SlideShare a Scribd company logo
TENTANG :
Oleh :
Akhmad Taufiq Mukti1, Rustidja2, Sutiman Bambang
Sumitro3 dan Mohammad Sasmito Djati3
 Latar Belakang Masalah
 Metode
 Cara Kerja
 Hasil & Pembahasan
 Kesimpulan & Saran
Isi jurnal
meliputi
1. PENDAHULUAN
Perlunya memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta
kualitas ikan dalam pengelolaan budidaya ikan, khususnya ikan
mas yang harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan
peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas.
Di sinyalir, telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih
ikan mas yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha
maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan
produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas
genetik ikan mas seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin
melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom.
Latar Belakang Masalah
2. METODE DAN CARA KERJA
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Kemudian, sebagai perlakuan adalah kejutan suhu panas 40°C selama
1,5 menit yang diperlakukan pada telur terfertilisasi dan dibagi menjadi 3
kelompok perlakuan, yaitu :
a. Kelompok ikan normal diploid (2 N), tanpa perlakuan kejutan suhu
panas.
b. Kelompok ikan triploid (3 N), kejutan suhu panas pada telur 3 menit
setelah fertilisasi.
c. Kelompok ikan tetraploid (4 N), kejutan suhu panas pada telur 29 menit
setelah fertilisasi.Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan 10 kali.
1. Pemijahan dan stripping induk ikan mas
memasangkan induk ikan mas jantan dan betina di dalam kolam
pemijahan ikan dengan perbandingan jantan dan betina adalah 3:1
Kemudian, ikan mas akan melakukan perkawinan secara alami.
Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk betina dan
jantan ikan mas ditangkap dan dilakukan pengurutan (stripping)
untuk mendapatkan telur dan sperma ikan mas
Telur-telur yang diperoleh ditampung dalam petridish dan sperma
ditampung dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl Fisiologis
dengan pengenceran 10 kali dan disimpan sementara dalam
refrigerator suhu 4°C.
2. Perlakuan Poliploidisasi
Mengambil telur ikan mas dalam petridish hasil stripping
dengan menggunakan spatula dan diletakkan dalam petridish
bersih dan kering. Kemudian, teteskan larutan sperma pada telur
sebanyak 2-3 tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara
perlahan mempergunakan bulu ayam.
Campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih
sebanyak 3-4 tetes, dan diaduk perlahan dengan mempergunakan
bulu ayam.
Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi dibagi menjadi 3
kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan
yang telah ditempatkan dalam wadah berisi larutan urea dan garam
3:4 untuk 1 liter air.
2.Lanjutan dari Perlakuan Poliploidisasi
selanjutnya, telur-telur kontrol tanpa perlakuan kejutan suhu
(diploid) langsung dimasukkan ke bak penetasan (inkubasi) telur.
Telur-telur terfertilisasi dalam kelompok triploidisasi, 3 menit
setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas 40°C
selama 1,5 menit. Kemudian dimasukkan dalam bak inkubasi.
Telur - telur terfertilisasi dalam kelompok tetraploidisasi, 29
menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas
40°C selama 1,5 menit dan kemudian dimasukkan bak penetasan
(inkubasi) telur.
3. Penetasan dan pemeliharaan larva
Letakkan telur-telur terfertilisasi dalam saringan yang telah
diperlakukan triploidisasi dan tetraploidisasi serta kontrol
dalam bak penetasan yang telah diberikan methylen blue
dengan suhu air diatur 28°C.
 ± 8-10 jam setelah fertilisasi, dilakukan penghitungan telur
terfertilisasi dan tidak terfertilisasi.
Kemudian hitung laju penetasan dan larva cacat ( secara
morfologis ) pada saat telur – telur menetas, 2-3 hari setelah
fertilisasi.
 Setelah seminggu lamanya, larva ikan dipindahkan ke dalam
akuarium dan diberikan pakan alami Artemia sp., cacing
Tubifex sp dan pakan pellet.
4. Analisis Ploididsasi
Larva ikan mas dipelihara ± 1 bulan dan dihitung
kelangsungan hidupnya. yang meliputi kecepatan dan laju
pertumbuhannya yang dihitung melalui pengukuran panjang
tubuh dan berat tubuh masing-masing perlakuan yang
dilakukan tiap 10 hari sekali.
Penghitungan dilakukan melalui jumlah nukleolus ikan mas
hasil perlakuan poliploidisasi yang mempergunakan
pewarnaan perak nitrat.
Jaringan yang dipergunakan adalah jaringan insang, sirip
pectoral dan sirip ekor ikan mas hasil perlakuan poliploidisasi.
Lanjutan Analisis Ploididsasi
1. Sebagian jaringan diambil dan dikeringkan di atas tissu.
Kemudian dimasukkan dalam petridish berisi larutan
hipotonik (KCl 0,075 M) dingin selama 90-100 menit.
2. Selanjutnya rendam dalam larutan fiksatif segar dan dingin
selama 60 menit. Tiap 30 menit sekali larutan fiksatif
diganti dengan yang baru (segar).
3. Letakkan jaringan pada gelas obyek cekung dan tambahkan
larutan asam asetat 50 % serta dicacah sampai terbentuk
suspensi sel. Kemudian teteskan suspensi sel ini dengan
mempergunakan mikropippet ke atas gelas obyek yang telah
direndam dalam alkohol 70 % dingin selama minimal 2 jam
dan dipanaskan pada suhu 45-50°C.
Lanjutan Analisis Ploididsasi
4. Pewarnaan preparat nukleolus dilakukan dengan
pembercakan perak nitrat di atas preparat sel, yaitu 2 tetes
larutan A (10 gram AgNO3 + 20 ml aquadest) dan 1 tetes
larutan B (2 gram gelatin + 50 ml aquadest hangat + 50 ml
gliserin). Kemudian dicampur dan disebarkan secara
merata di atas preparat mempergunakan tusuk gigi.
5. Masukkan preparat ke dalam box staining yang suhunya
diatur 45-50°C dan dibiarkan selama 20-30 menit atau
sampai warna berubah kuning kecoklatan.
6. Ambil preparat kemudian bilas dengan air bersih serta
dikeringanginkan beberapa menit.
7. Amati jumlah nukleolus preparat di bawah mikroskop
cahaya, dengan pembesaran 25 x sampai 100 x.
5. Pengamatan perkembangan gonad
Pengamatan perkembangan gonad ikan mas
perlakuan poliploidisasi dilakukan dengan cara
melakukan pembedahan bagian tubuh ikan mas
yang telah berumur lebih kurang 4 bulan.
Kemudian, dilakukan pengamatan gonad ikan
secara visual (morfologi) dan difoto.
6. Parameter uji dan analisis data
Parameter uji adalah laju penetasan (HR), kelangsungan hidup (SR),
kecepatan pertumbuhan relatif (h) dari pengukuran panjang tubuh ikan
mas, laju pertumbuhan spesifik (SGR) dari pengukuran berat tubuh
ikan mas, perkembangan gonad dan analisis ploidisasi dengan
menghitung jumlah nukleolus (induksi ploidi).Analisis statistik
mempergunakan analisis keragaman dengan uji F (ANOVA) dan uji
Beda Nyata Terkecil untuk mengetahui perlakuan terbaik.
Ket:
a : jumlah telur menetas normal (larva normal)
b : jumlah telur menetas cacat (larva cacat)
c : jumlah telur tidak menetas
Parameter uji dan analisis data
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Tabel 1. Data rerata
hasil pengamatan ikan mas
(Cyprinus carpio L.)
diploid, triploid dan
tetraploid.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Laju penetasan
Laju penetasan ikan mas kontrol (diploid) sebesar 25,94 ± 6,76 %,
sedangkan triploid dan tetraploid masing-masing sebesar 22,63 ± 8,36 %
dan 11,10 ± 8,60 %. Laju penetasan ikan mas diploid berbeda sangat nyata
dengan ikan mas triploid maupun tetraploid.
Hasil analisis statistik melalui uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan
bahwa ikan mas diploid memiliki laju penetasan tertinggi dan berbeda
sangat nyata (P<0,01) dengan tetraploid, sedangkan laju penetasan ikan
mas triploid tidak berbeda nyata dengan diploid (P>0,05), seperti terlihat
pada Gambar 1. Tetapi, persentase larva cacat antara diploid dan triploid
menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) (lihat Tabel 1).
Gambar 1. Rerata laju penetasan
telur ikan mas (Cyprinus carpio L.)
diploid, triploid dan tetraploid.
Tabel 1. Data rerata hasil pengamatan ikan mas
(Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid.
Kelangsungan hidup ikan mas diploid sebesar 75,52 ±
7,97 %, triploid sebesar 52,64 ± 8,46 % dan tetraploid
sebesar 55,04 ± 8,15 %. Hasil analisis statistik uji BNT
memperlihatkan, ikan mas diploid memiliki kelangsungan
hidup tertinggi dan berbeda sangat nyata (P<0,01) bila
dibandingkan dengan triploid dan tetraploid.
Kelangsungan hidup ikan mas triploid tidak berbeda nyata
(P>0,05) dengan ikan mas tetraploid
2. Kelangsungan Hidup
Gambar 2. Rerata
kelangsungan hidup ikan
mas (Cyprinus carpio L.)
diploid, triploid dan
tetraploid.
Ikan mas tetraploid memiliki kecepatan pertumbuhan
relatif dan laju pertumbuhan spesifik lebih baik (tinggi),
masing-masing sebesar 5,38 dan 44,57%, sedangkan ikan mas
triploid sebesar 4,42 dan 43,05 % dan diploid sebesar 3,51 dan
39,97 %. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan 5.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kecepatan
pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik ikan mas
tetraploid berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan ikan mas
diploid maupun triploid. Pada Gambar 4 dan 6 terlihat,
kecepatan pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik
harian ikan mas tetraploid juga cenderung lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ikan mas diploid maupun triploid.
2. Pertumbuhan
Gambar 3. Kecepatan pertumbuhan
relatif ikan mas (Cyprinus carpio L.)
diploid, triploid dan tetraploid
Gambar 5. Laju pertumbuhan spesifik ikan
mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan
tetraploid selama 30 dan 110 hari.
Gambar 4. Kecepatan pertumbuhan
relatif ikan mas (Cyprinus carpio L.)
diploid, triploid dan tetraploid selama
110 hari.
Gambar 6. Laju pertumbuhan spesifik ikan
mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid
dan tetraploid selama 110 hari.
3. Analisis Ploididsasi
Analisis ploidisasi dari perlakuan kontrol (diploid) menghasilkan induksi ploidi
dan hasil ploidi masing-masing sebesar 100 % dan 100 %.
a. Perlakuan kejutan suhu panas pada telur 3 menit setelah fertilisasi telah
menghasilkan induksi triploid sebesar 70 % dengan hasil ploidi sebesar 61,07 %,
b. Perlakuan kejutan suhu panas pada telur 29 menit setelah fertilisasi
menghasilkan induksi tetraploid sebesar 60 % dengan hasil ploidi sebesar 25,67 %.
Hasil analisis ploidisasi mempergunakan metode penghitungan jumlah nukleolus
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Level ploidisasi ditentukan berdasarkan jumlah maksimum nukleoli yang
ditemukan.Dengan Jumlah sampel ikan yang dipergunakan untuk masing-masing
perlakuan adalah 50 ekor. Pada ikan diploid ditemukan 646 sel dengan rata-rata 129
sel yang teramati. Ikan triploid ditemukan 584 sel dengan rata-rata 117 sel yang
teramati, sedangkan tetraploid ditemukan 559 sel dengan rata-rata 112 sel yang
teramati.
Tabel 2
Perkembangan gonad ikan mas diploid tidak jauh berbeda
dengan perkembangan gonad ikan mas tetraploid. Ikan mas
diploid dan tetraploid sama-sama mengalami perkembangan
gonad secara normal. Hal ini berbeda dengan ikan mas triploid
yang menunjukkan bahwa jaringan gonad di dalam rongga
tubuhnya tidak berkembang dengan baik atau dapat dikatakan
steril.
5. Perkembangan Gonad
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. PEMBAHASAN
1. Laju Penetasan
Laju penetasan telur ikan mas yang dipergunakan dalam
penelitian ini sangat rendah, meskipun derajat
pembuahannya (FR) cukup tinggi (lihat Tabel 1). Umumnya
persentase penetasan ikan berkisar antara 50-80 % (Richter
dan Rustidja, 1985). Rendahnya laju penetasan telur ikan
mas ini dapat disebabkan oleh media inkubasi (penetasan).
2. Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup ikan mas triploid dan tetraploid lebih
rendah apabila dibandingkan dengan ikan mas diploid. Hal ini
kemungkinan besar akibat rendahnya kemampuan ikan-ikan
poliploid seperti triploid dan tetraploid dalam menangkap
oksigen terlarut dalam air. Kemampuan banding oxygen atau
pengikatan oksigen terlarut ikan-ikan triploid dan tetraploid
sangat rendah bila dibandingkan dengan ikan normal
(Rustidja, komunikasi personal).
3. Pertumbuhan
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ikan mas tetraploid
memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan ikan
mas triploid terutama diploid (selama 30 dan 110 hari). Hal ini
diduga karena ikan tetraploid memiliki ukuran dan isi nukleus
serta sel jauh lebih besar bila dibandingkan dengan diploid atau
triploid. Triploid sendiri mempunyai ukuran nukleus dan sel
yang lebih besar dibandingkan diploid, sehingga laju
pertumbuhannya lebih tinggi (Fankhauser, 1945 dalam Gold,
1979; Ger et al., 1993; Tave, 1993).
4. Perkembangan gonad
Tidak berkembangnya gonad ikan mas triploid
dikarenakan kromosom yang berjumlah 3 set (ganjil), selama
pembelahan meiosis tidak dapat melakukan perpasangan dengan
kromosom homolognya. Pada akhirnya gonad tidak berkembang
lebih lanjut dan ikan triploid akan menjadi (Thorgaard, 1983;
Chingjiang et al., 1986; Goodenough, 1988; Rustidja, 1991).
Kegagalan perkembangan gonad kemungkinan pada gilirannya
mencegah munculnya efek-efek sampingan yang tidak diinginkan
pada kematangan kelamin, seperti kualitas daging yang rendah,
pertumbuhan lambat dan kematian tinggi (Thorgaard, 1983).
5. Poliploidisasi
Ploidisasi melalui penghitungan jumlah nukleolus
dengan perlakuan kejutan suhu 40°C selama 1,5 menit yang
menghasilkan triploid sebesar 70 % dan tetraploid sebesar 60 %
menunjukkan bahwa perlakuan telah efektif untuk menghasilkan
poliploidisasi pada ikan mas, akan tetapi masih belum optimal.
Keberhasilan poliploidisasi sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan,
waktu kejutan dan lama kejutan, seperti disampaikan oleh Don
dan Avtalion (1986) dan tergantung juga pada umur dan kualitas
(kematangan) telur (Pandian dan Varadaraj, 1990).
6. Nukleolus
Hasil pengamatan nucleolus menunjukkan perbedaan
pewarnaan antara nukleoli (anak inti) dengan nukleus (inti).
Nukleus akan tampak berwarna kekuningan atau kecoklatan,
sedangkan nukleoli berwarna hitam. Pewarnaan perak nitrat
akan memperlihatkan nukleolus berwarna hitam dalam nukleus
yang berwarna kuning (Phillips et al., 1986).
Lanjutan Nukleolus
Hasil analisis ploidisasi ikan mas perlakuan poliploidisasi
pada penelitian ini memperlihatkan adanya variasi jumlah
(frekuensi) nucleoli per sel yang ada dalam masing-masing
perlakuan (Tabel 2). Variasi jumlah nukleoli yang ditemukan ada
hubungannya dengan kemampuan pewarna AgNO3 yang hanya
mewarnai nukleoli (dalam hal ini NORs, nucleoli organizer
regions) yang sedang aktif melakukan sintesis ribosom dan atau
protein sesaat sebelum dilakukan fiksasi (Gold, 1984 dan
Hubbel, 1985 dalam Carman dkk., 1997).
Lanjutan Nukleolus
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ikan
diploid memiliki 1 dan atau 2 nukleoli dalam setiap selnya,
triploid memiliki 1, 2 dan atau 3 nukleoli dan tetraploid
memiliki 1, 2, 3 dan atau 4 nukleoli. Phillips et al. (1986)
mengemukakan, individu haploid mempunyai 1 nukleolus per
sel, diploid mempunyai 1 atau 2 nukleoli per sel dan triploid
mempunyai 1, 2 atau 3 nukleoli per sel.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaruh secara nyata terhadap laju penetasan
telur ikan mas hasil poliploidisasi.
2. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaruh secara nyata terhadap kelangsungan
hidup ikan mas hasil poliploidisasi.
3. Ikan mas perlakuan kejutan suhu panas memiliki kecepatan pertumbuhan relatif
dan laju pertumbuhan spesifik yang lebih baik/tinggi dibandingkan ikan mas
normal (diploid). Ikan mas tetraploid memiliki pertumbuhan jauh lebih tinggi
dibandingkan ikan mas diploid dan triploid.
Lanjutan dari kesimpulan
Kesimpulan
4. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaru secara nyata terhadap perkembangan
gonad ikan mas. Ikan mas triploid tidak memperlihatkan perkembangan gonad yang
baik (steril) bila dibandingkan dengan ikan mas diploid dan tetraploid.
5. Perlakuan kajutan suhu panas menghasilkan induksi triploid dan tetraploid
masing-masing sebesar 70 % dan 60 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Perlakuan kejutan suhu panas dapat dimanfaatkan secara
luas untuk poliploidisasi ikan mas dengan perlakuan kejutan
suhu 40°C selama 1,5 menit.
poliploidisasi ikan mas.pptx

More Related Content

What's hot

P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
AndangHastuP
 
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUTKUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
Sawargi Ppmkp
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan I
Ibnu Sahidhir
 
Silvo-fishery & Carbon
Silvo-fishery  & CarbonSilvo-fishery  & Carbon
Silvo-fishery & Carbon
CIFOR-ICRAF
 
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
Padjadjaran University
 
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptxMorfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
BurhanuddinIhsan3
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
Indra Lesmana
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.Rahmadani Dani
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
muhammad halim
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
Shanti Paramita J
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
Sawargi Ppmkp
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
Sawargi Ppmkp
 
Pemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanPemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanFathir Tozuka
 
Domestikasi
DomestikasiDomestikasi
Budidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiaraBudidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiara
Nana
 

What's hot (20)

P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptxP. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
P. 11 - Analisis Manajemen Pakan Ikan FCR, FR, SGR.pptx
 
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUTKUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN LAUT
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
Budidaya pakan alami
Budidaya pakan alamiBudidaya pakan alami
Budidaya pakan alami
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan I
 
Silvo-fishery & Carbon
Silvo-fishery  & CarbonSilvo-fishery  & Carbon
Silvo-fishery & Carbon
 
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikanRomi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
Romi novriadi pengendalian hama dan penyakit ikan
 
Planktonologi
PlanktonologiPlanktonologi
Planktonologi
 
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptxMorfometrik dan Meristik Ikan.pptx
Morfometrik dan Meristik Ikan.pptx
 
1 pendahuluan
1 pendahuluan1 pendahuluan
1 pendahuluan
 
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.Bahan biologi perikanan bpk  ir, syachradjad frans m.p.
Bahan biologi perikanan bpk ir, syachradjad frans m.p.
 
Bri
BriBri
Bri
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
Sistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdpSistem teknologi bdp
Sistem teknologi bdp
 
Sistem perikanan
Sistem perikananSistem perikanan
Sistem perikanan
 
Pakan ikan
Pakan ikanPakan ikan
Pakan ikan
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
 
Pemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatanPemijahan Lele secara buatan
Pemijahan Lele secara buatan
 
Domestikasi
DomestikasiDomestikasi
Domestikasi
 
Budidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiaraBudidaya tiram mutiara
Budidaya tiram mutiara
 

Similar to poliploidisasi ikan mas.pptx

Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
Triploidisasi
Igna nada
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
aulidya nurul habibah
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisaulidya nurul habibah
 
Ppt genetika
Ppt genetikaPpt genetika
Ppt genetika
FikramAris
 
Hasil benih tiram
Hasil benih tiramHasil benih tiram
Hasil benih tiram
Adiman Syafri
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandi
Samuel Daganzha
 
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
Syawalina Soerbakti
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
Repository Ipb
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
DediKusmana2
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
Repository Ipb
 
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
Repository Ipb
 
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
Repository Ipb
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikan
Warta Wirausaha
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
Irpandi Uciha
 
Moch salim kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
Moch salim    kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...Moch salim    kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
Moch salim kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
MochSalim1
 
Jurnal pemijahan
Jurnal pemijahanJurnal pemijahan
Jurnal pemijahan
Septian Muna Barakati
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
andreei
 
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
lisa ruliaty 631971
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
SafeiMufti1
 

Similar to poliploidisasi ikan mas.pptx (20)

Triploidisasi
TriploidisasiTriploidisasi
Triploidisasi
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
 
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropisLaporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
Laporan praktikum bioteknologi reproduksi hewan tropis
 
Ppt genetika
Ppt genetikaPpt genetika
Ppt genetika
 
Hasil benih tiram
Hasil benih tiramHasil benih tiram
Hasil benih tiram
 
Mamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandiMamat presentation srikandi
Mamat presentation srikandi
 
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
POLIPLOIDISASI IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Valenciennes, 1842) dengan Ke...
 
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
RESISTENSI TERHADAP STRES DAN RESPONS IMUNITAS IKAN GURAMI (Osphronemus goura...
 
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
Laporan praktik penetasan rps kelas xi.1 atu 06112021
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
PENGARUH BIOAKUMULASI ENDOSULFAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS (Cyprinus carp...
 
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
EFEK MANIPULASI HORMON 17α-METILTESTOSTERON PADA BERBAGAI VARIASI TEMPERATUR ...
 
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
PENGARUH SUHU TERHADAP REPRODUKSI DAN NISBAH KELAMIN IKAN GAPI (Poecilia reti...
 
Pedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikanPedoman informasi pakan ikan
Pedoman informasi pakan ikan
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
Moch salim kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
Moch salim    kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...Moch salim    kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
Moch salim kadar protein kista artemia curah yang dijual petambak kota rem...
 
Jurnal pemijahan
Jurnal pemijahanJurnal pemijahan
Jurnal pemijahan
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
 
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
 
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
33.laju pertumbuhandanefisiensipakanikannilaoreochromisniloticusy
 

poliploidisasi ikan mas.pptx

  • 2. Oleh : Akhmad Taufiq Mukti1, Rustidja2, Sutiman Bambang Sumitro3 dan Mohammad Sasmito Djati3
  • 3.
  • 4.  Latar Belakang Masalah  Metode  Cara Kerja  Hasil & Pembahasan  Kesimpulan & Saran Isi jurnal meliputi
  • 5. 1. PENDAHULUAN Perlunya memperhatikan efisiensi dan produktivitas usaha serta kualitas ikan dalam pengelolaan budidaya ikan, khususnya ikan mas yang harus diimbangi dengan upaya perbaikan dan peningkatan kualitas induk maupun benih ikan mas. Di sinyalir, telah terjadi penurunan kualitas induk maupun benih ikan mas yang dipelihara oleh petani ikan. Beberapa usaha maupun penelitian telah dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas (produksi) dan perbaikan serta peningkatan kualitas genetik ikan mas seperti program seleksi, manipulasi jenis kelamin melalui perlakuan hormonal maupun manipulasi kromosom. Latar Belakang Masalah
  • 6. 2. METODE DAN CARA KERJA Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Kemudian, sebagai perlakuan adalah kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit yang diperlakukan pada telur terfertilisasi dan dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu : a. Kelompok ikan normal diploid (2 N), tanpa perlakuan kejutan suhu panas. b. Kelompok ikan triploid (3 N), kejutan suhu panas pada telur 3 menit setelah fertilisasi. c. Kelompok ikan tetraploid (4 N), kejutan suhu panas pada telur 29 menit setelah fertilisasi.Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan 10 kali.
  • 7.
  • 8. 1. Pemijahan dan stripping induk ikan mas memasangkan induk ikan mas jantan dan betina di dalam kolam pemijahan ikan dengan perbandingan jantan dan betina adalah 3:1 Kemudian, ikan mas akan melakukan perkawinan secara alami. Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk betina dan jantan ikan mas ditangkap dan dilakukan pengurutan (stripping) untuk mendapatkan telur dan sperma ikan mas Telur-telur yang diperoleh ditampung dalam petridish dan sperma ditampung dalam tabung reaksi yang berisi larutan NaCl Fisiologis dengan pengenceran 10 kali dan disimpan sementara dalam refrigerator suhu 4°C.
  • 9. 2. Perlakuan Poliploidisasi Mengambil telur ikan mas dalam petridish hasil stripping dengan menggunakan spatula dan diletakkan dalam petridish bersih dan kering. Kemudian, teteskan larutan sperma pada telur sebanyak 2-3 tetes dan dilakukan pengadukan (dicampur) secara perlahan mempergunakan bulu ayam. Campuran larutan sperma dan telur ditambahkan air bersih sebanyak 3-4 tetes, dan diaduk perlahan dengan mempergunakan bulu ayam. Setelah satu menit, telur yang telah terfertilisasi dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan dan disebar pada masing-masing saringan yang telah ditempatkan dalam wadah berisi larutan urea dan garam 3:4 untuk 1 liter air.
  • 10. 2.Lanjutan dari Perlakuan Poliploidisasi selanjutnya, telur-telur kontrol tanpa perlakuan kejutan suhu (diploid) langsung dimasukkan ke bak penetasan (inkubasi) telur. Telur-telur terfertilisasi dalam kelompok triploidisasi, 3 menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit. Kemudian dimasukkan dalam bak inkubasi. Telur - telur terfertilisasi dalam kelompok tetraploidisasi, 29 menit setelah fertilisasi dilakukan perlakuan kejutan suhu panas 40°C selama 1,5 menit dan kemudian dimasukkan bak penetasan (inkubasi) telur.
  • 11. 3. Penetasan dan pemeliharaan larva Letakkan telur-telur terfertilisasi dalam saringan yang telah diperlakukan triploidisasi dan tetraploidisasi serta kontrol dalam bak penetasan yang telah diberikan methylen blue dengan suhu air diatur 28°C.  ± 8-10 jam setelah fertilisasi, dilakukan penghitungan telur terfertilisasi dan tidak terfertilisasi. Kemudian hitung laju penetasan dan larva cacat ( secara morfologis ) pada saat telur – telur menetas, 2-3 hari setelah fertilisasi.  Setelah seminggu lamanya, larva ikan dipindahkan ke dalam akuarium dan diberikan pakan alami Artemia sp., cacing Tubifex sp dan pakan pellet.
  • 12. 4. Analisis Ploididsasi Larva ikan mas dipelihara ± 1 bulan dan dihitung kelangsungan hidupnya. yang meliputi kecepatan dan laju pertumbuhannya yang dihitung melalui pengukuran panjang tubuh dan berat tubuh masing-masing perlakuan yang dilakukan tiap 10 hari sekali. Penghitungan dilakukan melalui jumlah nukleolus ikan mas hasil perlakuan poliploidisasi yang mempergunakan pewarnaan perak nitrat. Jaringan yang dipergunakan adalah jaringan insang, sirip pectoral dan sirip ekor ikan mas hasil perlakuan poliploidisasi.
  • 13. Lanjutan Analisis Ploididsasi 1. Sebagian jaringan diambil dan dikeringkan di atas tissu. Kemudian dimasukkan dalam petridish berisi larutan hipotonik (KCl 0,075 M) dingin selama 90-100 menit. 2. Selanjutnya rendam dalam larutan fiksatif segar dan dingin selama 60 menit. Tiap 30 menit sekali larutan fiksatif diganti dengan yang baru (segar). 3. Letakkan jaringan pada gelas obyek cekung dan tambahkan larutan asam asetat 50 % serta dicacah sampai terbentuk suspensi sel. Kemudian teteskan suspensi sel ini dengan mempergunakan mikropippet ke atas gelas obyek yang telah direndam dalam alkohol 70 % dingin selama minimal 2 jam dan dipanaskan pada suhu 45-50°C.
  • 14. Lanjutan Analisis Ploididsasi 4. Pewarnaan preparat nukleolus dilakukan dengan pembercakan perak nitrat di atas preparat sel, yaitu 2 tetes larutan A (10 gram AgNO3 + 20 ml aquadest) dan 1 tetes larutan B (2 gram gelatin + 50 ml aquadest hangat + 50 ml gliserin). Kemudian dicampur dan disebarkan secara merata di atas preparat mempergunakan tusuk gigi. 5. Masukkan preparat ke dalam box staining yang suhunya diatur 45-50°C dan dibiarkan selama 20-30 menit atau sampai warna berubah kuning kecoklatan. 6. Ambil preparat kemudian bilas dengan air bersih serta dikeringanginkan beberapa menit. 7. Amati jumlah nukleolus preparat di bawah mikroskop cahaya, dengan pembesaran 25 x sampai 100 x.
  • 15. 5. Pengamatan perkembangan gonad Pengamatan perkembangan gonad ikan mas perlakuan poliploidisasi dilakukan dengan cara melakukan pembedahan bagian tubuh ikan mas yang telah berumur lebih kurang 4 bulan. Kemudian, dilakukan pengamatan gonad ikan secara visual (morfologi) dan difoto.
  • 16. 6. Parameter uji dan analisis data Parameter uji adalah laju penetasan (HR), kelangsungan hidup (SR), kecepatan pertumbuhan relatif (h) dari pengukuran panjang tubuh ikan mas, laju pertumbuhan spesifik (SGR) dari pengukuran berat tubuh ikan mas, perkembangan gonad dan analisis ploidisasi dengan menghitung jumlah nukleolus (induksi ploidi).Analisis statistik mempergunakan analisis keragaman dengan uji F (ANOVA) dan uji Beda Nyata Terkecil untuk mengetahui perlakuan terbaik. Ket: a : jumlah telur menetas normal (larva normal) b : jumlah telur menetas cacat (larva cacat) c : jumlah telur tidak menetas
  • 17. Parameter uji dan analisis data
  • 18. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL Tabel 1. Data rerata hasil pengamatan ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid.
  • 19. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Laju penetasan Laju penetasan ikan mas kontrol (diploid) sebesar 25,94 ± 6,76 %, sedangkan triploid dan tetraploid masing-masing sebesar 22,63 ± 8,36 % dan 11,10 ± 8,60 %. Laju penetasan ikan mas diploid berbeda sangat nyata dengan ikan mas triploid maupun tetraploid. Hasil analisis statistik melalui uji Beda Nyata Terkecil menunjukkan bahwa ikan mas diploid memiliki laju penetasan tertinggi dan berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan tetraploid, sedangkan laju penetasan ikan mas triploid tidak berbeda nyata dengan diploid (P>0,05), seperti terlihat pada Gambar 1. Tetapi, persentase larva cacat antara diploid dan triploid menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01) (lihat Tabel 1).
  • 20. Gambar 1. Rerata laju penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid. Tabel 1. Data rerata hasil pengamatan ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid.
  • 21. Kelangsungan hidup ikan mas diploid sebesar 75,52 ± 7,97 %, triploid sebesar 52,64 ± 8,46 % dan tetraploid sebesar 55,04 ± 8,15 %. Hasil analisis statistik uji BNT memperlihatkan, ikan mas diploid memiliki kelangsungan hidup tertinggi dan berbeda sangat nyata (P<0,01) bila dibandingkan dengan triploid dan tetraploid. Kelangsungan hidup ikan mas triploid tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ikan mas tetraploid 2. Kelangsungan Hidup
  • 22. Gambar 2. Rerata kelangsungan hidup ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid.
  • 23. Ikan mas tetraploid memiliki kecepatan pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik lebih baik (tinggi), masing-masing sebesar 5,38 dan 44,57%, sedangkan ikan mas triploid sebesar 4,42 dan 43,05 % dan diploid sebesar 3,51 dan 39,97 %. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan 5. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik ikan mas tetraploid berbeda sangat nyata (P<0,01) dengan ikan mas diploid maupun triploid. Pada Gambar 4 dan 6 terlihat, kecepatan pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik harian ikan mas tetraploid juga cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan ikan mas diploid maupun triploid. 2. Pertumbuhan
  • 24. Gambar 3. Kecepatan pertumbuhan relatif ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid Gambar 5. Laju pertumbuhan spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid selama 30 dan 110 hari.
  • 25. Gambar 4. Kecepatan pertumbuhan relatif ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid selama 110 hari. Gambar 6. Laju pertumbuhan spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L.) diploid, triploid dan tetraploid selama 110 hari.
  • 26. 3. Analisis Ploididsasi Analisis ploidisasi dari perlakuan kontrol (diploid) menghasilkan induksi ploidi dan hasil ploidi masing-masing sebesar 100 % dan 100 %. a. Perlakuan kejutan suhu panas pada telur 3 menit setelah fertilisasi telah menghasilkan induksi triploid sebesar 70 % dengan hasil ploidi sebesar 61,07 %, b. Perlakuan kejutan suhu panas pada telur 29 menit setelah fertilisasi menghasilkan induksi tetraploid sebesar 60 % dengan hasil ploidi sebesar 25,67 %. Hasil analisis ploidisasi mempergunakan metode penghitungan jumlah nukleolus dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Level ploidisasi ditentukan berdasarkan jumlah maksimum nukleoli yang ditemukan.Dengan Jumlah sampel ikan yang dipergunakan untuk masing-masing perlakuan adalah 50 ekor. Pada ikan diploid ditemukan 646 sel dengan rata-rata 129 sel yang teramati. Ikan triploid ditemukan 584 sel dengan rata-rata 117 sel yang teramati, sedangkan tetraploid ditemukan 559 sel dengan rata-rata 112 sel yang teramati.
  • 28. Perkembangan gonad ikan mas diploid tidak jauh berbeda dengan perkembangan gonad ikan mas tetraploid. Ikan mas diploid dan tetraploid sama-sama mengalami perkembangan gonad secara normal. Hal ini berbeda dengan ikan mas triploid yang menunjukkan bahwa jaringan gonad di dalam rongga tubuhnya tidak berkembang dengan baik atau dapat dikatakan steril. 5. Perkembangan Gonad
  • 29. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2. PEMBAHASAN 1. Laju Penetasan Laju penetasan telur ikan mas yang dipergunakan dalam penelitian ini sangat rendah, meskipun derajat pembuahannya (FR) cukup tinggi (lihat Tabel 1). Umumnya persentase penetasan ikan berkisar antara 50-80 % (Richter dan Rustidja, 1985). Rendahnya laju penetasan telur ikan mas ini dapat disebabkan oleh media inkubasi (penetasan).
  • 30. 2. Kelangsungan hidup Kelangsungan hidup ikan mas triploid dan tetraploid lebih rendah apabila dibandingkan dengan ikan mas diploid. Hal ini kemungkinan besar akibat rendahnya kemampuan ikan-ikan poliploid seperti triploid dan tetraploid dalam menangkap oksigen terlarut dalam air. Kemampuan banding oxygen atau pengikatan oksigen terlarut ikan-ikan triploid dan tetraploid sangat rendah bila dibandingkan dengan ikan normal (Rustidja, komunikasi personal).
  • 31. 3. Pertumbuhan Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa ikan mas tetraploid memiliki pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan ikan mas triploid terutama diploid (selama 30 dan 110 hari). Hal ini diduga karena ikan tetraploid memiliki ukuran dan isi nukleus serta sel jauh lebih besar bila dibandingkan dengan diploid atau triploid. Triploid sendiri mempunyai ukuran nukleus dan sel yang lebih besar dibandingkan diploid, sehingga laju pertumbuhannya lebih tinggi (Fankhauser, 1945 dalam Gold, 1979; Ger et al., 1993; Tave, 1993).
  • 32. 4. Perkembangan gonad Tidak berkembangnya gonad ikan mas triploid dikarenakan kromosom yang berjumlah 3 set (ganjil), selama pembelahan meiosis tidak dapat melakukan perpasangan dengan kromosom homolognya. Pada akhirnya gonad tidak berkembang lebih lanjut dan ikan triploid akan menjadi (Thorgaard, 1983; Chingjiang et al., 1986; Goodenough, 1988; Rustidja, 1991). Kegagalan perkembangan gonad kemungkinan pada gilirannya mencegah munculnya efek-efek sampingan yang tidak diinginkan pada kematangan kelamin, seperti kualitas daging yang rendah, pertumbuhan lambat dan kematian tinggi (Thorgaard, 1983).
  • 33. 5. Poliploidisasi Ploidisasi melalui penghitungan jumlah nukleolus dengan perlakuan kejutan suhu 40°C selama 1,5 menit yang menghasilkan triploid sebesar 70 % dan tetraploid sebesar 60 % menunjukkan bahwa perlakuan telah efektif untuk menghasilkan poliploidisasi pada ikan mas, akan tetapi masih belum optimal. Keberhasilan poliploidisasi sangat dipengaruhi oleh suhu kejutan, waktu kejutan dan lama kejutan, seperti disampaikan oleh Don dan Avtalion (1986) dan tergantung juga pada umur dan kualitas (kematangan) telur (Pandian dan Varadaraj, 1990).
  • 34. 6. Nukleolus Hasil pengamatan nucleolus menunjukkan perbedaan pewarnaan antara nukleoli (anak inti) dengan nukleus (inti). Nukleus akan tampak berwarna kekuningan atau kecoklatan, sedangkan nukleoli berwarna hitam. Pewarnaan perak nitrat akan memperlihatkan nukleolus berwarna hitam dalam nukleus yang berwarna kuning (Phillips et al., 1986).
  • 35. Lanjutan Nukleolus Hasil analisis ploidisasi ikan mas perlakuan poliploidisasi pada penelitian ini memperlihatkan adanya variasi jumlah (frekuensi) nucleoli per sel yang ada dalam masing-masing perlakuan (Tabel 2). Variasi jumlah nukleoli yang ditemukan ada hubungannya dengan kemampuan pewarna AgNO3 yang hanya mewarnai nukleoli (dalam hal ini NORs, nucleoli organizer regions) yang sedang aktif melakukan sintesis ribosom dan atau protein sesaat sebelum dilakukan fiksasi (Gold, 1984 dan Hubbel, 1985 dalam Carman dkk., 1997).
  • 36. Lanjutan Nukleolus Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ikan diploid memiliki 1 dan atau 2 nukleoli dalam setiap selnya, triploid memiliki 1, 2 dan atau 3 nukleoli dan tetraploid memiliki 1, 2, 3 dan atau 4 nukleoli. Phillips et al. (1986) mengemukakan, individu haploid mempunyai 1 nukleolus per sel, diploid mempunyai 1 atau 2 nukleoli per sel dan triploid mempunyai 1, 2 atau 3 nukleoli per sel.
  • 37. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaruh secara nyata terhadap laju penetasan telur ikan mas hasil poliploidisasi. 2. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaruh secara nyata terhadap kelangsungan hidup ikan mas hasil poliploidisasi. 3. Ikan mas perlakuan kejutan suhu panas memiliki kecepatan pertumbuhan relatif dan laju pertumbuhan spesifik yang lebih baik/tinggi dibandingkan ikan mas normal (diploid). Ikan mas tetraploid memiliki pertumbuhan jauh lebih tinggi dibandingkan ikan mas diploid dan triploid.
  • 38. Lanjutan dari kesimpulan Kesimpulan 4. Perlakuan kejutan suhu panas berpengaru secara nyata terhadap perkembangan gonad ikan mas. Ikan mas triploid tidak memperlihatkan perkembangan gonad yang baik (steril) bila dibandingkan dengan ikan mas diploid dan tetraploid. 5. Perlakuan kajutan suhu panas menghasilkan induksi triploid dan tetraploid masing-masing sebesar 70 % dan 60 %.
  • 39. KESIMPULAN DAN SARAN Saran Perlakuan kejutan suhu panas dapat dimanfaatkan secara luas untuk poliploidisasi ikan mas dengan perlakuan kejutan suhu 40°C selama 1,5 menit.