SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
1 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondasi adalah suatu bangunan yang berfungsi meneruskan berat bangunan tersebut
ke tanah dimana bangunan itu didirikan. (Karl Terzaghi, Ralph B Peck:1991;3). Dalam
perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam type
pondasi. Pemilihan type pondasi ini didasarkan atas :
a. Fungsi bangunan atas ( super structure ) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
b. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
c. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
d. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya
adalah pondasi tiang pancang yang mana akan kami bahas berikut ini. Pemakain tiang
pancang dipergunakan untuk suatu pondasi untuk suatu bangunan apabila tanah dasar
dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung ( bearing capacity ), yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya
letaknya sangat dalam.
Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau mentransferkan beban-
beban dari konstruksi diatasnya ( super structure ) kelapisan tanah yang lebih dalam.
Kebanyakan tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa type
yang dicor setempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor
tanah, sebagaimana kalau mengebor untuk penyelidikan tanah
Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila
diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal, maka taing pancang akan
dipancangkan miring ( batter pile ). Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang
pancang tergantung dari pada alat pancang yang dipergunakan serta disesuaikan pula
dengan perencanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT
?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pondasi driven pile ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile ?
1.3 Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT
dan SPT.
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pondasi driven pile.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile.
2 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT
Pondasi dalam adalah suatu konstruksi pondasi untuk meneruskan beban dari
konstruksi di atasnya ke lapisan tanah keras yang cukup dalam dari permukaan. Pondasi
dalam yang banyak dipakai adalah pondasi tiang pancang. Driven Pile (Tiang Pancang)
adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat dari beton ataupun baja. Bentuk
tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan untuk membuat pondasi
bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur diatasnya. Tiang
dipancangkan atau ditanamkan ke dalam tanah dengan menggunakan mesin palu
pemancang. Secara umum tiang pancang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Mampu meneruskan beban vertikal yang bekerja pada tiang ke dalam lapisan tanah
pendukung ( bearing layer ).
2. Mampu menahan perubahan – perubahan bentuk tertentu ke arah mendatar ( tegak
lurus as tiang ) atau dengan istilah lain mampu menerima beban lateral.
Pengelompokan Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok.
1. Menurut panjang tiang, dapat dibedakan menjadi :
a. Tiang panjang.
Pondasi tiang disebut dengan pondasi tiang panjang jika memenuhi ketentuan :
𝐿4
√
π‘˜π·
4𝐸𝐼
> 3
b. Tiang pendek.
Syarat pondasi tiang pendek adalah :
1 < 𝐿4
√
π‘˜π·
4𝐸𝐼
< 3
c. Kaison
Syarat pondasi kaison adalah :
𝐿4
√
π‘˜π·
4𝐸𝐼
< 1
Dengan :
L = panjang tiang yang tertanam di dalam tanah (cm)
k = koefisien reaksi tanah dalam arah melintang / berat jenis tanah (kg/cm3)
D = diameter tiang (cm)
EI = kekuatan lentur tiang
2. Menurut pendistribusian beban dalam lapisan tanah, pondasi tiang dapat dibedakan
menjadi :
a. Pondasi tiang dengan tumpuan ujung (poin bearing pile).
3 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Pondasi tiang dengan tumpuan ujung mendistribusikan beban melalui ujung ke
lapisan tanah keras.yang dimaksudkan dengan lapisan tanah keras adalah sangat
relatif tergantung beberapa faktor diantaranya adalah besarnya beban yang
diterima oleh tiang. Sebagai pegangan untuk menentukan lapisan tanah keras
dapat digunakan ketentuan :
- Untuk tanah non kohesif ( pasir dan kerikil ) memiliki nilai SPT > 35 atau dari
hasil sondir bila nilai perlawanan konus S β‰₯ 150 kg/ π‘π‘š2
- Untuk tanah kohesif memiliki nilai kuat tekan bebas ( unconfined compression
strength ) 3 – 4 kg/ π‘π‘š2
atau kira - kira nilai SPT > 15 – 20 atau dari hasil
pengujian sondir mendapat nilai perlawanan konus S I 70 kg/ π‘π‘š2
.
b. Pondasi tiang dengan tumpuan geser ( friction bearing pile ).
Bila lapisan yang dianggap tanah keras letaknya cukup dalam sehingga tidak
ekonomis untuk membangun tiang pancang dengan tumpuan ujung, maka untuk
menahan beban tiang pancang mengandalkan gesekan kulit tiang (skin friction).
Dalam pelaksanaan di lapangan seringkali tiang pancang merupakan gabungan antara
tiang dengan tumpuan ujung dan tiang yang mengandalkan gesekan kulit dalam
menahan beban.
3. Menurut bahan yang dipergunakan yaitu :
a. Pondasi tiang pancang dari kayu.
b. Pondasi tiang pancang dari baja.
c. Pondasi tiang pancang dari beton.
4. Menurut bentuk penampang tiang pancang, pondasi tiang dapat dibedakan :
a. Pondasi tiang dengan penampang segiempat.
b. Pondasi tiang dengan penampang H.
c. Pondasi tiang dengan penampang lingkaran.
4 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Prosedur Perhitungan Pondasi Tiang
Untuk memperoleh pondasi tiang yang sesuai maka diperlukan perencanaan
sebelumnya. Dalam merencanaan pondasi tiang biasanya mengikuti prosedur sebagai
berikut :
1. Melakukan penyelidikan tanah dilokasi pembangunan, penyelidikan bangunan yang
ada di sekitarnya, sehingga diameter, jenis dan panjang tiang dapat ditetapkan
berdasarkan bor log yang didapat. Jenis dari bahan pondasi yang diperlukan
disesuaikan dengan kondisi tanah misalnya kedalaman tanah keras, Ketersediaan
bahan tiang pancang yang paling mudah didapatkan sehingga pelaksanaan di lapangan
dapat lebih menguntungkan.
2. Menghitung bearing capacity diijinkan untuk satu tiang. Daya dukung sebaiknya
ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi tanpa gempa dan dengan gempa.
Bearing capacity juga harus mempertimbangkan tiga arah gaya yang terjadi yaitu arah
vertikal tekan dan tarik serta arah lateral.
3. Setelah daya dukung satu tiang diketahui maka daya dukung kelompok tiang harus
dihitung.
4. Hitung reaksi yang didistribusikan ke kepala tiang. Hal ini berarti bahwa kelompok
tiang yang menjadi satu kesatuan dalam kepala tiang harus mampu memikul beban
vertikal (V), horizontal (H) dan momen (M). Dalam perencanaan diperlukan data-data
yang mendukung. Data – data yang digunakan dalam perencanaan pondasi tiang dapat
berupa :
a. Data-data hasil pengujian laboratorium.
b. Data-data dari pengamatan di lapangan yaitu :
1) Data sondir.
2) Data SPT.
Daya dukung vertikal pondasi tiang diperoleh dari menjumlahkan daya dukung ujung
tiang dan tahanan geser dinding tiang. Besarnya daya dukung diijinkan adalah sebagai
berikut :
Qa =
𝑄𝑒
𝑆𝐹
=
(𝑄𝑝+𝑄𝑠)
𝑆𝐹
Dengan :
Qa = daya dukung ijin pondasi
Qu = daya dukung batas pondasi
Qp = daya dukung ujung tiang pondasi
Qs = daya dukung geser dinding tiang
SF = faktor keamanan
5 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Perhitungan Daya Dukung Pondasi
Perhitungan Daya Dukung Berdasarkan Data Lapangan
Rumus umum :
Qu = Qp + Qs
Dimana :
Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada ujung tiang (end bearing point).
Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada selimut tiang.
1. Berdasarkan nilai sondir (CPT).
Persamaan daya dukung batas ujung tiang berdasarkan data sondir adalah :
Qp =
𝐴𝑝.π‘žπ‘
𝑆𝐹
Dengan :
Ap = luas penampang ujung tiang.
qc = nilai tahanan konus pada ujung tiang, biasanya diambil rata-rata nilai konus
pada 3D ujung tiang dan sedalam D dibawah ujung tiang, dengan D adalah
diameter tiang.
SF = faktor keamanan.
1) Metode Van Der Ween
Menentukan Qp :
Qp =
qc
3Ξ±
. Ap
Dimana :
Ap = luas penampang ujung tiang
3 = angka keamanan unsur Qp
Ξ± = koefisien tergantung pada jenis tanah dan tiang ( lihat Tabel 1 )
qc =
1
4.5D
∫ qc(z)dz
3.5D
βˆ’D
qc = harga rata-rata conus di sepanjang 3.5D diatas dasar pondasi
( D = diameter ).
Tabel 1. Harga koefisien Ξ± dan Ξ²
Jenis Tanah π‘ž 𝑐 (π‘˜π‘π‘Ž)
Ξ± untuk
𝐻
𝐡
β‰₯ 5
Ξ²Tiang
Pancang
Tiang
Bor
Very soft – Medium Clay 0 – 5000 1.5 1.7 40
Stiff – Hard Clay 5000 1.1 1.25 100
Silt – loose Sand 0 – 2500 0.6 0.6 10-20
Medium Sand 2500 – 10.000 1.15 1.3 100
Dense – very dense Sand 10.000 1.1 1.4 300
6 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Menentukan Qs :
Qs =
1
2
P ∫ π‘ž 𝑠 ( 𝑧) 𝑑𝑧
π‘‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘”
π‘π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘™ π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘”
Dimana :
qs =
qc
Ξ²
, jika qs tidak diukur langsung
P = keliling tiang
2 = angka keamanan
Ξ² = koefisien tergantung pada jenis tanah ( tabel 1 )
2) Metode Philipponant
Menentukan Qp :
Qp =
qp.A
2
qP = Ξ±P .qcΜ…Μ…Μ…Μ… , dengan qcΜ…Μ…Μ…Μ…=
1
6D
∫ qc(z)dz
3D
βˆ’3D
Dimana :
qcΜ…Μ…Μ…Μ… = nilai konus rata-rata sepanjang 3D diatas dasar tiang dan 3D dibawah
dasar tiang.
𝛼 𝑃 = koefisien (lihat tabel 2)
𝐷 = Diameter
Tabel.2 Harga koefisien π“πšπ›πžπ₯ 𝜢 𝑷
Jenis Tanah 𝛼 𝑃
Lempung dan Kapur 0.5
Lanau 0.45
Pasir 0.40
Kerikil 0.35
Menentukan Qs :
Qs =
𝑃
2
Ζ© π‘ž 𝑠.hi =
𝑃
2
JHP
Dimana :
P = Keliling tiang
π‘ž 𝑠.β„Žπ‘– = lekatan lateral dari lapisan i setebal hi
π‘ž 𝑠 = 𝛼 𝑃 𝛼 𝑠
π‘ž 𝑐 , jika π‘ž 𝑠 tidak diukur langsung (𝛼 𝑓 dan 𝛼 𝑠 dapat dilihat pada
tabel 3 dan 4)
Tabel 3. Harga koefisien 𝛼 𝑓
Bahan Tiang Tipe Tiang 𝛼 𝑓
Beton
Tiang dipancang 1.25
Tiang dibor dan divibrasi 1.0
7 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Tiang diinjeksi
0.85
Tiang dibor untuk f ≀ 1.50 m
Tiang dibor untuk f β‰₯ 1.50 m 0.75
Baja
Tiang Profil H 1.1
Tiang baja dipancang 0.6
Tabel 4. Harga koefisien 𝛼 𝑠
Jenis Tanah 𝛼 𝑠
Lempung dan Kapur 50
Lanaiu, lempung berpasir, pasir berlempung 60
Pasir lepas 100
Pasir sedang, pasir padat 150
Kerikil 200
3) Metode Konvensional
Qu = Qp + Qs
Menentukan Qp :
𝑄𝑝 =
π‘ž 𝑐 Β· 𝐴
𝐹
Dimana :
π‘ž 𝑐 = harga konus rata-rata yang diambil 4D dibawah ujung tiang dan 8D di
atas ujung
tiang.
A = luas penampang ujung tiang
F = angka keamanan = 3
Menentukan Qs :
Qs =
𝐽𝐻𝑃 ·𝑃
𝐹
Dimana :
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman yang di tinjau
P = Keliling Tiang
F = angka keamanan = 5
4) Metode Tumai Fakhroo (1981)
Pada umumnya metode ini digunakan pada tanah lempung lunak.
Menentukan Qp:
Metode ini merupakan metode Begaman yang disempurnakan
Qp =
(
π‘ž 𝑐1+π‘ž 𝑐2
2
)+ π‘ž 𝑐3
2
Β· Ap
Dimana :
Qp = daya dukung ujung tiang
π‘ž 𝑐1 = nilai π‘ž 𝑐 rata-rata pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang.
8 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
π‘ž 𝑐2 = nilai π‘ž 𝑐 minimum pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang.
π‘ž 𝑐3 = nilai π‘ž 𝑐 rata-rata 8D diatas ujung tiang.
Pada tanah lempung Qp Β± 10% dari nilai Qu
Menentukan Qs :
Qs = f x L x P
Dimana :
f = nilai unit lekatan = m x 𝑓𝑠̅̅̅ ≀ 0.75 kg/cmΒ²
𝑓𝑠̅̅̅ = nilai lekatan rata-rata =
𝐽𝐻𝑃
𝐿
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman L
m = koefisien lekatan, lihat gambar D atau menggunakan rumus :
= 10 – 9.5 (1 - π‘’βˆ’9 Β· 𝑓𝑠̅̅̅
)
Nilai m berkisar antara 0.5 – 10.
P = keliling tiang
Batas-batas untuk harga f :
Untuk tanah lembek (𝑓𝑠̅̅̅ < 0.3 kg/cmΒ²), harga m harus > 1
Untuk mendapatkan f :
- 𝑓𝑠̅̅̅, alat sondir permukaan halus
- f, pile test dilakukan setelah pemancangan pondasi
- f > fs.
Untuk tanah lempung yang konsistensinya medium sampai kaku (stiff),
dimana fs > 0.30 kg/cmΒ², tingkat kerusakan tanah serta celah yang terjadi
antara pondasi tiang dan tanah adalah lebih dominan dari pada penambahan
kekuatan akibat pemampatan, sehingga f < 𝑓𝑠̅̅̅. Jadi m < 1.
5) Metode Andina
Qu =
Qp+Qs
F
F = angka keamanan
Menentukan Qp :
Qp = qc x AP
Ap = luas penampang ujung tiang pondasi
qc =
qc0(
qc1βˆ’qc2
2
)
2
Dimana :
qc0 = harga rata-rata perlawanan konus yang diambil mulai dari ujung
bawah tiang sampai dengan 8D diatas dasar tiang
qc1 = nilai qc rata-rata pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang
qc1 = nilai qc minimum pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang
9 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Menentukan Qs :
Qs = fs x P x D = βˆ‘ fs
L
Z=8B+Bβ€² x P
Dimana :
fs = tegangan akibat lekatan lateral sepanjang D dari pangkal tiang
D = L – 8B – B’ = panjang tiang tertanam efektif.
L = panjang tiang tiang sebenarnya
𝐡 = Diameter dasar tiang
B’ = Diameter kepala tiang
P = Keliling
Contoh soal perhitungan :
Hitung daya dukung pondasi tiang yang berdiri pada tanah lempung lunak.
Pondasi berbentuk lingkaran dengan diameter 40 cm. Panjang Tiang 18 m.
(METODE PHILIPPONANT)
Data Sondir
Depth
(m)
Nilai Konus
Kg/cm2
Lekatan
Lokal Kg/cm2
HP Kg/cm
JHP
Kg/cm
Friction
Ratio
1 5 0,30 6 30 6,0
1,2 3 0,30 6 36 10,0
1,4 4 0,30 6 42 7,5
1,6 4 0,30 6 48 7,5
1,8 3 0,30 6 54 10,0
2 4 0,30 6 60 7,5
2,2 4 0,30 6 66 7,5
2,4 3 0,30 6 72 10,0
2,6 5 0,30 6 78 6,0
2,8 4 0,30 6 84 7,5
3 4 0,30 6 90 7,5
3,2 4 0,30 6 96 7,5
3,4 3 0,30 6 102 10,0
3,6 4 0,30 6 108 7,5
3,8 3 0,30 6 114 10,0
4 3 0,30 6 120 10,0
4,2 3 0,30 6 126 10,0
4,4 4 0,30 6 132 7,5
4,6 4 0,30 6 138 7,5
4,8 3 0,30 6 144 10,0
5 3 0,30 6 150 10,0
5,2 3 0,30 6 156 10,0
5,4 4 0,30 6 162 7,5
5,6 5 0,30 6 168 6,0
5,8 3 0,30 6 174 10,0
6 3 0,30 6 180 10,0
6,2 4 0,30 6 186 7,5
6,4 4 0,30 6 192 7,5
6,6 3 0,30 6 198 10,0
10 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
6,8 4 0,30 6 204 7,5
7 3 0,30 6 210 10,0
7,2 3 0,30 6 216 10,0
7,4 4 0,30 6 222 7,5
7,6 4 0,30 6 228 7,5
7,8 4 0,30 6 234 7,5
8 5 0,30 6 240 6,0
8,2 5 0,30 6 246 6,0
8,4 4 0,30 6 252 7,5
8,6 4 0,30 6 258 7,5
8,8 4 0,30 6 264 7,5
9 4 0,30 6 270 7,5
9,2 4 0,30 6 276 7,5
9,4 5 0,30 6 282 6,0
9,6 5 0,30 6 288 6,0
9,8 6 0,30 6 294 5,0
10 5 0,30 6 300 6,0
10,2 5 0,30 6 306 6,0
10,4 4 0,30 6 312 7,5
10,6 5 0,30 6 318 6,0
10,8 4 0,30 6 324 7,5
11 4 0,30 6 330 7,5
11,2 4 0,30 6 336 7,5
11,4 5 0,30 6 342 6,0
11,6 5 0,30 6 348 6,0
11,8 5 0,30 6 354 6,0
12 5 0,30 6 360 6,0
12,2 4 0,30 6 366 7,5
12,4 5 0,30 6 372 6,0
12,6 6 0,30 6 378 5,0
12,8 5 0,30 6 384 6,0
13 5 0,30 6 390 6,0
13,2 5 0,30 6 396 6,0
13,4 5 0,30 6 402 6,0
13,6 5 0,30 6 408 6,0
13,8 7 0,30 6 414 4,3
14 6 0,30 6 420 5,0
14,2 6 0,30 6 426 5,0
14,4 5 0,30 6 432 6,0
14,6 4 0,30 6 438 7,5
14,8 5 0,30 6 444 6,0
15 5 0,30 6 450 6,0
15,2 5 0,30 6 456 6,0
15,4 6 0,50 10 466 8,3
15,6 8 0,50 10 476 6,3
15,8 8 0,50 10 486 6,3
16 10 0,50 10 496 5,0
16,2 15 1,00 20 516 6,7
11 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
16,4 18 1,00 20 536 5,6
16,6 20 1,00 20 556 5,0
16,8 25 1,00 20 576 4,0
17 15 1,00 20 596 6,7
17,2 15 1,00 20 616 6,7
17,4 20 1,00 20 636 5,0
17,6 20 1,00 20 656 5,0
17,8 20 1,00 20 676 5,0
18 25 0,00 0 676 0,0
18,2 25 0,50 10 686 2,0
18,4 20 0,50 10 696 2,5
18,6 20 0,50 10 706 2,5
18,8 25 0,50 10 716 2,0
19 25 0,50 10 726 2,0
19,2 25 0,50 10 736 2,0
19,4 20 0,50 10 746 2,5
19,6 25 0,50 10 756 2,0
19,8 30 0,50 10 766 1,7
20 20 0,50 10 776 2,5
20,2 20 0,50 10 786 2,5
20,4 20 0,50 10 796 2,5
20,6 25 0,50 10 806 2,0
20,8 25 0,50 10 816 2,0
21 25 0,50 10 826 2,0
21,2 25 1,00 20 846 4,0
21,4 30 1,00 20 866 3,3
21,6 30 1,00 20 886 3,3
21,8 25 1,00 20 906 4,0
22 25 1,00 20 926 4,0
22,2 25 1,00 20 946 4,0
22,4 30 1,00 20 966 3,3
22,6 30 1,00 20 986 3,3
22,8 35 1,00 20 1.006 2,9
23 30 1,00 20 1.026 3,3
Diketahui :
D = 40 cm
Kedalaman = 18 m
𝛼 𝑝 = 0,5 (tanah lempung lunak)
Penyelesaian :
Menentukan Qp
Ap =
1
4
πœ‹π·2
= 0,25 π‘₯ 3,14 π‘₯ 402
= 1256 π‘π‘š2
π‘ž 𝑐̅ (nilai konus rata-rata sepanjang 3D diatas dasar tiang dan 3D dibawah dasar
tiamg)
12 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
3𝐷 = 3 X 0,4 m
= 1,2 m
Diatas
18 m – 1,2 m = 16,8 m
Dibawah
18 m + 1,2 m = 19,2 m
π‘ž 𝑐̅ =
(25+15+15+20+20+25+25+20+20+25+25+25)
13
= 21,538 kg/π‘π‘š2
π‘ž 𝑝 = 𝛼 𝑝. π‘ž 𝑐̅
= 0,5 . 21,538 kg/π‘π‘š2
= 10,769 kg/π‘π‘š2
𝑄𝑝=
π‘ž 𝑝
.𝐴𝑝
2
=
10,769 kg/π‘π‘š2
.1256 π‘π‘š2
2
= 6762,932 kg
= 6,76 ton
Menentukan Qs
JHP = kedalaman 18 m = 676 kg/π‘π‘š2
P = πœ‹D
= 3,14 π‘₯ 402
= 125,6 cm
𝑄𝑠 =
P.JHP
2
=
125,6 cm .1676 kg/π‘π‘š2
2
= 42452,800 kg
= 42,45 ton
π‘„π‘’π‘™π‘‘π‘–π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’ = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠
= 6,76 ton + 42,45 ton
= 49,21 ton
13 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
2. Berdasarkan nilai SPT.
Setelah lubang digali, sebuah tabung silinder baja standart (Ø = 37mm, L = 813
mm) dimasukkan hingga dasar lubang dan dipancang sedalam Β± 15 cm pada
β€œundisturbed soil”. Kita catat kemudian jumlah pukulan N untuk pemancangan
berikutnya sedalam Β± 30 cm. energy pemancangan yang dipakai adalah sesuai
standart ASTM, D 1586, yaitu : 63,3 kg (140 lb) berat palunya dan 76 cm (30 in)
tinggi jatuhnya.
Ada beberapa korelasi antara nilai N dan sifat – sifat atau karakteristik tanah,
yaitu :
Tabel : SPT Cohesionless (J.E.BOWLES,1984)
N (blows)
Ο’ (KN/m3)
Ø (0)
State
Dr (%)
Cohesionless soil / Sol pulvelurent
0-3
-
-
Very loose
0-15
4-10
12-16
25-32
Loose
15-35
11-30
14-18
28-36
Medium
35-65
31-50
16-20
30-40
Dense
65-85
>50
18-23
>35
Very dense
85-100
N (blows)
Ο’ (KN/m3)
qu (kPa)
Consistency
Cohesive soil / Sol coherent
<4
14-18
<25
Very soft
4-6
16-18
20-50
soft
6-15
16-18
30-60
Medium
16-25
16-20
40-200
Stiff
>25
>20
>100
hard
Dengan Dr (relative density) :
𝑒maxβˆ’ 𝑒
𝑒maxβˆ’ 𝑒 π‘šπ‘–π‘›
, e = angka pori (void ratio)
Meyerhof, memberikan korelasi antara Dr dan Ø (sudut geser dalam tanah) :
= 25 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau > 5%
= 35 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau ≀ 5%
Disamping itu terdapat korelasi antara Ø dan nilai N
Ø = (12 N)0.5 + 25 (DUNHAM)
Ø = (20 N)0.5 + 15 (OSAKI)
Beberapa korelasi antara N,Dr, Ø dan C
a. Marcusson & Bieganousky (1977)
Dr = 0.086 + 0.0083 (2311 + 222 N – 711 (OCR) – C1 σ’v)0.5
Dimana :
C1 = 7,7 σ’v dalam kPa dan 53 untuk psi units
OCR = Overconsolidation Ratio = σ’ dahulu/ σ’ sekarang
b. Fardis & Veneziano (1981)
14 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
In N = C2 + 2.06 ln Dr + C3 ln σ’v
Dimana :
C2 = fungsi kedalam yang harus ditentukan dilapangan dengan
pengukuran N dan Dr
C3 = 0,222 untuk σ’v dalam kPa dan 0,442 untuk psi units
c. Schults & Mezenback
ln (Dr) = 0,478 ln (N) – 0,262 ln (σ’vo) + 2,84
dimana :
σ’vo = tegangan vertikal tanah efektif dalam baris atau 100 kPa
d. Terzaghi & Peck memberikan korelasi antara N dan Cu ( kohesi undrained )
untuk tanah berlempung
Lempung plastis, Cu = 12,5 N
Lempung berlanau, Cu = 10 N
Lempung berpasir, Cu = 6,7 N
Dimana :
Cu dalam kPa
Gambar 3.2 s/d Gambar 3.4 berturut – turut menyajikan korelasi grafis antara
Dr dan N, antara N , σ’v dan Dr serta antara Ø dengan N.
Harga N Koreksi
Harga N dibawah muka air tanah harus dikoreksi menjadi N’ berdasarkan
perumusan sebagai berikut : (β€˜TERZAGHI & PECK)
N’ = 15 + 0.5 ( N – 15 )
Dimana :
N = jumlah pukulan kenyataan di lapangan untuk dibawah muka air tanah
SEED, dkk dilain hal menyajikan factor koreksi CN untuk mengoreksi harga N
lapangan hasil test, dimana N1 = CN . N
Besarnya koefisien koreksi CN ini tergantung dari harga tegangan vertikal efektif
tanah (σ’v), dengan N1 = harga N koreksi
σ’v
(kPa)
30 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
CN 1,6 1,22 0,95 0,78 0,65 0,57 0,5 0,46 0,42 0,4 0,39
Koreksi dari SEED ini tidak dapat digabung dengan koreksi dari TERZAGHI &
PECK. Jadi pakai salah satu saja yang dianggap paling menentukan atau kritis.
1) Daya Dukung ultimate ujung tiang
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Meyerhof ( 1976) menyarankan
kapasitas batas daya dukung ultimate ujung tiang (Qpu) untuk tanah homogen
berbutir kasar yang diperoleh dari SPT adalah :
15 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Qpu =
40𝑁𝐿
𝐷
< 400 N
Dengan :
N = jumlah nilai SPT rata-rata di ujung tiang ( kirakira 10 D di atas dan
4D di bawah ujung tiang )
Qpu = nilai kapasitas daya dukung ultimate ujung tiang.
L = panjang tiang.
D = diameter tiang.
2) Daya Dukung Akibat Gesekan Kulit Tiang dengan Tanah
Daya dukung batas pondasi tiang akibat gesekan antara kulit tiang dengan
tanah dapat dinyatakan dengan :
𝑄𝑠 = Ζ© P𝑓𝑠. βˆ†L
Dengan :
P = keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau.
𝑓𝑠 = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi
kedalaman dari Tiang.
Ξ”L = panjang bagian tiang yang ditinjau.
Ada beberapa metode dalam perhitungan daya dukung ujung tiang (Qp) dan
daya dukung kulit tiang (Qs)
a. Metode Meyerhof
Daya dukung limit untuk pasir dari Meyerhof terdiri dari gabungan antara
term titik (point) dan term lekatan (lateral friction).
Persamaan dari Meyerhoft (1956)
16 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
QL = QP + QS = 4 . N. AP +
πœ‹.𝐡.𝐷
50
. NaV
WIKA memodifikasi persamaan diaatas menjadi :
QL = 40 . N . Ap + ( AS . NAV ) / 5
Dimana :
QL = Daya dukung tanah maximum (ton)
N = Harga SPT di dasar pondasi
NaV = Harga N rata-rata disepanjang tiang yang terbenam (D)
Ap= Area of pile base (m2) = Ο€ . D2/ 4
As = Gross surface area of shaft (m2)
B = Diameter tiang pondasi (m)
Qad = QL / F dengan F = 2
Mohan, Jain dan Kumar (1963) menyarankan factor pada aspek Qs adalah
170, dan 90 menurut Tavenas (1971).
Dilain hal,Gregersen dkk (1973) mengusulkan factor pada aspek Qp
adalah 10.
b. Metode Luciano Decourt (1982)
QL = Qp + Qs
Dimana :
QL= daya dukung tanah maximum pada pondasi
Qp = resistance ultime di dasar pondasi
Qs = resistance ultime akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Γ‘p . K) . Ap
Dimana :
Γ‘p= harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga 4B dibawah dasar
tiang pondasi (B= diameter pondasi) = βˆ‘ 𝑁𝑖/𝑛𝑛
1=𝑖
K =koefisien karakteristik tanah :
12 t/m2 = 117.7 kPa, untuk lempung murni
20 t/m2 = 196 kPa, lanau berlempung
25 t/m2 = 245 kPa, lanau berpasir
40 t/m2 = 392 kPa, pasir
Ap= luas penampang dasar tiang
17 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
qp = tegangan diujung tiang
Qs = qs . As = (Γ‘s/3 + 1).As
Dimana :
qs =tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2
Γ‘s =harga rata-rata sepanjang tiang yang tertanam, dengan batasan : 3 ≀ N
≀ 50 yang lebih dari 3 ditulis dan yang diatas 50 ditulis 50, ditulis semua
dan dirata-rata semua.
As =keliling x panjang tiang yang terbenam (luas selimut tiang)
Contoh soal perhitungan :
Berdasarkan test SPT
Diketahui hasil test SPT dan test laboratorium dari suatu contoh tanah seperti
gambar.Hitung besar Q ijin berdasarkan test SPT dan test laboratorium, untuk
merencanakan suatu pondasi tiang dari pipa baja dengan diameter (D) = 800 mm.
Penyelesaian :
Qp = Ap
40𝑁𝐿
𝐷
≀ 400 N
𝑁1(Jarak diatas 10D dari ujung tiang)
10𝐷 = 10 X 800
= 8000 mm
= 8 m
18 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Nilai SPT = 16
𝑁2 (Jarak dibawah 4D dari ujung tiang)
10𝐷 = 4 X 800
= 3200 mm
= 3,2 m
Nilai SPT = 49
N =
( 𝑁1+𝑁2)
2
N =
(16+49)
2
N = 32,5
Ap =
1
4
πœ‹π·2
= 0,25 π‘₯ 3,14 π‘₯ 0,82
= 0,502 π‘š2
Qp = 0,502 x
40 π‘₯ 32,5 π‘₯ 32
0,8
≀ 400 N
= 27040 ≀ 400 x 32,5
= 27040 kN/π‘š2
β‰₯ 13000 kN/π‘š2
( karena lebih besar maka tidak OK)
Maka dipakai :
Qp = 13000 kN/π‘š2
Qall =
𝑄𝑝
𝑆𝐹
=
13000
3
= 4333,33 kN/π‘š2
Daya dukung geser:
Qs = Ζ© π‘π‘“π‘Žπ‘£βˆ†L
p = πœ‹D
= 2,5 m
L = 𝐿1+𝐿2+𝐿3+𝐿4
= 6 + 18 + 6 + 2
= 32 m
𝑓(π‘Žπ‘£) = 𝑁̅
= 6 + 18 + 6 + 2
19 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
=
(2+5+3+2+2,5+3+4+5+8+10+15+16+18+20+30+39)
16
= 11,4 kN/π‘š2
Qs = 2,5 x 11,4 x 32
= 912,5 kN/π‘š2
Qall =
𝑄𝑝
𝑆𝐹
=
912,5
3
= 304,17 kN/π‘š2
Jika digabung antara Qall (p) + Qall (s) maka Qall (total)
Qall = 4333,33 + 304,17
= 4637,5 kN/π‘š2
2.2 Metode Pelaksanaan Pondasi Driven Pile
Proyek skala besar seperti pembangunan gedung bertingkat lebih dari sepuluh lantai
selalu butuh pondasi dengan struktur yang sangat kuat sehingga mampu menyangga dan
menahan beban berat dari gedung berikut element bangunan lain beserta isinya. Karena
itu pondasi yang dibuat juga tidak berupa pondasi biasa saja namun dibutuhkan pondasi
tiang.
Pada umumnya pondasi tiang ini dibuat dari beton, baja atau kayu. Namun saat ini
pondasi dan tiang pancang jarang ada yang menggunakan kayu karena daya tahannya
jauh kalah kuat jika dibandingkan dengan tiang pancang dari beton dan besi baja. Karena
berbentuk tiang yang panjang dan tinggi, maka untuk memasangnya juga harus memakai
alat berat khusus yang punya kemampuan untuk menanam dan menancapkan tiang
sehingga bisa masuk ke dalam tanah sesuai dengan batas yang telah ditentukan. Jenis alat
untuk memasang tiang pancang ini ada beberapa macam.
a. Drop Hammer
Alat ini merupakan palu yang sangat berat dan diletakan di posisi ketinggian tertentu
dan berada di atas tiang. Palu dari besi baja ini lalu dilepaskan dan jatuh ke bawah
serta mengenai bagian atas atau ujung tiang. Di kepalanya terdapat topi atau cap yang
namanya shock absorber.
b. Diesel Hammer
Alat ini termasuk yang sistem kerjanya paling sederhana bila dibanding dengan alat
sejenis yang lain. Diesel hammer ini punya peralatan mesin diesel yang jumlahnya
ada dua, lalu ram atau piston, tanki untuk menyimpan bahan bakar dan tanki untuk
menyimpan minyak pelumas serta pompa untuk menekan bahan bakar dan injeksion
serta mesin pelumas.
20 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
GAMBAR 1.
Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
c. Hydraulic Hammer
Sistem kerja dan operasinya didasarkan kepada perbedaan dan selisih tekanan yang
terjadi di cairan hidrolis. Alat pasang tiang pancang yang satu ini sangat cocok
digunakan untuk memasang tiang pancang dari baja yang berbentuk huruf H atau
pondasi yang berbentuk lempengan.
d. Vibratory Pile Driver
Sistem kerjanya mengandalkan getaran dari alat yang terus bergerak. Vibratory pile
driver ini mempunyai batang horizontal yang jumlahnya ada beberapa dan beban
eksentris.
Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti dibawah ini :
1. Persiapan Lokasi Pemancangan
Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapat
menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah
permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu
oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
2. Persiapan Alat Pemancang
Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenist
anah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk
pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
Mengatur lalu lintas dan jalan akses
untuk mobilisasi alat pemancang
Mengatur posisi tiang
Penyambungan tiang
Pemancangan tiang
Kepala tiang
Produksi tiang pancang
Memmbawa tiang pancang
ke lokasi
21 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
GAMBAR 2. Alat Pancang
ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan penyelidikan
tanah terlebihdahulu.Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer,
diesel atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat
palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya
ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton.
3. Penyimpanan Tiang Pancang
Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan. Tiang
pancang disusus seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanan
dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama.
Gambar 3. PenyimpananTiang Pancang
22 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Gambar 4.
Tiang Pancang Ditarik Dengan Sling
Gambar 5.
Tiang Pancang Dimasukan pada Bagian Alat
Gambar 6.
Tiang Pancang Diluruskan
Gambar 7.
Kemiringan Dicek Dengan Waterpass
4. Pemancangan
Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang
pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang
pancang masuk pada bagian alat.
23 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Setelah kemiringan telah sesuai, kemudian dilakukan pemancangan dengan
menjatuhkan palu pada mesin pancang.
Bila kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang pancang satu
batang, maka perlu dilakukan penyambungan dengan tiang pancang kedua,
yaitudengan pengelasan.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu
sesuaidengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan
di titik berikutnya dengan langkah yang sama.
Gambar 8. Pemasangan Tiang Pertama
Gambar 9. PenyambunganTiang Pancang denganPengelasan
24 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Driven Pile
Kelebihan :
1. Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
2. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
3. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang.
4. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau
lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.
5. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.
Kekurangan :
1. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan.
2. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
3. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.
4. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan jika menggunakan
Hammer.
5. Jika menggunakan Hidraulik ada jarak minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak
bangunan tetangga.
25 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
. Driven Pile (Tiang Pancang) adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat
dari beton ataupun baja. Bentuk tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan
untuk membuat pondasi bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur
diatasnya.Prosedur perhitunganya berdasarkan data CPT dan SPT. Ada beberapa metode
perhitungan dalam driven pile antara lain, metode meyerholf, Van Deer Ween, Philipponant,
Konvensional, Tumai Fakhroo, Andina,dan Luciano Decourt. Langkah pelaksanaannya yaitu
mempersiapkan lokasi pemancangan, kemudian mempersiapkan alat pemancang, dan
pelaksanaan pemancangan. Selain itu penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type,
diameter, dimensi yang sama. Kelebihan dari pondasi driven pile adalah mutu beton terjamin,
bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras, harga relative murah dibanding pondasi
sumuran. Sedangkan kekurangannya yaitu proses pemancangan menimbulkan getaran dan
kebisingan jika menggunakan Hammer dan apabila menggunakan Hidraulik ada jarak
minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak bangunan tetangga.

More Related Content

What's hot

Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipil
agungtri07
Β 
Perhitungan ting bor
Perhitungan ting borPerhitungan ting bor
Perhitungan ting bor
Neng Tea
Β 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
Iwan Sutriono
Β 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
dwidam
Β 

What's hot (20)

Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Β 
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Stabilitas lereng-menggunakan-metode-fellenius-dan-slope-w-2007
Β 
02 Agus=Kerusakan Perkerasan Kaku
02 Agus=Kerusakan Perkerasan Kaku02 Agus=Kerusakan Perkerasan Kaku
02 Agus=Kerusakan Perkerasan Kaku
Β 
Kompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalam
Kompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalamKompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalam
Kompetensi Pembelajaran - PPT pondasi dangkal dan pondasi dalam
Β 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
Β 
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Tiang PancangPondasi Tiang Pancang
Pondasi Tiang Pancang
Β 
Penyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan betonPenyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan beton
Β 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipil
Β 
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdfPELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
Β 
Teknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan JalanTeknik Perkerasan Jalan
Teknik Perkerasan Jalan
Β 
Sondir dan boring tanah serta contoh praktikum
Sondir dan boring tanah serta contoh praktikumSondir dan boring tanah serta contoh praktikum
Sondir dan boring tanah serta contoh praktikum
Β 
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Uji permeabilitas di lapangan dengan menggunakan sumur uji.
Β 
2. pci girder
2. pci girder2. pci girder
2. pci girder
Β 
Perhitungan ting bor
Perhitungan ting borPerhitungan ting bor
Perhitungan ting bor
Β 
Soil study thesis
Soil study thesisSoil study thesis
Soil study thesis
Β 
Struktur baja ii
Struktur baja iiStruktur baja ii
Struktur baja ii
Β 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Β 
Batas-Batas Atterberg
Batas-Batas AtterbergBatas-Batas Atterberg
Batas-Batas Atterberg
Β 
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-bajaModul 1-pengenalan-jembatan-baja
Modul 1-pengenalan-jembatan-baja
Β 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
Β 

Similar to Bab i

Rekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridanRekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridan
Haridan Bin Taridi
Β 
20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb
AmdMdkr
Β 
396 763-6-pb
396 763-6-pb396 763-6-pb
396 763-6-pb
AmdMdkr
Β 
Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1
Ihsan Rabbani
Β 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
Β 

Similar to Bab i (20)

Rekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridanRekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridan
Β 
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdfTeori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
Β 
Slide-CIV305-CIV305-Slide-04.pdf
Slide-CIV305-CIV305-Slide-04.pdfSlide-CIV305-CIV305-Slide-04.pdf
Slide-CIV305-CIV305-Slide-04.pdf
Β 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton Bertulang
Β 
20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb
Β 
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT 2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
Β 
3147-7365-1-SM.pdf
3147-7365-1-SM.pdf3147-7365-1-SM.pdf
3147-7365-1-SM.pdf
Β 
konfigurasi pondasi cerucuk
konfigurasi pondasi cerucukkonfigurasi pondasi cerucuk
konfigurasi pondasi cerucuk
Β 
BAB4.docx
BAB4.docxBAB4.docx
BAB4.docx
Β 
396 763-6-pb
396 763-6-pb396 763-6-pb
396 763-6-pb
Β 
Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
Β 
Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1
Β 
PAPARAN RSUD.ppt
PAPARAN RSUD.pptPAPARAN RSUD.ppt
PAPARAN RSUD.ppt
Β 
Analisis pelaksanaan dan kekuatan pile cap tipe bp 20
Analisis  pelaksanaan  dan kekuatan  pile  cap  tipe  bp  20Analisis  pelaksanaan  dan kekuatan  pile  cap  tipe  bp  20
Analisis pelaksanaan dan kekuatan pile cap tipe bp 20
Β 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
Β 
1 pondasi
1 pondasi1 pondasi
1 pondasi
Β 
As well as a funny stories
As well as a funny storiesAs well as a funny stories
As well as a funny stories
Β 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Β 
Bab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-relBab vii-bantalan-rel
Bab vii-bantalan-rel
Β 
4962 9459-1-sm
4962 9459-1-sm4962 9459-1-sm
4962 9459-1-sm
Β 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
Β 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
Β 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
Β 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
Β 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
SusanSanti20
Β 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
rizalhabib4
Β 

Recently uploaded (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
Β 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
Β 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Β 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Β 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Β 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Β 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
Β 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
Β 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Β 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Β 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Β 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Β 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
Β 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Β 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
Β 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
Β 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
Β 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
Β 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Β 

Bab i

  • 1. 1 | P O N D A S I D R I V E N P I L E BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi adalah suatu bangunan yang berfungsi meneruskan berat bangunan tersebut ke tanah dimana bangunan itu didirikan. (Karl Terzaghi, Ralph B Peck:1991;3). Dalam perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam type pondasi. Pemilihan type pondasi ini didasarkan atas : a. Fungsi bangunan atas ( super structure ) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut. b. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas. c. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan. d. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas. Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya adalah pondasi tiang pancang yang mana akan kami bahas berikut ini. Pemakain tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi untuk suatu bangunan apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung ( bearing capacity ), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam. Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau mentransferkan beban- beban dari konstruksi diatasnya ( super structure ) kelapisan tanah yang lebih dalam. Kebanyakan tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa type yang dicor setempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor tanah, sebagaimana kalau mengebor untuk penyelidikan tanah Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal, maka taing pancang akan dipancangkan miring ( batter pile ). Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang pancang tergantung dari pada alat pancang yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT ? 2. Bagaimana metode pelaksanaan pondasi driven pile ? 3. Apa kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile ? 1.3 Tujuan Penyusunan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT. 2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pondasi driven pile. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile.
  • 2. 2 | P O N D A S I D R I V E N P I L E BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT Pondasi dalam adalah suatu konstruksi pondasi untuk meneruskan beban dari konstruksi di atasnya ke lapisan tanah keras yang cukup dalam dari permukaan. Pondasi dalam yang banyak dipakai adalah pondasi tiang pancang. Driven Pile (Tiang Pancang) adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat dari beton ataupun baja. Bentuk tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan untuk membuat pondasi bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur diatasnya. Tiang dipancangkan atau ditanamkan ke dalam tanah dengan menggunakan mesin palu pemancang. Secara umum tiang pancang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Mampu meneruskan beban vertikal yang bekerja pada tiang ke dalam lapisan tanah pendukung ( bearing layer ). 2. Mampu menahan perubahan – perubahan bentuk tertentu ke arah mendatar ( tegak lurus as tiang ) atau dengan istilah lain mampu menerima beban lateral. Pengelompokan Pondasi Tiang Pondasi tiang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok. 1. Menurut panjang tiang, dapat dibedakan menjadi : a. Tiang panjang. Pondasi tiang disebut dengan pondasi tiang panjang jika memenuhi ketentuan : 𝐿4 √ π‘˜π· 4𝐸𝐼 > 3 b. Tiang pendek. Syarat pondasi tiang pendek adalah : 1 < 𝐿4 √ π‘˜π· 4𝐸𝐼 < 3 c. Kaison Syarat pondasi kaison adalah : 𝐿4 √ π‘˜π· 4𝐸𝐼 < 1 Dengan : L = panjang tiang yang tertanam di dalam tanah (cm) k = koefisien reaksi tanah dalam arah melintang / berat jenis tanah (kg/cm3) D = diameter tiang (cm) EI = kekuatan lentur tiang 2. Menurut pendistribusian beban dalam lapisan tanah, pondasi tiang dapat dibedakan menjadi : a. Pondasi tiang dengan tumpuan ujung (poin bearing pile).
  • 3. 3 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Pondasi tiang dengan tumpuan ujung mendistribusikan beban melalui ujung ke lapisan tanah keras.yang dimaksudkan dengan lapisan tanah keras adalah sangat relatif tergantung beberapa faktor diantaranya adalah besarnya beban yang diterima oleh tiang. Sebagai pegangan untuk menentukan lapisan tanah keras dapat digunakan ketentuan : - Untuk tanah non kohesif ( pasir dan kerikil ) memiliki nilai SPT > 35 atau dari hasil sondir bila nilai perlawanan konus S β‰₯ 150 kg/ π‘π‘š2 - Untuk tanah kohesif memiliki nilai kuat tekan bebas ( unconfined compression strength ) 3 – 4 kg/ π‘π‘š2 atau kira - kira nilai SPT > 15 – 20 atau dari hasil pengujian sondir mendapat nilai perlawanan konus S I 70 kg/ π‘π‘š2 . b. Pondasi tiang dengan tumpuan geser ( friction bearing pile ). Bila lapisan yang dianggap tanah keras letaknya cukup dalam sehingga tidak ekonomis untuk membangun tiang pancang dengan tumpuan ujung, maka untuk menahan beban tiang pancang mengandalkan gesekan kulit tiang (skin friction). Dalam pelaksanaan di lapangan seringkali tiang pancang merupakan gabungan antara tiang dengan tumpuan ujung dan tiang yang mengandalkan gesekan kulit dalam menahan beban. 3. Menurut bahan yang dipergunakan yaitu : a. Pondasi tiang pancang dari kayu. b. Pondasi tiang pancang dari baja. c. Pondasi tiang pancang dari beton. 4. Menurut bentuk penampang tiang pancang, pondasi tiang dapat dibedakan : a. Pondasi tiang dengan penampang segiempat. b. Pondasi tiang dengan penampang H. c. Pondasi tiang dengan penampang lingkaran.
  • 4. 4 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Prosedur Perhitungan Pondasi Tiang Untuk memperoleh pondasi tiang yang sesuai maka diperlukan perencanaan sebelumnya. Dalam merencanaan pondasi tiang biasanya mengikuti prosedur sebagai berikut : 1. Melakukan penyelidikan tanah dilokasi pembangunan, penyelidikan bangunan yang ada di sekitarnya, sehingga diameter, jenis dan panjang tiang dapat ditetapkan berdasarkan bor log yang didapat. Jenis dari bahan pondasi yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi tanah misalnya kedalaman tanah keras, Ketersediaan bahan tiang pancang yang paling mudah didapatkan sehingga pelaksanaan di lapangan dapat lebih menguntungkan. 2. Menghitung bearing capacity diijinkan untuk satu tiang. Daya dukung sebaiknya ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi tanpa gempa dan dengan gempa. Bearing capacity juga harus mempertimbangkan tiga arah gaya yang terjadi yaitu arah vertikal tekan dan tarik serta arah lateral. 3. Setelah daya dukung satu tiang diketahui maka daya dukung kelompok tiang harus dihitung. 4. Hitung reaksi yang didistribusikan ke kepala tiang. Hal ini berarti bahwa kelompok tiang yang menjadi satu kesatuan dalam kepala tiang harus mampu memikul beban vertikal (V), horizontal (H) dan momen (M). Dalam perencanaan diperlukan data-data yang mendukung. Data – data yang digunakan dalam perencanaan pondasi tiang dapat berupa : a. Data-data hasil pengujian laboratorium. b. Data-data dari pengamatan di lapangan yaitu : 1) Data sondir. 2) Data SPT. Daya dukung vertikal pondasi tiang diperoleh dari menjumlahkan daya dukung ujung tiang dan tahanan geser dinding tiang. Besarnya daya dukung diijinkan adalah sebagai berikut : Qa = 𝑄𝑒 𝑆𝐹 = (𝑄𝑝+𝑄𝑠) 𝑆𝐹 Dengan : Qa = daya dukung ijin pondasi Qu = daya dukung batas pondasi Qp = daya dukung ujung tiang pondasi Qs = daya dukung geser dinding tiang SF = faktor keamanan
  • 5. 5 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Perhitungan Daya Dukung Pondasi Perhitungan Daya Dukung Berdasarkan Data Lapangan Rumus umum : Qu = Qp + Qs Dimana : Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada ujung tiang (end bearing point). Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada selimut tiang. 1. Berdasarkan nilai sondir (CPT). Persamaan daya dukung batas ujung tiang berdasarkan data sondir adalah : Qp = 𝐴𝑝.π‘žπ‘ 𝑆𝐹 Dengan : Ap = luas penampang ujung tiang. qc = nilai tahanan konus pada ujung tiang, biasanya diambil rata-rata nilai konus pada 3D ujung tiang dan sedalam D dibawah ujung tiang, dengan D adalah diameter tiang. SF = faktor keamanan. 1) Metode Van Der Ween Menentukan Qp : Qp = qc 3Ξ± . Ap Dimana : Ap = luas penampang ujung tiang 3 = angka keamanan unsur Qp Ξ± = koefisien tergantung pada jenis tanah dan tiang ( lihat Tabel 1 ) qc = 1 4.5D ∫ qc(z)dz 3.5D βˆ’D qc = harga rata-rata conus di sepanjang 3.5D diatas dasar pondasi ( D = diameter ). Tabel 1. Harga koefisien Ξ± dan Ξ² Jenis Tanah π‘ž 𝑐 (π‘˜π‘π‘Ž) Ξ± untuk 𝐻 𝐡 β‰₯ 5 Ξ²Tiang Pancang Tiang Bor Very soft – Medium Clay 0 – 5000 1.5 1.7 40 Stiff – Hard Clay 5000 1.1 1.25 100 Silt – loose Sand 0 – 2500 0.6 0.6 10-20 Medium Sand 2500 – 10.000 1.15 1.3 100 Dense – very dense Sand 10.000 1.1 1.4 300
  • 6. 6 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Menentukan Qs : Qs = 1 2 P ∫ π‘ž 𝑠 ( 𝑧) 𝑑𝑧 π‘‘π‘Žπ‘ π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘Žπ‘›π‘”π‘˜π‘Žπ‘™ π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” Dimana : qs = qc Ξ² , jika qs tidak diukur langsung P = keliling tiang 2 = angka keamanan Ξ² = koefisien tergantung pada jenis tanah ( tabel 1 ) 2) Metode Philipponant Menentukan Qp : Qp = qp.A 2 qP = Ξ±P .qcΜ…Μ…Μ…Μ… , dengan qcΜ…Μ…Μ…Μ…= 1 6D ∫ qc(z)dz 3D βˆ’3D Dimana : qcΜ…Μ…Μ…Μ… = nilai konus rata-rata sepanjang 3D diatas dasar tiang dan 3D dibawah dasar tiang. 𝛼 𝑃 = koefisien (lihat tabel 2) 𝐷 = Diameter Tabel.2 Harga koefisien π“πšπ›πžπ₯ 𝜢 𝑷 Jenis Tanah 𝛼 𝑃 Lempung dan Kapur 0.5 Lanau 0.45 Pasir 0.40 Kerikil 0.35 Menentukan Qs : Qs = 𝑃 2 Ζ© π‘ž 𝑠.hi = 𝑃 2 JHP Dimana : P = Keliling tiang π‘ž 𝑠.β„Žπ‘– = lekatan lateral dari lapisan i setebal hi π‘ž 𝑠 = 𝛼 𝑃 𝛼 𝑠 π‘ž 𝑐 , jika π‘ž 𝑠 tidak diukur langsung (𝛼 𝑓 dan 𝛼 𝑠 dapat dilihat pada tabel 3 dan 4) Tabel 3. Harga koefisien 𝛼 𝑓 Bahan Tiang Tipe Tiang 𝛼 𝑓 Beton Tiang dipancang 1.25 Tiang dibor dan divibrasi 1.0
  • 7. 7 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Tiang diinjeksi 0.85 Tiang dibor untuk f ≀ 1.50 m Tiang dibor untuk f β‰₯ 1.50 m 0.75 Baja Tiang Profil H 1.1 Tiang baja dipancang 0.6 Tabel 4. Harga koefisien 𝛼 𝑠 Jenis Tanah 𝛼 𝑠 Lempung dan Kapur 50 Lanaiu, lempung berpasir, pasir berlempung 60 Pasir lepas 100 Pasir sedang, pasir padat 150 Kerikil 200 3) Metode Konvensional Qu = Qp + Qs Menentukan Qp : 𝑄𝑝 = π‘ž 𝑐 Β· 𝐴 𝐹 Dimana : π‘ž 𝑐 = harga konus rata-rata yang diambil 4D dibawah ujung tiang dan 8D di atas ujung tiang. A = luas penampang ujung tiang F = angka keamanan = 3 Menentukan Qs : Qs = 𝐽𝐻𝑃 ·𝑃 𝐹 Dimana : JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman yang di tinjau P = Keliling Tiang F = angka keamanan = 5 4) Metode Tumai Fakhroo (1981) Pada umumnya metode ini digunakan pada tanah lempung lunak. Menentukan Qp: Metode ini merupakan metode Begaman yang disempurnakan Qp = ( π‘ž 𝑐1+π‘ž 𝑐2 2 )+ π‘ž 𝑐3 2 Β· Ap Dimana : Qp = daya dukung ujung tiang π‘ž 𝑐1 = nilai π‘ž 𝑐 rata-rata pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang.
  • 8. 8 | P O N D A S I D R I V E N P I L E π‘ž 𝑐2 = nilai π‘ž 𝑐 minimum pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang. π‘ž 𝑐3 = nilai π‘ž 𝑐 rata-rata 8D diatas ujung tiang. Pada tanah lempung Qp Β± 10% dari nilai Qu Menentukan Qs : Qs = f x L x P Dimana : f = nilai unit lekatan = m x 𝑓𝑠̅̅̅ ≀ 0.75 kg/cmΒ² 𝑓𝑠̅̅̅ = nilai lekatan rata-rata = 𝐽𝐻𝑃 𝐿 JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman L m = koefisien lekatan, lihat gambar D atau menggunakan rumus : = 10 – 9.5 (1 - π‘’βˆ’9 Β· 𝑓𝑠̅̅̅ ) Nilai m berkisar antara 0.5 – 10. P = keliling tiang Batas-batas untuk harga f : Untuk tanah lembek (𝑓𝑠̅̅̅ < 0.3 kg/cmΒ²), harga m harus > 1 Untuk mendapatkan f : - 𝑓𝑠̅̅̅, alat sondir permukaan halus - f, pile test dilakukan setelah pemancangan pondasi - f > fs. Untuk tanah lempung yang konsistensinya medium sampai kaku (stiff), dimana fs > 0.30 kg/cmΒ², tingkat kerusakan tanah serta celah yang terjadi antara pondasi tiang dan tanah adalah lebih dominan dari pada penambahan kekuatan akibat pemampatan, sehingga f < 𝑓𝑠̅̅̅. Jadi m < 1. 5) Metode Andina Qu = Qp+Qs F F = angka keamanan Menentukan Qp : Qp = qc x AP Ap = luas penampang ujung tiang pondasi qc = qc0( qc1βˆ’qc2 2 ) 2 Dimana : qc0 = harga rata-rata perlawanan konus yang diambil mulai dari ujung bawah tiang sampai dengan 8D diatas dasar tiang qc1 = nilai qc rata-rata pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang qc1 = nilai qc minimum pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang
  • 9. 9 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Menentukan Qs : Qs = fs x P x D = βˆ‘ fs L Z=8B+Bβ€² x P Dimana : fs = tegangan akibat lekatan lateral sepanjang D dari pangkal tiang D = L – 8B – B’ = panjang tiang tertanam efektif. L = panjang tiang tiang sebenarnya 𝐡 = Diameter dasar tiang B’ = Diameter kepala tiang P = Keliling Contoh soal perhitungan : Hitung daya dukung pondasi tiang yang berdiri pada tanah lempung lunak. Pondasi berbentuk lingkaran dengan diameter 40 cm. Panjang Tiang 18 m. (METODE PHILIPPONANT) Data Sondir Depth (m) Nilai Konus Kg/cm2 Lekatan Lokal Kg/cm2 HP Kg/cm JHP Kg/cm Friction Ratio 1 5 0,30 6 30 6,0 1,2 3 0,30 6 36 10,0 1,4 4 0,30 6 42 7,5 1,6 4 0,30 6 48 7,5 1,8 3 0,30 6 54 10,0 2 4 0,30 6 60 7,5 2,2 4 0,30 6 66 7,5 2,4 3 0,30 6 72 10,0 2,6 5 0,30 6 78 6,0 2,8 4 0,30 6 84 7,5 3 4 0,30 6 90 7,5 3,2 4 0,30 6 96 7,5 3,4 3 0,30 6 102 10,0 3,6 4 0,30 6 108 7,5 3,8 3 0,30 6 114 10,0 4 3 0,30 6 120 10,0 4,2 3 0,30 6 126 10,0 4,4 4 0,30 6 132 7,5 4,6 4 0,30 6 138 7,5 4,8 3 0,30 6 144 10,0 5 3 0,30 6 150 10,0 5,2 3 0,30 6 156 10,0 5,4 4 0,30 6 162 7,5 5,6 5 0,30 6 168 6,0 5,8 3 0,30 6 174 10,0 6 3 0,30 6 180 10,0 6,2 4 0,30 6 186 7,5 6,4 4 0,30 6 192 7,5 6,6 3 0,30 6 198 10,0
  • 10. 10 | P O N D A S I D R I V E N P I L E 6,8 4 0,30 6 204 7,5 7 3 0,30 6 210 10,0 7,2 3 0,30 6 216 10,0 7,4 4 0,30 6 222 7,5 7,6 4 0,30 6 228 7,5 7,8 4 0,30 6 234 7,5 8 5 0,30 6 240 6,0 8,2 5 0,30 6 246 6,0 8,4 4 0,30 6 252 7,5 8,6 4 0,30 6 258 7,5 8,8 4 0,30 6 264 7,5 9 4 0,30 6 270 7,5 9,2 4 0,30 6 276 7,5 9,4 5 0,30 6 282 6,0 9,6 5 0,30 6 288 6,0 9,8 6 0,30 6 294 5,0 10 5 0,30 6 300 6,0 10,2 5 0,30 6 306 6,0 10,4 4 0,30 6 312 7,5 10,6 5 0,30 6 318 6,0 10,8 4 0,30 6 324 7,5 11 4 0,30 6 330 7,5 11,2 4 0,30 6 336 7,5 11,4 5 0,30 6 342 6,0 11,6 5 0,30 6 348 6,0 11,8 5 0,30 6 354 6,0 12 5 0,30 6 360 6,0 12,2 4 0,30 6 366 7,5 12,4 5 0,30 6 372 6,0 12,6 6 0,30 6 378 5,0 12,8 5 0,30 6 384 6,0 13 5 0,30 6 390 6,0 13,2 5 0,30 6 396 6,0 13,4 5 0,30 6 402 6,0 13,6 5 0,30 6 408 6,0 13,8 7 0,30 6 414 4,3 14 6 0,30 6 420 5,0 14,2 6 0,30 6 426 5,0 14,4 5 0,30 6 432 6,0 14,6 4 0,30 6 438 7,5 14,8 5 0,30 6 444 6,0 15 5 0,30 6 450 6,0 15,2 5 0,30 6 456 6,0 15,4 6 0,50 10 466 8,3 15,6 8 0,50 10 476 6,3 15,8 8 0,50 10 486 6,3 16 10 0,50 10 496 5,0 16,2 15 1,00 20 516 6,7
  • 11. 11 | P O N D A S I D R I V E N P I L E 16,4 18 1,00 20 536 5,6 16,6 20 1,00 20 556 5,0 16,8 25 1,00 20 576 4,0 17 15 1,00 20 596 6,7 17,2 15 1,00 20 616 6,7 17,4 20 1,00 20 636 5,0 17,6 20 1,00 20 656 5,0 17,8 20 1,00 20 676 5,0 18 25 0,00 0 676 0,0 18,2 25 0,50 10 686 2,0 18,4 20 0,50 10 696 2,5 18,6 20 0,50 10 706 2,5 18,8 25 0,50 10 716 2,0 19 25 0,50 10 726 2,0 19,2 25 0,50 10 736 2,0 19,4 20 0,50 10 746 2,5 19,6 25 0,50 10 756 2,0 19,8 30 0,50 10 766 1,7 20 20 0,50 10 776 2,5 20,2 20 0,50 10 786 2,5 20,4 20 0,50 10 796 2,5 20,6 25 0,50 10 806 2,0 20,8 25 0,50 10 816 2,0 21 25 0,50 10 826 2,0 21,2 25 1,00 20 846 4,0 21,4 30 1,00 20 866 3,3 21,6 30 1,00 20 886 3,3 21,8 25 1,00 20 906 4,0 22 25 1,00 20 926 4,0 22,2 25 1,00 20 946 4,0 22,4 30 1,00 20 966 3,3 22,6 30 1,00 20 986 3,3 22,8 35 1,00 20 1.006 2,9 23 30 1,00 20 1.026 3,3 Diketahui : D = 40 cm Kedalaman = 18 m 𝛼 𝑝 = 0,5 (tanah lempung lunak) Penyelesaian : Menentukan Qp Ap = 1 4 πœ‹π·2 = 0,25 π‘₯ 3,14 π‘₯ 402 = 1256 π‘π‘š2 π‘ž 𝑐̅ (nilai konus rata-rata sepanjang 3D diatas dasar tiang dan 3D dibawah dasar tiamg)
  • 12. 12 | P O N D A S I D R I V E N P I L E 3𝐷 = 3 X 0,4 m = 1,2 m Diatas 18 m – 1,2 m = 16,8 m Dibawah 18 m + 1,2 m = 19,2 m π‘ž 𝑐̅ = (25+15+15+20+20+25+25+20+20+25+25+25) 13 = 21,538 kg/π‘π‘š2 π‘ž 𝑝 = 𝛼 𝑝. π‘ž 𝑐̅ = 0,5 . 21,538 kg/π‘π‘š2 = 10,769 kg/π‘π‘š2 𝑄𝑝= π‘ž 𝑝 .𝐴𝑝 2 = 10,769 kg/π‘π‘š2 .1256 π‘π‘š2 2 = 6762,932 kg = 6,76 ton Menentukan Qs JHP = kedalaman 18 m = 676 kg/π‘π‘š2 P = πœ‹D = 3,14 π‘₯ 402 = 125,6 cm 𝑄𝑠 = P.JHP 2 = 125,6 cm .1676 kg/π‘π‘š2 2 = 42452,800 kg = 42,45 ton π‘„π‘’π‘™π‘‘π‘–π‘šπ‘Žπ‘‘π‘’ = 𝑄𝑝 + 𝑄𝑠 = 6,76 ton + 42,45 ton = 49,21 ton
  • 13. 13 | P O N D A S I D R I V E N P I L E 2. Berdasarkan nilai SPT. Setelah lubang digali, sebuah tabung silinder baja standart (Ø = 37mm, L = 813 mm) dimasukkan hingga dasar lubang dan dipancang sedalam Β± 15 cm pada β€œundisturbed soil”. Kita catat kemudian jumlah pukulan N untuk pemancangan berikutnya sedalam Β± 30 cm. energy pemancangan yang dipakai adalah sesuai standart ASTM, D 1586, yaitu : 63,3 kg (140 lb) berat palunya dan 76 cm (30 in) tinggi jatuhnya. Ada beberapa korelasi antara nilai N dan sifat – sifat atau karakteristik tanah, yaitu : Tabel : SPT Cohesionless (J.E.BOWLES,1984) N (blows) Ο’ (KN/m3) Ø (0) State Dr (%) Cohesionless soil / Sol pulvelurent 0-3 - - Very loose 0-15 4-10 12-16 25-32 Loose 15-35 11-30 14-18 28-36 Medium 35-65 31-50 16-20 30-40 Dense 65-85 >50 18-23 >35 Very dense 85-100 N (blows) Ο’ (KN/m3) qu (kPa) Consistency Cohesive soil / Sol coherent <4 14-18 <25 Very soft 4-6 16-18 20-50 soft 6-15 16-18 30-60 Medium 16-25 16-20 40-200 Stiff >25 >20 >100 hard Dengan Dr (relative density) : 𝑒maxβˆ’ 𝑒 𝑒maxβˆ’ 𝑒 π‘šπ‘–π‘› , e = angka pori (void ratio) Meyerhof, memberikan korelasi antara Dr dan Ø (sudut geser dalam tanah) : = 25 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau > 5% = 35 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau ≀ 5% Disamping itu terdapat korelasi antara Ø dan nilai N Ø = (12 N)0.5 + 25 (DUNHAM) Ø = (20 N)0.5 + 15 (OSAKI) Beberapa korelasi antara N,Dr, Ø dan C a. Marcusson & Bieganousky (1977) Dr = 0.086 + 0.0083 (2311 + 222 N – 711 (OCR) – C1 σ’v)0.5 Dimana : C1 = 7,7 σ’v dalam kPa dan 53 untuk psi units OCR = Overconsolidation Ratio = σ’ dahulu/ σ’ sekarang b. Fardis & Veneziano (1981)
  • 14. 14 | P O N D A S I D R I V E N P I L E In N = C2 + 2.06 ln Dr + C3 ln σ’v Dimana : C2 = fungsi kedalam yang harus ditentukan dilapangan dengan pengukuran N dan Dr C3 = 0,222 untuk σ’v dalam kPa dan 0,442 untuk psi units c. Schults & Mezenback ln (Dr) = 0,478 ln (N) – 0,262 ln (σ’vo) + 2,84 dimana : σ’vo = tegangan vertikal tanah efektif dalam baris atau 100 kPa d. Terzaghi & Peck memberikan korelasi antara N dan Cu ( kohesi undrained ) untuk tanah berlempung Lempung plastis, Cu = 12,5 N Lempung berlanau, Cu = 10 N Lempung berpasir, Cu = 6,7 N Dimana : Cu dalam kPa Gambar 3.2 s/d Gambar 3.4 berturut – turut menyajikan korelasi grafis antara Dr dan N, antara N , σ’v dan Dr serta antara Ø dengan N. Harga N Koreksi Harga N dibawah muka air tanah harus dikoreksi menjadi N’ berdasarkan perumusan sebagai berikut : (β€˜TERZAGHI & PECK) N’ = 15 + 0.5 ( N – 15 ) Dimana : N = jumlah pukulan kenyataan di lapangan untuk dibawah muka air tanah SEED, dkk dilain hal menyajikan factor koreksi CN untuk mengoreksi harga N lapangan hasil test, dimana N1 = CN . N Besarnya koefisien koreksi CN ini tergantung dari harga tegangan vertikal efektif tanah (σ’v), dengan N1 = harga N koreksi σ’v (kPa) 30 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 CN 1,6 1,22 0,95 0,78 0,65 0,57 0,5 0,46 0,42 0,4 0,39 Koreksi dari SEED ini tidak dapat digabung dengan koreksi dari TERZAGHI & PECK. Jadi pakai salah satu saja yang dianggap paling menentukan atau kritis. 1) Daya Dukung ultimate ujung tiang Berdasarkan pengamatan di lapangan, Meyerhof ( 1976) menyarankan kapasitas batas daya dukung ultimate ujung tiang (Qpu) untuk tanah homogen berbutir kasar yang diperoleh dari SPT adalah :
  • 15. 15 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Qpu = 40𝑁𝐿 𝐷 < 400 N Dengan : N = jumlah nilai SPT rata-rata di ujung tiang ( kirakira 10 D di atas dan 4D di bawah ujung tiang ) Qpu = nilai kapasitas daya dukung ultimate ujung tiang. L = panjang tiang. D = diameter tiang. 2) Daya Dukung Akibat Gesekan Kulit Tiang dengan Tanah Daya dukung batas pondasi tiang akibat gesekan antara kulit tiang dengan tanah dapat dinyatakan dengan : 𝑄𝑠 = Ζ© P𝑓𝑠. βˆ†L Dengan : P = keliling penampang tiang untuk bagian yang ditinjau. 𝑓𝑠 = faktor gesekan antara tiang dengan tanah yang merupakan fungsi kedalaman dari Tiang. Ξ”L = panjang bagian tiang yang ditinjau. Ada beberapa metode dalam perhitungan daya dukung ujung tiang (Qp) dan daya dukung kulit tiang (Qs) a. Metode Meyerhof Daya dukung limit untuk pasir dari Meyerhof terdiri dari gabungan antara term titik (point) dan term lekatan (lateral friction). Persamaan dari Meyerhoft (1956)
  • 16. 16 | P O N D A S I D R I V E N P I L E QL = QP + QS = 4 . N. AP + πœ‹.𝐡.𝐷 50 . NaV WIKA memodifikasi persamaan diaatas menjadi : QL = 40 . N . Ap + ( AS . NAV ) / 5 Dimana : QL = Daya dukung tanah maximum (ton) N = Harga SPT di dasar pondasi NaV = Harga N rata-rata disepanjang tiang yang terbenam (D) Ap= Area of pile base (m2) = Ο€ . D2/ 4 As = Gross surface area of shaft (m2) B = Diameter tiang pondasi (m) Qad = QL / F dengan F = 2 Mohan, Jain dan Kumar (1963) menyarankan factor pada aspek Qs adalah 170, dan 90 menurut Tavenas (1971). Dilain hal,Gregersen dkk (1973) mengusulkan factor pada aspek Qp adalah 10. b. Metode Luciano Decourt (1982) QL = Qp + Qs Dimana : QL= daya dukung tanah maximum pada pondasi Qp = resistance ultime di dasar pondasi Qs = resistance ultime akibat lekatan lateral Qp = qp . Ap = (Γ‘p . K) . Ap Dimana : Γ‘p= harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga 4B dibawah dasar tiang pondasi (B= diameter pondasi) = βˆ‘ 𝑁𝑖/𝑛𝑛 1=𝑖 K =koefisien karakteristik tanah : 12 t/m2 = 117.7 kPa, untuk lempung murni 20 t/m2 = 196 kPa, lanau berlempung 25 t/m2 = 245 kPa, lanau berpasir 40 t/m2 = 392 kPa, pasir Ap= luas penampang dasar tiang
  • 17. 17 | P O N D A S I D R I V E N P I L E qp = tegangan diujung tiang Qs = qs . As = (Γ‘s/3 + 1).As Dimana : qs =tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2 Γ‘s =harga rata-rata sepanjang tiang yang tertanam, dengan batasan : 3 ≀ N ≀ 50 yang lebih dari 3 ditulis dan yang diatas 50 ditulis 50, ditulis semua dan dirata-rata semua. As =keliling x panjang tiang yang terbenam (luas selimut tiang) Contoh soal perhitungan : Berdasarkan test SPT Diketahui hasil test SPT dan test laboratorium dari suatu contoh tanah seperti gambar.Hitung besar Q ijin berdasarkan test SPT dan test laboratorium, untuk merencanakan suatu pondasi tiang dari pipa baja dengan diameter (D) = 800 mm. Penyelesaian : Qp = Ap 40𝑁𝐿 𝐷 ≀ 400 N 𝑁1(Jarak diatas 10D dari ujung tiang) 10𝐷 = 10 X 800 = 8000 mm = 8 m
  • 18. 18 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Nilai SPT = 16 𝑁2 (Jarak dibawah 4D dari ujung tiang) 10𝐷 = 4 X 800 = 3200 mm = 3,2 m Nilai SPT = 49 N = ( 𝑁1+𝑁2) 2 N = (16+49) 2 N = 32,5 Ap = 1 4 πœ‹π·2 = 0,25 π‘₯ 3,14 π‘₯ 0,82 = 0,502 π‘š2 Qp = 0,502 x 40 π‘₯ 32,5 π‘₯ 32 0,8 ≀ 400 N = 27040 ≀ 400 x 32,5 = 27040 kN/π‘š2 β‰₯ 13000 kN/π‘š2 ( karena lebih besar maka tidak OK) Maka dipakai : Qp = 13000 kN/π‘š2 Qall = 𝑄𝑝 𝑆𝐹 = 13000 3 = 4333,33 kN/π‘š2 Daya dukung geser: Qs = Ζ© π‘π‘“π‘Žπ‘£βˆ†L p = πœ‹D = 2,5 m L = 𝐿1+𝐿2+𝐿3+𝐿4 = 6 + 18 + 6 + 2 = 32 m 𝑓(π‘Žπ‘£) = 𝑁̅ = 6 + 18 + 6 + 2
  • 19. 19 | P O N D A S I D R I V E N P I L E = (2+5+3+2+2,5+3+4+5+8+10+15+16+18+20+30+39) 16 = 11,4 kN/π‘š2 Qs = 2,5 x 11,4 x 32 = 912,5 kN/π‘š2 Qall = 𝑄𝑝 𝑆𝐹 = 912,5 3 = 304,17 kN/π‘š2 Jika digabung antara Qall (p) + Qall (s) maka Qall (total) Qall = 4333,33 + 304,17 = 4637,5 kN/π‘š2 2.2 Metode Pelaksanaan Pondasi Driven Pile Proyek skala besar seperti pembangunan gedung bertingkat lebih dari sepuluh lantai selalu butuh pondasi dengan struktur yang sangat kuat sehingga mampu menyangga dan menahan beban berat dari gedung berikut element bangunan lain beserta isinya. Karena itu pondasi yang dibuat juga tidak berupa pondasi biasa saja namun dibutuhkan pondasi tiang. Pada umumnya pondasi tiang ini dibuat dari beton, baja atau kayu. Namun saat ini pondasi dan tiang pancang jarang ada yang menggunakan kayu karena daya tahannya jauh kalah kuat jika dibandingkan dengan tiang pancang dari beton dan besi baja. Karena berbentuk tiang yang panjang dan tinggi, maka untuk memasangnya juga harus memakai alat berat khusus yang punya kemampuan untuk menanam dan menancapkan tiang sehingga bisa masuk ke dalam tanah sesuai dengan batas yang telah ditentukan. Jenis alat untuk memasang tiang pancang ini ada beberapa macam. a. Drop Hammer Alat ini merupakan palu yang sangat berat dan diletakan di posisi ketinggian tertentu dan berada di atas tiang. Palu dari besi baja ini lalu dilepaskan dan jatuh ke bawah serta mengenai bagian atas atau ujung tiang. Di kepalanya terdapat topi atau cap yang namanya shock absorber. b. Diesel Hammer Alat ini termasuk yang sistem kerjanya paling sederhana bila dibanding dengan alat sejenis yang lain. Diesel hammer ini punya peralatan mesin diesel yang jumlahnya ada dua, lalu ram atau piston, tanki untuk menyimpan bahan bakar dan tanki untuk menyimpan minyak pelumas serta pompa untuk menekan bahan bakar dan injeksion serta mesin pelumas.
  • 20. 20 | P O N D A S I D R I V E N P I L E GAMBAR 1. Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang c. Hydraulic Hammer Sistem kerja dan operasinya didasarkan kepada perbedaan dan selisih tekanan yang terjadi di cairan hidrolis. Alat pasang tiang pancang yang satu ini sangat cocok digunakan untuk memasang tiang pancang dari baja yang berbentuk huruf H atau pondasi yang berbentuk lempengan. d. Vibratory Pile Driver Sistem kerjanya mengandalkan getaran dari alat yang terus bergerak. Vibratory pile driver ini mempunyai batang horizontal yang jumlahnya ada beberapa dan beban eksentris. Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti dibawah ini : 1. Persiapan Lokasi Pemancangan Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja. 2. Persiapan Alat Pemancang Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenist anah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah Mengatur lalu lintas dan jalan akses untuk mobilisasi alat pemancang Mengatur posisi tiang Penyambungan tiang Pemancangan tiang Kepala tiang Produksi tiang pancang Memmbawa tiang pancang ke lokasi
  • 21. 21 | P O N D A S I D R I V E N P I L E GAMBAR 2. Alat Pancang ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah terlebihdahulu.Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer, diesel atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton. 3. Penyimpanan Tiang Pancang Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan. Tiang pancang disusus seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama. Gambar 3. PenyimpananTiang Pancang
  • 22. 22 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Gambar 4. Tiang Pancang Ditarik Dengan Sling Gambar 5. Tiang Pancang Dimasukan pada Bagian Alat Gambar 6. Tiang Pancang Diluruskan Gambar 7. Kemiringan Dicek Dengan Waterpass 4. Pemancangan Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat.
  • 23. 23 | P O N D A S I D R I V E N P I L E Setelah kemiringan telah sesuai, kemudian dilakukan pemancangan dengan menjatuhkan palu pada mesin pancang. Bila kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang pancang satu batang, maka perlu dilakukan penyambungan dengan tiang pancang kedua, yaitudengan pengelasan. Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu sesuaidengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan di titik berikutnya dengan langkah yang sama. Gambar 8. Pemasangan Tiang Pertama Gambar 9. PenyambunganTiang Pancang denganPengelasan
  • 24. 24 | P O N D A S I D R I V E N P I L E 2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Driven Pile Kelebihan : 1. Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin. 2. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras. 3. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang. 4. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat. 5. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran. Kekurangan : 1. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan. 2. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya. 3. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal. 4. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan jika menggunakan Hammer. 5. Jika menggunakan Hidraulik ada jarak minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak bangunan tetangga.
  • 25. 25 | P O N D A S I D R I V E N P I L E BAB III PENUTUP Kesimpulan . Driven Pile (Tiang Pancang) adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat dari beton ataupun baja. Bentuk tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan untuk membuat pondasi bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur diatasnya.Prosedur perhitunganya berdasarkan data CPT dan SPT. Ada beberapa metode perhitungan dalam driven pile antara lain, metode meyerholf, Van Deer Ween, Philipponant, Konvensional, Tumai Fakhroo, Andina,dan Luciano Decourt. Langkah pelaksanaannya yaitu mempersiapkan lokasi pemancangan, kemudian mempersiapkan alat pemancang, dan pelaksanaan pemancangan. Selain itu penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama. Kelebihan dari pondasi driven pile adalah mutu beton terjamin, bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras, harga relative murah dibanding pondasi sumuran. Sedangkan kekurangannya yaitu proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan jika menggunakan Hammer dan apabila menggunakan Hidraulik ada jarak minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak bangunan tetangga.