SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu masalah kesehatan
yang serius di dunia. Hal ini dikarena penyakit ginjal dapat menyebabkan
kematian, kecacatan serta penurunan kualitas hidup bagi penderitanya.
Menurut National Kidney Foundation (NKF) dan Kidney Dialysis
Outcomes and Quality Initiative (K/DOQI), PGK terjadi karena adanya
kerusakan ginjal secara progresif dan bersifat irreversible yang ditandai
dengan perubahan struktur maupun fungsi ginjal yang terjadi selama 3
bulan atau lebih, dengan atau tanpa penurunan Glomerular Filtration Rate
(GFR). Selain itu PGK dapat didefinisikan sebagai terjadinya penurunan
laju GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2
selama 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal dan biasanya disertai dengan albuminuria. Menurut
data yang diperoleh dari National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES), diabetes melitus merupakan faktor utama penyebab terjadinya
PGK yaitu sebesar 40,2% disusul kemudian penyakit jantung sebesar 28,2%
dan hipertensi sebesar 24,6% (NKF, 2002; CDC, 2007).
Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association
(ADA) merupakan suatu gangguan metabolisme tubuh yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hyperglicemia) sebagai
akibat dari defisiensi sekresi insulin, defisiensi aktivitas insulin
(sensitivitas) atau defisiensi keduanya. Hal tersebut berhubungan dengan
gangguan metabolisme terhadap karbohidrat, lemak, dan protein (ADA,
2009). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang dapat
menyebabkan komplikasi, baik komplikasi makrovaskular (penyakit arteri
coroner, penyakit arteri perifer, stroke) maupun mikrovaskular (diabetes
retinopati, diabetes nefropati, diabetes neuropati). Oleh karena itu
2
perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang
menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau
perkembangan DM serta penyakit vaskular penyerta lainnya (Fowler,
2008).
Komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada pasien DM adalah
diabetes nefropati. Diabetes nefropati merupakan penyebab utama
terjadinya PGK di dunia. Diabetes nefropati terjadi karena adanya
kerusakan ginjal secara progresif yang disebabkan oleh DM dan ditandai
dengan meningkatnya kadar albumin dalam urin (mikroalbuminuria, 30
sampai 299 mg/hari) (pada pemeriksaan minimal 3 kali, selama 3 sampai 6
bulan) dan disertai dengan menurunnya GFR. Mikroalbuminuria yang
menetap merupakan penanda terjadinya tahap awal menurunnya fungsi
ginjal pada pasien DM dengan nefropati (ADAb
, 2011). Mikroalbuminuria
terjadi sebagai manifestasi dari proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Proses
hiperfiltrasi terjadi karena adanya vasokonstriksi pada arteriol efferen dalam
ginjal yang menyebabkan terjadinya hipertensi intraglomerular.
Peningkatan tekanan tersebut yang dapat merusak endotel serta sawar
filtrasi glomerulus dalam ginjal. Selanjutnya sebagai akibat dari proses
hiperfiltrasi akan ditemukannya protein atau albumin dalam urin
(proteinuria atau mikroalbuminuria). Selain itu, keadaan hiperglikemi juga
dapat berpengaruh terhadap perkembangan nefropati pada pasien DM. Hal
ini disebabkan karena hiperglikemi dapat menyebabkan meningkatnya
reaksi glikosilasi antara glukosa dan protein-protein pada membran basal
glomerulus sehingga memicu sel mesangial untuk mensekresikan kelebihan
matriks ekstraseluler. Kelebihan matriks glikosilat tersebut yang
menyebabkan pembuluh darah dalam ginjal menjadi tebal sehingga
menggangu proses difusi oksigen dalam pembuluh darah. Berkurangnya
pasokan oksigen dalam jaringan menyebabkan terjadi iskemia jaringan.
3
Faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi perkembangan nefropati
pada pasien DM (Jackson, 2006; O’Callaghan, 2009).
Di Amerika Serikat antara 20 sampai 40% pasien diabetes memiliki
potensi berkembang menjadi diabetes nefropati. Menurut data statistik ADA
dari 18,8 juta orang yang terdiagnosa DM, sekitar 48.374 orang telah
memulai terapi diabetes nefropati tahap akhir atau End Stage Renal Disease
(ESRD) dan 202.290 orang telah menjalani dialisis dan transplantasi ginjal
akibat diabetes nefropati (ADAa
, 2011, ADAb
, 2011). Sedangkan di
Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Liew Kok Leong,
menyebutkan bahwa dari 366 pasien DM tipe 2 sekitar 31 pasien (8,5%)
menderita nefropati (Leong, 2010).
Terapi yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit
diabetes nefropati adalah dengan mengendalikan kadar glukosa dan tekanan
darah secara intensif. Pengendalian kadar glukosa darah dapat
menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) atau insulin, sedangkan
pengendalian tekanan darah dapat menggunakan obat antihipertensi (Gross,
2005). Pada penderita DM dengan komplikasi hipertensi, kontrol tekanan
darah memegang peranan penting dalam perkembangan diabetes nefropati.
Berdasarkan The United Kingdom Prospektif Diabetes Study (UKPDS),
setiap penurunan tekanan darah 10 mmHg dapat menurunkan rata-rata
kematian akibat diabetes nefropati sekitar 13% (JNC 7, 2004; Triplitt,
2008).
Menurut United State Renal Data System (USRDS), penggunaan
Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi) (Captopril, Lisinopril)
dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (Vasartan, Temisartan,
Candesartan) sebagai antihipertensi dapat menurunkan angka kejadian
penyakit ginjal dari 5 sampai 10% per tahun menjadi 1% per tahun (Joy,
2008). Oleh karena itu pemberian ACEi dan ARB merupakan terapi yang
4
direkomendasikan untuk pasien DM dengan nefropati selain pemberian
OHO. Menurut ADA dan NKF target terapi yang harus dicapai untuk
diabetes nefropati adalah penurunan tekanan darah kurang dari sama dengan
130/80 mmHg. Hal ini bertujuan untuk menghambat perkembangan
nefropati menjadi ESRD (Triplitt, 2008). Selain itu ACEi dan ARB
merupakan renoprotective agent yang bekerja dengan menurunkan kadar
albumin dalam urin serta meningkatkan nilai GFR. Efek perlindungan
ACEi dan ARB terhadap ginjal yaitu dengan vasodilatasi arteriol efferen
sehingga dapat menurunkan tekanan intraglomerular yang memicu rusaknya
glomerulus karena proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Selain itu, ACEi
berperan dalam meningkatkan selektivitas permeabilitas membran sehingga
dapat menurunkan stimulasi produksi matriks dan poliferasi pada sel
mesangial yang berperan dalam perkembangan nefropati pada pasien
diabetes. Menurut penelitian mengenai diabetes nefropati, penurunan 50%
kadar albumin dalam urin dapat menurunkan 50% resiko perkembangan
nefropati menuju ESRD (Jackson, 2006).
Obat golongan ACEi dan ARB dapat diberikan sebagai monoterapi
atau kombinasi terapi untuk mencapai target penurunan sekresi albuminuria
serta tekanan darah yang diinginkan. Misalnya, kombinasi antara ACEi atau
ARB dengan obat diuretik dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular dan perkembangan pada penyakit ginjal. Namun,
penggunaan diuretik hemat kalium pada pasien diabetes nefropati perlu
dihindari untuk mencegah terjadinya hiperkalemia (Datta, 2010). Oleh
karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap kadar kalium dalam darah
serta penyesuaian dosis pada penggunaan ACEi dan ARB bersama dengan
obat diuretik hemat kalium atau suplemen yang mengandung kalium. Efek
samping lain yang sering timbul pada penggunaan ACEi sebagai terapi
antihipertensi adalah batuk kering pada sekitar 20% pasien pengguna ACEi
5
(Jackson, 2006). Permasalahan lain yang mungkin dapat terjadi pada
penggunaan ACEi dan ARB di lapangan meliputi pola regimentasi obat,
outcome terapi dan Drug Related Problems (DRPs) yang bervariasi pada
setiap pasien. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi mengenai pola
penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati.
Drug Utilization Study (DUS) merupakan studi tentang penggunaan obat
yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan
obat dalam suatu populasi, baik dalam jangkauan regional, nasional maupun
institusional. Selanjutnya dapat dilakukan suatu evaluasi terhadap pola
penggunaan obat tersebut sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan
(Gamma, 2008). Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
yang merupakan rumah sakit tingkat 1 dan merupakan rumah sakit rujukan
di wilayah Surabaya Timur untuk anggota Tentara Nasional Indonesia
(TNI) beserta keluarga dan masyarakat umum disekitarnya.
Perumusan masalah pada peneliatian ini adalah bagaimanakah pola
penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati
di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, (1) mengetahui dan mengkaji
pola regimentasi obat pada pasien diabetes nefropati, (2) Mengkaji
hubungan antara penggunaan ACEi dan ARB dengan outcome terapi pada
pasien diabetes nefropati, dan (3) mengidentifikasi dan mengkaji Drug
Related Problems (DRPs) yang dapat timbul pada penggunaan ACEi dan
ARB dengan obat lain pada pasien diabetes nefropati.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan
informasi mengenai pola penggunaan obat ACEi dan ARB pada pasien
diabetes nefropati. Selain itu, dapat digunakan sebagai masukan bagi
Komite Farmasi dan Terapi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dalam
pemilihan obat untuk pasien khususnya diabetes nefropati.

More Related Content

Similar to Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf

Similar to Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf (20)

88875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-188875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-1
 
Ginjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensiGinjal dan hipertensi
Ginjal dan hipertensi
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
109258193 case-ckd
109258193 case-ckd109258193 case-ckd
109258193 case-ckd
 
Gagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan AkuteGagal ginjal Kronis dan Akute
Gagal ginjal Kronis dan Akute
 
makalah toksikologi
makalah toksikologimakalah toksikologi
makalah toksikologi
 
88875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-188875407 kmb-jurnal-1
88875407 kmb-jurnal-1
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Pasien hemodialisa
Pasien hemodialisaPasien hemodialisa
Pasien hemodialisa
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
60-Article Text-167-1-10-20200730.pdf
 
Kidney Disease - CKD BARU.pptx
Kidney Disease - CKD BARU.pptxKidney Disease - CKD BARU.pptx
Kidney Disease - CKD BARU.pptx
 
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tikaLp ckd+hd+hiperkalemi tika
Lp ckd+hd+hiperkalemi tika
 
Farmasi Klinik
Farmasi KlinikFarmasi Klinik
Farmasi Klinik
 
CHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASECHRONIC KIDNEY DISEASE
CHRONIC KIDNEY DISEASE
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 

Recently uploaded

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 

Penyakit gagal ginjal kronis pada manusia.pdf

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu masalah kesehatan yang serius di dunia. Hal ini dikarena penyakit ginjal dapat menyebabkan kematian, kecacatan serta penurunan kualitas hidup bagi penderitanya. Menurut National Kidney Foundation (NKF) dan Kidney Dialysis Outcomes and Quality Initiative (K/DOQI), PGK terjadi karena adanya kerusakan ginjal secara progresif dan bersifat irreversible yang ditandai dengan perubahan struktur maupun fungsi ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR). Selain itu PGK dapat didefinisikan sebagai terjadinya penurunan laju GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal dan biasanya disertai dengan albuminuria. Menurut data yang diperoleh dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), diabetes melitus merupakan faktor utama penyebab terjadinya PGK yaitu sebesar 40,2% disusul kemudian penyakit jantung sebesar 28,2% dan hipertensi sebesar 24,6% (NKF, 2002; CDC, 2007). Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) merupakan suatu gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah (hyperglicemia) sebagai akibat dari defisiensi sekresi insulin, defisiensi aktivitas insulin (sensitivitas) atau defisiensi keduanya. Hal tersebut berhubungan dengan gangguan metabolisme terhadap karbohidrat, lemak, dan protein (ADA, 2009). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi, baik komplikasi makrovaskular (penyakit arteri coroner, penyakit arteri perifer, stroke) maupun mikrovaskular (diabetes retinopati, diabetes nefropati, diabetes neuropati). Oleh karena itu
  • 2. 2 perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM serta penyakit vaskular penyerta lainnya (Fowler, 2008). Komplikasi mikrovaskular yang dapat terjadi pada pasien DM adalah diabetes nefropati. Diabetes nefropati merupakan penyebab utama terjadinya PGK di dunia. Diabetes nefropati terjadi karena adanya kerusakan ginjal secara progresif yang disebabkan oleh DM dan ditandai dengan meningkatnya kadar albumin dalam urin (mikroalbuminuria, 30 sampai 299 mg/hari) (pada pemeriksaan minimal 3 kali, selama 3 sampai 6 bulan) dan disertai dengan menurunnya GFR. Mikroalbuminuria yang menetap merupakan penanda terjadinya tahap awal menurunnya fungsi ginjal pada pasien DM dengan nefropati (ADAb , 2011). Mikroalbuminuria terjadi sebagai manifestasi dari proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Proses hiperfiltrasi terjadi karena adanya vasokonstriksi pada arteriol efferen dalam ginjal yang menyebabkan terjadinya hipertensi intraglomerular. Peningkatan tekanan tersebut yang dapat merusak endotel serta sawar filtrasi glomerulus dalam ginjal. Selanjutnya sebagai akibat dari proses hiperfiltrasi akan ditemukannya protein atau albumin dalam urin (proteinuria atau mikroalbuminuria). Selain itu, keadaan hiperglikemi juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan nefropati pada pasien DM. Hal ini disebabkan karena hiperglikemi dapat menyebabkan meningkatnya reaksi glikosilasi antara glukosa dan protein-protein pada membran basal glomerulus sehingga memicu sel mesangial untuk mensekresikan kelebihan matriks ekstraseluler. Kelebihan matriks glikosilat tersebut yang menyebabkan pembuluh darah dalam ginjal menjadi tebal sehingga menggangu proses difusi oksigen dalam pembuluh darah. Berkurangnya pasokan oksigen dalam jaringan menyebabkan terjadi iskemia jaringan.
  • 3. 3 Faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi perkembangan nefropati pada pasien DM (Jackson, 2006; O’Callaghan, 2009). Di Amerika Serikat antara 20 sampai 40% pasien diabetes memiliki potensi berkembang menjadi diabetes nefropati. Menurut data statistik ADA dari 18,8 juta orang yang terdiagnosa DM, sekitar 48.374 orang telah memulai terapi diabetes nefropati tahap akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD) dan 202.290 orang telah menjalani dialisis dan transplantasi ginjal akibat diabetes nefropati (ADAa , 2011, ADAb , 2011). Sedangkan di Indonesia menurut penelitian yang dilakukan oleh Liew Kok Leong, menyebutkan bahwa dari 366 pasien DM tipe 2 sekitar 31 pasien (8,5%) menderita nefropati (Leong, 2010). Terapi yang digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit diabetes nefropati adalah dengan mengendalikan kadar glukosa dan tekanan darah secara intensif. Pengendalian kadar glukosa darah dapat menggunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) atau insulin, sedangkan pengendalian tekanan darah dapat menggunakan obat antihipertensi (Gross, 2005). Pada penderita DM dengan komplikasi hipertensi, kontrol tekanan darah memegang peranan penting dalam perkembangan diabetes nefropati. Berdasarkan The United Kingdom Prospektif Diabetes Study (UKPDS), setiap penurunan tekanan darah 10 mmHg dapat menurunkan rata-rata kematian akibat diabetes nefropati sekitar 13% (JNC 7, 2004; Triplitt, 2008). Menurut United State Renal Data System (USRDS), penggunaan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi) (Captopril, Lisinopril) dan Angiotensin Receptor Blocker (ARB) (Vasartan, Temisartan, Candesartan) sebagai antihipertensi dapat menurunkan angka kejadian penyakit ginjal dari 5 sampai 10% per tahun menjadi 1% per tahun (Joy, 2008). Oleh karena itu pemberian ACEi dan ARB merupakan terapi yang
  • 4. 4 direkomendasikan untuk pasien DM dengan nefropati selain pemberian OHO. Menurut ADA dan NKF target terapi yang harus dicapai untuk diabetes nefropati adalah penurunan tekanan darah kurang dari sama dengan 130/80 mmHg. Hal ini bertujuan untuk menghambat perkembangan nefropati menjadi ESRD (Triplitt, 2008). Selain itu ACEi dan ARB merupakan renoprotective agent yang bekerja dengan menurunkan kadar albumin dalam urin serta meningkatkan nilai GFR. Efek perlindungan ACEi dan ARB terhadap ginjal yaitu dengan vasodilatasi arteriol efferen sehingga dapat menurunkan tekanan intraglomerular yang memicu rusaknya glomerulus karena proses hiperfiltrasi dalam ginjal. Selain itu, ACEi berperan dalam meningkatkan selektivitas permeabilitas membran sehingga dapat menurunkan stimulasi produksi matriks dan poliferasi pada sel mesangial yang berperan dalam perkembangan nefropati pada pasien diabetes. Menurut penelitian mengenai diabetes nefropati, penurunan 50% kadar albumin dalam urin dapat menurunkan 50% resiko perkembangan nefropati menuju ESRD (Jackson, 2006). Obat golongan ACEi dan ARB dapat diberikan sebagai monoterapi atau kombinasi terapi untuk mencapai target penurunan sekresi albuminuria serta tekanan darah yang diinginkan. Misalnya, kombinasi antara ACEi atau ARB dengan obat diuretik dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dan perkembangan pada penyakit ginjal. Namun, penggunaan diuretik hemat kalium pada pasien diabetes nefropati perlu dihindari untuk mencegah terjadinya hiperkalemia (Datta, 2010). Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap kadar kalium dalam darah serta penyesuaian dosis pada penggunaan ACEi dan ARB bersama dengan obat diuretik hemat kalium atau suplemen yang mengandung kalium. Efek samping lain yang sering timbul pada penggunaan ACEi sebagai terapi antihipertensi adalah batuk kering pada sekitar 20% pasien pengguna ACEi
  • 5. 5 (Jackson, 2006). Permasalahan lain yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan ACEi dan ARB di lapangan meliputi pola regimentasi obat, outcome terapi dan Drug Related Problems (DRPs) yang bervariasi pada setiap pasien. Oleh karena itu, perlu adanya suatu studi mengenai pola penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati. Drug Utilization Study (DUS) merupakan studi tentang penggunaan obat yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan pola penggunaan obat dalam suatu populasi, baik dalam jangkauan regional, nasional maupun institusional. Selanjutnya dapat dilakukan suatu evaluasi terhadap pola penggunaan obat tersebut sehingga kualitas hidup pasien dapat ditingkatkan (Gamma, 2008). Penelitian dilakukan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang merupakan rumah sakit tingkat 1 dan merupakan rumah sakit rujukan di wilayah Surabaya Timur untuk anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) beserta keluarga dan masyarakat umum disekitarnya. Perumusan masalah pada peneliatian ini adalah bagaimanakah pola penggunaan obat golongan ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya? Penelitian ini dilakukan dengan tujuan, (1) mengetahui dan mengkaji pola regimentasi obat pada pasien diabetes nefropati, (2) Mengkaji hubungan antara penggunaan ACEi dan ARB dengan outcome terapi pada pasien diabetes nefropati, dan (3) mengidentifikasi dan mengkaji Drug Related Problems (DRPs) yang dapat timbul pada penggunaan ACEi dan ARB dengan obat lain pada pasien diabetes nefropati. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai pola penggunaan obat ACEi dan ARB pada pasien diabetes nefropati. Selain itu, dapat digunakan sebagai masukan bagi Komite Farmasi dan Terapi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dalam pemilihan obat untuk pasien khususnya diabetes nefropati.