2. Metode pendidikan, teknik pembelajaran non
directive (abil)
peranan guru dan siswa di dewasa ini
tentang filsafat eksistensialisme
Apakah dalam eksistensialisme menonjolkan
sifat evaluatif
Dalam kasus siswa tidak bisa menentukan
minat bakatnya, bagaimana?
Spesifikasi ketidaksetujuan dengan aliran
filsafat sebelumnya`
4. Martin Heidegger menyebut realitas
fisik itu sebagai “yang berada”
(Seinde), artinya bahwa realitas yang
bersifat fisik itu, atau benda-benda itu
terletak begitu saja (voorhanden) di
depan manusia , tanpa ada hubungannya
dengan manusia.
5. Realitas material dipandang sebagai yang
berada dalam diri , bahwa manusia meng-
ada-kan adanya sendiri dalam arti bahwa
manusia bertanggung jawab atas keber-
ada-an dirinya, manusia bertanggung
jawab atas eksistensinya.
6.
7. Bahwa manusia berada di dunia bukan
atas pilihannya, sebab itu hidup pada
dasarnya absurd (tak masuk akal) . Yang
terpenting ditemukan dalam kehidupan
adalah kehidupan yang dilaksanakan oleh
setiap individual secara otentik.
8. Manusia mengetahui hanya melalui
pengalaman. Pengalaman bagi filsuf
Eksistensialisme adalah pengalaman yang
terhayati oleh individu sebagai subjek atau
pribadi. Filsuf Eksistensialisme bersikap skeptis
mengenai pengetahuan yang objektif, tetapi
mereka mengakui kemungkinan manusia untuk
mencapai kebenaran.
9. Para filsuf Eksistensialisme
berpendapat bahwa tidak ada nilai yang
bersifat absolut, nilai-nilai tidak
ditentukan oleh kriteria luar. Setiap nilai
ditentukan oleh kebebasan memilih setiap
pribadi perseorangan. Nilai-nilai adalah
penting untuk setiap individu, namun
relatif untuk keadaan setiap individu.
10. Tujuan utama pendidikan menurut
filsuf Eksistensialisme adalah untuk
membantu manusia secara individual.
11. a. Mengembangkan penyadaran diri secara individual
b. Menyediakan kesempatan kepada individu untuk
bebas menentukan pilihan etis
c. Mendorong pengembangan pengetahuan diri
d. Mengembangkan rasa tanggung jawab diri pribadi
e. Membangun rasa komitmen individual
Agar siswa memperoleh pengalaman hidup yang luas
dan komprehensif sehingga dengan kebebasannya ia
mampu mewujudkan dirinya sebagai manusia.
12. Kurikulum ideal bagi filsuf Eksistensialisme:
a. Suatu kurikulum aktivitas
b. Minat peserta didik sebagai dasar
perencanaan aktivitas
c. Kebebasan penuh dari peserta didik untuk
belajar secara individual maupun kelompok
d. Kurikulum yang didasarkan atas kebutuhan
yang dekat.
e. Mengakui perbedaan pengalaman individual
peserta didik
13. Menurut para filsuf
Eksistensialisme, pendidikan dilaksanakan
dengan teknik pembelajaran nondirective.
Karena, rencana pembelajaran yang sudah
disusun akan menjadi pemaksaan minat dan
nilai-nilai pendidik terhadap peserta didik
14. Pendidik (guru) harus berperan
sebagai pembimbing, karena itu ia harus
demokratis. Guru tidak boleh
memaksakan tujuan pribadinya kepada
siswa.
Sedangkan, siswa merupakan makhluk
rasional yang dengan kebebasannya
berperan untuk memilih dan bertanggung
jawab atas pilihannya sesuai dengan
pemenuhan tujuan personal.