SlideShare a Scribd company logo
1 of 81
Download to read offline
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Peran Biaya Beralih Pada Hubungan Klasik Kualitas
Pelayanan, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan di Industri
Pendidikan Tinggi.( Studi Pada PTS X)
Hermansyah Andi Wibowo
Muhammad Johan Widikusyanto
Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk
Peningkatan Pembangunan di Kabupaten Pandeglang
Syamsudin
Delly Maulana
Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja
Karyawan PT.NX Indonesia
Siska Mardiana
Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah
Berdirinya Industri Di Desa Sukatani Kecamatan Cikande
Kabupaten Serang.
Amarul
Marlia Purnamasari
Analisis Faktor – Faktor Makro Ekonomi Yang Memengaruhi
Keberlanjutan Industri Polymer Emulsion ( STYRENE
BUTADIENE LATEX) DI INDONESIA
R.Eddy Nugroho
M Johan Widikusyanto
Volume 2 Nomor 1 Januari - Juni 2016
SAINS MANAJEMEN
JURNAL MANAJEMEN UNSERA
Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Sains
Manajemen
Volume
2
Nomor
1
Halaman
1-77
Januari -
Juni
2016
ISSN: 2443-0064
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
Diterbitkan Oleh:
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
SAINS MANAJEMEN
SUSUNAN DEWAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB
Denny Kurnia
Syamsudin
DEWAN REDAKSI
Pimpinan Redaksi
Ratu Erlina Gentari
Sekretaris
Nafiudin
Anggota
Deviyantoro
M Johan Widikusyanto
Hermansyah Andi Wibowo
MITRA BESTARI
Lutfi
Anizir Ali Murad
Suryaman
DESAIN GRAFIS
Ikhwan
ALAMAT REDAKSI
Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
Jl. Raya Serang-Cilegon Km.5 (Taman Drangong), Serang – Banten
Telp. 0254 – 8235007, Fax. 8235008, E-mail: jurnalmanajemenunsera@gmail.com
ISSN: 2443-0064
SAINS MANAJEMEN
Jurnal Manajemen Unsera
Peran Biaya Beralih Pada Hubungan Klasik Kualitas Pelayanan, Kepuasan,
dan Loyalitas Pelanggan di Industri Pendidikan Tinggi.( Studi Pada PTS X)
Hermansyah Andi Wibowo
Muhammad Johan Widikusyanto 1 – 12
Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk Peningkatan
Pembangunan di Kabupaten Pandeglang
Syamsudin
Delly Maulana 13 – 23
Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.NX
Indonesia
Siska Mardiana 24 –34
Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Berdirinya
Industri Di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang.
Amarul
Marlia Purnamasari 35 – 58
Analisis Faktor – Faktor Makro Ekonomi Yang Memengaruhi Keberlanjutan
Industri Polymer Emulsion ( STYRENE BUTADIENE LATEX) DI INDONESIA
R.Eddy Nugroho
M Johan Widikusyanto 59 – 77
ISSN: 2443-0064
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
1
Peran Biaya Beralih pada Hubungan Klasik Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan
Loyalitas Pelanggan di Industri Pendidikan Tinggi.
(Studi pada PTS X)
Hermansyah Andi Wibowo
Muhammad Johan Widikusyanto
hermansyahandiwibowo@gmail.com
ABSTRACT
Purposes: Due to the lack of evidence from the higher education level context, this study
aims to examine the role of switching cost on the classical relationship of service quality,
satisfaction, and loyalty. Many researchers confirmed the direct effect of switching cost on
loyalty, meanwhile the other confirmed switching cost as a moderating variable.
Methode: SEM was used to examine the hypothesis with LISREL 8.80 as a tool for
computing the data.
Results: the research confirmed the individual effect of service quality on satisfaction and
switching cost on loyalty. In the opposites, this research did not confirmed the effect of
service quality on loyalty. Furthermore, satisfaction has no significant effect on loyalty.
Hence, the classical relationship between service quality, satisfaction, and loyalty as a
mediation model was not supported. This research also confirmed that switching cost has
two role in the model, it can be treated as an independen variable either moderating
variable.
Keywords: customer loyalty, service quality, customer satisfaction, switching cost,
moderation.
ABSTRAK
Tujuan: Oleh karena langkanya bukti dari konteks level pendidikan tinggi, studi ini
bertujuan menguji peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan,
dan loyalitas. Banyak peneliti menegaskan pengaruh langsung dari biaya beralih, sementara
yang lain menegaskan biaya beralih sebagai variabel moderator.
Metode: SEM digunakan untuk menguji hipotesis dengan alat komputasi adalah LISREL
8.80
Hasil: penelitian ini menegaskan pengaruh individual dari kualitas pelayanan terhadap
loyalitas dan biaya beralih terhadap loyalitas. Sebaliknya, penelitian ini tidak menegaskan
pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Lebih jauh lagi, kepuasan tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap loyalitas. Sebab itu, hubungan klasik antara kualitas
pelayanan, kepuasan, dan loyalitas sebagai model mediasi tidak terdukung. Penelitian ini
juga menegaskan bahwa biaya beralih memiliki dua peran dalam model, ia bisa
diperlakukan sebagai variabel bebas selain juga sebagai variabel moderator.
Kata-kata kunci: loyalitas pelanggan, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, biaya
beralih, moderasi.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
2
Pendahuluan
Dalam paradigma pemasaran relasional, hubungan antara kualitas layanan, kepuasan
pelanggan, dan loyalitas pelanggan, telah banyak diteliti oleh para ilmuwan pemasaran.
Pada umumnya mereka berhasil membuktikan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
perantara atau mediator pada pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan. Di
luar negeri,Bloemer, dkk (1998) membuktikannya dengan mengambil konteks industri
perbankan,Mosahab, dkk (2010)pada hanya satu bank, (Lien dan Yu, 2001) pada industri
servis mobil, (Srivastava dan Rai, 2013) pada industri asuransi jiwa. Penelitian serupa di
dalam negeri menunjukkan bahwa kepuasan merupakan mediator bagi hubungan kualitas
pelayanan dengan loyalitas. Aryani dan Rosinta (2010) membuktikan bahwa pada konteks
industri makanan cepat saji, pengaruh langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas tidak
terdukung data ketika variabel kepuasan dimasukkan dalam persamaan.
Perkembangan selanjutnya, walaupun masih jarang, hasil penelitian menunjukkan
bahwa efek tidak langsung/mediasi tidak terjadi, hanya efek langsung saja yang signifikan
(lihat Sawitri, dkk., 2013). Pada penelitian persepsi terhadap pegawai akademik kampus
ditemukan hal serupa yaitu kepuasan tidak berpengaruh terhadap loyalitas dan karenanya
tidak memediasi hubungan kualitas pelayanan dan loyalitas (Wibowo, 2014). Para peneliti
mulai menyadari bahwa hubungan kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan tidak
sesederhana yang dipikirkan oleh para peneliti. Mereka mulai mencari variabel lain yang
mungkin terlibat didalam pengaruh tersebut.
Biaya beralih mulai mendapat perhatian ketika ternyata pelanggan bisa saja
loyalnamun belum tentu terpuaskan. Akan tetapi konsep, dimensi, pengukuran, anteseden,
dan konsekuensi dari biaya beralih belum ditetapkan sampaiBurnham, dkk,
(2003)melakukan penelitian yang menghasilkan tipologi biaya beralih, antara lain: biaya
prosedural, biaya finansial, dan biaya relasional. Lebih jauh lagi, Burnham, dkk, (2003) juga
menemukan bahwa biaya beralih terbukti berpengaruh terhadap keputusan tetap dengan
penyedia jasa walaupun pelanggan mengalami hubungan yang mengecewakan. Pengaruh
interaksi biaya beralih dengan kepuasan tidak terdukung data. Hal ini sejurus dengan hasil
penelitian Yani, dkk.(2014) dengan konteks pengguna jasa operator selular. Hambatan
beralih juga, ternyata, merupakan variabel bebas pada penelitian (lihat Farida, 2012 dan
Wibowo, 2014).
Peneliti lain, di konteks pengguna GSM, menemukan bahwa biaya beralih
merupakan variabel pemoderasi bagi pengaruh kepuasan dan kepercayaan terhadap
loyalitas, serta berpengaruh langsung terhadap loyalitas (Aydin, dkk., 2005). Senada dengan
hal ini, Stan, dkk. (2013), mengukur biaya beralih dengan sensitifitas harga, menemukan
bahwa biaya beralih selain berpengaruh langsung terhadap loyalitas juga memoderasi
pengaruh kepuasan terhadap loyalitas.
Berdasarkan uraian di atas, terdapat perbedaan hasil yang diperoleh para peneliti
terkait peran biaya beralih, apakah ia sebagai variabel bebas atau variabel pemoderasi atau
keduanya. Lebih jauh lagi, kami melihat bahwa konsep biaya beralih baru diterapkan pada
industri-industri yang “pure profit oriented”. Di Indonesia, penelitian sehubungan biaya
beralih pada konteks industri pendidikan tinggi belum pernah dilakukan selain penelitian
Wibowo (2014). Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dengan fokus pada peran biaya
beralih di konteks pendidikan tinggi padasampel dengan persepsi yang berbeda. Lebih jauh
lagi, penelitian ini bertujuan untuk menguji ulang model penelitian Wibowo (2014) dengan
menggunakan sampel yang sama namundengan objek persepsi berbeda yaitu dosen.
Secara eksplisit, hipotesis yang akan diuji kebenarannya pada penelitian ini, antara
lain:
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
3
H1 Kualitas layanan dosen berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa
H2 Kualitas layanan dosen berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa
H3 Kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa
H4 Biaya beralih berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa
H5 Biaya beralih memoderasi pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas
mahasiswa
H6 Biaya beralih memoderasi pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap loyalitas
mahasiswa
Tinjauan Pustaka
Kualitas Layanan
Zeithaml (1988) mendefinisi kualitas layanan yang dirasakan sebagai penilaian
pelanggan terhadap keseluruhan keunggulan atau superioritas dari layanan (lihat juga
Turner, dkk., 2010). Jyh and Droge (2006) menyatakannya sebagai "evaluasi terhadap
kualitas layanan yang dirasakan merupakan respon kognitif pada tingkat atribut”.
Parasuraman, dkk. (1988) juga menyatakan bahwa kualitas layanan adalah bentuk sikap,
yang berhubungan tapi tidak sama dengan kepuasan, yang merupakan hasil dari
perbandingan ekspektasi-ekspektasi dengan kinerja.
Sementara itu, hasil penelitian Parasuraman, dkk.(1988) yang melakukan eksplorasi
eksperimental dengan temuan bahwa kualitas layanan yang awalnya terdiri dari 10 dimensi
kualitas layanan (lihat Parasuraman,1985), dapat diringkas menjadi 5 dimensi saja, antara
lain:
a. Tangibles: Bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik,perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi.
b. Reliability: Kemampuan untuk bekerja dengan segera dan akurat sesuai dengan
yang telah dijanjikan.
c. Responsiveness: Kemauan untuk membantu konsumen dan memberikan jasa
dengan cepat.
d. Assurance: pengetahuan dan kesopansantunan pegawai dan kemampuan mereka
menginspirasi rasa percaya dan confidence.
e. Emphaty: peduli, perhatian individual yang diberikan perusahaan terhadap
pelanggannya
Dimensi assurance dan emphaty merupakan peringkasan dari ketujuh variabel
sebelumnya, yaitu: communication, credibility, security, competence, courtesy,
understanding/knowing customers, dan acces. Dari hasil dua tahap purifikasi skala, ketujuh
dimensi dapat masuk sempurna ke dalam dimensi assurance dan emphaty. Dengan
demikian, kelima dimensi ini sudah menangkap semua facets dari kesepuluh dimensi
sebelumnya.
Persepsi kualitas layanan memengaruhi perasaan kepuasan yang pada gilirannya
memengaruhi perilaku pembelian di masa depan. Hubungan antara kepuasan dan loyalitas
dianggap lebih lemah dari hubungan antara kualitas dan kepuasan (Cronin, dkk., 2000).
Lain halnya dengan Mosahab, dkk.(2010) yang menyatakan bahwa hubungan antara
kualitas layanan dengan loyalitas lebih kuat dari pada hubungan antara kepuasan dengan
loyalitas.
Di sisi lain, baik akademisi maupun praktisi telah memberikan penekanan terhadap
pentingnya hubungan antara persepsi kualitas dengan loyalitas dan beberapa studi
menemukan hubungan ini menjadi positif (Cronin, dkk., 2000). Penelitian yang dilakukan
oleh Parasuraman, dkk.(1991) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara
persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan dan kesediaan mereka untuk
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
4
merekomendasikan perusahaan. Fornell (1992) menyoroti bahwa kualitas layanan memiliki
efek positif pada retensi klien yang pada gilirannya sangat terkait dengan profitabilitas.
Baru-baru ini, hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) Stan, dkk.
(2013) memperkuat temuan yang signifkan dan positif pada hubungan kualitas layanan dan
loyalitas. Bell, dkk.(2005) menunjukkan bahwa efek dari kualitas layanan teknis dan
kualitas layanan fungsional terhadap loyalitas pelanggan adalah positif dan signifikan.
Namun, ada juga beberapa studi yang tidak menemukan hubungan positif antara kualitas
layanan dan niat berperilaku loyal (contohnya Hu, dkk. . 2009).
Kepuasan Pelanggan
Kotler & Keller (2012, hal.128) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan kinerja produk (outcome)
dengan harapan-harapannya. Jika kinerja jatuh di bawah harapan-harapannya, maka
pelanggan tidak puas. Jika memenuhi harapan-harapannya, pelanggan puas. Jika melampaui
harapan-harapannya, pelanggan sangat puas atau gembira.
Secara umum ada dua jenis kepuasan pelanggan yang diteliti dalam literatur yang
ada (Jyh dan Droge, 2006), pertama adalah kepuasan atribut yang mengacu pada kepuasan
kognitif konsumen terhadap produk atau layanan. Jyh dan Droge (2006) menemukan bahwa
kepuasan atributif merupakan anteseden dari kepuasan keseluruhan dan mempengaruhi
pembentukannya. Hasil ini jelas membedakan antara kepuasan secara atributif dengan
kepuasan secara keseluruhan, dimana kepuasan atributif adalah kepuasan yang mengacu
pada kepuasan kognitif, sedangkan kepuasan keseluruhan mengacu kepada respon atau
afektif. Serta, kepuasan pelanggan terkait evaluasinya atas bagaimana harapannya dipenuhi
oleh penyedia jasa, bisa berbeda antara satu bisnis dengan bisnis lainnya.
Lebih lanjut lagi, Jyh dan Droge (2006) mengembangkan alat ukur penelitiannya
untuk variabel atributif merek kosmetik terkenal tertentu menjadi puas terhadap kualitas,
efektifitas, keragaman, paket, bau, kualitas total dari produk. Sementara itu, Chun, dkk.
(2014) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan terdiri dari komitmen tangible perusahaan,
komiten layanan, buzz, dan pengalaman pembelian masa lalu, dan ini menjadi dasar bagi
pembentukan standar harapan.
Menurut Lam, dkk.(2004), meningkatkan kepuasan pelanggan dan retensi pelanggan
menyebabkan peningkatan keuntungan, WoM yang positif, dan pengeluaran pemasaran
yang lebih rendah. Di sektor perbankan, studi yang dilakukan oleh Pandey dan
Devasagayam (2012) menunjukkan bahwa peningkatan kepuasan meningkatkan hubungan
antara pelanggan dengan bank. Searah dengan hal di atas, Lien dan Yu (2001) menemukan
bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan dari sisi
keperilakuan.
Lebih jauh lagi, Jamal dan Anastasidou (2009) menemukan bahwa tiga dimensi
kualitas layanan, antara lain: reliabilitas, tangibility, dan empati, berkorelasi positif dengan
kepuasan yang juga berkorelasi positif dengan loyalitas pelanggan. Peneliti lain menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan karena
kepuasan pelanggan dianggap sebagai pendorong utama dari hubungan jangka panjang
antara pemasok dan pembeli (Geyskens, dkk., 1999). Stan, dkk (2013) mengamini hal ini
dengan memperoleh temuan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap loyalitas pelanggan.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
5
Loyalitas Pelanggan
Pengalaman menunjukkan bahwa mendefinisikan dan mengukur loyalitas merek
sangat sulit dilakukan. Dilema yang ada adalah niat mungkin tidak mengarah pada tindakan,
dan perilaku pembelian berulang belum tentu mencerminkan niat. Sebagai kompromi,
sebagian besar peneliti cenderung untuk menggunakan konatif atau mengukur perilaku-niat
(Yang dan Peterson, 2004).
Kendatipun demikian, Oliver (1997) dalam upayanya membedakan kepuasan
dengan loyalitas, mendefinisi loyalitas sebagai
“A deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product/service
consistently in the future, thereby causing repetitive same-brand or same brand-set
purchasing, despite situational influences and marketing efforts having the potential to
cause switching behavior".
Definisi Oliver (1997) di atas meliputi aspek sikap dan keperilakuan dari loyalitas
pelanggan. Definisi inilah yang dipilih Kotler & Keller (2012) dalam bukunya Marketing
Management. Chaudhuri dan Holbrook (2001) juga mengungkapkan loyalitas pelanggan
dibangun oleh loyalitas sikap dan loyalitas perilaku.
Selanjutnya, Ming, dkk. (2010) menyimpulkan bahwa jika seseorang ingin
mengukur loyalitas pelanggan, secara garis besar pengukurannya bisa dilakukan dalam 5
level, antara lain: kesediaan membeli kembali, perkataan-perkataan positif, kesediaan
merekomendasi, toleransi terhadap penyesuaian harga, dan frekuensi konsumsi.
Biaya beralih
Burnham, dkk.(2003) mendefinisi biaya beralih sebagai one time costs yang
pelanggan akan hadapi ketika pindah dari satu penyedia ke penyedia yang lain. Senada
dengan hal ini, Jones, dkk.(2007) mendefinisi biaya beralih sebagai pengorbanan atau
penalti yang konsumen rasakan dan akan terjadi dalam perpindahan dari satu penyedia ke
penyedia yang lain. Patterson & Smith (2003) mengemukakan dalam pemasaran jasa
terdapat beberapa jenis biaya beralih yang memengaruhi keputusan konsumen untuk beralih
ke yang lain, yaitu: a)Continuity costs b) Learning Costs c) Sunk Costs. Burnham,
dkk.(2003) menyatakan bahwa tipologi dari Biaya beralih, terdiri dari tiga dimensi, antara
lain: biaya finansial, biaya prosedural, dan biaya relasional.
Berdasarkan temuan penelitiannya, Aydin,dkk.(2005) menyatakan bahwa biaya
beralih memiliki pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Secara eksplisit
pernyataan ini dipaparkan pada paragraf di bawah ini.
However, it was noted that perceived switching cost had a positive effect on
customer loyalty, as did customer satisfaction and trust. The antecedents of customer
loyalty are customer satisfaction, trust, and perceived switching cost for customer who
perceive switching cost to be high, but switching cost has no effect on those who perceive it
to be low, and the antecedents of customer loyalty in that case are customer satisfaction and
trust alone.
Senada dengan hal ini, Lam, dkk.(2004 ) menyatakan bahwa "bagian dari biaya
beralih mungkin melibatkan loyalitas manfaat yang akan diberikan oleh pelanggan saat
hubungannya dengan penyedia layanan berakhir. Kenikmatan manfaat ini dapat
menyebabkan pelanggan untuk merekomendasikan penyedia yang bersangkutan kepada
pelanggan lain". Menurut penulis yang sama, biaya beralih memiliki efek positif dan
signifikan terhadap loyalitas perilaku (patronase dan rekomendasi). Sejumlah temuan
terbaru tentang pengaruh langsung biaya beralih terhadap loyalitas adalah oleh Stan, dkk
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
6
(2013) dan Wibowo (2014). Penelitian Stan, dkk (2013) menggunakan metode Partial Least
Square dimana orientasi penggunaannya adalah untuk mencari dan memunculkan teori
baru. Hasilnya adalah biaya beralih memengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
loyalitas pelanggan. Wibowo (2014) di sisi lain, menggunakan SEM dan menghasilkan
temuan yang sama yaitu biaya beralih berpengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan.
Peran Moderasi Biaya beralih terhadap Loyalitas Pelanggan
Belakangan ini banyak peneliti mulai menyelidiki efek moderasi biaya beralih dalam
pembentukan loyalitas pelanggan (Wang, 2010). Adapun hubungan antara kepuasan dan
loyalitas, para peneliti telah menganalisis efek moderasi biaya beralih dengan hasil yang
beragam menurut Jones, dkk (2000). Kutipan yang sama menyatakan bahwa dampak
kepuasan pelanggan terhadap niat membeli kembali menurun dalam kondisi biaya beralih
yang tinggi. Studi lain yang dilakukan oleh Lee, dkk.(2001) menemukan bahwa biaya
beralih mengadakan efek moderasi terhadap loyalitas pelanggan. Namun Lam, dkk. (2004)
dan Wibowo (2014) tidak menemukan dukungan untuk gagasan ini.
Dagger & David (2012) melakukan investigasi mendalam sehubungan dengan pola
asosiasi antara kepuasan dengan loyalitas. Mereka menemukan bahwa hanya keterlibatan
(involvement) yang tidak terbukti memoderasi hubungan antara kepuasan dan loyalitas.
Sementara itu, manfaat (benefit) dan biaya beralih terbukti signifikan memoderasi pengaruh
kepuasan terhadap loyalitas pelanggan.
Selain itu Jones, dkk. (2000) menyoroti bahwa pelanggan dengan rendahnya biaya
beralih akan memeriksa dengan lebih hati-hati kualitas layanan yang mereka terima
daripada pelanggan dengan biaya beralih yang tinggi. Menurut Wang (2010), pelanggan
bersedia tetap dengan penyedia layanan meskipun terjadi penurunan kualitas layanan jika
biaya yang dirasakan dalam melaksanakan pencarian tambahan untuk memperoleh yang
baru, melebihi potensi manfaat dari melakukan perpindahan. Namun Bell, dkk.(2005) dan
Wibowo (2014) tidak dapat menemukan dukungan untuk gagasan bahwa hubungan antara
kualitas layanan dan loyalitas pelanggan dimoderasi oleh biaya beralih yang dirasakan.
Metode Penelitian
Survei dilakukan terhadappopulasi mahasiswa PTS X dengan penyampelan
menggunakanpurposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih mahasiswa yang
memiliki masa studi lebih dari satu tahun. Waktu satu tahun dinilai cukup bagi mahasiswa
merasakan konsumsi produk kampus.Besar sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan
model SEM di mana sampel besar akan memungkinkan untuk mendapatkan distribusi data
normal. Dari 650 angket yang disebar, dikembalikan 565 responden saja dan hanya 533
yang memenuhi syarat untuk dianalisis.
Metode analisis data menggunakan SEM dengan alat bantu LISREL 8.8. Uji
moderasi menggunakan teknik interaksi single indicator dengan memanfaatkan Latent
Variable Score (LVS). Teknik interaksi bisa secara bersama-sama memperlakukan variabel
biaya beralih sebagai variabel bebas sekaligus pemoderasi (quasi moderasi) dalam
perhitungannya. Hal ini bersesuaian dengan tujuan penelitian ini.
Variabel-variabel diukur menggunakan alat ukur yang sudah lazim digunakan
dengan memodifikasi sesuai pemilihan objek persepsi yaitu dosen. Pengembangan alat ukur
untuk variabel kualitas layanan, berfokus pada pegawai dosen saja. Pengembangan alat ukur
variabel kepuasan menggunakan kepuasan keseluruhan dan pemenuhan harapan mahasiswa.
Pengembangan alat ukur variabel biaya beralih menggunakan tipologi Burnham, dkk.
(2003). Pengembangan alat ukur variabel loyalitas menggunakan aspek sikap dan perilaku
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
7
loyal mahasiswa. Reliabilitas alat ukur diuji dengan teknik Alpha Cronbach’s. Validitas alat
ukur ditentukan dari nilai muatan faktor di atas 0,3 yang signifikan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil uji reliabilitas dan validitas alat ukur sebagai berikut.
Tabel hasil uji instrumen
Variabel Indikator Muatan Faktor t Alpha Keterangan
Kualitas Layanan
K18 0,69 16,15
0,76
Valid Reliabel
K19 0,79 18,66 Valid Reliabel
K20 0,66 15,23 Valid Reliabel
Biaya Beralih
S5 0,47 10,07
0,67
Valid Reliabel
S7 0,73 16,57 Valid Reliabel
S8 0,74 16,79 Valid Reliabel
Kepuasan
P7 0,61 10,06
0,83
Valid Reliabel
P9 0,7 9,86 Valid Reliabel
Loyalitas
L1 0,65 11,46
0,67
Valid Reliabel
L4 0,72 12,03 Valid Reliabel
L5 0,63 11,24 Valid Reliabel
Sumber: Penelitian 2015
Output LISREL 8.80 tentang uji t statistika, tampak pada model persamaan
struktural di bawah ini.
Gambar 1. Model Persamaan Struktural
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
8
Tabel Uji Kecocokan Keseluruhan
Model Struktural dengan Pemoderasi
No.
Ukuran
GoF
Nilai
GoF
Target Tingkat
Kecocokan
Tingkat
Kecocokan
1 RMSEA 0,03 ≤0,08 Baik
2 NFI 0,97 ≥0,90 Baik
3 NNFI 0,98 ≥0,90 Baik
4 CFI 0,99 ≥0,90 Baik
5 IFI 0,99 ≥0,90 Baik
6 RFI 0,95 ≥0,90 Baik
7 GFI 0,97 ≥0,90 Baik
8 AGFI 0,96 ≥0,90 Baik
Sumber: Penelitian 2015
Dari tabel di atas, bisa kita lihat bahwa dari kedelapan ukuran kecocokan model
memberikan hasil Model Fit yang baik.
Berikut ditampilkan hasil uji hipotesis di bawah ini.
Tabel hasil uji hipotesis
Uji Hipotesis Koefisien JalurNilai t Status Kesimpulan
K. layanan  kepuasan 0,66 7,24 Signifikan Hipotesis 1 diterima
K. layanan  loyalitas 0,15 1,24 Tidak SignifikanHipotesis 2 ditolak
Kepuasan loyalitas 0,13 1,42 Tidak signifikan Hipotesis 3 ditolak
B. beralih  loyalitas 0,86 6,41 Signifikan Hipotesis 4 diterima
modQ  loyalitas 0,06 0,83 Tidak signifikan Hipotesis 5 ditolak
modSAT  loyalitas -0,20 -2,79 Signifikan Hipotesis 6 diterima
Sumber: Penelitian 2015
Kualitas layanan dosen berpengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa.
Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui terdapat pengaruh positif yang
signifikan dari kualitas layananPTS X terhadap kepuasan mahasiswa PTS X. Artinya,
adanya peningkatan kualitas layananPTS X akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada
kepuasan mahasiswa PTS X. Sebaliknya, jika kualitas layanan menurun maka akan
menyebabkan penurunan pada kepuasan mahasiswa. Hasil penelitian ini serupa dengan
temuan Mols (1998), sama dengan hasil penelitian Lien dan Yu (2001) yang menemukan
bahwa kualitas layanan memengaruhi kepuasan pelanggan. Hasil yang sama juga diperoleh
oleh Mosahab, dkk (2010); Stan, dkk (2013); dan Wibowo (2014).
Kualitas layanan dosentidak berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa
Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui kualitas layanan dosen tidak
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas mahasiswa PTS X. Artinya, adanya peningkatan
kualitas layanan dosentidak akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada loyalits
mahasiswa PTS X. Sebaliknya, jika kualitas layanan dosen menurun juga tidak akan
menurunkan loyalitas mahasiswa PTS X.
Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Boulding, dkk. (1993) yang
menemukan hubungan positif antara kualitas layanan, niat membeli kembali dan referensi
positif. Penelitian ini juga berbeda hasil dengan hasil yang didapatkan oleh Bloemer, dkk
(1998), yaitu kualitas layanan memengaruhi loyalitas pelanggan secara signifikan dan
positif. Sejalan dengan Boulding, dkk. dan Bloemer, dkk., Stan, dkk. (2013) menemukan
pengaruh yang signifikan dan positif antara kualitas layanan dan loyalitas. Penelitian
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
9
Wibowo (2014) mengonfirmasi kesemuanya dengan mendapatkan hasil sama untuk
hubungan kualitas layanan pegawai akademik dengan loyalitas mahasiswa. Kendatipun
demikian, hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil yang diperoleh Hu, dkk. (2009) yang
mendapati kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Kepuasan mahasiswa terbukti tidak signifikan memengaruhi loyalitas mahasiswa
Dari hasil uji hipotesis, tidak terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa
kepuasan mahasiswa memengaruhi loyalitas mahasiswa terhadap PTS X. Dengan kata lain,
loyalitas mahasiswa PTS X baik itu meningkat ataupun berkurang, perubahannya tidak
disebabkan oleh puas tidaknya mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, terbukti
bahwa mahasiswa PTS X tetap loyal walaupun mereka tidak puas.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan banyak temuan penelitian lainnya. Stan,
dkk (2013) menemukan bahwa secara positif dan signifikan kepuasan pelanggan
memengaruhi loyalitas pelanggan. Mosahab,dkk. (2010) juga menemukan bahwa kepuasan
pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Searah dengan hal ini, Lien dan Yu
(2001) menemukan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas
pelanggan dari sisi keperilakuan. Akan tetapi, penelitian Wibowo (2014) memberikan hasil
yang sama dengan hasil dari penelitian ini.
Biaya beralih berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas mahasiswa
Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui terdapat pengaruh positif yang
signifikan dari biaya beralih terhadap kepuasan loyalitas pelanggan. Artinya, persepsi
tingginya biaya beralih akan menyebabkan terjadinya peningkatan loyalitas mahasiswa
terhadap PTS X. Sebaliknya, jika biaya beralih dipersepsi rendah maka akan menyebabkan
penurunan pada loyalitas mahasiswa terhadap PTS X.
Hasil penelitian ini mendukung temuan sebelumnya tentang bukti bahwa biaya
beralih memiliki pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Temuan sebelumnya
dilakukan oleh Aydin, dkk (2005), Lam, dkk (2004), Stan, dkk (2013) dan Wibowo (2014).
Biaya beralih tidak signifikan memoderasi pengaruh kualitas layanan dosen terhadap
loyalitas mahasiswa
Dari hasil uji hipotesis, diketahui tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa biaya
beralih memoderasi pengaruh kualitas layanan dosen PTS X terhadap loyalitas
mahasiswanya. Varibel modQ dalam persamaan penelitian merupakan representasi variabel
interaksi antara skor variabel laten kualitas layanan dengan skor variabel laten biaya beralih.
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel modQ tidak signifikan memengaruhi
loyalitas mahasiswa. Artinya, dapat disimpulkan bahwa tidak ada peran moderasi biaya
beralih terhadap pengaruh dari variabel kualitas layanan terhadap loyalitas mahasiswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wibowo (2014) dan Stan, dkk.
(2013) yang juga tidak menemukan efek moderasi biaya beralih pada pengaruh kualitas
layanan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil yang sama juga diperoleh Bell, dkk.(2005).
Biaya beralih signifikan memoderasi negatif pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap
loyalitas mahasiswa
Dari hasil uji hipotesis, terdapat bukti bahwa biaya beralih memoderasi hubungan
antara kepuasan mahasiswa dengan loyalitas mereka. Varibel modP dalam persamaan
penelitian merupakan representasi variabel interaksi antara skor variabel laten kepuasan
pelanggan dengan skor variabel laten biaya beralih. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
10
variabel modP signifikan memengaruhi loyalitas mahasiswa. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa ada peran moderasi biaya beralih terhadap hubungan asimetris antara
variabel kualitas layanan dan loyalitas mahasiswa.
Fakta bahwa biaya beralih berpengaruh terhadap loyalitas sedangkan kepuasan
mahasiswa justru tidak berpengaruh dan jika keduanya berinteraksi terbukti berpengaruh
secara negatif kepada loyalitas, menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya beralih yang
dihadapi mahasiswa, maka semakin kecil pengaruh kepuasan terhadap loyalitas. Pada kasus
PTS X hal ini terjadi,besarnya biaya beralih membuat peran kepuasan dalam memrediksi
loyalitas menjadi berkurang.
Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil penelitian Stan, dkk (2013). Hasil
penelitian ini juga mendukung temuan penelitian sebelumnya oleh Dagger & David (2012)
yang menemukan bahwa biaya beralih secara signifikan memoderasi hubungan kepuasan
pelanggan dan loyalitas pelanggan. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil
penelitian Wibowo (2014) yang menemukan bahwa biaya beralih tidak memoderasi
pengaruh kepuasan terhadap loyalitas mahasiswa.
Kesimpulan dan Saran
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas layanan dari dosen berpengaruh
terhadap kepuasan mahasiswa dan loyalitas mereka. Biaya beralih juga terbukti
memengaruhi loyalitas mahasiswa. Akan tetapi, kepuasan mahasiswa terbukti tidak
berpengaruh terhadap loyalitas mereka. Hal ini merupakan temuan baru karena pada
umumnya hubungan klasik antara kualitas layanan, kepuasan, dan loyalitas, berujung pada
kesimpulan bahwa kepuasan memediasi pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas.
Dalam penelitian ini hal tersebut tidak terkonfirmasi. Dengan kata lain, kepuasan
mahasiswa dan loyalitas mahasiswa, keduanya merupakan variabel dependen untuk kasus
PTS X.
Temuan lainnya menunjukkan bahwa biaya beralih tidak memoderasi pengaruh
kualitas layanan dosen terhadap loyalitas mahasiswa. Namun biaya beralih terbukti
memoderasi pengaruh kepuasan terhadap loyalitas walaupun kepuasan dengan loyalitas
tidak berhubungan. Hal ini juga mengonfirmasi pendapat yang lebih mendukung bahwa
biaya beralih merupakan variabel bebas. Walaupun hasil ini bisa jadi berkaitan dengan
pemilihan sampel dari penelitian yang berasal dari satu kampus.
Oleh karena penelitian ini mengambil populasi pada satu kampus, maka hasilnya
tidak bisa digeneralisasi ke kampus lain atau ke industri jasa yang lain. Oleh karena itu, jika
tujuannya adalah keluasan generalisasi, penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas
cakupan populasi penelitian. Selain itu, uji efek moderasi selanjutnya bisa menggunakan
analisis multigrup, sehingga akan lebih banyak hasil yang diperoleh dengan membagi grup
menjadi dua karakteristik (dikotomi). Dalam prakteknya, pencitraan sering dilakukan oleh
manajemen kampus, maka dari itu ada baiknya jika penelitian selanjutnya memasukkan
variabel citra.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
11
Referensi Utama
Aryani, D., & Rosinta, F. (2010). Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi,
17(2), 114–126.
Aydin, S., Özer, G., & Arasil, Ö. (2005). Customer loyalty and the effect of switching costs
as a moderator variable: A case in the Turkish mobile phone market. Marketing
Intelligence & Planning, 23(1), 89–103. http://doi.org/10.1108/02634500510577492
Bell, S.J., Auh, S. & Smalley, K. (2005). Customer Relationship Dynamics: Service Quality
And Customer Loyalty In The Context Of Varying Levels Of Customer Expertise
And Switching Cost. Journal of the Academy of Marketing Science, 33(2) 169-183
Bloemer, J., Ruyter, K. de, & Peeters, P. (1998). Investigating drivers of bank loyalty: the
complex relationship between image, service quality and satisfaction. International
Journal of Bank Marketing,16(7), 276–286.
http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/17506200710779521
Burnham, T. a, Frels, J. K., & Mahajan, V. (2003). Consumer switching costs : A typology ,
antecedents , and consequences. Academy of Marketing Science, 31(2), 109.
Chaudhuri, A., and Holbrook, M. B. (2001). The Chain of Effects from Brand Trust and
Brand Affect to Brand Performance: The Role of Brand Loyalty. Journal of
Marketing, 65(2), 81-93.
Dagger, Tracey S. & David, Meredith E. (2012). Uncovering the real effect ofSwitching
Cost on the satisfaction-loyalty association: The critical role of involvement and
relationship benefits. European Journal of Marketing. Vol. 46 No. 3/4, pp. 447-
468.Emerald Group Publishing Limited
Farida, N. (2012). Pengaruh nilai pelanggan dan hambatan berpindah terhadap loyalitas
pelanggan serta implikasi pada perpindahan merek. Jurnal Administrasi Bisnis, 1(11),
55–64.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis:
A Global Perspective 7th
ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Hu, H-H., Kandampully, J. & Juwaheer, T.D. (2009). Relationships And Impacts Of Service
Quality, Perceived Value, Customer Satisfaction, And Image: An Empirical Study.
Kotler, P dan Keller, K. L. 2012. Marketing Management. 14th
Ed. Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall
Lam, S.Y., Venkatesh, S., Erramilli, K.M. & Bvsan, M. (2004). Customer Value,
Satisfaction, Loyalty, And Switching Cost: An Illustration From A Business-to-
Business Service Context, Journal of the Academy of Marketing Science, 32(3) 293-
311.
Lien, T. B., & Yu, C. C. (2001). An Integrated Model for The Effects of Perceived Product,
Perceived Service Quality, and Perceived Prices Fairness on Consumer Satisfaction
and Loyalty. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining, 14,
125–140.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
12
Ming-Shing Lee, Huey-Der Hsiao dan Ming-Fen Yang (2010) THE STUDY OF THE
RELATIONSHIPS AMONG EXPERIENTIAL MARKETING, SERVICE
QUALITY, CUSTOMER SATISFACTION AND CUSTOMER LOYALTY The
International Journal of Organizational Innovation 3(2): 352-378
Mosahab, R., Mahamad, O., & Ramayah, T. (2010). Service Quality , Customer Satisfaction
and Loyalty : A Test of Mediation. International Business Research, 3(4), 72–80.
http://doi.org/10.5539/ibr.v5n1p3
Sawitri, N. P., Yasa, N. N. K., & Jawas, A. (2013). PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN
TEGAL SARI ACCOMMODATION DI UBUD. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis,
Dan Kewirausahaan, 7(1), 40–47.
Srivastava, M., & Rai, A. K. (2013). Investigating the Mediating Effect of Customer
Satisfaction in the Service Quality - Customer Loyalty Relationship. Journal of
Customer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 26, 95.
Stan, V., Caemmerer, B., & Cattan-jallet, R. (2013). Customer Loyalty Development : The
Journal of Applied Business Research, 29(5), 1541–1554.
Wibowo, Hermansyah Andi (2014) Moderasi Biaya Beralih pada Pengaruh Kualitas
Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dan Pengaruh Kualitas Layanan terhadap
Loyalitas Pelanggan (Studi pada PTS X). Jurnal MIX MM UMB. Vol 4 No. 3
Yani, N. W. C., Ekawati, N. W., & Nurcaya, I. N. (2014). PENGARUH KEPUASAN
KONSUMEN YANG DIMODERASI BIAYA PERPINDAHAN ( SWITCHING
COST ) TERHADAP NIAT BERALIH ( SWITCHING INTENTION ) PADA
MAHASISWA PENGGUNA LAYANAN OPERATOR XL DI KOTA DENPASAR
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( UNUD ), Bali , Ind. E-Jurnal.
Udayana, 3(6), 1667–1684.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
13
Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk Peningkatan
Pembangunan Di Kabupaten Pandeglang
Syamsudin1
, Delly Maulana2
1
Fakultas Ekonomi, Universitas Serang Raya
syamsudincms@yahoo.com
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Serang Raya
Delly_maulana@yahoo.com
Abstrak
Tujuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah untuk menjadi
instrument perubahan sosial yang diiinginkan, serta di tambah dengan adanya kewenangan
dari Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah, maka mau
tidak mau Pemerintah Provinsi harus bisa mengelola keuangannya dengan baik serta
mendorong agar terciptanya peningkatan kualitas belanja daerah (quality of spending),
dengan memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan-
kegiatan yang bisa berdampak terhadap pembangunan Kabupaten/Kota yang masuk dalam
wilayah provinsi tersebut.
Sampai saat ini terlihat bahwa belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi
Banten belum maksimal dalam memberikan dampak yang signifikan terhadap
pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Sebagai contoh, berdasarkan data Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar
Provinsi Banten, yakni sekitar 69,64
Oleh karena itu, dalam penelitian ini ada 3 (tiga) hal yang akan diteliti, yakni : Pertama,
untuk mengetahui gambaran tentang pencapaian pembangunan di Kabupaten Pandeglang;
dan yang Kedua, adalah melihat pengaruh pengeluaran belanja pembangunan Provinsi
Banten terhadap Kabupaten Pandeglang; dan yang Ketiga, adalah melihat peningkatan
pembangunan di Kabupaten Pandeglang melalui pengeluaran belanja pembangunan
Provinsi Banten.
Kata Kunci : Peningkatan Pembangunan, Anggaran, dan Kesejahteraan Masyarakat
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
14
Pendahuluan
Kinerja pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat tidak lepas dari kebijakan pendanaan dan anggaran. Dengan mandat dan otoritas
yang dimiliki, pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai urusan publik yang
tujuan akhirnya mensejahterakan masyarakat. Dengan konteks inilah, anggaran publik yang
tercermin dalam anggaran pendapatan belanja daerah memegang peran penting untuk
menjadi instrument perubahan sosial yang diinginkan. (Rosyadi, 2011 : 431)
Dalam konteks Pemerintah Provinsi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2008 atas pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
pasal 37 dan 38 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang tata cara
pelaksanaan tugas dan wewenang, serta kedudukan Gubernur sebagai wakil di wilayah
Provinsi menyatakan bahwa pemerintah provinsi merupakan wakil dari pemerintah pusat di
daerah dalam hal, : Pertama, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan
daerah Kabupaten/Kota; Kedua, koordinasi penyelenggaraan pemerintah di daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota; Ketiga, koordinasi pembinaan dan pengwasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan Keempat, dalam hal pendanaan
yang menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Provinsi di bebankan dalam APBN.
Selanjutnya, dengan tujuan bahwa anggaran pendapatan belanja daerah harus bisa
menjadi instrument perubahan sosial yang diiinginkan, serta di tambah dengan adanya
kewenangan dari Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah,
maka mau tidak mau Pemerintah Provinsi harus bisa mengelola keuangannya dengan baik
serta mendorong agar terciptanya peningkatan kualitas belanja daerah (quality of spending),
dengan memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan-
kegiatan yang bisa berdampak terhadap pembangunan Kabupaten/Kota yang masuk dalam
wilayah provinsi tersebut.
Perlu diketahui bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Selanjutnya, ada 2 (dua)
kewenangan dari Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan mekanisme belanja daerah,
yakni belanja tidak langsung (belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan) dan belanja langsung (belanja yang terkait
dengan pelaksanaan program dan kegiatan).
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
15
Sampai saat ini terlihat bahwa belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Provinsi Banten belum maksimal dalam memberikan dampak yang signifikan terhadap
pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Sebagai contoh, berdasarkan data Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar
Provinsi Banten, yakni sekitar 69,64
Oleh karena itu, dalam penelitian ini ada 3 (dua) hal yang akan diteliti, yakni :
Pertama, untuk mengetahui gambaran tentang pencapaian pembangunan di Kabupaten
Pandeglang; dan yang Kedua, adalah melihat pengaruh pengeluaran belanja pembangunan
Provinsi Banten terhadap Kabupaten Pandeglang; dan yang Ketiga, adalah melihat
peningkatan pembangunan di Kabupaten Pandeglang melalui pengeluaran belanja
pembangunan Provinsi Banten.
Tinjauan Pustaka
Good Governance
United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan governance
sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a
nation’s affair at all levels”. Menurut definisi ini, governance mempunyai tiga kaki (three
legs), yaitu economic, political, dan administrative.Economics governance meliputi proses-
proses pembuatan keputusan (decision-making processes) yang memfasilitasi aktivitas
ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi. Economic
governance mempunyai implikasi terhadap equity, poverty dan quality of life. Political
governance adalah proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan,
sedangkan administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan. Oleh
karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara atau
pemerintahan), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat),
yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing (LAN, 2000 : 5).
Prinsip dan Kebijakan Penyusunan APBD
Dalam penyusun APBD harus diperhatikan beberapa prinsip dasar,yakni sebagai
berikut :
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
16
1. Partisipasi Masyarakat, pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan
penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan pertisipasi masyarakat sehingga
masyarakat mengetahui hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan APBD
2. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, APBD yang disusun harus dapat
menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Oleh
karena itu, setiap penggunaan anggaran harus bertanggung jawab terhadap
penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan
3. Disiplin Anggaran, adalah (a) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan
yang terukur yang secara rasional dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangka belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja;
(b) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan
yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggaranya dalam APBD atau
perubahan APBD; (c) semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun
anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui
rekening kas umum daerah.
4. Keadilan anggaran, alokasi anggaran dapat dinikmati oleh seluruh kelompok
masyarakat tanpa diskriminasi.
5. Efesiensi dan efektvitas anggaran, dan yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik
mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
maksimal guna kepentingan masyarakat. Karena itu, untuk memperoleh efesiensi
dan efektivitas anggaran, hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam perencanaan
anggaran; (a) penetapatan tujuan dan sasaran, hasil, serta manfaat dan indicator
kinerja yang ingin dicapai secara jelas, (b) penetapan prioritas kegiatan dan
penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.
6. Taat asas, penyusunan APBD tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini lebih banyak menggunakan data sekunder terutama data APBD
Provinsi Banten dari tahun 2009-2013 dan data statistik lainnya yang relevan untuk
mendaptkan informasi tentang pengaruh belanja pembangunan pemerintah Provinsi Banten
terhadap Kota Tangerang. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga menggunkan teknik
analisis data sekunder. Alasannya, data anggaran dan dampaknya telah terdokumentasi
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
17
dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan analisis. Dengan demikian,
kajian ini mengadalkan pada jenis data yang dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan
tertentu. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam melakukan penafsiran data
sekunder agar menjamin terpenuhinya tujuan penelitian ini.
Hasil Dan Pembahasan
Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang
Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6o
21’– 70
10’ Lintang
Selatan dan 1040
48–1060
11’ Bujur Timur dengan luas wilayah 2.747 kilometer persegi
(km2
) atau dengan sebesar 29,98 persen dari luas wilayah Banten. Kabupaten yang berada
di ujung barat dari Provinsi Banten ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut :
Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang. Selatan berbatasan dengan Samudera
Indonesia, Barat berbtasan dengan Selat Sunda, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten
Lebak.
Selanjutnya ada beberapa capaian pembangunan di Kabupaten Pandeglang, yakni :
Pertama, berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten
Pandeglang masih di bawah standar Provinsi Banten, yakni 69,64. Kondisi ini jelas
memberika dampak yang negatif bagi pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Oleh karena
itu, perlu ada prioritas kebijakan untuk meningkatkan pembangunan manusia, baik dalam
hal pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta kebijakan lainnya yang berkaiatan dengan
peningkatan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang.
Kedua, dalam hal tingkat kemiskinan. Berdasarkan data BPS tahun 2013,
Kabupaten Pandeglang menempati posisi paling tinggi dalam persentase tingkat
kemiskinan di Provinsi Banten, yakni sekitar 10,25 persen. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa Kabupeten Pandeglang merupakan Kabupaten dengan kantong
kemiskinan yang paling besar di Provinsi Banten. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan
yang memprioritaskan Kabupaten ini, terutama bantuan anggaran pembangunan dari
Provinsi Banten, sehingga Kabupaten Pandeglang di intervensi oleh pemerintah
kabupaten dan pemerintah provinsi.
Ketiga, dalam hal pendapatan regional Kabupaten/Kota di Provinsi Banten,
Kabupaten Pendeglang masih sangat kecil baik share ADHB maupun andil
pertumbuhannya untuk Provinsi Banten; Keempat, dalam hal pengangguran, Kabupaten
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
18
Pandeglang masih berada di atas strandar Provinsi Banten. Data tersebut menunjukkan
bahwa Kabupaten Pandeglang masih tinggi tingkat pengangguran terbukannya, yakni
sekitar 12,34 persen dan masih di atas standar Provinsi Banten, yakni sekitar 9,54 persen.
Kondisi ini jelas memberikan dampak negatif terhadap pembangunan di Kabupaten
Pandeglang. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pandeglang harus berupaya untuk
membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan stimulus terhadap peningkatan lapangan
pekerjaan dan peningkatan pendidikan masyarakatnya.
Gambaran Trend Alokasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Banten Kepada
Kabupaten Pandeglang
Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagai pengganti atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memposisikan provinsi
sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah administrasi. Undang-undang ini juga
mengharuskan provinsi menjadi penghubung antara kepentingan pusat dan daerah, juga
mengharuskan daerah mengoptimalkan potensi sumberdayanya.
Selanjutnya peran Gubernur harus menjamin keterlaksanaan visi dan misi
pemerintah pusat, terutama tugas-tugas pemerintahan umum seperti stabilitas dan integrasi
nasional, koordinasi pemerintahan dan pembangunan, serta pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan Kabupaten/Kota. Konsekuensinya, diperlukan pengaturan sistematis yang
menggambarkan hubungan berjenjang, baik pengawasan, pembinaan, maupun koordinasi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten/kota.Sedangkan, gubernur
sebagai kepala daerah menyelenggarakan otonomi seluas-luasnya, utamanya urusan lintas
kabupaten/kota, kecuali urusan pemerintahan yang ditentukan undang-undang sebagai
urusan pemerintah pusat.
Penguatan peran gubernur sebagai kepala daerah memperkuat orientasi
pengembangan wilayah dan memperkecil dampak kebijakan desentralisasi terhadap
fragmentasi spasial, sosial, dan ekonomi di daerah. Oleh karena itu, dalam lingkup
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten telah memberikan bantuan kepada Pemerintah
Kabupaten Pandeglang sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah provinsi kepada
Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Banten. Adapun gambaran trend bantuan Pemerintah
Provinsi Banten kepada Kabupaten Pandeglang terlihat pada grafik di bawah ini :
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
19
Grafik 1
Trend Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Kabupaten Pandeglang 2009 Sampai Dengan Tahun 2013
Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain
Data di atas menunjukkan bahwa belanja daerah Provinsi Banten dalam hal belanja
bantuan keuangan kepada Kabupaten Pandeglang terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun.
Belanja bantuan kepada Kabupaten Pandeglang paling besar berada pada tahun 2012, yakni
sekitar Rp. 38.200.000.000. Sedangkan pada tahun 2009 tidak ada bantuan. Kondisi ini
menunjukkan bahwa komitemen Pemerintah Provinsi Banten dalam memberikan bantuan
keuangan kepada Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi Banten sehingga
diharapkan dapat berdampak secara signifikan terhadap pembangunan di wilayahnya.
Gambaran Pengaruh Alokasi Belanja Daerah Provinsi Banten untuk Kabupaten
Pandeglang
Selanjunya, jika dilihat dari proporsi bantuan Pemerintah Provinsi Banten dalam
struktur APBD Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi struktur APBD di kabupaten tersebut. Untuk
jelasnya terlihat pada grafik di bawah ini :
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
40,000,000,000
2009 -
2010 -
2011 16,000,000,000
2012 38,200,000,000
2013 13,517,000,000
APBD 2013
Perubahan
15,517,000,000
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
20
Grafik 2
Proporsi Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bantuan Keuangan
Kepada APBD Kabupaten Pandeglang 2010 Sampai Dengan Tahun 2012
Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain
Dari data di atas menunjukkan bahwa proporsi belanja bantuan Provinsi Banten
kepada APBD Kabupaten Lebak tahun 2012 memiliki kontribusi sekitar 3,2 persen,
sedangkan pada tahun 2011 memiliki kontribusi sekitar 1,3 persen. Sedangkan pada tahun
2013, kontribusi bantuan keuangan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Pandeglang
sebesar 0,87 persen. Kondisi ini seharusnya dapat ditingkat tiap tahunnya, terutama bagi
daerah-daerah yang dijadikan prioritas pembangunan sehingga dapat berdampak pada
akumlasi pembangunan di Provinsi Banten. Perlu diketahui bahwa Kabupaten Pandeglang
merupakan daerah yang masih membutuhkan prioritas pembangunan, terutama dalam hal
pembangunan kualitas manusia, sebab sampai saat ini tingkat kemiskinan, tingkat
pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan infrastruktur di Kabupaten Pandeglang masih
dalam posisi yang rendah.
Selanjutnya jika dilihat dari belanja daerah dalam hal belanja bagi hasil kepada
Kabupaten Pandeglang terlihat trend kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat pada
grafik di bawah ini :
Persentase Proporsi Bantuan
Keungan Provinsi Banten
-
1.30
3.24
0.87
2010 2011 2012 2013
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
21
Grafik 3
Trend Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bagi Hasil Kabupaten
Pandeglang 2009 Sampai Dengan Tahun 2013
Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain
Data di atas menunjukkan bahwa trend kenaikan belanja bagi hasil bagi Kabupaten
Pandeglang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan dengan rata-
rata kenaikan sekitar 14 persen. Oleh karena itu, kondisi tersebut harus ditingkatkan dari
tahun ke tahun karena akan berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah
Kabupaten Pandeglang sekaligus berdampak terhadap peningkatan pembangunan di
Kabupaten tersebut.
Kesimpulan
Kinerja pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat tidak lepas dari kebijakan pendanaan dan anggaran. Dengan mandat dan otoritas
yang dimiliki, pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai urusan publik yang
tujuan akhirnya mensejahterakan masyarakat. Dengan konteks inilah, anggaran publik yang
tercermin dalam anggaran pendapatan belanja daerah memegang peran penting untuk
menjadi instrument perubahan sosial yang diinginkan. Sementara itu, jika dilihat dari fungsi
Pemerintah Provinsi maka dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 pengganti atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengharuskan
provinsi menjadi penghubung antara kepentingan pusat dan daerah, juga mengharuskan
daerah mengoptimalkan potensi sumberdayanya.
-
5,000,000,000
10,000,000,000
15,000,000,000
20,000,000,000
25,000,000,000
30,000,000,000
35,000,000,000
2009 18,963,163,511
2010 22,185,096,485
2011 30,384,813,356
2012 30,563,879,477
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
22
Oleh karena itu, dalam dalam lingkup Provinsi Banten maka perlu ada pengkajian
lebih dalam tentang pengaruh belanja pembangunan Provinsi Banten Terhadap Kabupaten
Pandeglang. Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari
gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat
pendidikan dan indeks pembangunan manusianya maka dapat disimpulkan Kabupaten
Pandeglang harus menjadi prioritas dalam meningkatkan pembangunan di bidang tersebut,
karena sampai saat ini Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar provinsi sehingga
berdampak terhadap standar pembangunan di Provinsi Banten; (2) Belanja daerah Provinsi
Banten dalam hal belanja bantuan keuangan kepada Kabupaten Pandeglang terlihat
fluktuatif dari tahun ke tahun. Belanja bantuan kepada Kabupaten Pandeglang paling besar
berada pada tahun 2012, yakni sekitar Rp. 38.200.000.000. Kondisi ini harus ditingkatkan
sebab Kabupaten Pandeglang sangat membutuhkan kontribusi bantuan dari Provinsi Banten
agar dapat meningkatkan pembangunan, terutama di bidang pembangunan manusianya; dan
ke (3) Kontribusi belanja bantuan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Lebak tahun
2012 memiliki sumbangsih sekitar 3,2 persen, sedangkan pada tahun 2011 memiliki
sumbangsih sekitar 1,3 persen. Sedangkan pada tahun 2013, kontribusi bantuan keuangan
Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Pandeglang sebesar 0,87 persen. Kondisi ini
seharusnya dapat ditingkat tiap tahunnya, terutama bagi daerah-daerah yang dijadikan
prioritas pembangunan sehingga dapat berdampak pada akumlasi pembangunan di Provinsi
Banten.
Dari beberapa kesimpulan di atas maka ada beberapa rekomendasi dalam kajian ini,
yakni : (1) Prioritas pembangunan di wilayah Kabupaten Pandeglang agar dapat mengejar
ketertinggalannya sehingga dapat berkontribusi terhadap pembangunan di Provinsi Banten
dengan membuat program-program atau kegiatan-kegiatan di wilayah ini; (2) Tingkatkan
kontribusi belanja bantuan keungan bagi Kabupaten Pandeglang tiap tahunnya sehingga
akan dapat berdampak terhadap akumulasi pembangunan di Provinsi Banten; dan ke (3)
Tingkat kontribusi belanja bantuan keuangan ke Kabupaten Pandeglang minimal 5 %,
sehingga akan meningkatkan APBD Kabupaten Pandeglang dan berdampak terhadap
pembangunan di wilayah ini.
Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016
23
Referensi
Djaenuari dan Enceng, 2011. Sistem Pemerintahan Daerah, UT, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Modul
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Jakarta.
Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah dan Manjemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Maulana, Delly. 2011. Analisis Penulusuran Anggaran APBD Provinsi Banten di Sektor
Pembangunan Daya Manusia, dalam ProceedingSimposium Otonomi Daerah,
LAB-ANE Untirta, Serang
Keban, T, Yeremias. 2000. Good Governance dan Capacity Building sebagai Indikator
Utama dan Fokus Penilaian Kinerja Pemerintahan, dalam Jurnal
Perencanaan Pembangunan, Jakarta
Rosyadi, Slamet, 2011. Analisis Belanja Daerah Pasca UU No. 32 Tahun 2004 dan
Beberapa Dampaknya terhadap Kinerja Pembangunan Daerah, dalam
Simposium Ilmu Administrasi Negara, UNY
Literatur Lain
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Pengganti Atas Undang-undang No. 32 dan Undang-
undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan
Keuangan Daerah
BPS Banten 2014
BPS Kabupaten Pandeglang 2014
RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017
RPJMD Kabupaten Pandeglang 2011-2016
RKPD Pandeglang Tahun 2013
Internet
http://www.pandeglangkab.go.id/
24
Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan
PT. NX Indonesia
Siska Mardiana
Universitas Serang Raya
Mardiana.siska@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi dan
komunikasi terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, dan variabel manakah apakah
kompetensi atau komunikasi yang lebih berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan analisis menggunakan
regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS ver 20.0 Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara parsial variabel kompetensi mempengaruhi kinerja, secara
parsial variabel komunikasi mempengaruhi kinerja dan secara bersama sama variabel
kompetensi dan komunikasi mempunyai pengaruh sebesar 81,20% terhadap kinerja
karyawan PT NX Indonesia, sedangkan sisanya 18,80% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Komunikasi, Kompetensi, Kinerja
ABSTRACT
This study aims to determine how much influence the communication competence and the
performance of employees of PT NX Indonesia , and which variables are the competence
or communication that has more influence on the performance of employees of PT NX
Indonesia. This study uses quantitative methods and analysis using multiple linear
regression with SPSS ver 20.0 Results showed that in partial competence affecting the
performance, in partial communication affects the performance and with the same
competence and communication variables have an influence at 81.20 % against the
performance of employees of PT NX Indonesia, while the remaining 18.80 % influenced by
other variables not included in this study.
Keywords: Communication, Competence, Performance
25
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk mampu bertahan dengan mengikuti
perkembangan yang ada, untuk itu diperlukan kinerja maksimal dari semua karyawannya,
karena sumber daya manusia juga merupakan modal berharga perusahaan. Sumber daya
manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam setiap kegiatan perusahaan.
Hal yang bisa mendukung kinerja maksimal dari karyawan, adalah adanya
kemampuan yang dimiliki karyawan bukan hanya sekedar pengetahuan. Kompetensi
merujuk pada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, sifat,
konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki karyawan, dan diterapkan
diperusahaan.
Selain itu adanya komunikasi juga bisa berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Inti komunikasi adalah menyampaikan pesan, dan dalam suatu organisasi jelas banyak
sekali pesan yang harus disampaikan, seperti adanya aturan baru, pelaksanaan tugas,
ataupun pesan-pesan individual yang hanya bertujuan menciptakan suasana kerja yang
nyaman, seperti saling bertegur sapa.
Komunikasi yang tidak baik mempunyai dampak luas seperti terjadinya
peningkatan konflik, sementara komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling
pengertian, kerjasama dan kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan komunikasi yang
terbuka harus diciptakan dalam suatu organisasi.
PT NX Indonesia, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufacture
magnet. Produk yang dihasilkan adalah Ferrite Powder dan Ferrite Magnet. Perusahaan
ini awalnya bernama PT SUMIMAGNE UTAMA, dan kemudian pada Tahun 2005 karena
adanya pergantian kepemilikan, maka menjadi PT NX Indonesia, perubahan jumlah
karyawan juga terjadi dan sekarang berjumlah 109 karyawan.
Hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini cukup baik, setiap karyawan
dimungkinkan untuk saling berkomunikasi, baik dengan karyawan satu level, karyawan
dibawahnya maupun dengan karyawan di level atas. Komunikasi yang terjadi tidak hanya
semata dalam hal penyelesaian pekerjaan tapi juga lebih untuk mempererat kekeluargaan,
karena bagaimanapun juga minimal 8 jam, karyawan menghabiskan waktu di tempatnya
bekerja tiap harinya, sehingga dengan suasana yang nyaman, tentu akan mendukung
aktifitas selama bekerja.
Saat ini karyawan sebagian besar berpendidikan dengan latar belakang lulusan
SLTA sederajat, terutama dibagian operator. Untuk itu mereka perlu dibekali dengan
keterampilan tambahan. Krisis Global yang melanda Amerika, jelas berimbas ke
Indonesia, demikian juga dengan PT NX Indonesia, pada November 2008 – Juni 2009
perusahaan ini mengalami penurunan penjualan. Tapi mulai Juli 2009 produksi sudah
mulai normal bahkan Agustus sampai dengan sekarang, perusahaan ini sedang full
kapasitas produksinya.
Gambaran penjualan dari tahun 2007-2008 terus mengalami peningkatan. Pada
Tahun 2007, penjualan untuk ferrite magnet mencapai 2850 ton atau senilai US $
15.000.000, dan ferrite powder 2200 ton atau senilai US $ 650.000. Di Tahun 2008,
26
perusahaan menjual ferrite magnet sebesar 4000 ton atau senilai US$2.100.000 dan ferrite
powder sebesar 1800 ton atau senilai US$700.000.
Untuk itu jelas dibutuhkan kinerja maksimal dari semua karyawan, agar proses
bisnis bisa terus berlangsung, dan profitabilitas sebagai tujuan akhir dari sebuah bisnis
dapat tercapai, yaitu dengan mengelola sumber daya manusia, melalui komunikasi yang
baik dan kompetensi yang dimiliki karyawan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan
Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan PT NX Indonesia Cilegon Banten”
Tinjauan Pustaka
Kompetensi
Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi terlihat pada cara
berperilaku di tempat kerja seseorang. Menurut Spencer dan Spencer (1993, karakteristik
kompetensi dapat dibagi dalam 5(lima) tipe, yaitu:
(1) Motif adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang secara konsisten berfikir
tentang keinginan yang menyebabkan dirinya mau bertindak, melakukan dan
memilih tingkah laku terhadap tindakan atau tujuan tertentu dan jauh dari
pengaruh orang lain, disamping itu motif juga berarti dorongan sebab atau
alasan seseorang mau melakukan sesuatu. Motif akan mengarahkan dan
meyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan sehingga berbeda
dari yang lain.
(2) Sifat adalah merupakan karakteristik fisik dan secara konsisten merespon
situasi atau informasi yang ada. Karakter dan bawaan seseorang dapat
mempengaruhi prestasi ditempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat
berupa bawaan fisik (seperti postur atletis, penglihatan yang baik), maupun
bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter,
seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat
detail dan sebagainya.
(3) Konsep diri, adalah sikap, nilai nilai dan citra diri seseorang. Konsep diri
seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri,sikap, dan nilai nilai yang tinggi
menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu
yang diharapkan, yang menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi
sulit maupun mudah.
(4) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang pada hal hal yang
besifat khusus. Pengetahuan mencerminkan informasi yang dimiliki seseorang
pada area disiplin yang tertentu yang spesifik. Nilai akademis atau indeks
prestasi akademis seringkali kurang bermanfaat untuk memprediksi
performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan
dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan dapat
memprediksi apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan
dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak
menghafal, jika yang dipentingkan adalah kemampuan mencari informasi. Tes
pengetahuan juga sangat tergantung situasi responden. Tes tersebut mengukur
kemampuan memilih alternative pilihan, yang merupakan respon yang benar,
dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan
27
pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesutu yang benar tidaklah selalu menjamin
akan melakukan sesuatu yang benar.
(5) Keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas secara fisik atau
kondisi mental seseorang dalam menghadapi tugas secara pasti. Kompetensi
keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses
pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data
dan rencana), serta pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks)
Komunikasi
Penelitian Wayne R Pace dan Brent D Peterson dalam Pace dan Faules ( 2006:159)
menunjukkan enam faktor yang berpengaruh bagi iklim komunikasi organisasi, yaitu:
(1) Kepercayaan, personel disemua tingkat berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yang didalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan, dan
kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.
(2) Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi
harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam
semua wilayah kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka serta
berperan serta dala proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
(3) Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan dalam organisasi dan para pegawai mampu mengemukakan
apa yang terdapat dalam hatinya tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara
kepada rekan sejawat, atasan, maupun bawahan.
(4) Keterbukaan dalam komunikasi kebawah, kecuali untuk kebutuhan informasi
rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang
berhubungan langsung dengan tugas mereka, yang mempengaruhi kemampuan
untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang lain atau bagian lain dan
berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana
rencana
(5) Mendengarkan dalam Komunikasi Keatas, personel disetiap tingkatan dalam
organisasi harus mendengarkan saran atau laporan masalah yang dikemukakan
personel tingkat bawah dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan
fikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk
dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.
(6) Perhatian pada tujuan tujuan berkinerja tinggi-produktifitas tinggi, personel
disetiap tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap
tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah,
demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organsasi lainnya.
Kinerja
Menurut Mathis dan Jackson (2006:378), bahwa “Kinerja pada dasarnya apa yang
dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi, yang antara lain
termasuk :
28
(1) Kuantitas dari hasil
(2) Kualitas dari hasil
(3) Ketepatan waktu dari hasil
(4) Kehadiran
(5) Kemampuan bekerjasama
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu
instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui
dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional yang diambil.
Metode Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kompetensi (variabel X1)
dan komunikasi (variabel X2) terhadap kinerja (variabel Y) PT NX Indonesia Cilegon
Banten.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap PT NX Indonesia
Cilegon, baik golongan operator, supervisor dan management, yang semuanya berjumlah
109 orang. Pada penelitian ini dari 109 orang populasi, akan diambil sampel. Untuk
menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden menggunakan rumus Slovin
(Umar, 2005:108) sebagai berikut:
𝑛 =
𝑁
1+𝑁(𝑒)2
Dimana : n = Jumlah sampel
N= Ukuran Populasi
e= Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (e yang digunakan
adalah 5%)
Pada saat ini jumlah karyawan PT NX Indonesia Cilegon Banten adalah sebanyak
109 karyawan. Sehingga dari jumlah pegawai yang telah ada tersebut dapat ditentukan
jumlah sampel yang diambil, dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat error 5%,
adalah :
𝑛 =
109
1+109(0.05)2
= 85, 658 dibulatkan menjadi 86
Karena jumlah populasi 109 orang, dan karena populasinya berstrata maka
sampelnya juga berstrata menurut tingkat golongan. Dalam penelitian ini populasi dibagi
kedalam bentuk tingkatan karyawan, yaitu tingkat Operator 88 orang, Supervisor 12orang
dan Management 9orang.
29
Tehnik sampling yang digunakan adalah bagian dari probability sampling, yaitu
Disproportionate Stratified Random Sampling, karena jumlah karyawan tiap golongan
berbeda. Maka ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:
1. Golongan Management
Dari total golongan management 9 orang, semuanya dijadikan sampel.
2. Golongan Supervisor
Dari total golongan supervisor 12 orang, semuanya dijadikan sampel
3. Golongan Operator
Dari total golongan operator 88 orang, diambil 65 orang
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Disproportionate Stratified Random Sampling
Tabel diatas menggambarkan, penggunaan stratifikasi karena yang diteliti adalah
karyawan berdasarkan golongan atau tingkatan di PT NX Indonesia. Untuk penarikan
sampel golongan operator, diambil secara sederhana (simple random sampling) yaitu
pengambilan sampel dimana setiap elemen tunggal dalam populasi mempunyai peluang
yang diketahui dan sama untuk terpilih sebagai sampel. Sementara untuk golongan
Supervisor dan Management diambil secara dispropotioned karena dari semua populasi
golongan tersebut dijadikan sampel.
Uji Validitas dan Reliabilitas Data
a. Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Uji validitas dilakukan
untuk mengetahui tingkat validitas instrument.
Uji validitas ini diperoleh dengan cara membandingkan rhitung dengan rtable. Dimana
rhitung diperoleh dengan mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor
indikator, sedangkan rtabel diperoleh dari nilai kritis pada taraf signifikan 0,05.
Dalam uji validitas dapat digunakan SPSS dan dapat pula digunakan rumus teknik
korelasi product moment ( Umar, 2003 ) :
No Golongan Populasi Pegawai Sampel Pegawai
1 Operator 88 65
2 Supervisor 12 12
3 Manager 9 9
Jumlah 109 86
30
Dimana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah observasi/responden
X = skor pertanyaan
Y = skor total
Analisa yang digunakan adalah Corrected Item –Total Correlation. Apabila rhitung
> rtabel maka disebut valid, dan jika rhitung < rtabel maka disebut tidak valid sehingga
instrument tidak dapat digunakan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang
dipercaya juga. Instrumen dikatakan reliable jika suatu instrument cukup dapat
dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengujian reliabilits instrument dengan
menggunakan teknik alpha croncbach. Rumus yang digunakan dalam mengukur
reliabilitas ini adalah :
𝑟𝐻 =
𝑘
𝑘−1
1 −
𝜎 𝑏
2
𝜎1
2
Keterangan :
rH = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya item pertanyaan atau banyaknya soal
Σζ2
b = Jumlah varians butir
ζ 2
1 = Varians Total (Arikunto, 2006:196)
Jika r alpha > r table maka dinyatakan reliabel
Uji Regresi Linier Berganda
Dengan demikian model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y^ = β0 + β1X1 + β2X2 + ε
Keterangan :
Y^ = Kinerja Karyawan
β0 = Konstanta
β1β2 = Koefisien regresi
X1 = Kompetensi
X2 = Komunikasi
ε = Standar Error
31
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas Data
Untuk memastikan instrumen tersebut valid dalam mengukur ketepatan indikator
variabel, maka digunakan uji validitas. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu
mengukur apa yang hendak diukur dari variabel yang diteliti. Tehnik pengujian validitas
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel, r hitung didapat dari korelasi skor butir
terhadap skor total (Corrected Item Total Correlation), sedangkan r tabel dengan taraf
signifikan 5% dimana df= (ά,n= 86) diperoleh nilai sebesar 0,213. Jika r hasil ≥ 0,213
maka butir atau variabel tersebut valid dan jika hasil r hasil≤ 0,213 maka butir atau
variabel tersebut tidak valid.
Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS
17, maka kuesioner untuk variabel kompetensi yang terdiri dari 16 pertanyaan dinyatakan
valid, variabel komunikasi yang terdiri dari 12 pertanyaan dinyatakan valid, dan variabel
kinerja yang terdiri dari 11 pertanyaan dinyatakan valid. Kuesioner dinyatakan valid,
karena nilai r yang dimiliki tiap butirnya lebih besar dari 0,213.
Hasil Uji Reliabilitas Data
Untuk hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel Reliabilitas Instrument
No Variabel Nomor Kuesioner r alpha
1 Kompetensi 1-16 0,872
2 Komunikasi 17-28 0,805
3 Kinerja 29-39 0,796
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada instrument diatas dengan menggunakan
koefisien Cronbach Alpha dengan alat bantu program SPSS 17, didapat bahwa hasil
kuesioner memiliki nilai lebih besar dari 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner
dinyatakan reliabel.
Hasil Analisis Data
a. Uji untuk variabel kompetensi
Dengan taraf alpha 0,05 dihasilkan nilai t tabel 1,989 dan nilai t hitung 13,991, maka t
hitung> t tabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan
bahwa kompetensi (X1) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia.
b. Uji untuk variabel komunikasi
Dengan taraf alpha 0,05 dihasilkan nilai t tabel 1,989 dan nilai t hitung 8,795, maka t
hitung> t tabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan
bahwa komunikasi (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia.
Dan dapat dijelaskan juga bahwa variable kompetensi (X1) mempunyai nilai t hitung
(th) yang lebih besar dibanding variable komunikasi (X2) dalam mempengaruhi
kinerja karyawan PT NX Indonesia pada penelitian ini.
32
c. Uji simultan variabel kompetensi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan PT
NX Indonesia
Dari hasil analisis pada diperoleh nilai R square (R2
) sebesar 0,812. Angka
ini lalu diubah kedalam bentuk persen, artinya persentasi sumbangan pengaruh
secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 sebesar 0,812
berarti pengaruh kompetensi dan komunikasi terhadap kinerja sebesar 81,20% dan
sisanya 18,80% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam
penelitian ini.
Pembahasan
Dari hasil analisis secara parsial dapat dijelaskan bahwa variabel kompetensi
mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Palan, bahwa kinerja
yang diunggul ditempat kerja, dipengaruhi oleh karakteristik kompetensi yang terdiri dari
motif, sifat, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu juga menurut
McLelland. menyimpulkan kajian hasil penelitian, bahwa tes kecakapan akademis
tradisional dan tes pengetahuan isi serta nilai ijazah sekolah tidak dapat memprediksi
keberhasilan dipekerjaan atau kehidupan, kesimpulannya bahwa ada karakteristik lain yang
berkaitan dengan kesuksesan.
PT NX Indonesia memiliki 109 orang karyawan, dengan latar belakang pendidikan
sebagian besar lulusan SLTA sederajat, terutama dibagian operator. Untuk itu mereka
dibekali dengan keterampilan tambahan, seperti diadakannya pelatihan bahasa jepang dan
bahasa Inggris, hal ini dianggap penting, karena induk perusahaan ini ada di Jepang dan
Presiden Direktur yang ditempatkan di PT NX Indonesia pun orang Jepang, jadi dengan
penguasaan bahasa Jepang dan bahasa Inggris akan membantu dalam proses komunikasi
juga untuk menambah pengetahuan dan keterampilan karyawan sebagai bagian dari
kompetensi.
Untuk penguasaan alat, sebelum mulai bekerja mereka ditraining selama 3 bulan,
juga bila dibutuhkan misal adanya alih tehnologi, adanya mesin baru, maka karyawan yang
terkait akan dikirm untuk belajar ke Jepang, atau hanya untuk melakukan studi banding
misalnya, jika dirasa dengan mesin yang sama, tapi dinegara lain produksinya bisa lebih
baik.
Untuk meningkatkan keterampilan, juga perusahaan mengizinkan karyawannya
untuk mengajukan mengikuti pelatihan diluar perusahaan, selama pelatihan itu bertujuan
positif untuk meningkatkan kompetensi karyawan, misalnya dengan diikutsertakannya
karyawan pada pelatihan Ahli K3, karena urusan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ,
pelatihan export import dan sebagainya.
Masih merujuk pada Palan tentang karakteristik kompetensi, selain pengatahuan
dan keterampilan, juga adanya motif, sifat dan konsep diri. Hal ini dapat digambarkan dari
hasil kuesioner dimana sebagian besar responden setuju jika mereka merasa senang dengan
pekerjaannya, dan mereka tetap bekerja dengan baik meski tanpa diawasi, responden juga
mampu mengontrol emosi dan bersedia bekerja keras demi pencapaian tujuan perusahaan.
Jadi memang kompetensi yang dimiliki karyawan PT NX Indonesia sudah baik dan
mampu mempengaruhi kinerja
Mengenai keterkaitan organisasi dan komunikasi, Hanney mengatakan bahwa,
organisasi terdiri atas sejumah orang, ia melibatkan keadaan saling bergantung,
kebergantungan memerlukan koordinasi, koordinasi mensyaratkan komunikasi.
Adapun peranan komunikasi antar persona secara efektif dalam kehidupan
organisasi seperti dijelaskan effendi (2006:117) yaitu mampu membuat pegawai
33
melakukan aktifitas atau kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan,
dengan suasana kerja seperti ini diharapkan kinerja meningkat dengan hasil memuaskan.
Hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini cukup baik, setiap karyawan
dimungkinkan untuk saling berkomunikasi, baik dengan karyawan satu level, karyawan
dibawahnya maupun dengan karyawan di level atas. Komunikasi yang terjadi tidak hanya
semata dalam hal penyelesaian pekerjaan tapi juga lebih untuk mempererat kekeluargaan,
karena bagaimanapun juga minimal 8 jam, karyawan menghabiskan waktu di tempatnya
bekerja tiap harinya, sehingga dengan suasana yang nyaman, tentu akan mendukung
aktifitas selama bekerja.
Hal ini bisa dilihat dengan adanya senam pagi tiap hari, selama 15 menit sebagai
awal dari aktifitas bekerja. Walau hanya sebentar, tapi cukup efektif karena semua
karyawan berkumpul termasuk Presiden Direkturnya, dan dilanjutkan dengan team
meeting. Dimana tiap tiap bagian berkumpul dan saling berkoordinasi tentang
pekerjaannya yang telah diselesaikan, dan rencana kerjanya hari ini, pada team meeting ini
masing-masing karyawan saling memberi laporan, dan masukan demi perbaikan yang
tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Jadi bisa dilihat, bahwa komunikasi memang penting dalam suatu organisasi. Hasil
penelitian sesuai dengan teori diatas, bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT NX Indonesia. Dengan komunikasi karyawan bisa mengungkapkan apa saja
yang terkait dengan pekerjaannya, sehingga mereka bisa bekerja dengan baik. Dengan
komunikasi juga, suasana kerja akan lebih nyaman, bawahan bisa mengungkapkan isi
hatinya, karena atasannya merespon dengan baik, dan atasan juga bisa dimengerti
karyawan saat menyampaikan sesuatu. Dengan terciptanya suasana kerja yang nyaman,
maka karyawan akan memberikan kinerjanya yang terbaik.
Berdasarkan hasil analisis pengujian secara simultan kompetensi dan karyawan
terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, maka diperoleh hasil bahwa kompetensi dan
komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, dan pengaruhnya
sebesar 81,20%. Hal ini sesuai dengan pendapat Pace, bahwa pengaruh komunikasi akan
bergabung dengan berbagai cara untuk mengembangkan suatu kepercayaan dan konsep
diri, motif, dan sifat yang merupakan karakteristik kompetensi untuk menciptakan suasana
kerja yang baik, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
34
Daftar Pustaka
Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi Enam,
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Dessler, G. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Jakarta :Indeks
Effendi, O.U. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Mathis, R.L dan Jackson J.H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Sepuluh,
Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Pace, R.W. 2001. Komunikasi Oganisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Palan,R.2006. Competency Management, Terjemahan Octa Meila Jalal, Jakarta : Penerbit
PPM
Spencer L. M & Spencer,S.M. 1993. Competence Work Model for Superior Performance.
John Wiley & Sons Inc.
Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Umum
35
Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Berdirinya Industri Di
Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang
Amarul faiqaladli@yahoo.co.id
Marlia Purnamasari marlia.unsera@gmail.com
Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya
ABSTRAK
Kehadiran industri tersebut diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru dengan
munculnya aktivitas perekonomian baru bagi masyarakat sekitar. Selain perubahan
pendapatan, kehadiran industri tersebut dapat meningkatkan diversifikasi sumber
pendapatan masyarakat. Perubahan lahan yang sebelumnya kawasan pertanian menjadi
kawasan industri yang akan mempengaruhi jenis sumber mata pencaharian baru bagi
masyarakat setempat. Namun kenyata annya berdasarkan penelitian yang penulis lakukan
dengan menggunakan sebaran angket kepada masyarakat yang penulis jadikan sebagai
responden, dimana analisis yang digunakan dengan analisis komparatif atau perbandingan,
maka diperoleh hasil Analisis Uji beda kehidupan masyarakat ekonomi sosial sebelum dan
sesudah pendirian industri bahwa hasil tabel diatas diketahui t hitung adalah 1,952 dengan
tingkat signifikasi (a) adalah 5% atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 200 – 1 = 199 uji
dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum pendirian
industri sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari
output spss yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t di dapat angka 1,970 (1980+ 1960)/2).
Dengan demikian terlihat bahwa t hitung adalah 1,952 dengan nilai probabilitas 0,052.
Oleh karena probabilitas 0,000 > 0,05, maka Ho di terima, yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat desa Sukatani
sebelum dan setelah berdirinya Industri.
Keyword : Kehidupan sosial ekonomi sebelum dan sesudah pendirian Industri
36
Analysis Of Social Life Before And After The Establishment Of Industries In The
Village District Of Cikande Sukatani Serang District
Amarul faiqaladli@yahoo.co.id
Marlia Purnamasari marlia.unsera@gmail.com
ABSTRACT
The presence of these industries are expected to create new jobs with the emergence of
new economic activity to the surrounding community. In addition to changes in income, the
presence of the industry may increase the diversification of sources of income. Changes in
land that was formerly agricultural areas into industrial zones that will affect the kind of
new sources of livelihood for the local people. But the reality is based on research by the
author using the distribution of a questionnaire to the public that the authors use as
respondents, where the analysis used in the comparative analysis or comparison, the
obtained results of Test Analysis different from community life social economy before and
after the establishment of the industry that results of the above table are known t count is
1,952 with significance level (a) is 5% or degrees of freedom is n-1 or 200-1 = 199 tests
carried out a two-sided or two as it will be known whether the average before the
industrial establishment at the post or not. The need for the two sides can be seen also
from SPSS output stating 2 tailed. From the table t can figure 1.970 (1980+ 1960) / 2).
Thus seen that t is 1.952 with a probability value of 0.052. Therefore the probability
0.000> 0.05, then Ho is accepted, which means there are no significant differences in
social and economic life of rural communities Sukatani before and after the founding of
Industry.
Keyword: socio-economic life before and after the establishment of Industry
37
Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap
kehidupan masyakarat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri
terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak
pembangunan industri tersebut aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian
penduduk dari sektor pertanian menjad sektor industri dan perdagangan, dampak
lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masrakat setempat
maupun masyarakat pendatang. Dampak industri terhadap aspek sosial budaya
antaralain berkurangnya kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang ada karena
masuknya nilai dan norma budaya yang baru yang dibawa oleh masyarakat
pendatang atau migran.
Selama ini Industrialisasi sering dianggap sebagai pintu masuk untuk
membawa masyarakat ke arah kemakmuran, paling tidak sebagai penggerak dalam
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pengembangan industri menjadi perhatian
pemerintah dalam rangka pengembangan ekonomi. Perluasan kawasan industri
diciptakan agar menarik investor asing menanamkan modalnya di Indonesa. Harapan
pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ketersediaan sarana, infrastrukutr,
peningkatan kualitas SDM.
Dalam rangka pengembangan perekonomian wilayah sekaligus peningkatan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten
Serang terutama di Kecamatan Cikande Desa Sukatani, yang dapat digunakan para
investor seperti PT. Cap Kaki Tiga, PT. Aneka Baja, PT. Sain Goban.
Kehadiran industri tersebut diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru
dengan munculnya aktivitas perekonomian baru bagi masyarakat sekitar. Selain
perubahan pendapatan, kehadiran industri tersebut dapat meningkatkan diversifikasi
sumber pendapatan masyarakat. Perubahan lahan yang sebelumnya kawasan
pertanian menjadi kawasan industri yang akan mempengaruhi jenis sumber mata
pencaharian baru bagi masyarakat setempat.
Adanya pembangunan industri tersebut telah memberikan pengaruh secara
langsung dan tidak langsung kepada masyarakat setempat, pengaruh langsungnya
38
adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah
bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa atau
perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif
dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial
dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan.
Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan
petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta
tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir
Berdasarkan hasil wawancara dengan Plh. Kepala Desa Sukatani yaitu Bapak
H. Rachmatullah bahwa adanya industri di wilayah desa Sukatani penghasilan
masyarakat berkurang karena lahan persawahan sudah berubah menjadi Industri yang
awalnya kebanyakan dari hasil tani dan perkebunan baik sebagai pemilik sawan
ataupun sebagai buruh tani.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti
dengan judul Analisis kehidupan sosial masyarakat sebelum dan sesudah
berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang.
Perumusan masalah
Berdasarkan dari identifikasi masalah, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat sebelum pendirian industri di Desa
Sukatani Kecamatan Cikande?
2. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat setelah pendirian industri di Desa
Sukatani Kecamatan Cikande ?
3. Adakah perbedaan yang signfikan kehidupan sosial masyarakat sebelum dan
setelah berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande
39
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat sebelum adanya pendirian
industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande.
2. Untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat setelah pendirian industri di
Desa Sukatani Kecamatan Cikande.
3. Untuk mengetahui tingkat signifikan kehidupan sosial masyarakat sebelum dan
setelah berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande.
Tinjauan Pustaka
DefenisiIndustri
Industri adalah semua perusahaan atau usaha yang melakukan
kegiatanmerubah bahan dasar atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang
lebihtinggi nilainya. Termasuk kedalam sektor ini adalah perusahaan yang
melakukankegiatan jasa industri dan perakitan (assembling) dari suatu industri (BPS,
2002).
Menurut G. Kartasapoetra (1987) ”Industri adalah kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang
jadimenjadi barang yang bernilai tinggi”.
Industri merupakan jaringan yang menjangkau hampir setiap aspek
masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian.Industri juga merupakan sebuah faktor
penting dalam membentuk masalah-masalah sosial yang kompleks.dengan mutu
yang bagus untuk kemudian dijual dan diperdagangkan. Guna menjaga
kemassalannyadigunakan sejumlah tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara
serta polakerja tertentu .Industri menurut skalanya yaitu:
1. Industri besar adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau
karyawan 100 orang atau lebih.
2. Industri sedang adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau
karyawan 20 sampai 99 orang.
3. Industri kecil adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau
karyawan 5 sampai 19 orang.
40
4. Industri rumah tangga adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja
atau karyawan 1 sampai 4 orang.
MasyarakatPedesaan
Masyarakat menurutSoekanto (1990) diartikan sebagai manusia yanghidup
bersama, mereka sadar sebagai satu kesatuan dan mereka merupakan suatusistem
yang hidup bersama. Masyarakat desa mempunyai hubungan yang lebih erat
daripada masyarakat kota. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasarsistem
kekeluargaan. Dalam masyarakat desa biasanya tertuju pada keperluankebutuhan
yang bersifat primer seperti makanan, pakaian, dan rumah.Masyarakat desa terdiri
dariindividu dan keluarga-keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial
yangsaling berhubungan antara satu sama lain baik diorganisir maupun tidak
untukmencapai tujuan tertentu (kepentingan pribadi atau kelompok) jelas
menunjukkanmasyarakat desa hidup berkelompok dimana secara normatif mereka
diatur olehnorma-norma, nilai-nilai dan kelembagaan yang bersifat tradisional,
sehinggadalam kehidupan sehari-harinya unsur kebersamaan, gotong royong yang
bersifatkomunal dalam berbagai segi kehidupan masih banyak dikalangan mereka.
PerubahanSosialPedesaan
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Ada perubahan yang menarik perhatian orang, ada yang pengaruhnya luas, yang
terjad lambat, ada pula yang terjadi cepat. Perubahan-perubahan di masyarakat dapat
berupa perubahannorma-norma, pola-pola perilaku seseorang, organisasi, susunan
dan stratifikasimasyarakat, dan juga mengenai lembaga kemasyarakatan.Sebab-sebab
terjadinya perubahan itu sumbernya ada yang terletak didalam masyarakat itu sendiri
dan ada yang letaknya di luar masyarakat itu. Sebab-sebab yang bersumber dalam
masyarakat itu sendiri misalnya bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan
baru, pertentangan antara golongan, dan pemberontakan atau evolusi di dalam tubuh
masyarakat itu sendiri.Apabila sebab-sebab perubahan itu bersumber dari masyarakat
lain maka perubahan dalam masyarakat itu perlu juga diketahui saluran-saluran yang
dilalui dalam proses perubahan itu, sehingga perubahan itu pada akhirnya dikenal,
diterima, diakui, dan digunakan oleh khalayak ramai. Saluran-saluran yang dilalui
dalam proses perubahan tersebut pada umumnya adalah lembaga kemasyarakatan
dalam bidang pendidikan, ekonomi, pemerintahan, agama,rekreasi dan
sebagainya.Menurut Ibrahim, J.T, (2002), industrialisasi pada masyarakat
4
41
agrarismerupakan salah satu contoh bentuk perubahan sosial yang tingkat
pengaruhnya besar pada sendi dasar kehidupan manusia. Secara umum, perubahan
tersebut membawa pengaruh besar pada sistem dan struktur sosial. Proses
industrialisasi merubah pola hubungan kerja tradisional menjadi modrn rasional.
Kondisi Sosial Ekonomi
Sosiologi ekonomi adalah studi tentang bagaimana cara orang
atau masyarakatmemenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa yang
menggunakansosiologi (Damzar 2002 : 7). Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan
kehidupan sosial material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan,
kesusilaan, ketentraman lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga
negara untuk mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang
sebaikmungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak- hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Adi,1996:
20).
Sosial ekonomi adalah kondisi kependudukan yang ada tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat konsumsi, perumahan, dan lingkungan
masyarakat (Kusnadi 1993: 6). Sedangkan menurut Soekanto (2003) sosial ekonomi
adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak serta kewajibannya dalam hubungannya
dengan sumber daya. Berdasarkan pendapat di atas maka sosial ekonomi adalah
posisi seseorangatau kelompok orang dalam masyarakat yang kondisinya
memungkinkan bagi setiap individu maupun kelompok untuk mengadakan usaha
guna pemenuhan kebutuhan hidupnya yang sebaik mungkin bagi diri sendiri,
keluarga sertamasyarakat dan lingkungannya Dampak adalah suatu perubahan yang
disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha investasi dalam kegiatan pembangunan
memiliki kemampuan potensial menimbulkan dampak.
Konsep dampak diartikan sebagai pengaruh munculnya aktifitas manusia
dalam pembangunan terhadap lingkungan termasuk manusia. Sehubungan dengan itu
Soemartono (2011) menjelaskan bahwa padadasarnya sasaran pembangunan adalah
menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktifitas pembangunan yang
menimbulkan efek samping yang tidakdirencanakan di luar sasaran yang disebut
dampak.
42
Dampak dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang
berpengaruh terhadap sasaran yangingin dicapai. Adapun menurut Soedharto (1995)
dampak sosial adalah konsekuensisosial yang menimbulkan akibat dari suatu
kegiatan pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan
perubahan yang terjadi padamanusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas
pembangunan. Adapun menurut Soedharto (1995) dampak sosial adalah
konsekuensisosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan
ataupun penerapan suatu kebijakan dan program
merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan
oleh aktifitas pembangunan. Dalam keputusan pemerintah No.14 Menteri
Lingkungan Hidup 1994 tentang”penetapan dampak penting” terhadap aspek sosial
ekonomi yaitu:
1. Aspek sosiala.
a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat, adat
istiadat dan kebiasaan yang berlaku.
b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat.
c. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat
d. Kelompok-kelompok dan organisai sosial.
e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.
f. Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat.
g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan.
2. Aspek ekonomia.
a) Kesempatan bekerja dan berusaha.
b) Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam.
c) Tingkat pendapatan.
d) Sarana dan prasarana infrastruktur.
e) Pola pemanfaatan sumber daya alam.
DampakIndustriterhadapLingkungan
Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak
terhadap sosial ekonomi masyarakat namun di sisi lain juga membawa perubahan
yang berdampak negatif, dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran
terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara,
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi
Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi

More Related Content

What's hot

PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...intan mustika
 
TUGAS METOPEN
TUGAS METOPENTUGAS METOPEN
TUGAS METOPENotnayirt
 
Jurnal ade caswito/43111120024 2016
Jurnal ade caswito/43111120024 2016Jurnal ade caswito/43111120024 2016
Jurnal ade caswito/43111120024 2016adecaswito
 
Jurnal manajemen pelayanan publik
Jurnal manajemen pelayanan publikJurnal manajemen pelayanan publik
Jurnal manajemen pelayanan publikIam Ziqha
 
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...Hastho Oke Sekali Jaya
 
97 297-1-pb
97 297-1-pb97 297-1-pb
97 297-1-pbbudibayu
 
contoh jurnal
contoh jurnalcontoh jurnal
contoh jurnaldiasnf
 
Chinese retail banking industry
Chinese retail banking industry Chinese retail banking industry
Chinese retail banking industry pangarso_adi
 
Proposal riset arnold
Proposal riset arnoldProposal riset arnold
Proposal riset arnolderiskan
 
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada ptimamprakarsa
 
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...Andhi Sukma
 

What's hot (15)

PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
PPT SEMINAR PROPOSAL TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA RUSUNAWA DI KOTA MAGELANG DAN ...
 
TUGAS METOPEN
TUGAS METOPENTUGAS METOPEN
TUGAS METOPEN
 
ARTIKEL
ARTIKELARTIKEL
ARTIKEL
 
Jurnal ade caswito/43111120024 2016
Jurnal ade caswito/43111120024 2016Jurnal ade caswito/43111120024 2016
Jurnal ade caswito/43111120024 2016
 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
 
Jurnal manajemen pelayanan publik
Jurnal manajemen pelayanan publikJurnal manajemen pelayanan publik
Jurnal manajemen pelayanan publik
 
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...
Review jurnal Relationship Bonding Tactics, Personality Traits, Relationship ...
 
97 297-1-pb
97 297-1-pb97 297-1-pb
97 297-1-pb
 
Jurnal Ekonomi
Jurnal EkonomiJurnal Ekonomi
Jurnal Ekonomi
 
contoh jurnal
contoh jurnalcontoh jurnal
contoh jurnal
 
Chinese retail banking industry
Chinese retail banking industry Chinese retail banking industry
Chinese retail banking industry
 
Makalah pkn komitmen mutu
Makalah pkn komitmen mutuMakalah pkn komitmen mutu
Makalah pkn komitmen mutu
 
Proposal riset arnold
Proposal riset arnoldProposal riset arnold
Proposal riset arnold
 
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
Persepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada ptPersepsi nasabah  terhadap  kualitas pelayanan          pada pt
Persepsi nasabah terhadap kualitas pelayanan pada pt
 
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...
Tingkat kepuasan siswa terhadap inovasi sistem pelayanan publik (pembayaran s...
 

Similar to Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi

Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...
Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...
Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...20180309106
 
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxterbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxJihanShasikaRani1
 
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxPRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxJihanShasikaRani1
 
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptx
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptxREVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptx
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptxssuser622b47
 
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdf
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdfpresentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdf
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdfAfraMaida
 
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptx
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptxPPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptx
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptxcinong2
 
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptx
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptxPPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptx
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptxARDI283157
 
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelanggan
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelangganAnalisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelanggan
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelangganNaila Greenny
 
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIJURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIriskienurul
 
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdf
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdfArtikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdf
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdfssuser49d2a5
 
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...yoan santoso
 
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)Ajeng Pipit
 
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayanan
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas PelayananJURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayanan
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayananbennyagussetiono
 
5490 11655-1-sm
5490 11655-1-sm5490 11655-1-sm
5490 11655-1-smRisma Ajha
 
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...Ilham Fatria
 
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...Shinta Winasis
 

Similar to Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi (20)

Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...
Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...
Tugas Online8, Juan Ponce Enrile Febriansyah, Erlina Puspitaloka Mahadewi, Ha...
 
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxterbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
terbaru PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
 
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptxPRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
PRESENTASI KEPUASAN PELANGGAN D BESTO.pptx
 
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptx
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptxREVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptx
REVIEW JURNAL TOPIK 3 GILANG.pptx
 
Jurnal ade
Jurnal adeJurnal ade
Jurnal ade
 
Kel (presentasi)koksjok
Kel (presentasi)koksjokKel (presentasi)koksjok
Kel (presentasi)koksjok
 
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdf
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdfpresentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdf
presentationseminarhasilpenelitian-130321205737-phpapp02 (1).pdf
 
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptx
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptxPPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptx
PPT BTR 3 revisi 2024dddddddddddddd.pptx
 
IKM Probolinggo.pdf
IKM Probolinggo.pdfIKM Probolinggo.pdf
IKM Probolinggo.pdf
 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
 
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptx
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptxPPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptx
PPT PROPOSAL tesis sebagai bahan acuan penelitian.pptx
 
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelanggan
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelangganAnalisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelanggan
Analisis faktor kepuasan tentang kepuasan pelanggan
 
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIJURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
 
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdf
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdfArtikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdf
Artikel kepuasan pelayanan pada PT Air manado.pdf
 
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...
Jurnal pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pengguna jasa ...
 
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)
Contoh Proposal Penelitian SSS (Sangat Sederhana Sekali)
 
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayanan
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas PelayananJURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayanan
JURNAL PDP VOL 1 NO 2 Benny Agus Setiono Kualitas Pelayanan
 
5490 11655-1-sm
5490 11655-1-sm5490 11655-1-sm
5490 11655-1-sm
 
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...
Ars103 manajemen pemasaran rs ilham fatria, erlina puspita loka dewi, hasyim,...
 
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...
MPA 1, shinta winasis, Hapzi Ali, literarature review & conceptual framework,...
 

More from Johan

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Johan
 
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Johan
 
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online. Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online. Johan
 
Membangun Merek Melalui Marketing Public Relations
Membangun Merek Melalui Marketing Public RelationsMembangun Merek Melalui Marketing Public Relations
Membangun Merek Melalui Marketing Public RelationsJohan
 
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...Johan
 
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten.
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten. Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten.
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten. Johan
 
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...Johan
 
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelanggan
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelangganPeran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelanggan
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelangganJohan
 

More from Johan (8)

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembentukan Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk K...
 
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
Keputusan memilih unsera untuk melanjutkan studi dan faktor faktor yang memen...
 
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online. Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
 
Membangun Merek Melalui Marketing Public Relations
Membangun Merek Melalui Marketing Public RelationsMembangun Merek Melalui Marketing Public Relations
Membangun Merek Melalui Marketing Public Relations
 
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...
Memahami Calon Pelanggan Jasa Pendidikan Tinggi untuk Merancang Strategi Pema...
 
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten.
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten. Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten.
Faktor faktor yang Memengaruhi Keberlanjutan Perguruan Tinggi di Banten.
 
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...
Faktor faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja dan Dampaknya Terhadap Kinerja ...
 
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelanggan
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelangganPeran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelanggan
Peran keterikatan merek dalam membangun loyalitas pelanggan
 

Peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri pendidikan tinggi

  • 1. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 Diterbitkan Oleh: Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya Peran Biaya Beralih Pada Hubungan Klasik Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan di Industri Pendidikan Tinggi.( Studi Pada PTS X) Hermansyah Andi Wibowo Muhammad Johan Widikusyanto Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk Peningkatan Pembangunan di Kabupaten Pandeglang Syamsudin Delly Maulana Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.NX Indonesia Siska Mardiana Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Berdirinya Industri Di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang. Amarul Marlia Purnamasari Analisis Faktor – Faktor Makro Ekonomi Yang Memengaruhi Keberlanjutan Industri Polymer Emulsion ( STYRENE BUTADIENE LATEX) DI INDONESIA R.Eddy Nugroho M Johan Widikusyanto Volume 2 Nomor 1 Januari - Juni 2016 SAINS MANAJEMEN JURNAL MANAJEMEN UNSERA Diterbitkan oleh Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya Sains Manajemen Volume 2 Nomor 1 Halaman 1-77 Januari - Juni 2016 ISSN: 2443-0064
  • 2. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 Diterbitkan Oleh: Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya SAINS MANAJEMEN SUSUNAN DEWAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB Denny Kurnia Syamsudin DEWAN REDAKSI Pimpinan Redaksi Ratu Erlina Gentari Sekretaris Nafiudin Anggota Deviyantoro M Johan Widikusyanto Hermansyah Andi Wibowo MITRA BESTARI Lutfi Anizir Ali Murad Suryaman DESAIN GRAFIS Ikhwan ALAMAT REDAKSI Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya Jl. Raya Serang-Cilegon Km.5 (Taman Drangong), Serang – Banten Telp. 0254 – 8235007, Fax. 8235008, E-mail: jurnalmanajemenunsera@gmail.com ISSN: 2443-0064
  • 3. SAINS MANAJEMEN Jurnal Manajemen Unsera Peran Biaya Beralih Pada Hubungan Klasik Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan di Industri Pendidikan Tinggi.( Studi Pada PTS X) Hermansyah Andi Wibowo Muhammad Johan Widikusyanto 1 – 12 Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk Peningkatan Pembangunan di Kabupaten Pandeglang Syamsudin Delly Maulana 13 – 23 Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT.NX Indonesia Siska Mardiana 24 –34 Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Berdirinya Industri Di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang. Amarul Marlia Purnamasari 35 – 58 Analisis Faktor – Faktor Makro Ekonomi Yang Memengaruhi Keberlanjutan Industri Polymer Emulsion ( STYRENE BUTADIENE LATEX) DI INDONESIA R.Eddy Nugroho M Johan Widikusyanto 59 – 77 ISSN: 2443-0064
  • 4. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 1 Peran Biaya Beralih pada Hubungan Klasik Kualitas Pelayanan, Kepuasan, dan Loyalitas Pelanggan di Industri Pendidikan Tinggi. (Studi pada PTS X) Hermansyah Andi Wibowo Muhammad Johan Widikusyanto hermansyahandiwibowo@gmail.com ABSTRACT Purposes: Due to the lack of evidence from the higher education level context, this study aims to examine the role of switching cost on the classical relationship of service quality, satisfaction, and loyalty. Many researchers confirmed the direct effect of switching cost on loyalty, meanwhile the other confirmed switching cost as a moderating variable. Methode: SEM was used to examine the hypothesis with LISREL 8.80 as a tool for computing the data. Results: the research confirmed the individual effect of service quality on satisfaction and switching cost on loyalty. In the opposites, this research did not confirmed the effect of service quality on loyalty. Furthermore, satisfaction has no significant effect on loyalty. Hence, the classical relationship between service quality, satisfaction, and loyalty as a mediation model was not supported. This research also confirmed that switching cost has two role in the model, it can be treated as an independen variable either moderating variable. Keywords: customer loyalty, service quality, customer satisfaction, switching cost, moderation. ABSTRAK Tujuan: Oleh karena langkanya bukti dari konteks level pendidikan tinggi, studi ini bertujuan menguji peran biaya beralih pada hubungan klasik kualitas pelayanan, kepuasan, dan loyalitas. Banyak peneliti menegaskan pengaruh langsung dari biaya beralih, sementara yang lain menegaskan biaya beralih sebagai variabel moderator. Metode: SEM digunakan untuk menguji hipotesis dengan alat komputasi adalah LISREL 8.80 Hasil: penelitian ini menegaskan pengaruh individual dari kualitas pelayanan terhadap loyalitas dan biaya beralih terhadap loyalitas. Sebaliknya, penelitian ini tidak menegaskan pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Lebih jauh lagi, kepuasan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas. Sebab itu, hubungan klasik antara kualitas pelayanan, kepuasan, dan loyalitas sebagai model mediasi tidak terdukung. Penelitian ini juga menegaskan bahwa biaya beralih memiliki dua peran dalam model, ia bisa diperlakukan sebagai variabel bebas selain juga sebagai variabel moderator. Kata-kata kunci: loyalitas pelanggan, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, biaya beralih, moderasi.
  • 5. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 2 Pendahuluan Dalam paradigma pemasaran relasional, hubungan antara kualitas layanan, kepuasan pelanggan, dan loyalitas pelanggan, telah banyak diteliti oleh para ilmuwan pemasaran. Pada umumnya mereka berhasil membuktikan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perantara atau mediator pada pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan. Di luar negeri,Bloemer, dkk (1998) membuktikannya dengan mengambil konteks industri perbankan,Mosahab, dkk (2010)pada hanya satu bank, (Lien dan Yu, 2001) pada industri servis mobil, (Srivastava dan Rai, 2013) pada industri asuransi jiwa. Penelitian serupa di dalam negeri menunjukkan bahwa kepuasan merupakan mediator bagi hubungan kualitas pelayanan dengan loyalitas. Aryani dan Rosinta (2010) membuktikan bahwa pada konteks industri makanan cepat saji, pengaruh langsung kualitas pelayanan terhadap loyalitas tidak terdukung data ketika variabel kepuasan dimasukkan dalam persamaan. Perkembangan selanjutnya, walaupun masih jarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa efek tidak langsung/mediasi tidak terjadi, hanya efek langsung saja yang signifikan (lihat Sawitri, dkk., 2013). Pada penelitian persepsi terhadap pegawai akademik kampus ditemukan hal serupa yaitu kepuasan tidak berpengaruh terhadap loyalitas dan karenanya tidak memediasi hubungan kualitas pelayanan dan loyalitas (Wibowo, 2014). Para peneliti mulai menyadari bahwa hubungan kepuasan pelanggan dengan loyalitas pelanggan tidak sesederhana yang dipikirkan oleh para peneliti. Mereka mulai mencari variabel lain yang mungkin terlibat didalam pengaruh tersebut. Biaya beralih mulai mendapat perhatian ketika ternyata pelanggan bisa saja loyalnamun belum tentu terpuaskan. Akan tetapi konsep, dimensi, pengukuran, anteseden, dan konsekuensi dari biaya beralih belum ditetapkan sampaiBurnham, dkk, (2003)melakukan penelitian yang menghasilkan tipologi biaya beralih, antara lain: biaya prosedural, biaya finansial, dan biaya relasional. Lebih jauh lagi, Burnham, dkk, (2003) juga menemukan bahwa biaya beralih terbukti berpengaruh terhadap keputusan tetap dengan penyedia jasa walaupun pelanggan mengalami hubungan yang mengecewakan. Pengaruh interaksi biaya beralih dengan kepuasan tidak terdukung data. Hal ini sejurus dengan hasil penelitian Yani, dkk.(2014) dengan konteks pengguna jasa operator selular. Hambatan beralih juga, ternyata, merupakan variabel bebas pada penelitian (lihat Farida, 2012 dan Wibowo, 2014). Peneliti lain, di konteks pengguna GSM, menemukan bahwa biaya beralih merupakan variabel pemoderasi bagi pengaruh kepuasan dan kepercayaan terhadap loyalitas, serta berpengaruh langsung terhadap loyalitas (Aydin, dkk., 2005). Senada dengan hal ini, Stan, dkk. (2013), mengukur biaya beralih dengan sensitifitas harga, menemukan bahwa biaya beralih selain berpengaruh langsung terhadap loyalitas juga memoderasi pengaruh kepuasan terhadap loyalitas. Berdasarkan uraian di atas, terdapat perbedaan hasil yang diperoleh para peneliti terkait peran biaya beralih, apakah ia sebagai variabel bebas atau variabel pemoderasi atau keduanya. Lebih jauh lagi, kami melihat bahwa konsep biaya beralih baru diterapkan pada industri-industri yang “pure profit oriented”. Di Indonesia, penelitian sehubungan biaya beralih pada konteks industri pendidikan tinggi belum pernah dilakukan selain penelitian Wibowo (2014). Untuk itu, perlu dilakukan penelitian dengan fokus pada peran biaya beralih di konteks pendidikan tinggi padasampel dengan persepsi yang berbeda. Lebih jauh lagi, penelitian ini bertujuan untuk menguji ulang model penelitian Wibowo (2014) dengan menggunakan sampel yang sama namundengan objek persepsi berbeda yaitu dosen. Secara eksplisit, hipotesis yang akan diuji kebenarannya pada penelitian ini, antara lain:
  • 6. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 3 H1 Kualitas layanan dosen berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa H2 Kualitas layanan dosen berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa H3 Kepuasan mahasiswa berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa H4 Biaya beralih berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa H5 Biaya beralih memoderasi pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas mahasiswa H6 Biaya beralih memoderasi pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap loyalitas mahasiswa Tinjauan Pustaka Kualitas Layanan Zeithaml (1988) mendefinisi kualitas layanan yang dirasakan sebagai penilaian pelanggan terhadap keseluruhan keunggulan atau superioritas dari layanan (lihat juga Turner, dkk., 2010). Jyh and Droge (2006) menyatakannya sebagai "evaluasi terhadap kualitas layanan yang dirasakan merupakan respon kognitif pada tingkat atribut”. Parasuraman, dkk. (1988) juga menyatakan bahwa kualitas layanan adalah bentuk sikap, yang berhubungan tapi tidak sama dengan kepuasan, yang merupakan hasil dari perbandingan ekspektasi-ekspektasi dengan kinerja. Sementara itu, hasil penelitian Parasuraman, dkk.(1988) yang melakukan eksplorasi eksperimental dengan temuan bahwa kualitas layanan yang awalnya terdiri dari 10 dimensi kualitas layanan (lihat Parasuraman,1985), dapat diringkas menjadi 5 dimensi saja, antara lain: a. Tangibles: Bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik,perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. b. Reliability: Kemampuan untuk bekerja dengan segera dan akurat sesuai dengan yang telah dijanjikan. c. Responsiveness: Kemauan untuk membantu konsumen dan memberikan jasa dengan cepat. d. Assurance: pengetahuan dan kesopansantunan pegawai dan kemampuan mereka menginspirasi rasa percaya dan confidence. e. Emphaty: peduli, perhatian individual yang diberikan perusahaan terhadap pelanggannya Dimensi assurance dan emphaty merupakan peringkasan dari ketujuh variabel sebelumnya, yaitu: communication, credibility, security, competence, courtesy, understanding/knowing customers, dan acces. Dari hasil dua tahap purifikasi skala, ketujuh dimensi dapat masuk sempurna ke dalam dimensi assurance dan emphaty. Dengan demikian, kelima dimensi ini sudah menangkap semua facets dari kesepuluh dimensi sebelumnya. Persepsi kualitas layanan memengaruhi perasaan kepuasan yang pada gilirannya memengaruhi perilaku pembelian di masa depan. Hubungan antara kepuasan dan loyalitas dianggap lebih lemah dari hubungan antara kualitas dan kepuasan (Cronin, dkk., 2000). Lain halnya dengan Mosahab, dkk.(2010) yang menyatakan bahwa hubungan antara kualitas layanan dengan loyalitas lebih kuat dari pada hubungan antara kepuasan dengan loyalitas. Di sisi lain, baik akademisi maupun praktisi telah memberikan penekanan terhadap pentingnya hubungan antara persepsi kualitas dengan loyalitas dan beberapa studi menemukan hubungan ini menjadi positif (Cronin, dkk., 2000). Penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, dkk.(1991) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan dan kesediaan mereka untuk
  • 7. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 4 merekomendasikan perusahaan. Fornell (1992) menyoroti bahwa kualitas layanan memiliki efek positif pada retensi klien yang pada gilirannya sangat terkait dengan profitabilitas. Baru-baru ini, hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) Stan, dkk. (2013) memperkuat temuan yang signifkan dan positif pada hubungan kualitas layanan dan loyalitas. Bell, dkk.(2005) menunjukkan bahwa efek dari kualitas layanan teknis dan kualitas layanan fungsional terhadap loyalitas pelanggan adalah positif dan signifikan. Namun, ada juga beberapa studi yang tidak menemukan hubungan positif antara kualitas layanan dan niat berperilaku loyal (contohnya Hu, dkk. . 2009). Kepuasan Pelanggan Kotler & Keller (2012, hal.128) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan kinerja produk (outcome) dengan harapan-harapannya. Jika kinerja jatuh di bawah harapan-harapannya, maka pelanggan tidak puas. Jika memenuhi harapan-harapannya, pelanggan puas. Jika melampaui harapan-harapannya, pelanggan sangat puas atau gembira. Secara umum ada dua jenis kepuasan pelanggan yang diteliti dalam literatur yang ada (Jyh dan Droge, 2006), pertama adalah kepuasan atribut yang mengacu pada kepuasan kognitif konsumen terhadap produk atau layanan. Jyh dan Droge (2006) menemukan bahwa kepuasan atributif merupakan anteseden dari kepuasan keseluruhan dan mempengaruhi pembentukannya. Hasil ini jelas membedakan antara kepuasan secara atributif dengan kepuasan secara keseluruhan, dimana kepuasan atributif adalah kepuasan yang mengacu pada kepuasan kognitif, sedangkan kepuasan keseluruhan mengacu kepada respon atau afektif. Serta, kepuasan pelanggan terkait evaluasinya atas bagaimana harapannya dipenuhi oleh penyedia jasa, bisa berbeda antara satu bisnis dengan bisnis lainnya. Lebih lanjut lagi, Jyh dan Droge (2006) mengembangkan alat ukur penelitiannya untuk variabel atributif merek kosmetik terkenal tertentu menjadi puas terhadap kualitas, efektifitas, keragaman, paket, bau, kualitas total dari produk. Sementara itu, Chun, dkk. (2014) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan terdiri dari komitmen tangible perusahaan, komiten layanan, buzz, dan pengalaman pembelian masa lalu, dan ini menjadi dasar bagi pembentukan standar harapan. Menurut Lam, dkk.(2004), meningkatkan kepuasan pelanggan dan retensi pelanggan menyebabkan peningkatan keuntungan, WoM yang positif, dan pengeluaran pemasaran yang lebih rendah. Di sektor perbankan, studi yang dilakukan oleh Pandey dan Devasagayam (2012) menunjukkan bahwa peningkatan kepuasan meningkatkan hubungan antara pelanggan dengan bank. Searah dengan hal di atas, Lien dan Yu (2001) menemukan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan dari sisi keperilakuan. Lebih jauh lagi, Jamal dan Anastasidou (2009) menemukan bahwa tiga dimensi kualitas layanan, antara lain: reliabilitas, tangibility, dan empati, berkorelasi positif dengan kepuasan yang juga berkorelasi positif dengan loyalitas pelanggan. Peneliti lain menyatakan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan karena kepuasan pelanggan dianggap sebagai pendorong utama dari hubungan jangka panjang antara pemasok dan pembeli (Geyskens, dkk., 1999). Stan, dkk (2013) mengamini hal ini dengan memperoleh temuan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
  • 8. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 5 Loyalitas Pelanggan Pengalaman menunjukkan bahwa mendefinisikan dan mengukur loyalitas merek sangat sulit dilakukan. Dilema yang ada adalah niat mungkin tidak mengarah pada tindakan, dan perilaku pembelian berulang belum tentu mencerminkan niat. Sebagai kompromi, sebagian besar peneliti cenderung untuk menggunakan konatif atau mengukur perilaku-niat (Yang dan Peterson, 2004). Kendatipun demikian, Oliver (1997) dalam upayanya membedakan kepuasan dengan loyalitas, mendefinisi loyalitas sebagai “A deeply held commitment to rebuy or repatronize a preferred product/service consistently in the future, thereby causing repetitive same-brand or same brand-set purchasing, despite situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior". Definisi Oliver (1997) di atas meliputi aspek sikap dan keperilakuan dari loyalitas pelanggan. Definisi inilah yang dipilih Kotler & Keller (2012) dalam bukunya Marketing Management. Chaudhuri dan Holbrook (2001) juga mengungkapkan loyalitas pelanggan dibangun oleh loyalitas sikap dan loyalitas perilaku. Selanjutnya, Ming, dkk. (2010) menyimpulkan bahwa jika seseorang ingin mengukur loyalitas pelanggan, secara garis besar pengukurannya bisa dilakukan dalam 5 level, antara lain: kesediaan membeli kembali, perkataan-perkataan positif, kesediaan merekomendasi, toleransi terhadap penyesuaian harga, dan frekuensi konsumsi. Biaya beralih Burnham, dkk.(2003) mendefinisi biaya beralih sebagai one time costs yang pelanggan akan hadapi ketika pindah dari satu penyedia ke penyedia yang lain. Senada dengan hal ini, Jones, dkk.(2007) mendefinisi biaya beralih sebagai pengorbanan atau penalti yang konsumen rasakan dan akan terjadi dalam perpindahan dari satu penyedia ke penyedia yang lain. Patterson & Smith (2003) mengemukakan dalam pemasaran jasa terdapat beberapa jenis biaya beralih yang memengaruhi keputusan konsumen untuk beralih ke yang lain, yaitu: a)Continuity costs b) Learning Costs c) Sunk Costs. Burnham, dkk.(2003) menyatakan bahwa tipologi dari Biaya beralih, terdiri dari tiga dimensi, antara lain: biaya finansial, biaya prosedural, dan biaya relasional. Berdasarkan temuan penelitiannya, Aydin,dkk.(2005) menyatakan bahwa biaya beralih memiliki pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Secara eksplisit pernyataan ini dipaparkan pada paragraf di bawah ini. However, it was noted that perceived switching cost had a positive effect on customer loyalty, as did customer satisfaction and trust. The antecedents of customer loyalty are customer satisfaction, trust, and perceived switching cost for customer who perceive switching cost to be high, but switching cost has no effect on those who perceive it to be low, and the antecedents of customer loyalty in that case are customer satisfaction and trust alone. Senada dengan hal ini, Lam, dkk.(2004 ) menyatakan bahwa "bagian dari biaya beralih mungkin melibatkan loyalitas manfaat yang akan diberikan oleh pelanggan saat hubungannya dengan penyedia layanan berakhir. Kenikmatan manfaat ini dapat menyebabkan pelanggan untuk merekomendasikan penyedia yang bersangkutan kepada pelanggan lain". Menurut penulis yang sama, biaya beralih memiliki efek positif dan signifikan terhadap loyalitas perilaku (patronase dan rekomendasi). Sejumlah temuan terbaru tentang pengaruh langsung biaya beralih terhadap loyalitas adalah oleh Stan, dkk
  • 9. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 6 (2013) dan Wibowo (2014). Penelitian Stan, dkk (2013) menggunakan metode Partial Least Square dimana orientasi penggunaannya adalah untuk mencari dan memunculkan teori baru. Hasilnya adalah biaya beralih memengaruhi secara positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Wibowo (2014) di sisi lain, menggunakan SEM dan menghasilkan temuan yang sama yaitu biaya beralih berpengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Peran Moderasi Biaya beralih terhadap Loyalitas Pelanggan Belakangan ini banyak peneliti mulai menyelidiki efek moderasi biaya beralih dalam pembentukan loyalitas pelanggan (Wang, 2010). Adapun hubungan antara kepuasan dan loyalitas, para peneliti telah menganalisis efek moderasi biaya beralih dengan hasil yang beragam menurut Jones, dkk (2000). Kutipan yang sama menyatakan bahwa dampak kepuasan pelanggan terhadap niat membeli kembali menurun dalam kondisi biaya beralih yang tinggi. Studi lain yang dilakukan oleh Lee, dkk.(2001) menemukan bahwa biaya beralih mengadakan efek moderasi terhadap loyalitas pelanggan. Namun Lam, dkk. (2004) dan Wibowo (2014) tidak menemukan dukungan untuk gagasan ini. Dagger & David (2012) melakukan investigasi mendalam sehubungan dengan pola asosiasi antara kepuasan dengan loyalitas. Mereka menemukan bahwa hanya keterlibatan (involvement) yang tidak terbukti memoderasi hubungan antara kepuasan dan loyalitas. Sementara itu, manfaat (benefit) dan biaya beralih terbukti signifikan memoderasi pengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelanggan. Selain itu Jones, dkk. (2000) menyoroti bahwa pelanggan dengan rendahnya biaya beralih akan memeriksa dengan lebih hati-hati kualitas layanan yang mereka terima daripada pelanggan dengan biaya beralih yang tinggi. Menurut Wang (2010), pelanggan bersedia tetap dengan penyedia layanan meskipun terjadi penurunan kualitas layanan jika biaya yang dirasakan dalam melaksanakan pencarian tambahan untuk memperoleh yang baru, melebihi potensi manfaat dari melakukan perpindahan. Namun Bell, dkk.(2005) dan Wibowo (2014) tidak dapat menemukan dukungan untuk gagasan bahwa hubungan antara kualitas layanan dan loyalitas pelanggan dimoderasi oleh biaya beralih yang dirasakan. Metode Penelitian Survei dilakukan terhadappopulasi mahasiswa PTS X dengan penyampelan menggunakanpurposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih mahasiswa yang memiliki masa studi lebih dari satu tahun. Waktu satu tahun dinilai cukup bagi mahasiswa merasakan konsumsi produk kampus.Besar sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan model SEM di mana sampel besar akan memungkinkan untuk mendapatkan distribusi data normal. Dari 650 angket yang disebar, dikembalikan 565 responden saja dan hanya 533 yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Metode analisis data menggunakan SEM dengan alat bantu LISREL 8.8. Uji moderasi menggunakan teknik interaksi single indicator dengan memanfaatkan Latent Variable Score (LVS). Teknik interaksi bisa secara bersama-sama memperlakukan variabel biaya beralih sebagai variabel bebas sekaligus pemoderasi (quasi moderasi) dalam perhitungannya. Hal ini bersesuaian dengan tujuan penelitian ini. Variabel-variabel diukur menggunakan alat ukur yang sudah lazim digunakan dengan memodifikasi sesuai pemilihan objek persepsi yaitu dosen. Pengembangan alat ukur untuk variabel kualitas layanan, berfokus pada pegawai dosen saja. Pengembangan alat ukur variabel kepuasan menggunakan kepuasan keseluruhan dan pemenuhan harapan mahasiswa. Pengembangan alat ukur variabel biaya beralih menggunakan tipologi Burnham, dkk. (2003). Pengembangan alat ukur variabel loyalitas menggunakan aspek sikap dan perilaku
  • 10. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 7 loyal mahasiswa. Reliabilitas alat ukur diuji dengan teknik Alpha Cronbach’s. Validitas alat ukur ditentukan dari nilai muatan faktor di atas 0,3 yang signifikan. Hasil dan Pembahasan Hasil uji reliabilitas dan validitas alat ukur sebagai berikut. Tabel hasil uji instrumen Variabel Indikator Muatan Faktor t Alpha Keterangan Kualitas Layanan K18 0,69 16,15 0,76 Valid Reliabel K19 0,79 18,66 Valid Reliabel K20 0,66 15,23 Valid Reliabel Biaya Beralih S5 0,47 10,07 0,67 Valid Reliabel S7 0,73 16,57 Valid Reliabel S8 0,74 16,79 Valid Reliabel Kepuasan P7 0,61 10,06 0,83 Valid Reliabel P9 0,7 9,86 Valid Reliabel Loyalitas L1 0,65 11,46 0,67 Valid Reliabel L4 0,72 12,03 Valid Reliabel L5 0,63 11,24 Valid Reliabel Sumber: Penelitian 2015 Output LISREL 8.80 tentang uji t statistika, tampak pada model persamaan struktural di bawah ini. Gambar 1. Model Persamaan Struktural
  • 11. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 8 Tabel Uji Kecocokan Keseluruhan Model Struktural dengan Pemoderasi No. Ukuran GoF Nilai GoF Target Tingkat Kecocokan Tingkat Kecocokan 1 RMSEA 0,03 ≤0,08 Baik 2 NFI 0,97 ≥0,90 Baik 3 NNFI 0,98 ≥0,90 Baik 4 CFI 0,99 ≥0,90 Baik 5 IFI 0,99 ≥0,90 Baik 6 RFI 0,95 ≥0,90 Baik 7 GFI 0,97 ≥0,90 Baik 8 AGFI 0,96 ≥0,90 Baik Sumber: Penelitian 2015 Dari tabel di atas, bisa kita lihat bahwa dari kedelapan ukuran kecocokan model memberikan hasil Model Fit yang baik. Berikut ditampilkan hasil uji hipotesis di bawah ini. Tabel hasil uji hipotesis Uji Hipotesis Koefisien JalurNilai t Status Kesimpulan K. layanan  kepuasan 0,66 7,24 Signifikan Hipotesis 1 diterima K. layanan  loyalitas 0,15 1,24 Tidak SignifikanHipotesis 2 ditolak Kepuasan loyalitas 0,13 1,42 Tidak signifikan Hipotesis 3 ditolak B. beralih  loyalitas 0,86 6,41 Signifikan Hipotesis 4 diterima modQ  loyalitas 0,06 0,83 Tidak signifikan Hipotesis 5 ditolak modSAT  loyalitas -0,20 -2,79 Signifikan Hipotesis 6 diterima Sumber: Penelitian 2015 Kualitas layanan dosen berpengaruh positif terhadap kepuasan mahasiswa. Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui terdapat pengaruh positif yang signifikan dari kualitas layananPTS X terhadap kepuasan mahasiswa PTS X. Artinya, adanya peningkatan kualitas layananPTS X akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada kepuasan mahasiswa PTS X. Sebaliknya, jika kualitas layanan menurun maka akan menyebabkan penurunan pada kepuasan mahasiswa. Hasil penelitian ini serupa dengan temuan Mols (1998), sama dengan hasil penelitian Lien dan Yu (2001) yang menemukan bahwa kualitas layanan memengaruhi kepuasan pelanggan. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Mosahab, dkk (2010); Stan, dkk (2013); dan Wibowo (2014). Kualitas layanan dosentidak berpengaruh terhadap loyalitas mahasiswa Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui kualitas layanan dosen tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas mahasiswa PTS X. Artinya, adanya peningkatan kualitas layanan dosentidak akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada loyalits mahasiswa PTS X. Sebaliknya, jika kualitas layanan dosen menurun juga tidak akan menurunkan loyalitas mahasiswa PTS X. Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Boulding, dkk. (1993) yang menemukan hubungan positif antara kualitas layanan, niat membeli kembali dan referensi positif. Penelitian ini juga berbeda hasil dengan hasil yang didapatkan oleh Bloemer, dkk (1998), yaitu kualitas layanan memengaruhi loyalitas pelanggan secara signifikan dan positif. Sejalan dengan Boulding, dkk. dan Bloemer, dkk., Stan, dkk. (2013) menemukan pengaruh yang signifikan dan positif antara kualitas layanan dan loyalitas. Penelitian
  • 12. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 9 Wibowo (2014) mengonfirmasi kesemuanya dengan mendapatkan hasil sama untuk hubungan kualitas layanan pegawai akademik dengan loyalitas mahasiswa. Kendatipun demikian, hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil yang diperoleh Hu, dkk. (2009) yang mendapati kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Kepuasan mahasiswa terbukti tidak signifikan memengaruhi loyalitas mahasiswa Dari hasil uji hipotesis, tidak terdapat cukup bukti untuk menyatakan bahwa kepuasan mahasiswa memengaruhi loyalitas mahasiswa terhadap PTS X. Dengan kata lain, loyalitas mahasiswa PTS X baik itu meningkat ataupun berkurang, perubahannya tidak disebabkan oleh puas tidaknya mahasiswa yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, terbukti bahwa mahasiswa PTS X tetap loyal walaupun mereka tidak puas. Hasil penelitian ini bertentangan dengan banyak temuan penelitian lainnya. Stan, dkk (2013) menemukan bahwa secara positif dan signifikan kepuasan pelanggan memengaruhi loyalitas pelanggan. Mosahab,dkk. (2010) juga menemukan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Searah dengan hal ini, Lien dan Yu (2001) menemukan bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan dari sisi keperilakuan. Akan tetapi, penelitian Wibowo (2014) memberikan hasil yang sama dengan hasil dari penelitian ini. Biaya beralih berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas mahasiswa Dari hasil uji hipotesis pada metode SEM, diketahui terdapat pengaruh positif yang signifikan dari biaya beralih terhadap kepuasan loyalitas pelanggan. Artinya, persepsi tingginya biaya beralih akan menyebabkan terjadinya peningkatan loyalitas mahasiswa terhadap PTS X. Sebaliknya, jika biaya beralih dipersepsi rendah maka akan menyebabkan penurunan pada loyalitas mahasiswa terhadap PTS X. Hasil penelitian ini mendukung temuan sebelumnya tentang bukti bahwa biaya beralih memiliki pengaruh langsung terhadap loyalitas pelanggan. Temuan sebelumnya dilakukan oleh Aydin, dkk (2005), Lam, dkk (2004), Stan, dkk (2013) dan Wibowo (2014). Biaya beralih tidak signifikan memoderasi pengaruh kualitas layanan dosen terhadap loyalitas mahasiswa Dari hasil uji hipotesis, diketahui tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa biaya beralih memoderasi pengaruh kualitas layanan dosen PTS X terhadap loyalitas mahasiswanya. Varibel modQ dalam persamaan penelitian merupakan representasi variabel interaksi antara skor variabel laten kualitas layanan dengan skor variabel laten biaya beralih. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel modQ tidak signifikan memengaruhi loyalitas mahasiswa. Artinya, dapat disimpulkan bahwa tidak ada peran moderasi biaya beralih terhadap pengaruh dari variabel kualitas layanan terhadap loyalitas mahasiswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wibowo (2014) dan Stan, dkk. (2013) yang juga tidak menemukan efek moderasi biaya beralih pada pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil yang sama juga diperoleh Bell, dkk.(2005). Biaya beralih signifikan memoderasi negatif pengaruh kepuasan mahasiswa terhadap loyalitas mahasiswa Dari hasil uji hipotesis, terdapat bukti bahwa biaya beralih memoderasi hubungan antara kepuasan mahasiswa dengan loyalitas mereka. Varibel modP dalam persamaan penelitian merupakan representasi variabel interaksi antara skor variabel laten kepuasan pelanggan dengan skor variabel laten biaya beralih. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa
  • 13. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 10 variabel modP signifikan memengaruhi loyalitas mahasiswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada peran moderasi biaya beralih terhadap hubungan asimetris antara variabel kualitas layanan dan loyalitas mahasiswa. Fakta bahwa biaya beralih berpengaruh terhadap loyalitas sedangkan kepuasan mahasiswa justru tidak berpengaruh dan jika keduanya berinteraksi terbukti berpengaruh secara negatif kepada loyalitas, menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya beralih yang dihadapi mahasiswa, maka semakin kecil pengaruh kepuasan terhadap loyalitas. Pada kasus PTS X hal ini terjadi,besarnya biaya beralih membuat peran kepuasan dalam memrediksi loyalitas menjadi berkurang. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil penelitian Stan, dkk (2013). Hasil penelitian ini juga mendukung temuan penelitian sebelumnya oleh Dagger & David (2012) yang menemukan bahwa biaya beralih secara signifikan memoderasi hubungan kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan. Namun hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Wibowo (2014) yang menemukan bahwa biaya beralih tidak memoderasi pengaruh kepuasan terhadap loyalitas mahasiswa. Kesimpulan dan Saran Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas layanan dari dosen berpengaruh terhadap kepuasan mahasiswa dan loyalitas mereka. Biaya beralih juga terbukti memengaruhi loyalitas mahasiswa. Akan tetapi, kepuasan mahasiswa terbukti tidak berpengaruh terhadap loyalitas mereka. Hal ini merupakan temuan baru karena pada umumnya hubungan klasik antara kualitas layanan, kepuasan, dan loyalitas, berujung pada kesimpulan bahwa kepuasan memediasi pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak terkonfirmasi. Dengan kata lain, kepuasan mahasiswa dan loyalitas mahasiswa, keduanya merupakan variabel dependen untuk kasus PTS X. Temuan lainnya menunjukkan bahwa biaya beralih tidak memoderasi pengaruh kualitas layanan dosen terhadap loyalitas mahasiswa. Namun biaya beralih terbukti memoderasi pengaruh kepuasan terhadap loyalitas walaupun kepuasan dengan loyalitas tidak berhubungan. Hal ini juga mengonfirmasi pendapat yang lebih mendukung bahwa biaya beralih merupakan variabel bebas. Walaupun hasil ini bisa jadi berkaitan dengan pemilihan sampel dari penelitian yang berasal dari satu kampus. Oleh karena penelitian ini mengambil populasi pada satu kampus, maka hasilnya tidak bisa digeneralisasi ke kampus lain atau ke industri jasa yang lain. Oleh karena itu, jika tujuannya adalah keluasan generalisasi, penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas cakupan populasi penelitian. Selain itu, uji efek moderasi selanjutnya bisa menggunakan analisis multigrup, sehingga akan lebih banyak hasil yang diperoleh dengan membagi grup menjadi dua karakteristik (dikotomi). Dalam prakteknya, pencitraan sering dilakukan oleh manajemen kampus, maka dari itu ada baiknya jika penelitian selanjutnya memasukkan variabel citra.
  • 14. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 11 Referensi Utama Aryani, D., & Rosinta, F. (2010). Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Membentuk Loyalitas Pelanggan. Jurnal Ilmu Administrasi Dan Organisasi, 17(2), 114–126. Aydin, S., Özer, G., & Arasil, Ö. (2005). Customer loyalty and the effect of switching costs as a moderator variable: A case in the Turkish mobile phone market. Marketing Intelligence & Planning, 23(1), 89–103. http://doi.org/10.1108/02634500510577492 Bell, S.J., Auh, S. & Smalley, K. (2005). Customer Relationship Dynamics: Service Quality And Customer Loyalty In The Context Of Varying Levels Of Customer Expertise And Switching Cost. Journal of the Academy of Marketing Science, 33(2) 169-183 Bloemer, J., Ruyter, K. de, & Peeters, P. (1998). Investigating drivers of bank loyalty: the complex relationship between image, service quality and satisfaction. International Journal of Bank Marketing,16(7), 276–286. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1108/17506200710779521 Burnham, T. a, Frels, J. K., & Mahajan, V. (2003). Consumer switching costs : A typology , antecedents , and consequences. Academy of Marketing Science, 31(2), 109. Chaudhuri, A., and Holbrook, M. B. (2001). The Chain of Effects from Brand Trust and Brand Affect to Brand Performance: The Role of Brand Loyalty. Journal of Marketing, 65(2), 81-93. Dagger, Tracey S. & David, Meredith E. (2012). Uncovering the real effect ofSwitching Cost on the satisfaction-loyalty association: The critical role of involvement and relationship benefits. European Journal of Marketing. Vol. 46 No. 3/4, pp. 447- 468.Emerald Group Publishing Limited Farida, N. (2012). Pengaruh nilai pelanggan dan hambatan berpindah terhadap loyalitas pelanggan serta implikasi pada perpindahan merek. Jurnal Administrasi Bisnis, 1(11), 55–64. Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., Anderson, R. E. (2010). Multivariate Data Analysis: A Global Perspective 7th ed. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hu, H-H., Kandampully, J. & Juwaheer, T.D. (2009). Relationships And Impacts Of Service Quality, Perceived Value, Customer Satisfaction, And Image: An Empirical Study. Kotler, P dan Keller, K. L. 2012. Marketing Management. 14th Ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Lam, S.Y., Venkatesh, S., Erramilli, K.M. & Bvsan, M. (2004). Customer Value, Satisfaction, Loyalty, And Switching Cost: An Illustration From A Business-to- Business Service Context, Journal of the Academy of Marketing Science, 32(3) 293- 311. Lien, T. B., & Yu, C. C. (2001). An Integrated Model for The Effects of Perceived Product, Perceived Service Quality, and Perceived Prices Fairness on Consumer Satisfaction and Loyalty. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining, 14, 125–140.
  • 15. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 12 Ming-Shing Lee, Huey-Der Hsiao dan Ming-Fen Yang (2010) THE STUDY OF THE RELATIONSHIPS AMONG EXPERIENTIAL MARKETING, SERVICE QUALITY, CUSTOMER SATISFACTION AND CUSTOMER LOYALTY The International Journal of Organizational Innovation 3(2): 352-378 Mosahab, R., Mahamad, O., & Ramayah, T. (2010). Service Quality , Customer Satisfaction and Loyalty : A Test of Mediation. International Business Research, 3(4), 72–80. http://doi.org/10.5539/ibr.v5n1p3 Sawitri, N. P., Yasa, N. N. K., & Jawas, A. (2013). PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN TEGAL SARI ACCOMMODATION DI UBUD. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, Dan Kewirausahaan, 7(1), 40–47. Srivastava, M., & Rai, A. K. (2013). Investigating the Mediating Effect of Customer Satisfaction in the Service Quality - Customer Loyalty Relationship. Journal of Customer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 26, 95. Stan, V., Caemmerer, B., & Cattan-jallet, R. (2013). Customer Loyalty Development : The Journal of Applied Business Research, 29(5), 1541–1554. Wibowo, Hermansyah Andi (2014) Moderasi Biaya Beralih pada Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan dan Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi pada PTS X). Jurnal MIX MM UMB. Vol 4 No. 3 Yani, N. W. C., Ekawati, N. W., & Nurcaya, I. N. (2014). PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN YANG DIMODERASI BIAYA PERPINDAHAN ( SWITCHING COST ) TERHADAP NIAT BERALIH ( SWITCHING INTENTION ) PADA MAHASISWA PENGGUNA LAYANAN OPERATOR XL DI KOTA DENPASAR Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana ( UNUD ), Bali , Ind. E-Jurnal. Udayana, 3(6), 1667–1684.
  • 16. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 13 Peningkatan Kualitas Pengeluaran Belanja Provinsi Untuk Peningkatan Pembangunan Di Kabupaten Pandeglang Syamsudin1 , Delly Maulana2 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Serang Raya syamsudincms@yahoo.com 2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Serang Raya Delly_maulana@yahoo.com Abstrak Tujuan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah untuk menjadi instrument perubahan sosial yang diiinginkan, serta di tambah dengan adanya kewenangan dari Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah, maka mau tidak mau Pemerintah Provinsi harus bisa mengelola keuangannya dengan baik serta mendorong agar terciptanya peningkatan kualitas belanja daerah (quality of spending), dengan memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan- kegiatan yang bisa berdampak terhadap pembangunan Kabupaten/Kota yang masuk dalam wilayah provinsi tersebut. Sampai saat ini terlihat bahwa belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Banten belum maksimal dalam memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Sebagai contoh, berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar Provinsi Banten, yakni sekitar 69,64 Oleh karena itu, dalam penelitian ini ada 3 (tiga) hal yang akan diteliti, yakni : Pertama, untuk mengetahui gambaran tentang pencapaian pembangunan di Kabupaten Pandeglang; dan yang Kedua, adalah melihat pengaruh pengeluaran belanja pembangunan Provinsi Banten terhadap Kabupaten Pandeglang; dan yang Ketiga, adalah melihat peningkatan pembangunan di Kabupaten Pandeglang melalui pengeluaran belanja pembangunan Provinsi Banten. Kata Kunci : Peningkatan Pembangunan, Anggaran, dan Kesejahteraan Masyarakat
  • 17. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 14 Pendahuluan Kinerja pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari kebijakan pendanaan dan anggaran. Dengan mandat dan otoritas yang dimiliki, pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai urusan publik yang tujuan akhirnya mensejahterakan masyarakat. Dengan konteks inilah, anggaran publik yang tercermin dalam anggaran pendapatan belanja daerah memegang peran penting untuk menjadi instrument perubahan sosial yang diinginkan. (Rosyadi, 2011 : 431) Dalam konteks Pemerintah Provinsi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 atas pengganti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah pasal 37 dan 38 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang, serta kedudukan Gubernur sebagai wakil di wilayah Provinsi menyatakan bahwa pemerintah provinsi merupakan wakil dari pemerintah pusat di daerah dalam hal, : Pertama, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten/Kota; Kedua, koordinasi penyelenggaraan pemerintah di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; Ketiga, koordinasi pembinaan dan pengwasan penyelenggaraan tugas pembantuan di daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan Keempat, dalam hal pendanaan yang menjadi tugas dan wewenang Pemerintah Provinsi di bebankan dalam APBN. Selanjutnya, dengan tujuan bahwa anggaran pendapatan belanja daerah harus bisa menjadi instrument perubahan sosial yang diiinginkan, serta di tambah dengan adanya kewenangan dari Pemerintah Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat yang ada di wilayah, maka mau tidak mau Pemerintah Provinsi harus bisa mengelola keuangannya dengan baik serta mendorong agar terciptanya peningkatan kualitas belanja daerah (quality of spending), dengan memastikan dana tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk program dan kegiatan- kegiatan yang bisa berdampak terhadap pembangunan Kabupaten/Kota yang masuk dalam wilayah provinsi tersebut. Perlu diketahui bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah. Selanjutnya, ada 2 (dua) kewenangan dari Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan mekanisme belanja daerah, yakni belanja tidak langsung (belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan) dan belanja langsung (belanja yang terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan).
  • 18. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 15 Sampai saat ini terlihat bahwa belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Banten belum maksimal dalam memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Sebagai contoh, berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar Provinsi Banten, yakni sekitar 69,64 Oleh karena itu, dalam penelitian ini ada 3 (dua) hal yang akan diteliti, yakni : Pertama, untuk mengetahui gambaran tentang pencapaian pembangunan di Kabupaten Pandeglang; dan yang Kedua, adalah melihat pengaruh pengeluaran belanja pembangunan Provinsi Banten terhadap Kabupaten Pandeglang; dan yang Ketiga, adalah melihat peningkatan pembangunan di Kabupaten Pandeglang melalui pengeluaran belanja pembangunan Provinsi Banten. Tinjauan Pustaka Good Governance United Nations Development Programme (UNDP) mendefinisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels”. Menurut definisi ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu economic, political, dan administrative.Economics governance meliputi proses- proses pembuatan keputusan (decision-making processes) yang memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi. Economic governance mempunyai implikasi terhadap equity, poverty dan quality of life. Political governance adalah proses-proses pembuatan keputusan untuk formulasi kebijakan, sedangkan administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan. Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state (negara atau pemerintahan), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-masing (LAN, 2000 : 5). Prinsip dan Kebijakan Penyusunan APBD Dalam penyusun APBD harus diperhatikan beberapa prinsip dasar,yakni sebagai berikut :
  • 19. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 16 1. Partisipasi Masyarakat, pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan pertisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan APBD 2. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, APBD yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Oleh karena itu, setiap penggunaan anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan 3. Disiplin Anggaran, adalah (a) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur yang secara rasional dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangka belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; (b) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anggaranya dalam APBD atau perubahan APBD; (c) semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. 4. Keadilan anggaran, alokasi anggaran dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. 5. Efesiensi dan efektvitas anggaran, dan yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Karena itu, untuk memperoleh efesiensi dan efektivitas anggaran, hal-hal berikut perlu diperhatikan dalam perencanaan anggaran; (a) penetapatan tujuan dan sasaran, hasil, serta manfaat dan indicator kinerja yang ingin dicapai secara jelas, (b) penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional. 6. Taat asas, penyusunan APBD tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya. Metode Penelitian Penelitian ini lebih banyak menggunakan data sekunder terutama data APBD Provinsi Banten dari tahun 2009-2013 dan data statistik lainnya yang relevan untuk mendaptkan informasi tentang pengaruh belanja pembangunan pemerintah Provinsi Banten terhadap Kota Tangerang. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga menggunkan teknik analisis data sekunder. Alasannya, data anggaran dan dampaknya telah terdokumentasi
  • 20. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 17 dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan analisis. Dengan demikian, kajian ini mengadalkan pada jenis data yang dikumpulkan oleh pihak lain untuk tujuan tertentu. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam melakukan penafsiran data sekunder agar menjamin terpenuhinya tujuan penelitian ini. Hasil Dan Pembahasan Gambaran Umum Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6o 21’– 70 10’ Lintang Selatan dan 1040 48–1060 11’ Bujur Timur dengan luas wilayah 2.747 kilometer persegi (km2 ) atau dengan sebesar 29,98 persen dari luas wilayah Banten. Kabupaten yang berada di ujung barat dari Provinsi Banten ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut : Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang. Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, Barat berbtasan dengan Selat Sunda, dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Selanjutnya ada beberapa capaian pembangunan di Kabupaten Pandeglang, yakni : Pertama, berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014, Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar Provinsi Banten, yakni 69,64. Kondisi ini jelas memberika dampak yang negatif bagi pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, perlu ada prioritas kebijakan untuk meningkatkan pembangunan manusia, baik dalam hal pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta kebijakan lainnya yang berkaiatan dengan peningkatan indeks pembangunan manusia di Kabupaten Pandeglang. Kedua, dalam hal tingkat kemiskinan. Berdasarkan data BPS tahun 2013, Kabupaten Pandeglang menempati posisi paling tinggi dalam persentase tingkat kemiskinan di Provinsi Banten, yakni sekitar 10,25 persen. Dari data tersebut menunjukkan bahwa Kabupeten Pandeglang merupakan Kabupaten dengan kantong kemiskinan yang paling besar di Provinsi Banten. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang memprioritaskan Kabupaten ini, terutama bantuan anggaran pembangunan dari Provinsi Banten, sehingga Kabupaten Pandeglang di intervensi oleh pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi. Ketiga, dalam hal pendapatan regional Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, Kabupaten Pendeglang masih sangat kecil baik share ADHB maupun andil pertumbuhannya untuk Provinsi Banten; Keempat, dalam hal pengangguran, Kabupaten
  • 21. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 18 Pandeglang masih berada di atas strandar Provinsi Banten. Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Pandeglang masih tinggi tingkat pengangguran terbukannya, yakni sekitar 12,34 persen dan masih di atas standar Provinsi Banten, yakni sekitar 9,54 persen. Kondisi ini jelas memberikan dampak negatif terhadap pembangunan di Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pandeglang harus berupaya untuk membuat kebijakan-kebijakan yang memberikan stimulus terhadap peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendidikan masyarakatnya. Gambaran Trend Alokasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Banten Kepada Kabupaten Pandeglang Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagai pengganti atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memposisikan provinsi sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah administrasi. Undang-undang ini juga mengharuskan provinsi menjadi penghubung antara kepentingan pusat dan daerah, juga mengharuskan daerah mengoptimalkan potensi sumberdayanya. Selanjutnya peran Gubernur harus menjamin keterlaksanaan visi dan misi pemerintah pusat, terutama tugas-tugas pemerintahan umum seperti stabilitas dan integrasi nasional, koordinasi pemerintahan dan pembangunan, serta pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten/Kota. Konsekuensinya, diperlukan pengaturan sistematis yang menggambarkan hubungan berjenjang, baik pengawasan, pembinaan, maupun koordinasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di kabupaten/kota.Sedangkan, gubernur sebagai kepala daerah menyelenggarakan otonomi seluas-luasnya, utamanya urusan lintas kabupaten/kota, kecuali urusan pemerintahan yang ditentukan undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat. Penguatan peran gubernur sebagai kepala daerah memperkuat orientasi pengembangan wilayah dan memperkecil dampak kebijakan desentralisasi terhadap fragmentasi spasial, sosial, dan ekonomi di daerah. Oleh karena itu, dalam lingkup Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten telah memberikan bantuan kepada Pemerintah Kabupaten Pandeglang sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah provinsi kepada Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Banten. Adapun gambaran trend bantuan Pemerintah Provinsi Banten kepada Kabupaten Pandeglang terlihat pada grafik di bawah ini :
  • 22. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 19 Grafik 1 Trend Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bantuan Keuangan Kepada Kabupaten Pandeglang 2009 Sampai Dengan Tahun 2013 Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain Data di atas menunjukkan bahwa belanja daerah Provinsi Banten dalam hal belanja bantuan keuangan kepada Kabupaten Pandeglang terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun. Belanja bantuan kepada Kabupaten Pandeglang paling besar berada pada tahun 2012, yakni sekitar Rp. 38.200.000.000. Sedangkan pada tahun 2009 tidak ada bantuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa komitemen Pemerintah Provinsi Banten dalam memberikan bantuan keuangan kepada Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Provinsi Banten sehingga diharapkan dapat berdampak secara signifikan terhadap pembangunan di wilayahnya. Gambaran Pengaruh Alokasi Belanja Daerah Provinsi Banten untuk Kabupaten Pandeglang Selanjunya, jika dilihat dari proporsi bantuan Pemerintah Provinsi Banten dalam struktur APBD Kabupaten Pandeglang pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi struktur APBD di kabupaten tersebut. Untuk jelasnya terlihat pada grafik di bawah ini : - 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 30,000,000,000 35,000,000,000 40,000,000,000 2009 - 2010 - 2011 16,000,000,000 2012 38,200,000,000 2013 13,517,000,000 APBD 2013 Perubahan 15,517,000,000
  • 23. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 20 Grafik 2 Proporsi Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bantuan Keuangan Kepada APBD Kabupaten Pandeglang 2010 Sampai Dengan Tahun 2012 Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain Dari data di atas menunjukkan bahwa proporsi belanja bantuan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Lebak tahun 2012 memiliki kontribusi sekitar 3,2 persen, sedangkan pada tahun 2011 memiliki kontribusi sekitar 1,3 persen. Sedangkan pada tahun 2013, kontribusi bantuan keuangan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Pandeglang sebesar 0,87 persen. Kondisi ini seharusnya dapat ditingkat tiap tahunnya, terutama bagi daerah-daerah yang dijadikan prioritas pembangunan sehingga dapat berdampak pada akumlasi pembangunan di Provinsi Banten. Perlu diketahui bahwa Kabupaten Pandeglang merupakan daerah yang masih membutuhkan prioritas pembangunan, terutama dalam hal pembangunan kualitas manusia, sebab sampai saat ini tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan dan kesehatan, serta pembangunan infrastruktur di Kabupaten Pandeglang masih dalam posisi yang rendah. Selanjutnya jika dilihat dari belanja daerah dalam hal belanja bagi hasil kepada Kabupaten Pandeglang terlihat trend kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat pada grafik di bawah ini : Persentase Proporsi Bantuan Keungan Provinsi Banten - 1.30 3.24 0.87 2010 2011 2012 2013
  • 24. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 21 Grafik 3 Trend Belanja Daerah Provinsi Banten dalam hal Belanja Bagi Hasil Kabupaten Pandeglang 2009 Sampai Dengan Tahun 2013 Sumber : Website Pemda Pandeglang dan beberapa data dari sumber lain Data di atas menunjukkan bahwa trend kenaikan belanja bagi hasil bagi Kabupaten Pandeglang dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 mengalami kenaikan dengan rata- rata kenaikan sekitar 14 persen. Oleh karena itu, kondisi tersebut harus ditingkatkan dari tahun ke tahun karena akan berkontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah Kabupaten Pandeglang sekaligus berdampak terhadap peningkatan pembangunan di Kabupaten tersebut. Kesimpulan Kinerja pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tidak lepas dari kebijakan pendanaan dan anggaran. Dengan mandat dan otoritas yang dimiliki, pemerintah daerah wajib menyelenggarakan berbagai urusan publik yang tujuan akhirnya mensejahterakan masyarakat. Dengan konteks inilah, anggaran publik yang tercermin dalam anggaran pendapatan belanja daerah memegang peran penting untuk menjadi instrument perubahan sosial yang diinginkan. Sementara itu, jika dilihat dari fungsi Pemerintah Provinsi maka dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 pengganti atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengharuskan provinsi menjadi penghubung antara kepentingan pusat dan daerah, juga mengharuskan daerah mengoptimalkan potensi sumberdayanya. - 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 30,000,000,000 35,000,000,000 2009 18,963,163,511 2010 22,185,096,485 2011 30,384,813,356 2012 30,563,879,477
  • 25. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 22 Oleh karena itu, dalam dalam lingkup Provinsi Banten maka perlu ada pengkajian lebih dalam tentang pengaruh belanja pembangunan Provinsi Banten Terhadap Kabupaten Pandeglang. Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan dan indeks pembangunan manusianya maka dapat disimpulkan Kabupaten Pandeglang harus menjadi prioritas dalam meningkatkan pembangunan di bidang tersebut, karena sampai saat ini Kabupaten Pandeglang masih di bawah standar provinsi sehingga berdampak terhadap standar pembangunan di Provinsi Banten; (2) Belanja daerah Provinsi Banten dalam hal belanja bantuan keuangan kepada Kabupaten Pandeglang terlihat fluktuatif dari tahun ke tahun. Belanja bantuan kepada Kabupaten Pandeglang paling besar berada pada tahun 2012, yakni sekitar Rp. 38.200.000.000. Kondisi ini harus ditingkatkan sebab Kabupaten Pandeglang sangat membutuhkan kontribusi bantuan dari Provinsi Banten agar dapat meningkatkan pembangunan, terutama di bidang pembangunan manusianya; dan ke (3) Kontribusi belanja bantuan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Lebak tahun 2012 memiliki sumbangsih sekitar 3,2 persen, sedangkan pada tahun 2011 memiliki sumbangsih sekitar 1,3 persen. Sedangkan pada tahun 2013, kontribusi bantuan keuangan Provinsi Banten kepada APBD Kabupaten Pandeglang sebesar 0,87 persen. Kondisi ini seharusnya dapat ditingkat tiap tahunnya, terutama bagi daerah-daerah yang dijadikan prioritas pembangunan sehingga dapat berdampak pada akumlasi pembangunan di Provinsi Banten. Dari beberapa kesimpulan di atas maka ada beberapa rekomendasi dalam kajian ini, yakni : (1) Prioritas pembangunan di wilayah Kabupaten Pandeglang agar dapat mengejar ketertinggalannya sehingga dapat berkontribusi terhadap pembangunan di Provinsi Banten dengan membuat program-program atau kegiatan-kegiatan di wilayah ini; (2) Tingkatkan kontribusi belanja bantuan keungan bagi Kabupaten Pandeglang tiap tahunnya sehingga akan dapat berdampak terhadap akumulasi pembangunan di Provinsi Banten; dan ke (3) Tingkat kontribusi belanja bantuan keuangan ke Kabupaten Pandeglang minimal 5 %, sehingga akan meningkatkan APBD Kabupaten Pandeglang dan berdampak terhadap pembangunan di wilayah ini.
  • 26. Jurnal Sains Manajemen Vol. 2 No.1 Januari 2016 23 Referensi Djaenuari dan Enceng, 2011. Sistem Pemerintahan Daerah, UT, Jakarta. Lembaga Administrasi Negara. 2000. Akuntabilitas dan Good Governance, Modul Sosialisasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), Jakarta. Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah dan Manjemen Keuangan Daerah, Penerbit Andi, Yogyakarta. Maulana, Delly. 2011. Analisis Penulusuran Anggaran APBD Provinsi Banten di Sektor Pembangunan Daya Manusia, dalam ProceedingSimposium Otonomi Daerah, LAB-ANE Untirta, Serang Keban, T, Yeremias. 2000. Good Governance dan Capacity Building sebagai Indikator Utama dan Fokus Penilaian Kinerja Pemerintahan, dalam Jurnal Perencanaan Pembangunan, Jakarta Rosyadi, Slamet, 2011. Analisis Belanja Daerah Pasca UU No. 32 Tahun 2004 dan Beberapa Dampaknya terhadap Kinerja Pembangunan Daerah, dalam Simposium Ilmu Administrasi Negara, UNY Literatur Lain Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Pengganti Atas Undang-undang No. 32 dan Undang- undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah dan Perimbangan Keuangan Daerah BPS Banten 2014 BPS Kabupaten Pandeglang 2014 RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 RPJMD Kabupaten Pandeglang 2011-2016 RKPD Pandeglang Tahun 2013 Internet http://www.pandeglangkab.go.id/
  • 27. 24 Pengaruh Kompetensi Dan Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. NX Indonesia Siska Mardiana Universitas Serang Raya Mardiana.siska@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, dan variabel manakah apakah kompetensi atau komunikasi yang lebih berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan analisis menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan software SPSS ver 20.0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel kompetensi mempengaruhi kinerja, secara parsial variabel komunikasi mempengaruhi kinerja dan secara bersama sama variabel kompetensi dan komunikasi mempunyai pengaruh sebesar 81,20% terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, sedangkan sisanya 18,80% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Kata Kunci : Komunikasi, Kompetensi, Kinerja ABSTRACT This study aims to determine how much influence the communication competence and the performance of employees of PT NX Indonesia , and which variables are the competence or communication that has more influence on the performance of employees of PT NX Indonesia. This study uses quantitative methods and analysis using multiple linear regression with SPSS ver 20.0 Results showed that in partial competence affecting the performance, in partial communication affects the performance and with the same competence and communication variables have an influence at 81.20 % against the performance of employees of PT NX Indonesia, while the remaining 18.80 % influenced by other variables not included in this study. Keywords: Communication, Competence, Performance
  • 28. 25 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, perusahaan dituntut untuk mampu bertahan dengan mengikuti perkembangan yang ada, untuk itu diperlukan kinerja maksimal dari semua karyawannya, karena sumber daya manusia juga merupakan modal berharga perusahaan. Sumber daya manusia mempunyai peran yang sangat penting dalam setiap kegiatan perusahaan. Hal yang bisa mendukung kinerja maksimal dari karyawan, adalah adanya kemampuan yang dimiliki karyawan bukan hanya sekedar pengetahuan. Kompetensi merujuk pada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, sifat, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki karyawan, dan diterapkan diperusahaan. Selain itu adanya komunikasi juga bisa berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Inti komunikasi adalah menyampaikan pesan, dan dalam suatu organisasi jelas banyak sekali pesan yang harus disampaikan, seperti adanya aturan baru, pelaksanaan tugas, ataupun pesan-pesan individual yang hanya bertujuan menciptakan suasana kerja yang nyaman, seperti saling bertegur sapa. Komunikasi yang tidak baik mempunyai dampak luas seperti terjadinya peningkatan konflik, sementara komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan kepuasan kerja. Oleh karena itu hubungan komunikasi yang terbuka harus diciptakan dalam suatu organisasi. PT NX Indonesia, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufacture magnet. Produk yang dihasilkan adalah Ferrite Powder dan Ferrite Magnet. Perusahaan ini awalnya bernama PT SUMIMAGNE UTAMA, dan kemudian pada Tahun 2005 karena adanya pergantian kepemilikan, maka menjadi PT NX Indonesia, perubahan jumlah karyawan juga terjadi dan sekarang berjumlah 109 karyawan. Hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini cukup baik, setiap karyawan dimungkinkan untuk saling berkomunikasi, baik dengan karyawan satu level, karyawan dibawahnya maupun dengan karyawan di level atas. Komunikasi yang terjadi tidak hanya semata dalam hal penyelesaian pekerjaan tapi juga lebih untuk mempererat kekeluargaan, karena bagaimanapun juga minimal 8 jam, karyawan menghabiskan waktu di tempatnya bekerja tiap harinya, sehingga dengan suasana yang nyaman, tentu akan mendukung aktifitas selama bekerja. Saat ini karyawan sebagian besar berpendidikan dengan latar belakang lulusan SLTA sederajat, terutama dibagian operator. Untuk itu mereka perlu dibekali dengan keterampilan tambahan. Krisis Global yang melanda Amerika, jelas berimbas ke Indonesia, demikian juga dengan PT NX Indonesia, pada November 2008 – Juni 2009 perusahaan ini mengalami penurunan penjualan. Tapi mulai Juli 2009 produksi sudah mulai normal bahkan Agustus sampai dengan sekarang, perusahaan ini sedang full kapasitas produksinya. Gambaran penjualan dari tahun 2007-2008 terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007, penjualan untuk ferrite magnet mencapai 2850 ton atau senilai US $ 15.000.000, dan ferrite powder 2200 ton atau senilai US $ 650.000. Di Tahun 2008,
  • 29. 26 perusahaan menjual ferrite magnet sebesar 4000 ton atau senilai US$2.100.000 dan ferrite powder sebesar 1800 ton atau senilai US$700.000. Untuk itu jelas dibutuhkan kinerja maksimal dari semua karyawan, agar proses bisnis bisa terus berlangsung, dan profitabilitas sebagai tujuan akhir dari sebuah bisnis dapat tercapai, yaitu dengan mengelola sumber daya manusia, melalui komunikasi yang baik dan kompetensi yang dimiliki karyawan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan PT NX Indonesia Cilegon Banten” Tinjauan Pustaka Kompetensi Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi terlihat pada cara berperilaku di tempat kerja seseorang. Menurut Spencer dan Spencer (1993, karakteristik kompetensi dapat dibagi dalam 5(lima) tipe, yaitu: (1) Motif adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang secara konsisten berfikir tentang keinginan yang menyebabkan dirinya mau bertindak, melakukan dan memilih tingkah laku terhadap tindakan atau tujuan tertentu dan jauh dari pengaruh orang lain, disamping itu motif juga berarti dorongan sebab atau alasan seseorang mau melakukan sesuatu. Motif akan mengarahkan dan meyeleksi sikap menjadi tindakan atau mewujudkan tujuan sehingga berbeda dari yang lain. (2) Sifat adalah merupakan karakteristik fisik dan secara konsisten merespon situasi atau informasi yang ada. Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi ditempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan fisik (seperti postur atletis, penglihatan yang baik), maupun bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai karakter, seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat detail dan sebagainya. (3) Konsep diri, adalah sikap, nilai nilai dan citra diri seseorang. Konsep diri seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri,sikap, dan nilai nilai yang tinggi menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, yang menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi sulit maupun mudah. (4) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang pada hal hal yang besifat khusus. Pengetahuan mencerminkan informasi yang dimiliki seseorang pada area disiplin yang tertentu yang spesifik. Nilai akademis atau indeks prestasi akademis seringkali kurang bermanfaat untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang dipentingkan adalah kemampuan mencari informasi. Tes pengetahuan juga sangat tergantung situasi responden. Tes tersebut mengukur kemampuan memilih alternative pilihan, yang merupakan respon yang benar, dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan
  • 30. 27 pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesutu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar. (5) Keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas secara fisik atau kondisi mental seseorang dalam menghadapi tugas secara pasti. Kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab dan pengaruh, mengorganisasi data dan rencana), serta pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang kompleks) Komunikasi Penelitian Wayne R Pace dan Brent D Peterson dalam Pace dan Faules ( 2006:159) menunjukkan enam faktor yang berpengaruh bagi iklim komunikasi organisasi, yaitu: (1) Kepercayaan, personel disemua tingkat berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. (2) Pembuatan keputusan bersama, para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka serta berperan serta dala proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan. (3) Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan dalam organisasi dan para pegawai mampu mengemukakan apa yang terdapat dalam hatinya tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada rekan sejawat, atasan, maupun bawahan. (4) Keterbukaan dalam komunikasi kebawah, kecuali untuk kebutuhan informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka, yang mempengaruhi kemampuan untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang lain atau bagian lain dan berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana rencana (5) Mendengarkan dalam Komunikasi Keatas, personel disetiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran atau laporan masalah yang dikemukakan personel tingkat bawah dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan fikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan. (6) Perhatian pada tujuan tujuan berkinerja tinggi-produktifitas tinggi, personel disetiap tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organsasi lainnya. Kinerja Menurut Mathis dan Jackson (2006:378), bahwa “Kinerja pada dasarnya apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan”. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi, yang antara lain termasuk :
  • 31. 28 (1) Kuantitas dari hasil (2) Kualitas dari hasil (3) Ketepatan waktu dari hasil (4) Kehadiran (5) Kemampuan bekerjasama Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak positif dan negative dari suatu kebijakan operasional yang diambil. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kompetensi (variabel X1) dan komunikasi (variabel X2) terhadap kinerja (variabel Y) PT NX Indonesia Cilegon Banten. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan tetap PT NX Indonesia Cilegon, baik golongan operator, supervisor dan management, yang semuanya berjumlah 109 orang. Pada penelitian ini dari 109 orang populasi, akan diambil sampel. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan responden menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005:108) sebagai berikut: 𝑛 = 𝑁 1+𝑁(𝑒)2 Dimana : n = Jumlah sampel N= Ukuran Populasi e= Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (e yang digunakan adalah 5%) Pada saat ini jumlah karyawan PT NX Indonesia Cilegon Banten adalah sebanyak 109 karyawan. Sehingga dari jumlah pegawai yang telah ada tersebut dapat ditentukan jumlah sampel yang diambil, dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat error 5%, adalah : 𝑛 = 109 1+109(0.05)2 = 85, 658 dibulatkan menjadi 86 Karena jumlah populasi 109 orang, dan karena populasinya berstrata maka sampelnya juga berstrata menurut tingkat golongan. Dalam penelitian ini populasi dibagi kedalam bentuk tingkatan karyawan, yaitu tingkat Operator 88 orang, Supervisor 12orang dan Management 9orang.
  • 32. 29 Tehnik sampling yang digunakan adalah bagian dari probability sampling, yaitu Disproportionate Stratified Random Sampling, karena jumlah karyawan tiap golongan berbeda. Maka ditentukan jumlah sampel sebagai berikut: 1. Golongan Management Dari total golongan management 9 orang, semuanya dijadikan sampel. 2. Golongan Supervisor Dari total golongan supervisor 12 orang, semuanya dijadikan sampel 3. Golongan Operator Dari total golongan operator 88 orang, diambil 65 orang Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel Disproportionate Stratified Random Sampling Tabel diatas menggambarkan, penggunaan stratifikasi karena yang diteliti adalah karyawan berdasarkan golongan atau tingkatan di PT NX Indonesia. Untuk penarikan sampel golongan operator, diambil secara sederhana (simple random sampling) yaitu pengambilan sampel dimana setiap elemen tunggal dalam populasi mempunyai peluang yang diketahui dan sama untuk terpilih sebagai sampel. Sementara untuk golongan Supervisor dan Management diambil secara dispropotioned karena dari semua populasi golongan tersebut dijadikan sampel. Uji Validitas dan Reliabilitas Data a. Uji Validitas Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas instrument. Uji validitas ini diperoleh dengan cara membandingkan rhitung dengan rtable. Dimana rhitung diperoleh dengan mengkorelasi setiap skor indikator dengan total skor indikator, sedangkan rtabel diperoleh dari nilai kritis pada taraf signifikan 0,05. Dalam uji validitas dapat digunakan SPSS dan dapat pula digunakan rumus teknik korelasi product moment ( Umar, 2003 ) : No Golongan Populasi Pegawai Sampel Pegawai 1 Operator 88 65 2 Supervisor 12 12 3 Manager 9 9 Jumlah 109 86
  • 33. 30 Dimana : r = koefisien korelasi n = jumlah observasi/responden X = skor pertanyaan Y = skor total Analisa yang digunakan adalah Corrected Item –Total Correlation. Apabila rhitung > rtabel maka disebut valid, dan jika rhitung < rtabel maka disebut tidak valid sehingga instrument tidak dapat digunakan dalam penelitian. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Instrumen yang sudah dipercaya akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Instrumen dikatakan reliable jika suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Pengujian reliabilits instrument dengan menggunakan teknik alpha croncbach. Rumus yang digunakan dalam mengukur reliabilitas ini adalah : 𝑟𝐻 = 𝑘 𝑘−1 1 − 𝜎 𝑏 2 𝜎1 2 Keterangan : rH = Reliabilitas Instrument k = Banyaknya item pertanyaan atau banyaknya soal Σζ2 b = Jumlah varians butir ζ 2 1 = Varians Total (Arikunto, 2006:196) Jika r alpha > r table maka dinyatakan reliabel Uji Regresi Linier Berganda Dengan demikian model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y^ = β0 + β1X1 + β2X2 + ε Keterangan : Y^ = Kinerja Karyawan β0 = Konstanta β1β2 = Koefisien regresi X1 = Kompetensi X2 = Komunikasi ε = Standar Error
  • 34. 31 Hasil Dan Pembahasan Hasil Uji Validitas Data Untuk memastikan instrumen tersebut valid dalam mengukur ketepatan indikator variabel, maka digunakan uji validitas. Sebuah instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang hendak diukur dari variabel yang diteliti. Tehnik pengujian validitas dengan membandingkan r hitung dengan r tabel, r hitung didapat dari korelasi skor butir terhadap skor total (Corrected Item Total Correlation), sedangkan r tabel dengan taraf signifikan 5% dimana df= (ά,n= 86) diperoleh nilai sebesar 0,213. Jika r hasil ≥ 0,213 maka butir atau variabel tersebut valid dan jika hasil r hasil≤ 0,213 maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17, maka kuesioner untuk variabel kompetensi yang terdiri dari 16 pertanyaan dinyatakan valid, variabel komunikasi yang terdiri dari 12 pertanyaan dinyatakan valid, dan variabel kinerja yang terdiri dari 11 pertanyaan dinyatakan valid. Kuesioner dinyatakan valid, karena nilai r yang dimiliki tiap butirnya lebih besar dari 0,213. Hasil Uji Reliabilitas Data Untuk hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel Reliabilitas Instrument No Variabel Nomor Kuesioner r alpha 1 Kompetensi 1-16 0,872 2 Komunikasi 17-28 0,805 3 Kinerja 29-39 0,796 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada instrument diatas dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha dengan alat bantu program SPSS 17, didapat bahwa hasil kuesioner memiliki nilai lebih besar dari 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner dinyatakan reliabel. Hasil Analisis Data a. Uji untuk variabel kompetensi Dengan taraf alpha 0,05 dihasilkan nilai t tabel 1,989 dan nilai t hitung 13,991, maka t hitung> t tabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa kompetensi (X1) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia. b. Uji untuk variabel komunikasi Dengan taraf alpha 0,05 dihasilkan nilai t tabel 1,989 dan nilai t hitung 8,795, maka t hitung> t tabel yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi (X2) berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia. Dan dapat dijelaskan juga bahwa variable kompetensi (X1) mempunyai nilai t hitung (th) yang lebih besar dibanding variable komunikasi (X2) dalam mempengaruhi kinerja karyawan PT NX Indonesia pada penelitian ini.
  • 35. 32 c. Uji simultan variabel kompetensi dan komunikasi terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia Dari hasil analisis pada diperoleh nilai R square (R2 ) sebesar 0,812. Angka ini lalu diubah kedalam bentuk persen, artinya persentasi sumbangan pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 sebesar 0,812 berarti pengaruh kompetensi dan komunikasi terhadap kinerja sebesar 81,20% dan sisanya 18,80% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini. Pembahasan Dari hasil analisis secara parsial dapat dijelaskan bahwa variabel kompetensi mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan pendapat Palan, bahwa kinerja yang diunggul ditempat kerja, dipengaruhi oleh karakteristik kompetensi yang terdiri dari motif, sifat, konsep diri, pengetahuan, dan keterampilan. Selain itu juga menurut McLelland. menyimpulkan kajian hasil penelitian, bahwa tes kecakapan akademis tradisional dan tes pengetahuan isi serta nilai ijazah sekolah tidak dapat memprediksi keberhasilan dipekerjaan atau kehidupan, kesimpulannya bahwa ada karakteristik lain yang berkaitan dengan kesuksesan. PT NX Indonesia memiliki 109 orang karyawan, dengan latar belakang pendidikan sebagian besar lulusan SLTA sederajat, terutama dibagian operator. Untuk itu mereka dibekali dengan keterampilan tambahan, seperti diadakannya pelatihan bahasa jepang dan bahasa Inggris, hal ini dianggap penting, karena induk perusahaan ini ada di Jepang dan Presiden Direktur yang ditempatkan di PT NX Indonesia pun orang Jepang, jadi dengan penguasaan bahasa Jepang dan bahasa Inggris akan membantu dalam proses komunikasi juga untuk menambah pengetahuan dan keterampilan karyawan sebagai bagian dari kompetensi. Untuk penguasaan alat, sebelum mulai bekerja mereka ditraining selama 3 bulan, juga bila dibutuhkan misal adanya alih tehnologi, adanya mesin baru, maka karyawan yang terkait akan dikirm untuk belajar ke Jepang, atau hanya untuk melakukan studi banding misalnya, jika dirasa dengan mesin yang sama, tapi dinegara lain produksinya bisa lebih baik. Untuk meningkatkan keterampilan, juga perusahaan mengizinkan karyawannya untuk mengajukan mengikuti pelatihan diluar perusahaan, selama pelatihan itu bertujuan positif untuk meningkatkan kompetensi karyawan, misalnya dengan diikutsertakannya karyawan pada pelatihan Ahli K3, karena urusan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) , pelatihan export import dan sebagainya. Masih merujuk pada Palan tentang karakteristik kompetensi, selain pengatahuan dan keterampilan, juga adanya motif, sifat dan konsep diri. Hal ini dapat digambarkan dari hasil kuesioner dimana sebagian besar responden setuju jika mereka merasa senang dengan pekerjaannya, dan mereka tetap bekerja dengan baik meski tanpa diawasi, responden juga mampu mengontrol emosi dan bersedia bekerja keras demi pencapaian tujuan perusahaan. Jadi memang kompetensi yang dimiliki karyawan PT NX Indonesia sudah baik dan mampu mempengaruhi kinerja Mengenai keterkaitan organisasi dan komunikasi, Hanney mengatakan bahwa, organisasi terdiri atas sejumah orang, ia melibatkan keadaan saling bergantung, kebergantungan memerlukan koordinasi, koordinasi mensyaratkan komunikasi. Adapun peranan komunikasi antar persona secara efektif dalam kehidupan organisasi seperti dijelaskan effendi (2006:117) yaitu mampu membuat pegawai
  • 36. 33 melakukan aktifitas atau kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan, dengan suasana kerja seperti ini diharapkan kinerja meningkat dengan hasil memuaskan. Hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini cukup baik, setiap karyawan dimungkinkan untuk saling berkomunikasi, baik dengan karyawan satu level, karyawan dibawahnya maupun dengan karyawan di level atas. Komunikasi yang terjadi tidak hanya semata dalam hal penyelesaian pekerjaan tapi juga lebih untuk mempererat kekeluargaan, karena bagaimanapun juga minimal 8 jam, karyawan menghabiskan waktu di tempatnya bekerja tiap harinya, sehingga dengan suasana yang nyaman, tentu akan mendukung aktifitas selama bekerja. Hal ini bisa dilihat dengan adanya senam pagi tiap hari, selama 15 menit sebagai awal dari aktifitas bekerja. Walau hanya sebentar, tapi cukup efektif karena semua karyawan berkumpul termasuk Presiden Direkturnya, dan dilanjutkan dengan team meeting. Dimana tiap tiap bagian berkumpul dan saling berkoordinasi tentang pekerjaannya yang telah diselesaikan, dan rencana kerjanya hari ini, pada team meeting ini masing-masing karyawan saling memberi laporan, dan masukan demi perbaikan yang tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Jadi bisa dilihat, bahwa komunikasi memang penting dalam suatu organisasi. Hasil penelitian sesuai dengan teori diatas, bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia. Dengan komunikasi karyawan bisa mengungkapkan apa saja yang terkait dengan pekerjaannya, sehingga mereka bisa bekerja dengan baik. Dengan komunikasi juga, suasana kerja akan lebih nyaman, bawahan bisa mengungkapkan isi hatinya, karena atasannya merespon dengan baik, dan atasan juga bisa dimengerti karyawan saat menyampaikan sesuatu. Dengan terciptanya suasana kerja yang nyaman, maka karyawan akan memberikan kinerjanya yang terbaik. Berdasarkan hasil analisis pengujian secara simultan kompetensi dan karyawan terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, maka diperoleh hasil bahwa kompetensi dan komunikasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT NX Indonesia, dan pengaruhnya sebesar 81,20%. Hal ini sesuai dengan pendapat Pace, bahwa pengaruh komunikasi akan bergabung dengan berbagai cara untuk mengembangkan suatu kepercayaan dan konsep diri, motif, dan sifat yang merupakan karakteristik kompetensi untuk menciptakan suasana kerja yang baik, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
  • 37. 34 Daftar Pustaka Arikunto, S.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi Enam, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Dessler, G. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Jakarta :Indeks Effendi, O.U. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mathis, R.L dan Jackson J.H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Sepuluh, Jakarta: Penerbit Salemba Empat Pace, R.W. 2001. Komunikasi Oganisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Palan,R.2006. Competency Management, Terjemahan Octa Meila Jalal, Jakarta : Penerbit PPM Spencer L. M & Spencer,S.M. 1993. Competence Work Model for Superior Performance. John Wiley & Sons Inc. Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum
  • 38. 35 Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat Sebelum Dan Sesudah Berdirinya Industri Di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang Amarul faiqaladli@yahoo.co.id Marlia Purnamasari marlia.unsera@gmail.com Fakultas Ekonomi Universitas Serang Raya ABSTRAK Kehadiran industri tersebut diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru dengan munculnya aktivitas perekonomian baru bagi masyarakat sekitar. Selain perubahan pendapatan, kehadiran industri tersebut dapat meningkatkan diversifikasi sumber pendapatan masyarakat. Perubahan lahan yang sebelumnya kawasan pertanian menjadi kawasan industri yang akan mempengaruhi jenis sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Namun kenyata annya berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan sebaran angket kepada masyarakat yang penulis jadikan sebagai responden, dimana analisis yang digunakan dengan analisis komparatif atau perbandingan, maka diperoleh hasil Analisis Uji beda kehidupan masyarakat ekonomi sosial sebelum dan sesudah pendirian industri bahwa hasil tabel diatas diketahui t hitung adalah 1,952 dengan tingkat signifikasi (a) adalah 5% atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 200 – 1 = 199 uji dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum pendirian industri sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari output spss yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t di dapat angka 1,970 (1980+ 1960)/2). Dengan demikian terlihat bahwa t hitung adalah 1,952 dengan nilai probabilitas 0,052. Oleh karena probabilitas 0,000 > 0,05, maka Ho di terima, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat desa Sukatani sebelum dan setelah berdirinya Industri. Keyword : Kehidupan sosial ekonomi sebelum dan sesudah pendirian Industri
  • 39. 36 Analysis Of Social Life Before And After The Establishment Of Industries In The Village District Of Cikande Sukatani Serang District Amarul faiqaladli@yahoo.co.id Marlia Purnamasari marlia.unsera@gmail.com ABSTRACT The presence of these industries are expected to create new jobs with the emergence of new economic activity to the surrounding community. In addition to changes in income, the presence of the industry may increase the diversification of sources of income. Changes in land that was formerly agricultural areas into industrial zones that will affect the kind of new sources of livelihood for the local people. But the reality is based on research by the author using the distribution of a questionnaire to the public that the authors use as respondents, where the analysis used in the comparative analysis or comparison, the obtained results of Test Analysis different from community life social economy before and after the establishment of the industry that results of the above table are known t count is 1,952 with significance level (a) is 5% or degrees of freedom is n-1 or 200-1 = 199 tests carried out a two-sided or two as it will be known whether the average before the industrial establishment at the post or not. The need for the two sides can be seen also from SPSS output stating 2 tailed. From the table t can figure 1.970 (1980+ 1960) / 2). Thus seen that t is 1.952 with a probability value of 0.052. Therefore the probability 0.000> 0.05, then Ho is accepted, which means there are no significant differences in social and economic life of rural communities Sukatani before and after the founding of Industry. Keyword: socio-economic life before and after the establishment of Industry
  • 40. 37 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyakarat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Dampak pembangunan industri tersebut aspek sosial ekonomi meliputi mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian menjad sektor industri dan perdagangan, dampak lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi masrakat setempat maupun masyarakat pendatang. Dampak industri terhadap aspek sosial budaya antaralain berkurangnya kekuatan mengikat nilai dan norma budaya yang ada karena masuknya nilai dan norma budaya yang baru yang dibawa oleh masyarakat pendatang atau migran. Selama ini Industrialisasi sering dianggap sebagai pintu masuk untuk membawa masyarakat ke arah kemakmuran, paling tidak sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pengembangan industri menjadi perhatian pemerintah dalam rangka pengembangan ekonomi. Perluasan kawasan industri diciptakan agar menarik investor asing menanamkan modalnya di Indonesa. Harapan pemerintah adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, ketersediaan sarana, infrastrukutr, peningkatan kualitas SDM. Dalam rangka pengembangan perekonomian wilayah sekaligus peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten Serang terutama di Kecamatan Cikande Desa Sukatani, yang dapat digunakan para investor seperti PT. Cap Kaki Tiga, PT. Aneka Baja, PT. Sain Goban. Kehadiran industri tersebut diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru dengan munculnya aktivitas perekonomian baru bagi masyarakat sekitar. Selain perubahan pendapatan, kehadiran industri tersebut dapat meningkatkan diversifikasi sumber pendapatan masyarakat. Perubahan lahan yang sebelumnya kawasan pertanian menjadi kawasan industri yang akan mempengaruhi jenis sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Adanya pembangunan industri tersebut telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat setempat, pengaruh langsungnya
  • 41. 38 adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa atau perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir Berdasarkan hasil wawancara dengan Plh. Kepala Desa Sukatani yaitu Bapak H. Rachmatullah bahwa adanya industri di wilayah desa Sukatani penghasilan masyarakat berkurang karena lahan persawahan sudah berubah menjadi Industri yang awalnya kebanyakan dari hasil tani dan perkebunan baik sebagai pemilik sawan ataupun sebagai buruh tani. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul Analisis kehidupan sosial masyarakat sebelum dan sesudah berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande Kabupaten Serang. Perumusan masalah Berdasarkan dari identifikasi masalah, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat sebelum pendirian industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande? 2. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat setelah pendirian industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande ? 3. Adakah perbedaan yang signfikan kehidupan sosial masyarakat sebelum dan setelah berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande
  • 42. 39 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat sebelum adanya pendirian industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande. 2. Untuk mengetahui kehidupan sosial masyarakat setelah pendirian industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande. 3. Untuk mengetahui tingkat signifikan kehidupan sosial masyarakat sebelum dan setelah berdirinya industri di Desa Sukatani Kecamatan Cikande. Tinjauan Pustaka DefenisiIndustri Industri adalah semua perusahaan atau usaha yang melakukan kegiatanmerubah bahan dasar atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebihtinggi nilainya. Termasuk kedalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukankegiatan jasa industri dan perakitan (assembling) dari suatu industri (BPS, 2002). Menurut G. Kartasapoetra (1987) ”Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan-bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadimenjadi barang yang bernilai tinggi”. Industri merupakan jaringan yang menjangkau hampir setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian.Industri juga merupakan sebuah faktor penting dalam membentuk masalah-masalah sosial yang kompleks.dengan mutu yang bagus untuk kemudian dijual dan diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannyadigunakan sejumlah tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta polakerja tertentu .Industri menurut skalanya yaitu: 1. Industri besar adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau karyawan 100 orang atau lebih. 2. Industri sedang adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau karyawan 20 sampai 99 orang. 3. Industri kecil adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerjaatau karyawan 5 sampai 19 orang.
  • 43. 40 4. Industri rumah tangga adalah usaha industri pengolahan yang mempunyai pekerja atau karyawan 1 sampai 4 orang. MasyarakatPedesaan Masyarakat menurutSoekanto (1990) diartikan sebagai manusia yanghidup bersama, mereka sadar sebagai satu kesatuan dan mereka merupakan suatusistem yang hidup bersama. Masyarakat desa mempunyai hubungan yang lebih erat daripada masyarakat kota. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasarsistem kekeluargaan. Dalam masyarakat desa biasanya tertuju pada keperluankebutuhan yang bersifat primer seperti makanan, pakaian, dan rumah.Masyarakat desa terdiri dariindividu dan keluarga-keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial yangsaling berhubungan antara satu sama lain baik diorganisir maupun tidak untukmencapai tujuan tertentu (kepentingan pribadi atau kelompok) jelas menunjukkanmasyarakat desa hidup berkelompok dimana secara normatif mereka diatur olehnorma-norma, nilai-nilai dan kelembagaan yang bersifat tradisional, sehinggadalam kehidupan sehari-harinya unsur kebersamaan, gotong royong yang bersifatkomunal dalam berbagai segi kehidupan masih banyak dikalangan mereka. PerubahanSosialPedesaan Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan. Ada perubahan yang menarik perhatian orang, ada yang pengaruhnya luas, yang terjad lambat, ada pula yang terjadi cepat. Perubahan-perubahan di masyarakat dapat berupa perubahannorma-norma, pola-pola perilaku seseorang, organisasi, susunan dan stratifikasimasyarakat, dan juga mengenai lembaga kemasyarakatan.Sebab-sebab terjadinya perubahan itu sumbernya ada yang terletak didalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar masyarakat itu. Sebab-sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri misalnya bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan baru, pertentangan antara golongan, dan pemberontakan atau evolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri.Apabila sebab-sebab perubahan itu bersumber dari masyarakat lain maka perubahan dalam masyarakat itu perlu juga diketahui saluran-saluran yang dilalui dalam proses perubahan itu, sehingga perubahan itu pada akhirnya dikenal, diterima, diakui, dan digunakan oleh khalayak ramai. Saluran-saluran yang dilalui dalam proses perubahan tersebut pada umumnya adalah lembaga kemasyarakatan dalam bidang pendidikan, ekonomi, pemerintahan, agama,rekreasi dan sebagainya.Menurut Ibrahim, J.T, (2002), industrialisasi pada masyarakat 4
  • 44. 41 agrarismerupakan salah satu contoh bentuk perubahan sosial yang tingkat pengaruhnya besar pada sendi dasar kehidupan manusia. Secara umum, perubahan tersebut membawa pengaruh besar pada sistem dan struktur sosial. Proses industrialisasi merubah pola hubungan kerja tradisional menjadi modrn rasional. Kondisi Sosial Ekonomi Sosiologi ekonomi adalah studi tentang bagaimana cara orang atau masyarakatmemenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa yang menggunakansosiologi (Damzar 2002 : 7). Kondisi sosial ekonomi adalah tatanan kehidupan sosial material maupun spiritual yang meliputi rasa keselarasan, kesusilaan, ketentraman lahirnya dan batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan sosial lainnya yang sebaikmungkin bagi diri sendiri keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak- hak asasi manusia serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Adi,1996: 20). Sosial ekonomi adalah kondisi kependudukan yang ada tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesehatan, tingkat konsumsi, perumahan, dan lingkungan masyarakat (Kusnadi 1993: 6). Sedangkan menurut Soekanto (2003) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya. Berdasarkan pendapat di atas maka sosial ekonomi adalah posisi seseorangatau kelompok orang dalam masyarakat yang kondisinya memungkinkan bagi setiap individu maupun kelompok untuk mengadakan usaha guna pemenuhan kebutuhan hidupnya yang sebaik mungkin bagi diri sendiri, keluarga sertamasyarakat dan lingkungannya Dampak adalah suatu perubahan yang disebabkan oleh suatu kegiatan, suatu usaha investasi dalam kegiatan pembangunan memiliki kemampuan potensial menimbulkan dampak. Konsep dampak diartikan sebagai pengaruh munculnya aktifitas manusia dalam pembangunan terhadap lingkungan termasuk manusia. Sehubungan dengan itu Soemartono (2011) menjelaskan bahwa padadasarnya sasaran pembangunan adalah menaikkan tingkat kesejahteraan rakyat, akan tetapi aktifitas pembangunan yang menimbulkan efek samping yang tidakdirencanakan di luar sasaran yang disebut dampak.
  • 45. 42 Dampak dapat bersifat biofisik, sosial, ekonomi dan budaya yang berpengaruh terhadap sasaran yangingin dicapai. Adapun menurut Soedharto (1995) dampak sosial adalah konsekuensisosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan perubahan yang terjadi padamanusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan. Adapun menurut Soedharto (1995) dampak sosial adalah konsekuensisosial yang menimbulkan akibat dari suatu kegiatan pembangunan ataupun penerapan suatu kebijakan dan program merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan. Dalam keputusan pemerintah No.14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang”penetapan dampak penting” terhadap aspek sosial ekonomi yaitu: 1. Aspek sosiala. a. Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat, adat istiadat dan kebiasaan yang berlaku. b. Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat. c. Akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat d. Kelompok-kelompok dan organisai sosial. e. Pelapisan sosial di kalangan masyarakat. f. Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat. g. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan. 2. Aspek ekonomia. a) Kesempatan bekerja dan berusaha. b) Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam. c) Tingkat pendapatan. d) Sarana dan prasarana infrastruktur. e) Pola pemanfaatan sumber daya alam. DampakIndustriterhadapLingkungan Pembangunan industri di satu sisi memberikan perubahan yang berdampak terhadap sosial ekonomi masyarakat namun di sisi lain juga membawa perubahan yang berdampak negatif, dampak negatif tersebut antara lain terjadinya pencemaran terhadap lingkungan sekitar industri seperti polusi air bersih, polusi kebisingan suara,