Pengaruh cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
LAPORAN AKHIR BIOLOGI YESSI.docx
1. LAPORAN AKHIR PRATIKUM BIOLOGI DASAR
LAPORAN AKHIR
Oleh:
EFRAYM ANDITA SEMBIRING (222320072)
YESI ADELA FANI MANALU (222320066)
WIDYA ID LUMBANGAOL (222320069)
WILLFREDO SITEPU (222320046)
EBEN SITORUS (222320077)
KRISTIADI (222320050)
LABORATORIUM BIOLOGI DASAR
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2023
2. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
LAPORAN AKHIR
Laporan akhir adalah salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test
dan Lulus di Pratikum Biologi Dasar Fakultas Pertanian
Universitas Methodist Indonesia
oleh:
Meylin Kristina Saragih, SP,MP
Dosen PenanggungJawab
Asisten Dosen Asisten Dosen
Andry Admaja Tarigan, SP Jonathan Sion Silitonga
218310077
Asisten Dosen Asisten Dosen
Masih Tumangger Ronaldi Sinaga
219310070 220310048
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
2023
3. KATA PENGANTAR
Puji syukur Saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga laporan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Saya sangat berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar laporan ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Saya. Untuk itu Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Medan, Januari 2023
4. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR vi
JUDUL I & II MACAM – MACAM BENTUK SEL
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan praktikum 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1. Pengartian sel 2
2.2. Manfaat sel 4
2.3. Jenis jenis sel 5
2.4. Susunan sel 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9
3.1. Waktu dan tempat 9
3.2. Alat dan bahan 9
3.3. Prosedur kerja 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 10
4.1 Hasil 10
4.2 Pembahasan 11
BAB V PENUTUP 12
5.1. Kesimpulan 12
5.2. Saran 12
JUDUL III BENDA BENDA MATI DALAM SEL
BAB I PENDAHULUAN 13
1.1 Latar belakang 13
1.1 Tujuan praktikum 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14
2.1. Pengertian sel 14
2.2. Struktur sel 16
2.3. Komponen sel 17
2.4. Fungsi sel 18
2.5. Regulasi siklus sel 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21
3.1.Waktu dan tempat 21
3.2. Alat dan bahan 21
3.3. Prosedur kerja 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Hasil 22
5. 4.2 Pembahasan 22
BAB V PENUTUP 23
5.1. Kesimpulan 23
5.2. Saran 23
JUDUL IV PROTOZOA
BAB I PENDAHULUAN 24
1.1 Latar belakang 24
1.2 Tujuan praktikum 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25
2.1 Pengertia protozoa 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26
3.1.Waktu dan tempat 26
3.2. Alat dan bahan 26
3.3. Prosedur kerja 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27
4.1 Hasil 27
4.2 Pembahasan 28
BAB V PENUTUP 29
5.1. Kesimpulan 29
5.2. Saran 29
JUDUL V ZAT WARNA PADA DAUN
BAB I PENDAHULUAN 30
1.1 Latar belakang 30
1.2 Tujuan praktikum 31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 32
2.1. Fotosintesis pada daun 32
2.2. Proses fotosintesis 34
2.3. Pengertian pigmen 36
2.4. Jenis dan fungsi pigmen 38
2.5. Teknik kromatografi 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42
3.1.Waktu dan tempat 42
3.2. Alat dan bahan 42
3.3. Prosedur kerja 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43
4.1 Hasil 43
4.2 Pembahasan 44
BAB V PENUTUP 45
5.1. Kesimpulan 45
5.2. Saran 45
JUDUL VI PLASMOLYSIS
BAB I PENDAHULUAN 46
6. 1.1 Latar belakang 46
1.2 Tujuan praktikum 46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 47
2.1. Pengertian 47
2.2. Plasmolysis 49
2.3. fungsi sel organel sel 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 53
3.1.Waktu dan tempat 53
3.2. Alat dan bahan 53
3.3. Prosedur kerja 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Hasil 55
4.2 Pembahasan 56
BAB V PENUTUP 57
5.1. Kesimpulan 57
5.2. Saran 57
JUDUL VII HUBUNGAN ANTARA SEL DENGAN SEL PADA
TUMBUHAN
BAB I PENDAHULUAN 58
1.1 Latar belakang 58
1.2 Tujuan praktikum 59
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 60
2.1. Pengertian sel 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 65
3.1.Waktu dan tempat 65
3.2. Alat dan bahan 65
3.3. Prosedur kerja 66
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 70
4.1 Hasil 70
4.2 Pembahasan 71
BAB V PENUTUP 72
5.1. Kesimpulan 72
5.2. Saran 72
JUDUL VIII VCO
BAB I PENDAHULUAN 74
1.1 Latar belakang 74
1.2 Tujuan praktikum 75
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 76
2.1. Pengertian VCO 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 83
3.1.Waktu dan tempat 83
3.2. Alat dan bahan 83
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 84
7. 4.1 Hasil 84
4.2 Pembahasan 85
BAB V PENUTUP 86
5.1. Kesimpulan 86
5.2. Saran 86
DAFTAR PUSTAKA 87
8. DAFTAR GAMBAR
gambar 1 7
gambar 2 7
gambar 3 19
gambar 4 19
gambar 5 19
gambar 6 41
gambar 7 41
gambar 8 56
gambar 9 56
gambar 10 73
gambar 11 73
gambar 12 73
gambar 13 88
gambar 14 88
gambar 15 104
gambar 16 104
gambar 17 104
gambar 18
Erro
r! Bookmark not defined.
gambar 19
Erro
r! Bookmark not defined.
gambar 20
Erro
r! Bookmark not defined.
10. BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel adalah ruang-ruang kecil yang dibatasi dinding-dinding yang tipis.
Orang yang pertama kali melakukkan penelitian sel adalah Robert Hooke (sekitar
pertengahan abad ke XVII) dengan menggunakan bantuan mikroskop. Ukuran sel
pada umumnya sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. B entuk
dan ukuran sel bervariasi, bentuk sel biasanya sesuai dengan fungsinnya.
Tumbuhan tingkat tinggi tubuhnya tersusun oleh sejumlah sel, baik sel hidup
maupun sel mati. Sel-sel hidup memiliki persamaan dan perbedaan dalam struktur
dan fungsinya. Persamaannya adalah sel itu mempunyai dinding sel, terisi plasma
yang terbungkus oleh membran plasma. Sedangkan perbedaannya terutama
diakibatkan oleh lingkungan dan faktor genetik, yaitu akibat proses diferensiasi
yang mengikuti proses pembelahan sel. Sel merupakan unit struktural dan
fungsional terkecil dari kehidupan. Hal ini bahwa secara struktural, sel merupakan
penyusun makhluk hidup, baik makhluk bersel satu maupun bersel banyak. Selain
itu, setiap sel melakukuan aktifitas kehidupan .
Sel merupakan unit stuktural dan fungsional terkecil dari kehidupan. Hal ini
bahwa secara struktural, sel merupakan penyusun mahluk hidup, baik mahluk hidup
bersel satu maupun bersel banyak. Selain itu, setiap sel melakukan aktifitas
kehidupan. Mengingat pentingnya sel maka perlu dilakukan praktikum pengenalan
macam-macam bentuk sel dan bagian - bagiannya.
1.2 TujuanPraktikum
Adapun tujuan pada Pratikum ini ialah Untuk melihat beberapa macam
bentuk sel.
11.
12. 2
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sel
Sel merupakan satuan structural yang fundamental dan fungsional bagi
kehidupan makhluk hidup. Perkembangan selanjutnya, konsepsi sel sebagai satuan
hidup structural, yang dikenal dengan teori sel. Para ahli berpendapat bahwa semua
sel apapun organismenya, sangat serupa strukturnya. Segampang konsepsi sel
sebagai satuan hidup structural diterima banyak orang, maka para peneliti
berspekulasi mengenai sifat substansi yang terkandung dalam sel. Sel semua
organism hidup memiliki beberapa kesamaan dasar. Setiap sel terbungkus
membran, lapisan teramat tipis yang melingkupi substansi suatu sel, nucleus,
sitoplasma (Abdullah, 2016).
2.2 Manfaat Sel
Sel berasal dari kata ‘cella’ yang berarti ruangan berukuran kecil maka sel
merupakan unit ( kesatuan, zahrah ) terkecil dari makhluk hidup, yang dapat
melaksanakan kehidupan. Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi
dasar kehidupan. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung didalam sel.
Makhluk hidup ( organisme) tersusun dari satu sel tunggal ( Uniselular), misalnya
bakteri , archaea, serta sejumlah fungsi dan protozoa atau dari banyak sel
(multiselular). Pada organism multiselular terjadi pembagian tugas terhadap sel sel
penyusunnya, yang menjadi dasar bagi hirarki hidup. Struktur sel dan fungsi-
fungsinya secara menanjupkan hamper serupa untuk semua organism, namun jalur
evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organism (Regnum)
juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan
kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling
kerja sama dalam organisasi yang sangat rapi.
13. 3
Ada empat teori tentang sel, yaitu :
1.Unit structural terkecil makhluk hidup ( Schleiden & T. Schwan)
2.Unit fungsional terkecil makhluk hidup ( Max Schultze )
3.Unit pertumbuhan terkecil makhluk hidup ( Rudolf Virchow)
4. Unit hereditas terkecil makhluk hidup ( Penemuan akhir abad XIX )
Pada tumbuhan istilah sel meliputi protoplasma dan dinding sel yang ada
sedangkan pada organism multi sel yang ada membentuk struktur kompleks yaitu
jaringan dan organ. Sel pada organism multi sel tidak sama satu dengan lainnya
tetapi masing-masing mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Pada awalnya
strukturnya dinding sel yang ada pada tumbuhan dianggap sebagai sel mati hasil
ekskresi zat hidup dalam sel akan tetapi baru-baru ini makin banyak ditemui bukti
khususnya pada sel muda (Abdullah, 2016).
2.3 Jenis-jenis Sel
Salah satu perbedaan yang khas antara sel tumbuhan dengan sel hewan
adalah pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang
berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel
tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk
melindungi isi sel/lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati. Hal
ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki
inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong. Bentuk sel gabus
heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya. Adapun jaringan jaringan yang
terdapat pada sel tumbuhan yaitu jaringan parenkim dan kolenkim, parenkin atau
jaringan dasar fungsinya memperkuat kedudukan jaringan-jaringan lain. Jaringan
ini terdapat diseluruh tumbuhan. Sklerenkim, merupakn kumpulan dari sel-sel.
14. 4
Jaringan meristem, yaitu sekelompok sel sel yang aktif membelah dan
memperbanyak diri. Jaringan pengangkut berfungsi untuk mengantarkan dan
menyebarkan suatu zat makanan yang diperlukan sel tubuh (Johnson, 2019)
Struktur mahluk hidup teesusun atas sel, karena sel nerupakan unti
kehidupan structural dan fungsional terkecil dari tubuh.Secara struktural sel
merupakan satuan terkecil pada mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan.
Secara fungsional sel akan menjalankan kehidupan jika sel-sel penyusunnya
berfungsi dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung dalam sel (Yatim, 2018).
Setiap sel berkembang biak dengan cara membelah diri atau mitosis, di dalam
sel mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup,
karena sifat-sifat perkembangbiakan sel dilakukan mitosis. Maka sifat-sifat sel baru
sama dengan sel sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan sifat sel dapat diwariskan
kepada keturunannya.Pembelahan mitosis pada sel berlangsung secara terus
menerus tanpa ada putus-putusnya. (Rafika, 2015)
Pada mahluk hidup terbagi menjadi dua kelompok dilihat dari jumlah selnya,
yaitu sebagai berikut:UniselulerMultiselulerMahluk hidup uniseluler atau bersel
tunggal, tubuhnya terdiri atas satu sel saja. Semua dimasukkan ke dalam kelompok
besar mahluk hidup berlangsung dalam satu sel itu saja, mulai dari makan, bernafas
(transfer energi), sampai berkembang biak. Mahluk hidup multiseluler atau bersel
banyak, tubuhnya terdiri atas banyak sel. Dapat dibagi atas dua kelompok
yaitu:SederhanaKomplekMahluk yang digolongkan sederhana jika tubuhnya hanya
terdiri atas beberapa puluh sel daun dan terorganisasi atas berbagai tugas. Mahluk
hidup multiseluler komplek mengandung sel-sel yang terorganisir atas berbagai
15. 5
macam jaringan. Jaringan ialah kumpulan sel yang memiliki bentuk. Susunan dan
fungsinya sama. Jaringan-jaringan bekerja sama membina suatu alat (Abdullah,
2019).
Sel tumbuhan memiliki struktur membran yang kaku, disebut dinding sel. Di
antara 2 sel berdekatan terdapat lamela tengah, dan di antara dua sel bertetangga
terdapat pori.Melalui pori ini dua sel bertetangga tersebut dihubungkan oleh
benang-benang plasma yangdisebut dengan plasmodesmata. Plasmodesmata inilah
yang memfasilitasi gerak, transport zat, dan impuls sel. Sel tumbuhan muda
pertama-tama mensekresi dinding yang relatif tipis dan lentur yang disebut dinding
sel primer. Di antara dinding-dinding primer sel-sel yang berdekatan terdapat
lamela tengah, lapisan tipis yang banyak mengandung polisakarida lengket yang
disebut pektin. Apabila selnya telah dewasa dan berhenti tumbuh, sel ini
memperkuat dindingnya. Sebagian sel tumbuhan melakukan hal ini hanya dengan
mensekresi substansi pengeras ke dalam dinding primernya. Sel lain menambahkan
dinding sel sekunder di antara membran plasma dan dinding primer. Dinding
sekunder ini, seringkali menumpuk menjadi beberapa lapisan berlamina, memiliki
matriks kuat dan tahan lama yang sanggup memberi perlindungan dan dukungan
(Subowo, 2017).
2.4 Susunan Sel
Sel hanya berupa ruangan kosong saja. Sel mati sendiri asalnya dari sel hidup.
Sel menjadi mati disebabkan karena berbagai faktor, misalnya faktor genetik
maupun faktor lingkungan. Sedangkan yang akan dibahas dalam praktikum ini
adalah sel mati karena faktor genetik, maksudnya sel tersebut mati karena telah
16. 6
mencapai umur yang memang telah ditentukan secara genetik (Rompas, dkk.
2022).
Pada awalnya sel digambarkan pada tahun 1665 oleh seorang ahli sains Inggris
Robert Hooke yang telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang
dirancangnya sendiri. Kata sel berasal dari kata lain cellulae yang berarti kamar-
kamar. Perkembangan mikroskop selama hampir 200 tahun berikutnya telah
memberikan kesempatan bagi para ahli untuk meneliti susunan tubuh makhluk
hidup. Serangkaian penelitian telah dilakukan oleh 2 orang ilmuwan dari Jerman
yaitu Matthias Schleiden (ahli tumbuhan, 1804-1881) dan Theodor Schwan (ahli
hewan, 1810-1882). Mereka menyimpulkan bahwa setiap mahluk hidup tersusun
atas sel. Dan pada tahun 1885 seorang ilmuwan Jerman, Rudolf Virchow,
mengamati bahwa sel dapat membelah diri dan membentuk sel-sel baru. Dinding
sel yang berbatasan langsung dengan udara luar sering dilapisi kutin dan suberin
(kutikula). Lapisan ini tidak seluruhnya tertutup rapat sehingga masih
memungkinkan senyawa kimia melewatinya. Dinding sel berfungsi untuk memberi
kekuatan mekanik sehingga sel mempunyai bentuk tetap serta
memberiperlindungan terhadap isi sel, dan karena sifat hidrofilnya dapat
mengadakan imbibisi air serta meneruskan air dan senyawa yang larut di dalamnya
protoplas (Rompas, dkk. 2022).
17. 6
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Adapun tempat Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Dasar
Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia.
3.1.2 Waktu
Adapun waktu Pratikum ini dilaksanakan Pada hari Kamis 27 Oktober 2022
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang di gunakan ialah Manihot utilissima, Quercus suber.
3.2.2 ALat
Adapun alat yang digunakan ialah Mikroskop, Kaca preparat, Kaca objek,
Cok sambung.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini ialah
1. Dibuat preparat yang berupa irisan melintang dan membujur, amati pada
mikriskop hingga perbesaran kuat, gambarkan hasil pengamatan pada
buku gambar.Untuk bahan 1.
2. Dilakukan hal yang sama seperti pada point di atas. Untuk bahan ke 2
18. 7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini ialah
Figure 1
Gbr; (Manihot utilissima)
Figure 2
Gbr; (Quercus suber)
19. 8
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibawah mikroskop pada sel empulur
batang ubi kayu (Manihot utilissima) ini berbentuk heksagonal. Pada sel gabus
dapat terlihat adanya dinding sel dan ruang sel. Dimana fungsi dari dinding sel itu
sendiri yakni pembatas antara satu sel dengan sel yang lainnya, sedangkan ruang
sel berwarna putih dan terlihat kosong. Susunan dari sel gabus yakni sel satu
dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan beraturan. Sel gabus juga sering disebut
dengan sel mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati
karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong.
Bentuk sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya.
Klasifikasi Manihot utilisima
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot utilisima
Klasifikasi Quercus suber
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
20. 9
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Fagales
Famili : Fagaceae
Genus : Quercus
Spesies : Quercus suber L
21. 11
BAB V .KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini ialah :
1. Pada pengamatan struktur sel empulur batang ubi kayu ( manihot esculenta)
dengan pembesarab 10x tidak tampak adanya inti sel, sitoplasma dan ruang
antar sel, melainkan yang tampak hanya dinding sel, hal ini disebabkan
karena sel empulur batang ubi kayu merupakan sel mati.
2. Sel gabus merupakan sel mati karena tidak memiliki isi, tidak memiliki
inti sel Inti sel,dan tidak ada aktifitas yang terjadi dalam sel tersebut, sehi
ngga ruang antar selnya Nampak kosong. Bentuk sel ini mem unyai kota p
ersegi delapan, segi limaataupun segi enam. Pada sel gabus ( isi sel mati )
tidak tampak nucleus, plastida, maupun vakuola sentral.
5.2. Saran
Adapun saran saya untuk Pratikum ini adalah agar lebih diperhatikan alat –
alat di Laboratorium dan praktikan lebih kondusif
23. 11
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sitologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang sel.
Sel merupakan unit organisme terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam
arti biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Struktur
sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua
organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar
organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri.
Sel sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel
eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang
sangat rapi. Organisme tersusun oleh sel yang memiliki variasi dalam bentuk,
ukuran, dan fungsi.
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme yang terdiri dari inti
(nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tanpa membran.
Tidak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Sel terbentuk
hanya dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel dicirikan oleh adanya molekul
makro khusus, seperti pati dan selulosa, yang terjadi dari ratusan sampai ribuan gula
atau molekul lain selain itu sel juga dapat dicirikan oleh adanya molekul makro
seperti protein dan asam nukleat baik DNA atau RNA yang tersusun sebagai rantai
yang terdiri dari ratusan sampai ribuan molekul.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada Pratikum ini ialah Untuk melihat sel yang hidup dan
bagian-bagiannya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
24. 12
2.1 Sel Tumbuhan
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi
menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah
tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada
yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada
yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi tempat
persediaan makanan dan lain-lain (Isnaeni, 2019).
Ada tiga keistimewaan yang khas pada sel tumbuhan : dinding sel dengan
selulosa, vakuola (yang memberi tekanan dan memperbesar volume serta luas
permukaan meskipun dengan protoplasma sedikit), dan plastida, khususnya
kloroplas. Vakuola dapat ditemui pada anggota kelima dunia, namun vakuola besar
di pusat sel ada pada hampir semua sel tumbuhan, cendawan, dan beberapa protista.
Kloroplas hanya terdapat pada tumbuhan dan beberapa protista (bergantung pada
golongannya) (Isnaeni, 2019).
2.2 Manfaat Sel
Sel sendiri sebagai dasar menyusun suatu organisme yang terdiri dari inti
(nukleus) yang terbungkus oleh membran atau struktur serupa tanpa membran.
Tidak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Sel terbentuk
hanya dengan pembelahan sel-sel sebelumnya. Sel dicirikan oleh adanya molekul
makro khusus, seperti pati dan selulosa, yang terjadi dari ratusan sampai ribuan gula
atau molekul lain selain itu sel juga dapat dicirikan oleh adanya molekul makro
seperti protein dan asam nukleat baik DNA atau RNA yang tersusun sebagai rantai
yang terdiri dari ratusan sampai ribuan molekul. Pada tumbuhan istilah sel meliputi
protoplasma dan dinding sel yang ada sedangkan pada organisme multi sel yang
ada membentuk struktur kompleks yaitu jaringan dan organ. Sel pada organisme
25. 13
multi sel tidak sama satu dengan lainnya tetapi masing-masing mempunyai struktur
dan fungsi yang berbeda. Pada awalnya struktur dinding sel yang ada pada
tumbuhan dianggap sebagai sel mati hasil ekskresi zat hidup dalam sel akan tetapi
baru-baru ini makin banyak ditemui bukti bahwa ada
26. 13
satuan organik yang ada diantara protoplasma dan dinding, khususnya pada sel
muda (Nurbayanti, 2017).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat
persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian
sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel,
sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida,
kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan
dinding sel
2.3 Jenis-jenis Sel
Sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang
berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel
tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola,
plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel
tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk
melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati.
Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya
memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong. Bentuk sel
gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya(Tjitrosoepomo, 2022).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berbeda namun terdapat
persamaan-persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian
sel tersebut. Secara umum bagian-bagian sel tersebut adalah membran sel,
sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastida,
kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel, membran inti, mikrofilamen, dan
dinding sel (Isnaeni, 2016).
27. 14
Berikut adalah Sel dan bagian-bagiannya :
1. Membran sel
Membran sel sering disebut juga membran plasma yang bersifat
semipermeabel. Artinya, membran sel hanya dpat dilewati oleh zat tertentu, tetapi
tidak dapat dilewati oleh zat lainya. Zat yang dapat melewati ialah air, zat yang larut
dalm lemak dan ion tertentu. Membran sel berfungsi pelindung sel dan pengatur
keluar masuknya zat dari dan ke dalam sel.
2. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan yang mengisi sel yang mengandung berbagai
zat yang koloid. Fungsi kehidupan utama berlangsung di sitoplasma. Di dalam
sitoplasma terdapat organel-organel yang melayang-layang dalam cairan kental.
Koloid sitoplasma bukan merupakan cairan yang serba sam (homogen), melainkan
cairan yang beraneka ragam (heterogen). Koloid ini terdiri dari air, senyawa organik
yaitu protein, gula, lemak, enzim, hormon, dan garam mineral. Sitoplasma
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi metabolisme sel.
3. Inti sel (Nukleus)
Nukleus biasanya berbentuk oval atau bulat ang berada di tengah-tengah sel.
Di dalam inti sel (nukleus) terdapat (nukleolus) dan benang kromosom. Cairan ini
tersusun atas air, protein , dan mineral. Kromosom merupakan pembawa sifat
menurun yang di dalamnya terdapat DNA (deoxyribonucleicacid) atau RNA
(ribonucleicacid). Inti sel (nukleus) diselubungi membrane luar dan dalam yang
terdiri atas nukleoplasma dan kromosom. Nukleus berfungsi sebagai pusat pengatur
kegiatan sel.
4. Retikulum Endoplasma (RE)
28. 15
Retikulum endoplasma yaitu struktur benang-benang yang bermuara di inti
sel (nukleus). Ada dua jenis RE yaitu RE granuler (RE kasar) dan RE Agranuler
(RE halus). Retikulum endoplasma berfungsi menyusun dan menyalurkan zat-zat
ke dalam sel (alat transportasi zat-zat dalam sel). Fungsi RE kasar adalah
mengumpulkan protein dari dan ke membran sel. Sedangkan, fungsi RE halus
adalah untuk mensintesis lipid, glikogen (gula otot), kolesterol, dan gliserida. Pada
RE kasar terdapat ribosom dan RE halus tidak terdapat ribosom.Ribosom
(Ergastoplasma) berbentuk butiran-butiran bulat yang melekat sepanjang retikulum
endoplsma ada pula yang soliter (hidup sendiri terpisah) yang bebas di sitoplasma.
Ribosom berfungsi sebagai tempat untuk sintesis protein.Badan Golgi
merupakan kumpulan ruang, gelembung kecil, dan kantong kecil yang bertumpuk-
tumpuk. Pada sel tumbuhan badan golgi disebut diktiosom. Badan golgi berfungsi
sebagai alat pengeluaran (sekresi) protein, dan lendir maka disebut organel sekresi.
5. Mitokondria (The Power House)
Mitokondria memiliki membran dalam dan luar, yang berbentuk seperti
cerutu dan berlekuk-lekuk (Krista). Di dalam mitokondria berlangsung proses
respirasi untuk menghasilkan energi. Mitokondria berfungsi sebagai penghasil
energi sehingga di beri julukan “ The Power House”.
6. Lisosom
Lisosom merupakn kantong kecil yang bermembran tunggal
yang mengandung enzim pencernaan. Lisosom berfungsi mencerna bagian-
29. 16
bagian sel yang rusak atau zat asing yang masuk ke dalam sel serta penghasil dan
penyimpan enzim pencernaan seluler.
7. Vakuola
Vakuola adalah ruanagn yang terdapat di dalam sel. Pada sel tumbuhan yang
sudah tua, vakuola tampak berukuran besar dan berisi cadangan makanan dan
pigmen. Pada sel hewan, vakuola berukuran kecil. Vakuola mengandung garam
organik, glikosida, butir pati, dan enzim. Adapun selaput pembatas antara vakuola
dan sitoplasma ialah tonoplasma.
30. 17
BAB III . METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Adapun tempat Pratikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Dasar
Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia
3.1.2 Waktu
Adapun waktu Pratikum ini dilaksanakan Pada hari Kamis, 03 November
2022.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Adapun bahan yang di gunakna ialah daun Hydrilla verticilata, Spirogyra
sp, umbi lapis bawang merah Allium cepa ascolonicum, umbi wortel
Daucus carota.
3.2.2 Alat
Adapun alat yang di gunakan ialah Mikroskop, Kaca objek, Kaca preparat,
Pisau cater,Cok sambung, Pipet tetes.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari praktikum ini ialah
1. Diambil sehelai daun yang masih segar, letakkan pada gelas benda lalu
teteasi sedikit air, setelah ditutup dengan gelas penutup lakukanlah
pengamatan pada mikroskop. Perhatikan bentuk kloroplast, amati adanya
arus plasma kemudian tentukan macam arus plasma tersebut. Gambar hasil
pengamatan pada buku gambar.
31. 18
2. Diambil satu atau lebih bahan, letakkan pada benda lalu tetesi sedikit air,
setelah ditutup dengan gelas penutup letakkanlah pengamatan pada
mikroskop. Amati bentuk kloroplast. Coba ketemukan intinya yang
biasanya berbentuk bintang dan amati pula pyrenoid yang berbentuk lensa
mengkilat. Gambarkan hasil pengamatan pada buku gambar.
3. Dibelah ubi lapis dari sisik sebelah dalam ambil kulit dalamnya dengan
pinset, letakkan pada gelas benda lalu tetesi sedikit air setelah ditutup
dengan gelas penutup lakukanlah pengamatan pada mikroskop. Amati inti
sel dan plastid yang tampak seperti butir-butir pasir. Gambarkan hasil
pengamatan pada buku gambar.
4. Dibuat irisan tipis, letakkan pada gelas benda lalu tetesi sedikit air setelah
ditutup dengan gelas penutup lakukanlah pengamatan pada mikroskop.
32. 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini ialah
Figure 3
Gbr; Daun Hydrilla verticilata
Figure 4
Gbr; Umbi lapis Bawa Merah
Allium ascolonicum
34. 21
4.2 Pembahasan
Sel merupakan kesatuan struktural fisiologis yang terkecil dalam organisme
hidup. Sel disususn oleh protoplasma dan dinding sel. Protoplasma yaitu
keseluruhan dari sel yang terdiri dari sitoplasma, pada protoplasma terdapat
organle-organel sel seperti mitokondria, plastida dan lain-lain. Sitoplasma
merupakan cairan yang lebih pekat dengan susunan kimia maupun fisiknya sangat
kompleks dan menunjukkan sifat yang menonjol yaitu aliran plasma yang
berlangsung dalam satu arah. Hal ini dapat diamati dengan gerakan benda-benda
sitoplasma seperti plastida. Plastida dapat dibedakan atas 5 macam berdasarkan
pigmennya yaitu : kloroplas, amilopas, elaroplas dan leukoplas. Pada non protoplas
terdapat vakuola dan zat ergastik. Zat ergastik yaitu senyawa hasil metabolisme
35. 22
yang disimpan dala sel contoh pati. Pati adalah karbohidrat yang paling umum
dijumpai di tumbuhan, berfungsi sebagai cadangan makanan seperti umbi, biji dan
batang.
Pada daun hydrilla saat diamati menggunakan mikroskop, terlihat jelas dinding
selnya, membran sel, kloroplas dan aliran sitoplasma, aliran tersebut secara rotasi,
gerakan tersebut terjadi secara tetap dan berlangsung dialam sel, aliran sitoplasma
dapat dilihat pada gerakan kloroplas. Kloroplas yaitu plastida yang berwarna hijau
dan berbentuk lempeng bulat kecil.Pada Daucus carota kami mengamati
kromoplas yaitu plastida selain warna hijau pada wortel dominan orange.
Klasifikasi Hydrilla verticillata :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharita ceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticilata
Klasifikasi Umbi Wortel :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnolipsida
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apalales
Famili : Apalaceae
36. 23
Genus : Daucus
Spesies : Daucuscarota
Klasifikasi Allium cepa
Kingdom : Plantae
Divsi : Magnolipsida
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa
37. 24
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini ialah :
1. Sel merupakan kesatuan struktural fisiologis yang terkecil dalam organisme
hidup.
2. Aliran sitoplasma dan kloroplas pada daun hydrilla verticillata, kromoplas
pada Daucus carota, pati pada cairan umbi kentang Solanum tuberosum.
3. Pada daun hydrilla terlihat jelas dinding selnya, membran sel, kloroplas dan
aliran sitoplasma.
4. Pada cairan Solanum tuberosum, setelah diamati menggunakan mikroskop
terlihat jelas hillu dan lamella.
5.2. Saran
Adapun saran saya untuk Pratikum ini agar lebih diperhatikan alat – alat di
Laboratorium.
38. 25
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, W. 2019. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Nurbayanti, Hilma. 2017. Biologi Murni: Bentuk dan Struktur Sel. Jember:
Universitas Jember.
Tjitrosoepomo,Gembong.2022. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
40. 27
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Biologi sel salah satu dari cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang
sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan sebagai dasar kehidupan dan
bagaimana struktur dan fungsi sel bekerja dalam kehidupan (Alberts, 2004).
Pengetahuan akan komposisi dan cara kerja sel merupakan hal mendasar
bagi semua bidang ilmu biologi .Pengetahuan akan persamaan dan perbedaan antara
struktur sel dan organel serta fungsi sel merupakan hal penting untuk dipelajari
Kehidupan pada tingkat seluler muncul dari keteraturan struktural, yang
memperkuat struktur sel, organel sel dan fungsi sel. Hal-hal tersebut dipelajari baik
pada skala mikroskopis yang diamati menggunakan mikroskop, dan Biologi Sel
mempelajari baik organisme bersel tunggal seperti bakteri maupun organisme
multiseluler seperti manusia.( Albrets,2014).
Menurut Talhouk (2011) pembelajaran Biologi Sel memberikan
pemahaman dasar tentang struktur, fungsi dan interaksi fungsional dari komponen
sel dan organel dari lingkungan mikronya. Di dalam pembelajaran Biologi
Sel,mahasiswa diharapkan dapat menstimulasi dan mengembangkan kemampuan
representasi mikroskopis, penalaran ilmiah (scientific reasoning), keterampilan
menggambar, berpikir analitik, serta memperluas wawasan mahasiswa tentang
fenomena kehidupan yang berhubungan dengan struktur, fungsi, serta keterkaitan
antara struktur dan fungsi sel. Agar mampu mempelajari konsep Biologi Se tersebut
mahasiswa harus memiliki kemampuan representasi dan penalaran yang logis,
berpikir analitik, serta imajinasi yang kuat (Saptono dkk. 2013).
42. 29
BAB II. PENDAHULUAN
2.1 Pengertian Sel
Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup. Sel di kelilingi
oleh selaput/membrane sel yang di dalamnya terdapat cairan (protoplasma) atau
matriks, dan bentuk-bentuk subselular, organel sel, yang juga dikelilingi membran.
Protoplasma terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nucleus), Di dalam inti
sel terdapat plasma inti atau nukleoplasma. Secara struktural, sel merupakan satuan
terkecil mahluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit
terkecil penyusun mahluk hidup. Secara fungsional, sel berfungsi untu menjalankan
fungsi kehidupan (menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya
berfungsi), kemudian membentuk organisme.
Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara mitosis). Selain itu
sel juga mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat mahluk hidup,
maka sifat mahluk hidup dapat diwariskan kepada keturunannya. Setiap sel, pada
tahap tertentu dalam hidupnya, mengandung DNA sebagai materi yang dapat
diwariskan dan mengarahkan aktivitas sel tersebut. Selain itu, semua sel memiliki
struktur yang disebut ribosom yang berfungsi dalam pembuatan protein yang akan
digunakan sebagai katalis pada berbagai reaksi kimia dalam sel tersebut.
2.2 Struktur Sel
Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara
struktur berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan
berdasarkan posisi DNA di dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota
terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan
prokariota tidak memiliki nukleus.
2.2.1 Sel Prokariota
43. 30
Pada sel prokariota (dari bahasa Yunani, pro, 'sebelum' dan karyon, 'biji'), tidak
ada membran yang memisahkan DNA dari bagian sel lainnya, dan daerah tempat
DNA terkonsentrasi di sitoplasma disebut nukleoid. Kebanyakan prokariota
merupakan organisme uniseluler dengan sel berukuran kecil (berdiameter 0,7–2,0
µm dan volumenya sekitar 1 µm3) serta umumnya terdiri dari selubung sel,
membran sel, sitoplasma, nukleoid, dan beberapa struktur lain.
Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung sel di luar membran selnya.
Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat dari
karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut
sebagai dinding sel. Kebanyakan bakteri memiliki suatu membran luar yang
menutupi lapisan peptidoglikan, dan ada pula bakteri yang memiliki selubung sel
dari protein. Sementara itu, kebanyakan selubung sel arkea berbahan protein,
walaupun ada juga yang berbahan peptidoglikan.
2.2.2 Sel Eukariotik
Tidak seperti prokariota, sel eukariota (bahasa Yunani, eu, 'sebenarnya' dan
karyon) memiliki nukleus. Diameter sel eukariota biasanya 10 hingga 100 µm,
sepuluh kali lebih besar daripada bakteri. Sitoplasma eukariota adalah daerah di
antara nukleus dan membran sel. Sitoplasma ini terdiri dari medium semicair yang
disebut sitosol, yang di dalamnya terdapat organel-organel dengan bentuk dan
fungsi terspesialisasi serta sebagian besar tidak dimiliki prokariota.
Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua sel eukariota,
yaitu: 1. mitokondria, tempat sebagian besar metabolisme energi sel terjadi; 2.
retikulum endoplasma, suatu jaringan membran tempat sintesis glikoprotein dan
lipid; 3. badan golgi, yang mengarahkan hasil sintesis sel ke tempat tujuannya;
serta4. peroksisom, tempat perombakan asam lemak dan asam amino. Lisosom,
44. 31
yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan
oleh sel, ditemukan pada sel hewan, tetapi tidak pada sel tumbuhan. Kloroplas,
tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun
tumbuhan dan sejumlah organisme uniseluler.
2.3 Komponen Sel
2.3.1 Membran sel
Membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan
berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien,
dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Membran sel juga
berperan dalam sintesis ATP.
Membran sel bersifat dinamik dan kebanyakan molekulnya dapat bergerak di
sepanjang bidang membran. Molekul lipid membran tersusun dalam dua lapis
dengan tebal sekitar 5 nm yang menjadi penghalang bagi kebanyakan molekul
hidrofilik.
2.3.2 Nukleus
Nukleus mengandung sebagian besar gen yang mengendalikan sel eukariota
(sebagian lain gen terletak di dalam mitokondria dan kloroplas). Dengan diameter
rata-rata 5 µm, organel ini umumnya adalah organel yang paling mencolok dalam
sel eukariota. Kebanyakan sel memiliki satu nukleus, namun ada pula yang
memiliki banyak nukleus, contohnya sel otot rangka.
Di dalam nukleus, DNA terorganisasi bersama dengan protein menjadi
kromatin. Sewaktu sel siap untuk membelah, kromatin kusut yang berbentuk
benang akan menggulung,nukleoplasma) dari sitoplasma. Selubung ini terdiri dari
dua membran yang masing-masing merupakan lapisan ganda lipid dengan protein
45. 32
terkait. Membran luar dan dalam selubung nukleus dipisahkan oleh ruangan sekitar
20–40 nm.
2.3.3 Ribosom
Ribosom merupakan tempat sel membuat protein. Sel dengan laju sintesis
protein yang tinggi memiliki banyak sekali ribosom, contohnya sel hati manusia
yang memiliki beberapa juta ribosom. Ribosom sendiri tersusun atas berbagai jenis
protein dan sejumlah molekul RNA.
Pada eukariota, ribosom dapat ditemukan bebas di sitosol atau terikat pada
bagian luar retikulum endoplasma. Sebagian besar protein yang diproduksi ribosom
bebas akan berfungsi di dalam sitosol, sementara ribosom terikat umumnya
membuat protein yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam membran, untuk
dibungkus di dalam organel tertentu seperti lisosom, atau untuk dikirim ke luar sel.
Ribosom bebas dan terikat memiliki struktur identik dan dapat saling bertukar
tempat.
2.3.4 Sistem endomembran
Berbagai membran dalam sel eukariota merupakan bagian dari sistem
endomembran. Membran ini dihubungkan melalui sambungan fisik langsung atau
melalui transfer antarsegmen membran dalam bentuk vesikel (gelembung yang
dibungkus membran) kecil. Sistem endomembran mencakup selubung nukleus,
retikulum endoplasma, badan Golgi, lisosom, berbagai jenis vakuola, dan membran
plasma. Sistem ini memiliki berbagai fungsi, termasuk sintesis dan modifikasi
protein serta transpor protein ke membran dan organel atau ke luar sel, sintesis lipid,
dan penetralan beberapa jenis racun.
2.3.5 Retikulum endoplasma
46. 33
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari
jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling
terhubung. Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum
endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar
disebut demikian karena permukaannya ditempeli banyak ribosom.
2.3.6 Badan Golgi
Badan Golgi (dinamai menurut nama penemunya, Camillo Golgi) tersusun atas
setumpuk kantong pipih dari membran yang disebut sisterna. Biasanya terdapat tiga
sampai delapan sisterna, tetapi ada sejumlah organisme yang memiliki badan Golgi
dengan puluhan sisterna. Jumlah dan ukuran badan Golgi bergantung pada jenis sel
dan aktivitas metabolismenya. Sel yang aktif melakukan sekresi protein dapat
memiliki ratusan badan Golgi. Organel ini biasanya terletak di antara retikulum
endoplasma dan membran plasma.
Sisi badan Golgi yang paling dekat dengan nukleus disebut sisi cis, sementara
sisi yang menjauhi nukleus disebut sisi trans. Ketika tiba di sisi cis, protein
dimasukkan ke dalam lumen sisterna. Di dalam lumen, protein tersebut
dimodifikasi, misalnya dengan penambahan karbohidrat,
2.3.7 Lisosom
Lisosom pada sel hewan merupakan vesikel yang memuat lebih dari 30 jenis
enzim hidrolitik untuk menguraikan berbagai molekul kompleks. Sel menggunakan
kembali subunit molekul yang sudah diuraikan lisosom itu. Bergantung pada zat
47. 34
yang diuraikannya, lisosom dapat memiliki berbagai ukuran dan bentuk. Organel
ini dibentuk sebagai vesikel yang melepaskan diri dari badan Golgi.
Lisosom menguraikan molekul makanan yang masuk ke dalam sel melalui
endositosis ketika suatu vesikel endositosis bergabung dengan lisosom. Dalam
proses yang disebut autofagi, lisosom mencerna organel yang tidak berfungsi
dengan benar. Lisosom juga berperan dalam fagositosis.
2.3.8 Vakuola
Kebanyakan fungsi lisosom sel hewan dilakukan oleh vakuola pada sel
tumbuhan. Membran vakuola, yang merupakan bagian dari sistem endomembran,
disebut tonoplas. Vakuola berasal dari kata bahasa Latin vacuolum yang berarti
'kosong' dan dinamai demikian karena organel ini tidak memiliki struktur internal.
Umumnya vakuola lebih besar daripada vesikel, dan kadang kala terbentuk dari
gabungan banyak vesikel
Sel tumbuhan muda berukuran kecil dan mengandung banyak vakuola kecil
yang kemudian bergabung membentuk suatu vakuola sentral seiring dengan
penambahan air ke dalamnya. Ukuran sel tumbuhan diperbesar dengan
menambahkan air ke dalam vakuola sentral tersebut. Vakuola sentral juga
mengandung cadangan makanan, garam-garam, pigmen, dan limbah metabolisme.
2.3.9 Mitokondria.
Sebagian besar sel eukariota mengandung banyak mitokondria, yang
menempati sampai 25 persen volume sitoplasma. Organel ini termasuk organel
yang besar, secara umum hanya lebih kecil dari nukleus, vakuola, dan kloroplas.
48. 35
Nama mitokondria berasal dari penampakannya yang seperti benang (bahasa
Yunani mitos, 'benang') di bawah mikroskop cahaya.
Mitokondria adalah tempat berlangsungnya respirasi seluler, yaitu suatu proses
kimiawi yang memberi energi pada sel. Karbohidrat dan lemak merupakan contoh
molekul makanan berenergi tinggi yang dipecah menjadi air dan karbon dioksida
oleh reaksi-reaksi di dalam mitokondria, dengan pelepasan energi. Kebanyakan
energi yang dilepas dalam proses itu ditangkap oleh molekul yang disebut ATP.
Mitokondria-lah yang menghasilkan sebagian besar ATP sel. Kloroplas
Kloroplas merupakan salah satu jenis organel yang disebut plastid pada
tumbuhan dan alga. Kloroplas mengandung klorofil, pigmen hijau yang menangkap
energi cahaya untuk fotosintesis, yaitu serangkaian reaksi yang mengubah energi
cahaya menjadi energi kimiawi yang disimpan dalam molekul karbohidrat dan
senyawa organik lain.
Satu sel alga uniseluler dapat memiliki satu kloroplas saja, sementara satu sel
daundapat memiliki 20 sampai 100 kloroplas. Organel ini cenderung lebih besar
daripada mitokondria, dengan panjang 5–10 µm atau lebih. Kloroplas biasanya
berbentuk seperti cakram dan, seperti mitokondria, memiliki membran luar dan
membran dalam yang dipisahkan oleh ruang antarmembran. Membran dalam
kloroplas menyelimuti stroma, yang memuat berbagai enzim yang bertanggung
jawab membentuk karbohidrat dari karbon dioksida dan air dalam fotosintesis.
Peroksisom
Peroksisom berukuran mirip dengan lisosom dan dapat ditemukan dalam semua
sel eukariota. Organel ini dinamai demikian karena biasanya mengandung satu atau
lebih enzimyang terlibat dalam reaksi oksidasi menghasilkan hidrogen peroksida
49. 36
(H2O2). Hidrogen peroksida merupakan bahan kimia beracun, namun di dalam
peroksisom senyawa ini digunakan untuk reaksi oksidasi lain atau diuraikan
menjadi air dan oksigen. Salah satu tugas peroksisom adalah mengoksidasi asam
lemak panjang menjadi lebih pendek yang kemudian dibawa ke mitokondria untuk
oksidasi sempurna. Sitoskeleton
Sitoskeleton eukariota terdiri dari tiga jenis serat protein, yaitu mikrotubulus,
filamen intermediat, dan mikrofilamen. Protein sitoskeleton yang serupa dan
berfungsi sama dengan sitoskeleton eukariota ditemukan pula pada
prokariota.Filamen intermediat mendukung bentuk sel dan membuat organel tetap
berada di tempatnya. Sementara itu, mikrofilamen, yang berupa batang tipis dari
protein aktin, berfungsi antara lain dalam kontraksi otot pada hewan, pembentukan
pseudopodia untuk pergerakan sel ameba, dan aliran bahan di dalam sitoplasma sel
tumbuhan
2.3.10 Komponen ekstraseluler
Sel-sel hewan dan tumbuhan disatukan sebagai jaringan terutama oleh matriks
ekstraseluler, yaitu jejaring kompleks molekul yang disekresikan sel dan berfungsi
utama membentuk kerangka pendukung. Terutama pada hewan, sel-sel pada
kebanyakan jaringan terikat langsung satu sama lain melalui sambungan sel.
perkembangan, bentuk, dan perilaku sel.
2.3.11 Dinding sel tumbuhan
Dinding sel tumbuhan merupakan matriks ekstraseluler yang menyelubungi tiap
sel tumbuhan. Dinding ini tersusun atas serabut selulosa yang tertanam dalam
polisakarida lain serta protein dan berukuran jauh lebih tebal daripada membran
plasma, yaitu 0,1 µm hingga beberapa mikrometer. Dinding sel melindungi sel
50. 37
tumbuhan, mempertahankan bentuknya, dan mencegah pengisapan air secara
berlebihan.
2.3.12 Sambungan antarsel
Sambungan sel (cell junction) dapat ditemukan pada titik-titik pertemuan
antarsel atau antara sel dan matriks ekstraseluler. Menurut fungsinya, sambungan
sel dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (1) sambungan penyumbat (occluding
junction), (2) sambungan jangkar2) sambungan jangkar (anchoring junction), dan
(3) sambungan pengomunikasi (communicating junction). Sambungan penyumbat
menyegel permukaan dua sel menjadi satu sedemikian rupa sehingga molekul kecil
sekalipun tidak dapat lewat, contohnya ialah sambungan ketat (tight junction) pada
vertebrata. Sementara itu, sambungan jangkar menempelkan sel (dan
sitoskeletonnya) ke sel tetangganya atau ke matriks ekstraseluler. Terakhir,
sambungan pengomunikasi menyatukan dua sel tetapi memungkinkan sinyal
kimiawi atau listrik melintas antarsel tersebut. Plasmodesmata merupakan contoh
sambungan pengomunikasi yang hanya ditemukan pada tumbuhan.
2.4 Fungsi Sel
2.4.1 Metabolisme
Keseluruhan reaksi kimia yang membuat makhluk hidup mampu melakukan
aktivitasnya disebut metabolisme, dan sebagian besar reaksi kimia tersebut terjadi
di dalam sel. Metabolisme yang terjadi di dalam sel dapat berupa reaksi katabolik,
yaitu perombakan senyawa kimia untuk menghasilkan energi maupun untuk
51. 38
dijadikan bahan pembentukan senyawa lain, dan reaksi anabolik, yaitu reaksi
penyusunan komponen sel. Salah satu proses katabolik yang merombak molekul
makanan untuk menghasilkan energi di dalam sel ialah respirasi seluler, yang
sebagian besar berlangsung di dalam mitokondria eukariota atau sitosol prokariotik
dan menghasilkan ATP.
2.4.2 Komunikasi sel
Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan
'sinyal' dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler
serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler. Misalnya,
bakteri berkomunikasi satu sama lain dalam proses quorum sensing (pengindraan
kuorum) untuk menentukan apakah jumlah mereka sudah cukup sebelum
membentuk biofilm, sementara sel-sel dalam embrio hewan berkomunikasi untuk
koordinasi proses diferensiasi menjadi berbagai jenis sel.Komunikasi sel terdiri dari
proses transfer sinyal antarsel dalam bentuk molekul (misalnya hormon) atau
aktivitas listrik, dan transduksi sinyal di dalam sel target ke molekul yang
menghasilkan respons sel. Mekanisme transfer sinyal dapat terjadi dengan kontak
antarsel (misalnya melalui sambungan pengomunikasi), penyebaran molekul sinyal
ke sel yang berdekatan, penyebaran molekul sinyal ke sel yang jauh melalui saluran
(misalnya pembuluh darah), atau perambatan sinyal listrik ke sel yang jauh
(misalnya pada jaringan ototpolos). Selanjutnya, molekul sinyal menembus
membran secara langsung, lewat melalui kanal protein, atau melekat pada reseptor
berupa protein transmembran pada permukaan sel target dan memicu transduksi
sinyal di dalam sel. Transduksi sinyal ini dapat melibatkan sejumlah zat yang
disebut pembawa pesan kedua (second messenger) yang konsentrasinya meningkat
setelah pelekatan molekul sinyal pada reseptor dan yang nantinya meregulasi
52. 39
aktivitas protein lain di dalam sel. Selain itu, transduksi sinyal juga dapat dilakukan
oleh sejumlah jenis protein yang pada akhirnya dapat memengaruhi metabolisme,
fungsi, atau perkembangan sel.
2.5 Regulasi siklus Sel
Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan
sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus sel.
Pada kebanyakan sel, siklus ini terdiri dari empat proses terkoordinasi, yaitu
1. Pertumbuhan sel.
2. Replikasi DNA.
3. Pemisahan DNA yang sudah digandakan ke dua calon sel anakan.
4. Pembelahan sel.
Pada bakteri, proses pemisahan DNA ke calon sel anakan dapat terjadi
bersamaan
dengan replikasi DNA, dan siklus sel yang berurutan dapat bertumpang tindih. Hal
ini tidak terjadi pada eukariota yang siklus selnya terjadi dalam empat fase terpisah
sehingga laju pembelahan sel bakteri dapat lebih cepat daripada laju pembelahan
sel eukariota. Pada eukariota, tahap pertumbuhan sel umumnya terjadi dua kali,
yaitu sebelum replikasi DNA (disebut fase G1, gap 1) dan sebelum pembelahan sel
(fase G2). Siklus sel bakteri tidak wajib memiliki fase G1, namun memiliki fase G2
yang disebut periode D. Tahap replikasi DNA pada eukariota disebut fase S
(sintesis), atau pada bakteri ekuivalen dengan periode C. Selanjutnya, eukariota
memiliki tahap pembelahan nukleus yang disebut fase M(mitosis).Peralihan antar
tahap siklus sel dikendalikan oleh suatu perlengkapan pengaturan yang tidak hanya
mengoordinasi berbagai kejadian dalam siklus sel, tetapi juga menghubungkan
53. 40
siklus sel dengan sinyal ekstrasel yang mengendalikan perbanyakan sel.
Misalnya, sel hewanpada fase G1 dapat berhenti dan tidak beralih ke fase S bila
tidak ada faktor pertumbuhan tertentu, melainkan memasuki keadaan yang disebut
fase G0 dan tidak mengalami pertumbuhan maupun perbanyakan. Contohnya
adalah sel fibroblas yang hanya membelah diri untuk memperbaiki kerusakan tubuh
akibat luka. Jika pengaturan siklus sel terganggu, misalnya karena mutasi, risiko
pembentukan tumor—yaitu perbanyakan sel yang tidak normal—meningkat dan
dapat berpengaruh pada pembentukan kangker.
54. 41
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Adapun waktu dilaksanakannya Praktikum Biologi Dasar ini, yaitu,
Rabu.26 Oktober 2022, pukul 14.00 WIB – selesai.
3.1.2 Tempat
Adapun tempat dilaksanakannya Praktikum Biologi Dasar ini
diLaboratorium Biologi Dasar Fakultas Pertanian Universitas Methodist
Indonesia.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum biologi kali ini adalah
1. Miroskop
2. Pisau silet
3. Pisau cutter
4. Pipet tetes
3.2.2 Bahan
Adapun bahan dalam praktikum ini yaitu
1. Manihot utilissima
2. Quercus suber
3.3. Prosedur Kerja
55. 42
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil bahan seperti empelur ubi kayu (Manihot utilissima),
(Quercussuber) disayat tipis menggunakan silet secara melintang
kemudian diletakkan dikaca objek dan ditetesi dengan air
menggunakan pipet tetes dan ditutup dengan kaca penutup
kemudian diletakkan di mikroskop untuk diamati.
3. Digunakan pengatur kasar dan halus untuk mendapatkan hasil yang
diingikan.
4. Difotokan hasil pengamatan dengan menggunakan Handphone.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
56. 43
4.1 Hasil
a.Gambar sel manihot utilisima(Empelur ubi kayu)
Figure 6
b. Gambar sel quercus subber(Kulit batang pohon gabus)
Figure 7
Keterangan :
Pada Manihot Utilisima selnya berbentuk segi enam dan merupakan sel mati.Pada
Quercus Suber selnya berbentuk segi empat dan merupakan sel mati.
4. 2 Pembahasan
Adapun pembahasan yang dilakukan ketika praktikum, yaitu :
Klasifikasi Manihot Utilissima
Kingdom : Plantae
57. 44
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Utilissima
Klasifikasi Quercus Suber
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliopyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fagales
Famili : Fagaceae
Genus : Quercus
Spesies : Quercussuber
Dari hasil praktikum diketahui bahwa pada empulur ubi kayu (Manihot
Utilssima)dan (Quercus Suber), terdapat sitoplasma, dinding sel, ruang antar sel.
Dan bentuk sel Manihot Utilissima berbentuk segienam sedangkan bentuk sel
Quercus Suber segiempat.
Sel merupakan unit terkecil makhluk hidup berarti didalam sel terdapat
bagian-bagian yang berperan dalam melakukan aktivitas hidup sel. Sel adalah
struktural terkecil dan fungsional dari suatu makhluk hidup yang secara independen
mampu melakukan metabolisme, reproduksi dan kegiatan kehidupan lainnya yang
menunjang kelangsungan hidup sel itu sendiri. tubuh makhluk hidup tersusun atas
58. 45
sel-sel sehingga sel disebut satuan struktural makhluk hidup. Sebagai unit
fungsional, di dalam sel berlangsung semua reaksi kimia dan berbagai proses hidup.
Sehingga di dalam sel hidup terdapat organ-organ yang mendukung proses
kehidupan, sedangkan pada sel mati tidak terdapat organ-organ tersebut.Sel
mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat-sifat makhluk hidup, dengan
adanya materi genetik sifat makhluk hidup dapat diwariskan pada keturunannya.
Sel makhluk hidup dapat berkembang biak melalui pembelahan sel. Pembelahan
sel dilakukan baik oleh organisme bersel satu maupun oleh sel-sel organisme bersel
banyak.
59. 46
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Sel merupakan unit structural terkecil dari organisme hidup.
2. Secara struktural, sel merupakan satuan terkecil mahluk hidup yang dapat
melaksanakan kehidupan, yang merupakan unit terkecil penyusun mahluk
hidup. Secara fungsional, sel berfungsi untu menjalankan fungsi kehidupan
(menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunya berfungsi), kemudian
membentuk organisme.
3. Setiap organisme tersusun atas salah satu dari dua jenis sel yang secara struktur
berbeda: sel prokariotik atau sel eukariotik. Kedua jenis sel ini dibedakan
berdasarkan posisi DNAdi dalam sel; sebagian besar DNA pada eukariota
terselubung membran organel yang disebut nukleus atau inti sel, sedangkan
prokariota tidak memiliki nukleus.
4. Fungsi sel adalaha. Metabolisme: Keseluruhan reaksi kimia yang membuat
makhluk hidup mampu melakukan aktivitasnya.
5. Kemampuan sel untuk berkomunikasi, yaitu menerima dan mengirimkan
'sinyal' dari dan kepada sel lain, menentukan interaksi antarorganisme uniseluler
serta mengatur fungsi dan perkembangan tubuh organisme multiseluler.
6. Setiap sel berasal dari pembelahan sel sebelumnya, dan tahap-tahap kehidupan
sel antara pembelahan sel ke pembelahan sel berikutnya disebut sebagai siklus
sel. Pada proses perkembangan sel dikenal beberapa tipe siklus sel yaitu: Siklus
sel embrionik, Siklus sel somatic, Siklus endoreduplikasi, Siklus sel miosis.
5.2 Saran
60. 47
Adapun saran untuk peraktikum ini adalah agar tetap menjaga ketertiban
dan kebersihan dilaboratorium dan juga memperhatikan keselamatan kerja.
61. 48
DAFTAR PUSTAKA
Harry Murti, dkk.2007. Regulasi Siklus Sel: Kunci Sukses Somatic Cell Nuclear
Transfer. cdk vol. 34 no. 6/159 Nov - Des.
Silbernagl, Stefan. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Edisi pertama.
Stuttgat, Germany. Hal: 1-21.
Silbernagl, Stefan. 2007. Atlas Berwarna dan Teks Patofisiologi. Edisi pertama.
Stuttgat, Germany. Hal: 1-19
Saptono, S., N.Y. Rustaman & Saefudin, A.W. 2013. Model Integrasi Atribut
Asesmen Formatif (IAAF) dalam PembelajaranBiologi Sel untuk
Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Analitik Mahasiswa
Calon Guru. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. (Online) 2(1): 31—40,
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii), diakses 22 januari 2023.
63. 50
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambium sering dengan
terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organime lain.
Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitas sumberdaya yang
sebelumnya belum termanfaatkan dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari
bentuk-bentuk yang beranekaragam.Kingdom protista ini terdiri dari organisme
eukariotik ber sel tunggal. Protista dapat di jumpai di manasaja, di air(air tawar dan
air laut), daerah lembab, ataupun bersimbiosis dengan organisme lain, Protista
biasanya bersifat aerobik dan mengunakan mitokondria untuk respirasi. Nutrisi
yang di peroleh dapat dapat bersifat fotoautropik, heterotropik atau keduanya.
Protozoa memiliki flagela atau silia dalam hidupnya
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum biologi dasar fakultas pertanian, Universitas
Methodist Indonesia adalah Untuk melihat dan mempelajari morfologi dan cara
bergerak protozoa
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
64. 51
2.1. Pengertian
Protozoa berasal dari bahasa yunani, yaitu protos yang artinya pertama dan
zoon yang artinya hewan. Protozoa merupakan hewan yang bersifat uniseluler,
dimana setiap satu sel protozoa merupakan satu keseluruan dari organisme itu
sendiri. Protoplasma dari protozoa dapat mengadakan modifikasi – modifikasi atau
penonjolan – penonjolan yang dapat bersifat sementara atau tetap. Penonjolan –
penonjolan yang bersifat sementara misalnya penonjolan yang berfungsi sebagai
kaki pseudopodia (Lahay, 2007).
Protozoa adalah organisme uniseluler, hidup di bebas atau parasit, beberapa
diantaranya bersimbiosis dengan mahluk hidup lain. Pencernaan secara intraseluler
di dalam vakuola makanan. Alat gerak berupa psedium, cilia, atau flagella
pengambilan makanan secara holozik, saprozoik dan holophitik. Umumnya
berkembang biak melalui pembelahan sel dan konjugasi. Alat gerak berupa kaki
semu, flagel dan silia. Terdiri atas 4 kelas yaitu 1). Mastigopora 2). Rhizopoda 3).
Sprozoa 4). Ciliata (Lahay, 1992).
Protozoa adalah organism organism heterotrofik yang ditemukan di semua
habitat utama.sebagian diantaranya hidup bebas,sedangkan yang hidgaup sebagai
parasit didalam tubuh hewan.sebagaian protozoa jugaga memjalani gaya hidup
simbiotik berupa komensalisme dan mutualisme.protozoa parasitik menyebabkan
beberapa penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada
umumnya reproduksi protozoa aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola aseksual yang
kompleks (Lahay, 1992).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai
struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan yang multiseluler dan
walaupun hanya terdiri satu sel, namun protozoa merupakan organism sempurna.
65. 52
Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology
menamakn protozoa itu seluler tetapi keseluruhan organism itu dibungkus dengan
satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuan-kuran dari sepuluh micron
dan walapun jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Lahay, 1992)
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana
sekalipun jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama
yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat uniseluler
dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu yang sangat
tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja
merupakan pendahulu protista modern yang sangat beranekaragam, tetapi juga
nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi dan hewan. Dua di antara
bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel
eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi
protista. Protista yang menelan makanannya secara informal dikelompokkan
sebagai protozoa. Protozoa dibagi menjadi enam filum sebagai berkut yaitu (a)
Rhizopoda yaitu merupakan protozoa sederhana yang bergerak dengan
pseudopodia. Contohnya yaitu Amoeba sp (b) Actinopoda, contohnya yaitu
Heliozoa dan Radiolaria (c) Foraminifera, merupakan protozoa yang hidup di laut
(d) Apicomplexa, merupakan parasit pada hewan, contohnya yaitu Plasmodium (e)
Zoonastigina dcirikan adanya flagel, bersifat heterotrof, dan hidup bersimbiosis,
contohnya yaitu Tripanosoma (f) Ciliapora, dicirikan adanya silia dan mempunyai
dua nuklei, yaitu makronuklei yang mengontrol metabolisme dan mikronuklei yang
berfungsi dalam konjugasi (Anonim a 2012: 2).
66. 53
Divisi-divisi di dalam kingdom protista tidak selalu didasari oleh garis
keturunan evolusioner, melainkan lebih berakar secara praktis pada ciri-ciri
fungsional. Seperti Monera, taksonomi Protozoa masih terus berubah, dan ada
berbagai skema klasifikasi berbeda. Protista mulai berevolusi 1,6 miliar tahun lalu.
Protista sangat kompleks ; sel-selnya menunjukkan keberagaman yang lebih
daripada sel-sel milik kingdom-kingdom multiseluler. Filogeni protista juga sama
kompleksnya, dan belum dipahami sepenuhnya. Dipercaya kalau dari protista telah
muncul fungi, tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan-hewan multiseluler,
walaupun dari bentuk-bentuk yang sangat berbeda dari protista yang ada sekarang
(Fried 2006: 318).
Protozoa (bahasa Yunani: protos = pertama; zoa = hidup) adalah hewan
mikroskopik yang terdapat di semua lingkungan di mana kehidupan dapat terjadi.
Mereka tersebar luas di seluruh dunia. Banyak dari mereka mampu membentuk
sista (cyst), atau semacam cangkang yang menutupi sekujur badannya sehingga
mereka dapat hidup dalam kondisi yang kering sama sekali, yang tidak
memungkinkan makhluk lain hidup. Sifat khas utama ialah bahwa mereka terdiri
dari satu sel. Protozoa dapat dikelompokkan menurut habitatnya menjadi dua, yakni
mereka yang hidup di dalam air atau di tempat-tempat lembab dan dikenal sebagai
protozoa yang hidup bebas, dan mereka yang hidup di dalam atau pada hewan atau
tumbuh-tumbuhan lain disebut protozoa parasitik. Protozoa adalah organisme-
organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat utama. Sebagian di
antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di dalam
tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa
komensalisme dan mutualisme. Protozoa parasitik menyebabkan beberapa
67. 54
penyakit manusia yang paling tersebar luas dan membahayakan. Pada umumnya,
reproduksi protozoa adalah aseksual, tetapi terjadi juga pola-pola seksual yang
kompleks. Protozoa sebagai divisi telah dibagi-bagi menjadi lima filum utama.
Beberapa ahli protozoologi membaginya menjadi enam filum (Fried 2006: 318).
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu
mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan
walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme
sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam
zoology menamakan protozoa itu selular tetapi keseluruhan organisme itu
dibungkus dengan satu plasma membrane. Protozoa itu kecil, berukuran kurang dari
sepuluh micron dan, walaupun jarang ada yang mencapai 6 milimeter (Anonim a
2012: 2).
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air,
tetapi setiap jenis kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan
tingkat tinggi. Beberapa jenis protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya
lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa ini terdapat di mana-mana di dunia
di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab. Kelompok kedua
mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk
bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007:
107).
Beberapa spesies bersifat parasitik, hidup pada organism inang. Inang protozoa
yang bersifat parasit dapat berupa organisme sederhana seperti algae, sampai
vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh di
dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa memerlukan
68. 55
kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis protozoa laut
merupakan bagian dari zooplankton.
Protozoa laut yang lain hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar
dapat berada di danau, sungai, kolam, atau genangan air. Ada pula protozoa yang
tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus termit atau di dalam rumen hewan
ruminansia (Anonim b 2012 : 2).
Kehidupan hewan dimulai di laut pada zaman prakambrium seiring dengan
terjadinya evolusi bentuk multiseluler yang hidup dengan memakan organisme lain.
Gaya hidup baru tersebut memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya yang
sebelumnya belum termanfaatkan, dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari
bentuk-bentuk yang beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar, dan
akhirnya daratan. Keanekaragaman kehidupan hewan yang memesona di bumi saat
ini, beberapa di antaranya diilustrasikan pada terumbu karang di laut berasal dari
evolusi nenek moyang prakambrium yang telah berjalan lebih dari setengah miliar
tahun yang lalu (Campbell 2003: 202).
BAB III. METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
3.1.1 Waktu
69. 56
Adapun waktu yang di gunakan dalam praktikum biologi dasar
fakultas pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah. Kamis,01
desember 2022 , Pukul,16.00 s/d selesai
3.1.3 Tempat
Adapun tempat yang di gunakan dalam praktikum biologi dasar
fakultas pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah. Laboratorium
Biologi Dasar Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia Medan.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum biologi dasar fakultas
pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah. Mikroskop, cok
sambung, pisau cutter, pisau silet, kaca preparat, cok sambung, Tisu, Pipet
tetes
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum biologi dasar
fakultas pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah, Paramecium
yang di peroleh dari rendaman air jerami, Eugelena yang di peroleh dari air
kolam
3.3 Prosedur kerja
Ambil sedikit air dengan menggunakan pipet tetes dari bahan,taruh
setetes pada gelas benda lalu tutup dengan gelas penutup. Periksa dengan hati - hati
70. 57
jenis PROTOZOA yang ditemukan. Perhatikan cara bergerak dan cara makannya.
Gambarkan hasil pengamatan pada buku gambar.
71. 58
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun Hasil yang di temukan dalam praktikum biologi fakultas pertanian,
Universitas Methodist Indonesia adalah :
1. Paramecium
Figure 8
2. euglena
Figure 9
4.2 Pembahasan
Adapun pembahasan di dapatkan dalam praktikum biologi dasar fakultas
pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah :
Protista bersifat eukariotik, dan bahkan protista yang paling sederhana sekalipun
jauh lebih kompleks dibandingkan dengan prokariota. Eukariota pertama yang
berevolusi dari nenek moyang prokariotik kemungkinan bersifat
uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata itu mengandung arti sesuatu
yang sangat tua (bahasa Yunani, protos = “pertama”). Eukariota pertama itu bukan
72. 59
saja merupakan pendahulu protista modern yang sangat beranekaragam, tetapi juga
nenek moyang bagi semua eukariota tumbuhan, fungi dan hewan. Dua di antara
bagian-bagian yang paling bermakna dalam sejarah kehidupan asal mula sel
eukariotik dan kemunculan eukariota multiseluler berikutnya terjadi selama evolusi
protista. Pada umumnya protozoa memiliki alat gerak yang disebut flagela dan juga
silia (bulu getar).Dengan adanyan alat ini protozoa dapat bergerak lincah.
73. 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapatkan dalam praktikum biologi dasar
fakultas pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah :
1. Protozoa merupakan hewan pertama yang bersifat eukariotik yang memiliki
lat gerak flagela (bulu cambuk) dan juga silia (bulu getar).
2. Eukariota pertama yang berevolusi dari nenek moyang prokariotik
kemungkinan bersifat uniseluler dan oleh sebab itu disebut protista. Kata
itu mengandung arti sesuatu yang sangat tua (bahasa Yunani, protos =
“pertama”). Eukariota pertama itu bukan saja merupakan pendahulu protista
modern yang sangat beranekaragam, tetapi juga nenek moyang bagi semua
eukariota tumbuhan, fungi dan hewan.
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan dalam praktikum biologi dasar
fakultas pertanian, Universitas Methodist Indonesia adalah :
1. Praktikan lebih berhati-hati terhadap barang barang yang ada di
laboratorium
2. Praktikan lebih serius dan semangat saat praktikum
74. 61
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, 2006. Anatomi Tumbuhan, Jakarta : Erlangga
Bey, Yusnida., Syafii, Wan. 2006. Anatomi Tumbuhan. Cendikia Insani.
Pekanbaru.
Campbell,2008. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. UGM-Press. Yogyakarta
Darmawan dan Baharsyah, 2006. Biologi 2. Jakarta : Erlangga
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan.Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
76. 63
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sel tumbuhan mengandung berbagai macam pigmen. Klorofil merupakan salah
satu dari pigmen tersebut. Klorofil atau pigmen hijau ini berfungsi untuk menyerap
cahaya dalam proses fotosintesis. Ada 2 macam klorofil pada tumbuhan yaitu
klorofil a dan klorofil b. Sel tumbuhan hijau selain mengandung klorofil juga
mengandung karotenoid. Pada daun, adanya karotenoid ini ditutupi oleh klorofil
yang jauh lebih banyak. Karotenoid ini juga berperan dalam proses fotosintesis.
Pigmen ini membantu pengabsorbsian energi cahaya yang selanjut-nya diteruskan
ke klorofil. Klorofil mempunyai sifat yang dikenal dengan fluoresensi. Fluoresensi
ini dapat terlihat bila suatu ekstrak pigmen tumbuhan/kloril disinari dengan
seberkas cahaya. Pada larutan ini akan terlihat adanya cahaya berwarna merah tua.
Pada percobaan ini akan kita lihat juga sifat fluoresensi klorofil tersebut.
Pigmen adalah warna yang beredar di masyarakat merupakan zat warna yang dibuat
secara kimia (warna sintetis) dan warna yang dihasilkan oleh makhluk hidup yang
biasa. Penentuan bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa
faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi disamping itu
masih ada faktor lainnya, yaitu sifat mikrobiologis. Tetapi, sebelum
mempertimbangkan ataupun memperhatikan faktor-faktor lainnya, secara visual
faktor warna sangat menentukan. Pewarna alami kini telah banyak digantikan
dengan pewarna buatan yang memberikan lebih banyak kisaran warna yang telah
dibakukan. Hal ini karena zat pewarna alami kurang stabil dan mudah mengalami
perubahan baik fisik maupun kimiawi. Stabilitas warna dari zat pewarna
dipengaruhi oleh cahaya, pH, oksidator, reduktor, dan surfaktan.
77. 64
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat dan menganalisis
zat warna yang terdapat pada daun.
78. 65
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fotosintesis Pada Daun
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi
nomor dua di dunia yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya jenis hewan
dan tumbuhan yang memiliki keragaman morfologi dan pola unik yang berbeda
satu sama lain. Seperti perbedaan warna bulu dan jenis alat gerak pada hewan.
Adanya perbedaan warna bunga, bentuk daun, warna daun dan sebagainya. Bagi
setiap tumbuhan, daun adalah indikator penting yang berguna bagi kelangsungan
hidupnya yaitu merupakan tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Fotosintesis
adalah proses penambatan zat karbon dari udara yang diubah menjadi menjadi
senyawa (Silvia 2017).
2.2 Proses Fotosintesis
Salah satu proses kehidupan tanaman ialah fotosintesis yang merupakan
proses biokimia untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi), dimana karbon
dioksida (CO2) dan air (H2O) dibawah pengaruh cahaya diubah ke dalam
persenyawaan organik yang berisi karbon dan kaya energi. Fotosintesis merupakan
salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2
diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Reaksi dalam
fotosintesis yang menghasilkan glukosa ialah sebagai berikut:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2
79. 66
Glukosa digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa dan
dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi
seluler. Secara umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan
persamaan di atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi
dengan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia. Organ
utama tumbuhan tempat berlangsungnya fotosintesis adalah daun organik dan
menghasilkan energi yang digunakan untuk pertumbuhan.
Proses fotosintesis dapat terjadi karena adanya klorofil dalam daun. Klorofil
mengandung kloroplas yang berwarna hijau yang disebabkan adanya pigmen.
Selain berperan dalam fotosintesis, pigmen juga berfungsi sebagai penghasil warna,
antioksidan, precursor vitamin A dan sebagainya. Terdapat beragam macam
pigmen pada daun, seperti pigmen klorofil, xantofil, karoten dan pigmen lainnya
yang memberikan warna daun yang beragam. Sementara itu fotosintesis merupakan
suatu proses fisiologis utama pada tanaman untuk mengubah kandungan energi
foton cahaya menjadi energi kimia yang akan digunakan untuk menopang
kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Fotosintesis merupakan sumber energi yang
penting bagi pertumbuhan tanaman, dan terminologi fotosintesis sendiri berasal
dari bahasa Yunani, yaitu phōs (φῶς) dan sunthesis (σύνθεσις), yang secara
berturutan bermakna cahaya dan mengolah. Dalam proses fotosintesis,
80. 67
karbondioksida, sebagai sumber penyedia utama unsur karbon, dan air akan
disintesa menjadi senyawa karbohidrat dan beberapa senyawa organik lain, serta
melepaskan oksigen sebagai hasil sampingannya. Tanaman dengan kemampuan
fotosintesis ini dikenal dengan sebutan photoautotrophs, yang memiliki
kemampuan sintesa makanannya langsung dari air dan karbondioksida sebagai
sumber penyedia unsur karbonnya, dengan memanfaatkan energi foton dari cahaya
(Latifa 2016).
2.3 Pengertian Pigmen
Secara kimiawi, pigmen merupakan senyawa yang memantulkan (serta
sekaligus menyerap) komponen panjang gelombang cahaya tertentu, yang dapat
memberikan kesan warna spesifik pada objek yang mengandung jenis pigmen
tertentu ini. Diantara tiga kelompok utama pigmen alami, klorofil adalah pigmen
yang paling penting dalam kehidupan keseharian manusia. Klorofil merupakan
pigmen yang dimiliki oleh kebanyakan tanaman hijau, yang berfungsi sangat
strategis untuk menjamin keberlangsungan proses fotosintesis dengan baik.
Penamaan klorofil sendiri mula pertama diusulkan pada tahun 1818 oleh
PierreJoseph Pelletier dan Joseph Bienaimé Caventou (Delépine, 1951) untuk
menyebut adanya zat kehijauan yang dapat diekstraksi dari daun tanaman dengan
menggunakan alkohol. Klorofil (Chl) adalah merupakan pigmen penting bagi
kelangsungan proses fotosintesis ini (Nasution dkk, 2019).
81. 68
Warna dapat berfungsi sebagai indikator penentuan terhadap kesegaran dan
kematangan sayuran atau buah-buahan. Klorofil adalah pigmen pemberi warna
hijau yang terdapat pada kloroplas sel tanaman. Klorofil merupakan pigmen hijau
tumbuhan dan merupakan pigmen yang penting dalam proses fotosintesis.
Penyerapan cahaya oleh klorofil ini disebabkan adanya peranan utama dari struktur
porrin yang mengikat ion magnesium (Mg2+), yang merupakan struktur utama
klorofil. Pada tumbuhan didapatkan bermacam-macam pigmen yang berperan
menyerap energi cahaya (Man, 2020).
Pigmen fotosintetis terdapat dalam kloroplas yang terdiri dari klorofil a,
klorofil b, xantofil, karotenoid, bakterio klorofil pada bakteri. Pigmen ini menyerap
warna atau gelombang cahaya yang berbeda-beda. Masing-masing menyerap
maksimum pada gelombang cahaya tertentu. Pigmen umumnya mempunyai
penyerapan maksimum pada gelombang cahaya pendek dan juga panjang. Untuk
memaksimalkan penyerapan energi cahaya, maka pada kloroplas terdapat
kelompok pemanen cahaya yang disebut dengan antena yang terdiri dari bermacam-
macam pigmen, pigmen yang paling banyak pada kloroplas adalah klorofil. Klorofil
merupakan pigmen yang berwarna hijau yang terdapat pada kloroplast. Pigmen ini
berguna untuk melangsungkan fotosintesis pada tumbuhan. Aneka bentuk dan
ukuran kloroplast ditemukan pada berbagai tumbuhan. Pigmen-pigmen yang lain
dalam kloroplas memindahkan energinya untuk perangsangnya kepada P700 atau
82. 69
kepada P680. Untuk alasan ini, klorofil b, karotenoid, dan sebagian besar dari
molekul-molekul klorofil a terkadang dinamai pigmen antena. Masing-masing
disetel untuk menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya secara paling
efisien. Kemudian eneergi yang diterima diteruskan kepada P700 atau kepada P680.
Hanya P700 dan P680 teroksidasi manakala cahaya mengenai kloroplas utuh.
Karena peran redoks genting yang dilakukan, maka P700 dan P680 disebut pigmen
pusat reaksi. Sifat fisik klorofil adalah menerima dan atau memantulkan cahaya
dengan gelombang yang berlainan (berpendar = berfluoresensi).
Kandungan klorofil daun tanaman biasanya digunakan sebagai indeks acuan
untuk mendiagnosis penyakit tanaman serta menentukan kondisi kadar nutrien dan
unsur nitrogen pada tanaman. Kecukupan kadar kandungan klorofil dalam tanaman
sangat perlu dijaga untuk menjamin kelangsungan pertumbuhan tanaman yang
sehat dan mampu memberikan hasil panen yang melimpah dan berkualitas. Oleh
sebab itu monitoring kandungan klorofil pada daun perlu dilakukan secara periodik
dan teratur (Fageria, Baligar and Jones, 2010).
Ketersediaan alat ukur kandungan klorofil daun yang akurat, mudah
diperasikan, serta dalam harga yang terjangkau, adalah merupakan permasalahan
tersendiri bagi petani dan pembudidaya tanaman di negeri ini, dimana mayoritas
dari komunitas ini masih berada di bawah garis kemiskinan. Oleh sebab itu, upaya
penelitian dan pengembangan suatu sistem untuk dapat memenuhi kebutuhan
83. 70
mayoritas petani anak negeri diharapkan dapat memberikan kontribusi riil dalam
menunjang upaya nasional untuk meningkatkan ketahanan pangan bangsa. Dalam
tulisan populer ini akan dijelaskan upaya-upaya yang telah, sedang, dan akan
dilakukan untuk merealisasikan gagasan pengembangan purwarupa sistem
pengukuran kadar klorofil daun ini, serta tahapan-tahapan pengujiannya, sehingga
dapat purwarupa akhir yang siap diproduksi dan digunakan oleh para petani dan
pembudidaya dalam lingkungan asli penggunaannya (Nasution dkk, 2019).
2.4 Jenis dan Fungsi Pigmen
Pigmen pada tumbuhan merupakan biokrom yaitu warna hidup, yang secara
alami dimiliki oleh tumbuhan maupun hewan. Konsentrasi pigmen pada tumbuhan
tergantung dari intensitas warna yang terdapat pada tumbuhan tersebut. Beberapa
pigmen yang banyak ditemukan pada tumbuhan antara lain klorofil, antosianin,
karetinoid, tanin, caramel dan biskin. Pigmen klorofil menghasilkan warna hijau;
antosianin menampilkan warna merah, orange, ungu, biru dan kuning; karotenoid
menghasilkan warna jingga sampai merah; tannin menghasilkan warna coklat; dan
karamel menghasilkan warna coklat gelap (Balaira dkk, 2017)
Klorofil dibedakan menjadi dua yaitu klorofil A memiliki warna hijau
rumput dan klorofil B memiliki warna hijau kebiruan berfungsi untuk menyerap
cahaya biru atau kejinggaan. Karatenoid yang memiliki pigmen jingga mampu
menyerap menyerap warna biru kehijauan dan biru kekuningan. Sedangkan
84. 71
anthosianin memiliki beberapa fungsi antara lain: a) melindungi tumbuhan dari
cekaman biotik maupun abitik, b) menambah daya tarik serangga untuk dapat
membantu proses penyerbukan. Keberagaman warna daun pada tumbuhan,
memperlihatkan adanya berbagai macam pigmen pada daun tersebut. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan sampel berupa daun dari beberapa tumbuhan yang
banyak ditemukan di lingkungan Kampus Unirow Tuban, Teknik penelitian
menggunakan teknik kromatografi (chromatography). Teknik kromatografi yaitu
teknik pemisahan molekul yang didasarkan pada perbedaan pola pergerakan antara
fase gerak dan diam untuk memisahkan komponen yang ada dalam larutan.
Molekul yang terlarut dalam fase gerak akan melewati kolom yang merupakan fase
diam (Priska dkk, 2018).
2.5 Teknik Kromatografi
Seperti yang disebutkan, Teknik kromatografi ialah teknik pemisahan
molekul yang didasarkan pada perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan
diam untuk memisahkan komponen yang ada dalam larutan. Teknik kromatografi
dapat digunakan untuk menguji berbagai senyawa, salah satunya adalah pigmen.
Pada penelitian ini, teknik kromatografi yang digunakan untuk mengetahui pigmen
yang terdapat pada sampel yang diteliti adalah kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan kertas saring. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
mengetahui kandungan pigmen klorofil yang terdapat pada tumbuhan. Prinsip kerja
85. 72
kromatografi lapis tipis adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan antara
fase stasioner dan fase gerak, fase geraknya adalah pelarut atau disebut eluen. Pada
teknik kromatografi, fase diam yaitu kertas saring, sedangkan fase gerak yaitu
pelarut. Pelarut akan bergerak melalui kertas saring oleh gaya kapiler dan
menggerakan komponen campuran dengan jarak yang berbeda pula. Identifikasi
hasil penelitian dilakukan dengan faktor reterdasi atau retardation faktor (Rf). Nilai
Rf didapatkan dari perbandingan jarak yang ditempuh pigmen dngan jarak tempuh
pelarut. Jadi pada daun yang dominan warna hijau memiliki pigmen warna dengan
berat molekul paling ringan yaitu warna kuning adalah pigmen xantofil, dan yang
kedua hijau tua yaitu pigmen klorofil a dan pigmen warna yang memiliki berat
molekul paling besar yaitu hijau muda yakni klorofil b (Maulid R & Laily, 2015).
86. 73
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Adapun waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah pada hari
Kamis, 02 Desember 2022 pukul 16.00 WIB s/d.
3.1.2 Tempat
Adapun tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah di
Laboratorium Biologi dasar, Fakultas Pertanian, Universitas Methodist
Indonesia.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah mortar dan
alu, kertas saring, erlenmeyer, gelas ukur, rak tabung, corong dan beaker
glass.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Daun ubi
kayu (Manihot utilisima), Daun bayam duri (Amarantus spinosus), Daun
pepaya (Carica papaya), Daun ubi jalar (Ipomoea batatas), aceton dan
alkohol.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah
1. Sediakan daun secukupnya, haluskan dengan alat penumbuk.
2. Daun yang telah dihaluskan dimasukkan dalam Erlenmeyer, kemudian
larutkan dengan acetone selama 2-3 menit (aduk terlebih dahulu).
87. 74
3. Sediakan potongan kertas saring berukuran 1 x 10 cm sebagai kertas
kromatografi.
4. Cairan daun paling atas (jangan ikut ampasnya) dipindahkan ke
Erlenmeyer lain, lalu celupkan kertas saring (lakukan dengan hati-hati,
usahakan ujung kertas jangan menyentuh dasar tabung dan dinding
tabung) dan biarkan selama 15 menit sampai terlihat spectrum warna atau
pemisahan warna
5. Lakukan pengamatan yaitu mencatat spectrum warna pada kertas saring.
88. 75
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini adalah
● Daun ubi kayu (Manihot utilisima)
Figure 10
● Daun bayam duri (Amaranthus spinosus)
Figure 11
● Daun pepaya (Carica papaya)
Figure 12
4.2 Pembahasan
89. 76
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah bahwa salah satu bagian
yang hidup dari protoplasma adalah plastida. Plastida yang tidak berwarna adalah
leukoplas, sedangkan plastida yang berwarna adalah kromoplas. plastida yang hijau
banyak mengandung klorofil. selain itu plastida juga mengandung zat warna lain
yaitu kuning orange atau merah. zat warna pada daun adalah klorofil a (hijau tua),
klorofil b (hijau muda), xantofil (kuning) dan fikosantin (coklat).
Pada daun ubi kayu (manihot utilisima) zat warna yang terkandung ialah
warna hijau muda atau disebut klorofil b dan pada daun bayam duri (amaranthus
spinosus) zat warna yang terdapat pada pengamatan adalah hijau tua (klorofil a),
hijau muda (klorofil b) dan kuning (xantofil) sedangkan pada daun pepaya (carica
papaya) kandungan zat warna yang didapat ialah klorofil a (hijau tua) klorofil b
(hijau muda) xantofil (kuning) dan fikoxanthin (coklat).
BAB V. KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
90. 77
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah bahwa pigmen merupakan zat
pemberi warna. Klorofil adalah pigmen utama bagi tumbuhan sehingga proses
fotosintesis bisa terjadi. Pigmen klorofil diproduksi di dalam kloroplas pada
jaringan fotosintesis yang letaknya di daun. Klorofil dapat menyalurkan energi yang
berasal dari sinar matahari untuk dimanfaatkan oleh tumbuhan.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah diharapkan para praktikan lebih
serius, teliti, hati-hati dan menguasai materi yang diajarkan oleh asisten dosen.
91. 78
DAFTAR PUSTAKA
Balaira, G., Kemer, K., & Mantiri, D. (2017). “Pemisahan pigmen pada mikroalga
Dunaliella salina yang telah diberi senyawa timbal asetatAWA,” J. Pesisir
dan Laut Trop., vol. 5, no. 1, pp. 41–49.
Fageria, N. K., Baligar, V. C. and Jones, C. A. (2010) 'Growth and mineral nutrition
of field crops, third edition', Growth and Mineral Nutrition of Field Crops,
Third Edition, pp. 1-550.doi: 10.1201/b10160.
Latifa, R. (2016). “Karakter morfologi daun beberapa jenis pohon penghijauan
hutan kota di kota malang,” Res. Rep
Mänd, P. (2020) 5.2.’ Chlorophyll and carotenoid content', in Halbritter et al. The
handbook for standardised field and laboratory measurements in terrestrial
climate-change experiments and observational studies (ClimEx).
Maulid, R. R. and Laily, A. N. (2015) Kadar Total Pigmen Klorofil dan Senyawa
Antosianin Ekstrak Kastuba (Euphorbia pulcherrima) Berdasarkan Umur
Daun The Total Content of Chlorophyll Pigments and Anthocyanin
Compounds of Euphorbia pulcherrima based on Age of Their Leaf,pp.
225230.
Nasution. A. M., Fajrin, Y. A. and Suyanto, H. (2019) Calibrating of simple and
lowcost Raspberry-Pi camera-based Chlorophyll meter for accurately
determining chlorophyll content in paddy leaves,11044(ISPHOA 2018), p.
24. doi:10.1117/12.2503830.
Priska, M., Peni, N., Carvallo, L., & Y. Ngapa, D. (2018). “Antosianin dan
pemanfaatannya,” Cakra Kim. (Indonesian E-Journal Appl. Chem., vol. 6,
no. 2, pp. 79–97.
93. 80
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tumbuhan merupakan makhluk hidup multiseluler. Sel tumbuhanterdiri
atas dinding sel, inti sel dan organel-organel yang ada didalamnya.Selain itu
pada sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang dibungkus olehmembran plasma
yang merupakan membran yang mampu mengatursecara selektif aliran cairan
dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dansebaliknya.
Apabila suatu sel tumbuhan diletakkan didalam suatu larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dari pada di dalam sel, maka air akan meninggalkan
sel sehingga volume isi sel berkurang. Karena dinding sel bersifat permeable
maka ruang antara membran dan dinding sel akan diisi larutan dari luar.
Peristiwa ini berlangsung sampai konsentrasi di dalam dan diluar sel sama
besar.
Akibat peristiwa tersebut, maka protoplasma yang kehilangan air akan
menyusut volumenya dan akhirnya akan terlepas dari dinding sel.Peristiwa
tersebut dinamakan dengan plasmolisis. Plasmolisis adalah kondisi dimana
suatu sel tumbuhan diletakkan dalam larutan sukrosa yang terkonsentrasi
(hipertonik) akibat cairan yang ada didalam sel keluar darisel sehingga tekanan
sel akan terus berkembang sampai di suatu titik dimana membran terlepas dari
dinding sel.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrim dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada
larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan eksosmosis,
94. 81
seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang
memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Contoh plasmolisis dalam kehidupan sehari-hari antara lain, jika kita
merendam wortel ke dalam larutan garam 10 % maka sel-selnya akan
kehilangan rigidital (kekauannya). Hal ini disebabkan potensial air dalam sel
wortel tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutan garam
sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut. Jika diamati
dengan mikroskop maka yakuola sel, sel wortel tersebut tidak tampak dan
sitoplasma akan mengekrut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya.
I.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari pratikum ini yaitu :
1. Mengetahui perbedaan sel hidup dan sel mati
2. Mengetahui struktur dan bagian-bagian sel tumbuhan
3. Mengetahui proses plasmolisis pada sel tumbuhan
95. 82
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologis yang berbeda dengan sel hewan,
khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel secara
umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel sekunder. Perbedaan
antara kedua dinding ini terletak pada fleksibilitas, ketebalan, susunan mikrofibril
dan pertumbuhannya. Seluruh aktivitas sel tumbuhan sangat tergantung dengan
keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain berfungsi untuk proteksi isi sel juga
berperan dengan keluar masuknya air, makanan dan garam-garam mineral ke dalam
sel (Istanti, 1999).
Sel tumbuhan juga dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di
luar sel lebih rendah dari pada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air
cukup besar, maka kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran
sel dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini di sebut dengan
peristiwa plasmolisis (Tjitrosomo, 1983).
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang
disebabkan oleh air yang berada dalam vakuola merembes keluar dari sel. Yaitu
bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan
akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila
terjadi terus-menerus, maka sel tersebut akan mati dan untuk untuk
mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke
keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang
96. 83
lebih tinggi. Perstiwa kembalinya protoplasma ini disebut deplasmolisis (Willkins,
1992).
Plasmolisis merupakan keadaan dimana membran dari sitoplasma akan
keluar dari dinding sel. Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran
protoplasma dengan sifat permiabelnya. Permiabel dinding sel terhadap gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Plasmolisis ini sendiri merupakan
contoh kasus tranportasi sel secara osmosis (Goldworty, 1992).
Osmosis pada hakikatnya adalah suatu roses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa difusi air melalui selaput permeabel secara diferensial dari suatu
tempat yang berkonsetrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Tekanan
yang terjadi karena difusi disebut tekanan osmosis. Makin besar terjadinya osmosis,
maka semakin besar juga tekanan osmosisnya. Proses osmosis akan berhenti jika
kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh
perbedaan konsentrasi (Campbell, 2008).
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi eksterm dan jarang terjadi di alam.
Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis. Proses ini
seringkali menggunakan yanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki
pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas (Lukyati, 1999).
Beberapa ilmuwan terdahulu mempunyai pendapat sendirimengenai sel.
Menurut Scheliden dan Schwaz, sel merupakan kesatuan structural kehidupan.Max
Schutlze dan Thomas Huxley juga berpendapat bahwa sel merupakan kesatuan
fungsional kehidupan.Seorang ilmuwan Polandia, Rudolf Virchow mengartikan sel
sebagai kesatuan pertumbuhan.Selain itu dia juga berpendapat bahwa sel
97. 84
merupakan kesatuan hereditas dari makhluk hidup.Setelah dilakukan observasi
selama bertahun-tahun maka terbentuk suatu teori tentang sel, yaitu teorisel. Teori
sel menyatakan bahwa sel adalah suatu kesatuan terkecil baik struktural maupun
fungsional dari makhluk hidup (Abdurahman, Deden.2008).
2.2. Plasmolysis
Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dindingsel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury andRoss, 1992).
Plasmolisis menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat ,
artinya suatu zat / materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya.
Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan
lingkungannya, jika memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi
itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan
sehingga materi dari luar itu bisa masuk.
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan
oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika
potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar kepotensial air yang lebih
rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebihrendah maka yang terjadi
sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air.
Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwavolume sel
akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapatmengisi seluruh ruangan
yang dibentuk oleh dinding sel. Plasmolisismerupakan keadaan membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dindingsel . Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan
ke dalam larutan sukrosamengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakinbanyak sel yang mengalami plasmolisi (Tjitrosomo, 1987).
Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasmadan
98. 85
sifat permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan guladiperlihatkan
oleh sel-sel yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akantampak di tepi
gelembung yang berwarna kebiru-biruan berarti ruangbening diantara dinding
dengan protoplas diisi udara. Jika isinya air murnimaka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusimelalui benang-benang protoplasma yang
menembus lubang-lubang kecilpada dinding sel.Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutanplasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentusehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).
Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma
yangmenembus lubang-lubang kecil pada dinding sel.Benang-benang tersebut
dikenal dengansebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada
molekul tertentu sehinggamolekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury,
1995).
2.3.Struktur dan Fungsi Sel Organel Sel
Semua sel dibatasi oleh suatu membran yang disebut membranplasma,
sementara daerah di dalam sel disebut sitoplasma. Berdasarkan organisasi
internalnya, sel dapat dibedakan menjadi sel prokariotik dan seleukariotik. Disebut
prokariotik jika inti selnya tidak dibatasi selaput (tidak mempunyai membrane inti),
misalnya bakteri. Disebut eukariotik jika sudah mempunyai membran inti (selaput
inti), misalnya sel-sel hewan dantumbuhan (Mulyani, Sri. 2006)
Pada sel prokariotik tidak ada membran yang memisahkan DNAdan bagian
dari sel lainnya, dan daerah tempat DNA terkonsentrasi disitoplasma disebut
nukleotid. Kebanyakan prokariotik merupakanorganisme uniseluler dengan sel
berukuran kecil (berdiameter 0,7-2,0 µmdan volumenya sekitar 1 µm³) serta
99. 86
umumnya terdiri dari selubung sel,membran sel, sitoplasma, nukleotid, dan
beberapa struktur lain(Rahmawati, Dian. 2014).
Tidak seperti sel prokariotik, sel eukariotik memiliki nukleus.Diameter sel
eukariotik biasanya 10 hingga 100 µm, sepuluh kali lebih besar daripada
bakteri.Sitoplasma eukariotik adalah diantara nukleus dan membran sel. Sel
sitoplasma ini terdiri dari medium semicair yang disebut sitosol, yang di dalamnya
terdapat organel-organel dengan bentuk dan fungsi terspesialisasi serta sebagian
besar tidak dimiliki prokariotik. Kebanyakan organel dibatasi oleh satu lapis
membran, namun ada pulayang dibatasi oleh dua membran, misalnya nukleus
(Rahmawati, Dian.2014).
Selain nukleus, sejumlah organel lain dimiliki hampir semua seleukariotik,
yaitu mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi serta peroksisom. Lisosom
yang menguraikan komponen sel yang rusak dan benda asing yang dimasukkan
oleh sel, ditemukan pada sel hewan tetapi tidak pada sel tumbuhan.Kloroplas,
tempat terjadinya fotosintesis, hanya ditemukan pada sel-sel tertentu daun
tumbuhan dan sejumlah organismeuni seluler. Baik sel tumbuhan maupun sejumlah
organisme uniseluler memiliki satu atau lebih vakuola, yaitu organel tempat
menyimpan nutrientdan limbah serta tempat terjadinya sejumlah reaksi penguraian
(Rahmawati, Dian. 2104).
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindungdanpemberi
bentuk tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antaralain:bakteri, cendawan,
ganggang (protista), dan tumbuhan. Kelompok makhlukhidup tersebut mempunyai
sel dengan bentuk yang jelas dankaku (rigid).Pada protozoa (protista) dan hewan
tidak mempunyai dinding sel, sehinggabentuk selnya kurang jelas dan fleksibel,
100. 87
tidak kaku. Pada bagian tertentu dari dinding sel tidak ikut mengalami penebalan
danmemilikiplasmodesmata disebut noktah (titik) (Campbell, et all. 2008)
101. 88
BAB III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
3.1.1 Waktu
Adapun waktu dilaksanakan praktikum ini yaitu pada kamis, 15
desember 2022
3.1.2 Tempat
Adapun tempat dilaksanakan praktikum ini yaitu pada laboratorium
biologi dasar fakultas pertanian UNIVERSITAS METHODIST
INDONESIA MEDAN.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk kegiatan pratikum ini adalah :
miskroskop, spatula, pipet tetes, erien mayer.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk pratikum adalah :
1. Daun alam dari eva (rhoco discolor)
2. Daun bunga kembang telang ( elitoris ternab)
3. Bunga canna ejolis
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari pelaksanaan praktikum ini ialah :
1. Buat irisan mendatar hingga kulit luar
2. Pilihlah bagian-bagian dari bahan yang tidak mengandung zat warna
lainnya.
102. 89
3. Periksa dalam air sel-sel seakan-akan penuhi dengan zat warna dan
kelihatan dinding yang putih mengkilat
4. Siapkan air dengan menaruh secarik kertas pengisap (silfer paper) pada
salah satu sisi lainnya. Laritan gula atau KN03 dan berbagai macam
kepekatan sampai nampak zat warna seakan-akan selalu mengumpul
ketengah-tengah sel (plasmolisi).
5. Tumbuhkan lagi air dan perhatikan perubahan warna ynag terjadi akan kita
ketahui tergolong apa zat warna tersebut.
6. Gambarlah beberapa sel yang akan menunjukkan tingkat plasmolysis dan
deplasmolisis.
103. 90
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari pratikum ini adalah
● Daun alam dan era (rhoco discolor)
Figure 13
● Daun bunga dari canna eduis
Figure 14
4.1 Pembahasan
Adapun pembahasan dari pratikum ini adalah : Pada sel rhoco discolor yang
diberikan larutan KNO3 mengalami plasmolisis.
Plasmolisis adalah dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel
tumbuhan diletakkan di larutan garam berkonsentrasi tinggi, sel tumbuhan