Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah proses pembentukan kebiasaan melalui penghubungan stimulus dan respons, dan dapat diubah melalui penguatan dan pemadaman. Teori ini menekankan pentingnya pengalaman langsung dalam belajar.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
2. Agenda Kegiatan Perkuliahan Hari Ini
• Menjelaskan tokoh-tokoh penganut Aliran Behaviorisme
• Menjelaskan experimen Pavlov tentang teori belajar
behaviorisme yang diketemukannnya classical conditioning.
• Menjelaskan hukum pengkodisian implikasi dariteori belajar
behaviorisme yang diketemukannnya classical conditioning.
• Menjelaskan Prinsip belajar menurut Pavlov
• Menjelaskan Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik Di Kelas.
• Menjelaskan Prinsip belajar menurut Skinner
• Menjelaskan Pandangan Teori Behavioristik Terhadap Dunia
Nyata Dan Konsekuensi Yang Harus Dilakukan Seorang Siswa
Ketika Belajar
• Menjelaskan Kelemahan-kelemahan Teori Belajar Behavioristik
• Menjelaskan Rangkuman Mengenai Teori Behavioristik
• Menyampaikan tugas individu
3. Tokoh Penganut Aliran
Behaviorisme
• Ivan Pavlov,
• Edward Lee Throndike,
• B. F Skinner,
• Reber,
• Kazdin,
• Edwin R. Guthrie, dan Clark Hull
Danang Tunjung Laksono 3
4. Penemuan Teori Belajar oleh Pavlov
• Pavlov melihat selama pelatihan ada perubahan dalam waktu dan rata-rata
keluarnya air liur pada anjing (salivation). Pavlov mengamati, jika daging
diletakkan dekat mulut anjing yang lapar, anjing akan mengeluarkan air liur.
Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada anjing,
sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur. Walaupun tanpa latihan
atau dikondisikan sebelumnya, anjing pasti akan mengeluarkan air liur jika
dihadapkan pada daging. Dalam percobaan ini, daging disebut dengan
stimulus yang tidak terkondisikan (unconditioned stimulus). Dan karena saliva
terjadi secara otomatis pada saat daging di dekat anjing tanpa latihan atau
pengkondisian, maka keluarnya saliva pada anjing tersebut dinamakan
sebagai respons yang tidak dikondisikan (unresponse conditioning).
• Kalau daging dapat menimbulkan saliva pada anjing tanpa latihan atau
pengalaman sebelumnya, maka stimulus yang lain, seperti bel, tidak dapat
menghasilkan saliva. Karena stimulus tersebut tidak menghasilkan respons,
maka stimulus (bel) tersebut disebut dengan stimulus netral (neutral stimulus).
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral (bel) dipasangkan dengan
daging (unconditioning stimulus) dan dilakukan secara berulang-ulang, maka
stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang terkondisikan
(conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan
respons anjing seperti ketika ia melihat daging. Oleh karena itu, bunyi bel
sendiri akan dapat menyebabkan anjing mengeluarkan air liur (saliva). Proses
ini dinamakan classical conditioning.
Danang Tunjung Laksono 4
5. Teori Belajar oleh Pavlov
*. Teori Classical Conditioning
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich
Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936.
Teorinya adalah tentang. conditioned reflects. Pavlov
mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar
ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing
sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan
dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing
akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat
dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada
akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja
tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan
liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan.
Danang Tunjung Laksono 5
6. Teori Belajar oleh Pavlov
Dari hasil eksperimen dengan
menggunakan anjing tersebut, Pavlov
akhirnya menemukan beberapa hukum
pengondisian, yaitu
•Pemerolehan (acquisition),
•Pemadaman (extinction),
•Generalisasi (generalization),
•Diskriminasi (discrimination),
•Kondisioning tandingan
Danang Tunjung Laksono 6
7. Teori Belajar oleh Pavlov
•Pemerolehan (acquisition),
Pemerolehan adalah membuat pasangan
stimulus netral dengan stimulus tak
bersyarat berulang-ulang hingga muncul
respons bersyarat, atau yang disebut
acquisition atau acquisition training (latihan
untuk memperoleh sesuatu).
Danang Tunjung Laksono 7
8. Teori Belajar oleh Pavlov
b.Pemadaman (extinction)
Pemadaman (extinction). Setelah respons itu
terbentuk, maka respons itu akan tetap ada
selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya
dan dipasangkan dengan rangsangan tak
bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan
untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu
tidak mempunyai penguat/reinforce dan besar
kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun
jumlah pemunculannya dan akan semakin sering
tak terlihat seperti penelitian sebelumnya.
Peristiwa itulah yang disebut dengan pemadaman
(extinction).
Danang Tunjung Laksono 8
9. Teori Belajar oleh Pavlov
C dan D. Generalisasi dan diskriminasi.
Respons bersyarat juga dapat dikenakan pada kejadian lain, namun
situasinya yang mirip. Inilah yang dikenal dengan generalisasi stimulus
atau generalisasi. Pemuda yang mencintai seorang gadis, dan ia merasa
bahagia jika bertemu dengan gadis tersebut. Pada saat ia mengetahui
bahwa gadis yang dicintainya menyukai warna pink, maka ia akan
merasa bahagia ketika menjumpai benda-benda apa saja yang berwarna
pink.
Bila suatu makhluk mengadakan generalisasi (menyamaratakan), maka
ia juga akan dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan. Diskriminasi
yang dikondisikan ditimbulkan melakui penguatan dan pemadaman yang
relatif.
Dalam kehidupan sehari-hari perilaku generalisasi dan diskriminasi ini
dapat kita jumlah. Misalnya, anak kecil yang merasa takut pada anjing
galak, tentu akan memberi respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi
melalui penguatan dan pemadaman diferensial, rentang stimulus rasa
takut menjadi menyempit hanya pada anjing yang galak saja.
Danang Tunjung Laksono 9
10. Teori Belajar Pavlov
e.Kondisioning tandingan
Kondisioning tandingan (counter conditioning).
Kondisioning ini merupakan salah satu bentuk
khusus dari kondisioning responden. Pada
kondisioning jenis ini, respons bersyarat yang
khusus akan digantikan dengan respons bersyarat
lain yang baru dan bertentangan, tidak saling cocok
(incompatible) dengan respons bersyarat yang
sebelumnya. Misalnya, respons bersyarat berupa
perasaan tidak suka digantikan dengan perasaan
suka, takut dengan berani, benci dengan cinta, dan
lain sebagainya. Sehingga reaksi tersebut dapat
disebut dengan incompatible atau saling mengganti.
Danang Tunjung Laksono 10
11. Prinsip belajar menurut Pavlov
– Belajar adalah pembentukan kebiasaan
dengan cara menghubungkan/ mempertautkan
antara perangsang (stimulus) yang lebih
kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
– Proses belajar terjadi apabila ada interaksi
antara organisme dengan lingkungan.
– Belajar adalah membuat perubahan-
perubahan, pada organisme/individu.
– Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas
otak.
Danang Tunjung Laksono 11
12. Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik Di Kelas.
A. Memberikan suasana yang menyenangkan
ketika memberikan tugas-tugas belajar,
misalnya:
• Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar
kelompok daripada individu, banyak siswa yang akan
memiliki respons emosional secara negatif terhadap
kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain;
• Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan
dengan menciptakan ruang membaca (reading corner)
yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain
sebagainya.
Danang Tunjung Laksono 12
13. Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik Di Kelas.
B. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan
sukses situasi-situasi yang mencemaskan atau
menekan, misalnya:
• Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara
memahami materi pelajaran;
• Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka
panjang, misalnya dengan memberikan tes harian, mingguan, agar
siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik;
• Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk
membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil
duduk di tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia
terbiasa, kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depan
seluruh murid di kelas.
Danang Tunjung Laksono 13
14. Prinsip-prinsip Kondisioning Klasik Di Kelas.
C. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan
persamaan terhadap situasi-situasi sehingga mereka
dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara
tepat. Misalnya, dengan:
• Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian
masuk sebuah sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau
perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes
prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan;
• Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang
berlebihan dari orang yang tidak dikenal, atau menghindar
tetapi aman dan dapat menerima penghargaan dari orang
dewasa ketika orangtua ada.
Danang Tunjung Laksono 14
15. Prinsip belajar menurut Skinner
Teori Operant Conditioning
Teori ini dikemukakan oleh Burhus Frederic
Skinner. Ia membedakan tingkah laku responden,
yaitu tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimulus
yang jelas. Misalnya, kucing lari ke sana kemari
karena melihat daging. Operant Behavior adalah
tingkah laku yang ditimbulkan oleh stimulus yang
belum diketahui, namun semata-mata ditimbulkan
oleh organisme itu sendiri, dan belum tentu
dikehendaki oleh stimulus dari luar.
Misalnya, kucing lari ke sana kemari karena kucing
itu lapar, bukan karena melihat daging .
Danang Tunjung Laksono 15
16. Prinsip belajar menurut Skinner
• Skinner juga menyatakan bahwa ada hubungan
antara perilaku dan konsekuen-konsekuen yang
mengikutinya. Misalnya, jika perilaku seseorang
menghasilkan konsekuen yang menyenangkan,
individu akan melakukan perilaku tersebut lebih
sering lain. Menggunakan konsekuen yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku sering disebut sebagai
operant conditioning.
Danang Tunjung Laksono 16
17. Prinsip belajar menurut Skinner
Sesuai dengan dua tingkah laku tersebut, ada dua macam
kondisi, yaitu:
• Pertama, Respont Conditioning. Kondisi ini disebut
sebagai tipe S, karena menitikberatkan pada sti-mulus.
Hal ini sama dengan kondisi yang dikemuka-kan oleh
Pavlov.
• Kedua, Operant Conditioning. Kondisi ini disebut sebagai
tipe R, karena menitikberatkan pada pentingnya
respons. Menurut Skinner, ada dua prinsip umum dalam
kondisi ini, yaitu:
• Setiap respons yang diikuti stimulus yang memperkuat
reward (ganjaran), akan cenderung diulangi.
• Stimulus yang memperkuat reward akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respons operant. Dengan kata lain,
reward akan mengakibatkan diulanginya suatu respons.
Danang Tunjung Laksono 17
18. Pandangan Teori Behavioristik Terhadap Dunia Nyata Dan
Konsekuensi Yang Harus Dilakukan Seorang Siswa Ketika Belajar
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai
sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapi dan
teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan – aturan yang jelas dan ditetapkan
lebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan
dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan
pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu
dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi
hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai
penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik
adalah objek yang harus dipegang oleh sistem yang berada
di luar diri siswa.
Danang Tunjung Laksono 18
19. Kelemahan-kelemahan Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik ini juga memiliki kelemahan-
kelemahan,antara lain:
– Proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati
langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada
dalam sistem saraf manusia yang tidak terlihat kecuali
melalui gejalanya;
– Proses belajar dipandang bersifat otomatis-mekanis
sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal
manusia mempunyai kemampuan self regulation dan self
control yang bersifat kognitif. Sehingga dengan
kemampuan ini manusia bisa menolak kebiasaan yang
tidak sesuai dengan dirinya;
– Proses belajar manusia dianalogikan dengan hewan
sangat sulit diterima, mengingat ada perbedaan yang
cukup mencolok antarhewan dan manusia.
Danang Tunjung Laksono 19
20. Rangkuman Mengenai Teori Behavioristik
• Secara ringkas, teori behavioristik mengatakan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya
masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau
output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di
antara stimulus dan respons dianggap tidak penting
diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa
diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
• Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar
ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa
untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari
bagian – bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban
benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
Danang Tunjung Laksono 20
21. Rangkuman Mengenai Teori Behavioristik
• Model yang komprehensif tentang cara
mengorganisasi pengajaran pada tingkat
makro. Teori ini mempreskripsikan cara
pengorganisasian isi bidang studi dengan
mengikuti urutan umum ke rinci, dimulai
dengan menampilkan epitome (struktur isi
bidang studi yang dipelajari), kemudian
mengelaborasi bagian – bagian yang ada
dalam epitome secara lebih rinci.
Danang Tunjung Laksono 21
22. Tugas Individu
1. Tunjukkan beberapa perilaku siswa di dalam kelas yang
menurut anda harus dirubah?
2. Bagaimana cara yang dapat ditempuh oleh seorang guru
untuk mempengaruhi perilaku muridnya agar berperilaku
positif dalam pembelajaran di kelas?
3. Pada saat apa sajakah murid diberikan reward ketika
mengikuti pembelajaran? Berupa apa sajakah reward
tersebut?
4. Pada saat apa sajakah murid diberikan hukuman ketika
mengikuti pembelajaran? Berupa apa sajakah hukuman
tersebut?
Nb. Pada pertemuan Ke-8 harap dibawa hasil pekerjaannya.
Danang Tunjung Laksono 22