Pola distribusi cacing tanah di kebun pisang ditemukan berkelompok, dipengaruhi terutama oleh kandungan serasah tanah. Penelitian menganalisis hubungan antara distribusi cacing tanah dengan faktor edafik seperti kelembaban, pH, suhu, dan kandungan serasah di dua lokasi kebun pisang.
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan organisme pada suatu habitat
berkaitan erat dengan kondisi dan sumber daya
lingkungan serta interaksi biologisnya. Individu-
individu dalam suatu populasi umumnya
memiliki persyaratan ekologis yang hamir
serupa. Akibatnya individu-individu tersebut
akan memanfaatkan kondisi dan sumber daya
lingkungan yang juga hampir serupa sehingga
terjadilah keselingkupan.
3. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pola distribusi cacing tanah di kebun
pisang tanah dikaitkan dengan faktor edafiknya?
Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah pola distribusi cacing tanah di
kebun pisang?
Bagaimana pengaruh profil edafik di kebun pisang?
Jenis cacing tanah apakah yang ditemukan di
kebun pisang?
Tujuan
Mengetahui pola distribusi cacing tanah dikaitkan dengan
faktor edafiknya.
4. Dasar Teori
Cacing tanah termasuk hewan Invertebrata.
Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang
berbentuk cincin (chaeta), yaitu struktur
berbentuk rambut yang berguna untuk
memegang substrat dan bergerak. Tubuh
cacing dapat dibedakan atas bagian anterior
dan posterior. Pada bagian anterior cacing
terdapat mulut dan beberapa segmen yang
agak menebal membentuk klitelium (Edward
dan Lofty, 1997)
5. Suin (1989) menjelaskan bahwa kepadatan
populasi cacing tanah sangat tergantung
pada faktor fisik-kimia tanah dan
tersedianya makanan yang cukup bagi
cacing tanah. Pada tanah yang berbeda
faktor fisik-kimia tanahnya tentu kepadatan
cacing tanahnya berbeda. Demikian juga
jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada
suatu daerah sangat menentukan jenis
cacing tanah dan kepadatan populsinya di
daerah tersebut.
6. METODE PENELITIAN
Waktu Penelitian : 5 November 2013
Tempat Penelitian : Kebun Pisang Ledeng & Cipaku
Alat dan Bahan
Tabel 1. Daftar Alat
No. Alat Jumlah
1. Neraca o-Hauss 1 buah
2. Thermometer tanah 2 buah
3. Cangkul 1 buah
4. Soil tester 1 buah
5. Kertas saring 16 buah
6. Pipet 3 buah
7. No. Bahan Jumlah
1. KCNS Secukupnya
2. Fe2O3 Secukupnya
3. HCl Secukupnya
4. Aquades Secukupnya
5. DIphenolpenillalanin Secukupnya
6. H2SO4 Secukupnya
Tabel 2. Daftar Bahan
8. Pencuplikan cacing tanah
Kandungan MOT
Pengukuran kandungan oksigen tanah
Kandungan oksigen diukur dengan melihat adanya perubahan merah/biru setelah ditetesi KCNS dan Fe2O3
Pengukuran kandungan serasah
Serasah di ambil pada permukaan tanah di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam kantong dan ditimbang
Pengukuran kelembaban tanah
Kelembaban tanah diukur menggunakan soil tester dengan ditekan tombol pada alat tersebut
Pengukuran pH tanah
pH tanah diukur menggunakan soil tester dengan tidak ditekan tombol pada alat tersebut
Pengukuran suhu tanah
Thermometer ditancapkan di tengah kedalaman tanah 30 cm
Pencuplikan cacing tanah
Cacing dicuplik dari 2 tempat yang berbeda, masing-masing 2
kuadran dan 4 plot.
Cacing dipancing menggunakan air deterjen dan digali hingga 30
cm
10. Lokasi 1
Plot A dan plot B
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
11. Lokasi 2
Plot A dan plot B
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
12. Gambar Cacing yang Dicuplik dari Kuadran 1dan 2
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
13. 4.2 Tabel Jumlah Cacing di tiap
Kuadran
Kuadran Jumlah Cacing
1 A 24
1 B 15
2 A 27
2 B 9
14. 4.3 Tabel Rata-rata Hasil Pengamatan
Pola Distribusi Cacing Tanah
Kuadran Plot
Hasil Pengukuran Faktor Edafik
Kelembaban
(%) pH
Suhu (0C)
Berat
serasah
(gr)
Aerasi
1
A 62 6,9 23 17 Merah
B 69 6,9 24 20 Merah
2
A 65 7 23,4 25 Merah
B 62 7 23,8 13 Merah
Standar Deviasi 0.44 0.05 3.31 5.06
KV 0,18 0,008 0,051 0,27
15. 4.3 Tabel hasil perhitungan Pola distribusi
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 19.200a 21 .572
Likelihood Ratio 21.675 21 .418
Linear-by-Linear Association
.781 1 .377
N of Valid Cases 16
a. 32 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is ,25.
Nilai X2 hitung (19.200) > X2 tabel (14,067) dengan demikian pola
distribusi dapat dikatakan berkelompok.
16. • Berdasarkan hasil pengamatan diatas pola distribusi cacing tanah pada
percobaan kali ini ialah berkelompok hal ini dapat dilihat dari nilai X2
hitung (19.200) > X2 tabel (14,067).
• Pola distribusi yang berkelompok dapat dipengaruhi dari kondisi
lingkungannya berada dimana lingkungan tersebut harus didukung
dengan totalitas kondisi fisik, kimia, biotik dan makanan yang memadai.
(Satchell, 1967 dalam John, 1984)
• Dari kedua tempat pengambilan sampel pola distribusi dapat dijelaskan
bahwa keduanya memiliki faktor kimia fisik yang mendukung pola
distribusi cacing, hanya saja tempat 1 lebih baik karena memiliki jumlah
cacing yang lebih banyak dibandingkan tempat ke 2, didukung dengan
tempat pengambilan, untuk tempat 1 kondisi lingkungan lebih lembab
dibandingkan tempat 2, karena pada tempat 1 terdapat kolam dan lebih
rimbun dibandingkan tempat 2 yang lebih cerah.
Pembahasan
17. • Menurut hanafiah (2005) pH tanah sangat mempengaruhi populasi
dan aktivitas cacing tanah sehingga menjadi faktor pembatas
penyebaran dan spesiesnya. Menurut Edwards & Lofty (1977), cacing
tanah sangat sensitif terhadap keasaman tanah, karena itu pH
merupakan faktor pembatas dalam menentukan jumlah spesies yang
dapat hidup pada tanah tertentu. Cacing tanah menyukai pH tanah
sekitar 5,8 – 7,2 penyebaran vertikal maupun horizontal cacing tanah
sangat dipengaruhi oleh pH tanah.
• Berdasarkan analisis kv berat serasah yang paling berpengaruh
terhadap pola distribusi cacing tanah.
18. Kesimpulan
Pola distribusi cacing tanah yang telah
kelompok kami amati yaitu
berkelompok.
Faktor yang paling mempengaruhinya
yaitu berat serasahnya.
19. Daftar Pustaka
Edwards C.A. & Lofty J.R. (1972).
Biology of Earthworm. London:
Chapman & Hall.
Suin, N.M. (1989). Ekologi Hewan
Tanah. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.