1. 1 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pondasi adalah suatu bangunan yang berfungsi meneruskan berat bangunan tersebut
ke tanah dimana bangunan itu didirikan. (Karl Terzaghi, Ralph B Peck:1991;3). Dalam
perencanaan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam type
pondasi. Pemilihan type pondasi ini didasarkan atas :
a. Fungsi bangunan atas ( super structure ) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.
b. Besarnya beban dan beratnya bangunan atas.
c. Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.
d. Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Dari beberapa macam type pondasi yang dapat dipergunakan salah satu diantaranya
adalah pondasi tiang pancang yang mana akan kami bahas berikut ini. Pemakain tiang
pancang dipergunakan untuk suatu pondasi untuk suatu bangunan apabila tanah dasar
dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung ( bearing capacity ), yang
cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mana
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya
letaknya sangat dalam.
Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau mentransferkan beban-
beban dari konstruksi diatasnya ( super structure ) kelapisan tanah yang lebih dalam.
Kebanyakan tiang pancang dipancangkan kedalam tanah, akan tetapi ada beberapa type
yang dicor setempat dengan cara dibuatkan lubang terlebih dahulu dengan mengebor
tanah, sebagaimana kalau mengebor untuk penyelidikan tanah
Pada umumnya tiang pancang dipancangkan tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila
diperlukan untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal, maka taing pancang akan
dipancangkan miring ( batter pile ). Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang
pancang tergantung dari pada alat pancang yang dipergunakan serta disesuaikan pula
dengan perencanaannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT
?
2. Bagaimana metode pelaksanaan pondasi driven pile ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile ?
1.3 Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT
dan SPT.
2. Untuk mengetahui metode pelaksanaan pondasi driven pile.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pondasi driven pile.
2. 2 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori dan perhitungan pondasi driven pile berdasarkan data CPT dan SPT
Pondasi dalam adalah suatu konstruksi pondasi untuk meneruskan beban dari
konstruksi di atasnya ke lapisan tanah keras yang cukup dalam dari permukaan. Pondasi
dalam yang banyak dipakai adalah pondasi tiang pancang. Driven Pile (Tiang Pancang)
adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat dari beton ataupun baja. Bentuk
tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan untuk membuat pondasi
bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur diatasnya. Tiang
dipancangkan atau ditanamkan ke dalam tanah dengan menggunakan mesin palu
pemancang. Secara umum tiang pancang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Mampu meneruskan beban vertikal yang bekerja pada tiang ke dalam lapisan tanah
pendukung ( bearing layer ).
2. Mampu menahan perubahan β perubahan bentuk tertentu ke arah mendatar ( tegak
lurus as tiang ) atau dengan istilah lain mampu menerima beban lateral.
Pengelompokan Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok.
1. Menurut panjang tiang, dapat dibedakan menjadi :
a. Tiang panjang.
Pondasi tiang disebut dengan pondasi tiang panjang jika memenuhi ketentuan :
πΏ4
β
ππ·
4πΈπΌ
> 3
b. Tiang pendek.
Syarat pondasi tiang pendek adalah :
1 < πΏ4
β
ππ·
4πΈπΌ
< 3
c. Kaison
Syarat pondasi kaison adalah :
πΏ4
β
ππ·
4πΈπΌ
< 1
Dengan :
L = panjang tiang yang tertanam di dalam tanah (cm)
k = koefisien reaksi tanah dalam arah melintang / berat jenis tanah (kg/cm3)
D = diameter tiang (cm)
EI = kekuatan lentur tiang
2. Menurut pendistribusian beban dalam lapisan tanah, pondasi tiang dapat dibedakan
menjadi :
a. Pondasi tiang dengan tumpuan ujung (poin bearing pile).
3. 3 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Pondasi tiang dengan tumpuan ujung mendistribusikan beban melalui ujung ke
lapisan tanah keras.yang dimaksudkan dengan lapisan tanah keras adalah sangat
relatif tergantung beberapa faktor diantaranya adalah besarnya beban yang
diterima oleh tiang. Sebagai pegangan untuk menentukan lapisan tanah keras
dapat digunakan ketentuan :
- Untuk tanah non kohesif ( pasir dan kerikil ) memiliki nilai SPT > 35 atau dari
hasil sondir bila nilai perlawanan konus S β₯ 150 kg/ ππ2
- Untuk tanah kohesif memiliki nilai kuat tekan bebas ( unconfined compression
strength ) 3 β 4 kg/ ππ2
atau kira - kira nilai SPT > 15 β 20 atau dari hasil
pengujian sondir mendapat nilai perlawanan konus S I 70 kg/ ππ2
.
b. Pondasi tiang dengan tumpuan geser ( friction bearing pile ).
Bila lapisan yang dianggap tanah keras letaknya cukup dalam sehingga tidak
ekonomis untuk membangun tiang pancang dengan tumpuan ujung, maka untuk
menahan beban tiang pancang mengandalkan gesekan kulit tiang (skin friction).
Dalam pelaksanaan di lapangan seringkali tiang pancang merupakan gabungan antara
tiang dengan tumpuan ujung dan tiang yang mengandalkan gesekan kulit dalam
menahan beban.
3. Menurut bahan yang dipergunakan yaitu :
a. Pondasi tiang pancang dari kayu.
b. Pondasi tiang pancang dari baja.
c. Pondasi tiang pancang dari beton.
4. Menurut bentuk penampang tiang pancang, pondasi tiang dapat dibedakan :
a. Pondasi tiang dengan penampang segiempat.
b. Pondasi tiang dengan penampang H.
c. Pondasi tiang dengan penampang lingkaran.
4. 4 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Prosedur Perhitungan Pondasi Tiang
Untuk memperoleh pondasi tiang yang sesuai maka diperlukan perencanaan
sebelumnya. Dalam merencanaan pondasi tiang biasanya mengikuti prosedur sebagai
berikut :
1. Melakukan penyelidikan tanah dilokasi pembangunan, penyelidikan bangunan yang
ada di sekitarnya, sehingga diameter, jenis dan panjang tiang dapat ditetapkan
berdasarkan bor log yang didapat. Jenis dari bahan pondasi yang diperlukan
disesuaikan dengan kondisi tanah misalnya kedalaman tanah keras, Ketersediaan
bahan tiang pancang yang paling mudah didapatkan sehingga pelaksanaan di lapangan
dapat lebih menguntungkan.
2. Menghitung bearing capacity diijinkan untuk satu tiang. Daya dukung sebaiknya
ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi tanpa gempa dan dengan gempa.
Bearing capacity juga harus mempertimbangkan tiga arah gaya yang terjadi yaitu arah
vertikal tekan dan tarik serta arah lateral.
3. Setelah daya dukung satu tiang diketahui maka daya dukung kelompok tiang harus
dihitung.
4. Hitung reaksi yang didistribusikan ke kepala tiang. Hal ini berarti bahwa kelompok
tiang yang menjadi satu kesatuan dalam kepala tiang harus mampu memikul beban
vertikal (V), horizontal (H) dan momen (M). Dalam perencanaan diperlukan data-data
yang mendukung. Data β data yang digunakan dalam perencanaan pondasi tiang dapat
berupa :
a. Data-data hasil pengujian laboratorium.
b. Data-data dari pengamatan di lapangan yaitu :
1) Data sondir.
2) Data SPT.
Daya dukung vertikal pondasi tiang diperoleh dari menjumlahkan daya dukung ujung
tiang dan tahanan geser dinding tiang. Besarnya daya dukung diijinkan adalah sebagai
berikut :
Qa =
ππ’
ππΉ
=
(ππ+ππ )
ππΉ
Dengan :
Qa = daya dukung ijin pondasi
Qu = daya dukung batas pondasi
Qp = daya dukung ujung tiang pondasi
Qs = daya dukung geser dinding tiang
SF = faktor keamanan
5. 5 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Perhitungan Daya Dukung Pondasi
Perhitungan Daya Dukung Berdasarkan Data Lapangan
Rumus umum :
Qu = Qp + Qs
Dimana :
Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada ujung tiang (end bearing point).
Qp = Perhitungan daya dukung yang didasarkan pada selimut tiang.
1. Berdasarkan nilai sondir (CPT).
Persamaan daya dukung batas ujung tiang berdasarkan data sondir adalah :
Qp =
π΄π.ππ
ππΉ
Dengan :
Ap = luas penampang ujung tiang.
qc = nilai tahanan konus pada ujung tiang, biasanya diambil rata-rata nilai konus
pada 3D ujung tiang dan sedalam D dibawah ujung tiang, dengan D adalah
diameter tiang.
SF = faktor keamanan.
1) Metode Van Der Ween
Menentukan Qp :
Qp =
qc
3Ξ±
. Ap
Dimana :
Ap = luas penampang ujung tiang
3 = angka keamanan unsur Qp
Ξ± = koefisien tergantung pada jenis tanah dan tiang ( lihat Tabel 1 )
qc =
1
4.5D
β« qc(z)dz
3.5D
βD
qc = harga rata-rata conus di sepanjang 3.5D diatas dasar pondasi
( D = diameter ).
Tabel 1. Harga koefisien Ξ± dan Ξ²
Jenis Tanah π π (πππ)
Ξ± untuk
π»
π΅
β₯ 5
Ξ²Tiang
Pancang
Tiang
Bor
Very soft β Medium Clay 0 β 5000 1.5 1.7 40
Stiff β Hard Clay 5000 1.1 1.25 100
Silt β loose Sand 0 β 2500 0.6 0.6 10-20
Medium Sand 2500 β 10.000 1.15 1.3 100
Dense β very dense Sand 10.000 1.1 1.4 300
7. 7 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Tiang diinjeksi
0.85
Tiang dibor untuk f β€ 1.50 m
Tiang dibor untuk f β₯ 1.50 m 0.75
Baja
Tiang Profil H 1.1
Tiang baja dipancang 0.6
Tabel 4. Harga koefisien πΌ π
Jenis Tanah πΌ π
Lempung dan Kapur 50
Lanaiu, lempung berpasir, pasir berlempung 60
Pasir lepas 100
Pasir sedang, pasir padat 150
Kerikil 200
3) Metode Konvensional
Qu = Qp + Qs
Menentukan Qp :
ππ =
π π Β· π΄
πΉ
Dimana :
π π = harga konus rata-rata yang diambil 4D dibawah ujung tiang dan 8D di
atas ujung
tiang.
A = luas penampang ujung tiang
F = angka keamanan = 3
Menentukan Qs :
Qs =
π½π»π Β·π
πΉ
Dimana :
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman yang di tinjau
P = Keliling Tiang
F = angka keamanan = 5
4) Metode Tumai Fakhroo (1981)
Pada umumnya metode ini digunakan pada tanah lempung lunak.
Menentukan Qp:
Metode ini merupakan metode Begaman yang disempurnakan
Qp =
(
π π1+π π2
2
)+ π π3
2
Β· Ap
Dimana :
Qp = daya dukung ujung tiang
π π1 = nilai π π rata-rata pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang.
8. 8 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
π π2 = nilai π π minimum pada kedalaman 4D di bawah ujung tiang.
π π3 = nilai π π rata-rata 8D diatas ujung tiang.
Pada tanah lempung Qp Β± 10% dari nilai Qu
Menentukan Qs :
Qs = f x L x P
Dimana :
f = nilai unit lekatan = m x ππ Μ Μ Μ β€ 0.75 kg/cmΒ²
ππ Μ Μ Μ = nilai lekatan rata-rata =
π½π»π
πΏ
JHP = Jumlah Hambatan Pelekat pada kedalaman L
m = koefisien lekatan, lihat gambar D atau menggunakan rumus :
= 10 β 9.5 (1 - πβ9 Β· ππ Μ Μ Μ
)
Nilai m berkisar antara 0.5 β 10.
P = keliling tiang
Batas-batas untuk harga f :
Untuk tanah lembek (ππ Μ Μ Μ < 0.3 kg/cmΒ²), harga m harus > 1
Untuk mendapatkan f :
- ππ Μ Μ Μ , alat sondir permukaan halus
- f, pile test dilakukan setelah pemancangan pondasi
- f > fs.
Untuk tanah lempung yang konsistensinya medium sampai kaku (stiff),
dimana fs > 0.30 kg/cmΒ², tingkat kerusakan tanah serta celah yang terjadi
antara pondasi tiang dan tanah adalah lebih dominan dari pada penambahan
kekuatan akibat pemampatan, sehingga f < ππ Μ Μ Μ . Jadi m < 1.
5) Metode Andina
Qu =
Qp+Qs
F
F = angka keamanan
Menentukan Qp :
Qp = qc x AP
Ap = luas penampang ujung tiang pondasi
qc =
qc0(
qc1βqc2
2
)
2
Dimana :
qc0 = harga rata-rata perlawanan konus yang diambil mulai dari ujung
bawah tiang sampai dengan 8D diatas dasar tiang
qc1 = nilai qc rata-rata pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang
qc1 = nilai qc minimum pada kedalaman 4D dibawah ujung tiang
9. 9 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Menentukan Qs :
Qs = fs x P x D = β fs
L
Z=8B+Bβ² x P
Dimana :
fs = tegangan akibat lekatan lateral sepanjang D dari pangkal tiang
D = L β 8B β Bβ = panjang tiang tertanam efektif.
L = panjang tiang tiang sebenarnya
π΅ = Diameter dasar tiang
Bβ = Diameter kepala tiang
P = Keliling
Contoh soal perhitungan :
Hitung daya dukung pondasi tiang yang berdiri pada tanah lempung lunak.
Pondasi berbentuk lingkaran dengan diameter 40 cm. Panjang Tiang 18 m.
(METODE PHILIPPONANT)
Data Sondir
Depth
(m)
Nilai Konus
Kg/cm2
Lekatan
Lokal Kg/cm2
HP Kg/cm
JHP
Kg/cm
Friction
Ratio
1 5 0,30 6 30 6,0
1,2 3 0,30 6 36 10,0
1,4 4 0,30 6 42 7,5
1,6 4 0,30 6 48 7,5
1,8 3 0,30 6 54 10,0
2 4 0,30 6 60 7,5
2,2 4 0,30 6 66 7,5
2,4 3 0,30 6 72 10,0
2,6 5 0,30 6 78 6,0
2,8 4 0,30 6 84 7,5
3 4 0,30 6 90 7,5
3,2 4 0,30 6 96 7,5
3,4 3 0,30 6 102 10,0
3,6 4 0,30 6 108 7,5
3,8 3 0,30 6 114 10,0
4 3 0,30 6 120 10,0
4,2 3 0,30 6 126 10,0
4,4 4 0,30 6 132 7,5
4,6 4 0,30 6 138 7,5
4,8 3 0,30 6 144 10,0
5 3 0,30 6 150 10,0
5,2 3 0,30 6 156 10,0
5,4 4 0,30 6 162 7,5
5,6 5 0,30 6 168 6,0
5,8 3 0,30 6 174 10,0
6 3 0,30 6 180 10,0
6,2 4 0,30 6 186 7,5
6,4 4 0,30 6 192 7,5
6,6 3 0,30 6 198 10,0
11. 11 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
16,4 18 1,00 20 536 5,6
16,6 20 1,00 20 556 5,0
16,8 25 1,00 20 576 4,0
17 15 1,00 20 596 6,7
17,2 15 1,00 20 616 6,7
17,4 20 1,00 20 636 5,0
17,6 20 1,00 20 656 5,0
17,8 20 1,00 20 676 5,0
18 25 0,00 0 676 0,0
18,2 25 0,50 10 686 2,0
18,4 20 0,50 10 696 2,5
18,6 20 0,50 10 706 2,5
18,8 25 0,50 10 716 2,0
19 25 0,50 10 726 2,0
19,2 25 0,50 10 736 2,0
19,4 20 0,50 10 746 2,5
19,6 25 0,50 10 756 2,0
19,8 30 0,50 10 766 1,7
20 20 0,50 10 776 2,5
20,2 20 0,50 10 786 2,5
20,4 20 0,50 10 796 2,5
20,6 25 0,50 10 806 2,0
20,8 25 0,50 10 816 2,0
21 25 0,50 10 826 2,0
21,2 25 1,00 20 846 4,0
21,4 30 1,00 20 866 3,3
21,6 30 1,00 20 886 3,3
21,8 25 1,00 20 906 4,0
22 25 1,00 20 926 4,0
22,2 25 1,00 20 946 4,0
22,4 30 1,00 20 966 3,3
22,6 30 1,00 20 986 3,3
22,8 35 1,00 20 1.006 2,9
23 30 1,00 20 1.026 3,3
Diketahui :
D = 40 cm
Kedalaman = 18 m
πΌ π = 0,5 (tanah lempung lunak)
Penyelesaian :
Menentukan Qp
Ap =
1
4
ππ·2
= 0,25 π₯ 3,14 π₯ 402
= 1256 ππ2
π πΜ (nilai konus rata-rata sepanjang 3D diatas dasar tiang dan 3D dibawah dasar
tiamg)
12. 12 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
3π· = 3 X 0,4 m
= 1,2 m
Diatas
18 m β 1,2 m = 16,8 m
Dibawah
18 m + 1,2 m = 19,2 m
π πΜ =
(25+15+15+20+20+25+25+20+20+25+25+25)
13
= 21,538 kg/ππ2
π π = πΌ π. π πΜ
= 0,5 . 21,538 kg/ππ2
= 10,769 kg/ππ2
ππ=
π π
.π΄π
2
=
10,769 kg/ππ2
.1256 ππ2
2
= 6762,932 kg
= 6,76 ton
Menentukan Qs
JHP = kedalaman 18 m = 676 kg/ππ2
P = πD
= 3,14 π₯ 402
= 125,6 cm
ππ =
P.JHP
2
=
125,6 cm .1676 kg/ππ2
2
= 42452,800 kg
= 42,45 ton
ππ’ππ‘ππππ‘π = ππ + ππ
= 6,76 ton + 42,45 ton
= 49,21 ton
13. 13 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
2. Berdasarkan nilai SPT.
Setelah lubang digali, sebuah tabung silinder baja standart (Γ = 37mm, L = 813
mm) dimasukkan hingga dasar lubang dan dipancang sedalam Β± 15 cm pada
βundisturbed soilβ. Kita catat kemudian jumlah pukulan N untuk pemancangan
berikutnya sedalam Β± 30 cm. energy pemancangan yang dipakai adalah sesuai
standart ASTM, D 1586, yaitu : 63,3 kg (140 lb) berat palunya dan 76 cm (30 in)
tinggi jatuhnya.
Ada beberapa korelasi antara nilai N dan sifat β sifat atau karakteristik tanah,
yaitu :
Tabel : SPT Cohesionless (J.E.BOWLES,1984)
N (blows)
Ο (KN/m3)
Γ (0)
State
Dr (%)
Cohesionless soil / Sol pulvelurent
0-3
-
-
Very loose
0-15
4-10
12-16
25-32
Loose
15-35
11-30
14-18
28-36
Medium
35-65
31-50
16-20
30-40
Dense
65-85
>50
18-23
>35
Very dense
85-100
N (blows)
Ο (KN/m3)
qu (kPa)
Consistency
Cohesive soil / Sol coherent
<4
14-18
<25
Very soft
4-6
16-18
20-50
soft
6-15
16-18
30-60
Medium
16-25
16-20
40-200
Stiff
>25
>20
>100
hard
Dengan Dr (relative density) :
πmaxβ π
πmaxβ π πππ
, e = angka pori (void ratio)
Meyerhof, memberikan korelasi antara Dr dan Γ (sudut geser dalam tanah) :
= 25 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau > 5%
= 35 + 0.15 Dr, jika kandungan pasir dan lanau β€ 5%
Disamping itu terdapat korelasi antara Γ dan nilai N
Γ = (12 N)0.5 + 25 (DUNHAM)
Γ = (20 N)0.5 + 15 (OSAKI)
Beberapa korelasi antara N,Dr, Γ dan C
a. Marcusson & Bieganousky (1977)
Dr = 0.086 + 0.0083 (2311 + 222 N β 711 (OCR) β C1 Οβv)0.5
Dimana :
C1 = 7,7 Οβv dalam kPa dan 53 untuk psi units
OCR = Overconsolidation Ratio = Οβ dahulu/ Οβ sekarang
b. Fardis & Veneziano (1981)
14. 14 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
In N = C2 + 2.06 ln Dr + C3 ln Οβv
Dimana :
C2 = fungsi kedalam yang harus ditentukan dilapangan dengan
pengukuran N dan Dr
C3 = 0,222 untuk Οβv dalam kPa dan 0,442 untuk psi units
c. Schults & Mezenback
ln (Dr) = 0,478 ln (N) β 0,262 ln (Οβvo) + 2,84
dimana :
Οβvo = tegangan vertikal tanah efektif dalam baris atau 100 kPa
d. Terzaghi & Peck memberikan korelasi antara N dan Cu ( kohesi undrained )
untuk tanah berlempung
Lempung plastis, Cu = 12,5 N
Lempung berlanau, Cu = 10 N
Lempung berpasir, Cu = 6,7 N
Dimana :
Cu dalam kPa
Gambar 3.2 s/d Gambar 3.4 berturut β turut menyajikan korelasi grafis antara
Dr dan N, antara N , Οβv dan Dr serta antara Γ dengan N.
Harga N Koreksi
Harga N dibawah muka air tanah harus dikoreksi menjadi Nβ berdasarkan
perumusan sebagai berikut : (βTERZAGHI & PECK)
Nβ = 15 + 0.5 ( N β 15 )
Dimana :
N = jumlah pukulan kenyataan di lapangan untuk dibawah muka air tanah
SEED, dkk dilain hal menyajikan factor koreksi CN untuk mengoreksi harga N
lapangan hasil test, dimana N1 = CN . N
Besarnya koefisien koreksi CN ini tergantung dari harga tegangan vertikal efektif
tanah (Οβv), dengan N1 = harga N koreksi
Οβv
(kPa)
30 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
CN 1,6 1,22 0,95 0,78 0,65 0,57 0,5 0,46 0,42 0,4 0,39
Koreksi dari SEED ini tidak dapat digabung dengan koreksi dari TERZAGHI &
PECK. Jadi pakai salah satu saja yang dianggap paling menentukan atau kritis.
1) Daya Dukung ultimate ujung tiang
Berdasarkan pengamatan di lapangan, Meyerhof ( 1976) menyarankan
kapasitas batas daya dukung ultimate ujung tiang (Qpu) untuk tanah homogen
berbutir kasar yang diperoleh dari SPT adalah :
16. 16 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
QL = QP + QS = 4 . N. AP +
π.π΅.π·
50
. NaV
WIKA memodifikasi persamaan diaatas menjadi :
QL = 40 . N . Ap + ( AS . NAV ) / 5
Dimana :
QL = Daya dukung tanah maximum (ton)
N = Harga SPT di dasar pondasi
NaV = Harga N rata-rata disepanjang tiang yang terbenam (D)
Ap= Area of pile base (m2) = Ο . D2/ 4
As = Gross surface area of shaft (m2)
B = Diameter tiang pondasi (m)
Qad = QL / F dengan F = 2
Mohan, Jain dan Kumar (1963) menyarankan factor pada aspek Qs adalah
170, dan 90 menurut Tavenas (1971).
Dilain hal,Gregersen dkk (1973) mengusulkan factor pada aspek Qp
adalah 10.
b. Metode Luciano Decourt (1982)
QL = Qp + Qs
Dimana :
QL= daya dukung tanah maximum pada pondasi
Qp = resistance ultime di dasar pondasi
Qs = resistance ultime akibat lekatan lateral
Qp = qp . Ap = (Γp . K) . Ap
Dimana :
Γp= harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga 4B dibawah dasar
tiang pondasi (B= diameter pondasi) = β ππ/ππ
1=π
K =koefisien karakteristik tanah :
12 t/m2 = 117.7 kPa, untuk lempung murni
20 t/m2 = 196 kPa, lanau berlempung
25 t/m2 = 245 kPa, lanau berpasir
40 t/m2 = 392 kPa, pasir
Ap= luas penampang dasar tiang
17. 17 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
qp = tegangan diujung tiang
Qs = qs . As = (Γs/3 + 1).As
Dimana :
qs =tegangan akibat lekatan lateral dalam t/m2
Γs =harga rata-rata sepanjang tiang yang tertanam, dengan batasan : 3 β€ N
β€ 50 yang lebih dari 3 ditulis dan yang diatas 50 ditulis 50, ditulis semua
dan dirata-rata semua.
As =keliling x panjang tiang yang terbenam (luas selimut tiang)
Contoh soal perhitungan :
Berdasarkan test SPT
Diketahui hasil test SPT dan test laboratorium dari suatu contoh tanah seperti
gambar.Hitung besar Q ijin berdasarkan test SPT dan test laboratorium, untuk
merencanakan suatu pondasi tiang dari pipa baja dengan diameter (D) = 800 mm.
Penyelesaian :
Qp = Ap
40ππΏ
π·
β€ 400 N
π1(Jarak diatas 10D dari ujung tiang)
10π· = 10 X 800
= 8000 mm
= 8 m
19. 19 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
=
(2+5+3+2+2,5+3+4+5+8+10+15+16+18+20+30+39)
16
= 11,4 kN/π2
Qs = 2,5 x 11,4 x 32
= 912,5 kN/π2
Qall =
ππ
ππΉ
=
912,5
3
= 304,17 kN/π2
Jika digabung antara Qall (p) + Qall (s) maka Qall (total)
Qall = 4333,33 + 304,17
= 4637,5 kN/π2
2.2 Metode Pelaksanaan Pondasi Driven Pile
Proyek skala besar seperti pembangunan gedung bertingkat lebih dari sepuluh lantai
selalu butuh pondasi dengan struktur yang sangat kuat sehingga mampu menyangga dan
menahan beban berat dari gedung berikut element bangunan lain beserta isinya. Karena
itu pondasi yang dibuat juga tidak berupa pondasi biasa saja namun dibutuhkan pondasi
tiang.
Pada umumnya pondasi tiang ini dibuat dari beton, baja atau kayu. Namun saat ini
pondasi dan tiang pancang jarang ada yang menggunakan kayu karena daya tahannya
jauh kalah kuat jika dibandingkan dengan tiang pancang dari beton dan besi baja. Karena
berbentuk tiang yang panjang dan tinggi, maka untuk memasangnya juga harus memakai
alat berat khusus yang punya kemampuan untuk menanam dan menancapkan tiang
sehingga bisa masuk ke dalam tanah sesuai dengan batas yang telah ditentukan. Jenis alat
untuk memasang tiang pancang ini ada beberapa macam.
a. Drop Hammer
Alat ini merupakan palu yang sangat berat dan diletakan di posisi ketinggian tertentu
dan berada di atas tiang. Palu dari besi baja ini lalu dilepaskan dan jatuh ke bawah
serta mengenai bagian atas atau ujung tiang. Di kepalanya terdapat topi atau cap yang
namanya shock absorber.
b. Diesel Hammer
Alat ini termasuk yang sistem kerjanya paling sederhana bila dibanding dengan alat
sejenis yang lain. Diesel hammer ini punya peralatan mesin diesel yang jumlahnya
ada dua, lalu ram atau piston, tanki untuk menyimpan bahan bakar dan tanki untuk
menyimpan minyak pelumas serta pompa untuk menekan bahan bakar dan injeksion
serta mesin pelumas.
20. 20 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
GAMBAR 1.
Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
c. Hydraulic Hammer
Sistem kerja dan operasinya didasarkan kepada perbedaan dan selisih tekanan yang
terjadi di cairan hidrolis. Alat pasang tiang pancang yang satu ini sangat cocok
digunakan untuk memasang tiang pancang dari baja yang berbentuk huruf H atau
pondasi yang berbentuk lempengan.
d. Vibratory Pile Driver
Sistem kerjanya mengandalkan getaran dari alat yang terus bergerak. Vibratory pile
driver ini mempunyai batang horizontal yang jumlahnya ada beberapa dan beban
eksentris.
Langkah Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti dibawah ini :
1. Persiapan Lokasi Pemancangan
Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapat
menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah
permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum
pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu
oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
2. Persiapan Alat Pemancang
Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenist
anah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk
pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
Mengatur lalu lintas dan jalan akses
untuk mobilisasi alat pemancang
Mengatur posisi tiang
Penyambungan tiang
Pemancangan tiang
Kepala tiang
Produksi tiang pancang
Memmbawa tiang pancang
ke lokasi
21. 21 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
GAMBAR 2. Alat Pancang
ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan penyelidikan
tanah terlebihdahulu.Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer,
diesel atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari
jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat
palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya
ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton.
3. Penyimpanan Tiang Pancang
Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan. Tiang
pancang disusus seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanan
dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama.
Gambar 3. PenyimpananTiang Pancang
22. 22 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Gambar 4.
Tiang Pancang Ditarik Dengan Sling
Gambar 5.
Tiang Pancang Dimasukan pada Bagian Alat
Gambar 6.
Tiang Pancang Diluruskan
Gambar 7.
Kemiringan Dicek Dengan Waterpass
4. Pemancangan
Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang
pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang
pancang masuk pada bagian alat.
23. 23 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
Setelah kemiringan telah sesuai, kemudian dilakukan pemancangan dengan
menjatuhkan palu pada mesin pancang.
Bila kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang pancang satu
batang, maka perlu dilakukan penyambungan dengan tiang pancang kedua,
yaitudengan pengelasan.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu
sesuaidengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan
di titik berikutnya dengan langkah yang sama.
Gambar 8. Pemasangan Tiang Pertama
Gambar 9. PenyambunganTiang Pancang denganPengelasan
24. 24 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Driven Pile
Kelebihan :
1. Karena dibuat dengan system pabrikasi, maka mutu beton terjamin.
2. Bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras.
3. Daya dukung tidak hanya dari ujung tiang, tetapi juga lekatan pada sekeliling tiang.
4. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup (satu beban tiang ditahan oleh dua atau
lebih tiang), daya dukungnya sangat kuat.
5. Harga relatif murah bila dibanding pondasi sumuran.
Kekurangan :
1. Untuk daerah proyek yang masuk gang kecil, sulit dikerjakan karena factor angkutan.
2. Sistem ini baru ada di daerah kota dan sekitarnya.
3. Untuk daerah dan penggunaan volumenya sedikit, harganya jauh lebih mahal.
4. Proses pemancangan menimbulkan getaran dan kebisingan jika menggunakan
Hammer.
5. Jika menggunakan Hidraulik ada jarak minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak
bangunan tetangga.
25. 25 | P O N D A S I D R I V E N P I L E
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
. Driven Pile (Tiang Pancang) adalah tiang berbentuk seperti batang paku yang terbuat
dari beton ataupun baja. Bentuk tiang bisa bulat atau kotak.Tiang tersebut dipergunakan
untuk membuat pondasi bangunan yang mampu menahan beban bangunan struktur
diatasnya.Prosedur perhitunganya berdasarkan data CPT dan SPT. Ada beberapa metode
perhitungan dalam driven pile antara lain, metode meyerholf, Van Deer Ween, Philipponant,
Konvensional, Tumai Fakhroo, Andina,dan Luciano Decourt. Langkah pelaksanaannya yaitu
mempersiapkan lokasi pemancangan, kemudian mempersiapkan alat pemancang, dan
pelaksanaan pemancangan. Selain itu penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type,
diameter, dimensi yang sama. Kelebihan dari pondasi driven pile adalah mutu beton terjamin,
bisa mencapai daya dukung tanah yang paling keras, harga relative murah dibanding pondasi
sumuran. Sedangkan kekurangannya yaitu proses pemancangan menimbulkan getaran dan
kebisingan jika menggunakan Hammer dan apabila menggunakan Hidraulik ada jarak
minimum setidaknya Β± 5 meter dari jarak bangunan tetangga.