SlideShare a Scribd company logo
1
FENOMENA CERUCUK SEBAGAI PENINGKATAN
DAYA DUKUNG DAN MEREDUKSI PENURUNAN BEBAN
BANGUNAN DI ATAS TANAH LEMBEK
Ir. Muhrozi, MS. (Ka. Lab. Mekanika Tanah Undip)
1. Pendahuluan
Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan
cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan
rumah/gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water
dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan matras bambu
mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk dasar reklamasi pantai
atau badan jalan di daerah rawa atau tambak.
Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan
cerucuk belum ada acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan
pangalaman masing-masing Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak
kurang aman atau terlalu aman sehingga kurang efektif.
Agar para Perencana dan Teknisi merasa yakin dalam merencanakan konstruksi
cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman
perhitungan cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan
metode perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang
analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan model di
laboratorium atau skala penuh.
Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk
tersebut dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi
penurunan tanah, akan tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan
peningkatan daya dukung tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk
bambu/dolken dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih
ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan dengan
mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh para perencana.
Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman
teknis “Tata cara Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek
2
dan Tanah Gambut” No.029/T/BM1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur
Jendral Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Dari
pedoman teknis tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan.
Penulis sekitar tahun 1996 mendapat permasalahan menentukan jenis pondasi
ground reservoir, gedung bertingkat menengah, oprit jembatan dan bangunan air
didaerah rawa atau pasang surut yang sulit untuk dijangkau oleh peralatan berat,
masa perencanaan yang terbatas maka dengan peralatan uji tanah yang cukup
sederhana (sondir, bor manual, vane shear, soil test dan oedometer), maka
peningkatan daya dukung tanah dan berkurang-nya penurunan bangunan dengan
cerucuk secara sederhana dapat dibuktikan.
2. Ide-ide Yang Mendasari
Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional
Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998,
menceritakan pengalamnya pada waktu membangun gedung Laboratorium Unair
Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu berdiameter 12 cm dan panjang
4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul-betul terlepas dari struktur
pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang
sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua
kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting
yang perlu dicatat yaitu :
• Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk
bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat
geser tanah secara keseluruhan akan meningkat.
• Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk
bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25
kg/cm² dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm².
• Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah
bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah
lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak
3
cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua) kali lipat dari
aslinya.
Studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh
Abdul Hadi, Tesis S2, 1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi
telapak bercerucuk dengan ukuran 20 x 20 cm². Dengan konfigurasi jarak cerucuk
dapat disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek dan jumlah
cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya dukung pondasi
telapak yang cukup besar.
Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2,
menunjukkan bahwa model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak
4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5 jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak
menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung
dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5 d, dan model
8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat
dihitung sebagai blok tiang.
Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan
peningkatan cohesi undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang
dilakukan pada tanah dalam box, dengan jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi
cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat kondisi ini berarti
terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai
kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah
pondasi akan besar.
Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang
dilakukan oleh Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada
tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk). Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul
Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di daerah terboyo Semarang. Dari hasil
penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu tidak dapat
dikatakan sebagai “Pondasi” tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung
tanah pendukung pondasi.
4
3. Rujukan Teori
Pada kenyataanya besarnya kuat geser tanah sangat bervariasi, tergantung dari
kondisi tanah dan merupakan fungsi dari beberapa factor yang sangat komplek,
secara keseluruhan persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut :
S = f (C,c,e,ø,σ’,ε,ε’,H,st,γ,w)
Dimana : C : tekanan kompresi ε’ : kecepatan regangan
c : kohesi tanah H : sejarah pembebanan
e : angka pori tanah st : struktur tanah
ø : sudut geser dalam tanah γ : berat isi tanah
σ’ : tegangan efektif tanah w : kadar air
ε : regangan
Secara phisik kekuatan geser tanah merupakan sumbungan dari tiga komponen pada
tanah yang bersangkutan, yaitu :
• Sifat bidang geser antar partikel
• Kohesi dan adhesi partikel tanah
• Bidang kontak yang saling mengunci antar partikel tanah untuk menahan
deformasi.
Secara teoritis kuat geser tanah ditentukan oleh banyak fariabel, akan tetapi fariabel
yang dominan adalah : kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah (ø). Pada tahun 1910
oleh Mohr-Coulomb, mendefinisikan kuat geser tanah sebagai berikut :
S = c + σ tan ø
Kuat geser tanah efektif dapat ditulis sebagai berikut :
S = c + (σ-u) tan ø = c + σ’ tan ø
Untuk kondisi tanah yang jenuh air, dimana φ = 0 maka persamaan tersebut menjadi
berikut :
S = Cu
5
3.1. Daya Dukung Tanah
Banyak para pakar telah merumuskan daya dukung tanah, seperti : Terzaghi,
Mayerhof, Hansen, Vesic dan lainnya. Daya dukung tanah merupakan fungsi dari
nilai kuat geser tanah (ø), kohesi tanah (c), berat isi tanah (γ), kedalaman pondasi
(D) dan bentuk pondasi, dapat diterangkan secara umum sebagai berikut :
q ult. = f (c,ø,γ,D)
Persamaan umum daya dukung tanah oleh Terzaghi, untuk tanah c, ø soil dapat
dituliskan sebagai berikut :
q ult. = c Nc + γ D Nq + 0,5 γ’ B Nγ
Sedangkan untuk tanah yang jenuh air (c-soil) dimana ø = 0 maka Nq : 0, dan Nγ : 0
sehingga rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :
q ult. = Cu Nc Nc = 5,14 – 5,70 atau
q ult. = (2.57 – 2.85) qu
Dimana : q ult. : daya dukung tanah batas
Cu : kuat geser undrained dapat ditentukan dengan uji vane shear,
unconfined dan secara emperik data sondir Cu = qc / (15 – 30)
B : lebar pondasi
qu : kuat tekan bebas (kg/cm2)
q = γ x D
D
γ,c,φ
Gambar-1 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal
6
3.2. Peningkatan Kuat Geser Tanah
Besarnya nilai kuat geser tanah undrained (Cu) dapat dipengaruhi oleh sifat fisik,
seperti : kepadatan tanah (γ), void ratio (e), ukuran butir tanah, jenis tanah dan
peristiwa/sejarah pembebanan (Pc), untuk hal tersebut nilai kuat geser tanah jenuh
dapat ditulis sebagai berikut :
Cu = f (e, Pc, γ, …….)
Peningkatan kuat geser tanah selalu diikuti dengan semakin kecil nilai angka pori (e)
dan bertambahnya kepadaan tanah akibat dari bertambahnya tegangan efektif yang
terjadi pada tanah tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengujian Oedometer.
Dari hasil pengujian oedometer (konsolidasi), selalu diberikan grafik semi logaritma
hubungan antara void ratio (e) dangan dengan beban (P). pada grafik tersebut
menunjukkan : semakin besar beban (P) yang bekerja maka nilai void ratio (e)
semakin kecil seperti gambar berikut :
Gambar-2, Hubungan Void ratio (e) vs semi LogP
Kuat geser undrained tanah akan meningkat seiring dengan terjadinya peristiwa
konsolidasi, dimana semakin besar beban kerja (ΔP) yang terjadi pada lapisan tanah
maka nilai angka pori tanah (e) semakin kecil sehinga nilai kuat geser tanah akan
meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh LADD dkk. 1977 dan MESRI
1975 menunjukkan bahwa tanah yang mengalami konsolidasi normal akan
Δ e
Δ P
P (kg/cm2
) (log)
Voidratio(e)
7
merngalami peningkatan kuat geser tanah sesuai tambahan beban yang terjadi,
sebagai berikut :
ΔCu = (0.20 – 0.30) Δσv
’
Dimana : ΔCu : tambahan kuat geser tanah (kg/cm2)
Δσv
’
: tambahan tegangan tanah vertical efektif
Merujuk hasil test Oedometer pada grafik semi logaritma hubungan antara angka
pori (e) dengan tegangan yang bekerja pada tanah, mempunyai hubungan unik yaitu
: semakin besar tegangan yang bekerja pada tanah maka nilai angka pori semakin
kecil. Dengan menganggap volume cerucuk yang dimasukkan kedalam lapisan
lempung lunak merupakan butiran tanah (Vs) dan tanah dianggap material tidak
mampu mampat maka akan mengalami perubahan nilai angka pori sebagai berikut :
Gambar-3, Hubungan Komposisi Volume Tanah
Nilai angka pori tanah asli sebelum ada cerucuk, tanah jenuh :
eo = Vv / Vs atau
eo = (V – Vs) / (Vs)
eo = V / Vs – 1
Bila volume cerucuk (Vc) yang relative kecil dianggap sebagai butiran tanah dan
dimasukkan kedalam tanah jenuh maka nilai eo menjadi lebih kecil (e1), sehingga
persamaan diatas menjadi :
Air
Udara
Butir
V
Va
Vu
Vb
Vv
8
e1 = V/(Vs+Vc) – 1
Dengan anggapan bahwa Volume total tanah (V) dan volume void (Vs) mempunyai
satu satuan masa (≈ 1) maka terdapat perubahan atau penurunan void rasio (∆e)
sebagai berikut :
∆e = 1/(1+Vc) – 1
dimana : eo : angka pori awal sebelum ada cerucuk
e1 : angka pori setelah ada cerucuk
∆e : perubahan angka pori adanya penambahan volume cerucuk
Vvo : volume void awal sebelum ada cerucuk
Vso : volume butir awal sebelum ada cerucuk
Vc : volume cerucuk
Secara ilustrasi bila dimodelkan untuk meyakinkan hipotesis ide Penulis, dapat
dilihat pada gamabar berikut :
Gambar-4, Hubungan Komposisi Volume Tanah
Vane Shear
V Cerucuk
V Cerucuk
Sondir
9
Volume butir untuk tanah setelah diberi cerucuk akan lebih besar dari sebelum
diberi cerucuk, sehingga nilai angka pori awal (eo) lebih besar dari angka pori
setelah diberi cerucuk (e1), atau eo - e1 = ∆e .
Dengan mengeplotkan nilai angka pori eo dan ∆e dari data test Oedometer tanah asli
atau tanah sebelum diberi cerucuk maka akan didapat Po dan P1, sehingga akan
didapat besarnya pertambahan tegangan (ΔP) sesuai dengan bertambah kecilnya
nilai e1 sesuai dengan jarak cerucuk yang dipasang.
Dengan mengetahui pertambahan nilai tegangan pada tanah (ΔP) akibat dipasang
cerucuk maka dapat ditentukan pertambahan kuat geser undrained (ΔCu) = (0.20 –
0.30) Δσv
’
, sehingga daya dukung tanah dapat ditentukan sebagai berikut :
q ult. = Cu Nc Nc : 5,14 sebelum ada cerucuk
q ult. = (Cu + ΔCu) Nc Nc : 5,14 setelah ada cerucuk
4. Penomena yang Akan Terjadi pada Cerucuk
A. Penomena konstruksi cerucuk bila jarak antar cerucuk terlalu jauh dapat dianggap
sebagai pondasi tiang mengambang/floating pile. Dan terdapat tambahan daya
dukung tanah akibat bidang runtuh tertahan oleh cerucuk
Gambar-5, Pondasi Dangkal Dengan Jarak Cerucuk Jauh
q = γ x D
D
γ,c,φ
10
B. Penomena apabila jarak antar cerucuk cukup pendek dan lebar bangunan cukup besar
maka ada tambahan daya dukung tanah dasar akibat q = γ’ x D’
Gambar-6, Pondasi Dangkal dengan Jarak Cerucuk Pendek
C. Fenomena bulk pressure terhadap tanah lunak apabila jarak antar cerucuk cukup
pendek atau terlalu jauh.
Gambar-7, Penomena Bulk Pressure dengan Cerucuk
L
2/3L
Jarak Cerucuk Jauh
Jarak Cerucuk dekat
D’
D
q = γ x D
11
D. Fenomena penurunan bangunan apabila jarak antar cerucuk cukup pendek atau terlalu
jauh, bila jarak antar cerucuk cukup pendek maka dapat mengurangi penurunan
bangunan.
Gambar-8, Fenomena Penurunan Tanah
5. Contoh dan Studi Kasus
• Contoh dan studi kasus ini mengambil data uji tanah bulan Mei 2009, rencana
pembangunan tower di Ds. Jombang, Purworejo.
• Muka air tanah pada kedalaman -0,50 m dari muka tanah asli dan jenis tanah
lempung kelanauan (CL)
• Cerucuk dicoba pada kedalaman -1,50 m s/d 5,50 m, data kosolidasi (uji
Oedometer) pada kedalaman -4,0 m.
• Dari data sondir (S2) nilai konus pada kedalaman -4,0 m, qc rata-rata = 6,60
kg/cm2 Cuo = qc/(15 – 30) = 6,60 / 25 = 0,26 kg/cm2.
• Daya dukung tanah ijin awal q all. awal = Cuo x Nc / FK
q all. awal = 0,26 x 5,14 / 3 = 0,44 kg/cm2
σ1
2/3 L
L
σ0
σ1 < σ0
12
• Dicoba diameter cerucuk Ø =12 cm dan susunan cercuk 2 tipe, tipe-1 jarak 0,50 m
dan tipe-2 jarak 0,40 cm, seperti gambar berikut :
Gambar-9, Susunan Cerucuk
• Volume tiap cerucuk satuan kedalaman (vc) = 113,04 cm3, sehingga prosentase
cerucuk terhadap luasan tanah 1,0 m dapat dihitung sebagai berikut :
- vc jarak 50 cm = 4 x 113,04 / 10000 = 0,046 atau 4,6 %
∆e = 1/(1+0,046) – 1 = - 0,044
e11 = eo + ∆e = 1,30 - 0,044 = 1,256
- vc jarak 40 cm = 9 x 113,04 / 14400 = 0,071 atau 7,1 %
∆e = 1/(1+0,071) – 1 = - 0,067
e12 = eo + ∆e = 1,30 - 0,067 = 1,233
• Mencari eo pada kedalaman -4,0m dengan grafik e vs log P (uji konsolidsi)
- Po = 0,5 x 1,65 + 3,5 x (1,65 -1 ) = 3,10 t/m2 = 0,31 kg/cm2
- Dari grafik didapat eo = 1,30, sehingga nilai e pada tipe 1 dan tipe 2 dapat
dihitung sebagi berikut :
e11 = eo + ∆e = 1,30 - 0,044 = 1,256
e12 = eo + ∆e = 1,30 - 0,067 = 1,233
- Dari grafik akan besarnya beban yang akan timbul sebesar :
P1.1 sebesar = 0,80 kg./cm2 dan
P1.2. sebear = 1,40 kg/cm2
13
0.1 1 10 100
0.7
0.9
1.1
1.3
1.5
P ( kg/cm2)
VoidRatio(e)
Gambar-10, Grafik e vs Log P, untuk mencari nilai Δe dan ΔP
• Sehingga pertambahan beban (∆P)dan nilai kuat geser tanah (∆Cu ) sebesar :
∆P1.1 = 0,80 - 0,31 = 0,49 kg/cm2
∆Cu.1.1.= (0,2 – 0,3 ) ∆P1.1 = 0,123 kg/cm2
∆P1.2 = 1,40 - 0,31 = 1,09 kg/cm2
∆Cu.1.2 = (0,2 – 0,3 ) ∆P1.2 = 0,273 kg/cm2
• Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 50 cm dapat
dihitung sebagai berikut :
Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + ∆Cu.1.1 = 0,26 + 0,123 = 0,383 kg/cm2
Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK
= 0,383 x 5,14 / 3 = 0,66 kg/cm2
Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,66 kg/cm2
• Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 40 cm dapat
dihitung sebagai berikut :
Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + ∆Cu.1.1 = 0,26 + 0,273 = 0,533 kg/cm2
P0 = 0,31
P11 = 0,80
P12 = 1,40
e0 =1,31
e11 =1,25
e12 =1,23
14
Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK
= 0,533 x 5,14 / 3 = 0,91 kg/cm2
Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,91 kg/cm2
dengan kata lain meningkat 2 (dua) kali lipat.
• Contoh proyek yang dihitung dengan cara sederhana tersebut cukup banyak,
seperti di daerah Tambilahan & Bengkalis Riau, Daerah Jambi, Kaltim, Semarang
(Semarang bawah, oprit jembatan Bangetayu H timb. = 12 m) dan lokasi lain
Wilayah Pantura Jawa.
• Pembuktian bahwa dengan pemasangan cerucuk diatas tanah lembeh/lunak dapat
memperkecil penurunan konstruksi bangunan mudah untuk dibuktikan dan
pembaca makalah ini dapat menghitungnya.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
1. Suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On
Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur,1998, kemungkan dapat
terjawab.
2. Formulasi perhitungan peningkatan daya dukung diatas tanah lembek/lunak
menggunakan cerucuk diatas, masih sebatas pada pemikiran Penulis dan perlu
mendapat masukan dari para Pakar dan penelitian dengan sekala penuh di
Lapangan.
3. Tulisan ini semoga bermanfaat.
6.2. Saran-saran
1. Karena makalah ini masih pada taraf pemikiran dan hepotesis, sebaiknya dikaji
lebih jauh dengan para Pakar yang berkompeten.
2. Mahasiswa Teknik Sipil diminta untuk mengembangkan fenomena yang
dianggap menarik oleh salah satu Bapak Teknik Sipil Kita (Prof. DR. Ir. R.
Roeseno).
15
Daftar Pustaka
- A.HADI, (1990), “ Studi Daya Dukung Pondasi Tiang Terucuk Pada Model
Berskala Kecil”, Bandung
- ALLEN G.P, “deltic Sediment in the Moderend on Miocen Mahakam Delta Total
Exploration Laboratory, Pessac France, 1987.
- DUNN I.S, ANDERSON L.R KEIFER F.W, “ Fundaof geotechnical Analysis,
John Wiley & Sons, New York.
- FU. HUA CHEN, “ Foundation on Expansive Soils”, Elsevier Scientifik
Publicishing Company, 1975 New York.
- JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanikan Tanah)”, Erlangga 1989
- Muhrozi, “Konsep Perhitungan Cerucuk Bambu Sebagai Upaya Peningkatan
Daya Dukung Tanah”, Semarang
- POULUS, H.G. & DAVIS, E.H, (1980), “Pile Foundation Analysis And Design”,
John Wiely and Sons, Inc.
- R. ROOSSENO, “Foundation Of Three to Four Storeya Small Buildings on Wet
Very Soft Soil” pada Asian regional Conferention on Tall Builtding and Urban
habitat, Kuala Lumpur.
- SOELARNO, D.S, (1986), “Diskusi Beberapa Cara Untuk Menentukan Beban
Batas Tiang Tunggal Dari Hasil Percobaan Langsung Di Lapangan”, Jakarta
- TOMLINSON, M.J, (1977), “Pile Foundation And Construction Practice”,
London.
- Y. Daryanto, dkk. (1995), “Perbaikan Daya Dukung Tanah Dengan Cerucuk
Bambu di Pantai Utara Semarang”
- ZANUSI, F.X, (1988), “Daya Pikul Ultimate Terhadap beban Axial Tiang
Tunggal”, Simposium nasioanl HATTI . Jakarta.
- JOSEPHE E,BOWLES, “ Analisa dan Desain Pondasi” Erlangga 1986
- JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah (Mekanikan Tanah)”, Erlangga 1989
16
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
0 50 100 150 200 250
0 100 200 300 400 500
DEPTH(meter)
Cone Resistance (kg/cm2)
Total Friction (kg/cm')
Cone Resistance (qc)
Total Frictions (TF)
TF
qc
CERUCUK
17

More Related Content

What's hot

Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Yusrizal Mahendra
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Irene Baria
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
Dyah Rahmawati
 
Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
takdir satria nanda
 
Soil study thesis
Soil study thesisSoil study thesis
Soil study thesis
CARLES HUTABARAT
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1aanqwerty
 
Dokumen gaya uplift
Dokumen gaya upliftDokumen gaya uplift
Dokumen gaya uplift
HAFIZ ILHAM
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
Nurul Angreliany
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
dwidam
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Angga Nugraha
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Yahya M Aji
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
frans1982
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
herewith sofian
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Angga Nugraha
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
wildan grenadi
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah
Jaka Jaka
 
PENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASIPENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASI
Nurul Angreliany
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
terbott
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
infosanitasi
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Yusrizal Mahendra
 

What's hot (20)

Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
 
PERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAPPERENCANAAN TURAP
PERENCANAAN TURAP
 
Pondasi cerucuk
Pondasi cerucukPondasi cerucuk
Pondasi cerucuk
 
Soil study thesis
Soil study thesisSoil study thesis
Soil study thesis
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1
 
Dokumen gaya uplift
Dokumen gaya upliftDokumen gaya uplift
Dokumen gaya uplift
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000Sni 03-2834-2000
Sni 03-2834-2000
 
Stabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapurStabilitas tanah dengan kapur
Stabilitas tanah dengan kapur
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah10 ppt daya-dukung-tanah
10 ppt daya-dukung-tanah
 
PENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASIPENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASI
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
 

Viewers also liked

Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut
CITRA MARGA NUSAPHALA PERSADA, PT TBK
 
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
Reski Aprilia
 
Perhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanahPerhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanah
Kontraktor Bangunan
 
Cerucuk
CerucukCerucuk
Cerucuk
Adam Mazlan
 
cerucuk piling
cerucuk pilingcerucuk piling
cerucuk piling
Mohamad Faiz Hamzah
 
Perkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambutPerkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambut
Oki Endrata Wijaya
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Raymond B. Munthe (Dinas Pekerjaan Umum Prov. Babel)
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
IMRA MORALDY
 
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempa
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempaPresentasi bendung bambu sederhana tahan gempa
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempaWa ode Sumartini
 
Pondasi Bagunan Pantai
Pondasi  Bagunan PantaiPondasi  Bagunan Pantai
Pondasi Bagunan Pantai
Nindita Setyahandani
 
Jurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahJurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahSeno Leegunz
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptAyu Fatimah Zahra
 
metode kerja beton
metode kerja betonmetode kerja beton
metode kerja beton
Bowo Sudarminto
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Universitas Suryakancana Cianjur
 
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan SosialisasiTahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
Joy Irman
 
Analisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowAnalisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowTimey-ft Vytrhie
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulangReski Aprilia
 
Metode pelaksanaan urugan tanah
Metode pelaksanaan urugan tanahMetode pelaksanaan urugan tanah
Metode pelaksanaan urugan tanahSamuel Sitorus
 
Cerucukjkr
CerucukjkrCerucukjkr
Cerucukjkr
ceonaimi
 

Viewers also liked (20)

Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut Perbaikan Tanah Gambut
Perbaikan Tanah Gambut
 
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
TEKNIK PEMASANGAN TIANG PANCANG ULIN MENARA PENGAWAS MANGROVE DI MANGROVE CEN...
 
Perhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanahPerhitungan dinding penahan tanah
Perhitungan dinding penahan tanah
 
Cerucuk
CerucukCerucuk
Cerucuk
 
cerucuk piling
cerucuk pilingcerucuk piling
cerucuk piling
 
Perkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambutPerkuatan geotextile di lahan gambut
Perkuatan geotextile di lahan gambut
 
9 contoh desain turap
9 contoh desain turap9 contoh desain turap
9 contoh desain turap
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
 
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempa
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempaPresentasi bendung bambu sederhana tahan gempa
Presentasi bendung bambu sederhana tahan gempa
 
Pondasi Bagunan Pantai
Pondasi  Bagunan PantaiPondasi  Bagunan Pantai
Pondasi Bagunan Pantai
 
Jurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanahJurnal mekanika tanah
Jurnal mekanika tanah
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan ppt
 
metode kerja beton
metode kerja betonmetode kerja beton
metode kerja beton
 
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton BertulangPerencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
Perencanaan Balok Sederhana Beton Bertulang
 
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan SosialisasiTahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
Tahap Pra Konstruksi SPAL - Pekerjaan Sosialisasi
 
Analisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bowAnalisa pekerjaan sipil bow
Analisa pekerjaan sipil bow
 
Pelat beton bertulang
Pelat beton bertulangPelat beton bertulang
Pelat beton bertulang
 
Metode pelaksanaan urugan tanah
Metode pelaksanaan urugan tanahMetode pelaksanaan urugan tanah
Metode pelaksanaan urugan tanah
 
Cerucukjkr
CerucukjkrCerucukjkr
Cerucukjkr
 

Similar to Pondasi cerucuk

15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)
m ikbal
 
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasiModifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
Yuko Riswandha
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
فهرودين سفي
 
20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb
AmdMdkr
 
Its paper-27149-3109100080-paper
Its paper-27149-3109100080-paperIts paper-27149-3109100080-paper
Its paper-27149-3109100080-paper
Jorgii Bonceng
 
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
Irfan Ibrahim
 
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
Vera Rohmadoniati
 
abstract
abstractabstract
abstract
dindianaaa
 
Bab i
Bab iBab i
5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi
Jaka Jaka
 
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT 2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
tenggom
 
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdfTeori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
SetiawanHendron
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
AfriHandayani1
 
396 763-6-pb
396 763-6-pb396 763-6-pb
396 763-6-pb
AmdMdkr
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakMaman Asep
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasHelmas Tanjung
 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
HeriansyahPutra5
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji Sondir
Edi Supriyanto
 

Similar to Pondasi cerucuk (20)

Soiltest
SoiltestSoiltest
Soiltest
 
15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)15 29-1-sm (1)
15 29-1-sm (1)
 
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasiModifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
Modifikasi perencanaan abutmnet dan pondasi
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
 
20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb20835 55984-1-pb
20835 55984-1-pb
 
Its paper-27149-3109100080-paper
Its paper-27149-3109100080-paperIts paper-27149-3109100080-paper
Its paper-27149-3109100080-paper
 
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
140534 id-pemeriksaan-kuat-tekan-dan-modulus-elast 2
 
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
Analisa perilaku tanah ekspansif pada tiang pancang, ditinjau dari variabel k...
 
abstract
abstractabstract
abstract
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi5 teori konsolidasi
5 teori konsolidasi
 
Rekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridanRekayasa pondasi i haridan
Rekayasa pondasi i haridan
 
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT 2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
2. Perancangan Fondasi Dalam_CPT
 
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdfTeori Desain Pondasi Tapak.pdf
Teori Desain Pondasi Tapak.pdf
 
Modul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdfModul 9 PPJ.pdf
Modul 9 PPJ.pdf
 
396 763-6-pb
396 763-6-pb396 763-6-pb
396 763-6-pb
 
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapakBeton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
Beton2 tata 15-perencanaan-pondasi-telapak
 
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh HelmasModel Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
Model Konservasi Tanah dan Air oleh Helmas
 
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdfS3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
S3. 2019 JSIL_Longsor.pdf
 
Soil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji SondirSoil Investigation - Uji Sondir
Soil Investigation - Uji Sondir
 

Pondasi cerucuk

  • 1. 1 FENOMENA CERUCUK SEBAGAI PENINGKATAN DAYA DUKUNG DAN MEREDUKSI PENURUNAN BEBAN BANGUNAN DI ATAS TANAH LEMBEK Ir. Muhrozi, MS. (Ka. Lab. Mekanika Tanah Undip) 1. Pendahuluan Masyarakat di daerah pantai, rawa dan daerah pasang surut sering menggunakan cerucuk bambu/dolken sebagai pondasi atau perkuatan tanah untuk bangunan rumah/gedung, bangunan jalan, bangunan drainase/irigasi, bangunan break water dan bangunan lainnya. Pada akhir-akhir ini cerucuk bambu dengan matras bambu mulai banyak digunakan sebagai soil improvement untuk dasar reklamasi pantai atau badan jalan di daerah rawa atau tambak. Sampai saat ini para Engineer atau para teknisi geoteknik dalam perencanaan cerucuk belum ada acuan yang jelas, sehingga dalam penerapannya didasarkan pangalaman masing-masing Perencana, sehinga hasil perencanaan akan berdampak kurang aman atau terlalu aman sehingga kurang efektif. Agar para Perencana dan Teknisi merasa yakin dalam merencanakan konstruksi cerucuk dan dapat diterima secara teknis, maka perlu metode atau pedoman perhitungan cerucuk yang diakui oleh para ahli geoteknik. Untuk mendapatkan metode perhitungan tersebut perlu adanya penelitian yang mendalam tentang analisis interaksi tanah lunak dengan cerucuk dan dibuktikan dengan model di laboratorium atau skala penuh. Sampai sekarang ini belum ada penjelasan ilmiah, bagaimana sistim cerucuk tersebut dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah dan dapat mengurangi penurunan tanah, akan tetapi dalam praktek dilapangan telah menunjukkan peningkatan daya dukung tanah lunak/lembek bilamana menggunakan cerucuk bambu/dolken dengan jarak tertentu. Pengembangan cerucuk nantinya harus lebih ekonomis, dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dapat dilaksanakan dengan mudah dan dalam perencanaan dapat dengan mudah dipahami oleh para perencana. Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan pedoman teknis “Tata cara Pelaksanaan Pondasi Cerucut Kayu di Atas Tanah Lembek
  • 2. 2 dan Tanah Gambut” No.029/T/BM1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jendral Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999. Dari pedoman teknis tersebut tidak menjelaskan tentang Perencanaan. Penulis sekitar tahun 1996 mendapat permasalahan menentukan jenis pondasi ground reservoir, gedung bertingkat menengah, oprit jembatan dan bangunan air didaerah rawa atau pasang surut yang sulit untuk dijangkau oleh peralatan berat, masa perencanaan yang terbatas maka dengan peralatan uji tanah yang cukup sederhana (sondir, bor manual, vane shear, soil test dan oedometer), maka peningkatan daya dukung tanah dan berkurang-nya penurunan bangunan dengan cerucuk secara sederhana dapat dibuktikan. 2. Ide-ide Yang Mendasari Menyadur dari suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur, 1998, menceritakan pengalamnya pada waktu membangun gedung Laboratorium Unair Surabaya tingkat 4 (empat) dengan cerucuk bambu berdiameter 12 cm dan panjang 4-5 meter. Sistem pemasangan cerucuk bambu betul-betul terlepas dari struktur pondasi, adapun yang diharapkan adalah peningktan daya dukung tanah lunak yang sangat kecil menjadi lebih besar, yaitu : dari (q all. ) = 0,25 kg/cm2 menjadi dua kalinya. Dari hasil pengalaman bapak Prof. Roeseno tersebut ada 3 (tiga) hal penting yang perlu dicatat yaitu : • Dengan pemasangan cerucuk bambu kedalam tanah lunak maka cerucuk bambu tersebut akan memotong bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat geser tanah secara keseluruhan akan meningkat. • Dalam pemasangan cerucuk bambu berdiamter 12 cm, jarak antar cerucuk bambu 40 cm dan panjang 4-5 m, daya dukung tanah yang semula 0,25 kg/cm² dapat meningkat sampai 0,50 kg/cm². • Dari penulis tersebut memberikan informasi bahwa penjelasan secara ilmiah bagaimana sistim cerucuk dapat meningkatkan kapasitas daya dukung tanah lunak perlu dikaji lebih lanjut, akan tetapi dalam praktek dengan jarak
  • 3. 3 cerucuk tertentu dapat meningkatkan daya dukung 2 (dua) kali lipat dari aslinya. Studi daya dukung tiang cerucuk pada model skala kecil yang telah dilakukan oleh Abdul Hadi, Tesis S2, 1990 ITB Bandung difokuskan pada daya dukung pondasi telapak bercerucuk dengan ukuran 20 x 20 cm². Dengan konfigurasi jarak cerucuk dapat disimpulkan bahwa jarak tiang cerucuk yang lebih dekat/pendek dan jumlah cerucuk semakin banyak maka akan terjadi peningkatan daya dukung pondasi telapak yang cukup besar. Evaluasi hasil percobaan daya dukung pondasi cerucuk ukuran 20x20 cm2, menunjukkan bahwa model cerucuk 2 x 2 jarak 9 d (diameter), model 3 x 3 jarak 4,5d, model 4 x 4 jarak 3 d, model 5 x 5 jarak 2,25 d, model 6 x 6 jarak 1,8 d, tidak menimbulkan keruntuhan blok pondasi, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung dengan menggunakan factor effisiensi. Untuk model 7 x 7 jarak 1,5 d, dan model 8x8 jarak 1,25 d, memberikan keruntuhan blok, maka daya dukung cerucuk dapat dihitung sebagai blok tiang. Yang cukup menarik dalam penelitian tersebut adalah adanya perubahan peningkatan cohesi undrained (CU) pada pengukuran vane shear test yang dilakukan pada tanah dalam box, dengan jarak 7,5 cm dari sisi model pondasi cerucuk dan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. Melihat kondisi ini berarti terdapat pemadatan tanah disekeliling kelompok tiang meskipun peningkatan nilai kohesi undrained (Cu) relative kecil, akan tetapi pengaruh daya dukung tanah pondasi akan besar. Studi Daya Dukung Tanah dengan Cerucuk Bambu di pantai Utara kota Semarang dilakukan oleh Tim penelitii Universitas Katolik Sugiyapranata Semarang pada tahun 1995 (Ir. Y Daryanto dkk). Penelitian tersebut merupakan lanjutan dari Abdul Hadi dengan skala penuh yang dilakukan di daerah terboyo Semarang. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa pondasi cerucuk bambu tidak dapat dikatakan sebagai “Pondasi” tetapi lebih tepat merupakan perbaikan daya dukung tanah pendukung pondasi.
  • 4. 4 3. Rujukan Teori Pada kenyataanya besarnya kuat geser tanah sangat bervariasi, tergantung dari kondisi tanah dan merupakan fungsi dari beberapa factor yang sangat komplek, secara keseluruhan persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut : S = f (C,c,e,ø,σ’,ε,ε’,H,st,γ,w) Dimana : C : tekanan kompresi ε’ : kecepatan regangan c : kohesi tanah H : sejarah pembebanan e : angka pori tanah st : struktur tanah ø : sudut geser dalam tanah γ : berat isi tanah σ’ : tegangan efektif tanah w : kadar air ε : regangan Secara phisik kekuatan geser tanah merupakan sumbungan dari tiga komponen pada tanah yang bersangkutan, yaitu : • Sifat bidang geser antar partikel • Kohesi dan adhesi partikel tanah • Bidang kontak yang saling mengunci antar partikel tanah untuk menahan deformasi. Secara teoritis kuat geser tanah ditentukan oleh banyak fariabel, akan tetapi fariabel yang dominan adalah : kohesi tanah (c) dan sudut geser tanah (ø). Pada tahun 1910 oleh Mohr-Coulomb, mendefinisikan kuat geser tanah sebagai berikut : S = c + σ tan ø Kuat geser tanah efektif dapat ditulis sebagai berikut : S = c + (σ-u) tan ø = c + σ’ tan ø Untuk kondisi tanah yang jenuh air, dimana φ = 0 maka persamaan tersebut menjadi berikut : S = Cu
  • 5. 5 3.1. Daya Dukung Tanah Banyak para pakar telah merumuskan daya dukung tanah, seperti : Terzaghi, Mayerhof, Hansen, Vesic dan lainnya. Daya dukung tanah merupakan fungsi dari nilai kuat geser tanah (ø), kohesi tanah (c), berat isi tanah (γ), kedalaman pondasi (D) dan bentuk pondasi, dapat diterangkan secara umum sebagai berikut : q ult. = f (c,ø,γ,D) Persamaan umum daya dukung tanah oleh Terzaghi, untuk tanah c, ø soil dapat dituliskan sebagai berikut : q ult. = c Nc + γ D Nq + 0,5 γ’ B Nγ Sedangkan untuk tanah yang jenuh air (c-soil) dimana ø = 0 maka Nq : 0, dan Nγ : 0 sehingga rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut : q ult. = Cu Nc Nc = 5,14 – 5,70 atau q ult. = (2.57 – 2.85) qu Dimana : q ult. : daya dukung tanah batas Cu : kuat geser undrained dapat ditentukan dengan uji vane shear, unconfined dan secara emperik data sondir Cu = qc / (15 – 30) B : lebar pondasi qu : kuat tekan bebas (kg/cm2) q = γ x D D γ,c,φ Gambar-1 Daya Dukung Tanah Pondasi Dangkal
  • 6. 6 3.2. Peningkatan Kuat Geser Tanah Besarnya nilai kuat geser tanah undrained (Cu) dapat dipengaruhi oleh sifat fisik, seperti : kepadatan tanah (γ), void ratio (e), ukuran butir tanah, jenis tanah dan peristiwa/sejarah pembebanan (Pc), untuk hal tersebut nilai kuat geser tanah jenuh dapat ditulis sebagai berikut : Cu = f (e, Pc, γ, …….) Peningkatan kuat geser tanah selalu diikuti dengan semakin kecil nilai angka pori (e) dan bertambahnya kepadaan tanah akibat dari bertambahnya tegangan efektif yang terjadi pada tanah tersebut, hal ini dapat dilihat dari pengujian Oedometer. Dari hasil pengujian oedometer (konsolidasi), selalu diberikan grafik semi logaritma hubungan antara void ratio (e) dangan dengan beban (P). pada grafik tersebut menunjukkan : semakin besar beban (P) yang bekerja maka nilai void ratio (e) semakin kecil seperti gambar berikut : Gambar-2, Hubungan Void ratio (e) vs semi LogP Kuat geser undrained tanah akan meningkat seiring dengan terjadinya peristiwa konsolidasi, dimana semakin besar beban kerja (ΔP) yang terjadi pada lapisan tanah maka nilai angka pori tanah (e) semakin kecil sehinga nilai kuat geser tanah akan meningkat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh LADD dkk. 1977 dan MESRI 1975 menunjukkan bahwa tanah yang mengalami konsolidasi normal akan Δ e Δ P P (kg/cm2 ) (log) Voidratio(e)
  • 7. 7 merngalami peningkatan kuat geser tanah sesuai tambahan beban yang terjadi, sebagai berikut : ΔCu = (0.20 – 0.30) Δσv ’ Dimana : ΔCu : tambahan kuat geser tanah (kg/cm2) Δσv ’ : tambahan tegangan tanah vertical efektif Merujuk hasil test Oedometer pada grafik semi logaritma hubungan antara angka pori (e) dengan tegangan yang bekerja pada tanah, mempunyai hubungan unik yaitu : semakin besar tegangan yang bekerja pada tanah maka nilai angka pori semakin kecil. Dengan menganggap volume cerucuk yang dimasukkan kedalam lapisan lempung lunak merupakan butiran tanah (Vs) dan tanah dianggap material tidak mampu mampat maka akan mengalami perubahan nilai angka pori sebagai berikut : Gambar-3, Hubungan Komposisi Volume Tanah Nilai angka pori tanah asli sebelum ada cerucuk, tanah jenuh : eo = Vv / Vs atau eo = (V – Vs) / (Vs) eo = V / Vs – 1 Bila volume cerucuk (Vc) yang relative kecil dianggap sebagai butiran tanah dan dimasukkan kedalam tanah jenuh maka nilai eo menjadi lebih kecil (e1), sehingga persamaan diatas menjadi : Air Udara Butir V Va Vu Vb Vv
  • 8. 8 e1 = V/(Vs+Vc) – 1 Dengan anggapan bahwa Volume total tanah (V) dan volume void (Vs) mempunyai satu satuan masa (≈ 1) maka terdapat perubahan atau penurunan void rasio (∆e) sebagai berikut : ∆e = 1/(1+Vc) – 1 dimana : eo : angka pori awal sebelum ada cerucuk e1 : angka pori setelah ada cerucuk ∆e : perubahan angka pori adanya penambahan volume cerucuk Vvo : volume void awal sebelum ada cerucuk Vso : volume butir awal sebelum ada cerucuk Vc : volume cerucuk Secara ilustrasi bila dimodelkan untuk meyakinkan hipotesis ide Penulis, dapat dilihat pada gamabar berikut : Gambar-4, Hubungan Komposisi Volume Tanah Vane Shear V Cerucuk V Cerucuk Sondir
  • 9. 9 Volume butir untuk tanah setelah diberi cerucuk akan lebih besar dari sebelum diberi cerucuk, sehingga nilai angka pori awal (eo) lebih besar dari angka pori setelah diberi cerucuk (e1), atau eo - e1 = ∆e . Dengan mengeplotkan nilai angka pori eo dan ∆e dari data test Oedometer tanah asli atau tanah sebelum diberi cerucuk maka akan didapat Po dan P1, sehingga akan didapat besarnya pertambahan tegangan (ΔP) sesuai dengan bertambah kecilnya nilai e1 sesuai dengan jarak cerucuk yang dipasang. Dengan mengetahui pertambahan nilai tegangan pada tanah (ΔP) akibat dipasang cerucuk maka dapat ditentukan pertambahan kuat geser undrained (ΔCu) = (0.20 – 0.30) Δσv ’ , sehingga daya dukung tanah dapat ditentukan sebagai berikut : q ult. = Cu Nc Nc : 5,14 sebelum ada cerucuk q ult. = (Cu + ΔCu) Nc Nc : 5,14 setelah ada cerucuk 4. Penomena yang Akan Terjadi pada Cerucuk A. Penomena konstruksi cerucuk bila jarak antar cerucuk terlalu jauh dapat dianggap sebagai pondasi tiang mengambang/floating pile. Dan terdapat tambahan daya dukung tanah akibat bidang runtuh tertahan oleh cerucuk Gambar-5, Pondasi Dangkal Dengan Jarak Cerucuk Jauh q = γ x D D γ,c,φ
  • 10. 10 B. Penomena apabila jarak antar cerucuk cukup pendek dan lebar bangunan cukup besar maka ada tambahan daya dukung tanah dasar akibat q = γ’ x D’ Gambar-6, Pondasi Dangkal dengan Jarak Cerucuk Pendek C. Fenomena bulk pressure terhadap tanah lunak apabila jarak antar cerucuk cukup pendek atau terlalu jauh. Gambar-7, Penomena Bulk Pressure dengan Cerucuk L 2/3L Jarak Cerucuk Jauh Jarak Cerucuk dekat D’ D q = γ x D
  • 11. 11 D. Fenomena penurunan bangunan apabila jarak antar cerucuk cukup pendek atau terlalu jauh, bila jarak antar cerucuk cukup pendek maka dapat mengurangi penurunan bangunan. Gambar-8, Fenomena Penurunan Tanah 5. Contoh dan Studi Kasus • Contoh dan studi kasus ini mengambil data uji tanah bulan Mei 2009, rencana pembangunan tower di Ds. Jombang, Purworejo. • Muka air tanah pada kedalaman -0,50 m dari muka tanah asli dan jenis tanah lempung kelanauan (CL) • Cerucuk dicoba pada kedalaman -1,50 m s/d 5,50 m, data kosolidasi (uji Oedometer) pada kedalaman -4,0 m. • Dari data sondir (S2) nilai konus pada kedalaman -4,0 m, qc rata-rata = 6,60 kg/cm2 Cuo = qc/(15 – 30) = 6,60 / 25 = 0,26 kg/cm2. • Daya dukung tanah ijin awal q all. awal = Cuo x Nc / FK q all. awal = 0,26 x 5,14 / 3 = 0,44 kg/cm2 σ1 2/3 L L σ0 σ1 < σ0
  • 12. 12 • Dicoba diameter cerucuk Ø =12 cm dan susunan cercuk 2 tipe, tipe-1 jarak 0,50 m dan tipe-2 jarak 0,40 cm, seperti gambar berikut : Gambar-9, Susunan Cerucuk • Volume tiap cerucuk satuan kedalaman (vc) = 113,04 cm3, sehingga prosentase cerucuk terhadap luasan tanah 1,0 m dapat dihitung sebagai berikut : - vc jarak 50 cm = 4 x 113,04 / 10000 = 0,046 atau 4,6 % ∆e = 1/(1+0,046) – 1 = - 0,044 e11 = eo + ∆e = 1,30 - 0,044 = 1,256 - vc jarak 40 cm = 9 x 113,04 / 14400 = 0,071 atau 7,1 % ∆e = 1/(1+0,071) – 1 = - 0,067 e12 = eo + ∆e = 1,30 - 0,067 = 1,233 • Mencari eo pada kedalaman -4,0m dengan grafik e vs log P (uji konsolidsi) - Po = 0,5 x 1,65 + 3,5 x (1,65 -1 ) = 3,10 t/m2 = 0,31 kg/cm2 - Dari grafik didapat eo = 1,30, sehingga nilai e pada tipe 1 dan tipe 2 dapat dihitung sebagi berikut : e11 = eo + ∆e = 1,30 - 0,044 = 1,256 e12 = eo + ∆e = 1,30 - 0,067 = 1,233 - Dari grafik akan besarnya beban yang akan timbul sebesar : P1.1 sebesar = 0,80 kg./cm2 dan P1.2. sebear = 1,40 kg/cm2
  • 13. 13 0.1 1 10 100 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 P ( kg/cm2) VoidRatio(e) Gambar-10, Grafik e vs Log P, untuk mencari nilai Δe dan ΔP • Sehingga pertambahan beban (∆P)dan nilai kuat geser tanah (∆Cu ) sebesar : ∆P1.1 = 0,80 - 0,31 = 0,49 kg/cm2 ∆Cu.1.1.= (0,2 – 0,3 ) ∆P1.1 = 0,123 kg/cm2 ∆P1.2 = 1,40 - 0,31 = 1,09 kg/cm2 ∆Cu.1.2 = (0,2 – 0,3 ) ∆P1.2 = 0,273 kg/cm2 • Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 50 cm dapat dihitung sebagai berikut : Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + ∆Cu.1.1 = 0,26 + 0,123 = 0,383 kg/cm2 Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK = 0,383 x 5,14 / 3 = 0,66 kg/cm2 Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,66 kg/cm2 • Peningkatan daya dukung tanah akibat adanya cerucuk dengan jarak 40 cm dapat dihitung sebagai berikut : Cu cerucuk tipe-1 = Cuo + ∆Cu.1.1 = 0,26 + 0,273 = 0,533 kg/cm2 P0 = 0,31 P11 = 0,80 P12 = 1,40 e0 =1,31 e11 =1,25 e12 =1,23
  • 14. 14 Jadi q all. baru tipe-1 = Cu.1.1 x Nc / FK = 0,533 x 5,14 / 3 = 0,91 kg/cm2 Jadi q all. awal = 0,44 kg/cm2 q all. tipe-1 = 0,91 kg/cm2 dengan kata lain meningkat 2 (dua) kali lipat. • Contoh proyek yang dihitung dengan cara sederhana tersebut cukup banyak, seperti di daerah Tambilahan & Bengkalis Riau, Daerah Jambi, Kaltim, Semarang (Semarang bawah, oprit jembatan Bangetayu H timb. = 12 m) dan lokasi lain Wilayah Pantura Jawa. • Pembuktian bahwa dengan pemasangan cerucuk diatas tanah lembeh/lunak dapat memperkecil penurunan konstruksi bangunan mudah untuk dibuktikan dan pembaca makalah ini dapat menghitungnya. 6. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 1. Suntingan pidato Prof. DR. Ir. R. Roeseno pada Asian Regional Conferention On Tall Building and Urban Habitat di Kuala Lumpur,1998, kemungkan dapat terjawab. 2. Formulasi perhitungan peningkatan daya dukung diatas tanah lembek/lunak menggunakan cerucuk diatas, masih sebatas pada pemikiran Penulis dan perlu mendapat masukan dari para Pakar dan penelitian dengan sekala penuh di Lapangan. 3. Tulisan ini semoga bermanfaat. 6.2. Saran-saran 1. Karena makalah ini masih pada taraf pemikiran dan hepotesis, sebaiknya dikaji lebih jauh dengan para Pakar yang berkompeten. 2. Mahasiswa Teknik Sipil diminta untuk mengembangkan fenomena yang dianggap menarik oleh salah satu Bapak Teknik Sipil Kita (Prof. DR. Ir. R. Roeseno).
  • 15. 15 Daftar Pustaka - A.HADI, (1990), “ Studi Daya Dukung Pondasi Tiang Terucuk Pada Model Berskala Kecil”, Bandung - ALLEN G.P, “deltic Sediment in the Moderend on Miocen Mahakam Delta Total Exploration Laboratory, Pessac France, 1987. - DUNN I.S, ANDERSON L.R KEIFER F.W, “ Fundaof geotechnical Analysis, John Wiley & Sons, New York. - FU. HUA CHEN, “ Foundation on Expansive Soils”, Elsevier Scientifik Publicishing Company, 1975 New York. - JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanikan Tanah)”, Erlangga 1989 - Muhrozi, “Konsep Perhitungan Cerucuk Bambu Sebagai Upaya Peningkatan Daya Dukung Tanah”, Semarang - POULUS, H.G. & DAVIS, E.H, (1980), “Pile Foundation Analysis And Design”, John Wiely and Sons, Inc. - R. ROOSSENO, “Foundation Of Three to Four Storeya Small Buildings on Wet Very Soft Soil” pada Asian regional Conferention on Tall Builtding and Urban habitat, Kuala Lumpur. - SOELARNO, D.S, (1986), “Diskusi Beberapa Cara Untuk Menentukan Beban Batas Tiang Tunggal Dari Hasil Percobaan Langsung Di Lapangan”, Jakarta - TOMLINSON, M.J, (1977), “Pile Foundation And Construction Practice”, London. - Y. Daryanto, dkk. (1995), “Perbaikan Daya Dukung Tanah Dengan Cerucuk Bambu di Pantai Utara Semarang” - ZANUSI, F.X, (1988), “Daya Pikul Ultimate Terhadap beban Axial Tiang Tunggal”, Simposium nasioanl HATTI . Jakarta. - JOSEPHE E,BOWLES, “ Analisa dan Desain Pondasi” Erlangga 1986 - JOSEPH E. BOWLES, JOHAN K. HAINUM, “ Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanikan Tanah)”, Erlangga 1989
  • 16. 16 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00 20.00 0 50 100 150 200 250 0 100 200 300 400 500 DEPTH(meter) Cone Resistance (kg/cm2) Total Friction (kg/cm') Cone Resistance (qc) Total Frictions (TF) TF qc CERUCUK
  • 17. 17