1. Dokumen tersebut membahas peran manajemen rantai pasokan terhadap operasional UMKM makanan oleh-oleh khas Bengkulu.
2. Beberapa variabel yang diuji pengaruhnya terhadap kinerja UMKM oleh-oleh antara lain pembagian informasi, hubungan jangka panjang, kerjasama, dan integrasi proses.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel tersebut mempengaruhi manaj
Abortion pills in Muscat ( Oman) +966572737505! Get CYTOTEC, unwanted kit mis...
Proposal riset arnold
1. 1
PERAN MANAJEMEN RANTAI PASOKAN TERHADAP
OPERASIONAL UMKM MAKANAN OLEH-OLEH KHAS BENGKULU
Eriskan Arnoldy
Latar Belakang
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) oleh-oleh khas Bengkulu termasuk kedalam
industri kecil pengolahan makanan yang dapat didefinisikan sebagai kumpulan
perusahaan-perusahaan yang kegiatan utamanya adalah mengolah dan memproduksi
bahan pangan. Kehidupan manusia tidak lepas dari makanan, oleh karena itu industri
pengolahan makanan merupakan peluang usaha yang memiliki marketshare yang
sangat luas. Adapun industri kecil pengolahan makanan merupakan sektor industri
yang cukup mampu bertahan dari guncangan ekonomi karena kebutuhan bahan
pangan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat seiring
meningkatnya pertumbuhan penduduk (Akmal, 2006).
UMKM oleh-oleh khas Bengkulu adalah industri kecil yang sangat potensial jika
dikembangkan. Hal ini disebabkan dengan hadirnya UMKM dapat menciptakan
lapangan pekerjaan baru sehingga meningkatkan perekonomian dan taraf hidup
masyarakat di Kota Bengkulu. Oleh-oleh khas Bengkulu juga mencerminkan ciri
dan karakter dari masyarakat Kota Bengkulu yang membedakannya dari kota-kota
lainnya yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan, sosial serta budaya.
Perbedaan tersebut secara jelas tampak dan tercermin dari sikap dan perilaku
warga masyarakat yang bersangkutan, termasuk jenis makanan yang dikonsumsi
(Mayasari, 2008).
Menurut Liedholm (dalam Akmal, 2006), pada umumnya industri kecil lebih banyak
berkembang di daerah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan
usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Indikasi
ini sangat positif dalam mendukung pembangunan di daerah tersebut sebagai
motor penggerak perekonomian.
Sebuah industri membutuhkan strategi yang sesuai untuk dapat bertahan di pasar
dalam menghadapi persaingan, ancaman dan peluang pasar. Sebuah industri juga
harus dapat merancang dan memiliki manajemen rantai pasokan yang baik dan
terintegrasi untuk dapat mengarahkan jalannya tujuan yang ingin dicapai dalam
2. 2
meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat bertahan dalam persaingan
(Pearce dan Robinson dalam Mayasari, 2008). Variabel information sharing, long
term relationship, cooperation, dan process integration merupakan bagian dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen rantai pasokan pada
perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahadi (Rahadi,
2012) mengenai pengaruh manajemen rantai pasokan terhadap strategi operasi
perusahaan, yang memasukkan variabel-variabel tersebut dalam penelitian yang
dilakukannya dan menyebutkan bahwa ke empat variabel tersebut berpengaruh
positif terhadap strategi operasi perusahaan. Dengan menggunakan variabel yang
sama, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran manajemen rantai pasokan
terhadap operasional UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa untuk
menciptakan keunggulan bersaing dan meningkatkan kinerja nya maka UMKM harus
bisa mengoptimalkan manajemen rantai pasokan. Dengan demikian secara eksplisit,
pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah, “Apakah
information sharing (pembagian informasi), long term relationship (hubungan jangka
panjang), cooperation (kerjasama), dan process terintegration (integrasi proses),
berpengaruh terhadap manajemen rantai pasokan sehingga turut mendukung
operasional UMKM oleh-oleh khas Bengkulu?”.
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran
manajemen rantai pasokan terhadap operasional UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
variabel information sharing (pembagian informasi), long term relationship (hubungan
jangka panjang), cooperation (kerjasama), dan process terintegration (integrasi proses)
mempengaruhi manajemen rantai pasokan pada UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
3. 3
Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi sekaligus memperkaya
literatur manajemen operasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen
rantai pasokan pada UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
Landasan Konseptual dan Pengembangan Hipotesa
1. Definisi dan Konsep Manajemen Rantai Pasokan
Heizer dan Render (2008) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi
aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah
jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Sedangkan Daft (2003)
mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai istilah bagi pengelolaan rantai
pemasok dan pembeli, yang mencakup semua tahap pemrosesan dari pembelian
bahan baku sampai pendistribusian barang jadi kepada konsumen akhir.
Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-
perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama (Indrajit dan Djokopranoto,
2002) yaitu :
Chain 1 : Suppliers
Merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama. Bahan pertama ini bisa
dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub-
assemblies, suku cadang, dan sebagainya.
Chain 1-2 : Suppliers - Manufacturer
Manufacturer atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat,
mempabrikasi, mengasembling, merakit, dan mengkonversikan, atau pun
menyelesaikan barang (finishing).
Chain 1-2-3 : Supplier – Manufacturer - Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai harus
disalurkan kepada pelanggan yang dilakukan melalui distributor.
Chain 1-2-3-4 : Supplier – Manufacturer – Distribution - Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri yang digunakan
untuk menimbun barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer.
Chain 1-2-3-4-5 : Supplier – Manufacturer – Distribution – Retailer Outlets – Customers
4. 4
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain. Para
pengecer atau retailers ini menawarkan barangnya langsung kepada para pelangan
atau pembeli atau pengguna barang tersebut.
Perusahaan yang berada dalam supply chain pada intinya ingin memuaskan
konsumen dengan bekerja sama membuat produk yang murah, mengirimkan tepat
waktu dan dengan kualitas yang bagus.
2. Information Sharing (Pembagian informasi)
Informasi adalah sekumpulan data yang sudah dikelompokkan, diolah, dan
dikomunikasikan untuk kebutuhan yang masuk akal dan bermakna atau
bermanfaat (Risnandar dan Wulandari, 2010). Oleh karena itu informasi digunakan
sebagai dasar dalam mengambil keputusan yang harus diperoleh pada saat yang
tepat, secara cepat, dan memiliki kualitas yang baik. Informasi merupakan dasar
pelaksanaan proses rantai pasok.
Keberhasilan rantai pasokan sangat tergantung kepada sistem informasinya,
dengan adanya informasi partner bisnis dalam rantai pasok dapat diperhitungkan
(Pujawan dan Mahendrawathi, 2010). Kurangnya koordinasi dari pihak-pihak yang
terlibat dalam rantai pasokan akan menimbulkan distorsi Informasi yang disebut
dengan fenomena bullwhip effect (Parwati dan Andrianto, 2009). Sedangkan
Bullwhip Effect itu sendiri didefinisikan oleh Susilo (2008) sebagai peningkatan
variabilitas permintaan yang terjadi pada setiap level rantai pasokan sebagai akibat
adanya distorsi informasi.
Oleh karena itu, pemahaman faktor-faktor yang mempengaruhi information sharing
dan kualitas informasi sangat di butuhkan untuk menunjang kualitas dan proses
pembagian informasi. Sehingga dapat ditarik hipotesis :
H1 : Information Sharing (pembagian informasi) berhubungan posititf terhadap
operasional UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
3. Long Term Relationship (Hubungan Jangka Panjang)
Ganesan dalam Indriani (2006) mendefinisikan hubungan jangka panjang sebagai
persepsi mengenai saling ketergantungan pembeli terhadap pemasok baik dalam
5. 5
konteks produk atau hubungan yang diharapkan akan membawa manfaat bagi
pembeli dalam jangka panjang.
Pemasok berperan untuk menyediakan material atau bahan input yang digunakan
oleh perusahaan. Kualitas material dan kemampuan dalam pendistribusian
material tersebut tergantung pada kinerja pemasok yang selanjutnya berpengaruh
pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hubungan perusahaan dengan
pemasok merupakan kolaborasi yang paling kuat dalam konteks value chain atau
rantai pasokan (Kanter dalam Lestari, 2009).
Pada prinsipnya tujuan akhir yang ingin di capai dalam pengelolaan hubungan
jangka panjang adalah profitabilitas perusahaaan yang di peroleh melalui
hubungan terus menerus serta saling menguntungkan sehingga terciptanya
hubungan jangka panjang yang konsisten dan berkesinambungan. Sehingga
berdasarkan poin-poin di atas dapat ditarik hipotesis yaitu :
H2 : Long Term Relationship (hubungan jangka panjang) berhubungan positif
terhadap operasional UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
4. Cooperation (Kerjasama)
Diantara organisasi atau perusahaan yang berada pada jaringan manajemen rantai
pasokan, sudah pasti memerlukan sistem informasi yang akurat dan lancar serta
memerlukan kepercayaan antara peserta pengadaan barang dan jasa. Semua itu
tidak akan bisa tercapai tanpa adanya kerjasama yang baik. Kerjasama
(cooperation) merupakan salah satu alternatif yang terbaik dalam melakukan
manajemen rantai pasokan yang optimal (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
Pentingnya kerjasama supplier dengan perusahaan yang dibina dengan baik
semakin disadari perusahaan, tidak hanya untuk kepentingan dalam jangka
pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Perusahaan dapat memperoleh banyak
keuntungan dari kerjasama jangka panjang. Hal ini dirasakan dalam kondisi ketika
perusahaan membutuhkan kiriman bahan baku untuk kebutuhan mendesak,
supplier dapat segera memenuhi permintaan tersebut, karena hubungan yang telah
terbina dengan baik selama ini. Hubungan baik supplier dengan perusahaan juga
akan memberikan keuntungan pada ongkos pengiriman yang stabil, sehingga dapat
mengurangi biaya secara lebih efisien.
6. 6
Adanya kerjasama dengan supplier yang dapat diandalkan diharapkan akan
menghasilkan pengertian dan pemahaman yang baik akan kebutuhan dan
keperluan masing-masing pihak (Cempakasari dan Yoestini, 2003). Dari paparan di
atas dapat ditarik hipotesis :
H3 : Cooperation (kerjasama) berhubungan positif terhadap operasional UMKM
oleh-oleh khas Bengkulu.
5. Process Integration (Integrasi Proses)
Integrasi dalam manajemen rantai pasokan menunjukkan sebuah proses
kerjasama yang kompleks antara perusahaan dengan pemasok dan pembeli yang
mana bila dikelola akan dapat meningkatkan efisiensi dalam operasi perusahaan
dan lebih jauh dapat meningkatkan profit perusahaan serta memberikan
kepuasaan bagi semua pihak.
Suatu integrasi harus dapat dicapai bagi organisasi atau perusahaan yang berada
pada jaringan supply chain management dan seluruh mata rantai pengadaan
barang. Tujuan dari supply chain management adalah untuk mengintegrasikan
proses bisnis utama perusahaan mulai dari hubungan ke hulu (upstreams) dan ke
hilir (downstreams) bahkan sampai ke pengguna akhir, melalui penyediaan produk,
jasa dan informasi yang memberikan nilai tambah bagi konsumen dan stakeholder
lainnya.
Standarisasi yang terjadi pada integrasi menjadikan integrasi harus dapat
dikarakteristikan sebagai kerjasama, kolaborasi, berbagi informasi (information
sharing), kepercayaan (trust), kemitraan (partnership), berbagi teknologi (shared
technology), kompatibilitas, berbagi risiko dan manfaat, komitmen dan visi yang
sama, kebergantungan dan berbagi proses utama (Hamidin dan Surendro, 2010).
Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis yaitu :
H4 : Process Integration (integrasi proses) berhubungan positif terhadap operasional
UMKM oleh-oleh khas Bengkulu.
7. 7
Gambar berikut menyajikan model-model empiris yang diuji dalam hipotesa-
hipotesa diatas.
H1
H2
H3
H4
Gambar 1. Model penelitian untuk keseluruhan hipotesa
Metode Penelitian
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di
kota Bengkulu yang bergerak dibidang produksi olahan makanan yang berjumlah
125 UMKM. Penelitian dilakukan secara sampling karena jumlah UMKM yang
memproduksi makanan oleh-oleh khas Bengkulu cukup banyak.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan
berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Data primer penelitian ini
Information
Sharing
Long Term
Relationship
Process
Integration
Cooperation
Kinerja UMKM Oleh-
oleh Khas Bengkulu
8. 8
diperoleh dari pembagian kuesioner yang diberikan kepada responden pelaku
UMKM makanan oleh-oleh khas Bengkulu.
Penelitian ini juga menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari
berbagi pusat data yang ada antara lain pusat data yang di perusahaan, badan-
badan penelitian dan sejenisnya yang memiliki poll data (Ferdinand, 2006). Data
sekunder ini diambil dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bengkulu.
Kuesioner yang dibagikan selanjutnya diukur dengan empat skala poin Likert (4
sangat setuju dan 1 sangat tidak setuju). Selanjutnya wawancara akan dilakukan
secara langsung kepada responden yakni pengusaha UMKM makanan oleh-oleh
khas Bengkulu. Wawancara ini dilakukan untuk menggali pengetahuan yang lebih
mendalam tentang responden dan usaha yang dilakukannya.
Uji Validitas dan Uji Realibilitas
Menurut Ghozali (2006) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Validitas menyangkut pada tingkat akurasi yang dicapai
oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratmya pengukuran atas apa
yang seharusnya di ukur (Irmawati, 2007). Adapun uji reliabilitas dilakukan dengan
uji statistik Croanbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0.60. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Keterangan :
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara
jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara
konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula
yang memaknakannya sebagai berikut :
9. 9
Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
10. 10
Referensi
Akmal, Y. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Tebing Tinggi, Fakultas Pertanian Bogor.
Cempakasari dan Yoestini. 2003. “Studi Mengenai Pengembangan Hubungan Jangka
Panjang Perusahaan dan Pengecer”. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia
Volume II, No. 1, halaman 67-84.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang
: Badan Penerbit Undip.
Hamidin, Dini dan Surendro, Kridanto. (2010), Model Supply Chain Management Dalam
Perspektif Teknologi, Business logistics; Information Technology Bandung.
Heizer, J. dan Render, B. 2008, Operation Management (Terjemahan), Salemba Empat,
Jakarta.
Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. (2003). Konsep Manajemen Supply Chain :
Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di
Indonesia, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Irmawati. 2007, Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kinerja di PTPN VIII
Gunung Mas Bogor, Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi
Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mayasari. 2008. Produktivitas. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Parwati and P. Andrianto, “Metode Supply Chain Management Untuk Menganalisis
Bullwhip Effect Guna Meningkatkan Efektivitas Sistem Distribusi Produk”,
Jurnal Teknologi IST AKPRIND, vol. 2, 2009
Pujawan, I Nyoman dan ER, Mahendrawati. 2010. Supply Chain Management.
Surabaya: Guna Widya.
Rahadi. 2012. Pengaruh Supply Chain Management Terhadap Kinerja Operasional
Perusahaan.
Wulandari W K dan Risnandar. 2010. “Business logistics; Information technology”
Supply Chain and Management