SlideShare a Scribd company logo
MENGENDALIKAN AMARAH ORANGTUA DAN
                 MENGENDALIKAN PERILAKU ANAK
                                          Editor: Asnawati

         Setiap orangtua pasti sayang dengan anaknya. Kalau ada cerita kekerasan orang tua terhadap
anak, kemungkinan itu karena masalah orang tua dalam mengendalikan amarah. Tapi anak-anak
memang sangat pandai memancing kemarahan orang tua. Apakah kenakalan mereka murni kesalahan
mereka sendiri ataukah orangtuanya yang tak bisa menanamkan sikap yang baik?. Selaku orangtua tentu
tak ingin menyakiti anak sendiri, karena menyakiti mereka sama dengan menyakiti diri sendiri. Oleh
sebab itu, orang tua perlu mencari cara agar anak-anak dapat membuang kebiasaan buruk dan
melakukan kebiasaan baik agar tak ada lagi sumber kemarahan di diri mereka. Mereka adalah titipan
Illahi yang harus dijaga dan dibekali ilmu (dunia dan akhirat) sebab satu saat nanti mereka akan dewasa,
mereka harus siap untuk mandiri. Ini semua memerlukan proses belajar, jangan sampai proses ini
diwarnai oleh hal-hal yang buruk akibat ketidaktahuan dalam hal cara mendidik anak. Dalam hal
mendidik anak, Islam sendiri pasti sudah memberikan aturan dan Rasulullah adalah teladan yang
terbaik. Kemarahan seorang ibu kepada anaknya dapat membuat kemurkaan Allah, kata-kata yang
keluar dari mulut orang tua bisa jadi do’a bagi anaknya. Oleh sebab itu, agar anak selamat, orang tua
harus dapat menahan diri dari marah dan dari mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap
anaknya. Diperlukan cara agar dapat mengendalikan perilaku anak tanpa harus ada emosi orangtua.
     Rabu, 10 Februari 2010, waktu ke Gramedia kutemukan satu buku di rak Psikologi, judulnya 1-2-3
Magic Cara Ajaib Mendisiplinkan Anak umur 2-12 Tahun karangan Thomas W.Phelan, Ph.D. Berikut
hal-hal yang dipetik dari buku ini (disertai sedikit modifikasi pada perilaku mulai untuk dipraktekkan
sendiri):
Buku ini membagi pengasuhan dalam 3 tahap:
     o   Tahap 1: melibatkan pengendalian perilaku buruk.
     o   Tahap 2: melibatkan dorongan pada perilaku baik.
     o   Tahap 3: mempertahankan hubungan baik dengan anak.

Perilaku “berhenti” dan perilaku “mulai”. Berhenti melakukan yang tidak diinginkan orangtua dan
mulai melakukan apa yang diinginkan orangtua. Pada perilaku “berhenti”, masalahnya adalah apa yang
sedang dilakukan anak. Pada perilaku “mulai”, masalahnya apa yang tidak dilakukan anak.


    • Berhenti    untuk  perilaku:  merengek, • Perilaku mulai: merapikan barang-barang,
      mengejek, membantah, mencibir, berteriak,   makan, mengerjakan PR, mempersiapkan
      mendorong, memukul, marah, …                tempat tidur, merapikan tempat tidur, mandi
    • Prosedur yang digunakan: prosedur 1-2-3     tepat waktu, shalat 5 waktu.
      atau ”berhitung”.                         • Prosedur yang digunakan: pujian, permintaan
                                                  sederhana, pengaturan waktu dapur, docking
                                                  system, konsekuensi alami, table, atau variasi
                                                  1-2-3.
•   Konsep salah: “Asumsi Orang Dewasa Kecil”, yaitu keyakinan bahwa anak mempunyai hati bak
    emas dan bahwa pada dasarnya mereka baik dan tidak egois, sehingga apabila anak-anak
    berperilaku buruk atau tidak kooperatif, yang menjadi masalah pastilah karena mereka tidak
    mempunyai cukup informasi untuk melakukan hal yang benar. Orang tua yang menganut “asumsi
    orang dewasa kecil” akan sangat mengandalkan kata-kata dan alasan saat menghadapi anak dan
    berusaha mengubah perilaku mereka. Kata-kata serta alasan sendiri sering gagal dan tidak
    berdampak sehingga kali lain mengharuskan orangtua dan anak melalui apa yang dinamakan
    Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul. Terjadi adu pendapat yang
    membawa pada saling berteriak dan ketika hal itu gagal, orangtua merasa tidak ada apa pun yang
    bisa dilakukan, kecuali memukul. Riset menunjukkan bahwa disiplin fisik cenderung menghasilkan
    kecemasan pada anak-anak, merendahkan harga diri mereka, dan membuat anak lebih besar
    kemungkinannya menjadi agresif. Berbicara dan memberi penjelasan tentu saja berpengaruh dalam
    membesarkan anak. Namun, anak tetaplah anak-anak – bukan orang dewasa kecil. Mereka lahir
    dengan sifat tidak bertanggungjawab dan egois, menjadi tugas orangtua untuk membantu anak
    menjadi bertanggungjawab dan tidak egois. Di dalam tujuan tersebut, orang dewasa perlu bersikap
    lembut, konsisten, tegas, dan tenang. Anak-anak harus dilatih untuk itu dan orangtua sebagai
    pelatih harus sabar dan lembut, tetapi juga tekun. Satu penjelasan saja sudah cukup, usaha untuk
    mengulang-ulang penjelasanlah yang mebuat orang dewasa dan anak-anak menghadapi masalah.
    Orangtua dapat secara bertahap menjadi lebih banyak berbicara dan memberi alasan ketika anak
    semakin besar.

•   Dua kesalahan terbesar yang dilakukan orangtua dan guru ketika berhadapan dengan anak-anak
    adalah: Terlalu Banyak Bicara dan Terlalu Banyak Emosi, karena hal itu tidak berguna ataupun
    membuat orangtua melewati Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul.
    Dalam 1-2-3 Magic disarankan agar orangtua menerapkan – selama situasi konflik atau disiplin –
    aturan “Tidak Bicara dan Tidak Ada Emosi”.


METODE MENGHITUNG UNTUK PERILAKU BURUK (METODE 1-2-3)
    o   Metode 1-2-3 digunakan untuk mengatasi perilaku “Berhenti” (perilaku buruk atau sulit)
        seperti membantah, berkelahi, merengek, berteriak, marah, dll.
    o   Apabila anak berperilaku buruk mulailah menghitung dari 1 kemudian 2 dengan selang 5 detik,
        anak hanya diberi dua kesempatan – dua hitungan pertama – untuk memperbaiki
        kelakuannya. Apabila ia mengabaikannya, akan sampai hitungan ke 3 yang berarti akan ada
        konsekuensi, yang bisa berupa “periode beristirahat” atau “time out” (sekitar 1 menit per
        tahun usia anak) atau “time out alternatif”.
    o   Jika anak mengerjakan sesuatu yang sangat buruk di mana orangtua tidak ingin mereka
        mendapat tiga kesempatan untuk memperbaikinya, misalnya melakukan hal yang
        membahayakan atau menyakiti orang lain, orangtua cukup berkata, “Tiga, masuk kamar sekian
        menit ditambah sekian menit karena menimbulkan sakit hati atau untuk perkataan yang
        buruk”.
    o   “Jendela kesempatan”. Jika anak melakukan tiga kesalahan dalam waktu 30 menit, masing-
        masing peringatan totalnya tiga dan orangtua tidak harus melakukan hitungan berbeda untuk
        setiap jenis perilaku buruk. Namun, jika ia melakukan satu kesalahan dan dapat hitungan 1
        atau 2, dan satu jam kemudian ia melakukan kesalahan lagi, maka orang tua dapat kembali ke
        hitungan 1. Jadi, setelah satu jam semua hitungan dihapus kemudian masuk jendela baru dan
        terpisah. Jendela kesempatan harus lebih panjang saat anak semakin besar.
o   Jika anak berbuat kesalahan saat ada tamu atau saat berada di tempat umum, metode
         berhitung tetap berlaku!
     o   Metode 1-2-3 dapat gagal karena orangtua terlalu banyak bicara yang merusak fokus anak
         tentang kemungkinan perilaku yang baik dan meletakkannya pada prospek argumentasi yang
         menyenangkan dan bersemangat; sikap orangtua yang tenang dan tidak bicara akan berbicara
         lebih keras daripada kata-kata. Lebih banyak bicara akan sungguh diperlukan ketika masalah
         melibatkan susuatu yang tidak dipahami oleh anak, ketika yang ia lakukan adalah sesuatu yang
         tidak wajar atau cukup serius, atau ketika orangtua benar-benar memerlukan lebih banyak
         informasi tentang apa yang telah terjadi.
     o   Time-Out (masuk ke ruang hukuman): bisa ruang tidur anak atau ruang aman lain (kamar
         mandi, jika anak suka mengompol karena jengkel). Dapat juga menggunakan anak tangga atau
         kursi tetapi hanya jika anak tidak keluar dari situasi itu (tetap duduk, tidak berbicara dan tidak
         turun). Di ruang hukuman anak dapat membaca, tidur siang sebentar, menggambar, dsb; ada
         tiga hal yang tidak dibolehkan: telepon, teman, dan tayangan elektronik. Kekuatan time-out
         umumnya datang dari gangguan terhadap aktivitas anak. Pertimbangkan tiga hal bila time-out
         tidak efektif: (1) apakah orangtua masih terlalu banyak bicara dan terlalu emosional selama
         mendisiplinkan anak? (2) jika orangtua merasa tetap tenang, pertimbangkan tempat/ruang lain
         untuk time out (3) pertimbangkan TOA.
     o   Time out alternatif (TOA): digunakan ketika orangtua tidak ingin menggunakan timeout
         sebagai konsekuensi bagi anak yang sampai pada hitungan 3, misalnya karena tidak ada waktu
         untuk periode istirahat (timeout) atau merasa perlu konsekuensi yang sedikit lebih kuat, atau
         ingin konsekuensi yang sesuai dengan kesalahannya. Beberapa kemungkinan TOA: waktu tidur
         lebih awal, tidak nonton TV malam hari, kehilangan sebuah mainan – hari istirahat,
         pengurangan uang saku, tidak ada makanan penutup, pekerjaan sehari-hari yang ringan
         (membersihkan kamar mandi), pekerjaan sehari-hari yang berat (menyiangi rumput di
         halaman), menulis sebuah artikel pendek, tidak ada percakapan – 15 menit, tidak ada teman
         bermain, menyingkirkan DVD,CD player, mengurangi waktu main computer, tidak boleh ikut
         belanja dsb. Perlu diingat untuk menjaga agar hukuman itu adil dan wajar, tujuan timeout
         adalah mengajarkan sesuatu kepada anak, bukan untuk menjadi kejam atau untuk balas
         dendam.


DORONGAN PADA PERILAKU BAIK
Tujuh taktik untuk perilaku mulai:
     1. Penguat positif
            Pujian/penguatan verbal positif/umpan balik positif
            Diberi ucapan terimakasih
     2. Permintaan sederhana
            Nada suara: sedikit memerintah
            Hindari spontanitas. Cobalah menyusun tugas sehingga permintaan spontanitas jarang
            perlu dilakukan karena anak akan merasa terganggu aktivitasnya karena permintaan yang
            mendadak.
     3. Kitchen timer
            Pengatur waktu: menandai waktu untuk perilaku “mulai” atau lamanya time-out (bisa
            menggunakan stopwatch atau timer hitung mundur di handphone).
            Dapat menjadi bagian dari rutinitas berangkat tidur atau kegiatan bangun pagi.
     4. Docking system, memiliki 2 kabar:
Kabar baik: kalau anak tidak melakukan pekerjaan sehari-hari, maka orangtua yang
           melakukan untuknya.
           Kabar buruk: anak harus membayar orangtua karena telah mengerjakan tugasnya.
           Untuk membayar orang tua anak perlu modal yang bisa diperolehnya dari pinjaman, uang
           tunai yang didapat dari penguat alami berupa uang tunai, atau dari tabungan anak.
    5. Konsekuensi alami
           Membiarkan dunia yang besar dan tidak ramah memberi pelajaran kepada anak tentang
           hal yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.
           Misalnya membiarkan anak menonton TV pagi hari setelah dinasehati berkali-kali sehingga
           terlambat sekolah dan menerima konsekuensi dimarahi guru.
           Hindari ceramah, tidak perlu ada kalimat, “Nah, ini tidak akan terjadi jika kamu
           mendengarkan ayah/ibu.” Mengomel juga bertentangan dengan kemampuan anak untuk
           menghargai hubungan antara perilaku dan konsekuensinya.
    6. Table
           Menggunakan sesuatu seperti kalender untuk menelusuri seberapa baik seorang anak
           sudah melakukan perilaku baik.
                                                                      Hari
                        Tugas
                                              SN       SL       R       K       J      SB    M

           Tugas bisa berupa: mengurus diri sendiri, berangkat tidur, membersihkan meja setelah
           makan.
           Jika anak menyelesaikan tugas dengan baik:
           o Memberi tanda dengan stiker untuk anak 4 – 9 tahun.
           o Memberi nilai (A-F, 5-1) untuk anak yang lebih tua.
           Penguat alami: es krim, uang tunai, tidur lebih malam, mainan, menyewa film khusus,
           jalan-jalan, buku komik/majalah, pergi belanja, makan malam di luar, membaca cerita
           dengan orang tua, berkemah, barang untuk koleksi, memilih sendiri snack, membantu
           membuat kue/makanan.
    7. Menghitung untuk perilaku “Mulai” yang hanya berjalan sesaat, seperti menggosok gigi dan
       disuruh mengambilkan sesuatu.


PERILAKU MULAI:
a. Membereskan barang-barang yang berserakan
       Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya
       Metode yang digunakan:
            Keranjang sampah: bila pada batas waktu yang ditentukan (kitchen timer) masih ada
            barang-barang milik anak yang ditemukan teletak sembarangan maka akan dimasukkan
            “keranjang sampah” untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu.
            Docking system
b. Membersihkan kamar tidur
       Metode: docking system; tabel
c. Pekerjaan sehari-hari.
       Menyiapkan jadwal/tas pelajaran esok pada malam hari.
       Menyiapkan sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, baju seragam dan kerudung.
       Meletakkan baju kotor di keranjang cucian.
d. Tugas rumah
Mencuci piring setelah makan malam.
        Menyiram bunga (sore)
        Merapikan kamar orang tua (Minggu)
        Menyapu & mempel lantai + vacuum cleaner (Minggu)
        Membersihkan kaca jendela (Minggu).
        Menyikat kamar mandi (Minggu).
        Metode: Tabel
e. Waktu makan
        Porsi kecil kitchen timer, bila selesai sebelum waktunya dapat makanan pencuci mulut.
        Aturan 3 dari 4: memilih 3 dari 4 menu makan yang disediakan.
        Rutinitas Pecahkan –dan- taklukkan
        o Rutinitas makan malam bersama: tidak harus selalu bersama dalam 1 meja, kadang biarkan
           anak makan di mana yang mereka inginkan (asal jangan di kamar tidur) sepanjang mereka
           membawa kembali piring mereka.
        o Secara periodik mengajak anak makan di luar.
f. Bangun pagi dan persiapan berangkat ke sekolah
      Melibatkan urutan perilaku “mulai”:
      o Bangun dari tempat tidur tepat waktu
      o Menggosok gigi
      o Sholat subuh
      o Membereskan tempat tidur
      o Mandi
      o Berpakaian
      o Sarapan
      o Meninggalkan rumah dengan peralatan yang tepat dan waktu yang tepat.
      Metode: Tabel, penguat, kitchen timer.
g. Penilaian mingguan
      Kebersihan kamar
      Kerapian lemari
      Kelengkapan peralatan sekolah (buku, pensil, penghapus, penggaris, pensil warna, kaos kaki,
      ikat pinggang)
      Metode: docking system, tabel
h. Pekerjaan rumah dan belajar
      Waktu: setelah sholat magrib/isya (note: pk 20.00 malam bukanlah waktu yang baik untuk
      kemampuan akademis yang sempurna).
      Table untuk PR
                          Komponen Penilaian                                   Nilai
      Rapi                                                                       1
      Benar                                                                      1
      Teliti                                                                     1
      Tidak mengeluh                                                             1
      Mengerjakan pada saat yang tepat tanpa diingatkan                          1
      Total                                                                   5 point
      Kitchen timer saat mengerjakan PR supaya anak fokus
      Pemeriksaan sepintas: setiap pukul 20.30         persiapan untuk sekolah besok (tas, seragam,
      sepatu, dsb).
i. Waktu tidur
      Pukul 21.00 untuk hari-hari sekolah
Pada pukul 20.30 saat “pemeriksaan sepintas” hidupkan pengatur waktu untuk 30 menit dan
beritahukan anak untuk bersiap-siap tidur: menyiapkan kelengkapan sekolah esok hari,
menyikat gigi, buang air kecil dan mencuci muka (berwudhu). Bila selesai cepat dan ada waktu
terrsisa, maka waktu itu adalah waktu anak dan orang tua: membaca cerita atau hanya duduk
dan berbicara.

More Related Content

What's hot

Pendidikan disiplin anak usia dini
Pendidikan disiplin anak usia diniPendidikan disiplin anak usia dini
Pendidikan disiplin anak usia diniMegha Wullands
 
Mengajari bayi membaca
Mengajari bayi membacaMengajari bayi membaca
Mengajari bayi membaca
martinrusmaja
 
Sex Education: What to Say, What to Do
Sex Education: What to Say, What to DoSex Education: What to Say, What to Do
Sex Education: What to Say, What to Do24hourparenting
 
Manajemen stress untuk anak
Manajemen stress untuk anakManajemen stress untuk anak
Manajemen stress untuk anak
Orissa Rinjani
 
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?24hourparenting
 
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak?
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak? Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak?
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak? 24hourparenting
 
Bahan dispo dalam mendukung sra
Bahan dispo dalam mendukung sraBahan dispo dalam mendukung sra
Bahan dispo dalam mendukung sra
yaninyut
 
Disiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanDisiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanHerdin Nurdin
 
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang BaikMenumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik24hourparenting
 
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?Anakku Mukul. Kenapa, Ya?
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?24hourparenting
 
Komunikasi dengan si Remaja
Komunikasi dengan si RemajaKomunikasi dengan si Remaja
Komunikasi dengan si Remaja24hourparenting
 
Tips belajar efektif
Tips belajar efektifTips belajar efektif
Tips belajar efektif
Shundary Ajja
 
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?24 Hour Parenting
 

What's hot (20)

Pendidikan disiplin anak usia dini
Pendidikan disiplin anak usia diniPendidikan disiplin anak usia dini
Pendidikan disiplin anak usia dini
 
Mengajari bayi membaca
Mengajari bayi membacaMengajari bayi membaca
Mengajari bayi membaca
 
Sex Education: What to Say, What to Do
Sex Education: What to Say, What to DoSex Education: What to Say, What to Do
Sex Education: What to Say, What to Do
 
Pilih-pilih Ekskul Anak
Pilih-pilih Ekskul AnakPilih-pilih Ekskul Anak
Pilih-pilih Ekskul Anak
 
Anakku Puber, Nih!
Anakku Puber, Nih! Anakku Puber, Nih!
Anakku Puber, Nih!
 
Manajemen stress untuk anak
Manajemen stress untuk anakManajemen stress untuk anak
Manajemen stress untuk anak
 
Kita VS Eyang
Kita VS EyangKita VS Eyang
Kita VS Eyang
 
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?
Anakku Kok Belum Juga Bisa Baca?
 
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak?
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak? Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak?
Kenapa Reward-Punishment Nggak Efektif untuk Anak?
 
Bahan dispo dalam mendukung sra
Bahan dispo dalam mendukung sraBahan dispo dalam mendukung sra
Bahan dispo dalam mendukung sra
 
Pecahan tips
Pecahan tipsPecahan tips
Pecahan tips
 
Ranjau mental
Ranjau mentalRanjau mental
Ranjau mental
 
Aku Asalnya Dari Mana?
Aku Asalnya Dari Mana? Aku Asalnya Dari Mana?
Aku Asalnya Dari Mana?
 
Disiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakanDisiplin tanpa teriakan
Disiplin tanpa teriakan
 
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang BaikMenumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik
Menumbuhkan Kebiasaan Tidur yang Baik
 
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?Anakku Mukul. Kenapa, Ya?
Anakku Mukul. Kenapa, Ya?
 
Komunikasi dengan si Remaja
Komunikasi dengan si RemajaKomunikasi dengan si Remaja
Komunikasi dengan si Remaja
 
25 Tips PR Anak
25 Tips PR Anak 25 Tips PR Anak
25 Tips PR Anak
 
Tips belajar efektif
Tips belajar efektifTips belajar efektif
Tips belajar efektif
 
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?
Berapa Waktu yang Harus Diberikan Orangtua untuk Anak?
 

Viewers also liked

SXSW 2012 recap
SXSW 2012 recapSXSW 2012 recap
SXSW 2012 recapekneler
 
Magazine front covers
Magazine front coversMagazine front covers
Magazine front coversJaskirt Boora
 
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
valenyfran
 
Fashion Magazine Research
Fashion Magazine ResearchFashion Magazine Research
Fashion Magazine ResearchChloe Vincent
 

Viewers also liked (6)

passion
passionpassion
passion
 
SXSW 2012 recap
SXSW 2012 recapSXSW 2012 recap
SXSW 2012 recap
 
Magazine front covers
Magazine front coversMagazine front covers
Magazine front covers
 
Cosmopolitan task 6
Cosmopolitan task 6Cosmopolitan task 6
Cosmopolitan task 6
 
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
Ps Romina Pesce - Cuerpo y Mente en interrelación, para ser una persona salu...
 
Fashion Magazine Research
Fashion Magazine ResearchFashion Magazine Research
Fashion Magazine Research
 

Similar to Permata Hati

PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
Daniel Saroengoe
 
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
Orissa Rinjani
 
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptxPERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
Nuranisah87
 
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)24hourparenting
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
Daniel Saroengoe
 
Dukungan psikologis.pptx
Dukungan psikologis.pptxDukungan psikologis.pptx
Dukungan psikologis.pptx
AndrianoBobby
 
remaja dan kesulitannya.ppt
remaja dan kesulitannya.pptremaja dan kesulitannya.ppt
remaja dan kesulitannya.ppt
PKMPulo
 
dpa di aud.pptx
dpa di aud.pptxdpa di aud.pptx
dpa di aud.pptx
Henipuspitasari17
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
Daniel Saroengoe
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
Daniel Saroengoe
 
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptxBahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
shafahaulah4
 
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptxREF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
NigarKalfa
 
TOILET_TRAINING.ppt
TOILET_TRAINING.pptTOILET_TRAINING.ppt
TOILET_TRAINING.ppt
UmegaXGam
 
Makalah permasalahan anak sitti suriani
Makalah permasalahan anak  sitti surianiMakalah permasalahan anak  sitti suriani
Makalah permasalahan anak sitti surianiWarnet Raha
 
Ilmu parenting mhr
Ilmu parenting mhrIlmu parenting mhr
Ilmu parenting mhr
Maya Rosada
 
Ilmu parenting
Ilmu parentingIlmu parenting
Ilmu parenting
Maya Rosada
 
Tantangan Mengasuh Anak di Era Digital
Tantangan Mengasuh Anak di Era DigitalTantangan Mengasuh Anak di Era Digital
Tantangan Mengasuh Anak di Era Digital
panegarabali
 
Makalah permasalahan anak tk suriati
Makalah permasalahan anak tk suriatiMakalah permasalahan anak tk suriati
Makalah permasalahan anak tk suriati
Septian Muna Barakati
 

Similar to Permata Hati (20)

PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 3.pptx
 
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
Penerapan disiplin positif pada anak usia dini
 
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptxPERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
PERAN ORANGTUA-PERAN ORANGTUA-WPS Office.pptx
 
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)
Ibu Bekerja: Manajemen Waktu (dan Perasaan)
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 2.pptx
 
Dukungan psikologis.pptx
Dukungan psikologis.pptxDukungan psikologis.pptx
Dukungan psikologis.pptx
 
remaja dan kesulitannya.ppt
remaja dan kesulitannya.pptremaja dan kesulitannya.ppt
remaja dan kesulitannya.ppt
 
dpa di aud.pptx
dpa di aud.pptxdpa di aud.pptx
dpa di aud.pptx
 
dpa di aud.pptx
dpa di aud.pptxdpa di aud.pptx
dpa di aud.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 4.pptx
 
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptxPERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
PERILAKU ORANGTUA YANG DITIRU ANAK 1.pptx
 
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptxBahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
Bahasa Ibu - Bahasa cinta orang tua dan pendidik. .pptx
 
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptxREF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
REF. 1 KOMUNIKASI EFEKTIF SESUAI TAHAP USIA ANAK.pptx
 
TOILET_TRAINING.ppt
TOILET_TRAINING.pptTOILET_TRAINING.ppt
TOILET_TRAINING.ppt
 
Makalah permasalahan anak sitti suriani
Makalah permasalahan anak  sitti surianiMakalah permasalahan anak  sitti suriani
Makalah permasalahan anak sitti suriani
 
Ilmu parenting mhr
Ilmu parenting mhrIlmu parenting mhr
Ilmu parenting mhr
 
Ilmu parenting
Ilmu parentingIlmu parenting
Ilmu parenting
 
Makalah permasalahan anak sitti suriani
Makalah permasalahan anak  sitti surianiMakalah permasalahan anak  sitti suriani
Makalah permasalahan anak sitti suriani
 
Tantangan Mengasuh Anak di Era Digital
Tantangan Mengasuh Anak di Era DigitalTantangan Mengasuh Anak di Era Digital
Tantangan Mengasuh Anak di Era Digital
 
Makalah permasalahan anak tk suriati
Makalah permasalahan anak tk suriatiMakalah permasalahan anak tk suriati
Makalah permasalahan anak tk suriati
 

Permata Hati

  • 1. MENGENDALIKAN AMARAH ORANGTUA DAN MENGENDALIKAN PERILAKU ANAK Editor: Asnawati Setiap orangtua pasti sayang dengan anaknya. Kalau ada cerita kekerasan orang tua terhadap anak, kemungkinan itu karena masalah orang tua dalam mengendalikan amarah. Tapi anak-anak memang sangat pandai memancing kemarahan orang tua. Apakah kenakalan mereka murni kesalahan mereka sendiri ataukah orangtuanya yang tak bisa menanamkan sikap yang baik?. Selaku orangtua tentu tak ingin menyakiti anak sendiri, karena menyakiti mereka sama dengan menyakiti diri sendiri. Oleh sebab itu, orang tua perlu mencari cara agar anak-anak dapat membuang kebiasaan buruk dan melakukan kebiasaan baik agar tak ada lagi sumber kemarahan di diri mereka. Mereka adalah titipan Illahi yang harus dijaga dan dibekali ilmu (dunia dan akhirat) sebab satu saat nanti mereka akan dewasa, mereka harus siap untuk mandiri. Ini semua memerlukan proses belajar, jangan sampai proses ini diwarnai oleh hal-hal yang buruk akibat ketidaktahuan dalam hal cara mendidik anak. Dalam hal mendidik anak, Islam sendiri pasti sudah memberikan aturan dan Rasulullah adalah teladan yang terbaik. Kemarahan seorang ibu kepada anaknya dapat membuat kemurkaan Allah, kata-kata yang keluar dari mulut orang tua bisa jadi do’a bagi anaknya. Oleh sebab itu, agar anak selamat, orang tua harus dapat menahan diri dari marah dan dari mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas terhadap anaknya. Diperlukan cara agar dapat mengendalikan perilaku anak tanpa harus ada emosi orangtua. Rabu, 10 Februari 2010, waktu ke Gramedia kutemukan satu buku di rak Psikologi, judulnya 1-2-3 Magic Cara Ajaib Mendisiplinkan Anak umur 2-12 Tahun karangan Thomas W.Phelan, Ph.D. Berikut hal-hal yang dipetik dari buku ini (disertai sedikit modifikasi pada perilaku mulai untuk dipraktekkan sendiri): Buku ini membagi pengasuhan dalam 3 tahap: o Tahap 1: melibatkan pengendalian perilaku buruk. o Tahap 2: melibatkan dorongan pada perilaku baik. o Tahap 3: mempertahankan hubungan baik dengan anak. Perilaku “berhenti” dan perilaku “mulai”. Berhenti melakukan yang tidak diinginkan orangtua dan mulai melakukan apa yang diinginkan orangtua. Pada perilaku “berhenti”, masalahnya adalah apa yang sedang dilakukan anak. Pada perilaku “mulai”, masalahnya apa yang tidak dilakukan anak. • Berhenti untuk perilaku: merengek, • Perilaku mulai: merapikan barang-barang, mengejek, membantah, mencibir, berteriak, makan, mengerjakan PR, mempersiapkan mendorong, memukul, marah, … tempat tidur, merapikan tempat tidur, mandi • Prosedur yang digunakan: prosedur 1-2-3 tepat waktu, shalat 5 waktu. atau ”berhitung”. • Prosedur yang digunakan: pujian, permintaan sederhana, pengaturan waktu dapur, docking system, konsekuensi alami, table, atau variasi 1-2-3.
  • 2. Konsep salah: “Asumsi Orang Dewasa Kecil”, yaitu keyakinan bahwa anak mempunyai hati bak emas dan bahwa pada dasarnya mereka baik dan tidak egois, sehingga apabila anak-anak berperilaku buruk atau tidak kooperatif, yang menjadi masalah pastilah karena mereka tidak mempunyai cukup informasi untuk melakukan hal yang benar. Orang tua yang menganut “asumsi orang dewasa kecil” akan sangat mengandalkan kata-kata dan alasan saat menghadapi anak dan berusaha mengubah perilaku mereka. Kata-kata serta alasan sendiri sering gagal dan tidak berdampak sehingga kali lain mengharuskan orangtua dan anak melalui apa yang dinamakan Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul. Terjadi adu pendapat yang membawa pada saling berteriak dan ketika hal itu gagal, orangtua merasa tidak ada apa pun yang bisa dilakukan, kecuali memukul. Riset menunjukkan bahwa disiplin fisik cenderung menghasilkan kecemasan pada anak-anak, merendahkan harga diri mereka, dan membuat anak lebih besar kemungkinannya menjadi agresif. Berbicara dan memberi penjelasan tentu saja berpengaruh dalam membesarkan anak. Namun, anak tetaplah anak-anak – bukan orang dewasa kecil. Mereka lahir dengan sifat tidak bertanggungjawab dan egois, menjadi tugas orangtua untuk membantu anak menjadi bertanggungjawab dan tidak egois. Di dalam tujuan tersebut, orang dewasa perlu bersikap lembut, konsisten, tegas, dan tenang. Anak-anak harus dilatih untuk itu dan orangtua sebagai pelatih harus sabar dan lembut, tetapi juga tekun. Satu penjelasan saja sudah cukup, usaha untuk mengulang-ulang penjelasanlah yang mebuat orang dewasa dan anak-anak menghadapi masalah. Orangtua dapat secara bertahap menjadi lebih banyak berbicara dan memberi alasan ketika anak semakin besar. • Dua kesalahan terbesar yang dilakukan orangtua dan guru ketika berhadapan dengan anak-anak adalah: Terlalu Banyak Bicara dan Terlalu Banyak Emosi, karena hal itu tidak berguna ataupun membuat orangtua melewati Sindrom Bicara-Membujuk-Memberi Alasan-Berteriak-Memukul. Dalam 1-2-3 Magic disarankan agar orangtua menerapkan – selama situasi konflik atau disiplin – aturan “Tidak Bicara dan Tidak Ada Emosi”. METODE MENGHITUNG UNTUK PERILAKU BURUK (METODE 1-2-3) o Metode 1-2-3 digunakan untuk mengatasi perilaku “Berhenti” (perilaku buruk atau sulit) seperti membantah, berkelahi, merengek, berteriak, marah, dll. o Apabila anak berperilaku buruk mulailah menghitung dari 1 kemudian 2 dengan selang 5 detik, anak hanya diberi dua kesempatan – dua hitungan pertama – untuk memperbaiki kelakuannya. Apabila ia mengabaikannya, akan sampai hitungan ke 3 yang berarti akan ada konsekuensi, yang bisa berupa “periode beristirahat” atau “time out” (sekitar 1 menit per tahun usia anak) atau “time out alternatif”. o Jika anak mengerjakan sesuatu yang sangat buruk di mana orangtua tidak ingin mereka mendapat tiga kesempatan untuk memperbaikinya, misalnya melakukan hal yang membahayakan atau menyakiti orang lain, orangtua cukup berkata, “Tiga, masuk kamar sekian menit ditambah sekian menit karena menimbulkan sakit hati atau untuk perkataan yang buruk”. o “Jendela kesempatan”. Jika anak melakukan tiga kesalahan dalam waktu 30 menit, masing- masing peringatan totalnya tiga dan orangtua tidak harus melakukan hitungan berbeda untuk setiap jenis perilaku buruk. Namun, jika ia melakukan satu kesalahan dan dapat hitungan 1 atau 2, dan satu jam kemudian ia melakukan kesalahan lagi, maka orang tua dapat kembali ke hitungan 1. Jadi, setelah satu jam semua hitungan dihapus kemudian masuk jendela baru dan terpisah. Jendela kesempatan harus lebih panjang saat anak semakin besar.
  • 3. o Jika anak berbuat kesalahan saat ada tamu atau saat berada di tempat umum, metode berhitung tetap berlaku! o Metode 1-2-3 dapat gagal karena orangtua terlalu banyak bicara yang merusak fokus anak tentang kemungkinan perilaku yang baik dan meletakkannya pada prospek argumentasi yang menyenangkan dan bersemangat; sikap orangtua yang tenang dan tidak bicara akan berbicara lebih keras daripada kata-kata. Lebih banyak bicara akan sungguh diperlukan ketika masalah melibatkan susuatu yang tidak dipahami oleh anak, ketika yang ia lakukan adalah sesuatu yang tidak wajar atau cukup serius, atau ketika orangtua benar-benar memerlukan lebih banyak informasi tentang apa yang telah terjadi. o Time-Out (masuk ke ruang hukuman): bisa ruang tidur anak atau ruang aman lain (kamar mandi, jika anak suka mengompol karena jengkel). Dapat juga menggunakan anak tangga atau kursi tetapi hanya jika anak tidak keluar dari situasi itu (tetap duduk, tidak berbicara dan tidak turun). Di ruang hukuman anak dapat membaca, tidur siang sebentar, menggambar, dsb; ada tiga hal yang tidak dibolehkan: telepon, teman, dan tayangan elektronik. Kekuatan time-out umumnya datang dari gangguan terhadap aktivitas anak. Pertimbangkan tiga hal bila time-out tidak efektif: (1) apakah orangtua masih terlalu banyak bicara dan terlalu emosional selama mendisiplinkan anak? (2) jika orangtua merasa tetap tenang, pertimbangkan tempat/ruang lain untuk time out (3) pertimbangkan TOA. o Time out alternatif (TOA): digunakan ketika orangtua tidak ingin menggunakan timeout sebagai konsekuensi bagi anak yang sampai pada hitungan 3, misalnya karena tidak ada waktu untuk periode istirahat (timeout) atau merasa perlu konsekuensi yang sedikit lebih kuat, atau ingin konsekuensi yang sesuai dengan kesalahannya. Beberapa kemungkinan TOA: waktu tidur lebih awal, tidak nonton TV malam hari, kehilangan sebuah mainan – hari istirahat, pengurangan uang saku, tidak ada makanan penutup, pekerjaan sehari-hari yang ringan (membersihkan kamar mandi), pekerjaan sehari-hari yang berat (menyiangi rumput di halaman), menulis sebuah artikel pendek, tidak ada percakapan – 15 menit, tidak ada teman bermain, menyingkirkan DVD,CD player, mengurangi waktu main computer, tidak boleh ikut belanja dsb. Perlu diingat untuk menjaga agar hukuman itu adil dan wajar, tujuan timeout adalah mengajarkan sesuatu kepada anak, bukan untuk menjadi kejam atau untuk balas dendam. DORONGAN PADA PERILAKU BAIK Tujuh taktik untuk perilaku mulai: 1. Penguat positif Pujian/penguatan verbal positif/umpan balik positif Diberi ucapan terimakasih 2. Permintaan sederhana Nada suara: sedikit memerintah Hindari spontanitas. Cobalah menyusun tugas sehingga permintaan spontanitas jarang perlu dilakukan karena anak akan merasa terganggu aktivitasnya karena permintaan yang mendadak. 3. Kitchen timer Pengatur waktu: menandai waktu untuk perilaku “mulai” atau lamanya time-out (bisa menggunakan stopwatch atau timer hitung mundur di handphone). Dapat menjadi bagian dari rutinitas berangkat tidur atau kegiatan bangun pagi. 4. Docking system, memiliki 2 kabar:
  • 4. Kabar baik: kalau anak tidak melakukan pekerjaan sehari-hari, maka orangtua yang melakukan untuknya. Kabar buruk: anak harus membayar orangtua karena telah mengerjakan tugasnya. Untuk membayar orang tua anak perlu modal yang bisa diperolehnya dari pinjaman, uang tunai yang didapat dari penguat alami berupa uang tunai, atau dari tabungan anak. 5. Konsekuensi alami Membiarkan dunia yang besar dan tidak ramah memberi pelajaran kepada anak tentang hal yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan. Misalnya membiarkan anak menonton TV pagi hari setelah dinasehati berkali-kali sehingga terlambat sekolah dan menerima konsekuensi dimarahi guru. Hindari ceramah, tidak perlu ada kalimat, “Nah, ini tidak akan terjadi jika kamu mendengarkan ayah/ibu.” Mengomel juga bertentangan dengan kemampuan anak untuk menghargai hubungan antara perilaku dan konsekuensinya. 6. Table Menggunakan sesuatu seperti kalender untuk menelusuri seberapa baik seorang anak sudah melakukan perilaku baik. Hari Tugas SN SL R K J SB M Tugas bisa berupa: mengurus diri sendiri, berangkat tidur, membersihkan meja setelah makan. Jika anak menyelesaikan tugas dengan baik: o Memberi tanda dengan stiker untuk anak 4 – 9 tahun. o Memberi nilai (A-F, 5-1) untuk anak yang lebih tua. Penguat alami: es krim, uang tunai, tidur lebih malam, mainan, menyewa film khusus, jalan-jalan, buku komik/majalah, pergi belanja, makan malam di luar, membaca cerita dengan orang tua, berkemah, barang untuk koleksi, memilih sendiri snack, membantu membuat kue/makanan. 7. Menghitung untuk perilaku “Mulai” yang hanya berjalan sesaat, seperti menggosok gigi dan disuruh mengambilkan sesuatu. PERILAKU MULAI: a. Membereskan barang-barang yang berserakan Meletakkan segala sesuatu pada tempatnya Metode yang digunakan: Keranjang sampah: bila pada batas waktu yang ditentukan (kitchen timer) masih ada barang-barang milik anak yang ditemukan teletak sembarangan maka akan dimasukkan “keranjang sampah” untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Docking system b. Membersihkan kamar tidur Metode: docking system; tabel c. Pekerjaan sehari-hari. Menyiapkan jadwal/tas pelajaran esok pada malam hari. Menyiapkan sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, baju seragam dan kerudung. Meletakkan baju kotor di keranjang cucian. d. Tugas rumah
  • 5. Mencuci piring setelah makan malam. Menyiram bunga (sore) Merapikan kamar orang tua (Minggu) Menyapu & mempel lantai + vacuum cleaner (Minggu) Membersihkan kaca jendela (Minggu). Menyikat kamar mandi (Minggu). Metode: Tabel e. Waktu makan Porsi kecil kitchen timer, bila selesai sebelum waktunya dapat makanan pencuci mulut. Aturan 3 dari 4: memilih 3 dari 4 menu makan yang disediakan. Rutinitas Pecahkan –dan- taklukkan o Rutinitas makan malam bersama: tidak harus selalu bersama dalam 1 meja, kadang biarkan anak makan di mana yang mereka inginkan (asal jangan di kamar tidur) sepanjang mereka membawa kembali piring mereka. o Secara periodik mengajak anak makan di luar. f. Bangun pagi dan persiapan berangkat ke sekolah Melibatkan urutan perilaku “mulai”: o Bangun dari tempat tidur tepat waktu o Menggosok gigi o Sholat subuh o Membereskan tempat tidur o Mandi o Berpakaian o Sarapan o Meninggalkan rumah dengan peralatan yang tepat dan waktu yang tepat. Metode: Tabel, penguat, kitchen timer. g. Penilaian mingguan Kebersihan kamar Kerapian lemari Kelengkapan peralatan sekolah (buku, pensil, penghapus, penggaris, pensil warna, kaos kaki, ikat pinggang) Metode: docking system, tabel h. Pekerjaan rumah dan belajar Waktu: setelah sholat magrib/isya (note: pk 20.00 malam bukanlah waktu yang baik untuk kemampuan akademis yang sempurna). Table untuk PR Komponen Penilaian Nilai Rapi 1 Benar 1 Teliti 1 Tidak mengeluh 1 Mengerjakan pada saat yang tepat tanpa diingatkan 1 Total 5 point Kitchen timer saat mengerjakan PR supaya anak fokus Pemeriksaan sepintas: setiap pukul 20.30 persiapan untuk sekolah besok (tas, seragam, sepatu, dsb). i. Waktu tidur Pukul 21.00 untuk hari-hari sekolah
  • 6. Pada pukul 20.30 saat “pemeriksaan sepintas” hidupkan pengatur waktu untuk 30 menit dan beritahukan anak untuk bersiap-siap tidur: menyiapkan kelengkapan sekolah esok hari, menyikat gigi, buang air kecil dan mencuci muka (berwudhu). Bila selesai cepat dan ada waktu terrsisa, maka waktu itu adalah waktu anak dan orang tua: membaca cerita atau hanya duduk dan berbicara.