AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
PPT kelompok 8 - Teori Belajar dan Pembelajaran Behavioristik.pptx
1. TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN BEHAVIORISTIK
Diampu oleh:
Drs. Kurniana Bektiningsih, M.Pd.
Selaku Dosen Psikologi Pendidikan
2. Teori Behaviorisme adalah suatu aliran yang
mempelajari bahwa hasil belajar merupakan proses
perubahan perilaku seseorang yang berfokus pada
tingkah laku manusia, akibat adanya interaksi antara
stimulus dengan respon (Skinner 1958).
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Contoh perubahan perilaku seperti:
- Anak usia 5 bulan bisa merangkak, usia 1 tahun bisa
berdiri dan berjalan karena ada pelatihan dan
pembiasaan yang sudah dilatih oleh orang tua si anak.
- Siswa dapat mengerjakan perkalian secara cepat yang
merupakan contoh dari hasil belajar yang diperoleh
secara internal dengan melalui berpikir.
A. PANDANGAN
BEHAVIORISME TENTANG
BELAJAR
3. 1. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) unsur penting di dalam belajar, karena penguatan
itu akan memperkuat perilaku. Menurut Skinner, penguatan itu ada dua
macam, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
1). Penguatan positif
Adalah sesuatu bila diperoleh akan meninggalkan probabilitas respons atau
perilaku. Respon dengan memperoleh reinforcement positif memiliki
kecenderungan bahwa respons tersebut akan diulangi.
2). Penguatan negatif
Adalah sesuatu yang apabila ditiadakan dalam akan meningkatkan
probabilitas respons. Dengan kata lain reiforcement negatif itu sebenarny
adalah merupakan hukuman (punishment).
B. PRINSIP PRINSIP BELAJAR
4. 2. Hukuman (punishment)
Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu
dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan. Dalam kegiatan belajar
pemberian hadiah lebih efektif dalam mengubah perilaku seseorang daripada
dihukum. Oleh karena itu pemberian hukuman untuk memperlemah perilaku
hendaknya diterapkan secara bijak.
3. Kesegeraan pemberian penguatan
Penguatan yang diberikan segera setelah perilaku muncul, akan menimbulkan efek
terhadap perilaku yang lebih baik, dibandingkan dengan pemberian penguatan yang
diulur-ulur waktunya. Kedekatan pemberian penguatan ini merupakan bentuk balikan
segera yang dapat menimbulkan kepuasan kepda setiap orang setelah berhasil
melaksanakan tugas.
5. 4. Jadwal pemberian penguatan (schedule of reinforcement)
Pengautan dapat diberikan secara terus-menerus atau berantara. Jika setiap respons
diikuti dengan penguatan, maka tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara
terus-menerus. Sebaliknya, jika sebagian respon yang mendapatkan penguatan, maka
tindakan ini dinamakan pemberian penguatan secara berantara (intermittent
reinforcement). Bagian respon yang diperkuat melalui penguatan berantara itu dapat
didasarkan pada sejumlah respon yang dibuat oleh seseorang.
5. Peranan stimulus terhadap perilaku
Ada beberapa stimulus yang mempengaruhi perilaku, yaitu: petunjuk, diskriminasi,
dan generalisasi.
A. Petunjuk
Petunjuk dinamakan stimulus antaseden karena akan memberikan informasi kepada
setiap orang mengenai perilaku apa yang akan memperoleh hadiah dan perilaku apa
yang akan mendapatkan hukuman.
6. B. Diskriminasi
Setiap individu telah belajar membedakan tentang kapan sebaiknya
mengajukan pertanyaan, dan kapan menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh guru. Diskriminasi dilakukan dengan cara menggunakan peunjuk,
tanda, atau informasi untuk mengetahui kapan suatu perilaku akan
memperoleh penguatan.
C. Generalisasi
Setiap orang, dan juga siswa, belejar mendiskriminasikan perilaku
diberbagai lingkungan. Agar generalisasi itu terjadi pada diri individu, maka
generalisasi tu harus direncanakan.
7. C. TOKOH TOKOH TEORI BEHAVIORISTIK
1. Teori Belajar Classical Conditioning
Classical conditioning adalah sebuah teori belajar yang ditemukan
oleh Ivan Pavlov, seorang dokter asal Rusia. Pavlov mengungkapkan bahwa kita
bisa menghasilkan suatu respons dengan mengombinasikan dua stimulus;
stimulus alami dan stimulus buatan. Classical conditioning adalah sebuah teori
yang berada di dalam aliran psikologi behavioristik. Behavioristik, seperti yang
kita tau, meyakini bahwa perilaku individu disebabkan oleh pengalaman belajar
yang berbeda.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Anjing mengeluarkan air
liur apabila diperlihatkan makanan. Air liur yang dikeluarkan oleh anjing
merupakan sebuah stimulus (rangsangan) yang diasosiasikan dengan makanan.
8. Pavlov juga menggunakan lonceng dahulu sebelum makanan diberikan.
Dengan sendirinya, air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan
dilakukan berulang-ulang, maka ketika hanya menyembunyikan
lonceng saja tanpa makanan, maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedangkan lonceng adalah
rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan dilakukan berulang-ulang,
maka stimulus buatan ini akan menimbulkan kondisi air liur pada
angjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Respon Berkondisi
9. 2. Teori Belajar Koneksionisme
Menurut Thorndike, Koneksi yaitu asosiasi antara penginderaan dengan dorongan untuk
bertindak yakni dengan upaya menggabungkan antara penginderaan dengan perilaku. Teori
koneksionisme adalah teori belajar yang menekankan stimulus dan respon. Pada teori ini
proses perkembangan perilaku dapat diukur, di amati oleh respon pelajaran terhadap
rangsangan
Sebagai contoh Thorndike menggunakan percobaan dengan seekor kucing. Kucing sengaja
dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat dibuka secara
otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut tersentuh. Dalam
percobaan tersebut apabila di luar sangkar diletakkan makanan, maka kucing berusaha
untuk mencapainya dengan cara meloncat-loncat kian kemari. Dengan tidak sengaja
kucing telah menyentuh kenop, maka terbukalah pintu sangkar tersebut, dan kucing segera
lari ke tempat makan. Percobaan ini diulangi untuk beberapa kali, dan setelah kurang lebih
10 sampai dengan 12 kali, kucing baru dapat dengan sengaja menyentuh kenop tersebut
apabila di luar diletakkan makanan. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and
error” yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba.
10. Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, Thorndike, akhirnya
mengemukakan 3 Macam Hukum Belajar yaitu:
(1) Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam
diri individu. Jika seorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka tindakan yang
dilakukan akan memberi kepuasan dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan lain.
(2) Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Menunjukkan bahwa stimulus dan respon akan semakin kuat manakala terus menerus dilatih
atau diulang ; sebaliknya hubungan stimulus dan respon akan semakin melemah jika tidak
pernah dilatih atau dilakukan pengulangan.
(3) Hukum Akibat (The Law of Effect)
Menunjukkan kuat lemahnya hubungan stimulus dan respon tergantung kepada akibat yang
ditimbulkan. Apabila respon yang ditimbulkan mendatangkan kesenangan, maka respon
tersebut akan dipertahankan atau diulang ; sebaliknya jika respon yang ditimbulkan adalah
hal yang tidak menyenangkan, maka respon tersebut dihentikan atau tidak diulang lagi.
11. 3. Teori Belajar Operant Conditioning
Operant conditioining adalah suatu metode pembelajaran menggunakan reward
(hadiah) dan punishment (hukuman) sebagai konsekuensi perilaku.
Dalam dunia penelitian, konsep ini bisa terlihat pada tikus-tikus dalam
percobaan. Tikus tersebut ditempatkan di dalam sebuah kandang, dengan 2
buah lampu, masing-masing berwarna hijau dan merah. Lalu, di samping
lampu tersebut ada sebuah tuas. Jika menggerakkan tuas di saat lampu hijau
menyala, maka tikus akan mendapatkan makanan. Namun jika memindahkan
tuas saat lampu merah yang menyala, maka tikus akan menerima setruman
ringan.Lama-kelamaan, tikus tersebut belajar bahwa tuas hanya boleh ditarik
saat lampu hijau yang menyala dan mengabaikan tuas saat lampu merah
menyala. Hal ini menandakan bahwa tikus tersebut sudah berhasil
menghubungkan antara perilaku dan konsekuensi melalui hadiah dan hukuman
yang diterimanya.
12. Pada konsep operant conditioning, terdapat komponen kunci yang
perlu dipahami, yaitu reinforcement (dukungan atau hadiah) dan
punishment (hukuman). Reinforcement adalah segala hal yang terjadi
yang dapat menguatkan suatu perilaku. Reinforcement bisa bersifat
positif maupun negatif. Kebalikan dari reinforcement, punishment
adalah segala hal yang dapat mengurangi terjadinya suatu perilaku.
Punishment juga dibagi menjadi dua, yaitu punishment positif dan
punishment negatif.
13. .
4. Modelling dan Observational Learning menurut Bandura
Teori belajar Operant Conditioning yang dikembangkan oleh
Skinner menekankan dari konsekuensi perilaku & tidak memandang
pentingnya modeling, yakni meniru perilaku orang lain.Dinyatakan
pula bahwa belajar pada diri individu tidak dibentuk oleh
konsekuensi atas perilaku yang ditampilkan, tetapi belajar secara
langsung dari model.
Bandura mengembangkan 4 Tahap melalui Pengamatan / Modeling,
yaitu: Tahap perhatian, tahap retensi, tahap reproduksi dan tahap
motivasional