SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan penurunan curah jantung dan
perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang adekuat, sehingga
menyebabkan hipoksia jaringan. Istilah syok kardiogenik ini pertama sekali
disampaikan oleh Stead (1942) dimana saat itu dilaporkan 2 orang pasien yang
disebutkan mengalami “syok yang diakibatkan oleh jantung (shock of cardiac
origin)”. Belakangan istilah ini kemudian berubah menjadi syok kardiogenik.1
Gambaran yang esensial dari syok kardiogenik adalah adanya hipoperfusi
sistemik yang menyebabkan hipoksia jaringan dengan bukti volume intravaskular
yang adekuat. Kriteria hemodinamik syok kardiogenik adalah adanya hipotensi
yang berkepanjangan dengan batasan/cut-off points tekanan darah sistolik untuk
syok kardiogenik adalah < 90 mmHg selama sekurangnya 30-60 menit atau mean
arterial pressure < 30 mmHg dari baseline dengan indeks kardiak yang berkurang
(< 2,2 L/menit/m2
) dan tekanan baji kapiler paru (pulmonary capillary wedge
pressure/PCWP) > 15 mmHg.1,2,3,4
80% syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan ventrikel akibat infark
miokard akut. Sedangkan sisanya akibat regurgitasi mitral berat yang akut, ruptur
septum ventrikular, gagal jantung kanan predominan dan ruptur dinding atau
tamponade.5
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas definisi, epidemiologi, etioogi, patogenesis dan
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi
dari syok kardiogenik.
Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang syok kardiogenik.
1.3 Metode Penulisan
Referat ini ditulis dengan menggunakan tinjauan pustaka yang merujuk
kepada berbagai literatur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Epidemiologi
Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian paling sering pada
pasien-pasien yang dirawat dengan infark miokard. Tindakan revaskularisasi dini
terbukti mampu menurunkan kejadian syok kardiogenik pada kasus infark
miokard akut. Tingkat kejadian syok kardiogenik telah banyak berkurang
belakangan ini, mulai dari 20% pada tahun 1960an, hingga saat ini tinggal + 8%
saja. Jenis infark miokard akut yang paling sering menyebabkan syok kardiogenik
adalah STEMI. Sekitar 80% kasus syok kardiogenik yang berkaitan dengan infark
miokard akut. 80% Syok kardiogenik yang terjadi akibat infark miokard
disebabkan oleh kegagalan ventrikel kiri. Sedangkan yang lainnya adalah mitral
regurgitasi akut, rupture septum ventrikular, gagal ventrikel kanan, serta
tramponade jantung. Insidensi syok kardiogenik lebih tinggi pada pria daripada
wanita (3:2). Perbedaan ini disebabkan karena semakin meningkatnya kejadian
penyakit jantung koroner pada pria. Namun demikian persentase kejadian syok
kardiogenik yang mengikuti infark miokard lebih banyak pada wanita dibanding
pria. Umur rata-rata pasien dewasa yang mengalami syok kardiogenik adalah 65-
66 tahun. Ras yang paling tinggi persentasenya untuk kejadian syok kardiogenik
adalah ras hispanik (74%) sedangkan ras afrika amerika 65%, kulit putih 56%,
sedangkan Asia dan selebihnya 41%.3,4,6
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pectoris tak stabil dan
2,1% pasien IMA non elevasi ST. Median waktu perkembangan menjadi syok
pada pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam.
Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST daripada
tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di negara maju, pasien IMA
yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok kardiogenik yang
berkisar 4,2% sampai 7,2 %. Tingkat mortalitas masih tetap tinggi sampai saat ini,
berkisar 70%-100%. Namun demikian data registri menunjukan penurunan 5%
dalam dekade terakhir, walaupun laju syok kardiogenik yang berkunjung ke
rumah sakit tidak berubah. Hal ini mungkin disebabkan peningkatan frekuensi
3
revaskularisasi dengan intervensi koroner perkutan primer pada sindrom koroner
akut.7
2.2 Etiologi
Secara fungsional penyebab syok kardiogenik dapat dibagi menjadi 2 yakni
kegagalan Jantung kiri dan kegagalan Jantung kanan. Penyebab-penyebab
kegagalan jantung kiri antara lain : (1) disfungsi sistolik yakni, berkurangnya
kontraktilitas miokardium. Penyebab yang paling sering adalah infark miokard
akut khususnya infark anterior. Penyebab lainnya adalah hipoksemia global,
penyakit katup, obat-obat yang menekan miokard (penyekat beta, penghambat
gerbang kalsium, serta obat-obat anti aritmia), kontusio miokard, asidosis
respiratorius, kelainan metabolic (asidosis metabolic, hipofosfatemia,
hipokalsemia), miokarditis severe, kardiomiopati end-stage, bypass
kardiopulmonari yang terlalu lama pada operasi pintas jantung, obat-obatan yang
bersifat kardiotoksin (mis. Doxorubicin, adriamycin). (2) disfungsi diastolik. Hal
ini dapat terjadi akibat meningkatnya kekakuan ruang ventrikel kiri. Selain itu
dapat pula terjadi pada tahap lanjut syok hipovolemik dan syok septik. Hal-hal
yang dapat menyebabkannya antara lain : iskemik, hipertrofi ventrikel,
kardiomiopati restriktif, syok hipovolemik dan syok septik yang berlama-lama,
kompresi eksternal akibat tamponade jantung. (3) Peningkatan afterload yang
terlalu besar. Hal ini dapat terjadi pada keadaan stenosis aorta, kardiomiopati
hipertrofik, koarktasio aorta, hipertensi maligna. (4) abnormalitas katup dan
struktur jantung. Hal ini dapat terjadi pada keadaan mitral stenosis, endokarditis,
regurgitasi mitral dan aorta, obstruksi yang disebabkan oleh atrial myxoma atau
thrombus, ruptur ataupun disfungsi otot-otot papilaris, ruptur septum dan
tamponade. (5) Menurunnya kontraktilitas jantung. Hal ini terjadi pada keadaan,
infark ventrikel kanan, iskemia, hipoksia dan asidosis. Kegagalan ventrikel kanan
dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa antara lain: (1) peningkatan afterload
yang terlalu besar misalnya, emboli paru, penyakit pembuluh darah paru
(hipertensi arteri pulmonalis dan penyakit oklusif vena), vasokonstriksi pulmonal
hipoksik, tekanan puncak akhir ekspirasi, fibrosis pulmonaris, kelainan pernafasan
saat tidur, PPOK. (2) Artimia. Ventrikel takiaritmia sering berkaitan dengan syok
kardiogenik. Sementara bradiaritmia dapat menyebabkan atau memperburuk syok
4
yang disebabkan oleh etiologi lain. Sinus takikardia dan takiaritmia atrial dapat
menyebabkan hipoperfusi dan memperburuk syok.1,3
Penyebab syok kardiogenik dapat pula dibedakan berdasarkan infark
miokard akut atau non-infark miokard seperti berikut ini :
 Infark miokard akut
 Kegagalan Pompa Jantung
 Infark luas, ≥40% ventrikel kiri
 Infark kecil namun dengan riwayat disfungsi ventrikel kiri atau
riwayat infark sebelumnya
 Infark yang meluas
 Reinfark
 Komplikasi Mekanik
 Mitral regurgitasi akut/ disfungsi ruptur otot papilaris atau korda
tendinea
 Defek septum ventrikel yang disebabkan oleh ruptur septum
intraventrikular
 Ruptur dinding ventrikel kiri
 Tamponade perikard
 Infark ventrikel kanan
 Kondisi lain
 Kardiomiopati tahap akhir
 Miokarditis
 Syok septik dengan depresi miokard berat
 Obstruksi jalan keluar ventrikel kiri
 Stenosis aorta
 Kardiomiopati obstruktif hipertrofik
 Obstruksi jalan masuk (pengisian) ventrikel kiri
 Stenosis mitral
 Myxoma atrium kiri
 Regurgitasi mitral akut (ruptur korda)
 Insufisiensi katup aorta akut
5
 Kontusio miokardial
 Bypass kardiopulmonari yang berkepanjangan2
2.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan akibat dari gangguan dari keseluruhan
system sirkulasi baik yang besifat temporer maupun permanen. Kegagalan
ventrikel kiri atau ventrikel kanan (akibat disfungsi miokardium) memompakan
darah dalam jumlah yang adekuat merupakan penyebab primer syok kardiogenik
pada infark miokard akut (gambar 1). Akibatnya adalah hipotensi, hipoperfusi
jaringan, serta kongesti paru atau kongesti vena sistemik. Kegagalan ventrikel kiri
merupakan bentuk yang paling sering dari syok kardiogenik, namun bagian lain
dari sistem sirkulasi juga ikut bertanggung jawab terhadap gagalnya mekanisme
kompensasi. Kebanyakan abnormalitas ini sifatnya reversibel sehingga bagi
pasien-pasien yang selamat, fungsi jantung mungkin masih dapat
dipertahankan.8.9
Hipotensi sistemik, merupakan tanda yang terjadi pada hampir semua syok
kardiogenik. Hipotensi terjadi akibat menurunnya volume sekuncup/stroke volume
serta menurunnya indeks kardiak. Turunnya tekanan darah dapat dikompensasi
oleh peningkatan resistensi perifer yang diperantarai oleh pelepasan vasopresor
endogen seperti norepinefrin dan angiotensin II. Namun demikian gabungan dari
rendahnya curah jantung dan meningkatnya tahanan perifer dapat menyebabkan
berkurangnya perfusi jaringan. Sehubungan dengan itu, berkurangnya perfusi
pada arteri koroner dapat menyebabkan suatu lingkaran setan iskemik, perburukan
disfungsi miokardium, dan disertai dengan progresivitas hipoperfusi organ serta
kematian. Hipotensi dan peningkatan tahanan perifer yang disertai dengan
peningkatan PCWP terjadi jika disfungsi ventrikel kiri merupakan kelainan
jantung primernya. Meningkatnya tekanan pengisian ventrikel kanan terjadi jika
syok akibat kegagalan pada ventrikel kanan, misalnya pada gagal infark luas
ventrikel kanan. Namun pada kenyataannya sebuah penelitian SHOCK trial
menunjukkan pada beberapa pasien post MI, syok malahan disertai oleh
vasodilatasi. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya respon inflamasi
sistemik seperti yang terjadi pada sepsis. Respon inflamasi akut pada infark
miokard berkaitan dengan peningkatan konsentrasi sitokin. Aktivasi sitokin
6
menyebabkan induksi nitrit oksida (NO) sintase dan meningkatkan kadar NO
sehingga menyebabkan vasodilatasi yang tidak tepat dan berkurangnya perfusi
koroner dan sistemik. Sekuens ini mirip dengan yang terjadi pada syok septik
yang juga ditandai dengan adanya vasodilatasi sistemik.2,8
Gambar 1. Patofisiologi Syok Kardiogenik. Gambaran Spiral syok, dimulai dari
disfungsi ventrikel kiri dan berakhir dengan kematian melalui kondisi iskemik dan
disfungsi ventrikel kiri yang semakin progresif jika tidak diberikan intervensi pengobatan.
Alur spiral syok mendapat pengaruh negatif oleh (1) disfungsi sitolik dengan
berkurangnya curah jantung dan volume sekuncup sehingga menyebabkan terganggunya
perfusi perifer dan hipotensi. (2) disfungi diastolic sehingga menyebabkan hipoksemia
dan kongesti paru, (3) munculnya sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) yang
didorong oleh nitrit oksida sintase endotel dan nitrit oksida sintase yang terinduksi (eNOS
dan iNOS), interleukin-6 (IL-6), TNF-α, sehingga menyebabkan berkurangnya tahanan
perifer. Piihan terapi seperti PCI. CABG, LVADs, inotropik/vasopresor bertujuan untuk
membalikkan alur spiral syok diperlihatkan dengan garis warna hijau. Penghentian
pengobatan akibat komplikasi perdarahan serta peran SIRS diperlihatkan pada garis
merah.2
7
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari pasien syok kardiogenik bervariasi tergantung dengan
etiologi yang mendasarinya. Pasien infark miokard akut akan datang dengan
keluhan nyeri dada khas infark dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat
penyakit jantung koroner. Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya
palpitasi, presinkop, sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak
kemudian pasien akan merasakan letargi akibat hipoperfusi.10
Syok kardiogenik merupakan keadaan yang gawat darurat sehingga
diperlukan mengenalinya secara cepat. Penilain klinis dari pasien syok
kardiogenik, didapatkan pasien mengalami hipoperfusi yang ditandai dengan kulit
yang dingin terutama di perifer yaitu di daerah tangan dan kaki, adanya periferal
sianosis, dan volume urin yang sedikit. Pasien juga mengalami hipotensi dengan
sistolik kurang dari 90 mmHg yang lebih dari 30 menit, dan pasien mengalami
penurunan kesadaran.11
Pemeriksaan fisik akan ditemukan :
1. Tanda- tanda hipoperfusi seperti perabaaan kulit ekstremitas dingin,
takikardi, nadi lemah, dan oliguria
2. Hipotensi dengan tekanan darah sistolik menurun <90 mmHg bahkan bisa
turun hingga <80 mmHg
3. JVP yang meningkat menunjukan tanda peningkatan preload
4. Pada pemeriksaan dada akan menunjukkan adanya ronki
5. Pada auskultasi jantung akan terdengar bising/murmur, yang akan
membantu menemukan kelainan yang mendasari, seperti murmur sistolik
bisa dapat pada kasus regurgitasi mitral berat atau ruptur septum
ventrikel.10,11,12
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini non-invasif sangat banyak membantu dalam mencari
etiologi syok kardiogenik, ekokardiografi mampu memberikan informasi
tentang fungsi sistolik dan fungsi diastolik. Pemeriksaan ini dapat
menunjukkan penyebab mekanik syok seperti defek septum ventrikel akut,
ruptur dinding miokardium, tamponade perikard, serta ruptur muskulus
8
papilaris. Keterangan yang diharapkan dari ekokardigrafi untuk
menentukan penyebab syok kardiogenik adalah : penilaian fungsi ventrikel
kanan dan kiri (global atau segmental), fungsi katup- katup jantung
(stenosis atau regurgitasi), ada atau tidaknya shunt ( seperti pada defek
septal ventrikel dengan shunt dari kiri ke kanan), adanya efusi perikardial
atau tamponade, juga fraksi ejeksi dapat dinilai. Keuntungan pada
ekokardiografi ini adalah pemeriksaaan ini relatif cepat, aman dan dapat
dilakukan secara langsung di tenpat tidur pasien (bedside).
2. Elektrokardiografi (EKG)
Gambaran EKG dapat menentukan etiologi dari syok kardiogenik, jadi
hasil dari EKG tergantug etiologi yang mendasari syok kardiogenik,
misalnya pada infark miokard akut akan terlihat ST elevasi tergantung
dimana lokasi infarknya.
3. Foto Rontgen Dada
Pada foto polos akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru
atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi
komplikasi akibat defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat
infark miokard akut akan tampak gambaran kongesti paru tanpa
kardiomegali.
4. Pemantauan Hemodinamik Secara Invasif
Penggunaaan kateter Swan-Ganz untuk mengukur tekanan arteri pulmonal
dan tekanan pembuluh darah kapiler paru sangat berguna untuk menentukan
etiologi dan sebagai indikator evaluasi terapi yang diberikan. Pemasangan Swan-
Ganz ( kateter arteri pulmonalis) untuk melihat tekanan pengisian dan curah
jantung terutama pada pasien yang mengalami hipotensi berat. Pemeriksaan
hemodinamik pada syok kardiogenik adalah PCWP (pulmonary capillary wedge
pressure) lebih dari 18 mmHg.10,11,13
9
2.6 Diagnosis
Kriteria diagnosis syok kardiogenik menurut PERKI (2016) sebagai
berikut:
1. Memenuhi kriteria di bawah ini yaitu :
- Adanya gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat
- Adanya penurunan diuresis
- Adanya keringat dingin
- Dan nadi lemah
2. CO < 3,2 liter/menit atau CI <2,2 liter/menit/m2
3. SVR meningkat pada fase awal, normal atau menurun pada kondisi lanjut
4. Preload cukup atau meningkat
5. TAPSE <1,5 berdasarkan pemeriksaan echo-cardiografi
6. Diuresis <0,5 cc/KgBB/jam.
7. PCWP >18 mmhg
8. Persisten hipotensi setidaknya 30 menit
Namun secara sederhana, apabila syok masih diragukan sebagai syok
kardiogenik atau hipovolemia maka dapat dilakukan fluid challenge test yaitu
berikan cairan Ringer Laktat 1-4cc/kgBB dalam 10 menit lalu nilai perfusi
jaringan. Jika terjadi perbaikan makan syok terjadi karena hipovolemia dan
sebaliknya untuk syok kardiogenik.13
2.7 Penatalaksanaan
Syok kardiogenik merupakan suatu kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan resusitasi sesegera mungkin sebelum syok menjadi ireversibel dan
merusak organ-organ vital. Kunci keberhasilan penatalaksanaan syok kardiogenik
adalah pendekatan yang terorganisir untuk mendapatkan diagnosis secara tepat
dan cepat serta terapi farmakologik sesegera mungkin untuk mempertahankan
tekanan darah dan curah jantung. Seluruh pasien syok kardiogenik harus dirawat
di ruang perawatan intensif.3
Hipoperfusi sistemik berat yang terjadi dapat menyebabkan hipoksemia
dan asidosis laktat yang dapat lebih jauh lagi memperberat miokardium baik
secara langsung maupun sebagai akibat dari berkurangnya respon sistemik
terhadap vaspresor seperti dopamin dan norepinefrin. Oleh karena itu, jika
10
memungkinkan koreksi terhadap kondisi metabolik seperti yang disebutkan diatas
sangatlah penting.2
Dengan mengasumsikan gagal jantung kiri sebagai penyebab syok
kardiogenik (sistol <90mmHg, cardiac index <2.2 L/minute/m2), maka
penatalaksanaan yang dianjurkan antara lain:
a) Tindakan resusitasi segera
Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ selama diakukan terapi
definitif. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang adekuat untuk
mencegah kecacatan neurologis dan gangguan ginjal.
1. Airway Paten
Pastikan
2. Oksigenasi
Saturasi oksigen perlu dipertahankan hingga diatas 90% jika memungkinkan.
Intubasi dapat dilakukan, namun harus tetap waspada terhadap hipotensi
akibat sedasi dan penurunan pengisian jantung dengan ventilasi tekanan
positif.
3. Cairan Intravena
Target tekanan dari paru atau pulmonary capillary wedge pressure (PCWP)
adalah 18 mmHg. Pasien dengan PCWP rendah lebih baik diberikan hidrasi
lambat. Pasien dengan edema pulmonal atau peningkatan PCWP terbaik
dilakukan diuresis dengan menggunakan furosemid intravena dengan
memonitor tanda-tanda hipotensi.
4. Inotropik dan vasopressor
Jika tekanan darah sistol <70mmHg, mulai pemberian norephineprin 0,01-
3mcg/kgBB/menit hingga tercapai MAP 70mmHg. Jika tekanan darah sistole
70-90 mmHg, mulai pemberian dopamin 2-20 mcg/kgBB/menit dengan dosis
maksimal 50mcg/kgBB/menit. Dopamin meningkatkan cardiac output dan
aliran darah ginjal (renal blood flow) melalui reseptor spesifik beta-dopamin.
Pada dosis 5-20mcg/kgBB/menit, dopamin memberikan efek efek
vasokonstriksi karena stimulasi alfa adrenergik. Dengan tekanan darah sistol
70-90mmHg tanpa adanya tanda-tanda syok, dobutamin adalah agen yang
dipilih. Dobutamin dimulai dengan dosis 2-20mcg/kgBB/menit dengan dosis
maksimal 40mcg/kgBB/menit.14
11
b) Menentukan Anatomi Koroner Secara Dini dan Revaskularisasi
Hal ini merupakan langkah penting dalam tata laksana syok kardiogenik
yang berasal dari kegagalan jantung yang predominan. Pasien di Rumah sakit
perifer harus segera dikirim ke fasilitas pelayanan tersier yang berpengalaman.
Hipotensi diatasi dengan IABP. Syok berkaitan dengan gangguan pembuluh darah
seperti penurunan fungsi ventrikel kiri. Tingkat disfungsi ventrikel dan instabilitas
hemodinamik mempunyai korelasi dengan anatomi koroner. Suatu lesi
circumfleksa atau lesi koroner kanan jarang mempunyai manifestasi syok pada
kondisi tanpa infark ventrikel kanan, underfilling ventrikel kiri, bradiaritmia,
infark miokard sebelumnya atau kardiomiopati.15
Setelah menentukan anatomi koroner, harus diikuti dengan pemilihan
modalitas terapi secepatnya. Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat
revaskularisasi (perkutan ataupun surgikal) atau terapi farmakologis pada pasien
dengan syok kardiogenik. Studi mengenai syok kardiogenik menunjukkan pasien
yang mengalami syok kardiogenik dalam 36 jam infark miokard dibandingkan
dengan revaskularisasi sebagai tatalaksana agresif. Walaupun tidak terdapat
penurunan mortalitas dalam 30 hari, namun penurunan mortalitas secara
signifikan terlihat dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Pasien muda (<75
tahun) memberikan respon yang baik terhadap revaskularisasi sedangkan pasien
lebih tua lebih berespon baik terhadap terapi farmakologis.14
Sesuai dengan guidelines terakhir ACC/AHA, direkomendasikan
pemasangan IABP (Intra Aortic Balloon Pump) secara dini pada pasien syok
kardiogenik sebagai terapi agresif. Intra aortic balloon pump (IABP) menurunkan
afterload dan meningkatkan tekanan diastol untuk memperbaiki curah jantung dan
perfusi koroner. Pada beberapa penelitian, IABP menurunkan angka kematian bila
digunakan dalam usaha revaskularisasi.14
Target utama dalam pencegahan syok adalah usaha untuk mengurangi
proporsi pasien dengan presentasi STEMI yang tidak menerima terapi reperfusi.
Reperfusi awal yang dikatakan berhasil adalah perfusi yang adekuat sepanjang
vaskular yang menyempit selama proses nekrosis dan menurunkan risiko
terjadinya syok pada pasien yang rentan. Dalam usaha menangani syok
kardiogenik, perlu dilakukan pula upaya monitor kondisi dan perbaikan pasien.
Tanda klinis yang perlu diperhatikan antara lain status mental, produksi urin, dan
12
oksigenasi arteri atau vena. Selain itu juga perlu dimonitor tekanan darah, detak
jantung, nilai kateter PA, serum kreatinin, dan enzim-enzim hati.
2.8 Prognosis
Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian tersering pada infark
miokard akut. Tanpa penanganan yang agresif dan ahli yang berpengalaman,
mortalitas syok kardiogenik mencapai 70-90%. Kunci untuk mencapai prognosis
yang baik adalah, diagnose yang cepat, terapi suportif sesegera mungkin, serta
revaskularisasi arteri koroner secara tepat pada pasien yang mengalami iskemik
dan infark miokard. Mortalitas pasien-pasien yang dirawat inap secara
keseluruhan mencapai 57%. Pasien dengan usia >75 tahun, mortalitas 64,1%.
Mortalitas syok kardiogenik yang disebabkan STEMI dan NSTEMI adalah sama.
Infark yang melibatkan ventrikel kanan memiliki prognosis yang lebih buruk.
Prognosis pasien-pasien yang berhasil selamatt dari syok kardiogenik belum
diteliti dengan baik namun mungkin lebih baik jika penyebab yang mendasarinya
berhasil dikoreksi dengan tepat.3
Namun penelitian terbaru menunjukkan mortalitas syok kardiogenik di era
modern saat ini ≈ 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosisnya antara
lain: usia, tanda-tanda klinis hipoperfusi perifer, kerusakan organ anoksik, LVEF,
serta kemamuan pompa jantung. Mortalitas jangka pendek dipengaruhi oleh data
hemodinamik pasien sedangkan angka keselamatan jangka panjang dapat dilihat
pada tabel 1.9
Tabel 1. Angka harapan hidup pada uji klinis SHOCK
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series.
Wiley-Blackwell. Januari 2009.
2. Hochman JS, Menon Venu. Clinical manifestations and diagnosis of
cardiogenic shock in acute myocardial infarction. UpToDate. Wolters
Kluwer Health. Juni 2013. Available from www.uptodate.com
3. Ren X, Lenneman A. Cardiogenic Shock. Medscape Reference. May
2013. Available from www.emedicine.medscape.com
4. Hochman JS, Ingbar D. Cardiogenic Shock and Pulmonary Edema ; in
Kasper DL et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill
inc. USA ; 2005
5. Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing. Jakarta ;
November 2009
6. Khalid L, Dhakam SH. A Review of Cardiogenic Shock In Acute
Myocardial Infarction. Current Cardiology Review. Pakistan ; 2008
7. Idrus Alwi, Sally Aman. Syok kardiogenik. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi 6. Interna Publishing. 2014. Hal 4115
8. Antman EM, ST-Elevation Myocard Infarc Management. In Libby P et al.
Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 8th ed.
Saunders. Philadelphia ; 2008
9. Reynolds HR, Hochman JS. Cardiogenic shock: current concepts and
improving outcomes Harmony R. Downloaded from
http://circ.ahajournals.org/2018. 20 nov 2018.
10. Alwi I, Nasution SA. Syok kardiogenik, In : Ilmu Penyakit Dalam Ed VI.
Jakarta : Interna Publishing, 2014; 4115-21
11. Panja M, Mandal S, Kumar D. Cardiogenic shock-management. Medicine
update 2010: 20: 301-8
12. PERKI. Panduan praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit
jantung dan pembuluh darah. Jakarta, 2016
13. Liwang Frans, Mansjoer A. Syok kardiogenik, In : Kapita Selekta Ed IV.
Media Aesculapius, 2014; 865-7
14
14. Overgaard and Dzavick Inotropes and Vasopressor in Cardiovascular
Disease. Circulation-AHA. 2008 118: 1047-1056
15. Menon and Hotchman. Management of Cardiogenic Shock Complicating
acute Myocardial Infarction Heart. 2013. 88: 531-537

More Related Content

What's hot

Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
pjj_kemenkes
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerModul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerUwes Chaeruman
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel DarahLeukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Lestari Moerdijat
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
Nida Hidayati
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
fikri asyura
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
Wina Rizky Arfi Insani
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
dini dimas
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
Mita Yurike
 
Hidrokel nakal
Hidrokel nakalHidrokel nakal
Hidrokel nakal
Norman Prabowo
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Syscha Lumempouw
 
Gangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelaminGangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelaminwidyawira3
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
fikri asyura
 
Klasifikasi Virus
Klasifikasi VirusKlasifikasi Virus
Klasifikasi Virus
Khairul Rizal
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Sri Nala
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi. .
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
Fransiska Oktafiani
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemia   Acute limb ischemia
Acute limb ischemia
misniahandriani
 

What's hot (20)

Pankreatitis akut ppt by skl
Pankreatitis  akut ppt by sklPankreatitis  akut ppt by skl
Pankreatitis akut ppt by skl
 
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis selTahap kematian jaringan dan nekrosis sel
Tahap kematian jaringan dan nekrosis sel
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskulerModul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
Modul 1 kb1 pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel DarahLeukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
Leukimia Kanker yang Menyerang Sel Darah
 
Ppt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotikPpt sindrom nefrotik
Ppt sindrom nefrotik
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Hidrokel nakal
Hidrokel nakalHidrokel nakal
Hidrokel nakal
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Gangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelaminGangguan identitas jenis kelamin
Gangguan identitas jenis kelamin
 
Slide jantung
Slide jantungSlide jantung
Slide jantung
 
Klasifikasi Virus
Klasifikasi VirusKlasifikasi Virus
Klasifikasi Virus
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Acute limb ischemia
Acute limb ischemia   Acute limb ischemia
Acute limb ischemia
 

Similar to Refrat syok kardiogenik fix

Lp ima
Lp imaLp ima
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
Sulistia Rini
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
wahyufarabi
 
Chf
Chf Chf
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
irenasembiring
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuKhusnul Khotimah
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
Hazzan Oratso Aishiteru
 
Lp infak miokad
Lp infak miokadLp infak miokad
Lp infak miokad
Yabniel Lit Jingga
 
Laporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alinLaporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alin
Yabniel Lit Jingga
 
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.pptpatologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
SinggihHananta
 
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.pptpatologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
drArisantyNurSetiaRe
 
Lp ami
Lp amiLp ami
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
yohanes meor
 
Makalah kardiomiopati atau_jantung
Makalah kardiomiopati atau_jantungMakalah kardiomiopati atau_jantung
Makalah kardiomiopati atau_jantung
Anisa Anisa
 
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmiaKumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
kiki marzuki
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Selvia Agueda
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 

Similar to Refrat syok kardiogenik fix (20)

Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA Askep lena pak yataba  AKPER PEMKAB MUNA
Askep lena pak yataba AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp ima
Lp imaLp ima
Lp ima
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Askep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordisAskep decompensasi cordis
Askep decompensasi cordis
 
Chf
Chf Chf
Chf
 
Konsep medis chf
Konsep medis chfKonsep medis chf
Konsep medis chf
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unu
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Lp infak miokad
Lp infak miokadLp infak miokad
Lp infak miokad
 
Laporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alinLaporan pendahuluan alin
Laporan pendahuluan alin
 
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.pptpatologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
 
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.pptpatologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
patologi_gangguan-sistem-kardiovaskuler.ppt
 
Lp ami
Lp amiLp ami
Lp ami
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantungLaporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
Makalah kardiomiopati atau_jantung
Makalah kardiomiopati atau_jantungMakalah kardiomiopati atau_jantung
Makalah kardiomiopati atau_jantung
 
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmiaKumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
Kumpulan asuhan keperawatan askep aritmia
 
Askep infark miokard
Askep infark miokardAskep infark miokard
Askep infark miokard
 
Ami
AmiAmi
Ami
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 

Recently uploaded

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
jualobat34
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
hanifatunfajria
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
nadyahermawan
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
AshriNurIstiqomah1
 

Recently uploaded (20)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Garut
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasiNURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
NURSING HEALTH pada nutrisi, istirahat tidur, mobilisasi
 
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologiDesain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
Desain tanpa judul (1).pptx farmasi obat obatan design produk farmakologi
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEKKOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
KOORDINASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DAN KEK
 

Refrat syok kardiogenik fix

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syok kardiogenik merupakan suatu keadaan penurunan curah jantung dan perfusi sistemik pada kondisi volume intravaskular yang adekuat, sehingga menyebabkan hipoksia jaringan. Istilah syok kardiogenik ini pertama sekali disampaikan oleh Stead (1942) dimana saat itu dilaporkan 2 orang pasien yang disebutkan mengalami “syok yang diakibatkan oleh jantung (shock of cardiac origin)”. Belakangan istilah ini kemudian berubah menjadi syok kardiogenik.1 Gambaran yang esensial dari syok kardiogenik adalah adanya hipoperfusi sistemik yang menyebabkan hipoksia jaringan dengan bukti volume intravaskular yang adekuat. Kriteria hemodinamik syok kardiogenik adalah adanya hipotensi yang berkepanjangan dengan batasan/cut-off points tekanan darah sistolik untuk syok kardiogenik adalah < 90 mmHg selama sekurangnya 30-60 menit atau mean arterial pressure < 30 mmHg dari baseline dengan indeks kardiak yang berkurang (< 2,2 L/menit/m2 ) dan tekanan baji kapiler paru (pulmonary capillary wedge pressure/PCWP) > 15 mmHg.1,2,3,4 80% syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan ventrikel akibat infark miokard akut. Sedangkan sisanya akibat regurgitasi mitral berat yang akut, ruptur septum ventrikular, gagal jantung kanan predominan dan ruptur dinding atau tamponade.5 1.2 Batasan Masalah Referat ini membahas definisi, epidemiologi, etioogi, patogenesis dan patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan komplikasi dari syok kardiogenik. Tujuan Penulisan Referat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang syok kardiogenik. 1.3 Metode Penulisan Referat ini ditulis dengan menggunakan tinjauan pustaka yang merujuk kepada berbagai literatur.
  • 2. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Epidemiologi Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian paling sering pada pasien-pasien yang dirawat dengan infark miokard. Tindakan revaskularisasi dini terbukti mampu menurunkan kejadian syok kardiogenik pada kasus infark miokard akut. Tingkat kejadian syok kardiogenik telah banyak berkurang belakangan ini, mulai dari 20% pada tahun 1960an, hingga saat ini tinggal + 8% saja. Jenis infark miokard akut yang paling sering menyebabkan syok kardiogenik adalah STEMI. Sekitar 80% kasus syok kardiogenik yang berkaitan dengan infark miokard akut. 80% Syok kardiogenik yang terjadi akibat infark miokard disebabkan oleh kegagalan ventrikel kiri. Sedangkan yang lainnya adalah mitral regurgitasi akut, rupture septum ventrikular, gagal ventrikel kanan, serta tramponade jantung. Insidensi syok kardiogenik lebih tinggi pada pria daripada wanita (3:2). Perbedaan ini disebabkan karena semakin meningkatnya kejadian penyakit jantung koroner pada pria. Namun demikian persentase kejadian syok kardiogenik yang mengikuti infark miokard lebih banyak pada wanita dibanding pria. Umur rata-rata pasien dewasa yang mengalami syok kardiogenik adalah 65- 66 tahun. Ras yang paling tinggi persentasenya untuk kejadian syok kardiogenik adalah ras hispanik (74%) sedangkan ras afrika amerika 65%, kulit putih 56%, sedangkan Asia dan selebihnya 41%.3,4,6 Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pectoris tak stabil dan 2,1% pasien IMA non elevasi ST. Median waktu perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam, dimana yang tersering setelah 48 jam. Syok lebih sering dijumpai sebagai komplikasi IMA dengan elevasi ST daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di negara maju, pasien IMA yang mendapat terapi trombolitik tetap ditemukan kejadian syok kardiogenik yang berkisar 4,2% sampai 7,2 %. Tingkat mortalitas masih tetap tinggi sampai saat ini, berkisar 70%-100%. Namun demikian data registri menunjukan penurunan 5% dalam dekade terakhir, walaupun laju syok kardiogenik yang berkunjung ke rumah sakit tidak berubah. Hal ini mungkin disebabkan peningkatan frekuensi
  • 3. 3 revaskularisasi dengan intervensi koroner perkutan primer pada sindrom koroner akut.7 2.2 Etiologi Secara fungsional penyebab syok kardiogenik dapat dibagi menjadi 2 yakni kegagalan Jantung kiri dan kegagalan Jantung kanan. Penyebab-penyebab kegagalan jantung kiri antara lain : (1) disfungsi sistolik yakni, berkurangnya kontraktilitas miokardium. Penyebab yang paling sering adalah infark miokard akut khususnya infark anterior. Penyebab lainnya adalah hipoksemia global, penyakit katup, obat-obat yang menekan miokard (penyekat beta, penghambat gerbang kalsium, serta obat-obat anti aritmia), kontusio miokard, asidosis respiratorius, kelainan metabolic (asidosis metabolic, hipofosfatemia, hipokalsemia), miokarditis severe, kardiomiopati end-stage, bypass kardiopulmonari yang terlalu lama pada operasi pintas jantung, obat-obatan yang bersifat kardiotoksin (mis. Doxorubicin, adriamycin). (2) disfungsi diastolik. Hal ini dapat terjadi akibat meningkatnya kekakuan ruang ventrikel kiri. Selain itu dapat pula terjadi pada tahap lanjut syok hipovolemik dan syok septik. Hal-hal yang dapat menyebabkannya antara lain : iskemik, hipertrofi ventrikel, kardiomiopati restriktif, syok hipovolemik dan syok septik yang berlama-lama, kompresi eksternal akibat tamponade jantung. (3) Peningkatan afterload yang terlalu besar. Hal ini dapat terjadi pada keadaan stenosis aorta, kardiomiopati hipertrofik, koarktasio aorta, hipertensi maligna. (4) abnormalitas katup dan struktur jantung. Hal ini dapat terjadi pada keadaan mitral stenosis, endokarditis, regurgitasi mitral dan aorta, obstruksi yang disebabkan oleh atrial myxoma atau thrombus, ruptur ataupun disfungsi otot-otot papilaris, ruptur septum dan tamponade. (5) Menurunnya kontraktilitas jantung. Hal ini terjadi pada keadaan, infark ventrikel kanan, iskemia, hipoksia dan asidosis. Kegagalan ventrikel kanan dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa antara lain: (1) peningkatan afterload yang terlalu besar misalnya, emboli paru, penyakit pembuluh darah paru (hipertensi arteri pulmonalis dan penyakit oklusif vena), vasokonstriksi pulmonal hipoksik, tekanan puncak akhir ekspirasi, fibrosis pulmonaris, kelainan pernafasan saat tidur, PPOK. (2) Artimia. Ventrikel takiaritmia sering berkaitan dengan syok kardiogenik. Sementara bradiaritmia dapat menyebabkan atau memperburuk syok
  • 4. 4 yang disebabkan oleh etiologi lain. Sinus takikardia dan takiaritmia atrial dapat menyebabkan hipoperfusi dan memperburuk syok.1,3 Penyebab syok kardiogenik dapat pula dibedakan berdasarkan infark miokard akut atau non-infark miokard seperti berikut ini :  Infark miokard akut  Kegagalan Pompa Jantung  Infark luas, ≥40% ventrikel kiri  Infark kecil namun dengan riwayat disfungsi ventrikel kiri atau riwayat infark sebelumnya  Infark yang meluas  Reinfark  Komplikasi Mekanik  Mitral regurgitasi akut/ disfungsi ruptur otot papilaris atau korda tendinea  Defek septum ventrikel yang disebabkan oleh ruptur septum intraventrikular  Ruptur dinding ventrikel kiri  Tamponade perikard  Infark ventrikel kanan  Kondisi lain  Kardiomiopati tahap akhir  Miokarditis  Syok septik dengan depresi miokard berat  Obstruksi jalan keluar ventrikel kiri  Stenosis aorta  Kardiomiopati obstruktif hipertrofik  Obstruksi jalan masuk (pengisian) ventrikel kiri  Stenosis mitral  Myxoma atrium kiri  Regurgitasi mitral akut (ruptur korda)  Insufisiensi katup aorta akut
  • 5. 5  Kontusio miokardial  Bypass kardiopulmonari yang berkepanjangan2 2.3 Patofisiologi Syok kardiogenik merupakan akibat dari gangguan dari keseluruhan system sirkulasi baik yang besifat temporer maupun permanen. Kegagalan ventrikel kiri atau ventrikel kanan (akibat disfungsi miokardium) memompakan darah dalam jumlah yang adekuat merupakan penyebab primer syok kardiogenik pada infark miokard akut (gambar 1). Akibatnya adalah hipotensi, hipoperfusi jaringan, serta kongesti paru atau kongesti vena sistemik. Kegagalan ventrikel kiri merupakan bentuk yang paling sering dari syok kardiogenik, namun bagian lain dari sistem sirkulasi juga ikut bertanggung jawab terhadap gagalnya mekanisme kompensasi. Kebanyakan abnormalitas ini sifatnya reversibel sehingga bagi pasien-pasien yang selamat, fungsi jantung mungkin masih dapat dipertahankan.8.9 Hipotensi sistemik, merupakan tanda yang terjadi pada hampir semua syok kardiogenik. Hipotensi terjadi akibat menurunnya volume sekuncup/stroke volume serta menurunnya indeks kardiak. Turunnya tekanan darah dapat dikompensasi oleh peningkatan resistensi perifer yang diperantarai oleh pelepasan vasopresor endogen seperti norepinefrin dan angiotensin II. Namun demikian gabungan dari rendahnya curah jantung dan meningkatnya tahanan perifer dapat menyebabkan berkurangnya perfusi jaringan. Sehubungan dengan itu, berkurangnya perfusi pada arteri koroner dapat menyebabkan suatu lingkaran setan iskemik, perburukan disfungsi miokardium, dan disertai dengan progresivitas hipoperfusi organ serta kematian. Hipotensi dan peningkatan tahanan perifer yang disertai dengan peningkatan PCWP terjadi jika disfungsi ventrikel kiri merupakan kelainan jantung primernya. Meningkatnya tekanan pengisian ventrikel kanan terjadi jika syok akibat kegagalan pada ventrikel kanan, misalnya pada gagal infark luas ventrikel kanan. Namun pada kenyataannya sebuah penelitian SHOCK trial menunjukkan pada beberapa pasien post MI, syok malahan disertai oleh vasodilatasi. Hal ini mungkin terjadi sebagai akibat adanya respon inflamasi sistemik seperti yang terjadi pada sepsis. Respon inflamasi akut pada infark miokard berkaitan dengan peningkatan konsentrasi sitokin. Aktivasi sitokin
  • 6. 6 menyebabkan induksi nitrit oksida (NO) sintase dan meningkatkan kadar NO sehingga menyebabkan vasodilatasi yang tidak tepat dan berkurangnya perfusi koroner dan sistemik. Sekuens ini mirip dengan yang terjadi pada syok septik yang juga ditandai dengan adanya vasodilatasi sistemik.2,8 Gambar 1. Patofisiologi Syok Kardiogenik. Gambaran Spiral syok, dimulai dari disfungsi ventrikel kiri dan berakhir dengan kematian melalui kondisi iskemik dan disfungsi ventrikel kiri yang semakin progresif jika tidak diberikan intervensi pengobatan. Alur spiral syok mendapat pengaruh negatif oleh (1) disfungsi sitolik dengan berkurangnya curah jantung dan volume sekuncup sehingga menyebabkan terganggunya perfusi perifer dan hipotensi. (2) disfungi diastolic sehingga menyebabkan hipoksemia dan kongesti paru, (3) munculnya sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) yang didorong oleh nitrit oksida sintase endotel dan nitrit oksida sintase yang terinduksi (eNOS dan iNOS), interleukin-6 (IL-6), TNF-α, sehingga menyebabkan berkurangnya tahanan perifer. Piihan terapi seperti PCI. CABG, LVADs, inotropik/vasopresor bertujuan untuk membalikkan alur spiral syok diperlihatkan dengan garis warna hijau. Penghentian pengobatan akibat komplikasi perdarahan serta peran SIRS diperlihatkan pada garis merah.2
  • 7. 7 2.4 Manifestasi Klinis Gejala klinis dari pasien syok kardiogenik bervariasi tergantung dengan etiologi yang mendasarinya. Pasien infark miokard akut akan datang dengan keluhan nyeri dada khas infark dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat penyakit jantung koroner. Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya palpitasi, presinkop, sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak kemudian pasien akan merasakan letargi akibat hipoperfusi.10 Syok kardiogenik merupakan keadaan yang gawat darurat sehingga diperlukan mengenalinya secara cepat. Penilain klinis dari pasien syok kardiogenik, didapatkan pasien mengalami hipoperfusi yang ditandai dengan kulit yang dingin terutama di perifer yaitu di daerah tangan dan kaki, adanya periferal sianosis, dan volume urin yang sedikit. Pasien juga mengalami hipotensi dengan sistolik kurang dari 90 mmHg yang lebih dari 30 menit, dan pasien mengalami penurunan kesadaran.11 Pemeriksaan fisik akan ditemukan : 1. Tanda- tanda hipoperfusi seperti perabaaan kulit ekstremitas dingin, takikardi, nadi lemah, dan oliguria 2. Hipotensi dengan tekanan darah sistolik menurun <90 mmHg bahkan bisa turun hingga <80 mmHg 3. JVP yang meningkat menunjukan tanda peningkatan preload 4. Pada pemeriksaan dada akan menunjukkan adanya ronki 5. Pada auskultasi jantung akan terdengar bising/murmur, yang akan membantu menemukan kelainan yang mendasari, seperti murmur sistolik bisa dapat pada kasus regurgitasi mitral berat atau ruptur septum ventrikel.10,11,12 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Ekokardiografi Pemeriksaan ini non-invasif sangat banyak membantu dalam mencari etiologi syok kardiogenik, ekokardiografi mampu memberikan informasi tentang fungsi sistolik dan fungsi diastolik. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan penyebab mekanik syok seperti defek septum ventrikel akut, ruptur dinding miokardium, tamponade perikard, serta ruptur muskulus
  • 8. 8 papilaris. Keterangan yang diharapkan dari ekokardigrafi untuk menentukan penyebab syok kardiogenik adalah : penilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri (global atau segmental), fungsi katup- katup jantung (stenosis atau regurgitasi), ada atau tidaknya shunt ( seperti pada defek septal ventrikel dengan shunt dari kiri ke kanan), adanya efusi perikardial atau tamponade, juga fraksi ejeksi dapat dinilai. Keuntungan pada ekokardiografi ini adalah pemeriksaaan ini relatif cepat, aman dan dapat dilakukan secara langsung di tenpat tidur pasien (bedside). 2. Elektrokardiografi (EKG) Gambaran EKG dapat menentukan etiologi dari syok kardiogenik, jadi hasil dari EKG tergantug etiologi yang mendasari syok kardiogenik, misalnya pada infark miokard akut akan terlihat ST elevasi tergantung dimana lokasi infarknya. 3. Foto Rontgen Dada Pada foto polos akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda kongesti paru atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi komplikasi akibat defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokard akut akan tampak gambaran kongesti paru tanpa kardiomegali. 4. Pemantauan Hemodinamik Secara Invasif Penggunaaan kateter Swan-Ganz untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan tekanan pembuluh darah kapiler paru sangat berguna untuk menentukan etiologi dan sebagai indikator evaluasi terapi yang diberikan. Pemasangan Swan- Ganz ( kateter arteri pulmonalis) untuk melihat tekanan pengisian dan curah jantung terutama pada pasien yang mengalami hipotensi berat. Pemeriksaan hemodinamik pada syok kardiogenik adalah PCWP (pulmonary capillary wedge pressure) lebih dari 18 mmHg.10,11,13
  • 9. 9 2.6 Diagnosis Kriteria diagnosis syok kardiogenik menurut PERKI (2016) sebagai berikut: 1. Memenuhi kriteria di bawah ini yaitu : - Adanya gangguan kesadaran mulai dari kondisi ringan hingga berat - Adanya penurunan diuresis - Adanya keringat dingin - Dan nadi lemah 2. CO < 3,2 liter/menit atau CI <2,2 liter/menit/m2 3. SVR meningkat pada fase awal, normal atau menurun pada kondisi lanjut 4. Preload cukup atau meningkat 5. TAPSE <1,5 berdasarkan pemeriksaan echo-cardiografi 6. Diuresis <0,5 cc/KgBB/jam. 7. PCWP >18 mmhg 8. Persisten hipotensi setidaknya 30 menit Namun secara sederhana, apabila syok masih diragukan sebagai syok kardiogenik atau hipovolemia maka dapat dilakukan fluid challenge test yaitu berikan cairan Ringer Laktat 1-4cc/kgBB dalam 10 menit lalu nilai perfusi jaringan. Jika terjadi perbaikan makan syok terjadi karena hipovolemia dan sebaliknya untuk syok kardiogenik.13 2.7 Penatalaksanaan Syok kardiogenik merupakan suatu kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan resusitasi sesegera mungkin sebelum syok menjadi ireversibel dan merusak organ-organ vital. Kunci keberhasilan penatalaksanaan syok kardiogenik adalah pendekatan yang terorganisir untuk mendapatkan diagnosis secara tepat dan cepat serta terapi farmakologik sesegera mungkin untuk mempertahankan tekanan darah dan curah jantung. Seluruh pasien syok kardiogenik harus dirawat di ruang perawatan intensif.3 Hipoperfusi sistemik berat yang terjadi dapat menyebabkan hipoksemia dan asidosis laktat yang dapat lebih jauh lagi memperberat miokardium baik secara langsung maupun sebagai akibat dari berkurangnya respon sistemik terhadap vaspresor seperti dopamin dan norepinefrin. Oleh karena itu, jika
  • 10. 10 memungkinkan koreksi terhadap kondisi metabolik seperti yang disebutkan diatas sangatlah penting.2 Dengan mengasumsikan gagal jantung kiri sebagai penyebab syok kardiogenik (sistol <90mmHg, cardiac index <2.2 L/minute/m2), maka penatalaksanaan yang dianjurkan antara lain: a) Tindakan resusitasi segera Tujuannya adalah mencegah kerusakan organ selama diakukan terapi definitif. Mempertahankan tekanan arteri rata-rata (MAP) yang adekuat untuk mencegah kecacatan neurologis dan gangguan ginjal. 1. Airway Paten Pastikan 2. Oksigenasi Saturasi oksigen perlu dipertahankan hingga diatas 90% jika memungkinkan. Intubasi dapat dilakukan, namun harus tetap waspada terhadap hipotensi akibat sedasi dan penurunan pengisian jantung dengan ventilasi tekanan positif. 3. Cairan Intravena Target tekanan dari paru atau pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) adalah 18 mmHg. Pasien dengan PCWP rendah lebih baik diberikan hidrasi lambat. Pasien dengan edema pulmonal atau peningkatan PCWP terbaik dilakukan diuresis dengan menggunakan furosemid intravena dengan memonitor tanda-tanda hipotensi. 4. Inotropik dan vasopressor Jika tekanan darah sistol <70mmHg, mulai pemberian norephineprin 0,01- 3mcg/kgBB/menit hingga tercapai MAP 70mmHg. Jika tekanan darah sistole 70-90 mmHg, mulai pemberian dopamin 2-20 mcg/kgBB/menit dengan dosis maksimal 50mcg/kgBB/menit. Dopamin meningkatkan cardiac output dan aliran darah ginjal (renal blood flow) melalui reseptor spesifik beta-dopamin. Pada dosis 5-20mcg/kgBB/menit, dopamin memberikan efek efek vasokonstriksi karena stimulasi alfa adrenergik. Dengan tekanan darah sistol 70-90mmHg tanpa adanya tanda-tanda syok, dobutamin adalah agen yang dipilih. Dobutamin dimulai dengan dosis 2-20mcg/kgBB/menit dengan dosis maksimal 40mcg/kgBB/menit.14
  • 11. 11 b) Menentukan Anatomi Koroner Secara Dini dan Revaskularisasi Hal ini merupakan langkah penting dalam tata laksana syok kardiogenik yang berasal dari kegagalan jantung yang predominan. Pasien di Rumah sakit perifer harus segera dikirim ke fasilitas pelayanan tersier yang berpengalaman. Hipotensi diatasi dengan IABP. Syok berkaitan dengan gangguan pembuluh darah seperti penurunan fungsi ventrikel kiri. Tingkat disfungsi ventrikel dan instabilitas hemodinamik mempunyai korelasi dengan anatomi koroner. Suatu lesi circumfleksa atau lesi koroner kanan jarang mempunyai manifestasi syok pada kondisi tanpa infark ventrikel kanan, underfilling ventrikel kiri, bradiaritmia, infark miokard sebelumnya atau kardiomiopati.15 Setelah menentukan anatomi koroner, harus diikuti dengan pemilihan modalitas terapi secepatnya. Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat revaskularisasi (perkutan ataupun surgikal) atau terapi farmakologis pada pasien dengan syok kardiogenik. Studi mengenai syok kardiogenik menunjukkan pasien yang mengalami syok kardiogenik dalam 36 jam infark miokard dibandingkan dengan revaskularisasi sebagai tatalaksana agresif. Walaupun tidak terdapat penurunan mortalitas dalam 30 hari, namun penurunan mortalitas secara signifikan terlihat dalam jangka waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Pasien muda (<75 tahun) memberikan respon yang baik terhadap revaskularisasi sedangkan pasien lebih tua lebih berespon baik terhadap terapi farmakologis.14 Sesuai dengan guidelines terakhir ACC/AHA, direkomendasikan pemasangan IABP (Intra Aortic Balloon Pump) secara dini pada pasien syok kardiogenik sebagai terapi agresif. Intra aortic balloon pump (IABP) menurunkan afterload dan meningkatkan tekanan diastol untuk memperbaiki curah jantung dan perfusi koroner. Pada beberapa penelitian, IABP menurunkan angka kematian bila digunakan dalam usaha revaskularisasi.14 Target utama dalam pencegahan syok adalah usaha untuk mengurangi proporsi pasien dengan presentasi STEMI yang tidak menerima terapi reperfusi. Reperfusi awal yang dikatakan berhasil adalah perfusi yang adekuat sepanjang vaskular yang menyempit selama proses nekrosis dan menurunkan risiko terjadinya syok pada pasien yang rentan. Dalam usaha menangani syok kardiogenik, perlu dilakukan pula upaya monitor kondisi dan perbaikan pasien. Tanda klinis yang perlu diperhatikan antara lain status mental, produksi urin, dan
  • 12. 12 oksigenasi arteri atau vena. Selain itu juga perlu dimonitor tekanan darah, detak jantung, nilai kateter PA, serum kreatinin, dan enzim-enzim hati. 2.8 Prognosis Syok kardiogenik merupakan penyebab kematian tersering pada infark miokard akut. Tanpa penanganan yang agresif dan ahli yang berpengalaman, mortalitas syok kardiogenik mencapai 70-90%. Kunci untuk mencapai prognosis yang baik adalah, diagnose yang cepat, terapi suportif sesegera mungkin, serta revaskularisasi arteri koroner secara tepat pada pasien yang mengalami iskemik dan infark miokard. Mortalitas pasien-pasien yang dirawat inap secara keseluruhan mencapai 57%. Pasien dengan usia >75 tahun, mortalitas 64,1%. Mortalitas syok kardiogenik yang disebabkan STEMI dan NSTEMI adalah sama. Infark yang melibatkan ventrikel kanan memiliki prognosis yang lebih buruk. Prognosis pasien-pasien yang berhasil selamatt dari syok kardiogenik belum diteliti dengan baik namun mungkin lebih baik jika penyebab yang mendasarinya berhasil dikoreksi dengan tepat.3 Namun penelitian terbaru menunjukkan mortalitas syok kardiogenik di era modern saat ini ≈ 50%. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosisnya antara lain: usia, tanda-tanda klinis hipoperfusi perifer, kerusakan organ anoksik, LVEF, serta kemamuan pompa jantung. Mortalitas jangka pendek dipengaruhi oleh data hemodinamik pasien sedangkan angka keselamatan jangka panjang dapat dilihat pada tabel 1.9 Tabel 1. Angka harapan hidup pada uji klinis SHOCK
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA 1. Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series. Wiley-Blackwell. Januari 2009. 2. Hochman JS, Menon Venu. Clinical manifestations and diagnosis of cardiogenic shock in acute myocardial infarction. UpToDate. Wolters Kluwer Health. Juni 2013. Available from www.uptodate.com 3. Ren X, Lenneman A. Cardiogenic Shock. Medscape Reference. May 2013. Available from www.emedicine.medscape.com 4. Hochman JS, Ingbar D. Cardiogenic Shock and Pulmonary Edema ; in Kasper DL et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. McGraw-Hill inc. USA ; 2005 5. Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing. Jakarta ; November 2009 6. Khalid L, Dhakam SH. A Review of Cardiogenic Shock In Acute Myocardial Infarction. Current Cardiology Review. Pakistan ; 2008 7. Idrus Alwi, Sally Aman. Syok kardiogenik. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 6. Interna Publishing. 2014. Hal 4115 8. Antman EM, ST-Elevation Myocard Infarc Management. In Libby P et al. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine, 8th ed. Saunders. Philadelphia ; 2008 9. Reynolds HR, Hochman JS. Cardiogenic shock: current concepts and improving outcomes Harmony R. Downloaded from http://circ.ahajournals.org/2018. 20 nov 2018. 10. Alwi I, Nasution SA. Syok kardiogenik, In : Ilmu Penyakit Dalam Ed VI. Jakarta : Interna Publishing, 2014; 4115-21 11. Panja M, Mandal S, Kumar D. Cardiogenic shock-management. Medicine update 2010: 20: 301-8 12. PERKI. Panduan praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit jantung dan pembuluh darah. Jakarta, 2016 13. Liwang Frans, Mansjoer A. Syok kardiogenik, In : Kapita Selekta Ed IV. Media Aesculapius, 2014; 865-7
  • 14. 14 14. Overgaard and Dzavick Inotropes and Vasopressor in Cardiovascular Disease. Circulation-AHA. 2008 118: 1047-1056 15. Menon and Hotchman. Management of Cardiogenic Shock Complicating acute Myocardial Infarction Heart. 2013. 88: 531-537