SlideShare a Scribd company logo
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH”
(Desentralisasi Asimetris Di Indonesia)
Disusun:
JOHN JULIUS BOEKORSJOM
NPM : 170230110505
PENDAHULUAN
Orde baru (sentralistik)
Reformasi Desentralisasi
Otonomi Daerah
Otonomi Asimetris
Permasalahan Desentralisasi Asimetris dan
Otonomi Daerah
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH”
(Desentralisasi Asimetis)
TINJAUAN PUSTAKA
 Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah: “Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diartikan bahwa otonomi
daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan menentukan aturan
sendiri berdasarkan perundang-undangan, dalam memenuhi kebutuhan
daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah.
Konsep Desentralisasi Dimensi Maknawi
Dimensi Format
Keunggulan dan
Kelemahan Desentralisasi
 Rondinelli dan Cheema (1983), mendefinisikan desentralisasi
sebagai transfer perencanaan, pengambilan keputusan dan atau
kewenangan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi
pusat di daerah, unit administrasi lokal, organisasi semi otonomi dan
parastatal (perusahaan), pemerintah daerah atau organisasi non
pemerintah
 Desentralisasi asimetris (asymmetric decentralization) adalah
konsep yang digunakan terhadap pemberlakuan kewenangan
khusus pada wilayah-wilayah tertentu dalam suatu negara.
Pemberian status khusus pada wilayah tertentu dalam suatu negara
biasanya didasarkan atas pertimbangan historis, politik,
keberagaman etnik dan budaya, akselerasi pembangunan, dan
sebagainya.
PEMBAHASAN
Desentralisasi yg mengabaikan fakta obyektif berupa artitektur
kekayaan dan warisan budaya (social endowment), atau yang berpikir bahwa
masyarakat bergerak linier dalam satu arah dan cara yang sama, bukanlah
desentralisasi yang sesungguhnya. Setiap daerah dalam sebuah negara
memiliki anatomi politik, sosial, maupun kultural yang beragam, sehingga
desain desentralisasi asimetris menjadi alternatif strategis untuk menghindari
terjadinya kekecewaan daerah terhadap pemerintah nasional.
Adapun konsep desentralisasi di Indonesia cederung pada konsep
kombinasi antara otonomi khusus dan otoomi regulern. Model ini sangat
jamak ditemui pada kehadiran otonomi khusus sebagai solusi untuk
menyelesaikan ketegangan antara pemerintah nasional dengan sub nasional
yang mengarah ke gerakan-gerakan pemisahan diri (secession) atau
dikarenakan karakter daerah yang sangat spesifik. Model ini selanjutnya
menghasilkan bentuk desentralisasi yang bersifat regular bagi mayoritas
daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
Berbagai persoalan yang belum mampu dijawab oleh desain
desentralisasi asimetris yang saat ini berlaku, yaitu:
 Ketidakjelasan pembagian kewenangan antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang berakibat pada
perbedaan interprestasi, tumpang tindih, dan tarik‐menarik
kewenangan antar level pemerintahan (pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, pemerintah daerah provinsi
dengan kabupaten/kota);
 Kerancuan yang terjadi menyusul model susunan
pemerintahan yang menempatkan provinsi sebagai daerah
otonom sebagaimana kabupaten/kota, padahal wilayah
provinsi meliputi wilayah kabupaten/kota, dan pada saat
bersamaan juga merupakan wakil pemerintah pusat di daerah;
 Situasi pembuatan kebijakan desentralisasi/otonomi daerah
yang cenderung terpecah‐pecah sehingga menghasilkan
peraturan perundang‐undangan yang saling bertentangan atau
tidak tepat sasaran, baik dalam lingkup nasional maupun lokal
 Kecenderungan pemerintah nasional tidak melakukan
penyesuaian kelembagaan dengan rezim desentralisasi
sehingga yang terjadi justru “pembengkakan” struktur
kelembagaan di pusat;
 Pembagian kewenangan menjadi urusan wajib dan urusan
pilihan yang belum jelas dan cenderung seragam untuk seluruh
daerah sehingga menimbulkan banyak kesulitan karena tak
seluruhnya sesuai dengan karaktersitik dan kebutuhan daerah,
dan;
 Banyaknya urusan pemerintahan yang mensyaratkan NSPK
(Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria), dimana kelambanan
di departemen sektoral dalam mengeluarkan NSPK berimbas
pada tidak adanya standar kualitas penyelenggaran urusan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Walaupun ada
keleluasaan bagi daerah untuk bergerak sebelum NPSK keluar,
namun sangat sedikit daerah yang berinovasi untuk
menetapkan sendiri kualitas pelayanan publiknya.
Secara garis besar desain desentralisasi asimetris
dikembangkan atas dua motivasi dasar, yaitu:
 Motivasi politik: peredam gejolak pemisahan daerah dan
pengakuan atas multikulturalisme
 Motivasi ekonomi: penguatan kapasitas pemerintahan lokal
dan pengembangan kasawasankawasan ekonomi tertentu.
Patokan untuk pengembangan kategori untuk menyusun
desentralisasi asimetris bisa diusulkan sebagai berikut:
 Desain asimetrisme dirancang untuk menjawab persoalan
lokal/daerah dengan menggunakan kapasitas governability
sebagai tolok ukur utama.
 Desain asimetrisme dirancang untuk menjawab tantangan
globalisasi.
 Desain asimetrisme harus diletakkan di atas prinsip
kebhinnekaan sosio – kultural Indonesia.
 Asimetrisme tidak hanya menjangkau masalahmasalah
lokal, namun juga kebutuhan nasional.
Alternatif konsep desentralisasi asimetris bisa dipetakan
sebagai konsep kombinasi antara otonomi khusus dan otoomi
regulern. Model yang sangat jamak ditemui adalah kehadiran
otonomi khusus sebagai solusi untuk menyelesaikan ketegangan
antara pemerintah nasional dengan sub nasional yang mengarah ke
gerakan-gerakan pemisahan diri (secession) atau dikarenakan
karakter daerah yang sangat spesifik. Model ini selanjutnya
menghasilkan bentuk desentralisasi yang bersifat regular bagi
mayoritas daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
Model kombinasi antara model otonomi khusus dan otonomi
reguler, menjadi model yang paling fisibel untuk diterapkan pada
saat ini. Ada dua macam desain desentralisasi yang diterapkan,
yaitu desain reguler yang diterapkan untuk seluruh daerah di
Indonesia secara umum, dan desain otonomi khusus yang diberikan
untuk beberapa daerah dengan karakteristik dan kebutuhan khusus
KESIMPULAN
 Jalan menuju kesejahteraan bisa ditempuh promosi kesejahteraan
dari bawah (daerah) melalui rute desentralisasi dan otonomi daerah
asimetris. Pengalaman dua belas tahun desentralisasi memang
menyajikan banyak ironi sehingga lebih banyak daerah di Indonesia
yang tidak membuat aksi‐aksi konkret untuk mempromosikan
kesejahteraan, meski pejabat dan birokrat daerah sangat sadar
bahwa tujuan akhir desentralisasi adalah untuk meningkatkan
kesjehteraan rakyat.
 Akan dalam perkembanganya, satu demi satu daerah tengah
mengawal perubahan sehingga semakin banyak daerah yang
secara inkremental dan konsisten mempromosikan kesejahteraan.
Semua ini tentu tidak berjalan secara alamiah, tetapi membutuhkan
komitmen elite lokal, reformasi birokrasi dan anggaran daerah, serta
partisipasi masyarakat. Jika ketiga hal ini terus berkembang secara
konsisten dan berkelanjutan, maka kesejahteraan rakyat akan
tumbuh dengan menggembirakan di masa-masa yang akan datang.
 Pada konsep model yang ideal mengenai desntralisasi asimetris,
tergantung pada pola dan kultur daerah yang terkuang dalam
aspirasi politis masyarakat di daerah yang bebentuk
pengakomodiran pola asimetris yang diinginkan berlandasan pada
konsep NKRI. Adapu konsep tersebut yaitu pada konsep
desentralisasi asimetris bisa dipetakan sebagai konsep kombinasi
antara otonomi khusus dan otoomi regulern. Model yang sangat
jamak ditemui adalah kehadiran otonomi khusus sebagai solusi
untuk menyelesaikan ketegangan antara pemerintah nasional
dengan sub nasional yang mengarah ke gerakan-gerakan
pemisahan diri (secession) atau dikarenakan karakter daerah yang
sangat spesifik. Model ini selanjutnya menghasilkan bentuk
desentralisasi yang bersifat regular bagi mayoritas daerah, dan
bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
REKOMENDASI
 Perlu mendorong reformasi desain dan praktek desentralisasi di level
pusat. Karena dari pemetaan terhadap isu-isu strategis terlihat jelas
bahwa persoalan bukan hanya ada di daerah, namun juga
“disumbangkan” oleh pemerintah nasional. Oleh karena itu, pemerintah
nasional perlu didorong untuk melakukan reformasi desain dan praktek
desentralisasi asimetris sehingga memungkinkan daerah mempunyai
ruang dalam pengemabngan asimetris pada pola pencapaian
kesejahteraan.
 Perlu redesain terhadap desentralisasi fiskal agar otonomi daerah bisa
berjalan secara efektif. Desentralisasi dan otonomi fiskal sangat
diperlukan mendukung pembiayaan inovasi Jika argumen ini diikuti maka
ketersediaan anggaran kelihatannya merupakan faktor utama bagi
promosi kesejahteraan. .
 Memperjelas konsep/desain strategi pembangunan (konsep welfarism).
Sehingga berbagai inovasi yang bermunculan bisa menjadi inovasi
yang berkelanjutan dan terlembaga sehingga menggeser determinan
inovasi individu pemimpin pada variabel sistem : menguatkan
akuntabilitas lokal Bukan hanya berkelanjutan tapi juga “meluas”
menjadi inspirasi dalam proses reformasi kerangka kebijakan nasional
(desentralisasi kewenangan fiskalkelembagan); “meluas”ke samping
sehingga bisa menjadi inspirasi bagi inovasi di daerah-daerah yang lain
bukan semata-mata repetisi-replikasi (copypaste)
 Perlu menempatkan otonomi sekaligus sebagai ruang untuk melakukan
edukasi publik sehingga memperkuat kapasitas masyarakat untuk
melakukan public action. Public action adalah kapasitas masyarakat
untuk memberdayakan diri sehingga mempunyai tawar yang lebih kuat
dalam proses pemerintahan dan pembangunan.
Sekian dan Terimakasih

More Related Content

What's hot

Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Researcher Syndicate68
 
Konsep desentralisas
Konsep desentralisasKonsep desentralisas
Konsep desentralisas
anggareverfour
 
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
taufanfahri
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Oswar Mungkasa
 
Bab i desentralisasi
Bab i desentralisasiBab i desentralisasi
Bab i desentralisasi
Ara Vamps
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Jerry Makawimbang
 
Nama kelompok 4
Nama kelompok 4Nama kelompok 4
Nama kelompok 4
apotek agam farma
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Sanawiyah29
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
arievv
 
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
Tri Widodo W. UTOMO
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahAgung Jatmiko
 
Masalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi DaerahMasalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi Daerah
Tri Widodo W. UTOMO
 
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
Tri Widodo W. UTOMO
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
Handhika YP
 
Konsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahKonsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi Daerah
Siti Sahati
 
Kajian Pengembangan Desentralisasi Asimetris
Kajian Pengembangan Desentralisasi AsimetrisKajian Pengembangan Desentralisasi Asimetris
Kajian Pengembangan Desentralisasi AsimetrisKrismiyati Tasrin
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahAgung Jatmiko
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
Arya D Ningrat
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
 

What's hot (20)

Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
 
Konsep desentralisas
Konsep desentralisasKonsep desentralisas
Konsep desentralisas
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
 
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku KepentinganTata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Tata kelola kolaboratif. Menata Kolaborasi Pemangku Kepentingan
 
Bab i desentralisasi
Bab i desentralisasiBab i desentralisasi
Bab i desentralisasi
 
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
Implementasi pelaksanaan otonomi daerah dalam konteks desentralisasi pembangu...
 
Nama kelompok 4
Nama kelompok 4Nama kelompok 4
Nama kelompok 4
 
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIAHUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
HUBUNGAN OTONOMI DAERAH DAN SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
 
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerah
 
Masalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi DaerahMasalah Otonomi Daerah
Masalah Otonomi Daerah
 
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Konsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi DaerahKonsep Otonomi Daerah
Konsep Otonomi Daerah
 
Kajian Pengembangan Desentralisasi Asimetris
Kajian Pengembangan Desentralisasi AsimetrisKajian Pengembangan Desentralisasi Asimetris
Kajian Pengembangan Desentralisasi Asimetris
 
Format baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerahFormat baru otonomi daerah
Format baru otonomi daerah
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia
 

Viewers also liked

Perancangan aplikasi
Perancangan aplikasiPerancangan aplikasi
Perancangan aplikasi
novamuhdalifah
 
يا عجبا مخلصى
يا عجبا مخلصىيا عجبا مخلصى
يا عجبا مخلصىtarnemagadeda
 
Tracers oct12 m
Tracers oct12 mTracers oct12 m
Tracers oct12 m
Mitya Pushkin
 
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...Pasha Andronatiy
 
The clinical company by Evert Cuppens
The clinical company by Evert CuppensThe clinical company by Evert Cuppens
The clinical company by Evert Cuppens
Michiel Stoffels
 
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1Simon Zearer
 
Estrategia SMM Comunica sin Papeles
Estrategia SMM Comunica sin PapelesEstrategia SMM Comunica sin Papeles
Estrategia SMM Comunica sin Papeleschemalamiran
 
Powerpoint
PowerpointPowerpoint
Powerpoint
Nguyễn Thị Chi
 
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congresImplementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
Changing Healthcare
 
Real estate benidorm spain presentacion
Real estate benidorm  spain  presentacionReal estate benidorm  spain  presentacion
Real estate benidorm spain presentacion
sergio sancho valdes
 
P.E.T. Come Home App MRD
P.E.T. Come Home App MRDP.E.T. Come Home App MRD
P.E.T. Come Home App MRD
Tbldevelopment
 

Viewers also liked (18)

Perancangan aplikasi
Perancangan aplikasiPerancangan aplikasi
Perancangan aplikasi
 
Michael Jackson
Michael JacksonMichael Jackson
Michael Jackson
 
يا عجبا مخلصى
يا عجبا مخلصىيا عجبا مخلصى
يا عجبا مخلصى
 
Made or design in italy?
Made or design in italy?Made or design in italy?
Made or design in italy?
 
Tracers oct12 m
Tracers oct12 mTracers oct12 m
Tracers oct12 m
 
Movies
MoviesMovies
Movies
 
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...
патаракін є.д. створення учнівських, студентських і викладацьких спільнот на ...
 
The clinical company by Evert Cuppens
The clinical company by Evert CuppensThe clinical company by Evert Cuppens
The clinical company by Evert Cuppens
 
Nyaya pptx baru
Nyaya pptx baruNyaya pptx baru
Nyaya pptx baru
 
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1
B2bresearch2013cmi 121023151728-phpapp01-1
 
Toamna stiinte
Toamna stiinteToamna stiinte
Toamna stiinte
 
Estrategia SMM Comunica sin Papeles
Estrategia SMM Comunica sin PapelesEstrategia SMM Comunica sin Papeles
Estrategia SMM Comunica sin Papeles
 
Aguilar
AguilarAguilar
Aguilar
 
Powerpoint
PowerpointPowerpoint
Powerpoint
 
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congresImplementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
Implementatie van eHealth in de huisartsenpraktijk Mednet congres
 
Real estate benidorm spain presentacion
Real estate benidorm  spain  presentacionReal estate benidorm  spain  presentacion
Real estate benidorm spain presentacion
 
Pembangunan coursewear
Pembangunan coursewearPembangunan coursewear
Pembangunan coursewear
 
P.E.T. Come Home App MRD
P.E.T. Come Home App MRDP.E.T. Come Home App MRD
P.E.T. Come Home App MRD
 

Similar to Pp kapita slekta

Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliYohannes Halawa
 
Makalah
MakalahMakalah
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahYadhi Muqsith
 
Desentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomiDesentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomi
jenis6575
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
SandyFatahPamungkas
 
Presentasi ppkn
Presentasi ppknPresentasi ppkn
Presentasi ppkn
wahid saefudin
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Amalia Tania
 
Powerpoint paket 10 Pkn
Powerpoint paket 10 PknPowerpoint paket 10 Pkn
Powerpoint paket 10 Pkn
AsepArsyad
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahsyabdan
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Aulia Hamunta
 
Diskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docxDiskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docx
ayiknina
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Oswar Mungkasa
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
HIA Class.
 
PEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptxPEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptx
Reisdro
 
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahKel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahIndriati Dewi
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq1
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq1
 

Similar to Pp kapita slekta (20)

Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoliNaskah akademik perda bumd gunungsitoli
Naskah akademik perda bumd gunungsitoli
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Pelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerahPelaksanaan otonomi daerah
Pelaksanaan otonomi daerah
 
Makalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerahMakalah o tonomi daerah
Makalah o tonomi daerah
 
Desentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomiDesentralisasi dan otonomi
Desentralisasi dan otonomi
 
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.pptBahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
Bahan Ajar Bab 4 Kelas X desentralisasi.ppt
 
Presentasi ppkn
Presentasi ppknPresentasi ppkn
Presentasi ppkn
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
 
Powerpoint paket 10 Pkn
Powerpoint paket 10 PknPowerpoint paket 10 Pkn
Powerpoint paket 10 Pkn
 
Makalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerahMakalah otonomi daerah
Makalah otonomi daerah
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Diskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docxDiskusi Sesi 7.docx
Diskusi Sesi 7.docx
 
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
Otonomi Daerah (Perekonomian Indonesia BAB 7)
 
Otonomi daerah
Otonomi daerahOtonomi daerah
Otonomi daerah
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Otonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di IndonesiaOtonomi Daerah di Indonesia
Otonomi Daerah di Indonesia
 
PEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptxPEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptx
 
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerahKel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
Kel 7 pengembangan potensi lokal di era otonomi daerah
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 

Pp kapita slekta

  • 1. DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH” (Desentralisasi Asimetris Di Indonesia) Disusun: JOHN JULIUS BOEKORSJOM NPM : 170230110505
  • 2. PENDAHULUAN Orde baru (sentralistik) Reformasi Desentralisasi Otonomi Daerah Otonomi Asimetris Permasalahan Desentralisasi Asimetris dan Otonomi Daerah DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH” (Desentralisasi Asimetis)
  • 3. TINJAUAN PUSTAKA  Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, otonomi daerah adalah: “Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan”. Dari pengertian tersebut di atas dapat diartikan bahwa otonomi daerah merupakan kemerdekaan atau kebebasan menentukan aturan sendiri berdasarkan perundang-undangan, dalam memenuhi kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah. Konsep Desentralisasi Dimensi Maknawi Dimensi Format Keunggulan dan Kelemahan Desentralisasi
  • 4.  Rondinelli dan Cheema (1983), mendefinisikan desentralisasi sebagai transfer perencanaan, pengambilan keputusan dan atau kewenangan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi pusat di daerah, unit administrasi lokal, organisasi semi otonomi dan parastatal (perusahaan), pemerintah daerah atau organisasi non pemerintah  Desentralisasi asimetris (asymmetric decentralization) adalah konsep yang digunakan terhadap pemberlakuan kewenangan khusus pada wilayah-wilayah tertentu dalam suatu negara. Pemberian status khusus pada wilayah tertentu dalam suatu negara biasanya didasarkan atas pertimbangan historis, politik, keberagaman etnik dan budaya, akselerasi pembangunan, dan sebagainya.
  • 5. PEMBAHASAN Desentralisasi yg mengabaikan fakta obyektif berupa artitektur kekayaan dan warisan budaya (social endowment), atau yang berpikir bahwa masyarakat bergerak linier dalam satu arah dan cara yang sama, bukanlah desentralisasi yang sesungguhnya. Setiap daerah dalam sebuah negara memiliki anatomi politik, sosial, maupun kultural yang beragam, sehingga desain desentralisasi asimetris menjadi alternatif strategis untuk menghindari terjadinya kekecewaan daerah terhadap pemerintah nasional. Adapun konsep desentralisasi di Indonesia cederung pada konsep kombinasi antara otonomi khusus dan otoomi regulern. Model ini sangat jamak ditemui pada kehadiran otonomi khusus sebagai solusi untuk menyelesaikan ketegangan antara pemerintah nasional dengan sub nasional yang mengarah ke gerakan-gerakan pemisahan diri (secession) atau dikarenakan karakter daerah yang sangat spesifik. Model ini selanjutnya menghasilkan bentuk desentralisasi yang bersifat regular bagi mayoritas daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
  • 6. Berbagai persoalan yang belum mampu dijawab oleh desain desentralisasi asimetris yang saat ini berlaku, yaitu:  Ketidakjelasan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang berakibat pada perbedaan interprestasi, tumpang tindih, dan tarik‐menarik kewenangan antar level pemerintahan (pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, pemerintah daerah provinsi dengan kabupaten/kota);  Kerancuan yang terjadi menyusul model susunan pemerintahan yang menempatkan provinsi sebagai daerah otonom sebagaimana kabupaten/kota, padahal wilayah provinsi meliputi wilayah kabupaten/kota, dan pada saat bersamaan juga merupakan wakil pemerintah pusat di daerah;  Situasi pembuatan kebijakan desentralisasi/otonomi daerah yang cenderung terpecah‐pecah sehingga menghasilkan peraturan perundang‐undangan yang saling bertentangan atau tidak tepat sasaran, baik dalam lingkup nasional maupun lokal
  • 7.  Kecenderungan pemerintah nasional tidak melakukan penyesuaian kelembagaan dengan rezim desentralisasi sehingga yang terjadi justru “pembengkakan” struktur kelembagaan di pusat;  Pembagian kewenangan menjadi urusan wajib dan urusan pilihan yang belum jelas dan cenderung seragam untuk seluruh daerah sehingga menimbulkan banyak kesulitan karena tak seluruhnya sesuai dengan karaktersitik dan kebutuhan daerah, dan;  Banyaknya urusan pemerintahan yang mensyaratkan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria), dimana kelambanan di departemen sektoral dalam mengeluarkan NSPK berimbas pada tidak adanya standar kualitas penyelenggaran urusan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Walaupun ada keleluasaan bagi daerah untuk bergerak sebelum NPSK keluar, namun sangat sedikit daerah yang berinovasi untuk menetapkan sendiri kualitas pelayanan publiknya.
  • 8. Secara garis besar desain desentralisasi asimetris dikembangkan atas dua motivasi dasar, yaitu:  Motivasi politik: peredam gejolak pemisahan daerah dan pengakuan atas multikulturalisme  Motivasi ekonomi: penguatan kapasitas pemerintahan lokal dan pengembangan kasawasankawasan ekonomi tertentu. Patokan untuk pengembangan kategori untuk menyusun desentralisasi asimetris bisa diusulkan sebagai berikut:  Desain asimetrisme dirancang untuk menjawab persoalan lokal/daerah dengan menggunakan kapasitas governability sebagai tolok ukur utama.  Desain asimetrisme dirancang untuk menjawab tantangan globalisasi.  Desain asimetrisme harus diletakkan di atas prinsip kebhinnekaan sosio – kultural Indonesia.  Asimetrisme tidak hanya menjangkau masalahmasalah lokal, namun juga kebutuhan nasional.
  • 9. Alternatif konsep desentralisasi asimetris bisa dipetakan sebagai konsep kombinasi antara otonomi khusus dan otoomi regulern. Model yang sangat jamak ditemui adalah kehadiran otonomi khusus sebagai solusi untuk menyelesaikan ketegangan antara pemerintah nasional dengan sub nasional yang mengarah ke gerakan-gerakan pemisahan diri (secession) atau dikarenakan karakter daerah yang sangat spesifik. Model ini selanjutnya menghasilkan bentuk desentralisasi yang bersifat regular bagi mayoritas daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu. Model kombinasi antara model otonomi khusus dan otonomi reguler, menjadi model yang paling fisibel untuk diterapkan pada saat ini. Ada dua macam desain desentralisasi yang diterapkan, yaitu desain reguler yang diterapkan untuk seluruh daerah di Indonesia secara umum, dan desain otonomi khusus yang diberikan untuk beberapa daerah dengan karakteristik dan kebutuhan khusus
  • 10. KESIMPULAN  Jalan menuju kesejahteraan bisa ditempuh promosi kesejahteraan dari bawah (daerah) melalui rute desentralisasi dan otonomi daerah asimetris. Pengalaman dua belas tahun desentralisasi memang menyajikan banyak ironi sehingga lebih banyak daerah di Indonesia yang tidak membuat aksi‐aksi konkret untuk mempromosikan kesejahteraan, meski pejabat dan birokrat daerah sangat sadar bahwa tujuan akhir desentralisasi adalah untuk meningkatkan kesjehteraan rakyat.  Akan dalam perkembanganya, satu demi satu daerah tengah mengawal perubahan sehingga semakin banyak daerah yang secara inkremental dan konsisten mempromosikan kesejahteraan. Semua ini tentu tidak berjalan secara alamiah, tetapi membutuhkan komitmen elite lokal, reformasi birokrasi dan anggaran daerah, serta partisipasi masyarakat. Jika ketiga hal ini terus berkembang secara konsisten dan berkelanjutan, maka kesejahteraan rakyat akan tumbuh dengan menggembirakan di masa-masa yang akan datang.
  • 11.  Pada konsep model yang ideal mengenai desntralisasi asimetris, tergantung pada pola dan kultur daerah yang terkuang dalam aspirasi politis masyarakat di daerah yang bebentuk pengakomodiran pola asimetris yang diinginkan berlandasan pada konsep NKRI. Adapu konsep tersebut yaitu pada konsep desentralisasi asimetris bisa dipetakan sebagai konsep kombinasi antara otonomi khusus dan otoomi regulern. Model yang sangat jamak ditemui adalah kehadiran otonomi khusus sebagai solusi untuk menyelesaikan ketegangan antara pemerintah nasional dengan sub nasional yang mengarah ke gerakan-gerakan pemisahan diri (secession) atau dikarenakan karakter daerah yang sangat spesifik. Model ini selanjutnya menghasilkan bentuk desentralisasi yang bersifat regular bagi mayoritas daerah, dan bentuk khusus untuk daerah-daerah tertentu.
  • 12. REKOMENDASI  Perlu mendorong reformasi desain dan praktek desentralisasi di level pusat. Karena dari pemetaan terhadap isu-isu strategis terlihat jelas bahwa persoalan bukan hanya ada di daerah, namun juga “disumbangkan” oleh pemerintah nasional. Oleh karena itu, pemerintah nasional perlu didorong untuk melakukan reformasi desain dan praktek desentralisasi asimetris sehingga memungkinkan daerah mempunyai ruang dalam pengemabngan asimetris pada pola pencapaian kesejahteraan.  Perlu redesain terhadap desentralisasi fiskal agar otonomi daerah bisa berjalan secara efektif. Desentralisasi dan otonomi fiskal sangat diperlukan mendukung pembiayaan inovasi Jika argumen ini diikuti maka ketersediaan anggaran kelihatannya merupakan faktor utama bagi promosi kesejahteraan. .
  • 13.  Memperjelas konsep/desain strategi pembangunan (konsep welfarism). Sehingga berbagai inovasi yang bermunculan bisa menjadi inovasi yang berkelanjutan dan terlembaga sehingga menggeser determinan inovasi individu pemimpin pada variabel sistem : menguatkan akuntabilitas lokal Bukan hanya berkelanjutan tapi juga “meluas” menjadi inspirasi dalam proses reformasi kerangka kebijakan nasional (desentralisasi kewenangan fiskalkelembagan); “meluas”ke samping sehingga bisa menjadi inspirasi bagi inovasi di daerah-daerah yang lain bukan semata-mata repetisi-replikasi (copypaste)  Perlu menempatkan otonomi sekaligus sebagai ruang untuk melakukan edukasi publik sehingga memperkuat kapasitas masyarakat untuk melakukan public action. Public action adalah kapasitas masyarakat untuk memberdayakan diri sehingga mempunyai tawar yang lebih kuat dalam proses pemerintahan dan pembangunan.