SlideShare a Scribd company logo
Komposisi Limbah Cair Tahu Sebagai Bahan Pupuk Organik di Dusun
Lingkung Daye, Desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah
Cooprativ Author : Prof.Ir.Sunarpi, Ph.D
*Rekomendasi pengutipan: KKN Internasional Universitas Mataram (2018). Artikel ini merupakan kontribusi dari Ilham
Bintang, Aldian W. Septiadi, Febria Safitra, Humaira I. Illina, I Md. Dwi Mahardika, Kartini Yuliana, Nurhidayanti, Nur L.
Qadariah, M. Irsyad A. Ghafari, Muhammad Iksanul, Rian Afandi, Romi Mi’rajullayli, dan Zahra R. Mubarokah dari
Universitas Mataram
Abstrak
Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai bahan baku pupuk organic merupakan suatu alternatif yang
perlu diuji komposisinya secara tepat. Uji coba dilakukan pada dua jenis tanaman perkebunan, yaitu
cabai (Capsicum annuum Lin.) dan tomat (Solanum lycopersicum Syn.) dengan melibatkan kelompok
kontrol (tanpa perlakuan) dan kelompok yang diberi perlakuan dengan dua perlakuan berbeda, yaitu
menggunakan pupuk organic uji yang berbahan dasar limbah cair tahu dan pupuk organic
pembanding yang berbahan dasar kompos. Persentase bahan dasar untuk setiap jenis pupuk organic
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu sebesar 25%, 50% dan 100% secara berurutan. Uji coba dilakukan
sepanjang bulan Juli hingga September dengan membandingkan aspek vegetative dan generative
kelompok control, kelompok dengan perlakuan pupuk organic uji dan kelompok dengan perlakuan
pupuk organik pembanding pada waktu menjelang panen. Pupuk organic uji tampaknya berperan
positif dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan vegetative maupun generative tanaman
tomat untuk seluruh tipe kadar campuran, namun tidak demikian dengan tanaman cabai. Faktor pH
tanah yang menjadi cenderung asam diduga berperan dalam mempengaruhi perbedaan hasil
pertumbuhan dan perkembangan kedua jenis tanaman tersebut.
Kata kunci: Limbah cair tahu, pH, vegetative, generatif
Pendahuluan
Limbah tahu hasil industri
pembuatan tahu yang dijalankan secara
traditional di masyarakat memiliki potensi
sebagai bahan pencemar lingkungan,
terutama lingkungan perairan. Merujuk
pada Said, et al (2013), limbah tahu
memiliki kadar BOD yang tinggi, yaitu
sekitar 5.000-10.000 mg/l dan COD
sebesar 7.000-12.000 mg/l. Kadar BOD
dan COD yang tinggi menyebabkan bau
busuk di lingkungan. Selain itu, limbah
tahu mengandung protein sebesar 226,06
sampai 434,78 mg/l (Adack, 2013),
sehingga akan meningkatkan kadar
nitrogen apabila masuk ke perairan.
Peningkatan kadar nitrogen di perairan
dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem perairan.
Desa Puyung merupakan salah satu
wilayah di Kabupaten Lombok Tengah
yang mengalami dampak stress lingkungan
akibat dari limbah tahu hasil industri
pembuatan tahu secara tradisional di
masyarakat. Berbagai permasalahan
lingkungan timbul dan menjadi keluhan
masyarakat, mulai dari permasalahan
sederhana seperti timbulnya bau tidak
sedap hingga permasalahan yang lebih
berat seperti penyakit diare (Supriadi,
2013). Merujuk data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Tengah (2014) bahwa
Desa Puyung menempati posisi kedua
tertinggi sebesar 97,2% dalam persentase
jumlah kasus diare di Kabupaten Lombok
Tengah pada tahun 2014. Penyakit diare
merupakan penyakit endemis dan menjadi
penyebab kematian utama di wilayah
Kabupaten Lombok Tengah, khususnya di
desa-desa dengan angka statistic penderita
diare yang tinggi. Munculnya penyakit
yang menyerang masyarakat merupakan
dampak lingkungan akibat pembuangan
limbah tahu secara tidak baik.
Dampak limbah tahu di Desa
Puyung telah menjadi sorotan dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir ini. Pemerintah
bersama kelompok masyarakat telah
mencoba mengolah dan memanfaatkan
limbah tahu sehingga tidak mencemari
lingkungan. Limbah padat tahu telah
berhasil diolah menjadi perinsang, yaitu
pangan sejenis keripik (Yusnita & Abadi,
2012; Nuzula, 2017) hingga dijadikan
bahan campuran pembuatan batako oleh
masyarakat secara swadaya (data primer,
2018). Pemerintah mengupayakan pula
pengelolaan limbah cair tahu dengan
pembuatan teknologi filtrasi berbasis
proses biofilter anaerob-aerob serta
membangun perangkat biogas (Said, et al,
2013) dengan tujuan agar limbah tahu
dimanfaatkan masyarakat dan tidak
mencemari lingkungan.
Meski inovasi praktis yang dapat
diimplementasikan dalam memanfaatkan
limbah tahu telah diusahakan oleh
pemerintah bersama kelompok masyarakat
setempat, faktanya permasalahan
lingkungan akibat pencemaran limbah tahu
masih menjadi momok bagi masyarakat
Desa Puyung hingga saat ini. Kurangnya
daya tarik, terutama dari sisi keuntungan
ekonomi, menyebabkan implementasi
inovasi tersebut menjadi tidak efektif
dalam mengurangi pembuangan limbah
tahu secara sembarangan ke lingkungan.
Sebagai contoh, sangat sedikit warga desa
yang mengusahakan pembuatan perinsang
sebagai alternative mata pencaharian
ataupun terbengkalainya perangkat biogas
karena masyarakat lebih memilih
menggunakan gas LPG yang lebih praktis.
Kedua kasus tersebut sangat disayangkan,
mengingat tujuan implementasi inovasi
tersebut di masyarakat adalah untuk
mengurangi buangan limbah tahu ke
lingkungan, terutama buangan limbah cair
tahu.
Limbah cair tahu berpotensi
sebagai bahan pupuk organic. Kandungan
protein yang tinggi dalam limbah tahu
merupakan sumber nitrogen penting yang
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
Merujuk pada sumber LIPI (2008), bahwa
limbah cair tahu berpotensi untuk
dikembangkan menjadi pupuk organic
karena kandungannya yang masih dapat
dimanfaatkan oleh organisme berklorofil.
Meski demikian, pengolahan limbah cair
tahu hingga saat ini masih memanfaatkan
proses yang panjang dan tambahan bahan
yang sulit dicari oleh masyarakat sehingga
tidak praktis.
Pemanfaatan limbah cair tahu di
Desa Puyung sebagai pupuk organic dapat
menjadi alternative pemecahan masalah
yang efektif. Hal ini karena, pupuk organic
memiliki keunggulan dari sisi ekonomi
dibandingkan inovasi sebelumnya yang
berusaha diterapkan dalam rangka
pengolahan limbah tahu di Desa Puyung
karena menarget masyarakat petani di
Desa Puyung sehingga memberi dampak
sistemik bagi peningkatan kualitas
lingkungan pertanian dan mengurangi
pencemaran lingkungan. Uji coba
komposisi limbah cair tahu sebagai bahan
pupuk organic yang praktis diperlukan
untuk keberhasilan implementasi inovasi
ini di masyarakat.
Material dan Metode
Pengujian pembuatan komposisi
limbah cair tahu sebagai bahan pupuk
organic dilakukan di ladang milik YGMC
(Yayasan Generasi Muslim Cendekia),
Dusun Lingkung Daye, Desa Puyung,
Kabupaten Lombok Tengah sepanjang
bulan Juli hingga September 2018.
Pengujian dilakukan di YGMC sebagai
lembaga edukasi yang bisa dijadikan basis
implementasi hasil uji coba pupuk organic
berbahan limbah cair tahu ke masyarakat.
Uji coba bertujuan untuk mencari
komposisi terbaik limbah cair tahu sebagai
bahan pupuk organic. Pupuk organik uji
merupakan campuran limbah cair tahu dan
abu sekam dengan konsentrasi limbah cair
tahu berbeda-beda, yaitu sebanyak 25%,
50%, dan 100%. Selain itu, dibuat pula
pupuk organic pembanding berbahan
kompos dan abu sekam dengan persentase
berbeda, yaitu 25%, 50%, dan 100%.
Pengujian pupuk organic dilakukan
pada tanaman tomat (Solanum
lycopersicum Syn.) dan cabai merah
(Capsicum annuum Lin.). Aplikasi pupuk
organic uji maupun pembanding dilakukan
pra penanaman pada media tanam dan
pada saat umur tanaman lebih dari 15 hari
(dilakukan rutin 1 kali seminggu).
Pemberian kode dilakukan pada setiap
kelompok tanaman uji, baik tanaman
tomat maupun cabai merah. Setiap
kelompok terdiri atas 18 individu tanaman.
Kelompok tanaman dengan perlakuan
pupuk organic pembanding 25% diberi
kode K1, 50% K2, dan 100% K3,
sedangkan kelompok dengan perlakuan
pupuk organic uji 25% diberi kode K4,
50% K5, dan 100% K6. Kelompok
tanaman control (tanpa perlakuan) diberi
kode K7. Penyiraman tanaman dilakukan
setiap sore hari. Seluruh kelompok
tanaman uji mendapat penyiraman yang
sama dengan 3 kali pengulangan untuk
kelompok penerapan pupuk organic uji,
pupuk organic pembanding, maupun
control.
Indikasi penggunaan komposisi
pupuk organic terbaik adalah kelompok
tanaman dengan pertumbuhan dan
perkembangan serta produksi buah yang
paling banyak. Oleh karena itu, pencatatan
hasil untuk mengetahui komposisi terbaik
dilakukan menjelang berbuah dan panen.
Analisis data pertumbuhan
memperhitungkan aspek vegetative (tinggi
tanaman, jumlah percabangan, dan jumlah
daun) dan aspek generative (jumlah bunga
dan buah) baik pada tanaman cabai
ataupun tomat, yang dirumuskan sebagai
berikut:
𝑋̅ π‘Ž =
π‘‹π‘Ž1 + π‘‹π‘Ž2 + π‘‹π‘Ž3
3
Ket: 𝑋̅ = Nilai rata-rata aspek vegetative
atau generative kelompok tanaman
uji ke-a
a = kode label (cabai atau tomat)
Hasil dan Pembahasan
Penggunaan pupuk organic uji secara
umum memberikan hasil yang berbeda
dengan pupuk organic pembanding dan
control, baik pada tanaman cabai maupun
tomat. Pupuk organic uji tampaknya
memberikan pengaruh dan dukungan
signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomat, namun
tidak demikian dengan tanaman cabai. Hal
tersebut diketahui berdasarkan analisis
terhadap data pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tomat dan cabai,
meskipun pada kelompok uji tertentu,
pupuk organic uji tampaknya tidak
memberikan hasil yang baik.
Penggunaan pupuk organic uji
tampaknya mendukung pertumbuhan
maupun perkembangan tanaman tomat.
Kelompok tanaman tomat K6
menunjukkan hasil yang paling baik dari
kelompok tanaman cabai lainnya.
Pemberian 100% limbah cair tahu sebagai
bahan pupuk organic (K6) tampaknya
merupakan komposisi yang paling
mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman cabai dan paling
signifikan apabila dibandingkan dengan
pemberian pupuk organic pembanding
maupun control (lihat Figur 1.). Meski
demikian, secara umum, perlakuan dengan
pupuk organic uji tampaknya memberikan
pengaruh positif terhadap laju
perkembangan generative (perbungaan),
sedangkan laju perkembangan vegetatifnya
(tinggi tanaman) masih tergolong rendah
apabila dibandingkan dengan kelompok
tanaman dengan pupuk organic
pembanding.
Tanaman cabai memberikan respon
yang berbeda terhadap pemberian pupuk
organic uji apabila dibandingkan dengan
tanaman tomat. Pemberian pupuk organic
uji pada tanaman tomat kurang efektif
bahkan apabila dibandingkan dengan
penggunaan pupuk organic pembanding
maupun control apabila dilihat dari aspek
vegetative maupun generatif tanaman
cabai. Perlakuan K4 merupakan perlakuan
yang memberikan hasil terbaik pada
pemberian pupuk organic uji (lihat Figur
1.). Namun, hasil dari perlakuan dnegan
pupuk organic uji masih kurang apabila
dibandingkan dengan penggunaan pupuk
organic pembanding, baik dari aspek
vegetative maupun generative.
Figur 1. Grafik menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat (kiri) dan cabai
(kanan) dalam kurun waktu Juli-September.
Adanya perbedaan repon pertumbuhan
dan perkembangan antara tanaman cabai
dengan tomat diduga disebabkan oleh
perbedaan kebutuhan fisiologis kedua
tanaman tersebut. Merujuk pada Alviana
& Susila (2009), tanaman tomat
membutuhkan pH optimum tanah yang
cenderung asam, yaitu sebesar 4,5.
Adapun tanaman cabai membutuhkan pH
optimum tanah cenderung mendekati
netral, yaitu sebesar 5,5-6,8 (BP3
Kementerian Pertanian, 2012). Kebutuhan
pH tanah yang netral untuk pertumbuhan
tanaman cabai yang optimum dikonfirmasi
pula oleh Robson (1989). Perbedaan
kebutuhan pH ini dapat menjelaskan
mengapa terjadi perbedaan respon
pertumbuhan maupun perkembangan
antara tanaman cabai dengan tomat. Pupuk
organik uji memiliki pH yang cenderung
lebih asam dibandingkan pupuk
pembanding, sehingga respon positif justru
lebih ditunjukkan pada perlakuan pupuk
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7
TINGGI
CABANG
DAUN
BUNGA
BUAH
organic uji menggunakan tanaman tomat
dibandingkan dengan tanaman cabai.
Kondisi pH tanah yang tidak sesuai
dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
tanaman cabai. Merujuk pada Widiastoety,
et al (2005) bahwa pH tanah yang tidak
sesuai dapat menyebabkan laju
pertumbuhan dan perkembangan aspek-
aspek vegetative maupun generative dapat
terhambat, meskipun telah diberi nutrisi
yang cukup. Umumnya, dampak akibat
dari ketidak sesuaian pH tanah adalah
batang kerdil, daun keriting, serta
sedikitnya jumlah perbungaan. Ciri-ciri
keterhambatan pertumbuhan dan
perkembangan dari aspek vegetative
maupun generative yang ditunjukkan oleh
tanaman cabai dengan perlakukan pupuk
organic uji disebabkan oleh faktor pH
tanah yang tidak sesuai.
Kesimpulan
Pupuk uji berhasil dengan
campuran sekam maupun tanpa campuran
sekam diterapkan dan memberikan hasil
positif pada tanaman tomat. Pemilihan
jenis tanaman yang sesuai untuk diberikan
perlakuan dengan pupuk organic uji karena
hanya tanaman dengan kondisi pH tanah
optimum yang cenderung asam yang
mampu toleran dengan tipe pupuk organic
uji yang bersifat asam. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengetahui
campuran yang tepat agar pupuk dengan
bahan limbah cair tahu dapat diterapkan
pada tanaman dengan kebutuhan pH tanah
optimum basa.
Daftar Pustaka
Adack, J. (2013). Dampak pencemaran
limbah pabrik tahu terhadap
lingkungan hidup. Lex
Administratum, I(3), 78-87.
Alviana, V. F., & Susila, A. D. (2009).
Optimasi dosis pemupukan pada
budidaya cabai (Capsicum annuum
L.) menggunakan irigasi tetes dan
mulsa polyethylene. Jurnal
Agronomi Indonesia, 37(I), 28-33.
BP3 Kementerian Pertanian. (2012).
Puslitbang Pertanian. Diambil
kembali dari Budidaya Tomat:
http://www.hortikultura.litbang.per
tanian.go.id
LIPI. (2008, Juli 5). Limbah Tahu Disulap
Jadi Pupuk. Diambil kembali dari
LIPI: http://lipi.go.id/berita/limbah-
tahu-disulap-jadi-pupuk-/2482
Nuzula, I. F. (2017). Peningkatan daya jual
perinsang sebagai produk khas
Kabupaten Lombok. The 5th
Urecol Proceeding, I(1), 26-30.
Robson, A. (1989). Soil Acidity and Plant
Growth 1st Edition. New York:
Academic Press.
Said, N. I., Indriatmoko, H., Raharjo, N.,
& Herlambang, A. (2018).
Teknologi Pengolahan Limbah
Tahu-Tempe dengan Proses
Biofilter Anaerob dan Aerob.
Diambil kembali dari BPPT
(Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi):
www.kelair.bppt.go.id/sitpa/artikel/
limbahtt/limbahtt.html
Supriadi, A. (2013, November 22). Warga
Puyung Keluhkan Limbah Tahu
Tempe. Diambil kembali dari
Lombokita:
http://arsip.lombokita.com/kabar/w
arga-puyung-keluhkan-limbah-
tahu-tempe
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok
Tengah (2014). Profil Kesehatan
Kabupaten Lombok Tengah 2014.
Praya: Dikes Loteng.
Widiastoety., Kartikaningrum, S., &
Purbadi. (2005). Pengaruh pH
media terhadap pertumbuhan
plantlet anggrek dendrobium.
Jurnal Holtikultura, 15(1), 18-21.
Yusnita, I., & Abadi, F. R. (2012, Juni).
Potensi tepung dari ampas industri
pengolahan kedelai sebagai bahan
pangan. Seminar Nasional
Kedaulatan Pangan dan Energi,
hal. 1-9.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposRizka Pratiwi
Β 
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
Repository Ipb
Β 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organikdita wahyu
Β 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanfahmiganteng
Β 
Puhay penyul
Puhay penyulPuhay penyul
Puhay penyul
tamadtamad
Β 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
Β 
1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm
Akhmad Mukhsin
Β 
Pengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikPengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organik
D'Richo BlackZkull
Β 
Pertanian Organik dan Manfaatnya
Pertanian Organik dan ManfaatnyaPertanian Organik dan Manfaatnya
Pertanian Organik dan Manfaatnya
Jean Tambunan
Β 
kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6
Muhammad Irfan
Β 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeniOperator Warnet Vast Raha
Β 
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
faniardiani
Β 
pertanian organik_ Novia Anjani
pertanian organik_ Novia Anjanipertanian organik_ Novia Anjani
pertanian organik_ Novia AnjaniNovia Anjani
Β 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
Deni Wahyu
Β 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
Jamaluddin Dg Abu
Β 
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamPpt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Doris Agusnita
Β 

What's hot (18)

Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Β 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
Β 
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
APLIKASI PUPUK ANORGANIK DAN ORGANIK HAYATI PADA BUDIDAYA PADI SRI (System of...
Β 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
Β 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Β 
Puhay penyul
Puhay penyulPuhay penyul
Puhay penyul
Β 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Β 
1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm1264 2634-1-sm
1264 2634-1-sm
Β 
Pengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organikPengolahan lahan pertanian organik
Pengolahan lahan pertanian organik
Β 
Pertanian Organik dan Manfaatnya
Pertanian Organik dan ManfaatnyaPertanian Organik dan Manfaatnya
Pertanian Organik dan Manfaatnya
Β 
kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6kurikulum 2013 geografi bab 6
kurikulum 2013 geografi bab 6
Β 
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
25. kajian-penggunaan-cairan-biji-mahoni-sitti-nuraeni
Β 
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Β 
pertanian organik_ Novia Anjani
pertanian organik_ Novia Anjanipertanian organik_ Novia Anjani
pertanian organik_ Novia Anjani
Β 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
Β 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
Β 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
Β 
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alamPpt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Ppt Kearifan dalam pemanfaatan sumber daya alam
Β 

Similar to Artkel kkn limbah cair tahu

Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
NurdinUng
Β 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
fatoniwijaya
Β 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
fatoniwijaya
Β 
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfPemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Gregorio Antonny Bani
Β 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
Vizha Sourch
Β 
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxMATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
indrawicsn
Β 
1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy
Yupri Kotouki
Β 
BAB I (1).pdf
BAB I (1).pdfBAB I (1).pdf
BAB I (1).pdf
fauzanfahcri2
Β 
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRIProduct Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
CNP Web Service
Β 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikBBPP_Batu
Β 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...BBPP_Batu
Β 
5 article text-8-1-10-20140122
5 article text-8-1-10-201401225 article text-8-1-10-20140122
5 article text-8-1-10-20140122
MDendy1
Β 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
roni09071995
Β 
limbah
limbahlimbah
4 27-1-pb (1)
4 27-1-pb (1)4 27-1-pb (1)
4 27-1-pb (1)
MutiaLuckfa
Β 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian OrganikMateri Kuliah Online
Β 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
nursyifatiara
Β 
P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
Cahyaning Utami
Β 
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi BasiMembuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Bunda Ratri
Β 

Similar to Artkel kkn limbah cair tahu (20)

Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Peningkatan kualitas pupuk organik produksi pokta rukun sejahtera desa bualo ...
Β 
Power point
Power pointPower point
Power point
Β 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
Β 
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
14156-265-36888-3-10-20200930.pdf
Β 
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdfPemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Pemanfaatan zeolit alam Ende sebagai pupuk.pdf
Β 
Analisis jurnal
Analisis jurnalAnalisis jurnal
Analisis jurnal
Β 
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptxMATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
MATERI BIOSAKA KA_BBPOPT (1).pptx
Β 
1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy1361 2532-1-pb - copy
1361 2532-1-pb - copy
Β 
BAB I (1).pdf
BAB I (1).pdfBAB I (1).pdf
BAB I (1).pdf
Β 
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRIProduct Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
Product Knowledge Pupuk Organik MASAGRI
Β 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk Organik
Β 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Β 
5 article text-8-1-10-20140122
5 article text-8-1-10-201401225 article text-8-1-10-20140122
5 article text-8-1-10-20140122
Β 
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian BerkelanjutanPertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Pertanian Organik Mendukung Pertanian Berkelanjutan
Β 
limbah
limbahlimbah
limbah
Β 
4 27-1-pb (1)
4 27-1-pb (1)4 27-1-pb (1)
4 27-1-pb (1)
Β 
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Sifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian OrganikSifat  Kimia  Entisol Pada Sistem  Pertanian Organik
Sifat Kimia Entisol Pada Sistem Pertanian Organik
Β 
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERASANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
ANALISIS PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI YAKULT DAN AIR BERAS
Β 
P15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptxP15-16 Final.pptx
P15-16 Final.pptx
Β 
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi BasiMembuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Β 

More from Affandi Arrizandy

FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
Affandi Arrizandy
Β 
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Affandi Arrizandy
Β 
Data dosen fisika
Data dosen fisikaData dosen fisika
Data dosen fisika
Affandi Arrizandy
Β 
Gravitational waves
Gravitational wavesGravitational waves
Gravitational waves
Affandi Arrizandy
Β 
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang LogikaPrototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Affandi Arrizandy
Β 
Lpj bendahara juni
Lpj bendahara juniLpj bendahara juni
Lpj bendahara juni
Affandi Arrizandy
Β 
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode NumerikSolusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Affandi Arrizandy
Β 
Bab 3 operator
Bab 3 operatorBab 3 operator
Bab 3 operator
Affandi Arrizandy
Β 
Bab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe dataBab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe data
Affandi Arrizandy
Β 
Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2
Affandi Arrizandy
Β 
Progran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdmProgran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdm
Affandi Arrizandy
Β 
Ppt kdrt
Ppt kdrtPpt kdrt
Ppt kdrt
Affandi Arrizandy
Β 
D.jasmani&rohani
D.jasmani&rohaniD.jasmani&rohani
D.jasmani&rohani
Affandi Arrizandy
Β 
Biro kewirausahaan
Biro kewirausahaanBiro kewirausahaan
Biro kewirausahaan
Affandi Arrizandy
Β 
Proker
ProkerProker
Departemen pusat informasi
Departemen pusat informasiDepartemen pusat informasi
Departemen pusat informasi
Affandi Arrizandy
Β 
Ad art-print
Ad art-printAd art-print
Ad art-print
Affandi Arrizandy
Β 
Lab report 2
Lab report 2Lab report 2
Lab report 2
Affandi Arrizandy
Β 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sach
Affandi Arrizandy
Β 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseAffandi Arrizandy
Β 

More from Affandi Arrizandy (20)

FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
FISIKA EKSPERIMEN II : Konversi Energi Termal-Listrik Dengan Modul TEC1-12706
Β 
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019Data penghurus himafis periode 2018-2019
Data penghurus himafis periode 2018-2019
Β 
Data dosen fisika
Data dosen fisikaData dosen fisika
Data dosen fisika
Β 
Gravitational waves
Gravitational wavesGravitational waves
Gravitational waves
Β 
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang LogikaPrototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Prototipe Alat pengering Otomatis Berbasis Gerbang Logika
Β 
Lpj bendahara juni
Lpj bendahara juniLpj bendahara juni
Lpj bendahara juni
Β 
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode NumerikSolusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Solusi Persamaan Laplace Dua Dimensi Untuk Metode Numerik
Β 
Bab 3 operator
Bab 3 operatorBab 3 operator
Bab 3 operator
Β 
Bab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe dataBab 2 identifier dan tipe data
Bab 2 identifier dan tipe data
Β 
Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2Bab 1 pengantar c++ 2
Bab 1 pengantar c++ 2
Β 
Progran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdmProgran kerja ppsdm
Progran kerja ppsdm
Β 
Ppt kdrt
Ppt kdrtPpt kdrt
Ppt kdrt
Β 
D.jasmani&rohani
D.jasmani&rohaniD.jasmani&rohani
D.jasmani&rohani
Β 
Biro kewirausahaan
Biro kewirausahaanBiro kewirausahaan
Biro kewirausahaan
Β 
Proker
ProkerProker
Proker
Β 
Departemen pusat informasi
Departemen pusat informasiDepartemen pusat informasi
Departemen pusat informasi
Β 
Ad art-print
Ad art-printAd art-print
Ad art-print
Β 
Lab report 2
Lab report 2Lab report 2
Lab report 2
Β 
Percobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sachPercobaan ingenhousz dan sach
Percobaan ingenhousz dan sach
Β 
Laporan enzim katalase
Laporan enzim katalaseLaporan enzim katalase
Laporan enzim katalase
Β 

Artkel kkn limbah cair tahu

  • 1. Komposisi Limbah Cair Tahu Sebagai Bahan Pupuk Organik di Dusun Lingkung Daye, Desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah Cooprativ Author : Prof.Ir.Sunarpi, Ph.D *Rekomendasi pengutipan: KKN Internasional Universitas Mataram (2018). Artikel ini merupakan kontribusi dari Ilham Bintang, Aldian W. Septiadi, Febria Safitra, Humaira I. Illina, I Md. Dwi Mahardika, Kartini Yuliana, Nurhidayanti, Nur L. Qadariah, M. Irsyad A. Ghafari, Muhammad Iksanul, Rian Afandi, Romi Mi’rajullayli, dan Zahra R. Mubarokah dari Universitas Mataram Abstrak Pemanfaatan limbah cair tahu sebagai bahan baku pupuk organic merupakan suatu alternatif yang perlu diuji komposisinya secara tepat. Uji coba dilakukan pada dua jenis tanaman perkebunan, yaitu cabai (Capsicum annuum Lin.) dan tomat (Solanum lycopersicum Syn.) dengan melibatkan kelompok kontrol (tanpa perlakuan) dan kelompok yang diberi perlakuan dengan dua perlakuan berbeda, yaitu menggunakan pupuk organic uji yang berbahan dasar limbah cair tahu dan pupuk organic pembanding yang berbahan dasar kompos. Persentase bahan dasar untuk setiap jenis pupuk organic dibagi menjadi 3 tipe, yaitu sebesar 25%, 50% dan 100% secara berurutan. Uji coba dilakukan sepanjang bulan Juli hingga September dengan membandingkan aspek vegetative dan generative kelompok control, kelompok dengan perlakuan pupuk organic uji dan kelompok dengan perlakuan pupuk organik pembanding pada waktu menjelang panen. Pupuk organic uji tampaknya berperan positif dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan vegetative maupun generative tanaman tomat untuk seluruh tipe kadar campuran, namun tidak demikian dengan tanaman cabai. Faktor pH tanah yang menjadi cenderung asam diduga berperan dalam mempengaruhi perbedaan hasil pertumbuhan dan perkembangan kedua jenis tanaman tersebut. Kata kunci: Limbah cair tahu, pH, vegetative, generatif Pendahuluan Limbah tahu hasil industri pembuatan tahu yang dijalankan secara traditional di masyarakat memiliki potensi sebagai bahan pencemar lingkungan, terutama lingkungan perairan. Merujuk pada Said, et al (2013), limbah tahu memiliki kadar BOD yang tinggi, yaitu sekitar 5.000-10.000 mg/l dan COD sebesar 7.000-12.000 mg/l. Kadar BOD dan COD yang tinggi menyebabkan bau busuk di lingkungan. Selain itu, limbah tahu mengandung protein sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l (Adack, 2013), sehingga akan meningkatkan kadar nitrogen apabila masuk ke perairan. Peningkatan kadar nitrogen di perairan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Desa Puyung merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Lombok Tengah yang mengalami dampak stress lingkungan akibat dari limbah tahu hasil industri pembuatan tahu secara tradisional di masyarakat. Berbagai permasalahan lingkungan timbul dan menjadi keluhan masyarakat, mulai dari permasalahan sederhana seperti timbulnya bau tidak sedap hingga permasalahan yang lebih berat seperti penyakit diare (Supriadi, 2013). Merujuk data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah (2014) bahwa Desa Puyung menempati posisi kedua tertinggi sebesar 97,2% dalam persentase jumlah kasus diare di Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 2014. Penyakit diare merupakan penyakit endemis dan menjadi penyebab kematian utama di wilayah Kabupaten Lombok Tengah, khususnya di
  • 2. desa-desa dengan angka statistic penderita diare yang tinggi. Munculnya penyakit yang menyerang masyarakat merupakan dampak lingkungan akibat pembuangan limbah tahu secara tidak baik. Dampak limbah tahu di Desa Puyung telah menjadi sorotan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Pemerintah bersama kelompok masyarakat telah mencoba mengolah dan memanfaatkan limbah tahu sehingga tidak mencemari lingkungan. Limbah padat tahu telah berhasil diolah menjadi perinsang, yaitu pangan sejenis keripik (Yusnita & Abadi, 2012; Nuzula, 2017) hingga dijadikan bahan campuran pembuatan batako oleh masyarakat secara swadaya (data primer, 2018). Pemerintah mengupayakan pula pengelolaan limbah cair tahu dengan pembuatan teknologi filtrasi berbasis proses biofilter anaerob-aerob serta membangun perangkat biogas (Said, et al, 2013) dengan tujuan agar limbah tahu dimanfaatkan masyarakat dan tidak mencemari lingkungan. Meski inovasi praktis yang dapat diimplementasikan dalam memanfaatkan limbah tahu telah diusahakan oleh pemerintah bersama kelompok masyarakat setempat, faktanya permasalahan lingkungan akibat pencemaran limbah tahu masih menjadi momok bagi masyarakat Desa Puyung hingga saat ini. Kurangnya daya tarik, terutama dari sisi keuntungan ekonomi, menyebabkan implementasi inovasi tersebut menjadi tidak efektif dalam mengurangi pembuangan limbah tahu secara sembarangan ke lingkungan. Sebagai contoh, sangat sedikit warga desa yang mengusahakan pembuatan perinsang sebagai alternative mata pencaharian ataupun terbengkalainya perangkat biogas karena masyarakat lebih memilih menggunakan gas LPG yang lebih praktis. Kedua kasus tersebut sangat disayangkan, mengingat tujuan implementasi inovasi tersebut di masyarakat adalah untuk mengurangi buangan limbah tahu ke lingkungan, terutama buangan limbah cair tahu. Limbah cair tahu berpotensi sebagai bahan pupuk organic. Kandungan protein yang tinggi dalam limbah tahu merupakan sumber nitrogen penting yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Merujuk pada sumber LIPI (2008), bahwa limbah cair tahu berpotensi untuk dikembangkan menjadi pupuk organic karena kandungannya yang masih dapat dimanfaatkan oleh organisme berklorofil. Meski demikian, pengolahan limbah cair tahu hingga saat ini masih memanfaatkan proses yang panjang dan tambahan bahan yang sulit dicari oleh masyarakat sehingga tidak praktis. Pemanfaatan limbah cair tahu di Desa Puyung sebagai pupuk organic dapat menjadi alternative pemecahan masalah yang efektif. Hal ini karena, pupuk organic memiliki keunggulan dari sisi ekonomi dibandingkan inovasi sebelumnya yang berusaha diterapkan dalam rangka pengolahan limbah tahu di Desa Puyung karena menarget masyarakat petani di Desa Puyung sehingga memberi dampak sistemik bagi peningkatan kualitas lingkungan pertanian dan mengurangi pencemaran lingkungan. Uji coba komposisi limbah cair tahu sebagai bahan pupuk organic yang praktis diperlukan untuk keberhasilan implementasi inovasi ini di masyarakat. Material dan Metode Pengujian pembuatan komposisi limbah cair tahu sebagai bahan pupuk organic dilakukan di ladang milik YGMC (Yayasan Generasi Muslim Cendekia),
  • 3. Dusun Lingkung Daye, Desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah sepanjang bulan Juli hingga September 2018. Pengujian dilakukan di YGMC sebagai lembaga edukasi yang bisa dijadikan basis implementasi hasil uji coba pupuk organic berbahan limbah cair tahu ke masyarakat. Uji coba bertujuan untuk mencari komposisi terbaik limbah cair tahu sebagai bahan pupuk organic. Pupuk organik uji merupakan campuran limbah cair tahu dan abu sekam dengan konsentrasi limbah cair tahu berbeda-beda, yaitu sebanyak 25%, 50%, dan 100%. Selain itu, dibuat pula pupuk organic pembanding berbahan kompos dan abu sekam dengan persentase berbeda, yaitu 25%, 50%, dan 100%. Pengujian pupuk organic dilakukan pada tanaman tomat (Solanum lycopersicum Syn.) dan cabai merah (Capsicum annuum Lin.). Aplikasi pupuk organic uji maupun pembanding dilakukan pra penanaman pada media tanam dan pada saat umur tanaman lebih dari 15 hari (dilakukan rutin 1 kali seminggu). Pemberian kode dilakukan pada setiap kelompok tanaman uji, baik tanaman tomat maupun cabai merah. Setiap kelompok terdiri atas 18 individu tanaman. Kelompok tanaman dengan perlakuan pupuk organic pembanding 25% diberi kode K1, 50% K2, dan 100% K3, sedangkan kelompok dengan perlakuan pupuk organic uji 25% diberi kode K4, 50% K5, dan 100% K6. Kelompok tanaman control (tanpa perlakuan) diberi kode K7. Penyiraman tanaman dilakukan setiap sore hari. Seluruh kelompok tanaman uji mendapat penyiraman yang sama dengan 3 kali pengulangan untuk kelompok penerapan pupuk organic uji, pupuk organic pembanding, maupun control. Indikasi penggunaan komposisi pupuk organic terbaik adalah kelompok tanaman dengan pertumbuhan dan perkembangan serta produksi buah yang paling banyak. Oleh karena itu, pencatatan hasil untuk mengetahui komposisi terbaik dilakukan menjelang berbuah dan panen. Analisis data pertumbuhan memperhitungkan aspek vegetative (tinggi tanaman, jumlah percabangan, dan jumlah daun) dan aspek generative (jumlah bunga dan buah) baik pada tanaman cabai ataupun tomat, yang dirumuskan sebagai berikut: 𝑋̅ π‘Ž = π‘‹π‘Ž1 + π‘‹π‘Ž2 + π‘‹π‘Ž3 3 Ket: 𝑋̅ = Nilai rata-rata aspek vegetative atau generative kelompok tanaman uji ke-a a = kode label (cabai atau tomat) Hasil dan Pembahasan Penggunaan pupuk organic uji secara umum memberikan hasil yang berbeda dengan pupuk organic pembanding dan control, baik pada tanaman cabai maupun tomat. Pupuk organic uji tampaknya memberikan pengaruh dan dukungan signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat, namun tidak demikian dengan tanaman cabai. Hal tersebut diketahui berdasarkan analisis terhadap data pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat dan cabai, meskipun pada kelompok uji tertentu, pupuk organic uji tampaknya tidak memberikan hasil yang baik. Penggunaan pupuk organic uji tampaknya mendukung pertumbuhan maupun perkembangan tanaman tomat. Kelompok tanaman tomat K6 menunjukkan hasil yang paling baik dari kelompok tanaman cabai lainnya.
  • 4. Pemberian 100% limbah cair tahu sebagai bahan pupuk organic (K6) tampaknya merupakan komposisi yang paling mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai dan paling signifikan apabila dibandingkan dengan pemberian pupuk organic pembanding maupun control (lihat Figur 1.). Meski demikian, secara umum, perlakuan dengan pupuk organic uji tampaknya memberikan pengaruh positif terhadap laju perkembangan generative (perbungaan), sedangkan laju perkembangan vegetatifnya (tinggi tanaman) masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kelompok tanaman dengan pupuk organic pembanding. Tanaman cabai memberikan respon yang berbeda terhadap pemberian pupuk organic uji apabila dibandingkan dengan tanaman tomat. Pemberian pupuk organic uji pada tanaman tomat kurang efektif bahkan apabila dibandingkan dengan penggunaan pupuk organic pembanding maupun control apabila dilihat dari aspek vegetative maupun generatif tanaman cabai. Perlakuan K4 merupakan perlakuan yang memberikan hasil terbaik pada pemberian pupuk organic uji (lihat Figur 1.). Namun, hasil dari perlakuan dnegan pupuk organic uji masih kurang apabila dibandingkan dengan penggunaan pupuk organic pembanding, baik dari aspek vegetative maupun generative. Figur 1. Grafik menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat (kiri) dan cabai (kanan) dalam kurun waktu Juli-September. Adanya perbedaan repon pertumbuhan dan perkembangan antara tanaman cabai dengan tomat diduga disebabkan oleh perbedaan kebutuhan fisiologis kedua tanaman tersebut. Merujuk pada Alviana & Susila (2009), tanaman tomat membutuhkan pH optimum tanah yang cenderung asam, yaitu sebesar 4,5. Adapun tanaman cabai membutuhkan pH optimum tanah cenderung mendekati netral, yaitu sebesar 5,5-6,8 (BP3 Kementerian Pertanian, 2012). Kebutuhan pH tanah yang netral untuk pertumbuhan tanaman cabai yang optimum dikonfirmasi pula oleh Robson (1989). Perbedaan kebutuhan pH ini dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan respon pertumbuhan maupun perkembangan antara tanaman cabai dengan tomat. Pupuk organik uji memiliki pH yang cenderung lebih asam dibandingkan pupuk pembanding, sehingga respon positif justru lebih ditunjukkan pada perlakuan pupuk 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 TINGGI CABANG DAUN BUNGA BUAH
  • 5. organic uji menggunakan tanaman tomat dibandingkan dengan tanaman cabai. Kondisi pH tanah yang tidak sesuai dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman cabai. Merujuk pada Widiastoety, et al (2005) bahwa pH tanah yang tidak sesuai dapat menyebabkan laju pertumbuhan dan perkembangan aspek- aspek vegetative maupun generative dapat terhambat, meskipun telah diberi nutrisi yang cukup. Umumnya, dampak akibat dari ketidak sesuaian pH tanah adalah batang kerdil, daun keriting, serta sedikitnya jumlah perbungaan. Ciri-ciri keterhambatan pertumbuhan dan perkembangan dari aspek vegetative maupun generative yang ditunjukkan oleh tanaman cabai dengan perlakukan pupuk organic uji disebabkan oleh faktor pH tanah yang tidak sesuai. Kesimpulan Pupuk uji berhasil dengan campuran sekam maupun tanpa campuran sekam diterapkan dan memberikan hasil positif pada tanaman tomat. Pemilihan jenis tanaman yang sesuai untuk diberikan perlakuan dengan pupuk organic uji karena hanya tanaman dengan kondisi pH tanah optimum yang cenderung asam yang mampu toleran dengan tipe pupuk organic uji yang bersifat asam. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui campuran yang tepat agar pupuk dengan bahan limbah cair tahu dapat diterapkan pada tanaman dengan kebutuhan pH tanah optimum basa. Daftar Pustaka Adack, J. (2013). Dampak pencemaran limbah pabrik tahu terhadap lingkungan hidup. Lex Administratum, I(3), 78-87. Alviana, V. F., & Susila, A. D. (2009). Optimasi dosis pemupukan pada budidaya cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan irigasi tetes dan mulsa polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia, 37(I), 28-33. BP3 Kementerian Pertanian. (2012). Puslitbang Pertanian. Diambil kembali dari Budidaya Tomat: http://www.hortikultura.litbang.per tanian.go.id LIPI. (2008, Juli 5). Limbah Tahu Disulap Jadi Pupuk. Diambil kembali dari LIPI: http://lipi.go.id/berita/limbah- tahu-disulap-jadi-pupuk-/2482 Nuzula, I. F. (2017). Peningkatan daya jual perinsang sebagai produk khas Kabupaten Lombok. The 5th Urecol Proceeding, I(1), 26-30. Robson, A. (1989). Soil Acidity and Plant Growth 1st Edition. New York: Academic Press. Said, N. I., Indriatmoko, H., Raharjo, N., & Herlambang, A. (2018). Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe dengan Proses Biofilter Anaerob dan Aerob. Diambil kembali dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi): www.kelair.bppt.go.id/sitpa/artikel/ limbahtt/limbahtt.html Supriadi, A. (2013, November 22). Warga Puyung Keluhkan Limbah Tahu Tempe. Diambil kembali dari Lombokita: http://arsip.lombokita.com/kabar/w arga-puyung-keluhkan-limbah- tahu-tempe Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah 2014. Praya: Dikes Loteng.
  • 6. Widiastoety., Kartikaningrum, S., & Purbadi. (2005). Pengaruh pH media terhadap pertumbuhan plantlet anggrek dendrobium. Jurnal Holtikultura, 15(1), 18-21. Yusnita, I., & Abadi, F. R. (2012, Juni). Potensi tepung dari ampas industri pengolahan kedelai sebagai bahan pangan. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi, hal. 1-9.