelelahan. Class 2 : Penderita penyakit jantungsaat istirahattidakada keluhan namun bila melakukan aktifitas harian menimbulkan sesak napas dan kelelahan. Class 3 : Saat istirahat tidak ada keluhan. Aktifitas fisik yang lebih ringan dari aktifitassehari-hari sudahmenimbulkansesaknapasdankelelahan.Class4: Penderitatidak mampu
  • 2. melakukan aktifitas fisik. Gejala- gejala gagal jantung sudah nampak pada saat penderita istirahat dan setiap aktifitas fisik menambah beratnya keluhan(Sutomo,2003). Penyebab disfungsi pada gagal jantung yaitu ketidakmampuan jantung berfungsi sebagai pompa namun perubahan pada mekanisme fisiologis dasar preload (pengisian darah saat ventrikel relaksasi/derajat regangan serabut otot jantung sebelum kontraksi) dan Strouk Volume (Jumlah darah yang di pompaolehventrikelpadasetiapkali ventrikel kontraksi) turutberpengaruh terhadap keadaan pathologis gagal jantung. Akibat dari jantung yang gagal melakukan pompa maka akan terjadi beberapa mekanisme kompensasi berupa pengaktifan saraf simpatik. Peningkatan kerja simpatikmewakiliresponsawal terhadappenurunan cardiac out put. Rangsangan ini menyebabkan pacu jantungmeningkat.Rangsanganini juga menyebabkan terjadinya tahanan di vaskuler perifer, Akibatnya tonus vena meningkat, dengan meningkatkan tahanan sistemik vaskuler dapat memperbaiki/meningkatkan venusreturn,sehinggapengisianventrikel meningkat.Kompensasi yang lain pada ginjal. Akibat penurunan perfusi ke ginjal maka akan terjadi penurunan filtrasi pada glomerolus dan merangsang mekanisme renin angiotensin. Renin angiotensinyang akan mengakibatkan pelepasan aldosteron meningkat sehingga terjadi retensi air dan natrium. Gagal Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung kiri terjadi sebagai akibatdari disfungsi ventrikel kiri yangmenyebabkan darahkembali ke atriumkiri kemudian ke paru-paru sehingga menaikan tekanan kapiler paru-paru. Akibatnya terjadi peningkatan tekanankoloidosmotickapilerparudancairan akanbocor ke ruang intestisil,laluke alveoli.Hasilnya adalah terjadi hipoksia karena pertukaran oksigen yang buruk. Ketika terjadi hipertensi jantung harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan tersebut dapat berakibat terjadi hipertropi ventrikelkiri.Otot-ototyanghipertropimempunyaidayakonstraksi yangjelek dan lamakelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada katub aortic yang stenosis membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan membuatototjantungmenjadihipertropi dandayakontraksinyaakanjadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic. Gagal Jantungkananterjadi bila curah ventrikel kanan kurang dari masukan vena sistemik. Sebagai akibatnya, vena sistemik terbendung dan curah ke paru-paru menurun. Penyebab utama adalah gagal jantung kiri, yang menyebabkan peningkatan tekanan pulmonary sehingga ventrikel kanan bertambah bebannya. Selain itu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) dan embolus pulmoner dapat menimbulkan gagal jantung kanan. Gagal jantung kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmoner ini di sebut Cor Pulmonale (Tambayong, 2000). Manfestasi klinik yang muncul pada penyakit gagal jantung tergantung pada penyebab dasar dan luasnya penyakit jantung serta pada ventrikel mana yang gagal untuk memompa darah secara
  • 3. efektif. Manifestasi pada umumnya berupa lemah, letih, lesu saat beraktifitas, sesak napas, tachicardi, oedema, nokturia, perubahan prilaku, nyeri dada, perubahan kulit (sianosis/kebiruan, Dusky/kulit kehitam-hitaman), keringat dingin. Manifestasi klinik lebih spesifik pada gagal jantung kanan adalah oedema perifer, BB meningkat, oedem pada kaki, asites, oedem seluruh tubuh, distensi vena jugularis, hepatomegali, dan splenomegali. Sedangkan pada gagal jantung kiri adalah heart rate meningkat, hipertropi ventrikel kiri, oedem paru ( terdengar bunyi rales ), dyspnoe(napas dangkal), batuk (karena iritasi alveolar akibat penumpukan cairan), adanya suara jantung tiga. Komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera di tangani adalah oedem paru, effusi pleura, asites,cardiomegali dan thrombus ventrikel kiri. Data penunjang untuk menentukan diagnosa pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan elektrolit(mungkin adaperubahanakibat perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal dan therapy diuretic), Kimia darah ( BUN, Creatine, dan fungsi hati SGOT, bilirubin alkhalin phosphat), Electro Cardio Gram (ECG). Rontgen dada dapat ditemukan adanya pembesaran jantung(Doenges, 2000, Cannobio. 1990). Berdasarkan data pada kantor ruang II Wanita, jumlah penderita gagal jantung yang dirawat pada tahun 2003 sebanyak 4 orang ( 0,87 %) dari total pasien yang dirawat dalam tahun 2003 sebanyak 458 orang. Pada tahun 2004 penderita gagal jantung yang dirawat meningkat sekitar 0,59 % yaitu 7 orang ( 1,46 % ) dari total pasien yang dirawat dalam tahun 2004 sebanyak 480 orang. Dalam tiga bulan terakhir yaitu awal tahun 2005 (januari sampai dengan maret 2005) pasien dengan diagnosa gagal jantungyangdirawatsebanyak2 orang ( 1,64 %) dari jumlahkeseluruhan pasien yang dirawat sebanyak 137 orang ( RSU Prof.Dr W.Z. Johanes, 2005). Masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit gagal jantung adalah Cardiac output menurun b.d faktor mekanikal (Preload, after load dan kekuatan kontraksi), kelebihan volume cairan b.d peningkatanaldosteron, retensi sodium sekunder terhadap penurunan filtrasi glumerolus, Gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan kapiler paru, intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunancardiac output, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac output yang menurun, kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio, 1990). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi ( Doenges, 2000). Gangguan pola tidur b.d dispnoe, nokturia, dan ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya (Carpenito, 2001). Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yaitu intervensi perawatan yang timbul pada pasien dengan gagal jantung antara lain pada masalah penurunan cardiac output b.d faktor
  • 4. mekanikal (preload,afterload dankekuatankontraksi) adalahmonitortanda-tandavital,catatbunyi jantung, palpasi nadi perifer, kaji kulit terhadap pucat dan sianosis, pantau eliminasi urine; catat warna dan kepekatan/konsentrasi urin, monitor intake output, kaji perubahan pada sensori (contoh bingung, disorientasi, cemas dan depresi ).Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala lebih tinggi. Berikan istirahat psikologik berupa hindari stres dan berespons terhadap ekspresi perasaan/takut, kolaborasi pemberian obat-obatan. Pada masalah kelebihan volume cairan b.d peningkatan aldosteron, retensi sodium sekunder terhadap penurunan filtrasi glumerolus intervensi yang di berikan adalah pantau eliminasi urine catat jumlahdan warna,pantau/hitungkeseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam, pertahankan duduk atau tidur denganposisi semifowler selama fase akut, timbang berat badan setiap hari, kaji distensi vena jugularis dan catat adanya oedema, tinggikan kaki bila duduk, auskultasi bunyi paru dan catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatandispnoe, Selidiki keluhan dispnoe yang mungkin timbul secara tiba-tiba, catat keluhan nyeri tekan abdomen dan palpasi hepatomegali,kolaborasi pemberian obat diuretika, konsultasi dengan ahli gizi dan pantau foto toraks. Untuk masalah keperawatan gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan capiler paru adalah berupa auskultasi bunyi napas, catat bunyi rales atau mengi, anjurkan pasien untuk batuk efektif dan napas dalam, bantu pasien untuk sering merubah posisi tidur sebatas toleransi, pertahankan posisi tidur setengah duduk ( semifowler), kolaborasi pemberian obat diuretic dan bronkodilator. Untuk masalah intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunan cardiac output adalahmonitorfrekwensijantung,irama,perubahantekanan darah sebelum dan sesudah aktifitas, hubungkan dengan laporan nyeri dada/napas pendek., tingkatkan istirahat, batasi pengunjung, Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi. Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac outputyang menurun Intervensi yang dilakukan adalah obsevasi tanda dan gejala dari kekurangan nutrisi, timbang berat badan setiap hari, pertahankan diet yang cukup dan kolaborasi dengan ahli gizi, anjurkan pasien makan dalam porsi kecil tapi sering . Masalah kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio, 1990). Intervensi yang dilakukan adalah kaji keadaan kulit, daerah penonjolan tulang, adanya oedema,ubahposisi tidurtiapdua,bantulatihanrentanggerakpasif atauaktif, monitor kebersihan kulit.
  • 5. Masalah kurangpengetahuanmengenai kondisi,penatalaksanaandanpemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, faktor pencetus dan upaya penanganan kesehatan (Doenges, 2000). Masalah keperawatan gangguan pola tidur b.d dispnoe, noktural, dan ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya. Intervensi yang dilakukan adalah kaji pola tidur, kaji faktor penyebab tidak tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman untuk istirahatnya pasien, upayakan agar tidur dengan kepala lebih tinggi (Carpenito, 2001). Melihat manifestasi klinik yang ditimbulkan oleh gagal jantung sangat kompleks dan jika tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan komplikasi dan semakin lamanya perawatan dan pengobatan.Peran perawat sebagai pelaksana keperawatan perlu mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit gagal jantung dengan demikian perawat dapat memberikan pelayanan keperawatanyangmaksimal kepadapenderita yakni pelayananyangberwawasanilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan rasionalisasinya. Peran perawat juga sebagai pendidik wajib mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat menjelaskan penyakit gagal jantung kepada penderita dan keluarga sehingga mereka dapat mengetahui dan mengerti tentang penyakit gagal jantung, serta dapat memeliharakesehatandirinya sehingga dapat terhindar dari penyakit gagal jantung maupun penyakit lain pada sistim peredaran darah. 1.2. TUJUAN Tujuan penulisan laporan ini adalah : 1.2.1. Tujuan Umum : Agar mahasiswa dapat mengungkapkan pola pikir yang ilmiah dalam melaksanakanasuhankeperawatankepadapasien gagal jantungdenganmenggunakan pendekatan proses perawatan. 1.2.2. Tujuankhusus : Agar mahasiswamampumengidentifikasidanmenganalisadata,menetapkan diagnosakeperawatan,merencanakantindakan,mengimplementasikantindakansesuai rencanadan mengevaluasi asuhankeperawatanpadapasiendengangagal jantungsertamemberikanpendidikan kesehatan. 1.3. SISTEMATIKA PENULISAN BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan. C. Sistimatika penulisan. BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN A. Gambaran kasus
  • 6. B. Pembahasan. BAB 3.PENUTUP. A. Kesimpulan B. Saran. BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN 2.1.Gambaran kasus. 2.1.1. Pengkajian. Kasusini diambil di ambil di RSUD Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang ruangan II Wanita Kamar G 4, Masuk RumahSakit tanggal 25 maret 2005 dengandiagnosa Decompensasi Cordis, Informasi didapat pada tanggal 31 maret 2005. a. Pengkajian Identitas Pasien. Pasien berinisial Ny. Y, Umur 38 tahun, tempat tinggal di Oebobo, status kawin, agama Kristen Protestan, Suku bangsa Timor, Pendidikan SMKK, pekerjaan ibu rumah tangga. b. Keluhan utama : Napas sesak, nyeri ulu hati, kaki bengkak dan kalau bekerja cepat capeh. c. Riwayatkesehatanmasalalu: KlienmengatakanMasukrumahsakitkali ini adalahyangketiga. Klien pernah masuk rumah sakit dengan keluhan “napas sesak”, badan bengkak terutama kaki dan perut. Masuk rumah sakit terakhir adalah enam bulan yang lalu dengan keluhan kaki bengkak dan tangan kanantidak bisa diangkat dan karena sudah sembuh sehingga di pulangkan. Setelah pulang dari RS kliendi rumahtidakkerjahanyabantumasak danmencuci.Kegiatan ini dilakukan tapi cepat capehdan napas mulai sesak.Pernahberobatdi dokterpraktek namun obat habis dan tidak control lagi. Dalam beberapa minggu terakhir kaki dan badan mulai bengkak dan napas sesak sehingga di bawa ke RS untuk opname tgl 25 Maret 2005 yang lalu. d. Riwayatkesehatansaatini :KlienmasukRumahSakit pada tanggal 25 maret 2005 dan dirawat di Unit Gawat Darurat, Keluhanmasukadalahkarenanapassesak,nyeri uluhati,kaki bengkak sudah satu minggu di rumah, bekerja sedikit sudah capeh. Setelah dirawat di UGD akhirnya pasien di pindahkan ke Ruang II Wanita tanggal 28 maret 2005. Saat pengkajian tanggal 31 maret 2005 klien mengatakansudahtidaksesaklagi,kaki tidakbengkaklagi namun masih rasa capeh, sering keringat dingin dan jantung kadang berdebar-debar. e. Riwayatkesehatankeluarga :Klienmengatakankeluarganyabanyakyangmenderitapenyakit jantung. Orang tua laki-laki meninggal karena sakit jantung,saudara dari bapak meninggal karena stroke, orang tua perempuan meninggal karena tekanan darah tinggi, saudara dari orangtua
  • 7. perempuan maninggal karena sakit ginjal dan saudara perempuan kedua meninggal di Bali karena sakit jantung. Genogram : PJ Stroke HT Ginjal 48 45 41 38 47 32 42 38 36 34 PJ keterangan : 28 25 21 F Laki –Laki Meninggal. F Perempuan meninggal. F Laki-laki hidup F Perempuan Hidup F Penderita.
  • 8. F Tinggal serumah. f. Pola Nutrisi. Klien mengatakan di rumah makan tiga kali sehari,menu yang dimakan antara lain nasi, sayur, ikan dan kadang daging, begitu pula sekarang. Makanan yang disiapkan oleh Rumah Sakit selalu dihabiskan.Tidakadamasalahdenganpolamakan.Klienmengatakan sebelum sakit senang minum kopi namun setelah sakit tidak minum lagi. g. Pola Eliminasi. Klien mengatakan saat masuk rumah sakit kencing terasa sakit namun sekarang tidak ada lagi. Eliminasi alvi tidak ada keluhan. Saat dikaji klien sedang terpasang kateter tetap. h. Personal Hygiene. Klien mengatakan tidak mandi hanya dilap diatas tempat tidur. Personal higiene baik. i. Aktifitas sehari-hari. Sehari hari klienbekerjasebagai iburumahtangga.Sejakmulai sakit klien tidak terlalu banyak kerja karena kerja sedikit sudah rasa capeh. Saat ini kebutuhan klien dibantu diatas tempat tidur. j. Psykososial Interaksi sosial :Kebiasaansehari-hari hubungandengankeluargadantetanggabaik. Kebiasaan saat ini hubungan dengan perawat,dokter dan pasien lain baik. Pola toleransi terhadap stres : Klien mengatakan jika ada masalah selalu memecahkannya bersama suami, untuk keadaan sakit klien mengatakan menerima keadaannya karena riwayat keluarga banyak yang menderita penyakit jantung.Demikianjugasuami dananak-anaksehinggaklienmerasatidakmenjadisuatubebanuntuk dipikirkan. Spritual : Klien adalah penganut ajaran Kristen protestan yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan biasahari mingguke gereja.Saatini pasienhanyadapatberdoa di tempat tidur. k. Pengkajian Fisik : Pemeriksaanfisik :Keadaankomposmentis,Glacow Scale (GCS) Refleksmembuka mata : 4, bicara : 5 dan motorik : 6. Tanda-tanda vital (TTV) Suhu : 36,5 oc, nadi : 96x/m, tekanan darah : 100/70 MmHg, Respiratori Rate (RR) : 18x/m. Pada pengkajian pulmonal dancardiovaskulernyeri, dispnoe,ronchi/rales dankelainan bentuk dada tidak ditemukan, peningkatan tekanan vena jugolaris tidak ditemukan. Ditemukan suara galop positif. Saat perkusi jantung, bunyi pekak melebar ke daerah aksila anterior. Pada daerah Abdomen :Asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan,tidak ditemukan. Kemampuanpergerakansendi( Bebas). Tidak ada kelumpuhan.Klien tidak banyak bergerak karena takut kelelahan atau sesak napas.
  • 9. Ektremitas: Tangankanan terpasanginfus.Oedemdankelainanwarnakulittidak ditemukan.Turgor kulit baik,Akral hangat dan kapilari reffil kurang dari 3 detik. l. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa : Laboratorium : White Blood Cel ( WBC) : 5,9/mm3 , Red Blood Cel (RBC) : 4,5 /mm3 , Haemoglobin (HB) : 13,8g% ,Haematocrit (HCT): 42,2 mm, Platelet (PLT ) : 209 mm3. Gula darah sesaat : 144 mg % Ureum : 21,63 mg. Kreatinin : 1,33 mg%. Electrocardiogram (ECG) : Ditemukan adanya Left Ventrikel Hypertropy (LVH) ,Rontgen Foto : Ditemukan adanyaCardiomegale. m. Pengobatanyangdiberikanadalah: Lasix 2x 1 tab (40 Mg), Aspar K 2x1 ( 300 mg), Digoxin 2x ½ tab ( 0,25 mg), Laksadin 2x1 senduk makan. 2.1.2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan. Setelah data dikumpulkan maka dilakukan analisa untuk menentukan masalah keperawatan. Data hasil pengkajian diatas berupa : DS : Klien mengatakan masuk Rumah Sakit karena napas sesak dan badan bengkak (bengkak pada kaki dan perut). Klien mengatakan cepat capeh kalau bekerja. Kaki tangan sering terasa dingin dan berkeringat. Kadang jantung terasa berdebar-debar. DO: Pasiennampak lemah. Klien kelihatan sangat berhati-hati dalam melakukan aktifitas (hendak bangun duduk di tempat tidur atau duduk di kursi). Tanda-tanda Vital : Suhu 36,50C., Nadi 96 x/m kuat dan teratur.,Tensi 100/70 MmHg, RR 18 kali permenit. Pada Auskultasi jantung ada bunyi gallop. Hasil Rontgen Foto adanya Cardiomegali. Hasil ECG : Left Ventrikel Hipertropy (LVH ) posisif. Masalah keperawatan : Cardiac out put menurun b.d factor mechanical (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung) DS : Klien mengatakan sudah pernah masuk rumah sakit karena sakit jantung. Saat masuk Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas,bengkak pada kaki dan perut. DO : Klien sedang terpasang kateter. Tidak ditemukan oedema atau asites Hasil Rontgen ada cardiomegali. Pada auscultasi ada bunyi gallop. Ureum 21,63 mg Creatinine 1,33 mg %. Masalah Keperawatan : Resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus. DS : Klien mengatakan jika bekerja/beraktifitas cepat capeh dan sesak napas.
  • 10. DO : Klienkelihatansangatberhati-hati dalammelakukanaktifitas(hendak bangun duduk di tempat tiduratau dudukdi kursi).PasienBedrest. Tangan kanan sedang terpasang infuse Ringer laktat(RL). Sedang terpasang Kateter tetap. Masalah keperawatan : Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. DS : Klien mengatakan pernah masuk Rumah Sakit karena sakit jantung dan sekarang adalah kali yang ketiga. Klien mengatakan akhir-akhir ini tidak ada kerja dan hanya di rumah saja. Klien mengatakansebelumsakittidakpernahmengontrol tekanan darahnya. Klien mengatakan sebelum sakit senang minum kopi dan kadang kala membantu suami untuk perbaiki mobil. DO: Kliennampakbingungdanmenanyakan“Sayasakit jantung tapi tekanan darah saya ko rendah ?” Masalah keperawatan : kurangpengetahuantentangprosespenyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi. Dari analisa data di atas maka ditegakan diagniosa keperawatan dengan urutan prioritas masalah yaitu prioritas pertama : Cardiac out put menurun b.d factor mekanikal (preload, after load, Kekuatan kontraksi jantung). Penurunan cardiacoutput diangkat menjadi prioritas pertama karena masalah ini mengancam jiwa di mana volume darah yang di kirim oleh jantung ke jaringan berkurang maka tubuh akan kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga akan terjadi metabolisme yang an aerob dan dengan demikian akan terjadi iskemic jaringan, berlanjut menjadi infark dan kematian jaringan. Hal ini berbahaya jika terjadi pada organ-organ penting berupa jantung sendiri, ginjal, paru, otak dan jaringan tubuh lainnya. Resiko kelebihan volume cairan b.d Retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun diangkat menjadi prioritas kedua karena masalah ini akan mengancamkesehatan.Cairanyangberlebihandalamtubuhsebagai dampak dari penahanan garam (sodium) dan peningkatan absorbsi air dalam tubulus ginjal mengakibatkan volume cairan dalam vaskularisasi meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan venus return sehingga akan menambah beban kerja jantung. Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadappenurunancardiacoutput.Masalahini diangkatmenjadi prioritaspenangananyangke tiga Karena masalah ini jika tidakditangani dengan baik maka akan mengancam kesehatan. Alasannya adalahjikaklienberaktifitasmelampaui batastoleransidimanaakanterjadi penggunaanenergiyang lebih besar maka akan menambah beban kerja jantung. Sementara kondisi saat ini jantung tidak
  • 11. mampu melakukan fungsinya secara maksimal. Pacu jantung meningkat akan memperburuk keadaan. Masalah kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi menjadi prioritas yang ke empat untuk ditangani. Karena kurang pengetahuantentangprosespenyakitdanpemeliharaankesehatanakanmenimbulkansikap,prilaku dan tindakan baik dari pasien sendiri maupun keluarga dimana akan mengakibatkan kondisi sakit pasien menjadi lebih berat. 2.1.3. Perencanaan. Untuk diagnosa pertama tujuannya adalah : Adanya peningkatan Cardiac Output yang adekuat untuk kebutuhan tubuh. . Kriteria evaluasinya adalah : Setelah dilakukan perawatan 2-3 hari klien tidak mengeluh sesak napas, RR dalam batas normal (18-20 x/m), Kaki dan tangan hangat, tidak mengeluh berdebar-debar, tanda-tanda vital dalam batas normal, suhu 36-37,5oC, Nadi 80-100x/m, dan tensi < 140/90 MmHg. Rencana tindakannya adalah : F Monitor tanda-tanda vital ( tensi, nadi, RR,suhu), catat bunyi jantung. Rasionalnya adalah : Tacicardi dan perubahan tekanan darah menunjukan kegagalan kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan jaringan. F Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis. Rasionalnya : Pucat/sianosis menunjukan tidak adekuatnya perfusi jaringan. F Pantau intake out put.(Jumlah intake cairan dan produksi urin). Rasionalnya :Ginjal berespons pada penurunan curah jantung dengan menahan natrium dan air sehingga urine akan berkurang. F Berikan suasana tenang dan biarkan pasien istirahat yang cukup dengan posisi kepala agak lebih tinggi. Rasionalnya:istirahatfisikharusdipertahankanuntukmemperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan konsumsi oksigen miocard. Posisi kepala lebih tinggi memudahkan pengambilan oksigen lebih maksimal. F Beri obat sesuai order ( digoxin). Rasionalnya : Digoksin meningkatkan kontraksi jantung dengan demikian fungsi pompa akan diperbaiki. Diagnosa kedua, tujuannya adalah adanya keseimbangan cairan dalam tubuh ( Balance antara intake dan output ).
  • 12. Kriteria hasilnya adalah : Dalam waktu 2-3 hari tidak ada keluhan sesak napas dengan RR 18- 20x/m.Tidak adaoedema anasarca. Intake dan output cairan seimbang. Tidak ada peningkatan tekanan JVP, JVP dalam batas normal 2-4 cm. Bunyi paru bersih tak ada bunyi rales/ronchi. Rencana tindakannya : F Pantau eliminasi urin catat jumlah dan warna, pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. Rasionalnya : ketidakseimbangan antara intake dan haluaran mengindikasikan adanya retensi. F Kaji distensi Vena jugolaris dan catat adanya oedema. Rasionalnya : Peninggian JVP dan adanya oedema menunjukan adanya retensi air dan garam yang menimbulkan penimbunan cairan dalam tubuh dan kegagalan jantung kanan. F Auskultasi bunyi paru, catat bunyi tambahan, catat adanya peningkatan dispnoe. Rasionalnya : Rales dan dispnoe menunjukan adanya oedema paru. F Rawat kateter. Rasionalnya : Kateter juga sebagai media invasi kuman. F Anjurkan untuk hindari intake garam. Rasionalnya : Sifat garam adalah mengikat cairan sehingga mempermudah terjadi oedema. F Kolaborasi pemberian obat diuretic. Rasionalnya : Obat diuretic membantu mengatasi oedema. Diagnosa keperawatan ke tiga, tujuannya adalah : Adanya peningkatan aktifitas sebatas toleransi tanpa kelelahan. Kriteria evaluasi : Setelah dilakukan perawatan selama 2-3 hari klien dapat ke kamar mandi, WC dengan bantuan minimal (sekedar pengawasan). Klien dapat bangun duduk tanpa sesak dan rasa lelah. Rencana tindakannya adalah : F Kaji dan monitor kemampuan aktifitas pasien. Rasionalnya : Sebagai data untuk intervensi selanjutnya. F Tingkatkan istirahat, batasi pengunjung. Rasionalnya : Dengan adanya pengunjung akan terjadi perbincangan yg panjang membuat waktu istirahat pasien tidak maksimal. F Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen contoh mengedan saat defikasi. Rasionalnya :Aktivitas yg memerlukan menahan napas dan menunduk (valsalva –manufer) dapat menurunkan curah jantung. Untuk diagnosakeperawatanyangke empat.Tujuannyaadalah : Adanya peningkatan pengetahuan tentang proses penyakit dan upaya pemeliharaan kesehatan.
  • 13. Kriteriaevaluasi :Setelahdiberikanpenyuluhan +25 menitkliendankeluargamampumenyebutkan kembali pengertian dari gagal jantung, etiologi, faktor pencetus, upaya penanganan dan upaya pencegahannya. Rencana tindakannya : F Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit, penyebab, factor pencetus dan upaya penanganan kesehatan pada pasien dengan gagal jantung. Rasionalnya:Denganpeningkatanpengetahuanpasiendankeluargamakamerekadapataktif dalam upaya penanganan kesehatan dirinya sendiri dan keluarga. 2.1.4. Implementasi. Implementasi yang dilakukan pada tanggal 31 maret 2005. Untuk diagnosacardiacoutputmenurunberhubungandengan factormekanikal (Preload,After load, Kekuatan kontraksi jantung) F Jam 08.15 Wita, monitor TTV dengan hasil Suhu 36,5oc,Nadi 96x/m, Tensi 100/60 MmHg.RR 18x/m. auskultasi bunyi jantung gallop positif Mengkaji kulit dan kuku tidak ada sianosis. F Jam 09,45 Wita : Membuang urin dalam urobag dan membuat catatan balance cairan. Menjelaskanpadapasiendan keluarga untuk mencatat atau melaporkan jumlah air yang diminum. Menjelaskan pada pasien untuk membatasi aktifitas dan istirahat saja di tempat tidur dan hindari gerakan yang banyak mengeluarkan energi. Menganjurkan pada keluarga untuk meletakan barang kebutuhan pasien di dekat pasien. F Jam 10,50 Wita: Mengatur posisi tidurpasiendengankepala lebih tinggi. Anjurkan pada keluarga agar semua kebutuhan pasien dilayani di tempat tidur temasuk BAK/BAK. F Jam 18.00 Wita, melayani obat oral Digoxin 0,25 mg,Aspar K 300 mg.(dilakukan oleh dinas sore). Untuk diagnosakeperawatanresikotingggi (resti) kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus. F Jam 11.30 Wita : Mengosongkan urobag dan membuat catatan balance cairan. Aff Infus dengan alasan cairan merembes. Kaji distensi vena jugular dengan hasil 3 Cm dan tak ada bendungan. F Jam 11,50 Wit Auskultasi paru tak ada rales, suara napas bersih. Menganjurkan pada pasien dan keluarga untuk tidak makan makanan yang asin-asin. Merawat kateter. F Jam 18.00 wita memberikan obat minum Lasix 40 mg oral(Oleh petugas sore) Diagnoa keperawatan Intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. F Jam 08 .15 Wita.Menanyakankeadaanpasien dengan hasil; pasien dapat ke kamar mandi namun perlu di tuntun dan pendampingan keluarga. Menjelaskan pada keluarga untuk membatasi
  • 14. kunjungan agar pasien dapat istirahat. Anjurkan untuk meletakan barang kebutuhan pasien dalam jarakyang bisa dijangkau tanpa mengeluarkan tenaga yang banyak. F Jam 10.15 Wita.Ajarkanpasien,bilahendakbangunduduksebaiknya miring badan kesah satu sisi dan tanganyang lainmenekantempattidursebagai tahananuntukbangun.Anjurkankeluargauntuk mendampingan pasien. Untuk diagnosa keperawatan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi. F Jam 10.30 wita : Membuat kontrak waktu dengan pasien dan keluarga untuk penyuluhan besok tanggal 1 april 2005. Tanggal 1 April 2005. F Jam 07.15 wita, menyiapkan bahan penyuluhan, mempersiapkan sasaran penyuluhan : memberitahu pasien dan keluarga untuk bersabar dan mendengar penyuluhan tentang penyakit gagal jantung. F Jam 09.15 wita Memberikan penyuluhan penyakit gagal jantung berupa : Menjelaskan apa itu penyakit gagal jantung, menjelaskan tentang penyebab gagal jantung dan prosesnya sampai menimbukan jantung gagal pompa, menjelaskan tentang factor-faktor pencetus, menjelaskan tentang bagaimana upaya penanganan pada saat terjadi serangan/timbul gejala, menjelaskan bagaimana upaya pencegahan dan penanganan kesehatan agar tidak terjadi gagal jantung, 2.1.5. Evaluasi. Setelah dilakukan tindakan maka dilakukan evaluasi pada tanggal 1 april 2005. Tgl 1-4- 2005. Jam 07.00 Wita. Untuk diagnosa Cardiac out put menurun berhubungan dengan factor mekanikal (preload, after load, kekuatan kontraksi jantung). S : Klien mengatakan agak lebih enak namun kadang jantung rasa agak berdebar. O : Klien nampak segar,bersih,namun nampak takut untuk bangun dan duduk dikursi. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. Untuk diagnosa resti kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap penurunan perfusi glumerolus. Jam 07.15 Wit. S. Klienmengatakan minum air sejak kemarin sore sampai pagi ini 1000 cc.,Napas tidak sesak,klien mengatakan tangan basah karena air infus.
  • 15. O. Produksi urine 24 Jam 2150cc intake/24 jam 2100 cc, Kateter masih terpasang, infuse basah merembes. A. Masalah teratasi sebagian. P. Aff Infus dan lanjutkan intervensi lainnya. Diagnosa keperawatan intoleransi aktifitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output. Jam 08.15 Wita S. Klien mengatakan masih lemah tapi rasalebih enak dari kemarin. O. Pasien nampak duduk sambil baca koran, kateter masih terpasang. A. Masalah belum teratasi. P. Intervensi lanjut. Untuk diagnosa keperawatan kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi. Tgl 31 maret 2005. Jam 12.30 Wit. S. Klien mengatakan besok suami dan dua orang anak akan hadir utk mendengarkan penyuluhan. O. Nampak pasien membuat pesanlewat anaknya yang mau. pulang rumah. A. Masalah belum teratasi P. Siapkan bahan untuk penyuluhan. tanggal 1 April 2005. Setelah penyuluhan tanggal 1 april 2005 dilakukan evaluasi dengan hasil S. Audiens( pasien,keluarga dan keluarga dari pasien lain) mengatakan mengerti dengan jelas apa yang dijelaskan. O.Audiens dapat menjawab pertanyaan evaluasi dengan benar. A.Masalah teratasi. P. Intervensipenyuluhandihentikandanberi penjelasantentanghal-halyang perlu untuk persiapan pulang. 2.2. Pembahasan. Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Noer. 1996). Gagal jantungartinyajantung tidak mampu lagi melakukan kompensasi untuk memenuhi tuntutan jaringan akibat penyakit atau keadaan–keadaan pathologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah. Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD), Hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark (AMI), Disretmia, Conginetal Heart Deases (penyakit jantung bawaan),Bakterial Endokarditis,
  • 16. dan Anemia. Akibat dari keadaan-keadaan di atas akan membuat perubahan pada sistim kerja jantung dalam menjalankan fungsinya sebagai pompa untuk mengirim darah ke seluruh tubuh. Di saat kebutuhan jaringan meningkat maka jantung akan melakukan kompensasi untuk mempertahankan kecukupan Cardiac ouput berupa aktivasi saraf simpatik yang melepaskan epineprindannorepineprin sehingga terjadi peningkatan kontraksi jantung. Dilatasi ventrikel juga dapat terjadi ketika tekanan dalam ventrikel meningkat dari waktu kewaktu, serabut otot jantung meregang dan dengan demikian meningkatkan daya kontraksinya.namun peningkatan daya kontraksi ini menghasilkanketegangan dindingyanglebihbesardan butuh lebih banyak O2. Dilatasi menjadi kompensasi utama, akhirnya dilatasi ini menjadi tidak adekuat karena serabut otot-otot jantungmeregangsecaraberlebihan.Dilatasidapatberkembangmenjadi tidak kompotennya katup jantung. Cardiac output yang menurun menimbulkan perfusi ke ginjal akan menurun sehingga ginjal akan melepaskanrennin yangbereaksi denganangiotensinogenuntukmembentuk angiotensin satu dan dua sehingga menyebabkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan terjadi peningkatan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan arterial. Anti Diuterik Hormon (ADH) juga akan diaktifkansehinggapenyerapanairditubulusginjal meningkat. Vasokontriksi pembuluh darah perifermeningkatkan afterload. Dengan demikian akan meningkatkan beban kerja jantung. Akibat beban kerja dan ketegangan yang berlebihan akan menimbulkan otot jantung jadi hipertropi sehinggaelasitaskontraksinyamenjadi jelek.Akibatdari kompensasi yanglamadan berulangdiatas, maka jantung akan menjadi tidak mampu lagi memompa darah untuk kebutuhan tubuh. Ketidakmampuan ini menimbulkan volume darah yang dipompakan menjadi berkurang. Di mana akan muncul manifestasiklinikberupa:lemahletihlesuh,napassesak jantungberdebar-debar,kaki bengkak dan lain-lain ( Noer, 1996). Pada pengkajian ditemukan : Klien mengatakan badan rasa lemah dan bila bergerak banyak rasa lemas dan sesak napas. Kaki tangan sering terasa dingin, keringat banyak, dan jantung kadang kala terasa berdebar – debar. Suhu 36,5oc, N 96x/m, TD 100/70 MmHg.RR 18 x/m. Dyspnoe, sianosis ronchi/rales tidak ditemukan, kaki tangan hangat. Suara jantung galop positif tapi kurang jelas. JugolarVenouspressure(JVP) :nilai 3.Sedangterpasangkateter.,produksi urin saat dikaji 100 cc warna kuning. Pada abdomen asites, hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan, oedema pada ektremitas tidak ditemukan, kulit normal, akral hangat. Menurut Doenges, 2000, Pengkajian pada pesien dengan gagal jantung adalah aktifitas/istirahat : Adanyakeletihan,nyeri dada saat beraktifitas, dispnoe saat istirahat atau saat pengerahan tenaga, gelisah, tanda-tanda vital berubah pada saat aktifitas. Sirkulasi : Ada riwayat hypertensi, IMA baru/acut, Ada penyakit jantungkoroner sebelumnya,penyakit katup jantung, bedah
  • 17. jantung, endokcarditis dananemia.Tekanandarah mungkin rendah (gagal pemompaan) atau tinggi jika ada kelebihan beban cairan/peningkatan tekanan vena sistemik. Nadi perifer berkurang ; perubahan dalam kekuatan denyutan. Bunyi jantung S 3 (gallop).Bunyi S 4 mungkin dapat terjadi. S1 dan S 2 mungkin melemah, murmur sistolik dan diastolic dapat menandakan adanya stenosis atauinsufisiensi.Warna kulit /kuku kebiruan, pucat, sianosis dengan pengisian kapiler lambat, hepar membesar, bunyinapas krekles, ronchi, oedema mungkin umum atau pada bagian tubuh tertentu khususnya pada ektremitas, adanyadistensi vena jugolar. Klien kadang takut/kwatir, stress berhubungan dengan penyakit/keprihatinan financial (pekerjaan/biaya perawatan medis), marah dan mudah tersinggung. Eliminasi kadang terjadi penurunan berkemih, berkemihpadamalamhari (nokturia),diare/konstipasi. Makanan/cairan : Kehilangan nafsu makan, mual muntah,penambahanberatbadan,pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian /sepatu terasa sesak, diet tinggi, lemak, gula dan cofein penggunaan diuretic, distensi abdomen ( asites). Higiene: Keletihan/kelelahan selama aktifitas perawatan diri, penampilan menandakan kelalaian perawatan personal. Nyeri/kenyamanan nyeri dada, angina akut/kronik, tidak tenang, gelisah. Pernapasan : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal. Riwayat penyakit paru kronis, adanya tachipnea, napas dangkal, bunyi napas mungkin tidak terdengar, ada ronchi basah/rales. Sesuai dengan hasil pengkajian, hanya beberapa manifestasi yang muncul pada Ny.Yermi. Manifestasi pada pola aktifitas/istirahat adalah adanya kelelahan dan napas sesak Pada sirkulasi : Bunyi jantung : TerdengaradanyaS 3 (gallop) namuntidakterlalujelas.Adanyapembesaranjantung ditemukan sesuai dengan teori dimana saat perkusi adanya bunyi redup pada daerah jantung bergeserke daerahgarisaksilaanterior.Warnakulitnormal,tidakada sianosis danpengisiankapiler cepat (normal). Ada riwayat oedem, dan napas sesak saat masuk Rumah Sakit, namun saat pengkajiantidakditemukanhal ini disebabkankondisi pasiensudah membaik. Sesuai dengan teori kadang terjadi penurunan berkemih, berkemih pada malam hari (nokturia), diare/konstipasi, ada kehilangan nafsumakan,mual muntah.).Padakasus pasien sedang terpasang kateter dan tidak ada keluhanmual danmuntah.Padaabdomendapatditemukan Asites pada kasus ini tidak ditemukan. Keadaan kliensaatdi kaji ditemukankeluhanutamapasienyaituadanyakelelahanjikaklien banyak bergerakatauberaktifitassehinggakliennampaktidakbanyakbergerakdan hanya baring di tempat tidur Karena klien sudah mendapat perawatan dan pengobatan di Unit Gawat Darurat (UGD). Gejala berupa napas sesak juga oedema yang menjadi gejala utama akibat kegagalan jantung dalam menjalankanfungsinya sebagai pompa tdak didapatkan. Pengobatan yang didapat berupa digoxin
  • 18. dimana obat ini berfungsi sebagai penguat/penambah kekuatan kontraksi otot jantung. Melihat mekanisme yang terjadi pada gagal jantung ; Jika kontraksi otot jantung kembali diperbaiki maka kekuatankontraksi akanjadi optimal.Dengandemikianmakakebutuhanoksigendannutrisi jaringan terutamapada ginjal,paru-parudanjantungsendiri dapatterpenuhi.Karenakebutuhanyaterpenuhi maka organ tubuh akan berfungsi secara maksimal dan tidak membuat reaksi kompensasi. Untuk lebih memperjelas dugaan penyakit maka dilakukan pemeriksaan penunjang demi memastikan diagnosa. Pemeriksaan yang dilakukan adalah : 1. Pemeriksaanelektrolit(mungkinada perubahan akibat perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal dan therapy diuretic). 2. Kimia darah ( BUN,Creatine). Peningkatan kreatinin merupakan indikasi gagal gijal. 3. Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal/kongesti hepar. 4. Electro Cardio Gram (ECG).Adanya hipertrofi atrial atau ventrikuler. 5. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kiri atau kanan dan juga mengkaji patensi arteri koronoraria. 6. Rontgen foto : Dapat menunjukan adanya pembesaran jantung(Doenges, 2000, Cannobio. 1990). Pada kasusini pemeriksaanyangtidakdilakukanadalahpemeriksaanelektrolit( Kalium, Calsiumdan Natrium) danensimhepar.Pemeriksaanini tidakdilakukan karena keadaan pasien sudah membaik dimanatidakada keluhansesakdantidakadaoedem.Tujuanpemeriksaanadalahuntukmelihatada tidaknya peningkatan atau penurunan dimana akan memperburuk keadaan pasien. Pemeriksaan fungsi hati tidak dilakukan karena tidak ada manifestasi klinik yang menggambarkan terganggunya organ hati berupaicterikatauhepatomegali.Dilihat dari status tanggungan biaya rumah sakit, klien adalah pasien umum yang membutuhkan biaya banyak untuk perawatan melihat aspek-aspek ini maka periksaan tidak dilakukan. Kateterisasi jantung tidak dilakukan karena tidak tersedianya fasilitas pada rumah sakit dan pemriksaan ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Masalah keperawatan yang sering muncul pada penyakit gagal jantung adalah Cardiac output menurun b.d faktor mekanikal (Preload, after load dan kekuatan kontraksi), kelebihan volume cairan b.d peningkatanaldosteron, retensi sodium sekunder terhadap penurunan filtrasi glumerolus, Gangguan pertukaran gas b.d peningkatan tekanan pada alveoli dan kapiler paru, intoleransi aktifitas b.d letih lesu sekunder tehadap penurunancardiac output, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan absorbsi berkaitan dengan cardiac output yang menurun, kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi dan metabolisme (Cannobio, 1990). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang
  • 19. terpaparnya informasi ( Doenges, 2000). Gangguan pola tidur b.d dispnoe, nokturia, dan ketidakmampuan untuk mengambil posisi tidur yang biasanya (Carpenito, 2001). Dari hasil pengkajianNyYermi sudah4hari dirawatdi Unit Gawat Darurat dan saat pengkajianklien sudah membaik sehingga masalah keperawatan sebagian sudah teratasi. Hasil pendataan dan analisa data ditemukan beberapa masalah keperawatan yaitu Cardiac out put menurun b.d factor mechanical (Preload, After load, kekuatan kontraksi jantung), resiko kelebihan volume cairan b.d retensi natrium dan air sekunder terhadap perfusi ke glumerolus ginjal yang menurun, intoleransi aktivitas b.d lemah, letih lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output, kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pemeliharaan kesehatan b.d kurang terpaparnya informasi. Pada masalah penurunan cardiac output sesuai dengan hasil pengkajian di dapat bahwa klien pernah mengalami sakit jantung dan masuk rumah sakit saat ini adalah kali yang ke tiga. Masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas, kalau beraktifitas cepat rasa lelah, Jantung sering berdebar-debar, kaki tangan dingin, kaki bengkak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyakit gagal jantung yang dialami klien ini adalah keadaan dimana jantung tidak dapat berkompensasi lagi dengan tuntutan jaringan tubuh akan suplay oksigen dan nutrisi yang mana di sebabkanolehpenyakitcardiovaskulerlainsebelumnya.Akibatdari keadaanpenyakit sebelumnya ( hypertensi yang tidak terkontrol, adanya struktur jantung yang ada kelainan, arteri sclerosis) keadaan-keadaanini akanmembuattuntutanjaringanakansuplaydarahmeningkat.Disaattuntutan jaringanmeningkatjantungakanmelakukankompensasiuntukmempertahankankecukupancardiac output,berupaaktivasi saraf simpatik yangmelepaskanepineprindannorepineprin sehingga terjadi peningkatan kontraksi jantung. Dilatasi ventrikel juga dapat terjadi ketika tekanan dalam ventrikel meningkat dari waktu kewaktu, serabut otot jantung meregang dan dengan demikian meningkatkan daya kontraksinya. Namun peningkatan daya kontraksi ini menghasilkan ketegangan dinding yang lebih besar dan butuh lebih banyak O2. Dilatasi menjadi kompensasi utama,akhirnyadilatasi ini menjaditidakadekuatkarenaserabutotot-ototjantungmeregangsecara berlebihan.Dilatasi dapatberkembangmenjaditidakkompotennyakatup mitral. Cardic output yang menurun menimbulkan perfusi ke ginjal akan menurun sehingga ginjal akan melepaskan rennin yang bereaksi dengan angiotensinogen untuk membentuk angiotensin satu dan dua sehingga menyebabkan pelepasan aldosteron sehingga terjadi retensi natrium dan terjadi peningkatan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan arterial. Anti Diuterik Hormon (ADH) juga akan diaktifkan sehingga penyerapan air di tubulusginjal meningkat. Vasokontriksi pembuluh darah perifer meningkatkan afterload. Dengan demikian akan meningkatkan beban kerja jantung. Akibat beban kerja dan ketegangan yang berlebihan akan menimbulkan otot jantung
  • 20. jadihipertropi sehinggaelasitaskontraksinya menjadi jelek. Akibat dari kompensasi yang lama dan berulang di atas maka jantung akan menjadi tidak mampu lagi memompa darah untuk kebutuhan tubuh . Ketidakmampuan ini menimbulkan volume darah yang dipompakan menjadi berkurang. Melihatmekanismeyangterjadi padagagal jantung ; Jika kontraksi otot jantung kembali diperbaiki maka kekuatankontraksi akan jadi optimal. Dengan demikian maka kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringanterutamapada ginjal,paru-parudanjantung sendiri dapat terpenuhi. Karena kebutuhanya terpenuhi makaorgantubuhakan berfungsi secaramaksimal dantidakmembuatreaksikompensasi. Keadaan ini dapat dilihat pada manifestasi klinik yang ada pada Ny.Yermi. Di sini peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik perlu mengetahui prosespathofisiologinya sehingga dapat melakukanpelayanakeperawatandenganbaik.Karenapenurunan cardiacoutputakanmenimbulkan masalah yang mengancam jiwa( Connibio,1990, Noer, 1996 ). Pada masalah keperawatan resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natriumdan air, Pada dasarnya gagal jantung akan terjadi kelebihan volume cairan sesuai dengan mekanisme compensasitubuhseperti dijelaskan pada masalah keperawatan pertama. Namun pada pengkajiantidakditemukanadanyakelebihanvolumecairan.Hal ini disebabkanolehfungsi jantung sebagai pompa sudah diperbaiki sehingga ginjal tidak merasa kekurangan dan mekanisme rennin angiotensin di ginjal tidak berjalan. Dengan demikian masalah yang diangkat di sini adalah resiko. Resikoterjadi kelebihanvolume cairan,jikajantungtidak mampumemberi suplai darah ke jaringan terutama ginjal. Hal ini bisa terjadi jika klien tidak memperhatikan hal-hal berupa pengobatan, aktifitasberlebihan, kopingyangmaladaptive terhadapstressordan lain-lain. Disini peran keluarga sangat dibutuhkan. Masalah intoleransi aktifitas : Kata intoleransi berasal dari bahasa inggris yaitu intolerance yang artinya ketidaktahanan (Echols, 2003). Intoleransi aktifitas artinya tidak tahan atau tidak mampu beraktifitas. Sebagai manusia normal yang hidup pasti akan bergerak/ beraktifitas untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Aktifitas membutuhkan energi/kalori untuk metabolisme dengan demikian jantung akan berusaha untuk memenuhi tuntutan jaringan yang terlibat dalam aktifitas tersebut. Tuntutan yang tinggi akan membuat jantung bekerja ektra untuk mengirim oksigen ke jarigan tersebut maka beban kerja jantung akan meningkat . Jika kompensasi ini terus berlanjut maka akan menjadi gagal ( decompensasi). Jika hal ini terjadi maka mekanisme yang sudah dijelaskan di atas akan timbul. Dengan arah berpikir yang demikian maka kebutuhan Ny.Yermi perlu di bantu. Atas dasar inilah penulis mengangkat masalah intoleransi aktifitas b.d letih, lemah, lesu sekunder terhadap penurunan cardiac output untuk di intervensi. Tujuan perawatan kesehatan adalah memandirikan pasien dan keluarga untuk mengenal masalah kesehatannya dan mampu menolong dirinya sendiri. Saat pengkajian ditemukan beberapa data
  • 21. berupasakitjantungyangberulang,adanyariwayatkeluarga yang menderita penyakit jantung, dan klien nampak bingung atau kurang mengerti tentang penyakit yang diderita maka penulis mengangkat masalah kurang pengetahuan sebagai diagnosa ke empat untuk dilakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang penyakit gagal jantung, penyebab,factor-faktorpencetus,upayapenanganan saat serangan dan upaya pencegahan. Dilihat dari factor penyebab penyakit gagal jantung dan penyakit pembuluh darah lainnya lebih banyak diakibatkanolehprilaku/polahidupyangkurangmenunjangkesehatan ( contoh ; merokok, alcohol, kopi,kurangolahraga, diet/kegemukandan lain-lain).Hal ini adalahsangatpentingdiketahui oleh pasien dan keluarga agar dapat mengerti dan dapat memelihara kesehatannya agar terhindar dari penjakitjantungdanpenyakitpembuluhdarahlainnya.Sebagai seorangperawatprofessional harus mampu memberikan penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien terutama pasien yang dirawat di Rumah Sakit saat menjelang pasien pulang. Setelahpasiendi rawat tigahari tandadan gejalapadaawal masuk tidaktimbul lagi/teratasi. Hal ini didukung oleh pasien dan keluarga yang cukup kooperatif saat pasien dirawat. Dari ke empat masalah yang diangkat, masalah cardic output ( masalah pertama), resti kelebihan volume cairan (masalahke dua), intoleransi aktifitas( masalahke tiga),belumteratasi secaratotal danmasalahini dapat timbul lagi tergantungketaatankliendalampengobatandansituasi lingkungan di rumah. Dan masalah kurang pengetahuan sudah teratasi dengan penyuluhan. Diharapkan adanya peningkatan pengetahuan klien dan keluarga sehingga dapat memelihara kesehatannya. ----------------- DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Jakarta ; Penerbit buku kedokteran EGC. Carpenito.L,2001,BukuSaku DiagnosaKeperawatan,Edisi 8,Jakarta,Penerbit Buku Kedokteran,EGC. Doenges M, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 ,Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran AGC. Jota.Santa, 1989, Diklat Kuliah Penyakit Jantung,Devisi Kardiologi Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Univ.Hasanudin,Ujung Pandang.
  • 22. Marry M.Cannibi, 1990,Cardiovasculer Disorders,Toronto ; Mosby year book. Noer.Sjaifoellah,Dkk1996, BukuAjar IlmuPenyakitDalam ,Edisi ke 3,Jakarta,PenerbitBalai penerbit FKUI. Sutomo.Muhamad, 2003, Pedoman Diagnosis Dan Therapy Ilmu Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah, Edisi 3 ,Lab/SMF Ilmupenyakitjantungdanpembuluhdarah Fakultas Kedokteran Unifersitas Airlangga RSUD Dr.Soetomo, Surabaya. Sylvia.Price & L.Wilson,1994,Pathofisiologi,Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi 4, Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran EGC. Tambayong.Jan, 2000, Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran SGC