SlideShare a Scribd company logo
HUBUNGAN 
EKSISTENSIALISME DENGAN 
PENDIDIKAN 
Oleh : Rahmah Salsabila 
(2225131869) 
III/B 
Pendidikan Matematika 
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
• Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individu dan 
pemenuhan diri sebagai pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk 
yang unik dan secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. 
Dalam hubungannya dengan pendidikan, eksistensialisme mempunyai 
hubungan yang erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya 
bersinggungan atau beririsan satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah 
yang sama yaitu manusia, kehidupan, hubungan antar manusia, 
hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pusat pembicaraan eksistensialisme 
adalah “keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh 
manusia. 
• Harapan kaum eksistensialis yaitu individu menjadi pusat dari upaya 
pendidikan. Maka, sebagaimana dikatakan oleh Van Cleve Morris bahwa 
penganut eksestensialis dalam pendidikan lebih fokus untuk membantu 
secara individual dalam merealisasikan diri secara penuh.
1. TUJUAN PENDIDIKAN 
• Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap 
individu agar mampu mengembangkan semua potensi 
untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki 
kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan 
pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan 
kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan 
ditentukan secara umum.
2. KURIKULUM 
• Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu 
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu 
tingkatan kepekaan personal yang disebut dengan “kebangkitan yang luas”. 
Kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan 
individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, 
melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik 
kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri. 
• Kurikulum pada sekolah eksistensialis sangat terbuka terhadap perubahan 
karena ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya. 
Melalui perspektif tersebut, siswa harus memilih mata pelajaran 
yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan 
kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat.
• Kaum eksistensialis membuat kesepakatan umum bahwa fundamen 
pendidikan tradisional adalah Reading, Writting, Aritmathics, ilmu alam, 
dan pengetahuan sosial. Ini semua sebagai dasar atau fondasi usaha kreatif 
dan kemampuan manusia memahami dirinya sendiri. Namun mata pelajaran 
dasar ini seharusnya disajikan dengan menghubungkannya secara lebih 
banyak lagi pada perkembangan afektif siswa. Mereka tidak menganjurkan 
pemisahan mata pelajaran dengan makna dan maksud individual 
sebagaimana yang terjadi dalam pendidikan tradisional. Kurikulum 
eksistensialis terbuka untuk mata pelajaran lainnya. Beberapa mata 
pelajaran yang bermakna bagi individu disepakati untuk diajarkan.
3. PERAN GURU 
• Tata cara para guru eksistensialis cenderung membantu siswa-siswa untuk 
mengembangkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan. Guru akan fokus pada 
keunikan individu di antara sesama siswa. Ia akan menunjukkan tidak ada dua 
individu yang benar-benar sama di antara mereka yang sama satu sama lain, 
karena itu tidak ada kebutuhan yang sama dalam pendidikan. 
• Para guru eksistensialis berusaha keras memperjelas pernyataan Rogers tentang 
fasilitator. Dalam aturan ini guru memperhatikan emosi dan hal-hal yang tidak 
masuk akal pada setiap individu, dan berupaya untuk memandu siswanya untuk 
lebih memahami diri mereka sendiri. Ia dan anak-anak muda yang bersamanya 
akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang hidup, kematian, dan makna 
yang mereka tampilkan dalam berbagai pengalaman kemanusiaan dengan 
beberapa sudut pandang. Melalui berbagai pengalaman ini, guru-guru dan siswa 
akan belajar dan bertukar informasi tentang penemuan jati diri dan bagaimana 
realisasinya dalam kehidupan dunia antar-sesama dan sebagai individu.
• Para guru harus memberikan kepada siswa untuk memilih dan memberi 
mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka 
menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan 
dengan keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh 
melakukan apa saja yang mereka sukai. Logika menunjukkan bahwa 
kebebeasan memiliki aturan, dan rasa hormat akan kebebasan orang lain 
itu penting. 
• Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan 
dirinya dalam suatu dialog. Guru menanyakan ide-ide yang yang dimiliki 
siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk 
memilih alternative-alternatif, sehingga siswa akan melihat, bahwa 
kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih manusia. Lebih 
dari itu, siswa harus menjadi faktor dalam suatu drama belajar, bukan 
sebagai penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya.
• Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan 
saksama sehingga siswa mampu berfikir relative melalui pertanyaan-pertanyaan. 
Dalam arti guru tidak memberi instruksi, melaikan 
memberikan pengarahan. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan 
yang sangat luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata 
pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan 
eksistensialisme. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa 
mampu berdialog dengan teman-temannya dan guru membantu 
menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
4. KONSEP BELAJAR 
• Menurut Kneller, konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan 
dengan cara “Dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan 
pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya, dan 
merupakan suatu percakapan antara “Aku” dan “Engkau”. Sedangkan lawan dari 
dialog adalah “paksaan”, dimana seseorang memaksakan kehendaknya kepada 
orang lain sebagai objek. 
• Selanjutnya Buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya tidak boleh 
disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur 
maka ia hanya akan sebagai perantara yang sederhana antara meteri pelajaran 
dengan siswa. Seandainya guru dianggap seorang instruktur, ia akan turun 
martabatnya, sehingga ia hanya dianggap sebagai alat mentransfer pengatahuan 
dan siswa akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai 
manusia, sehingga manusia akan menjadi alat dan produk dari pengetahuan 
tersebut.
5. PROSES BELAJAR-MENGAJAR 
• Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan 
ditawarkan. Untuk menjadi hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu 
dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi 
pengalaman pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan 
berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi. 
Pengetahuan yang ditawarkan guru tidak merupakan sesuatu yang diberikan 
kepada siswa yang tidak dikuasainya, melainkan merupakan suatu aspek yang 
telah menjadi miliknya sendiri. 
• Siswa secara perorangan harus mengunakan pengalaman-pengalaman dan 
keterampilan intelektual untuk mencapai pemenuhan diri, dan lebih 
menekankan pada berfikir reflektif. Jadi sekolah merupakan tempat untuk 
hidup dan memilih pengalaman-pengalaman.
6. METODE 
• Bagi kaum eksistensialis, metodologi memiliki sejumlah kemungkinan yang 
tidak terbatas. Mereka menolak penyeragaman mata pelajaran, kurikulum dan 
pengajaran, dan menyampaikan bahwa itu semua sebagai pilihan-pilihan terbuka 
bagi siswa yang memiliki hasrat untuk belajar. 
• Kriteria metodologi kaum eksistensialis berpusat seputar konsep tanpa 
kekerasan dan metode-metode itu yang akan membantu siswa menemukan dan 
menjadi dirinya sendiri. Mungkin tipe ideal metodologi kaum eksistensialis 
dapat dilihat sebagaimana pendekatan yang dilakukan oleh Carl Rogers 
“kebebasan belajar” (1969) dan A.S. Neills di Sumerhill: sebuah pendekatan 
radikal dalam pembelajaran anak (1960). Kaum eksistensialis secara umum 
tidak menaruh perhatian khusus terhadap kebijakan sosial pendidikan atau 
sekolah. Filsafat mereka bertumpu pada kebebasan individual dari pada aspek-aspek 
sosial eksistensi manusia (Knight, 1982:76-77).
7. KESIMPULAN 
• Setiap pemikiran filsafat lahir tidak pernah lepas dari konteks 
zamannya, demikian pula dengan eksistensialisme. 
Eksistensialisme mengedepankan otonomi manusia dalam 
berhadapan dengan perkembangan sains dan teknologi. Secara 
epsitemologis, ada hal yang menarik dari eksistensialisme, bahwa 
manusia hendaknya menjadi manusia yang autentik, yang jujur dan 
memutuskan apa yang baik bagi dirinya secara bertanggung jawab 
dengan rasionalitas dan perasaannya, tidak mencari justifikasi dan 
legitimasi dari sesuatu yang seakan-akan berada di luar dirinya, 
tetapi sebenarnya adalah kehendak diri yang dibalut norma sosial 
atau norma agama.
• Eksistensialisme menjadi tonggak penting perkembangan pendidikan. 
Pendidikan yang kembali kepada otonomi manusia atas alam, otonomi atas 
kehidupan. Manusia adalah subjek bagi kehidupan. Eksistensialisme 
memberikan pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya membelenggu 
manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang bebas dan kreatif, maka 
pendidikan harus pula menjadi wahana pembebasan dan kreativitas manusia. 
Dengan kata lain, pendidikan yang diilhami oleh eksistensialisme adalah 
pendidikan yang membumi, yang berhadapan dengan masalah-masalah 
kehidupan kongkrit yang dihadapi manusia. Hal ini ada kesejalanan dengan 
acuan filosofis strategi pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional perlu 
memiliki karakteristik (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan 
dan peradaban; (b) mendukung diseminasi nilai keunggulan; (c) 
mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagaman; 
(d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang 
koheren dengan nilai-nilai moral (Fasli Jalal & Dedi Supriadi: 2001:7).
• Sebagai bangsa Indonesia yang berfilsafat Pancasila, ada pula hal-hal yang harus 
direnungkan kembali dalam menyikapi eksistensialisme. Bagi masyarakat Indonesia, 
terutama pendidik, eksistensialisme jangan sampai dijadikan ideologi. Karena ideologi 
akan mengarah pada absolutisasi kebenaran. Sikap kritis diperlukan dalam memaknai 
dan mengambil intisari aliran ini. Eksistensialisme dapat disandingkan dengan sila 
kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan pada 
intinya adalah usaha untuk memanusiakan manusia, maka landasan antropologis 
eksistensialisme memperoleh aktualisasinya di sini. Tetapi, perlu pula dikritisi bahwa 
para pendidik Indonesia harus dapat memilih dan memilah atau dalam istilah yang 
dikemukakan oleh Notonagoro ”eklektif in corporatif’. Proses ini pada intinya adalah 
mengambil hal-hal yang baik dari berbagai pemikiran yang ada dengan menyeleksi 
terlebih dahulu, untuk kemudian dijadikan bagian integral pemikiran khas Indonesia. 
Sebagaimana diketahui, eksistensialisme terbagi dua, teistik dan ateistik. Tentu saja, 
sebagai warga bangsa dan khususnya sebagai pendidik seharusnya kita perlu 
membentengi diri dari pengaruh eksistensialisme ateis ini. Pancasila adalah dasar 
filsafat bagi praksis pendidikan di Indonesia, maka eksistensialisme teistiklah yang 
sejalan dengan filsafat Pancasila dan dapat memperluas horizon makna akan pemikiran 
pendidikan di Indonesia.
TERIMAKASIH ^_^

More Related Content

What's hot

Falsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeFalsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeSiti Zulaikha
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
Universitas Negeri Makassar
 
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikanPenerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikannirtaaldi
 
Eksistensialisme
EksistensialismeEksistensialisme
Eksistensialisme
ELce PurWandarie
 
Falsafah Idealisme dan pengenalan
Falsafah Idealisme dan pengenalanFalsafah Idealisme dan pengenalan
Falsafah Idealisme dan pengenalanSiti Zulaikha
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuRahmitha Solihat
 
Power point filsafat
Power point filsafatPower point filsafat
Power point filsafat
andryyanifebia
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
TutiAlawiah999
 
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
hasanah sn
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
dinda1175
 
Falsafah pragmatisme
Falsafah pragmatismeFalsafah pragmatisme
Falsafah pragmatisme
Siti Zulaikha
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
Elma Pan
 
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISMEMAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
Pakde Hariyanto Hariyanto
 
Aliran pragmatisme
Aliran pragmatismeAliran pragmatisme
Aliran pragmatisme
chaya pebiyana
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
dinirahmaseptiana17
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
sayid bukhari
 
Humanisme ppt
Humanisme pptHumanisme ppt
Humanisme ppt
Fela Aziiza
 

What's hot (19)

Falsafah Eksistensialisme
Falsafah EksistensialismeFalsafah Eksistensialisme
Falsafah Eksistensialisme
 
Aliran essensialisme
Aliran  essensialismeAliran  essensialisme
Aliran essensialisme
 
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikanPenerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
 
Eksistensialisme
EksistensialismeEksistensialisme
Eksistensialisme
 
Bab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafatBab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafat
 
Falsafah Idealisme dan pengenalan
Falsafah Idealisme dan pengenalanFalsafah Idealisme dan pengenalan
Falsafah Idealisme dan pengenalan
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
 
Power point filsafat
Power point filsafatPower point filsafat
Power point filsafat
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
Ppt mat 3 b _15 pragmatisme dan kurikulum 2013
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
 
Falsafah pragmatisme
Falsafah pragmatismeFalsafah pragmatisme
Falsafah pragmatisme
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
 
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISMEMAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME DAN KONSTRUKTIVISME
 
Aliran pragmatisme
Aliran pragmatismeAliran pragmatisme
Aliran pragmatisme
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
 
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat IlmuImplikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmu
 
Humanisme ppt
Humanisme pptHumanisme ppt
Humanisme ppt
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 

Similar to Pp mat 3 b 10_hubungan eksistensialisme dengan pendidikan_rahmah salsabila

POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranPOWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
lilisHidayat
 
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Wulan Sari Silvana Dewi
 
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
deniapt
 
Progresivisme
ProgresivismeProgresivisme
Progresivisme
jessica cerenga
 
Falsafah Pendidikan Barat
Falsafah Pendidikan Barat Falsafah Pendidikan Barat
Falsafah Pendidikan Barat Caeser Rio
 
Asas Falsafah
Asas FalsafahAsas Falsafah
Asas Falsafah
Azizi Ahmad
 
Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiran
Dedi Yulianto
 
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptxFILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
jusrilj23
 
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Jhon Nahak
 
Aliran aliran filsafat
Aliran aliran filsafatAliran aliran filsafat
Aliran aliran filsafat
NovitaDelimaPutri
 
Filsafat guru
Filsafat guruFilsafat guru
Filsafat guru
Ismail Hasan
 
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptxESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
DeffiArisanty
 
PP MAT 3B 22 (089650921876)
PP MAT 3B   22 (089650921876)PP MAT 3B   22 (089650921876)
PP MAT 3B 22 (089650921876)
Erlita Sari
 
Ppt Pendidikan Demokratis
Ppt Pendidikan DemokratisPpt Pendidikan Demokratis
Ppt Pendidikan DemokratisFenny Handayani
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Awal Akbar Jamaluddin
 
Eksistensialisme
EksistensialismeEksistensialisme
Eksistensialisme
airenahmad
 
Idealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikanIdealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikan
Suly Maratusholichah
 
Makalah aliran esensialisme
Makalah aliran esensialismeMakalah aliran esensialisme
Makalah aliran esensialisme
abdul manan
 

Similar to Pp mat 3 b 10_hubungan eksistensialisme dengan pendidikan_rahmah salsabila (20)

POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranPOWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan Pembelajaran
 
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
Aliran Progressivisme dan Pendidikan (PP MAT 3B-9)
 
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
07_Aliran_Filsafat_Modern_dalam Pendidikan (1).pdf
 
Progresivisme
ProgresivismeProgresivisme
Progresivisme
 
Falsafah Pendidikan Barat
Falsafah Pendidikan Barat Falsafah Pendidikan Barat
Falsafah Pendidikan Barat
 
Asas Falsafah
Asas FalsafahAsas Falsafah
Asas Falsafah
 
Konstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiranKonstruktivisme dalam pemikiran
Konstruktivisme dalam pemikiran
 
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptxFILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
FILOSOFI PENDIDIKAN.pptx
 
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013
 
Aliran aliran filsafat
Aliran aliran filsafatAliran aliran filsafat
Aliran aliran filsafat
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Filsafat guru
Filsafat guruFilsafat guru
Filsafat guru
 
Landasan filosofis
Landasan filosofisLandasan filosofis
Landasan filosofis
 
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptxESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
ESENSI PENDIDIKAN MERDEKA : PANDANGAN FILOSIFI.pptx
 
PP MAT 3B 22 (089650921876)
PP MAT 3B   22 (089650921876)PP MAT 3B   22 (089650921876)
PP MAT 3B 22 (089650921876)
 
Ppt Pendidikan Demokratis
Ppt Pendidikan DemokratisPpt Pendidikan Demokratis
Ppt Pendidikan Demokratis
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 
Eksistensialisme
EksistensialismeEksistensialisme
Eksistensialisme
 
Idealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikanIdealisme dalam pendidikan
Idealisme dalam pendidikan
 
Makalah aliran esensialisme
Makalah aliran esensialismeMakalah aliran esensialisme
Makalah aliran esensialisme
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
DewiInekePuteri
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remajamateri penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
materi penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 

Pp mat 3 b 10_hubungan eksistensialisme dengan pendidikan_rahmah salsabila

  • 1. HUBUNGAN EKSISTENSIALISME DENGAN PENDIDIKAN Oleh : Rahmah Salsabila (2225131869) III/B Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
  • 2. • Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individu dan pemenuhan diri sebagai pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk yang unik dan secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya dengan pendidikan, eksistensialisme mempunyai hubungan yang erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya bersinggungan atau beririsan satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah yang sama yaitu manusia, kehidupan, hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pusat pembicaraan eksistensialisme adalah “keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia. • Harapan kaum eksistensialis yaitu individu menjadi pusat dari upaya pendidikan. Maka, sebagaimana dikatakan oleh Van Cleve Morris bahwa penganut eksestensialis dalam pendidikan lebih fokus untuk membantu secara individual dalam merealisasikan diri secara penuh.
  • 3. 1. TUJUAN PENDIDIKAN • Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensi untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan ditentukan secara umum.
  • 4. 2. KURIKULUM • Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu tingkatan kepekaan personal yang disebut dengan “kebangkitan yang luas”. Kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri. • Kurikulum pada sekolah eksistensialis sangat terbuka terhadap perubahan karena ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya. Melalui perspektif tersebut, siswa harus memilih mata pelajaran yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat.
  • 5. • Kaum eksistensialis membuat kesepakatan umum bahwa fundamen pendidikan tradisional adalah Reading, Writting, Aritmathics, ilmu alam, dan pengetahuan sosial. Ini semua sebagai dasar atau fondasi usaha kreatif dan kemampuan manusia memahami dirinya sendiri. Namun mata pelajaran dasar ini seharusnya disajikan dengan menghubungkannya secara lebih banyak lagi pada perkembangan afektif siswa. Mereka tidak menganjurkan pemisahan mata pelajaran dengan makna dan maksud individual sebagaimana yang terjadi dalam pendidikan tradisional. Kurikulum eksistensialis terbuka untuk mata pelajaran lainnya. Beberapa mata pelajaran yang bermakna bagi individu disepakati untuk diajarkan.
  • 6. 3. PERAN GURU • Tata cara para guru eksistensialis cenderung membantu siswa-siswa untuk mengembangkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan. Guru akan fokus pada keunikan individu di antara sesama siswa. Ia akan menunjukkan tidak ada dua individu yang benar-benar sama di antara mereka yang sama satu sama lain, karena itu tidak ada kebutuhan yang sama dalam pendidikan. • Para guru eksistensialis berusaha keras memperjelas pernyataan Rogers tentang fasilitator. Dalam aturan ini guru memperhatikan emosi dan hal-hal yang tidak masuk akal pada setiap individu, dan berupaya untuk memandu siswanya untuk lebih memahami diri mereka sendiri. Ia dan anak-anak muda yang bersamanya akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang hidup, kematian, dan makna yang mereka tampilkan dalam berbagai pengalaman kemanusiaan dengan beberapa sudut pandang. Melalui berbagai pengalaman ini, guru-guru dan siswa akan belajar dan bertukar informasi tentang penemuan jati diri dan bagaimana realisasinya dalam kehidupan dunia antar-sesama dan sebagai individu.
  • 7. • Para guru harus memberikan kepada siswa untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja yang mereka sukai. Logika menunjukkan bahwa kebebeasan memiliki aturan, dan rasa hormat akan kebebasan orang lain itu penting. • Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan dirinya dalam suatu dialog. Guru menanyakan ide-ide yang yang dimiliki siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk memilih alternative-alternatif, sehingga siswa akan melihat, bahwa kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih manusia. Lebih dari itu, siswa harus menjadi faktor dalam suatu drama belajar, bukan sebagai penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya.
  • 8. • Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan saksama sehingga siswa mampu berfikir relative melalui pertanyaan-pertanyaan. Dalam arti guru tidak memberi instruksi, melaikan memberikan pengarahan. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang sangat luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa mampu berdialog dengan teman-temannya dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
  • 9. 4. KONSEP BELAJAR • Menurut Kneller, konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan dengan cara “Dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya, dan merupakan suatu percakapan antara “Aku” dan “Engkau”. Sedangkan lawan dari dialog adalah “paksaan”, dimana seseorang memaksakan kehendaknya kepada orang lain sebagai objek. • Selanjutnya Buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya tidak boleh disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur maka ia hanya akan sebagai perantara yang sederhana antara meteri pelajaran dengan siswa. Seandainya guru dianggap seorang instruktur, ia akan turun martabatnya, sehingga ia hanya dianggap sebagai alat mentransfer pengatahuan dan siswa akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai manusia, sehingga manusia akan menjadi alat dan produk dari pengetahuan tersebut.
  • 10. 5. PROSES BELAJAR-MENGAJAR • Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan ditawarkan. Untuk menjadi hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi pengalaman pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi. Pengetahuan yang ditawarkan guru tidak merupakan sesuatu yang diberikan kepada siswa yang tidak dikuasainya, melainkan merupakan suatu aspek yang telah menjadi miliknya sendiri. • Siswa secara perorangan harus mengunakan pengalaman-pengalaman dan keterampilan intelektual untuk mencapai pemenuhan diri, dan lebih menekankan pada berfikir reflektif. Jadi sekolah merupakan tempat untuk hidup dan memilih pengalaman-pengalaman.
  • 11. 6. METODE • Bagi kaum eksistensialis, metodologi memiliki sejumlah kemungkinan yang tidak terbatas. Mereka menolak penyeragaman mata pelajaran, kurikulum dan pengajaran, dan menyampaikan bahwa itu semua sebagai pilihan-pilihan terbuka bagi siswa yang memiliki hasrat untuk belajar. • Kriteria metodologi kaum eksistensialis berpusat seputar konsep tanpa kekerasan dan metode-metode itu yang akan membantu siswa menemukan dan menjadi dirinya sendiri. Mungkin tipe ideal metodologi kaum eksistensialis dapat dilihat sebagaimana pendekatan yang dilakukan oleh Carl Rogers “kebebasan belajar” (1969) dan A.S. Neills di Sumerhill: sebuah pendekatan radikal dalam pembelajaran anak (1960). Kaum eksistensialis secara umum tidak menaruh perhatian khusus terhadap kebijakan sosial pendidikan atau sekolah. Filsafat mereka bertumpu pada kebebasan individual dari pada aspek-aspek sosial eksistensi manusia (Knight, 1982:76-77).
  • 12. 7. KESIMPULAN • Setiap pemikiran filsafat lahir tidak pernah lepas dari konteks zamannya, demikian pula dengan eksistensialisme. Eksistensialisme mengedepankan otonomi manusia dalam berhadapan dengan perkembangan sains dan teknologi. Secara epsitemologis, ada hal yang menarik dari eksistensialisme, bahwa manusia hendaknya menjadi manusia yang autentik, yang jujur dan memutuskan apa yang baik bagi dirinya secara bertanggung jawab dengan rasionalitas dan perasaannya, tidak mencari justifikasi dan legitimasi dari sesuatu yang seakan-akan berada di luar dirinya, tetapi sebenarnya adalah kehendak diri yang dibalut norma sosial atau norma agama.
  • 13. • Eksistensialisme menjadi tonggak penting perkembangan pendidikan. Pendidikan yang kembali kepada otonomi manusia atas alam, otonomi atas kehidupan. Manusia adalah subjek bagi kehidupan. Eksistensialisme memberikan pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya membelenggu manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang bebas dan kreatif, maka pendidikan harus pula menjadi wahana pembebasan dan kreativitas manusia. Dengan kata lain, pendidikan yang diilhami oleh eksistensialisme adalah pendidikan yang membumi, yang berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan kongkrit yang dihadapi manusia. Hal ini ada kesejalanan dengan acuan filosofis strategi pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional perlu memiliki karakteristik (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan dan peradaban; (b) mendukung diseminasi nilai keunggulan; (c) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagaman; (d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan nilai-nilai moral (Fasli Jalal & Dedi Supriadi: 2001:7).
  • 14. • Sebagai bangsa Indonesia yang berfilsafat Pancasila, ada pula hal-hal yang harus direnungkan kembali dalam menyikapi eksistensialisme. Bagi masyarakat Indonesia, terutama pendidik, eksistensialisme jangan sampai dijadikan ideologi. Karena ideologi akan mengarah pada absolutisasi kebenaran. Sikap kritis diperlukan dalam memaknai dan mengambil intisari aliran ini. Eksistensialisme dapat disandingkan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan pada intinya adalah usaha untuk memanusiakan manusia, maka landasan antropologis eksistensialisme memperoleh aktualisasinya di sini. Tetapi, perlu pula dikritisi bahwa para pendidik Indonesia harus dapat memilih dan memilah atau dalam istilah yang dikemukakan oleh Notonagoro ”eklektif in corporatif’. Proses ini pada intinya adalah mengambil hal-hal yang baik dari berbagai pemikiran yang ada dengan menyeleksi terlebih dahulu, untuk kemudian dijadikan bagian integral pemikiran khas Indonesia. Sebagaimana diketahui, eksistensialisme terbagi dua, teistik dan ateistik. Tentu saja, sebagai warga bangsa dan khususnya sebagai pendidik seharusnya kita perlu membentengi diri dari pengaruh eksistensialisme ateis ini. Pancasila adalah dasar filsafat bagi praksis pendidikan di Indonesia, maka eksistensialisme teistiklah yang sejalan dengan filsafat Pancasila dan dapat memperluas horizon makna akan pemikiran pendidikan di Indonesia.