SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
KELOMPOK 1

     MATEMATIKA

^PENALARAN DALAM MATEMATIKA^
Nama Kelompok & NIM
1. Dewi Astuti           A1E311351
2. Dynar Richa Putri C.P A1E311348
3. Elva Muzdalifah       A1E311237
4. Fristanto Satriya N. A1E311426
5. Kahfi K.              A1E311294
6. Novi Anggraini        A1E311345
7. Rahmaniyyah           A1E311375
8. Teti Tirnawati        A1E311409
A. Berfikir Kritis dan Penalaran Induktif
         Di dalam proses berfikir kritis ini diperlukan penlaran Induktif & atau Deduktif.
Dalam hal ini marilah kita bicarakan terlebih dahulu penalaran Induktif. Proses penalaran
Induktif atau berf kir Induktif yang akan kita bicarakan meliputi pengenalan pola, dugaan
& pembentukan Generalisasi.

1. Bekerja dengan pola
Contoh :
Identifikasikan dua huruf abjad terakhir pada deretan huruf terdaftar sebagai berikut.
C, A, G, E, K, L, O, M, -, -.
Jawab :
Kita mengetahui urutan huruf abjad adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I,..... Lihat sekarang
pola urutan yang terdapat pada permasalahan kita. Dengan mudah kita poroleh dua huruf
abjad terakhir adalah S & Q.

2. Pola Bilangan
Contoh :
Bila n suatu bilangan asli ganjil maka n+2 juga bilangan ganjil. Apa yang dapat kita
katakan tentang n+(n+2)?
Jawab :
Marilah kita perhatikan pola berikut.
1         = 1 =1.1
1+3       = 4 =2.2
1+3+5 = 9 =3.3
Tanpa menjumlahkan 1+3+5+7+9+11 kita dapat menduga bahwa jumlahnya adalah 6.6 =
36. gunakan pola yang kita peroleh itu untuk mendapatkan 1+3+5+...+99.
Jawabannya adalah 50.50 = 2.500

3. Pola Geometri
4. Barisan Bilangan
Contoh :
Perhatikan Barisan 3, 6, 12, 24,....
Tentukan Polanya.
Jawab :
         3 = 3.1 = 3.2º
         6 = 3.2 = 3.2¹
         12 = 3.4 = 3.2²
         24 = 3.8 = 3.2³
B. Penalaran Deduktif & Sistem Matematika
         Berbeda dengan penalaran Induktif, penalaran Deduktif merupaka sistem
penalaran yang berlangsung dari hal yang umum (generalisasi) ke hal yang khusus. Di
dalam membuktikan dengan penalaran Deduktif, pola nya diatur sebagai berikut.
^Simpulan didasarkan atas pernyataan generalisasi yang berlaku umum dan pernyataan
khusus. Dalam penalaran deduktif, tidak menerima generalisasi dari hasil observasi seperti
yang diperoleh dari penalaran induktif.
Dasar penalaran deduktif yang berperan besar dalam matematika adalah kebenaran
suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataan-pernyataan lain.
C. Logika
          Bahan penting untuk berfikir kritis & penalaran deduktif (disebut juga
penalaran matematik ) adalah Logika. Kata pernyataan yang seringkali disebutkan dimuka
tidak didefinisikan, hanya dikatakan bahwa suatu pernyataan itu adalah benar atau salah
dan tidak akan terjadi pernyataan itu benar dan salah secara bersama. Jadi “pernyataan”
jadi pernyataan itu sendiri merupakan pengertian pangkal dan bahwa pernyataan itu
bernilai “benar” saja atau “salah” saja merupakan suatu aksioma. Pernyataan yang
bernilai benar saja atau salah saja dinamakan proposisi.

1. Proposisi Majemuk
           Proposisi –proposisi yang dihubungkan dengan perangkai “dan”, “atau”, “tidak”
(yang disebut perangkai logika) dinamakan proposisi majemuk. Proposisi yang tanpa
perangkai
logika dinamakan proposisi sederhana.
Definisi :
Suatu proposisi majemuk adalah proposisi yang terjadi dari proposisi-proposisi sederhana
yang dihubungkan dengan perangkai logika.
Lawan dari hitam biasanya dikatakan putih, tetapi negasi dari hitam adalah tidak
hitam, dengan pengertian termsuk putih, biru, coklat dan sebagainya.

2. Negasi
           Bila proposisi p dinegasikan maka menjadi –p.
Definisi :
Negasi proposisi p adalah suatu proposisi : “tidak benar bahwa p” yang ditulis –p.
Dengan demikian berarti tidak akan terjadi p dan –p keduanya benar atau ke-2 nya salah.
Tabel Negasi :

    p               -p

    B               S
    S               B




3. Konjungsi
           Penggunaan perangkai logika “dan” sebagai berikut.
Definisi :
Untuk sembarang proposisi p dan q, proposisi “p dan q” (yang dinyatakan dangan p^q)
disebut suatu konjungsi.

Tabel Konjungsi :
p        -q         p^q
B        B          B
B        S          S
S        B          S
S        S          S
4. Disjungsi
           Penggunaan kata perangkai “atau” sebagai berikut.
Definisi :
Untuk sembarang proposisi p dan q, proposisi “p atau q” (yang dinyatakan dengan p V q )
disebut suatu disjungsi. “atau” di dalam buku ini berarti “atau inklusif” yaitu “dan/atau”.

Tabel Disjungsi :
         p          q       pVq
         B          B        B
         B          S        B
         S          B        B
         S          S        S
5. Negasi Rangkap
      Nagasi rangkap p adalah negasi dari negasi p (-(-p))
Tabel di bawah ini menunjukkan tabel kebenaran –(-p)

Tabel Negasi Rangkap :
      p    -p    -(-p)
      B    S       B
      S    B       S
6. Kondisional
          Perangkai logika yang lain ialah kalimat yang memuat “jika” .... Maka”.
Bila proposisi p dan q di kombinasikan menjadi proposisi “jika p maka q” yang
disimpulkan
p     q disebut kondisional.
Tabel di bawah menunjukan tabel kebenaran kondisional.
Tabel Kondisional :
          p        q         p       q

         B        B            B
         B        S            S
         S        B            B
         S        S            B
7. Bikondisional
       Jika kondisional p q dan demikian juga q p ditulis p    q
disebut bikondisional. Kalimat “jika p maka q dan juga” jika q
maka p “ disingkat dengan kalimat “ p jika dan hanya jika q”
Dengan demikian proposisi p q dibaca “p jika dan hanya jika q”

Definisi :
Bikondisional p q adalah (p q)^(q      p)
Cara membaca p q sebagai berikut.
A. P jika dan hanya jika q
B. Q jika dan hanya jika p
C. P Q dan konversnya
D. Q P dan konversnya
E. P merupakan syarat cukup dan perlu untuk q.
8. Ekivalen
           Di himpunan telah kita kenal pengertian ekivalen, misalnya {1, 2, 3} ekivalen
dengan {a, b, c}, namun kedua himpunan itu tidak sama. Himpunan {a, b, c} sama dengan
{c, a, b} dan kedua himpunan tersebut juga ekivalen. Di logika juga terdapat pengertian
ekivalen.

Definisi :
p dan q disebut ekuivalen, bila p mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan nilai
kebenaran q.
Ini berarti p q benar bila p dan q kedua-duanya benar atau p dan q kedua-duanya salah.
Bila hanya salah satu benar maka p q salah.

9. Hukum De Morgan
        Dengan menggunakan tabel kebenaran, kita akan melihat keekivalenan –(p V q)
dengan –p^ (-q) dan (p^q) dengan (-p) V (-q).

10. Benar Secara Logika
          Suatu proposisi majemuk dikatakan benar secara logika, bila proposisi majemuk
tersebut selalu benar apapun nilai kebenaran dari komponen proposisi yang
membentuknya. Suatu proposisi yang semacam itu disebut suatu tautologi.
11. Salah secara Logika
          Suatu proposisi majemuk dikatakan salah secara logika bila proposisi tersebut selalu salah
apapun nilai kebenaran dari komponen proposisi yang membentuknya. Proposisi semacam ini disebut
kontradiksi.


D. Kuantifikasi
           Seringkali kita jumpai proposisi yang memuat kata-kata seperti semua, beberapa. Kata-
kata ini disebut kuantifikasi (yang merupakan keterangan tentang ide kuantitas).
           Suatu proposisi yang mennjukkan sesuatu tentang “beberapa” dikatakan
“dikuantifikasikan”.
1. Diagram Venn
2. Kuantifikasi Universal
3. Kuantifikasi Eksistensial
4. Negasi Kuantifikasi

E. Pemanfaatan Logika Deduktif
             Suatu argumen adalah suatu himpunan proposisi (disebut premis) yang menghasilkan
proposisi lain (disebut simpulan). Suatu argumen adalah sahih (valid) bila kebenaran konjungsi
proposisi-proposisi pada premis mengakibatkan secara logik kebenaran konklusi (simpulan). Bila
kebenaran proposisi –proposisi pada premis tedak menghasilkan secara logik kebenaran
konklusi, maka argumen tersebut tidak sahih (invalid). Argumen yang tidak sahih sering kali disebut
sesat fikir.
SEKIAN & TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianFahrul Usman
 
Modul Logika Matematika Lengkap
Modul Logika Matematika LengkapModul Logika Matematika Lengkap
Modul Logika Matematika LengkapAbdullah Banjary
 
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.IT
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.ITLogika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.IT
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.ITsaid zulhelmi
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Sukma Puspitorini
 
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi InversLogika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi InversIkak Waysta
 
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)arlanridfan farid
 
logika matematika
logika matematikalogika matematika
logika matematikamfebri26
 
Review Mathematical Reasoning
Review Mathematical ReasoningReview Mathematical Reasoning
Review Mathematical ReasoningHeni Widayani
 
Bab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritBab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritKarlFykr
 
Matdis-logika matematika
Matdis-logika matematikaMatdis-logika matematika
Matdis-logika matematikaCeria Agnantria
 
logika matematika
logika matematika logika matematika
logika matematika Erna S
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematikaarif_baehaqi
 

What's hot (20)

Logika dan Pembuktian
Logika dan PembuktianLogika dan Pembuktian
Logika dan Pembuktian
 
Modul Logika Matematika Lengkap
Modul Logika Matematika LengkapModul Logika Matematika Lengkap
Modul Logika Matematika Lengkap
 
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.IT
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.ITLogika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.IT
Logika Matematika - Wahyu Fuadi, ST, M.IT
 
Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019Bab 3 resolusi logika ta 2019
Bab 3 resolusi logika ta 2019
 
Logika mat-simpel
Logika mat-simpelLogika mat-simpel
Logika mat-simpel
 
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi InversLogika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
Logika Matematika, Fungsi dan Fungsi Invers
 
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)
Pernyataan dan operasinnya (logika matematika)
 
Ppt logika mtk
Ppt logika  mtkPpt logika  mtk
Ppt logika mtk
 
logika matematika
logika matematikalogika matematika
logika matematika
 
Review Mathematical Reasoning
Review Mathematical ReasoningReview Mathematical Reasoning
Review Mathematical Reasoning
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Implikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasiImplikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasi
 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
 
Logika Matematika
Logika MatematikaLogika Matematika
Logika Matematika
 
Bab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskritBab 01 logika mtk diskrit
Bab 01 logika mtk diskrit
 
Matdis-logika matematika
Matdis-logika matematikaMatdis-logika matematika
Matdis-logika matematika
 
Logika dasr
Logika dasrLogika dasr
Logika dasr
 
logika matematika
logika matematika logika matematika
logika matematika
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 

Viewers also liked

Missatge dels nens pobres (1)
Missatge dels nens pobres (1)Missatge dels nens pobres (1)
Missatge dels nens pobres (1)Immaculada
 
Comenius project introduction
Comenius project introductionComenius project introduction
Comenius project introductiontalarik
 
Presentation1 Dave M.
Presentation1 Dave M.Presentation1 Dave M.
Presentation1 Dave M.jdiloro
 

Viewers also liked (7)

Kitchen
KitchenKitchen
Kitchen
 
Missatge dels nens pobres (1)
Missatge dels nens pobres (1)Missatge dels nens pobres (1)
Missatge dels nens pobres (1)
 
Comenius project introduction
Comenius project introductionComenius project introduction
Comenius project introduction
 
Presentation1 Dave M.
Presentation1 Dave M.Presentation1 Dave M.
Presentation1 Dave M.
 
ASRF chart for submission rules & guidelines
ASRF chart for submission rules & guidelinesASRF chart for submission rules & guidelines
ASRF chart for submission rules & guidelines
 
Text message language
Text message languageText message language
Text message language
 
ZOE
ZOEZOE
ZOE
 

Similar to PENALARAN DALAM MATEMATIKA

Logika
LogikaLogika
LogikaAv Ri
 
MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1Safitrisymsr
 
MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1Safitrisymsr
 
KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
KAPITA SELEKTA MATEMATIKAKAPITA SELEKTA MATEMATIKA
KAPITA SELEKTA MATEMATIKANety24
 
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015Bella Timorti
 
logika-matematika.ppt
logika-matematika.pptlogika-matematika.ppt
logika-matematika.pptssuser2693661
 
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )reno sutriono
 
Implikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasiImplikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasiSuciSR
 

Similar to PENALARAN DALAM MATEMATIKA (20)

Logika
LogikaLogika
Logika
 
Matematika-Logika revisi
Matematika-Logika revisiMatematika-Logika revisi
Matematika-Logika revisi
 
MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
5. Proposisi.pdf
5. Proposisi.pdf5. Proposisi.pdf
5. Proposisi.pdf
 
MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1MATEMATIKA DASAR 1
MATEMATIKA DASAR 1
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Mtk diskrit
Mtk diskritMtk diskrit
Mtk diskrit
 
KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
KAPITA SELEKTA MATEMATIKAKAPITA SELEKTA MATEMATIKA
KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
 
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015
Modul matematika Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya 2015
 
Diskret II Logika
Diskret II LogikaDiskret II Logika
Diskret II Logika
 
logika-matematika.ppt
logika-matematika.pptlogika-matematika.ppt
logika-matematika.ppt
 
Materi Matematika
Materi MatematikaMateri Matematika
Materi Matematika
 
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
Bahan ajar matematika ( kapita selekta )
 
Implikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasiImplikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasi
 
Nur aliyah
Nur aliyahNur aliyah
Nur aliyah
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 
Kelas x bab 7
Kelas x bab 7Kelas x bab 7
Kelas x bab 7
 

PENALARAN DALAM MATEMATIKA

  • 1. KELOMPOK 1 MATEMATIKA ^PENALARAN DALAM MATEMATIKA^
  • 2. Nama Kelompok & NIM 1. Dewi Astuti A1E311351 2. Dynar Richa Putri C.P A1E311348 3. Elva Muzdalifah A1E311237 4. Fristanto Satriya N. A1E311426 5. Kahfi K. A1E311294 6. Novi Anggraini A1E311345 7. Rahmaniyyah A1E311375 8. Teti Tirnawati A1E311409
  • 3. A. Berfikir Kritis dan Penalaran Induktif Di dalam proses berfikir kritis ini diperlukan penlaran Induktif & atau Deduktif. Dalam hal ini marilah kita bicarakan terlebih dahulu penalaran Induktif. Proses penalaran Induktif atau berf kir Induktif yang akan kita bicarakan meliputi pengenalan pola, dugaan & pembentukan Generalisasi. 1. Bekerja dengan pola Contoh : Identifikasikan dua huruf abjad terakhir pada deretan huruf terdaftar sebagai berikut. C, A, G, E, K, L, O, M, -, -. Jawab : Kita mengetahui urutan huruf abjad adalah A, B, C, D, E, F, G, H, I,..... Lihat sekarang pola urutan yang terdapat pada permasalahan kita. Dengan mudah kita poroleh dua huruf abjad terakhir adalah S & Q. 2. Pola Bilangan Contoh : Bila n suatu bilangan asli ganjil maka n+2 juga bilangan ganjil. Apa yang dapat kita katakan tentang n+(n+2)? Jawab : Marilah kita perhatikan pola berikut. 1 = 1 =1.1 1+3 = 4 =2.2 1+3+5 = 9 =3.3
  • 4. Tanpa menjumlahkan 1+3+5+7+9+11 kita dapat menduga bahwa jumlahnya adalah 6.6 = 36. gunakan pola yang kita peroleh itu untuk mendapatkan 1+3+5+...+99. Jawabannya adalah 50.50 = 2.500 3. Pola Geometri 4. Barisan Bilangan Contoh : Perhatikan Barisan 3, 6, 12, 24,.... Tentukan Polanya. Jawab : 3 = 3.1 = 3.2º 6 = 3.2 = 3.2¹ 12 = 3.4 = 3.2² 24 = 3.8 = 3.2³ B. Penalaran Deduktif & Sistem Matematika Berbeda dengan penalaran Induktif, penalaran Deduktif merupaka sistem penalaran yang berlangsung dari hal yang umum (generalisasi) ke hal yang khusus. Di dalam membuktikan dengan penalaran Deduktif, pola nya diatur sebagai berikut. ^Simpulan didasarkan atas pernyataan generalisasi yang berlaku umum dan pernyataan khusus. Dalam penalaran deduktif, tidak menerima generalisasi dari hasil observasi seperti yang diperoleh dari penalaran induktif. Dasar penalaran deduktif yang berperan besar dalam matematika adalah kebenaran suatu pernyataan haruslah didasarkan pada kebenaran pernyataan-pernyataan lain.
  • 5. C. Logika Bahan penting untuk berfikir kritis & penalaran deduktif (disebut juga penalaran matematik ) adalah Logika. Kata pernyataan yang seringkali disebutkan dimuka tidak didefinisikan, hanya dikatakan bahwa suatu pernyataan itu adalah benar atau salah dan tidak akan terjadi pernyataan itu benar dan salah secara bersama. Jadi “pernyataan” jadi pernyataan itu sendiri merupakan pengertian pangkal dan bahwa pernyataan itu bernilai “benar” saja atau “salah” saja merupakan suatu aksioma. Pernyataan yang bernilai benar saja atau salah saja dinamakan proposisi. 1. Proposisi Majemuk Proposisi –proposisi yang dihubungkan dengan perangkai “dan”, “atau”, “tidak” (yang disebut perangkai logika) dinamakan proposisi majemuk. Proposisi yang tanpa perangkai logika dinamakan proposisi sederhana. Definisi : Suatu proposisi majemuk adalah proposisi yang terjadi dari proposisi-proposisi sederhana yang dihubungkan dengan perangkai logika. Lawan dari hitam biasanya dikatakan putih, tetapi negasi dari hitam adalah tidak hitam, dengan pengertian termsuk putih, biru, coklat dan sebagainya. 2. Negasi Bila proposisi p dinegasikan maka menjadi –p. Definisi : Negasi proposisi p adalah suatu proposisi : “tidak benar bahwa p” yang ditulis –p. Dengan demikian berarti tidak akan terjadi p dan –p keduanya benar atau ke-2 nya salah.
  • 6. Tabel Negasi : p -p B S S B 3. Konjungsi Penggunaan perangkai logika “dan” sebagai berikut. Definisi : Untuk sembarang proposisi p dan q, proposisi “p dan q” (yang dinyatakan dangan p^q) disebut suatu konjungsi. Tabel Konjungsi : p -q p^q B B B B S S S B S S S S
  • 7. 4. Disjungsi Penggunaan kata perangkai “atau” sebagai berikut. Definisi : Untuk sembarang proposisi p dan q, proposisi “p atau q” (yang dinyatakan dengan p V q ) disebut suatu disjungsi. “atau” di dalam buku ini berarti “atau inklusif” yaitu “dan/atau”. Tabel Disjungsi : p q pVq B B B B S B S B B S S S
  • 8. 5. Negasi Rangkap Nagasi rangkap p adalah negasi dari negasi p (-(-p)) Tabel di bawah ini menunjukkan tabel kebenaran –(-p) Tabel Negasi Rangkap : p -p -(-p) B S B S B S
  • 9. 6. Kondisional Perangkai logika yang lain ialah kalimat yang memuat “jika” .... Maka”. Bila proposisi p dan q di kombinasikan menjadi proposisi “jika p maka q” yang disimpulkan p q disebut kondisional. Tabel di bawah menunjukan tabel kebenaran kondisional. Tabel Kondisional : p q p q B B B B S S S B B S S B
  • 10. 7. Bikondisional Jika kondisional p q dan demikian juga q p ditulis p q disebut bikondisional. Kalimat “jika p maka q dan juga” jika q maka p “ disingkat dengan kalimat “ p jika dan hanya jika q” Dengan demikian proposisi p q dibaca “p jika dan hanya jika q” Definisi : Bikondisional p q adalah (p q)^(q p) Cara membaca p q sebagai berikut. A. P jika dan hanya jika q B. Q jika dan hanya jika p C. P Q dan konversnya D. Q P dan konversnya E. P merupakan syarat cukup dan perlu untuk q.
  • 11. 8. Ekivalen Di himpunan telah kita kenal pengertian ekivalen, misalnya {1, 2, 3} ekivalen dengan {a, b, c}, namun kedua himpunan itu tidak sama. Himpunan {a, b, c} sama dengan {c, a, b} dan kedua himpunan tersebut juga ekivalen. Di logika juga terdapat pengertian ekivalen. Definisi : p dan q disebut ekuivalen, bila p mempunyai nilai kebenaran yang sama dengan nilai kebenaran q. Ini berarti p q benar bila p dan q kedua-duanya benar atau p dan q kedua-duanya salah. Bila hanya salah satu benar maka p q salah. 9. Hukum De Morgan Dengan menggunakan tabel kebenaran, kita akan melihat keekivalenan –(p V q) dengan –p^ (-q) dan (p^q) dengan (-p) V (-q). 10. Benar Secara Logika Suatu proposisi majemuk dikatakan benar secara logika, bila proposisi majemuk tersebut selalu benar apapun nilai kebenaran dari komponen proposisi yang membentuknya. Suatu proposisi yang semacam itu disebut suatu tautologi.
  • 12. 11. Salah secara Logika Suatu proposisi majemuk dikatakan salah secara logika bila proposisi tersebut selalu salah apapun nilai kebenaran dari komponen proposisi yang membentuknya. Proposisi semacam ini disebut kontradiksi. D. Kuantifikasi Seringkali kita jumpai proposisi yang memuat kata-kata seperti semua, beberapa. Kata- kata ini disebut kuantifikasi (yang merupakan keterangan tentang ide kuantitas). Suatu proposisi yang mennjukkan sesuatu tentang “beberapa” dikatakan “dikuantifikasikan”. 1. Diagram Venn 2. Kuantifikasi Universal 3. Kuantifikasi Eksistensial 4. Negasi Kuantifikasi E. Pemanfaatan Logika Deduktif Suatu argumen adalah suatu himpunan proposisi (disebut premis) yang menghasilkan proposisi lain (disebut simpulan). Suatu argumen adalah sahih (valid) bila kebenaran konjungsi proposisi-proposisi pada premis mengakibatkan secara logik kebenaran konklusi (simpulan). Bila kebenaran proposisi –proposisi pada premis tedak menghasilkan secara logik kebenaran konklusi, maka argumen tersebut tidak sahih (invalid). Argumen yang tidak sahih sering kali disebut sesat fikir.