2. Sejarah Metode SRI
Metode SRI (System of Rice Intensification)
adalah teknik pertanian padi yang
dikembangkan di Madagaskar pada awal
1980-an oleh pastor sekaligus agrikulturis
Perancis, Fr. Henri de Laulanie. Pendekatan
ini difokuskan pada peningkatan produktivitas
tanaman padi secara berkelanjutan dengan
memanfaatkan praktik pertanian yang ramah
lingkungan.
Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji
di luar Madagaskar yaitu di China dan
Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih
dari 25 negara dengan hasil panen berkisar 7-
10 t/ha.
3. Komponen penting dalam penerapan SRI:
1. Bibit dipindah lapangan (transplantasi) lebih awal (bibit muda). Bibit muda berumur
8-15 hari.
2. Bibit ditanam satu-satu, agar tanaman memiliki cukup ruang untuk menyebar dan
memperdalam perakaran.
3. Jarak tanam lebar, dengan jarak minimal 25 cm x 25 cm agar tanaman tidak
berkompetisi dan mempunyai cukup ruang untuk berkembang sehingga anakan
maksimum dapat dicapai.
4. Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air (irigasi berselang). Hal ini
dilakukan agar tercipta kondisi perakaran yang teroksidasi, untuk menigkatkan
kesuburan tanah dan mendapatkan akar tanaman yang panjang dan lebat.
5. pendangiran dilakukan 2-3 kali dengan menggunakan gasrok atau lalandak, selain
untuk membersihkan gulma, memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi
tanah.
6. Penggunaan bahan organik (kompos) untuk memperbaiki struktur tanah agar padi
dapat tumbuh baik dan hara tersupply kepada tanaman secara baik.
4. Pemilihan benih unggul
Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas,
dengan metode SRI, harus terlebih dahulu diadakan
pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan cara
penyeleksian menggunakan larutan air garam, yaitu
sebagai berikut:
Masukkan air bersih ke dalam ember/panei, kemudian
berikan garam dan aduk sampai larut. Masukkan telur itik
bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur
itik belum mengapung maka perlu penambahan garam
kembali. Pemberian garam dianggap cukup apabila
posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan
garam,
Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam
ember/panei yang berisi larutan garam. Aduk benih padi
selama kira-kira satu menit.
5. Pemilihan benih unggul
Pisahkan benih yang mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang
tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas. Benih yang
baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai bersih.
Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa garam.
Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan
menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan
sekam gabah sehingga dapat mempereepat benih untuk berkeeambah.
Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke
dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan
untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi,
6. Pengolahan Lahan untuk Metode SRI
Untuk mendapatkan media tumbuh
metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan
diolah seperti menanam padi metode biasa
yaitu tanah dibajak sedalam 25 sampai 30 em
sambi I membenamkan sisa-sisa tanaman dan
rumputrumputan, kemudian digemburkan
dengan garu,' lalu diratakan sebaik mungkin
sehingga saat diberikan air ketinggiannya di
petakan sawah akan merata
Pada petak SRI perlu dibuat
parit keliling dan melintang petak
untuk membuang kelebihan air.
Letak dan jumlah parit pembuang
disesuaikan dengan bentuk dan
ukuran petak, serta dimensi
saluran irigasi.
7. Syarat Penyemaian Benih Padi Metode SRI
• Benih yang digunakan hanya 7 kg/ ha, disemai dengan
menaburkan satu genggam benih permeter bujur sangkar.
• Penaburan benih harus lebih jarang agar benih dapat
tumbuh kuat dan mudah dalam mencabutnya.
• Benih yang siap disemai adalah benih yang radikulanya telah
keluar.
• Persemaian dilakukan selama 7-15 hari, karena tanaman
padi akan membentuk anakan sebelum umur 21 hari,
sehingga kalau lebih 15 hari di persemaian maka anakan
sudah terbentuk.
8. Teknik Penyemaian Padi Metode SRI
Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik
dengan perbandingan 1:1 :1.
Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan tanah,
pasir yang sudah dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu
dilapisi dengan daun pisang dengan harapan untuk mempermudah
peneabutan dan menjaga kelembaban tanah, kemudian tanah
dimasukkan dan disiram dengan air sehingga tanah menjadi lembab
Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare yang
berisi tanah.
Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang
tipis.
Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang
aman dari gangguan ayam atau binatang lain. Selama masa
persemaian, pemberian air dapat dilakukan setiap hari agar media
tetap lembab dan tanaman tetap segar.
9. Teknik Penanaman Padi Metode SRI
Penyaplakan
Sebelum penanaman terlebih dahulu
dilakukan penyaplakan dengan memakai
caplak agar jarak tanam pada areal
persawahan menjadi lurus dan rapi
sehingga mudah untuk disiang.
Caplak berfungsi sebagai penggaris
dengan jarak tertentu. Variasi jarak tanam
diantaranya: Jarak tanam 30 cm x 30 Cm,
35 Cm x 35 Cm, atau jarak tertentu lainnya.
Penyaplakan dilakukan secara memanjang dan
melebar. Setiap pertemuan garis hasi garis
penyaplakan adalah tempat untuk penanaman 1
bibit padi.
10. Teknik Penanaman Padi Metode SRI
Penanaman dengan metode SRI dilakukan dengan
langkah-Iangkah sebagai berikut:
1. Bibit yang ditanam harus berusia muda, yaitu kurang dari 12
hari setelah semai yaitu ketika bibitmasih berdaun 2 helai.
2. Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang
3. Penanaman harus dangkal dengan kedalaman 1 -1,5 cm serta
perakaran sa at penanaman seperti huruf L dengan kondisi
tanah sawah saat Penanaman tidak tergenang air.
11. Manfaat Metode SRI dalam Pertanian
1 Peningkatan Produktivitas
Metode SRI dapat
menghasilkan produksi
padi yang lebih tinggi
dengan menggunakan lebih
sedikit bibit, air, dan
pestisida.
2 Keberlanjutan Lingkungan
Mengurangi penggunaan
pestisida dan pupuk kimia
berkontribusi pada
pelestarian lingkungan
dan kesehatan tanah.
3 Penghematan Air
Metode SRI mampu mengurangi kebutuhan air hingga
30% tanpa mengorbankan hasil panen.
12. Pemupukan
• Pemupukan dilakukan dengan pemberian pupuk
organik (kompos) sewaktu lahan digaru,
kemudian ditambah dengan pupuk kimia (Urea,
TSP, dan KCl), dilakukan tiga hari sebelum
tanam. Penggunaan pupuk kimia dilakukan
setengah dosis karena penambahan pupuk
organik, maka dapat menekan penggunaan
pupuk sintetik sampai setengah dosis anjuran.
Urea diberikan hanya 2 kali saja, pertama tiga
hari sebelum tanam dan kedua pada saat
penyiangan gulma kedua.
13. Penanaman
• Benih yang telah tumbuh 7-15 hari setelah
semai, dipindahkan ke lahan dengan mencabut
secara hati-hati, usahakan gabah padi masih
lengket pada bibit.
• Penanaman dilakukan satu bibit perlubang
tanam.
• Pada saat penanaman, gabah padi jangan
sampai lepas dari bibit, karena pada gabah padi
masih terdapat cadangan makanan yang masih
dibutuhkan oleh bibit untuk tumbuh dan
berkembang.
• Setelah bibit dicabut usahakan secepat mungkin
dilakukan penanaman jangan ditunggu sampai
lebih dari 30 menit, karena bibit masih muda
kalau terlalu lama dibiarkan maka akan merusak
bibit, kemungkinan bibit sudah layu.
14. Penyiangan
• Penyiangan dilakukan pada umur satu minggu
setelah bibit ditanam dan selambat-lambatnya
umur 10 hari setelah tanam.
• Pengendalian gulma harus dilakukan sedini
mungkin, karena kalau terlambat maka gulma
akan sulit dikendalikan.
• Pada metode SRI, gulma sangat mudah tumbuh
dan berkembang karena lahannya yang lembab
dan tidak tergenang. Oleh karena itu, supaya
dapat menekan biaya penyiangan gulma
secepat mungkin harus dikendalikan.
• Pada umur 7-10 hari setelah tanam, tumbuh
ataupun tidak tumbuh gulma, maka penyiangan
harus dilakukan dengan cara mengaduk tanah.
Hal ini dapat merangsang pertumbuhan akar
tanaman padi.
• Penyiangan dapat dilakukan dengan memakai
alat atau langsung dengan tangan.