Proposal ini menganalisis kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Wowon dan kawan-kawan di Jawa Barat. Kasus ini melibatkan pembunuhan sembilan orang dengan motif penggandaan uang secara supranatural. Penelitian ini akan menganalisis proses pengungkapan kasus tersebut dan undang-undang pidana manakah yang dapat menjerat pelakunya.
2. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia memiliki hukum pidana digunakan pemerintah untuk memberikan efek jera pada
kejahatan, karena fungsi hukum pidana sama seperti fungsi hukum pada umumnya, yaitu
mengatur dan menyelenggarakan tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu,
hukum pidana sangat berperan dalam memberikan penghakiman dan penegakan keadilan di
masyarakat, sehingga dapat dijadikan sebagai “shield” atau perlindungan bagi keselamatan
masyarakat. Keberadaan hukum pidana di tengah masyarakat harus dapat diterapkan secara
efektif agar secara maksimal mampu merealisasikan dalam menanggulangi kejahatan.
3. Permasalahan Penelitian
Kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Jawa Barat dilakukan oleh Wowon CS (Wowon dan
kawan-kawan). Pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Wowon Killer Cs dilatarbelakangi oleh
motivasi untuk mendapatan uang dengan mudah yang melibatkan praktik supranatural yang tidak
masuk akal berdampak pada hilangnya nyawa sembilan orang dengan tiga diantaranya adalah Istri
Wowon. Polda Metro Jaya masih terus menggali kemungkinan ditemukan korban lainnya dalam
pembunuhan berantai ini. Selain melakukan pembunuhan, berdasarkan perkembangan penyidikan
ditemukan bahwa Wowon Cs melakukan praktik penipuan dengan modus penggandaan uang
dimana korbannya adalah para tetangga yang merupakan TKW di Timur Tengah.
4. Sanksi Pidana
Kasus pembunuhan berantai seperti yang dilakukan oleh Wowon Cs dikategorikan ke
dalam pidana pembunuhan berencana yang telah diatur dalam:
1. Pasal 338 KUHP
2. Pasal 340 KUHP
5. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pengungkapan kasus pembunuhan berantai Wowon Killer Cs?
2. Apa saja Undang-Undang yang menjerat pelaku pidana pembunuhan berantai?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pengungkapan kasus pembunuhan berantai Wowon Killer Cs.
2. Untuk mengetahui Undang-Undang yang menjerat pelaku pidana pembunuhan berantai.
7. Hukum Pidana Pembunuhan Berantai & Actus Humanus
Pembunuhan berantai adalah bentuk penyimpangan psikologis manusia pada aturan normatif dan
menciderai nilai moral masyarakat, sehingga pencegahan yang dapat dilakukan yaitu melalui hukum
pidana. Hukuman yang diberikan kepada pelaku pembunuhan berantai harus sesuai dengan kejahatan
yang dilakukannya karena penjatuhan pidana pada kasus pembunuhan berantai tidak hanya dihukum mati
atau penjara seumur hidup, melainkan juga dipenjara utuk hal tertentu sebab tidak ada ketentuan baku
terkait dengan pembunuhan berantai sehingga dapat menimbulkan disparitas pidana.
Pada kasus pembunuhan berantai terdapat istilah Actus Humanus, jadi setiap tindakan yang dilakukan
manusia baik itu positif maupun negatif, termasuk ke dalam Actus Humanus. Manusia merupakan subyek
perilaku sehingga harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi atas yang dilakukannya. Setiap
tindakan yang dilakukan tentunya memiliki faktor pendorong, namun sebenarnya dapat dikendalikan jika
manusianya dapat berpikir secara logis dampak dari setiap tindakan yang dilakukan
8. Teori Pengaturan Hukum Pembunuhan Berantai
Pada KUHP di Indonesia, tidak mengenal terminologi pembunuhan berantai, namun Hakim
menginterpretasikan atau mengkategorikan ke dalam pembunuhan berencana sebab unsur-
unsur deliknya memiliki persamaan dengan pembunuhan berantai, sehingga sesuai dengan
pertimbangan Hakim maka Pasal 340 KUHP dipilih sebagai pasal yang dapat menjerat pelaku
pembunuhan berantai yang berbunyi “Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun”. Pada pembunuhan berantai pelaksanaannya ditangguhkan hingga bertemu korban
dan niat tersebut timbul kemudian mengatur rencana secara matang tentang bagaimana
pembunuhan itu dilakukan
9. Teori Perbarengan Tindak Pidana (Concurcus)
Perbarengan perbuatan pidana (concursus) adalah tindak pidana yang dilakukan seseorang
dengan hanya satu tindakan namun melanggar banyak peraturan hukum pidana, sehingga
masing-masing pelanggaran yang dilakukan akan satu per satu maupun sekaligus dimana salah
satu pelanggarannya belum dijatuhi putusan hakim, terdiri dari:
1. Concurcus Idealis
2. Perbuatan Berlanjut
3. Concurcus Realis
11. Desain Penelitian
Penelitian akan mengupas secara mendalam dan menganalisa motif pembunuhan berantai yang
dilakukan Wowon Cs, beserta hukum pidana yang akan menjerat para pelaku tersebut. Analisa
yang dilakukan akan dijabarkan dalam bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan menjelaskan
permasalahan yang diangkat ke dalam penelitian lalu dikaitkan dengan undang-undang dan
norma yang berlaku, kemudian ditarik kesimpulan serta saran penelitian.
12. Jenis Penelitian
Jenis penelitian berupa penelitian kepustakaan (library research) yakni mempelajari dan
menelaah bahan-bahan pustaka (literatur) yang ada hubungannya dengan masalah
pembunuhan berantai Wowon Cs di Jawa Barat.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum komparatif normatif yakni dikomparatifkan dengan
mengkaji beberapa bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, sekunder dan bahan hukum tersier.
Bahan hukum primer berupa berita yang diterbitkan tentang Wowon Cs, bahan hukum sekunder
berupa KUHP, dan bahan hukum tersier berupa jurnal dan buku yang relevan dengan hukum
pidana maupun pembunuhan berantai / berencana.
13. Analisis Data
Bahan Hukum yang telah diperoleh akan dikumpulkan dan diolah dengan teknik analisa berikut:
1. Editing
2. Interpretasi
3. Translate