Eksistensialisme berhubungan erat dengan pendidikan karena keduanya membahas masalah manusia, kehidupan, dan hubungan antarmanusia. Filsafat eksistensialisme menekankan individu sebagai pusat pendidikan dan memberi kebebasan kepada siswa untuk menemukan makna hidupnya. Guru berperan sebagai fasilitator dialog untuk membimbing siswa secara individual dalam merealisasikan diri. Metode utama eksistensialisme
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang filsafat eksistensialisme, termasuk pengertian, latar belakang munculnya, tokoh-tokohnya, dan pemikirannya dalam pendidikan.
2) Filsafat eksistensialisme berfokus pada pengalaman individu dan menekankan bahwa eksistensi manusia berbeda dengan benda-benda lain.
3) Aliran ini muncul sebagai
Eksistensialisme adalah filsafat yang menekankan pentingnya otonomi dan kebebasan manusia untuk menentukan makna hidupnya sendiri. Dalam pendidikan, eksistensialisme mendorong pembebasan siswa dan memberi ruang bagi mereka untuk menemukan potensi diri secara mandiri melalui diskusi dan pengalaman. Kurikulum ideal memberi kebebasan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan sendiri tanpa aturan
1. Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh Martin Heidegger dan berfokus pada eksistensi individu.
2. Eksistensialisme berawal dari pertanyaan Soren Kierkegaard tentang bagaimana menjadi diri sendiri secara autentik.
3. Pendekatan pembelajaran eksistensialisme menekankan dialog antara guru dan siswa serta memberi kebebasan pada siswa.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang filsafat eksistensialisme, termasuk pengertian, latar belakang munculnya, tokoh-tokohnya, dan pemikirannya dalam pendidikan.
2) Filsafat eksistensialisme berfokus pada pengalaman individu dan menekankan bahwa eksistensi manusia berbeda dengan benda-benda lain.
3) Aliran ini muncul sebagai
Eksistensialisme adalah filsafat yang menekankan pentingnya otonomi dan kebebasan manusia untuk menentukan makna hidupnya sendiri. Dalam pendidikan, eksistensialisme mendorong pembebasan siswa dan memberi ruang bagi mereka untuk menemukan potensi diri secara mandiri melalui diskusi dan pengalaman. Kurikulum ideal memberi kebebasan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan sendiri tanpa aturan
1. Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh Martin Heidegger dan berfokus pada eksistensi individu.
2. Eksistensialisme berawal dari pertanyaan Soren Kierkegaard tentang bagaimana menjadi diri sendiri secara autentik.
3. Pendekatan pembelajaran eksistensialisme menekankan dialog antara guru dan siswa serta memberi kebebasan pada siswa.
Filsafat humanisme berkembang dari pemikiran filsafat klasik Cina dan Yunani. Berkembang dalam 3 tahap yaitu Renaissance abad 16, masa Pencerahan abad 18, dan humanisme kontemporer abad 20. Tokoh-tokohnya antara lain Jean Jacques Rousseau dan Abraham Maslow. Tujuannya adalah menanamkan manusia sebagai manusia yang memiliki kemampuan sendiri melalui realitas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang filsafat perennialisme dan hubungannya dengan krisis pendidikan di Indonesia;
(2) Menurut perennialisme, krisis pendidikan disebabkan oleh perkembangan zaman dan teknologi sehingga budaya terganggu;
(3) Perennialisme menyarankan untuk mengembalikan pendidikan ke budaya masa lampau yang dianggap ideal untuk mengatasi krisis.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas empat aliran utama dalam filsafat pendidikan modern yaitu progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme dengan menjelaskan tokoh-tokoh, prinsip-prinsip, dan pandangan masing-masing aliran terhadap pendidikan.
Mazhab pragmatisme merupakan kaedah filsafat yang menekankan pengalaman dan penyelesaian masalah sebagai asas pengetahuan. Ia dibangunkan pada abad ke-19 oleh ahli falsafah Amerika seperti Charles Sanders Pierce, William James, dan John Dewey yang meyakini bahawa pengalaman manusia mencerminkan realiti.
Teks tersebut membahas tentang teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme. Ia menjelaskan pengertian, prinsip, tokoh, dan aplikasi dari kedua teori tersebut serta kelebihan dan kekurangan masing-masing teori.
Pragmatisme berasal dari kata Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah yang membuktikan dirinya bermanfaat secara praktis. Tokoh utamanya adalah William James dan John Dewey. Pragmatisme melihat siswa sebagai organisme yang tumbuh, sedangkan guru memimpin dan membimbing pengalaman belajar siswa.
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmusayid bukhari
Filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan melalui keterlibatannya dalam pengembangan pengetahuan dan implementasinya dalam pendidikan sesuai dengan aliran-aliran filsafat pendidikan seperti progresivisme, esensialisme, dan perenialisme. Filsafat ilmu membantu menentukan tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan serta peran guru dan siswa.
PPT FILSAFAT ILMU PASCASARJANA
teori pokok tentang humanisme, sejarah humanisme, dan peran humanisme terhadap pendidikan , serta kurikulum yang diterpanm
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranlilisHidayat
1. Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh Martin Heidegger dan berfokus pada eksistensi individu.
2. Eksistensialisme berawal dari pertanyaan Soren Kierkegaard tentang bagaimana menjadi diri sendiri secara autentik.
3. Pendekatan pembelajaran eksistensialisme menekankan dialog antara guru dan siswa agar siswa dapat berpikir secara kritis.
Filsafat humanisme berkembang dari pemikiran filsafat klasik Cina dan Yunani. Berkembang dalam 3 tahap yaitu Renaissance abad 16, masa Pencerahan abad 18, dan humanisme kontemporer abad 20. Tokoh-tokohnya antara lain Jean Jacques Rousseau dan Abraham Maslow. Tujuannya adalah menanamkan manusia sebagai manusia yang memiliki kemampuan sendiri melalui realitas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang filsafat perennialisme dan hubungannya dengan krisis pendidikan di Indonesia;
(2) Menurut perennialisme, krisis pendidikan disebabkan oleh perkembangan zaman dan teknologi sehingga budaya terganggu;
(3) Perennialisme menyarankan untuk mengembalikan pendidikan ke budaya masa lampau yang dianggap ideal untuk mengatasi krisis.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas empat aliran utama dalam filsafat pendidikan modern yaitu progresivisme, esensialisme, perenialisme, dan rekonstruksionisme dengan menjelaskan tokoh-tokoh, prinsip-prinsip, dan pandangan masing-masing aliran terhadap pendidikan.
Mazhab pragmatisme merupakan kaedah filsafat yang menekankan pengalaman dan penyelesaian masalah sebagai asas pengetahuan. Ia dibangunkan pada abad ke-19 oleh ahli falsafah Amerika seperti Charles Sanders Pierce, William James, dan John Dewey yang meyakini bahawa pengalaman manusia mencerminkan realiti.
Teks tersebut membahas tentang teori pembelajaran humanisme dan konstruktivisme. Ia menjelaskan pengertian, prinsip, tokoh, dan aplikasi dari kedua teori tersebut serta kelebihan dan kekurangan masing-masing teori.
Pragmatisme berasal dari kata Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah yang membuktikan dirinya bermanfaat secara praktis. Tokoh utamanya adalah William James dan John Dewey. Pragmatisme melihat siswa sebagai organisme yang tumbuh, sedangkan guru memimpin dan membimbing pengalaman belajar siswa.
Implikasi dan implementasi Filsafat Ilmusayid bukhari
Filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan melalui keterlibatannya dalam pengembangan pengetahuan dan implementasinya dalam pendidikan sesuai dengan aliran-aliran filsafat pendidikan seperti progresivisme, esensialisme, dan perenialisme. Filsafat ilmu membantu menentukan tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan serta peran guru dan siswa.
PPT FILSAFAT ILMU PASCASARJANA
teori pokok tentang humanisme, sejarah humanisme, dan peran humanisme terhadap pendidikan , serta kurikulum yang diterpanm
POWER POINT Eksistensialisme Eksistensi dalam Penerapan PembelajaranlilisHidayat
1. Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh Martin Heidegger dan berfokus pada eksistensi individu.
2. Eksistensialisme berawal dari pertanyaan Soren Kierkegaard tentang bagaimana menjadi diri sendiri secara autentik.
3. Pendekatan pembelajaran eksistensialisme menekankan dialog antara guru dan siswa agar siswa dapat berpikir secara kritis.
Tulisan ini membahas pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan yang sejalan dengan pendekatan konstruktivisme. Ki Hadjar menekankan pentingnya peran siswa dalam proses belajar dan mengajar serta melibatkan keluarga sebagai bagian penting dalam pendidikan. Pemikirannya ini sesuai dengan konsep konstruktivisme bahwa pengetahuan dibangun secara mandiri melalui pengalaman.
Landasan kurikulum pendidikan indonesia tahun 2013Jhon Nahak
Dokumen tersebut membahas tentang landasan filosofis kurikulum. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain tentang pengaruh filsafat terhadap penyusunan kurikulum, peranan kurikulum berdasarkan aliran filsafat seperti konservatif, kreatif, dan kritis, serta aliran-aliran filsafat pendidikan seperti perenialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruksionisme.
Ada beberapa aliran filsafat pendidikan yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, yaitu idealisme yang mengangkat jiwa di atas materi, esensialisme yang memberikan fleksibilitas dalam pendidikan, konstruktivisme yang menekankan aktivitas siswa dalam membangun pengetahuan, eksistensialisme yang melihat pengetahuan tergantung pemahaman manusia, perenialisme yang menanamkan kebenaran universal, holistik yang memberikan peran guru se
Idealisme dalam pendidikan menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dan ide-ide di atas materi. Tujuan pendidikan idealisme adalah membentuk karakter siswa dan masyarakat yang ideal serta mencapai kesempurnaan melalui penanaman nilai-nilai mutlak. Guru berperan sebagai teladan dan pemandu rohani siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
Makalah ini membahas penerapan model pembelajaran berdasarkan teori kontruktivisme dalam pendidikan jasmani. Teori kontruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun melalui pengalaman dan interaksi sosial, bukan hanya dipindahkan dari guru ke siswa. Makalah ini menjelaskan teori kontruktivisme, model-modelnya seperti pembelajaran sosial dan zona perkembangan proksimal, serta pener
Eksistensialisme adalah filsafat yang menekankan pentingnya eksistensi dan pengalaman manusia. Menurut eksistensialisme, tujuan pendidikan adalah untuk membebaskan siswa dan membantu mereka menemukan makna hidup. Kurikulum ideal memberi siswa kebebasan untuk menemukan jawaban sendiri dan menarik kesimpulan mereka sendiri.
Idealisme dalam pendidikan bertujuan membentuk karakter manusia yang mulia dan memiliki kehidupan rohani yang tinggi. Kurikulum idealisme lebih fokus pada pengalaman daripada pengajaran tekstual untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Guru diharapkan menjadi teladan yang membimbing siswa untuk mengembangkan potensi terbaiknya.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Pp mat 3 b 10_hubungan eksistensialisme dengan pendidikan_rahmah salsabila
1. HUBUNGAN
EKSISTENSIALISME DENGAN
PENDIDIKAN
Oleh : Rahmah Salsabila
(2225131869)
III/B
Pendidikan Matematika
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2. • Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individu dan
pemenuhan diri sebagai pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk
yang unik dan secara unik pula ia bertanggung jawab terhadap nasibnya.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, eksistensialisme mempunyai
hubungan yang erat sekali dengan pendidikan, karena keduanya
bersinggungan atau beririsan satu dengan yang lainnya pada masalah-masalah
yang sama yaitu manusia, kehidupan, hubungan antar manusia,
hakikat kepribadian, dan kebebasan. Pusat pembicaraan eksistensialisme
adalah “keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh
manusia.
• Harapan kaum eksistensialis yaitu individu menjadi pusat dari upaya
pendidikan. Maka, sebagaimana dikatakan oleh Van Cleve Morris bahwa
penganut eksestensialis dalam pendidikan lebih fokus untuk membantu
secara individual dalam merealisasikan diri secara penuh.
3. 1. TUJUAN PENDIDIKAN
• Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap
individu agar mampu mengembangkan semua potensi
untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki
kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan
pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan
kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan
ditentukan secara umum.
4. 2. KURIKULUM
• Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu
berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu
tingkatan kepekaan personal yang disebut dengan “kebangkitan yang luas”.
Kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang memberikan para siswa kebebasan
individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan menarik
kesimpulan-kesimpulan mereka sendiri.
• Kurikulum pada sekolah eksistensialis sangat terbuka terhadap perubahan
karena ada dinamika dalam konsep kebenaran, penerapan, dan perubahan-perubahannya.
Melalui perspektif tersebut, siswa harus memilih mata pelajaran
yang terbaik. Tetapi, hal ini tidak berarti bahwa mata pelajaran dan pendekatan
kurikuler pada filsafat tradisional tidak diberi tempat.
5. • Kaum eksistensialis membuat kesepakatan umum bahwa fundamen
pendidikan tradisional adalah Reading, Writting, Aritmathics, ilmu alam,
dan pengetahuan sosial. Ini semua sebagai dasar atau fondasi usaha kreatif
dan kemampuan manusia memahami dirinya sendiri. Namun mata pelajaran
dasar ini seharusnya disajikan dengan menghubungkannya secara lebih
banyak lagi pada perkembangan afektif siswa. Mereka tidak menganjurkan
pemisahan mata pelajaran dengan makna dan maksud individual
sebagaimana yang terjadi dalam pendidikan tradisional. Kurikulum
eksistensialis terbuka untuk mata pelajaran lainnya. Beberapa mata
pelajaran yang bermakna bagi individu disepakati untuk diajarkan.
6. 3. PERAN GURU
• Tata cara para guru eksistensialis cenderung membantu siswa-siswa untuk
mengembangkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan. Guru akan fokus pada
keunikan individu di antara sesama siswa. Ia akan menunjukkan tidak ada dua
individu yang benar-benar sama di antara mereka yang sama satu sama lain,
karena itu tidak ada kebutuhan yang sama dalam pendidikan.
• Para guru eksistensialis berusaha keras memperjelas pernyataan Rogers tentang
fasilitator. Dalam aturan ini guru memperhatikan emosi dan hal-hal yang tidak
masuk akal pada setiap individu, dan berupaya untuk memandu siswanya untuk
lebih memahami diri mereka sendiri. Ia dan anak-anak muda yang bersamanya
akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang hidup, kematian, dan makna
yang mereka tampilkan dalam berbagai pengalaman kemanusiaan dengan
beberapa sudut pandang. Melalui berbagai pengalaman ini, guru-guru dan siswa
akan belajar dan bertukar informasi tentang penemuan jati diri dan bagaimana
realisasinya dalam kehidupan dunia antar-sesama dan sebagai individu.
7. • Para guru harus memberikan kepada siswa untuk memilih dan memberi
mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu mereka
menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan
dengan keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh
melakukan apa saja yang mereka sukai. Logika menunjukkan bahwa
kebebeasan memiliki aturan, dan rasa hormat akan kebebasan orang lain
itu penting.
• Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa untuk memikirkan
dirinya dalam suatu dialog. Guru menanyakan ide-ide yang yang dimiliki
siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian membimbing siswa untuk
memilih alternative-alternatif, sehingga siswa akan melihat, bahwa
kebenaran tidak terjadi pada manusia, melainkan dipilih manusia. Lebih
dari itu, siswa harus menjadi faktor dalam suatu drama belajar, bukan
sebagai penonton. Siswa harus belajar keras seperti gurunya.
8. • Guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan
saksama sehingga siswa mampu berfikir relative melalui pertanyaan-pertanyaan.
Dalam arti guru tidak memberi instruksi, melaikan
memberikan pengarahan. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan
yang sangat luas agar betul-betul menghasilkan diskusi tentang mata
pelajaran. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan
eksistensialisme. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa
mampu berdialog dengan teman-temannya dan guru membantu
menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
9. 4. KONSEP BELAJAR
• Menurut Kneller, konsep belajar mengajar eksistensialisme dapat diaplikasikan
dengan cara “Dialog”. Dialog merupakan percakapan antara pribadi dengan
pribadi, dimana setiap pribadi merupakan subjek bagi yang lainnya, dan
merupakan suatu percakapan antara “Aku” dan “Engkau”. Sedangkan lawan dari
dialog adalah “paksaan”, dimana seseorang memaksakan kehendaknya kepada
orang lain sebagai objek.
• Selanjutnya Buber mengemukakan bahwa, guru hendaknya tidak boleh
disamakan dengan seorang instruktur. Jika guru disamakan dengan instruktur
maka ia hanya akan sebagai perantara yang sederhana antara meteri pelajaran
dengan siswa. Seandainya guru dianggap seorang instruktur, ia akan turun
martabatnya, sehingga ia hanya dianggap sebagai alat mentransfer pengatahuan
dan siswa akan menjadi hasil dari transfer tersebut. Pengetahuan akan menguasai
manusia, sehingga manusia akan menjadi alat dan produk dari pengetahuan
tersebut.
10. 5. PROSES BELAJAR-MENGAJAR
• Dalam proses belajar mengajar, pengetahuan tidak dilimpahkan, melainkan
ditawarkan. Untuk menjadi hubungan antara guru dengan siswa sebagai suatu
dialog, maka pengetahuan yang akan diberikan kepada siswa harus menjadi
pengalaman pengalaman pribadi guru itu sendiri, sehingga guru akan
berjumpa dengan siswa sebagai pertemuan antara pribadi dengan pribadi.
Pengetahuan yang ditawarkan guru tidak merupakan sesuatu yang diberikan
kepada siswa yang tidak dikuasainya, melainkan merupakan suatu aspek yang
telah menjadi miliknya sendiri.
• Siswa secara perorangan harus mengunakan pengalaman-pengalaman dan
keterampilan intelektual untuk mencapai pemenuhan diri, dan lebih
menekankan pada berfikir reflektif. Jadi sekolah merupakan tempat untuk
hidup dan memilih pengalaman-pengalaman.
11. 6. METODE
• Bagi kaum eksistensialis, metodologi memiliki sejumlah kemungkinan yang
tidak terbatas. Mereka menolak penyeragaman mata pelajaran, kurikulum dan
pengajaran, dan menyampaikan bahwa itu semua sebagai pilihan-pilihan terbuka
bagi siswa yang memiliki hasrat untuk belajar.
• Kriteria metodologi kaum eksistensialis berpusat seputar konsep tanpa
kekerasan dan metode-metode itu yang akan membantu siswa menemukan dan
menjadi dirinya sendiri. Mungkin tipe ideal metodologi kaum eksistensialis
dapat dilihat sebagaimana pendekatan yang dilakukan oleh Carl Rogers
“kebebasan belajar” (1969) dan A.S. Neills di Sumerhill: sebuah pendekatan
radikal dalam pembelajaran anak (1960). Kaum eksistensialis secara umum
tidak menaruh perhatian khusus terhadap kebijakan sosial pendidikan atau
sekolah. Filsafat mereka bertumpu pada kebebasan individual dari pada aspek-aspek
sosial eksistensi manusia (Knight, 1982:76-77).
12. 7. KESIMPULAN
• Setiap pemikiran filsafat lahir tidak pernah lepas dari konteks
zamannya, demikian pula dengan eksistensialisme.
Eksistensialisme mengedepankan otonomi manusia dalam
berhadapan dengan perkembangan sains dan teknologi. Secara
epsitemologis, ada hal yang menarik dari eksistensialisme, bahwa
manusia hendaknya menjadi manusia yang autentik, yang jujur dan
memutuskan apa yang baik bagi dirinya secara bertanggung jawab
dengan rasionalitas dan perasaannya, tidak mencari justifikasi dan
legitimasi dari sesuatu yang seakan-akan berada di luar dirinya,
tetapi sebenarnya adalah kehendak diri yang dibalut norma sosial
atau norma agama.
13. • Eksistensialisme menjadi tonggak penting perkembangan pendidikan.
Pendidikan yang kembali kepada otonomi manusia atas alam, otonomi atas
kehidupan. Manusia adalah subjek bagi kehidupan. Eksistensialisme
memberikan pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya membelenggu
manusia. Oleh karena manusia adalah makhluk yang bebas dan kreatif, maka
pendidikan harus pula menjadi wahana pembebasan dan kreativitas manusia.
Dengan kata lain, pendidikan yang diilhami oleh eksistensialisme adalah
pendidikan yang membumi, yang berhadapan dengan masalah-masalah
kehidupan kongkrit yang dihadapi manusia. Hal ini ada kesejalanan dengan
acuan filosofis strategi pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional perlu
memiliki karakteristik (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan
dan peradaban; (b) mendukung diseminasi nilai keunggulan; (c)
mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagaman;
(d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang
koheren dengan nilai-nilai moral (Fasli Jalal & Dedi Supriadi: 2001:7).
14. • Sebagai bangsa Indonesia yang berfilsafat Pancasila, ada pula hal-hal yang harus
direnungkan kembali dalam menyikapi eksistensialisme. Bagi masyarakat Indonesia,
terutama pendidik, eksistensialisme jangan sampai dijadikan ideologi. Karena ideologi
akan mengarah pada absolutisasi kebenaran. Sikap kritis diperlukan dalam memaknai
dan mengambil intisari aliran ini. Eksistensialisme dapat disandingkan dengan sila
kemanusiaan yang adil dan beradab. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan pada
intinya adalah usaha untuk memanusiakan manusia, maka landasan antropologis
eksistensialisme memperoleh aktualisasinya di sini. Tetapi, perlu pula dikritisi bahwa
para pendidik Indonesia harus dapat memilih dan memilah atau dalam istilah yang
dikemukakan oleh Notonagoro ”eklektif in corporatif’. Proses ini pada intinya adalah
mengambil hal-hal yang baik dari berbagai pemikiran yang ada dengan menyeleksi
terlebih dahulu, untuk kemudian dijadikan bagian integral pemikiran khas Indonesia.
Sebagaimana diketahui, eksistensialisme terbagi dua, teistik dan ateistik. Tentu saja,
sebagai warga bangsa dan khususnya sebagai pendidik seharusnya kita perlu
membentengi diri dari pengaruh eksistensialisme ateis ini. Pancasila adalah dasar
filsafat bagi praksis pendidikan di Indonesia, maka eksistensialisme teistiklah yang
sejalan dengan filsafat Pancasila dan dapat memperluas horizon makna akan pemikiran
pendidikan di Indonesia.