Hi semua, terima kasih sudah berkunjung kesini π Semua file yang diupload adalah materi perkuliahan. Nah... materi ini dari dosen yang dikhususkan untuk teman-teman kelas #manabeve π
Biar gampang diakses, yah masukin sini aja kanπ Sekalian membantu kalian yang mungkin butuh beberapa konten dalam file-file ini.
Jangan lupa di like yah π Kalau mau dishare atau didownload PLEASE MINTA IZIN dulu oke??
Biar ngga salah paham cuyπ
ASK FOR PERMISSION βΆ itsmeroses@mail.ru
Kalau kesulitan untuk mendownload FEEL FREE untuk email ke akuππππ
[DISCLAIMER] Mohon banget kalau udah didownload. Kemuadian ingin dijadikan materi atau referensi. Jangan lupa cantumkan sumbernya. Terima kasih atas pengertiannyaπ
------------------------------------------------------------
Materi details :
Coming soon ")
------------------------------------------------------------
MEET CLASS FELLASπ
Instagram βΆ https://www.instagram.com/manabeve
Blog βΆ https://manabeve.blogspot.com
Email βΆ manabeve@gmail.com
------------------------------------------------------------
LET'S BECOME FRIENDS WITH MEπ
Instagram βΆ https://www.instagram.com/ameldiana3
Twitter βΆ https://www.twitter.com/amlediana3
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
Β
PENULISANKARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Darjito 3
1. i
SKRIPSI
PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI βMERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUANβ
Oleh
Anissa Puspaningtyas
011 10 143 324
SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA βMMTCβ
YOGYAKARTA
2015
2. ii
SKRIPSI
PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI βMERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUANβ
Oleh:
Anissa Puspaningtyas
NIM. 011 10 143 324
Program Studi Manajemen Produksi Pemberitaan
Telah disetujui oleh:
Tim Pembimbing Skripsi Penciptaan Karya Produksi
Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta
Pada Hari Jumβat, 07 Agustus 2015
Pembimbing Utama Dra. Nunuk Parwati, M.M
Pembimbing Pendamping Dardjito Chadori, S.E., M.A
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Dra. Dwi Korina Relawati, M.A
NIP. 196610081990032004
3. ii
SKRIPSI
PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI βMERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUANβ
Oleh:
Anissa Puspaningtyas
NIM. 011 10 143 324
Program Studi Manajemen Produksi Pemberitaan
Telah diujikan dan disetujui oleh:
Tim Penguji Skripsi Penciptaan Karya Produksi
Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta
Pada Hari Jumβat, 07 Agustus 2015
Ketua Penguji Dra. Nunuk Parwati, M.M
Anggota Penguji Dardjito Chadori, S.E., M.A
Anggota Penguji Dr. Drs. Sudono, M.Si
Anggota Penguji Shinto Dwi R, S.Sos., S.H., M.A
Mengetahui,
Pembantu Ketua I Bidang Akademik
Dra. Rakhmawati, M.M
NIP. 196401181990032003
4. 3
KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anissa Puspaningtyas
Program Studi : Manajemen Produksi Pemberitaan
NIM : 011 10 143 324
Jurusan : Penyiaran
Judul Tugas Akhir : Penerapan Developing Shot Dalam Produksi
Dokumenter Televisi Potret Indonesia
Edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi penciptaan karya produksi ini
adalah asli dan tidak mencontoh karya orang lain kecuali pada bagian
yang saya ambil sebagai acuan. Pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari
diketahui tidak benar.
Yogyakarta, 7 Agustus 2015
Penulis
Anissa Puspaningtyas
5. 4
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk kedua orang tua saya;
Purgiyatno dan Siti Nur Azizah,
kakak saya; Yunika Nurfitriana,
berkat doa dan perjuangannya selamainisaya dapatmenyelesaikankaryaini.
Juga saya persembahkan kepada Tim Potret Indonesia;
sebagaihadiah atassemangatdanperjuangannya hingga terselesaikan karya ajaib ini.
Andhika Rithma Espinoza;
Sebagai ucapan terima kasih atas semangat dan dukungannya.
Bukan hanya sebuah karya, namunsebagaihasildan tanda cinta terima kasih kepada
mereka.
6. 5
MOTTO
When you started outin a team, you have to getthe teamworkgoingandthen you get
something back
(Michael Schumacher)
Teruslah berusahamengejar apayangkita inginkan,sampai kita tidak tahu letak
dimana batas kemampuan kita
7. 6
ABSTRAK
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI βMERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUANβ
Oleh: Anissa Puspaningtyas
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari
Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa
bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-
daunan, kulit batang, dan buah. Karya produksi βMerajut
Harapan di Balik Ramuanβ mengangkat tentang perjuangan
seorang ibu yang berjualan jamu keliling berlokasi di
Semarang, Jawa Tengah dengan format dokumenter. Tujuan
program acara ini adalah memberikan informasi kepada
audience melalui visual tentang perjuangan hidup bu Mariyem
di tengah era moderenisasi.Sebagai pengarah acara, penulis
menerapkan teknik developing shot yang merupakan teknik
pengambilan gambar dengan mengkombinasikan seluruh
pergerakan obyek, fokus lensa, framming, pan, tilt, untuk
mendukung pergerakan kamera ke dalam satu gerakan untuk
membuat shot yang dinamis. Program dokumenter ini
memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui shot
yang dinamis menggunakan teknik developing shot dengan
latar belakang perjuangan hidup bu Mariyem di tengah era
moderenisasi.
Kata kunci: Dokumenter, Developing Shot, Pengarah Acara
8. vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul Penerapan
Developing Shot dalam Produksi Dokumenter Televisi Potret
Indonesia Edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ.
Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan Diploma IV pada Sekolah Tinggi Multi Media β MMTCβ
Yogyakarta.
Dalam proses pembuatan Skripsi Penciptaan Karya Produksi
ini penulis mendapat banyak masukan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena, itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Drs. Kamsul Abraha, Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi Multi
Media βMMTCβ Yogyakarta.
2. Dra. Rakhmawati, MM selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik
Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta.
3. Dra. Nunuk Parwati, MM selaku Ketua Jurusan Penyiaran Sekolah
Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta.
4. Dra. Dwi Korina Relawati, MA selaku Ketua Program Studi
Manajemen Produksi Pemberitaan.
5. Dra. Nunuk Parwati, MM dan Dardjito Chadori, SE., MA selaku
dosen pembimbing.
9. 8
6. Para dosen di Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta
yang telah memberi ilmu serta mengajar penulis dalam bidang
broadcasting.
7. Para pembimbing praktik di Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ
Yogyakarta.
8. Orang tua beserta dan keluarga besar atas dukungan dan doanya.
9. Tim Potret Indonesia yang telah berjuang bersama dalam produksi
dokumenter ini.
10. Andhika Rithma Espinoza untuk semangat dan dukungannya.
11.Teman β teman Manarita, Matekstosi, dan Manaprodsi angkatan
10.
12.Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
karya produksi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penciptaan karya produksi ini
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 7 Agustus 2015
Anissa Puspaningtyas
10. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
HALAMAN KEASLIAN KARYA .........................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................iv
HALAMAN MOTTO ...............................................................................................v
ABSTRAK .............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................xii
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan .................................................................... 1
B. Rumusan Ide Penciptaan ....................................................................... 4
1. Konsep Judul ....................................................................................... 4
2. Judul Karya
2.1. Kategori Karya ........................................................................... 5
2.2. Format Program Acara ............................................................ 6
2.3. Nama Program Acara .............................................................. 7
2.4. Sub Format Program Acara .................................................... 7
2.5. Tujuan Acara ............................................................................. 9
2.6. Durasi ......................................................................................... 9
2.7. Target Audience ...................................................................... 10
2.8. Penyiaran ................................................................................. 10
2.9. Karakteristik Produksi ............................................................ 11
2.10. Narasumber ........................................................................... 11
2.11. Lokasi Penciptaan ................................................................ 12
2.12. Kerabat Kerja ........................................................................ 12
C. Orisinalitas .............................................................................................. 13
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penciptaan ............................................................................ 17
2. Manfaat Penciptaan .......................................................................... 17
BAB II . LANDASAN TEORI PENCIPTAAN
A. Kajian Pustaka
1. Teori Developing Shot ...................................................................... 19
2. Komposisi Gambar ............................................................................ 23
3. Pengarah Acara ................................................................................. 31
4. Dokumenter ........................................................................................ 33
11. 1
0
B. Kajian Sumber Penciptaan
1. Sumber Informasi Primer.................................................................. 36
2. Sumber Informasi Sekunder............................................................. 38
BAB III . PROSES PENCIPTAAN
A. Ide Penciptaan
1. Inti Gagasan........................................................................................ 43
2. Sinopsis ............................................................................................... 44
3. Treatment............................................................................................. 45
4. Shooting List........................................................................................ 45
5. Jadwal Pelaksaan Produksi.............................................................. 45
B. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi
1. Media.................................................................................................... 46
2. Peralatan.............................................................................................. 46
3. Teknik Produksi .................................................................................. 54
C. Tahapan Penciptaan
1. Pra Produksi........................................................................................ 55
2. Produksi ............................................................................................... 56
3. Paska Produksi................................................................................... 58
4. Konsep Penayangan.......................................................................... 60
BAB IV . PEMBAHASAN KARYA
A. Deskripsi Karya....................................................................................... 61
B. Analisis dan Sintesis Karya................................................................... 63
BAB V . PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 74
B. Saran........................................................................................................ 75
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 76
LAMPIRAN........................................................................................................... 78
1. Treatment.................................................................................................. 79
2. Shooting List............................................................................................ 92
3. Jadwal Produksi ...................................................................................... 99
4. Dokumentasi ..........................................................................................100
12. 1
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 β Cover Eagle Award Edisi Metro TV ...........................................14
Gambar 2 β Cover Indonesia Bagus NET.......................................................15
Gambar 3 β Cover Lentera Indonesia NET....................................................16
Gambar 4 β Extreme Long Shot.......................................................................24
Gambar 5 β Very Long Shot .............................................................................25
Gambar 6 β Long Shot.......................................................................................26
Gambar 7 β Knee Shot......................................................................................26
Gambar 8 β Medium Shot.................................................................................27
Gambar 9 β Medium Close Up ........................................................................28
Gambar 10 β Close Up......................................................................................29
Gambar 11 β Big Close Up...............................................................................29
Gambar 12 β Extreme Close Up......................................................................30
Gambar 13 β Zoom H4N...................................................................................54
Gambar 14 β MS plang Simpang Lima...........................................................64
Gambar 15 β VLS keramaian Lawang Sewu..................................................64
Gambar 16 β Long Shot lingkungan sekitar...................................................65
Gambar 17 β Medium Shot bu Mariyem .........................................................65
Gambar 18 β Long Shot Aktifitas Bu Mariyem ...............................................66
Gambar 19 β Long Shot Bu Mariyem ..............................................................67
Gambar 20 β Long Shot Menawarkan Jamu..................................................67
Gambar 21 β Medium Close Up Bu Mariyem dan Pembeli .........................68
Gambar 22 β Long Shot Bu Mariyem ke Kebun............................................68
Gambar 23 β Medium Shot Bu Mariyem.........................................................69
Gambar 24 β Long Shot Bu Mariyem ..............................................................69
Gambar 25 β Knee Shot Mencari Kayu Bakar...............................................70
Gambar 26 β Long Shot bu Mariyem...............................................................70
Gambar 27 β Long Shot lokasi mencari kunyit...............................................70
Gambar 28 β Long Shot bu Mariyem...............................................................71
Gambar 29 β Medium Shot Kantun Saputra...................................................71
13. xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 β Tabel Peralatan ................................................................................46
Tabel 2 β Rincian Anggaran ............................................................................48
Tabel 3 β Spesifikasi Canon 5D Mark II .........................................................50
Tabel 4 β Treatment ..........................................................................................79
Tabel 5 β Shooting List .....................................................................................92
Tabel 6 β Jadwal Produksi ...............................................................................99
14. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Bagi masyarakat Indonesia, racikan jamu tradisional
merupakan salah satu warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Jika awalnya jamu tradisional hanya dijadikan sebagai ramuan
obat, kini jamu tradisional banyak digunakan untuk meningkatkan
stamina, melangsingkan dan menjadi minuman sehari-hari yang
bermanfaat bagi tubuh maupun kecantikan.
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia.
Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal. Jamu
dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan
seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan
buah. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu ditambah madu
sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat ditoleransi peminumnya.
Program dokumenter ini mengangkat tentang perjuangan
seorang ibu yang berjualan jamu keliling berlokasi di Semarang,
Jawa Tengah, yang di jaman modern sekarang mulai jarang dan
mulai meninggalkan jamu tradisional. Materi tersebut menjadi
wacana yang menarik dan dapat memberikan pengetahuan bagi
audience. Penulis menggunakan format dokumenter dengan
mempertimbangkan bahwa, dokumenter merupakan film yang
15. 2
menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide
kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik
(sinematography) menjadi istimewa secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan unsur realitas (fakta dan data).
Sisi kehidupan bu Mariyem saat menjual jamu tradisional
inilah yang menginspirasi untuk diangkat dalam karya dokumenter.
Hal ini mengkaji dari tulisan Prakosa (2008:123), documentary
berasal dari kata document, sebuah film yang menggambarkan
kejadian nyata, kehidupan dari seseorang, suatu periode dalam
sejarah, atau barangkali sebuah rekaman dari suatu cara hidup
makhluk.
Dalam produksi ini penulis bertindak sebagai pengarah acara.
Dari ide yang ada, penulis bertugas untuk menerjemahkannya
menjadi konsep audio visual. Konsep ini disusun menjadi sebuah
alur cerita yang dapat mengirim pesan kepada khalayak. Untuk itu,
daya imajinatif serta rasa kreatif menjadi hal penting dalam
mengkonsep sebuah sajian televisi yang terdiri dari unsur audio
dan visual. Menurut Morisson (2005:283), βSeorang pengarah
acara harus memiliki jiwa kepemimpinan, pengetahuan luas,
termasuk pengetahuan teknis, memiliki jiwa seni, cepat mengambil
keputusanβ.
Visual merupakan elemen penting yang harus ada dalam
tayangan televisi. Peran visual adalah mempresentasikan
16. 3
kenyataan yang ada dalam sebuah peristiwa dalam bentuk gambar.
Sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung peristiwa
yang terjadi. Untuk itu, dalam merangkai gambar yang ditayangkan
seorang pengarah acara harus memiliki motivasi pada setiap
visualnya. Hal ini untuk mempengaruhi emosional penonton,
sehingga pesan yang diterima dapat tersampaikan dengan baik.
Untuk menghasilkan komposisi yang baik, maka sebagai
seorang pengarah acara yang bekerja sama dengan director of
photography memperhatikan letak objek serta besarnya headroom
dalam sebuah frame, serta merekam kejadian yang saat itu terjadi.
Produksi dokumenter televisi ini tidak menggunakan narasi,
jadi sebagai seorang Pengarah Acara, penulis dituntut untuk
menjelaskan kepada penonton hanya dengan visual.
Untuk mendapatkan kesan yang diinginkan, maka penulis
menekankan pada penggunaan teknik development shot, yaitu
mengkombinasi seluruh pergerakan obyek, fokus lensa, framing,
pan, dan tilt untuk mendukung pergerakan kamera ke dalam satu
gerakan untuk membuat shot yang dinamis.
Gambar β gambar dengan fokus yang tajam dan memiliki
kedalaman gambar dapat memperkuat tekanan dramatik dari
sebuah film dan untuk mendapatkan respon dari penonton. Selain
itu pergerakan kamera yang stabil, dan lembut diharapkan akan
semakin memperkuat informasi dari dokumenter tersebut, sehingga
17. 4
sangat cocok untuk diterapkan dalam produksi program
dokumenter.
Fokus penulis adalah mampu menyelaraskan komposisi dan
angle kamera dalam developing shot untuk memvariasikan gambar
yang akan ditayangkan. Karena gambar merupakan medium yang
mudah dicerna penonton secara langsung sehingga informasi
tayangan ini bisa menginspirasi dan dapat diterima secara
maksimal kepada penonton.
B. Rumusan Ide Penciptaan
1. Konsep Judul
Penulis sebagai pengarah acara mendapatkan konsep judul
Penerapan Developing Shot dalam Produksi Karya
Dokumenter Televisi βPotret Indonesiaβ Edisi βMerajut Harapan
di Balik Ramuan.β
Produksi karya skripsi ini mengangkat tentang perjuangan
seorang ibu penjual jamu tradisional yang mulai ditinggalkan
dengan format dokumenter. Dalam produksi dokumenter
terdapat dua unsur pokok yang kemudian di padukan, yaitu
unsur gambar dan unsur suara (Fred Wibowo,1997:97).
Dalam program dokumenter yang berjudul βMerajut Harapan
di Balik Ramuanβ ini penulis menggambarkan suasana dan
pesan yang disampaikan agar penonton dapat menikmati
18. 5
suasana yang dibangun. Penulis menghadirkan suatu
dokumenter yang berpijak pada fakta dan data mengenai
perjuangan seorang penjual jamu tradisional dengan
mempertimbangkan sudut pengambilan gambar dan komposisi
yang berimbang.
Pengambilan judul diatas merujuk pada pendapat Morissan
(2010:104) yang mengatakan bahwa proses pengambilan
gambar adalah kegiatan yang sangat dinamis dan penuh
kreativitas.
2. Judul Karya
Karya Produksi dokumenter Televisi βPotret Indonesiaβ edisi
βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ ingin menjelaskan kepada
khalayak bahwa ada seorang ibu di daerah Semarang, Jawa
Tengah yang masih konsisten berjualan jamu tradisional. Ibu itu
masih mengandalkan sisi tradisionalitas pembuatan jamunya.
Konsep Karya
Program acara dokumenter televisi βPotret Indonesiaβ
edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ, dijabarkan dalam
konsep sebagai berikut:
2.1 Kategori Karya
Kategori karya program acara βPotret Indonesiaβ
edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ merupakan
19. 6
karya produksi jurnalistik audio-visual yang tersusun dari
fakta atau peristiwa, Fred Wibowo (2007:147), βsehingga
khalayak merasakan betapa peristiwa itu menjadi sangat
bermakna (essensial) bagi suatu lingkungan kehidupan,
dengan memberikan penafsiran lewat penyusunan fakta
yang akhirnya memberikan makna bagi fakta β fakta
tersebut terhadap lingkungannya.β
2.2 Format Program Acara
Format penyajian program acara adalah
dokumenter, dalam karya produksi ini menyajikan
tentang perjuangan seorang penjual jamu yang proses
pembuatan dilakukan secara tradisional. Karya produksi
dokumenter ini diharapkan mampu memberikan
informasi kepada masyarakat tentang proses
pembuatan jamu yang dilakukan secara tradisional, dari
awal mula rempah-rempah hingga menjadi jamu yang
siap saji.
Fred Wibowo (2007:146) βprogram dokumenter
adalah program yang menyajikan suatu kenyataan
berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai
esensial dan eksistensial, artinya menyangkut
kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyataβ.
20. 7
2.3 Nama Program Acara
Nama sebuah program harus mampu
memberikan gambaran isi program kepada penonton.
Oleh karena itu penulis memilih βPotret Indonesiaβ
sebagai nama program ini, yang memiliki arti gambaran
atau lukisan yang dibuat dengan kamera. Sehingga
secara umum, Potret Indonesia diartikan penangkapan
dengan kamera yang bertujuan untuk menampilkan
segala macam aspek kehidupan di wilayah Indonesia.
Program Potret Indonesia merupakan program
yang menyajikan gambaran kehidupan masyarakat
Indonesia, baik mengenai budaya tradisional maupun
budaya modernnya.
2.4 Sub Format Program Acara
Program βPotret Indonesiaβ edisi βMerajut
Harapan di Balik Ramuanβ disajikan dengan sub format
sebagai berikut:
Wawancara
Wawancara merupakan sebuah pertukaran
informasi antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Morissan (2008:42) menjelaskan tentang
wawancara adalah βtanya jawab antara reporter dengan
21. 8
narasumber, dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan atau keterangan dari narasumber.β
Sedangkan menurut Basuki Sulistyo (2010:170)
wawancara adalah βtanya jawab antara pewawancara
dengan yang diwawancara untuk meminta keterangan
atau pendapat mengenai suatu hal.β
Dalam produksi dokumenter ini, penulis
mewawancarai:
2.4.1 Bu Mariyem, penjual jamu
Menjelaskan alasannya masih konsisten
menjual jamu.
2.4.2 Kantun Saputro, anak penjual jamu
Menjelaskan harapannya untuk ibu
kedepannya.
2.4.3 Bu Wiwit, tetangga bu Mariyem
Menjelaskan sosok bu Mariyem di
lingkungannya dan kegiatannya selain menjual
jamu.
2.4.4 Bu Suwarti, tetangga bu Mariyem
Menjelaskan sosok bu Mariyem di
lingkungannya dan kegiatannya selain menjual
jamu.
22. 9
2.5 Tujuan Acara
Tujuan dokumenter televisi Program βPotret
Indonesiaβ edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ
adalah sebagai berikut:
2.5.1 Memberikan informasi yang mendidik,
bermanfaat, dan menarik kepada pemirsa tentang
perjuangan hidup ibu penjual jamu yang bisa
menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan
tinggi.
2.5.2 Mewujudkan ide Pengarah Acara dalam
penciptaan dokumenter televisi, tayangan yang
informatif dan inspiratif.
2.5.3 Menciptakan skripsi penciptaan karya produksi
yang dapat menyiaratkan melalui pesan visual
agar mengetahui perjuangan hidup seseorang di
tengah era moderenisasi.
2.6 Durasi
Program Dokumenter Televisi βPotret Indonesiaβ
edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ berdurasi total
16 menit, dikarenakan tayangan dokumenter berisi data
dan fakta memerlukan durasi lebih lama daripada
23. 10
tayangan yang lain agar informasi dapat tersampaikan
dengan baik dan lengkap.
2.7 Target Audience
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Usia : 17 β 60 tahun
(karena usia 17 β 60 tahun
masih memiliki
kemampuan dalam berfikir
secara produktif guna
mencerna suatu informasi
yang akan disampaikan)
Demografi : Semarang, Indonesia
Golongan Program Siaran : Remaja - Dewasa
2.8 Penyiaran
Tayangan ini disiarkan setiap hari Minggu, jam
09.00 WIB. Pemilihan hari Minggu karena sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Morissan (2009:258) βketersediaan
audience pada akhir minggu (weekend) yaitu hari Sabtu
dan Minggu agar berbeda dengan hari biasa. Secara
teori, audience anak β anak dan dewasa tersedia pada
setiap waktu siaran pada akhir minggu.
24. 11
2.9 Karakteristik Produksi
2.9.1 Menggunakan Multi Camera
2.9.2 Outdoor dan Indoor
2.9.3 Recorded
2.10 Narasumber
Narasumber merupakan orang β orang yang
memiliki keterlibatan secara langsung yang membantu
menjelaskan sesuai apa yang diketahui agar nilai berita
tetap menarik dan layak untuk disimak oleh khalayak.
Menurut Deddy Iskandar Muda (2003:78) βnarasumber
merupakan seseorang yang terlibat secara langsung,
mengetahui atau seorang pengamat atau ahli
dibidangnyaβ.
Adapun sumber terkait antara lain:
2.10.1 Mariyem, Penjual Jamu
2.10.2 Kantun Saputra, Anak Penjual Jamu
2.10.3 Wiwit, Tetangga Bu Mariyem
2.10.4 Suwarti, Tetangga Bu Mariyem
25. 12
2.11 Lokasi Penciptaan
Lokasi penciptaan Produksi Dokumenter Televisi
βPotret Indonesiaβ edisi βMerajut Harapan di Balik
Ramuanβ adalah:
2.11.1 Kampung Mbabrik, Semarang (kampung
penjual jamu)
2.11.2 Kawasan yang biasa dilalui penjual jamu
2.11.3 Tugu Semarang
2.11.4 Simpang Lima, Semarang
2.11.5 Lawang Sewu, Semarang
2.12 Kerabat Kerja
2.12.1 Produser :
Anissa Puspaningtyas
2.12.2 Pengarah Acara :
Anissa Puspaningtyas
2.12.3 Reporter :
Anissa Puspaningtyas
Andhika Rithma Espinoza
Fajar Titis Setianto
Saβadudin Nasih
26. 13
2.12.4 Penata Kamera :
Saβadudin Nasih
2.12.5 Asisten Penata Kamera :
Andri Wahyu Setiawan
2.12.6 Loader :
Andhika Rithma Espinoza
2.12.7 Penata Gambar :
Andhika Rithma Espinoza
2.12.8 Penata Suara :
Fajar Titis Setianto
2.12.9 Asisten Penata Suara :
Fitrian Ade Murtanto
2.12.10 Grafis :
Fillias Lanang La Junta
2.12.11 Unit Manager :
Deo Pinto
C. Orisinalitas/ Keaslian Karya
Format Dokumenter Televisi Program βPotret Indonesiaβ
edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ ini merupakan hasil
pemikiran dan gagasan penulis bersama tim dengan melakukan
pendekatan atas karya dokumenter yang sudah ada sebelumnya.
27. 14
Pengemasan Dokumenter Televisi Program βPotret
Indonesiaβ edisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ menghadirkan
cerita yang dinamis dengan menceritakan visual secara dramatis
dan menggunakan ilustrasi music epic ditambah variasi angle
kamera serta dikemas mengadaptasi tayangan yang pernah
dipublikasikan sebagai acuan sehingga segala hal yang dilakukan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Referensi karya audio visual tersebut adalah program acara:
1. Eagle Award Metrotv
Gambar 1: cover Eagle Aw ards Metro TV
Program acara televisi βEagleβ, episode Tangan Kecil
Cidurian di Metro TV. Program acara dokumenter yang
meliput berbagai tema kehidupan yang hadir di sekitar
masyarakat kita. Dokumenter ini menceritakan kehidupan
anak kecil yang bekerja keras menambang pasir dan batu
kali. Tayangan ini memberikan sajian documenter dengan
angel atau unsur pengambilan gambar mengenai hal-hal
yang sangat dekat dengan keseharian.
28. 15
2. Indonesia Bagus NET.
Gambar 2: cover Indonesia Bagus NET
Tayangan program yang disiarkan oleh televisi
swasta Net ini sangat menarik untuk dinikmati baik segi
cerita maupun audio visual yang dihasilkan. Program feature
dokumenter yang tidak hanya menampilkan keindahan alam
Indonesia tetapi juga keunikan kehidupan berbudayanya.
Program ini menampilkan penduduk asli daerah tersebut
sebagai narator sekaligus pembawa cerita. Pencipta
mengamati hasil dari pengarahan alur cerita yang dihasilkan
sangat dinamis dan berkarakter. Hal tersebut akan menjadi
acuan pencipta dalam memproduksi karya dokumenter
βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ.
29. 16
3. Lentera Indonesia NET.
Gambar 3: cover Lentera Indonesia NET
Tayangan Lentera Indonesia juga merupakan tayangan
dari televisi swata NET, di program ini juga menayangkan
dokemeter yang sangat menarik dan tayangan ini juga
sangat dramatis, jadi bagi penulis menjadi acuan dalam
pembuatan dokumenter βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ.
Dari program β program tersebut, penulis mendapatkan
inspirasi bagaimana cara mengambil shot β shot dengan
angle dan komposisi yang pas sehingga membuat penonton
tidak bosan.
Sedangkan untuk pengemasannya, menggunakan
banyak statement narasumber sehingga meskipun tanpa
narasi, penonton tetap dapat memahami pesan yang
disampaikan melalui visual.
30. 17
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Penciptaan Karya Tugas Akhir ini bertujuan untuk:
1.1 Menyajikan dokumenter eksposisi yang menarik
sehingga dapat mempengaruhi pemirsa lewat pesan
visual bahwa pentingnya menjaga warisan leluhur.
1.2 Mengoptimalkan peranan pengarah acara dalam
suatu produksi dokumenter agar pesannya dapat
tersampaikan dengan baik.
1.3 Memenuhi syarat kelulusan D4 Manajemen Produksi
Pemberitaan STMM Yogyakarta bagi penulis.
2. Manfaat
2.1 Bagi Penulis
2.1.1 Menambah wawasan dan pegalaman penulis
dalam menciptakan program documenter
televisi.
2.1.2 Mengasah kemampuan Pengarah Acara dalam
mengkreasikan sajian gambar agar memiliki
nilai jurnalistik yang tinggi.
2.1.3 Menerapkan ilmu teori dan ilmu praktek yang
didapat selama perkuliahan.
2.1.4 Mengasah kreativitas pengarah acara dalam
membuat karya produksi di masa mendatang.
31. 18
2.2 Bagi Sekolah Tinggi Multi Media βMMTCβ Yogyakarta
2.2.1 Untuk menambah arsip karya audio visual
STMM MMTC.
2.2.2 Menjadi bahan referensi dan pembelajaran
mahasiswa STMM MMTC.
2.2.3 Sebagai bahan evaluasi demi perkembangan
dan perbaikan dimasa dating khususnya dalam
meningkatkan kreativitas yang lebih baik bagi
para mahasiswa untuk penciptaan karya Tugas
Akhir.
2.3 Bagi Masyarakat
2.3.1 Mendapat tayangan yang inspiratif dan
informatif dari program acara dokumenter
televisi Program βPotret Indonesiaβ edisi
βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ.
2.3.2 Program dokumenter ini dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang
perjuangan hidup seorang penjual jamu.
32. 19
BAB II
LANDASAN TEORI PENCIPTAAN
A. Kajian Pustaka
Pada penciptaan karya produksi yang berjudul Penerapan
Developing Shot dalam Produksi Dokumenter Televisi Potret
Indonesia edisi β Merajut Harapan di Balik Ramuan β ini, penulis
menggunakan beberapa landasan penciptaan sebagai pedoman,
diantaranya :
1. Teori Developing Shot
Teknik developing shot adalah teknik pengambilan
gambar yang mengkombinasi seluruh pergerakan obyek, fokus
lensa, framing, pan, tilt, untuk mendukung pergerakan kamera
ke dalam satu gerakan untuk membuat shot yang dinamis.
Macam - macam pergerakan kamera :
1.1 Panning
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera ke arah horizontal
tetapi tidak mengubah posisi kamera.
33. 20
1.1.1 Folowing Pan
Gerakan kamera mengikuti objek dari
kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.
Melakukan folowing pan dalam keadaan
long shot akan mengakibatkan penonton
dapat melihat hubungan yang terjadi antara
objek dengan lingkungannya.
Pan Left : Gerakan kamera mengikuti objek
dari kiri ke kanan.
Pan Right : Gerakan kamera mengikuti
objek dari kanan ke kiri.
1.1.2 Survening Pan
Gerakan kamera secara perlahan-lahan
menyusuri pemandangan baik
pemandangan hanya sekelompok orang
atau pemandangan alam.
1.1.3 Interupted Pan
Gerakan halus tapi dengan tiba-tiba
dihentikan dengan maksud
menghubungkan dua buah objek dimana
objek tersebut terpisah satu dengan
lainnya
34. 21
1.1.4 Whipe Pan
Gerakan panning yang dilakukan
dengan cepat, sehingga tidak dapat
memperlihatkan rincian gambarnya.
Dengan whipe pan dapat menciptakan
hubungan yang dinamis atau komperatif
antar objek yang menghubungkan titik
pandang yang berbeda pada scene yang
sama.
1.2 Tilting
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera ke arah vertikal
tetapi tidak mengubah posisi kamera. Tujuan dari
tilting adalah menunjukan ketinggian atau
kedalaman dan adanya satu hubungan.
Tilt Up : gerak kamera secara vertikal dari bawah
ke atas.
Tilt Down : gerak kamera secara vertikal dari atas
ke bawah.
35. 22
1.3 Tracking
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera dengan arah maju
dan mundur atau depan belakang, bisa dengan
bantuan doly atau manual.
Track In : gerakan maju kedepan.
Track Out : gerakan mundur kebelakang.
1.4 Zooming
Adalah pengambilan gambar dengan
mengubah ukuran gambar dan sudut pandang
antara wide angle (W) dan telephoto (T) dengan
sentuhan tombol. Zooming mempengaruhi
perspektif dalam satu adegan, oleh karena itu
gerakan zooming harus dilakukan dengan tujuan
yang jelas.
1.5 Arching
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera mengelilingi objek
utama seperti lingkaran penuh. Dalam melakukan
arching kamera melakukan gerakan sapuan
sirkuler mengitari objek. Ukuran gambar yang
digunakan CU, MS atau LS selama melakukan
arching, tetapi ukuran gambar harus senantiasa
36. 23
konstan dan lebih efektif bila tidak dilakukan
kombinasi ukuran gambar.
1.6 Pedestal dan Crane
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera menggunakan alat
penyangga pedestal/ crane.
1.7 Crabbing
Adalah pengambilan gambar dengan cara
menggerakan badan kamera menyamping.
1.8 Following
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera mengikuti objek
yang bergerak.
2. Komposisi Gambar
Komposisi gambar juga menentukan perhatian
penonton, karena dalam prinsip pengambilan gambar tidak
boleh meninggalkan terlalu banyak ruangan kosong pada
layar.
Andi Fachruddin (2012:153), menjelaskan ada
beberapa komposisi gambar lain, antara lain:
Type shot, pada saat memproduksi program televisi,
tipe pengambilan gambar akan disesuaikan dengan format
37. 24
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini akan
mempermudah proses penyampaian pesan, menghibur, dan
memberi makna yang efektif pada pemirsa televisi, sehingga
tipe pengambilan gambar yang menjadi dasar pembuatan
berbagai program acara televisi diantaranya adalah :
Developing shot, proses pengambilan gambar dengan
menggunakan seluruh pergerakan kamera dengan
berbagai angle.
Unsur dalam komposisi yang vital salah satunya adalah
framing, Gerald Millerson (1994:125), membagi ukuran
framing yang sering disebut jenis shot antara lain:
2.1 Extreme long shot
Gambar 4. Extreme long shot
Sumber : dokumen pribadi
Digunakan untuk menggambil gambar yang
sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi
lebar. Menekankan pada setiap perekaman scene
perlu memberikan shot-shot yang dapat
memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi cerita.
38. 25
Biasanya, Extreme Long Shot digunakan untuk
komposisi gambar indah dan panorama.
2.2 Very long shot
Gambar 5. Very long shot
Sumber : dokumen pribadi
Digunakan untuk menggambarkan panjang,
lebar dan dimensi yang luas dalam latar tempat
penceritaan. Namun lebih sempit dari extreme long
shot sehingga pemirsa masih dapat mengidentifikasi
bentuk warna dan kontur subjek.
2.3 Long shot
Gambar 6. Long shot
Sumber : dokumen pribadi
39. 26
Ukuran Long Shot adalah gambar manusia
seutuhnya dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
Bentuk shot yang lebih sempit dari very long shot.
Biasanya Long Shot dikenal sebagai Landscape
format yang menghantarkan mata penonton kepada
keleluasaan suatu suasana dan obyek.
2.4 Knee shot
Gambar 7. Knee shot
Sumber : dokumen pribadi
Yaitu ukuran shot yang menyajikan citra subjek
yang lebih utuh, pada manusia berupa komposisi
gambar dari ujung kepala hingga lutut kaki. Batas
frame tepat dibawah lutut atau diatasnya, tergantung
jenis kelamin dan pakaian subjek serta dinamisasi
pergerakan kamera.
40. 27
2.5 Medium shot
Gambar 8. Medium shot
Sumber : dokumen pribadi
Ukuran shot dengan batas anatomis pada
subjek manusia dari ujung kepala hingga pinggang,
sehingga ekpresi dari aktor sudah Nampak walaupun
belum mendetail.
2.6 Medium Close up
Gambar 9 . Medium Close Up
Sumber : dokumen pribadi
Medium Close up dapat dikategorikan sebagai
komposisi βPotret Setengah Badanβ dengan latar
belakang yang masih bisa dinikmati. Medium Close
up justru memperdalam gambar dengan lebih
menunjukan profil dari obyek yang direkam.
41. 28
2.7 Close up
Gambar 10. Close up
Sumber : dokumen pribadi
Dengan batasan anatomis dari leher hingga
ujung kepala, bisa juga diartikan sebagai komposisi
gambar yang β Fokus kepada Wajahβ. Komposisi
Close up memotong di sekitar bagian atas dada
subjek hingga di bawah dagu, sehingga bagian
pundak subjek masih terlihat. Close up digunakan
sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk
menggambarkan emosi atau reaksi seseorang dalam
sebuah adegan.
2.8 Big close up
Gambar 11. Big close up
Sumber : dokumen pribadi
42. 29
Komposisi big close up memotong bagian atas
dahi subjek, sedangkan pada bagian bawah sedikit
diatas dagu. Ukuran shot yang lebih sempit dari close
up sehingga dapat memperlihatkan perkembangan
perubahan mata, kerutan wajah, emosi dan ekpresi
dari sang aktor.
2.9 Extreme close up
Gambar 12. Extreme close up
Sumber : dokumen pribadi
Ukuran shot yang paling sempit sehingga
hanya membatasi anatomi salah satu indera manusia
saja (mata, telinga, hidung atau organ lainnya).
Sehingga memaksa perhatian pemirsa untuk
mengamati gestur dan bahasa tubuh yang harus
diketahui.
Sudut kamera atau angle kamera memiliki fungsi dalam
penyampaian shot, Baksin (2006:124), menyebutkan ada
empat camera angle, yaitu:
43. 30
2.1 Bird eye view, adalah suatu teknik pengambilan
gambar yang dilakukan dengan posisi kamera diatas
ke tinggian objek yang direkam.
2.2 High angle, merupakan pengambilan gambar dari
atas objek, dengan high angle, maka objek terlihat
lebih kecil.
2.3 Low angle, menggambarkan seseorang yang
berwibawa atau berpengaruh tidak bisa menggunakan
high angle karena kesan yang ditimbulkan akan
melenceng, maka yang tepat adalah low angle.
2.4 Eye level, adalah teknik pengambilan gambar yang
sejajar dengan objek.
3. Pengarah Acara
Penulis memilih pengarah acara pada produksi karya
tugas akhir ini. Pengarah acara adalah denyut nadi sebuah
program dan seseorang yang memimpin sebuah produksi
hingga proses editing.
Sedangkan definisi Pengarah Acara menurut Andi
Fahruddin, (2012:60) seseorang yang bertanggung jawab
secara teknis pelaksanaan produksi program televisi,
Pengarah Acara bertugas di lapangan untuk mengendalikan
produksi yang ditanganinya.
44. 31
Pengarah Acara adalah seseorang yang ditunjuk
untuk bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan
produksi suatu program acara. Pengarah acara merupakan
peran yang sangat strategis dalam sebuah produksi televisi,
karena pengarah acara sangat berpengaruh dalam
menentukan jalannya sebuah produksi.
Pengarah Acara menurut JB Wahyudi (1996:54),
seorang yang bertanggung jawab secara teknis
melaksanakan produksi satu mata acara siaran atau
program acara siaran.
Mengutip Naratama, (2004:2) Sutradara televisi
adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai profesi
menyutradarai program acara televisi baik untuk drama
maupun non drama, dalam produksi single maupun multi
kamera.
Pengarah Acara berperan melakukan liputan audio
visual berdasarkan perencanaan gambar yang akan diambil.
Pengarah Acara menginterpretasikan naskah seorang
Produser menjadi suatu bentuk, dan susunan gambar dan
suara, sehingga hasil karyanya dapat benar β benar
dinikmati. Seorang Pengarah Acara menggunakan sistem
rekaman gambar elektronik, baik untuk single camera
maupun untuk multi camera.
45. 32
Darwanto (2006:2003) mengatakan, Pengarah Acara
harus selalu mengembangkan daya kreativitasnya, untuk
dapat dituangkan dalam bentuk rencana kerjanya disamping
itu harus mampu menjalin kerjasama dengan pihak lain,
dalam usaha menuju keberhasilan tugasnya.
Dari teori β teori diatas dapat disimpulkan seorang
Pengarah Acara merupakan sosok vital dalam sebuah
produksi televisi, mulai dari pra produksi, produksi, hingga
paska produksi, peran Pengarah Acara tetap dibutuhkan.
4. Dokumenter
Dokumenter adalah program informasi yang bertujuan
untuk pembelajaran dan pendidikan namun disajikan dengan
menarik. Menceritakan mengenai suatu tempat, kehidupan
atau sejarah seorang tokoh, kehidupan atau sejarah suatu
masyarakat (misalnya suku terasing) atau kehidupan hewan
dipadang rumput dan sebagainya. (Morissan, M.A. 2008:
28).
Program dokumenter adalah program yang
menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif
yang memiliki nilai esensial dan ekstensial, artinya
menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata.
Berusaha menyajikan sesuatu yang sebagaimana mestinya,
46. 33
meski menyajikannya suatu secara obyektif itu hampir tidak
mungkin. (Fred Wibowo 2009:146).
Menurut Andi Fahrudin (2012:316), mengatakan karya
dokumenter merupakan film yang menceritakan sebuah
kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam
merangkai gambar β gambar menarik menjadi istimewa
secara keseluruhan.
Dokumenter diciptakan menggunakan kejadian atau
keadaan yang sebenarnya, senada dengan Frank E. Beaver
(1994:119), Film dokumenter biasanya di βshot disebuah
lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan temanya
berfokus pada subyek β subyek seperti sejarah, ilmu
pengetahuan, sosial atau lingkungan, dengan tujuan dasar
untuk memberi pencerahan, infomasi, pendidikan,
melakukan persuasi, dan memberi wawasan tentang dunia
yang kita tinggali.
Dari beberapa pengertian itulah penulis menggunakan
format dokumenter untuk mengemas sajian program
dokumenter televisi βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ,
yang termasuk ke dalam tipe edukasi. Program acara
tersebut dibuat untuk menambah pengetahuan penonton.
Dalam bukunya, (Fred Wibowo 2009:149) juga
mengatakan bahwa, dalam produksi dokumenter terdapat
47. 34
dua unsur pokok yang kemudian dipadukan, yaitu unsur
gambar dan unsur suara. Unsur gambar atau visual terdiri
dari berbagai materi, antara lain: rangkaian kejadian,
kepustakaan, pernyataan, wawancara, dokumen, layar
kosong/ silhouette. Unsur kedua merupakan unsur suara
atau sound terdiri dari : narasi atau reporter, synchronous
sound, sound effect, musik atau lagu, kosong atau sepi.
Selain itu, menurut Nova Kristiana (2007:89), β untuk
mendukung alur dokumenter diperlukan eye catcher yang
merupakan elemen yang berfungsi menarik, mengikuti mata
pengamat pada titik tertentu, untuk mengamati lebih dalam
dan memahami isi pesanβ.
Dokumenter memiliki karakteristik sendiri dalam
penyampaiannya, Andi Fahruddin (2012:320) menjelaskan
tipe pemaparan dokumenter:
4.1 Dokumenter Eksposisi, adalah dokumenter yang
paling konvensional, ciri khasnya menggunakan
narrator sebagai penutur tunggal.
4.2 Dokumenter Observasi, tidak menggunakan narrator
sebagai pengisi suara, konsentrasi pada dialog antar
subjek. Produser posisinya sebagai observer, alur
penceritaannya cenderung datar.
48. 35
4.3 Dokumenter Interaktif, dimana produser berperan
aktif, adegan komunikasi antara sutradara dengan
subyeknya terlihat jelas.
4.4 Dokumenter Refleksi, menggambarkan mata kamera
bagaikan mata film yang merekam berbagai realitas.
Fokusnya berada pada pengemasan proses
pembuatan shooting.
4.5 Dokumenter Performatif, fokusnya adalah kemasan.
Kemasan harus semenarik mungkin, alurnya lebih
diperhatikan.
B. KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
Kajian sumber penciptaan merupakan deskripsi tentang
berbagai hal yang mendukung data dalam menciptakan karya.
Sumber-sumber karya dokumenter yang diperoleh dan diamati oleh
pencipta mulai dari pembentukan ide/ gagasan dan konsep karya
penciptaan adalah sebagai berikut :
1. Sumber Informasi Primer
Menurut Septiawan Santana (2003:224), βsumber
informasi primer diartikan sebagai sumber pokok yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli. Sumber informasi
primer sebagai berikut:
49. 36
1.1 Wawancara
1.1.1 Mariyem, Penjual Jamu
β Saya masih konsisten dengan berjualan
jamu tradisional karena saya sudah menjualnya
selama kurang lebih 22 tahun. Dari hasil
berjualan jamu ini saya bisa menyekolahkan
anak β anak saya. Bagi saya berjualan jamu
sudah seperti kehidupan saya sendiri. Saya
senang berjualan jamu, walaupun hasilnya tidak
seberapa tapi saya menikmatinya. β
1.1.2 Kantun Saputro, Anak Penjual Jamu
β Ibu itu sosok malaikat yang telah
melahirkan aku dan membesarkan aku. Aku
ingin mengangkat derajat seorang ibu dan
membahagiakannya.β
1.1.3 Wiwit, Tetangga bu Mariyem
β Jamunya bu Mariyem itu menjadikan
badan saya segar. Jamunya juga bersih, dan
disajikan dengan benar β benar mengandalkan
sisi tradisionalnya. β
50. 37
1.1.4 Suwarti, Tetangga bu Mariyem
β Bu Mariyem itu kalau lagi nggak jualan
jamu, pergi ngeladang di sawah. β
1.2 Observasi
Menurut Laksono (2010:272), βobservasi sendiri
memang lebih dikenal dikalangan jurnalis media cetak,
yang biasanya dikaitkan dengan verifikasi fisik atas objek
liputannyaβ. Karena itu, observasi berarti aktivitas jurnalis
menggunakan semua panca inderanya untuk mencari
informasi atau menemukan fakta di lapangan.
2. Sumber Informasi Sekunder/ Dokumentasi
Sumber informasi sekunder digunakan sebagai sumber
pendukung dari informasi primer. Septiawan Santana (2003:230),
sumber β sumber sekunder ini berisi informasi yang telah
dipublikasikan dan dapat diakses secara umum. Berikut ini adalah
sumber pendukung yang didapatkan oleh penulis, diantaranya:
2.1 Buku Cetak
2.1.1 Tanaman Obat Indonesia, karya Prof. dr. H. Azwar
Agoes, DAFK, Sp.FK(K)
Salah satu bagian dari buku ini adalah
membahas tentang tanaman obat yang berkhasiat
untuk pengobatan tradisional. Buku ini juga memuat
51. 38
Program Menteri Kesehatan, yaitu βSaintifikasi
Jamuβ (upaya dan proses pembuktian ilmiah jamu
melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan).
2.1.2 Jamu Sakti Mengobati Penyakit, karya Koko
Handoyo
Buku ini mengulas tentang segala hal yang
berhubungan dengan jamu. Mulai dari farmakologi
jamu hingga fakta β fakta unik seputar jamu yang
memiliki khasiat yang luar biasa serta berbagai
panduan praktis meramu jamu sebagai pengobatan
yang efektif.
2.1.3 Resep dan Khasiat Jamu Tradisional Nusantara,
karya Soedarsono Djojoseputro
Buku ini akan mengungkap rahasia jamu dari
berbagai penjuru nusantara. Lengkap dengan resep
dan ramuan pencegah dan penyembuh penyakit.
2.1.4 1001 Khasiat dan Manfaat Jamu Godog untuk
Segala Macam Penyakit, karya Faisal M. Sakri
Buku ini memberikan informasi yang
lengkap, runtut, dan praktis mengenai jamu godog.
Buku ini juga menjelaskan dasyatnya khasiat jamu,
52. 39
cara membuat dan mengkonsumsi jamu, bahan β
bahan dasar pembuatan jamu, menyiapkan jamu
godog, cara merebus ramuan jamu godog dan anka
resep atau racikan jamu godog.
2.2 Internet
2.2.1 www.manfaatbuahdaun.blogspot.com/2013/11/manfaat-
jamu-beras-kencur-untuk.html?m=1
Minyak atsiri yang dikandung kencur diklaim
memiliki banyak senyawa yang bermanfaat, diantaranya
adalah :
2.2.1.1 Menyegarkan tubuh
2.2.1.2 Menambah stamina
2.2.1.3 Meredakan sakit
2.2.1.4 Mengobati masuk angin hingga migraine
2.2.1.5 Mencegah jerawat
2.2.2 www.id.m.wikipedia.org/wiki/Jamu
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari
Indonesia. Belakangan lebih popular dengan sebutan
herba/ herbal. Jamu dibuat dari bahan β bahan alami,
berupa bagian dari tumbuhan, seperti rimpang (akar β
akaran), daun β daunan, kulit batang, dan buah.
54. 41
BAB III
PROSES PENCIPTAAN
A. Ide Penciptaan
1. Inti Gagasan
Menurut Fachrudin (2012: 336) βSetiap program
televisi dimulai dari ide yang menjadi dasar pijakan untuk
pekerjaan selanjutnya, sehingga penentuan cerita bisa fokus
namun tetap berkembang sesuai hasil penelusuran dan situasi
di lapanganβ.
Dalam produksi dokumenter televisi βMerajut Harapan di
Balik Ramuanβ penulis sebagai pengarah acara bertugas untuk
menerjemahkannya menjadi konsep audio visual. Konsep ini
disusun menjadi sebuah alur cerita yang dapat mengirim pesan
kepada khalayak. Untuk itu, daya imajinatif serta rasa kreatif
menjadi hal penting dalam mengkonsep sebuah sajian televisi
yang terdiri dari unsur audio dan visual.
Tayangan televisi merupakan karya audio visual yang
kreatif, inovativ serta memiliki estetika. Salah satu hal yang
harus diperhatikan adalah estetika gambar. Seorang pengarah
acara dalam memvisualkan imajinasinya melalui media gambar
juga harus memahami teori developing shot, seperti panning,
55. 42
tilting, tracking, zooming, arching, pedestal, crane, crabbing, dan
following.
Dalam karya produksi ini penulis fokus pada developing
shot, dimana setiap gambar yang diambil harus mengkombinasi
seluruh pergerakan obyek, fokus lensa, framing, pan, tilt, untuk
mendukung pergerakan kamera ke dalam satu gerakan
membuat shot yang dinamis.
2. Sinopsis
Sinopsis adalah βringkasan cerita dari program yang
diinginkan, harus singkat, padat, dan dimengerti oleh siapapun
jugaβ (Andi Fachrudin. 2012 : 348).
Berikut sinopsis karya skripsi penciptaan karya βPotret
Indonesiaβ berjudul βMerajut Harapan di Balik Ramuanβ.
Dewasa ini, banyak orang yang melupakan tradisi dan
beralih ke hal yang lebih modern. Salah satu dari tradisi yang
mulai terlupakan ialah jamu tradisional yang kini tergantikan
dengan adanya jamu buatan pabrik yang lebih bersifat instan.
Namun, ada seorang ibu yang berasal dari Semarang,
Jawa Tengah yang masih konsisten dengan berjualan jamu.
Beliau masih mengutamakan tradisionalitas pembuatan jamu,
mulai dari bahan β bahannya maupun cara pembuatannya.
Setiap hari ibu Mariyem berjuang menjual jamu
tradisionalnya melalui jalanan yang berliku dan tanpa
56. 43
mengeluh. Kondisi jalan yang rusak parah ditambah cuaca
Semarang yang sangat panas tak menyurutkan niat bu
Mariyem menjualkan jamunya.
Setelah dari pagi membuat jamu dan menjualkannya,
sore harinya bu Mariyem mencari kayu bakar di hutan untuk
digunakan membuat jamu keesokan harinya. Namun beliau
melakukannya dengan ikhlas, semangatnya menjualkan jamu
tradisional tak pernah padam.
3. TREATMENT
(terlampir)
4. Shooting List
(terlampir)
5. Jadwal Pelaksanaan Produksi
(terlampir)
57. 44
B. Media, Peralatan dan Teknik Produksi
1. Media
Media yang akan penulis beserta tim gunakan dalam
karya dokumenter ini adalah televisi. Televisi merupakan media
audio β visual yang berarti sebuah program harus
memperhatikan kualitas gambar dan juga suara. Hal ini menjadi
tantangan bagi penulis dan tim untuk mewujudkan program
televisi yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penciptaan karya
produksi ini meliputi :
Tabel 1. Tabel Peralatan
ALAT TIPE JUMLAH
Kamera
DSLR Canon EOS 5D Mark II 1 unit
Lensa Canon wide 11 β 16 mm 1 unit
Lensa Canon fix 50 mm 1 unit
Lensa Canon Tele 70 β 200 mm 1 unit
Lensa Canon Standar 18 β 55 mm 1 unit
Batterai kamera 5D 2 unit
Charger Batterai 5D 1 unit
Memory CF Extreme 2 unit
58. 45
Tripod Takara 2 unit
Slider Cam 1 unit
Glade Cam 1 unit
Portal 1 unit
Card Reader 1 unit
GoPro Hero 1 unit
Lighting
1. LED Portable 2 unit
2. Perleng 4 unit
Audio
Condensor Microphone 1 unit
Audio Recorder Zoom H4n 1 unit
Headphone 1 unit
Kabel XLR Male β Female 1 unit
Memory SD Card 1 unit
59. 46
Tabel 2. Rincian Anggaran
No Nama Barang Jumlah Tipe Keterangan Harga
1 Lensa Tele 1 unit 70-200 mm Sewa / 3 hari Rp 450.000
2 Tripod kamera 2 unit Libec Sewa / 3 hari Rp 60.000
3 Batrai audio 7
Pasang
Alkaline AA
1,5 volt
Beli Rp. 50.000
4 Clipon
Wireless
1 unit - Sewa / 3 hari Rp 375.000
5 Portal 1 unit 2 meter Sewa / 3 hari Rp 450.000
6 Fee
narasumber
1 orang - Bu Mariyem Rp.300.000
7 Konsumsi 5 orang - @20.000/ 3 hari Rp.300,000
8 Biaya tak
terduga
- - - Rp.200,000
9 Transportasi 1 mobil Luxio Jogjakarta β
Semarang PP
Rp.150.000
TOTAL ANGGARAN RP.2.335.000
60. 47
Adapun alasan menggunakan alat-alat tersebut diatas
adalah:
2.1 Kamera DSLR Canon 5D
Didital Single Lens Rflex (DSLR) Canon 5D yaitu
kamera foto yang sudah dilengkapi dengan fitur perekam
Video. Karena kamera ini merupakan DSLR maka dapat
dengan mudah penggunaan mengganti lensa sesuaikan
menurut kebutuhan. Sensor penangkap cahaya yang
dipakai adalah Cmos dengan ukuran 36,0 mm x 24.0 mm
dan mampu menghasilkan gambar mencapai 21.1
megapixel. Kamera Canon 5D ini memiliki banyak pilihan
format perekaman seperti:
2.1.1 Full High Definition ( 1920x1080 ) mampu
merekam gambar 25 frame atau 24 per detik
2.1.2 High Definition 1280 x 720 mampu merekam
gambar 50 frame per detik
2.1.3 Standar format 4:3 ( 640 x 480 ) dapat merekam
gambar 50 frame per detik.
61. 48
Tabel 3. Spesifikasi Canon DSLR 5D Mark II
Alat Spesifikasi
Type Resolusi 21.1 Megapixel dengan sensor CMOS
APS-C, menghasilkan gambar resolusi tinggi
super quality dan detail.
Image type JPEG, RAW, JPEG+RAW, MOV,sRAW1,sRAW2
DIGIC 4 Imaging Processorβs 14-bit A/D,
memberikan kecepatan pemrosesan hasil gambar
yang cepat dan tepat serta menjaga detail dan
warna tetap halus.
Automatic Image
Brightness
Correction
Auto Lighting Optimizer with Face Detection
Auto Lighting Optimizer dengan 4 fungsi
pengaturan : standar, rendah, kuat dan
nonaktifkan. Menganalisa kecerahan subjek foto,
dan secara otomatis memperbaiki bagian-bagian
gelap untuk membuat lebih cerah.
Recording size Full HD Video capture resolusi 1920Γ1080
dengan frame rate yang fleksibel (30p 25p &
24p), 1280 x 720:50fps / 60fps and 640 x
480:50fps / 60fps (SD / movie crop) hingga 4GB
per klip dengan output HDMI (CEC compliant)
untuk tampilan HD dan video stills.
62. 49
External
microphone in
terminal
3.5mm dia. Stereo mini jack
AF Points Dengan 9 point auto focus(AF) tingkat akurasi
yang tinggi
Monitor Size and
Dots
LCD Wide, 3.0-inch (3:2) Clear View LCD(1,
040,000 dots)
ISO Speed
(Recommended
exposure index)
ISO 100 β 6400 (whole-stop increments), ISO
expansion 12800. In Basic Zone modes, Auto ISO
sets the ISO auto matically with in 100 β 3200 the
minimum ISO speed when (highlight tone priority)
is enabled Will Be ISO200 In Creative Zones, ISO
Autoβs upper limit (ISO 400 β 6400)
2.2 Tripod Camera
Tripod merupakan alat bantu yang berfungsi untuk
menyangga badan kamera ketika pengambilan gambar
berlangsung agar stabil dan tidak βterinterverensiβ oleh
gerakan tubuh. Selain itu berguna untuk mendapatkan titik
horizontal atau kamera dalam keadaan balance. Tripod juga
digunakan dalam pengambilan gambar yang mengharuskan
melakukan pergerakan baik badan atau lensa kamera
seperti : pan, tilt, pedestal.
63. 50
2.3 Lensa
Produksi dokumenter ini menggunakan lensa kamera
DSLR dengan rincian sebagai berikut :
2.3.1 Canon 11-16mm, F : 2,8
Penggunaan lensa ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang luas dan lebar.
2.3.2 Canon 50mm IS II, F : 1.4
Lensa ini digunakan dalam berbagai frame
yang menampilkan profil sesorang dengan bukaan
yang besar lensa ini berkekuatan untuk menciptakan
depth of field yang tajam.
2.3.3 Canon 70-200mm IS, F : 2.8
Lensa ini memiliki focal lenght yang besar
sehingga dalam penggunanya dapat dimanfaatkan
ketika jarak antara cameraman dan objek berada
cukup jauh, dengan lensa ini jarak tersebut bukan
menjadi masalah. Lensa dengan tipe zoom ini
memberikan keleluasaan cameraman dalam
membuat frame.
2.4 Slider Camera
Slider membantu pengambilan gambar terlihat
bagus. Dengan pergerakan crab left dan crab right. Alat ini
juga bisa melakukan track in dan track out.
64. 51
2.5 Lighting LED Lamp
Dalam produksi dokumenter ini lighting yang
digunakan adalah LED light. Lampu ini memiliki cahaya
yang cukup terang dan memiliki colour temperature
daylight. Lampu ini juga merupakan lampu portable
sehingga pengaplikasianya tidak memakan waktu dan
tidak membebani cameraman dalam mengejar momen.
2.6 Audio Recorder Portable Zoom H4N
Gambar 13. Zoom H4N
Audio recorder portable ini sangat mudah dibawa dan
penggunanya dirasa cukup tepat untuk menutupi
kekurangan kualitas audio DSLR, sehingga nantinya suara
yang dihasilkan juga berkualitas.
3. Teknik Produksi
Proses perekaman menggunakan dua kamera,
dilakukan secara langsung menggunakan memori yang
tersedia di masing-masing kamera. Penggunaan dua kamera
dimaksudkan agar setiap adegan yang dilakukan tidak ada
yang terlewatkan atau di backup oleh kamera kedua tersebut.
65. 52
Penggunaan dua kamera juga berguna untuk menghemat
waktu pada saat pengambilan gambar.
Dalam produksi dokumenter ini, terdapat berbagai
jenis komposisi agar secara estetis gambar-gambar dapat
memberikan informasi dan pesan. Pemilihan shot yang
bertujuan untuk memperkuat tekanan nilai estetis pada film
dokumenter ini akan diperoleh melalui insert shot pada objek
sehingga menghasilkan dinamika gambar yang
berkesinambungan.
C. Tahapan Penciptaan
1. Pra Produksi
Tahapan pra produksi merupakan tahapan awal dalam
memulai kegiatan produksi. Penulis sebagai pengarah acara
pada tanggal 9 Maret 2015 dan 13 April 2015, telah
melaksanakan observasi ke rumah bu Mariyem di Semarang,
Jawa Tengah mengenai pembuatan jamu dari bahan β bahan
mentah dengan cara ditumbuk dan didihkan hingga menjadi
jamu yang siap untuk dijual dan perjuangan bu Mariyem
menjualkan jamunya dengan berjalan kaki.
Hasil yang didapat dalam observasi, penulis sebagai
pengarah acara membutuhkan lebih dari satu kamera, hal ini
dikarenakan jarak tempuh bu Mariyem menjual jamu yang jauh
sekitar 10 kilometer, memungkinkan banyak terjadi momen
66. 53
didalamnya. Oleh karena itu, diputuskan untuk menggunakan
tiga kamera agar momen tersebut tidak terlewatkan. Penulis
yang memiliki tugas sebagai pengarah acara menganalisis
treatment serta mengembangkannya menjadi konsep produksi
dengan membuat shot list. Penulis berdiskusi dengan Director
of Photography tentang konsep gambaran yang akan
divisualkan, dan menentukan angle - angle kamera yang akan
diambil sesuai dan kemudian dituangkan dalam bentuk shot list.
2. Produksi
Proses produksi karya dokumenter berlangsung selama
empat hari. Berikut ini rincian proses produksi:
2.1 Senin, 20 April 2015
Hari pertama, penulis bersama tim produksi menuju
Simpang Lima, Semarang untuk mengambil shot
timelapse Masjid Baiturrahman dan suara keramaian
kota Semarang.
Setelah itu, menuju ke Lawang Sewu dan Tugu Muda
untuk mengambil shot timelapse keramaian dan kondisi
kemacetan lalu lintas Semarang, tim juga mengambil
audio atmosphere. Pengambilan visual kemacetan
menggunakan teknik developing shot yaitu
menggunakan portal dan slider.
67. 54
Kemudian penulis bersama tim produksi menuju
rumah bu Mariyem untuk memberitahu bahwa besok
akan mulai di ambil gambar dari awal proses pembuatan
hingga kegiatan bu Mariyem sampai malam hari.
2.2 Selasa, 21 April 2015
Hari kedua, penulis bersama tim melakukan kegiatan
pengambilan gambar awal proses pembuatan jamu
tradisional hingga kegiatan bu Mariyem setelah berjualan
jamu. Kegiatan pengambilan gambar ini dimulai sejak
pukul 04.30 hingga 19.00 WIB.
Pengambilan gambar dimulai dengan mengambil
visual bu Mariyem berangkat ke Musholla untuk shalat
Shubuh, dilanjutkan pengambilan visual proses
pembuatan jamu hingga proses pembuatan jamu selesai
dengan menerapkan developing shot menggunakan
slide dan flycam.
Penulis bersama tim ikut perjuangan bu Mariyem
dalam menjualkan jamunya hingga jamunya habis,
pengambilan dilakukan dengan cara follow narasumber
dengan menggunakan flycam.
Setelah menjualkan jamu, mengikuti bu Mariyem
mencari kunyit dan kayu bakar di kebun. Kegiatan
selanjutnya adalah mengikuti bu Mariyem membeli
68. 55
bahan β bahan pembuatan jamu menggunakan flycam
dan slide.
Sore harinya, kegiatan bu Mariyem adalah menyapu
halaman. Pengambilan menggunakan flycam dan
camera still.
2.3 Rabu, 22 April 2015
Hari ketiga, penulis bersama tim produksi mengambil
established lingkungan rumah penjual jamu, serta shot
tambahan seperti anak β anak yang sedang bermain.
Sore harinya, mengambil wawancara dengan bu
Mariyem, putranya, dan opini tetangga bu Mariyem.
Pengambilan gambar menggunakan lensa wide, slider
dan portal untuk menimbulkan kesan gambar yang luas.
2.4 Kamis, 23 April 2015
Hari terakhir, penulis bersama tim produksi
mengambil shot tambahan untuk timelapse di kota
Semarang.
3. Pasca Produksi
Pada tahapan ini penulis sebagai pengarah acara
melakukan pengecekan terhadap stok gambar yang ada dan
disesuaikan dengan kebutuhan gambar yang diperlukan.
Gambar - gambar kemudian dikelompokkan ke dalam folder
69. 56
secara terpisah, sesuai dengan kebutuhan masing-masing
sequence. Pemilihan gambar disesuaikan dengan konsep isi
treatment tanpa meninggalkan asas sinema rush copy yaitu
menggambarkan realita yang ada. Pada sequence 1 dipilih
gambar yang menggambarkan identitas kota Semarang.
Gambar yang dipilih memiliki variasi tipe shoot berdasarkan
variasi developing shot, mulai dari long shoot kota Semarang
dan timelapse Tugu Muda sebagai simbol identik Semarang.
Pada sequence 2 penulis memilih gambar - gambar
kegiatan bu Mariyem sebelum membuat jamu berdasarkan
variasi developing shot. Atmosphere dan original sound diambil
menggunakan H4N dan H1N.
Sementara untuk sequence 3, penulis memilih gambar -
gambar proses pembuatan jamu. Pemilihan gambar memiliki
penekanan pada tipe long shoot berdasarkan variasi
developing shot dengan motivasi untuk melihatkan proses
pembuatan jamu serta gambar close up untuk menyampaikan
adegan - adegan dramatik di dapur.
Paska pemilihan gambar yang ada, penulis melakukan
koordinasi dengan editor untuk membedah treatment serta
shotlist untuk kebutuhan editing. Kegiatan editing dilakukan
secara dua tahap, off line dan on line. Kegiatan editing off line
70. 57
adalah memotong/ membuang video yang tidak di perlukan dan
menyusun adegan per adegan di setiap sequence. Sementara
editing on line memasukkan judul, memberi effect, backsound,
chargent.
D. Konsep Penayangan
Program acara Potret Indonesia setiap hari Minggu, jam
09.00 WIB. Pemilihan hari Minggu karena sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Morissan (2009:258) βketersediaan audience pada
akhir minggu (weekend) yaitu hari Sabtu dan Minggu agar berbeda
dengan hari biasa. Secara teori, audience anak β anak dan dewasa
tersedia pada setiap waktu siaran pada akhir minggu.
Program dikemas secara sederhana tanpa menggunakan
presenter, dalam durasi 16 menit. Pesan yang disampaikan bersifat
tersirat dari setiap visual yang ada dipadukan dengan ilustrasi
musik.
71. 58
BAB IV
PEMBAHASAN KARYA
A. Deskripsi Karya
Penulis sebagai pengarah acara dalam skripsi karya
produksi ini mengangkat judul βPenerapan Developing Shot dalam
Produksi Dokumenter Televisi Potret Indonesia edisi Merajut
Harapan di Balik Ramuanβ. Tayangan televisi merupakan karya
audio-visual yang kreatif, inovativ serta memiliki estetika. Dalam
tugasnya, seorang pengarah acara harus dapat
menginterpetasikan ide dari produser untuk dijadikan sebuah
tayangan audio visual.
Visual merupakan satu hal yang sangat penting dalam karya
dokumenter ini. Peran visual disini sebagai media penyampai
pesan. Untuk itu pengarah acara harus dapat merangkai gambar
dan ilustrasi musik yang tepat agar mampu menarik minat penonton
untuk menikmatinya.
Karya dokumenter Potret Indonesia diawali dengan Idβs
Program βPotret Indonesiaβ berupa visual dan grafis bermuatkan
contoh keaneka ragaman budaya Indonesia serta semangat
persatuan dari ragam masyarakatnya.
Karya dokumenter ini secara garis besar terbagi dalam tiga
sequence. Sebelum memasuki sequence pertama, penulis
menyusun eye catcher berupa cuplikan-cupikan gambar yang
72. 59
menarik. Secara garis besar berikut penjabaran dari ketiga
sequence tersebut.
1. Sequence pertama, mendeskripsikan mengenai kemacetan dan
modernisasi kota Semarang. Sequence ini lebih bersifat
informatif. Berisi visual yang menggambarkan kota Semarang.
Pada bagian awal ini juga di tampilkan aktifitas pembuatan
jamu serta disisipi statement dari bu Mariyem.
2. Sequence kedua, mendeskripsikan perjuangan bu Mariyem
menjual jamunya. Bagian ini lebih di dominasi oleh interaksi
antara bu Mariyem dengan pembelinya sebagai pengantar
informasi.
3. Sequence ketiga, mendeskripsikan tentang harapan baru
keluarga bu Mariyem. Di bagian awal sequence menyajikan
visual bu Mariyem mencari kunyit dan kayu bakar di kebun.
Berikutnya, ditayangkan visual bu Mariyem membeli bahan β
bahan pembuatan jamu dan kegiatan saat sore hari di
rumahnya. Di akhir sequence sekaligus pengantar menuju
credit tittle ditayangkan statement dari Kantun Saputro, putra
bu Mariyem tentang harapan untuk kedepannya dan cuplikan
beauty shoot dan quote yang diiringi ilustrasi musik.
73. 60
B. Analisis dan Sintesis Karya
Tahapan produksi suatu acara dari perencanaan, produksi,
hingga pasca produksi telah dilalui penulis dan tim. Penulis sebagai
pengarah acara telah berperan dalam setiap tahapan produksi
tersebut terutama dalam penerjemahan ide menjadi alur cerita dan
penyusunan visual. Selain itu, konsep pengambilan gambar pada
produksi ini merupakan peliputan kegiatan bu Mariyem tanpa ada
unsur dirrecting. Hal ini mengacu pada sistem rush copy, bahwa
visual yang ada adalah sebuah realita. Berikut analisa karyanya.
Pada bagian awal, sebelum memasuki sequence 1, terlebih
dahulu ditayangkan eye catcher. Eye catcher bersisi potongan-
potongan gambar untuk menggugah rasa penasaran pemirsa agar
tetap melihat tayangan ini. Visual yang disajikan pada eye catcher
ini adalah potongan-potongan gambar bu Mariyem saat proses
pembuatan jamu hingga saat menjual jamunya.
Tipe shot yang digunakan mengkombinasikan medium shot
dan close up untuk menampilkan ekspresi dan beberapa long shot
untuk melihatkan lingkungan dan jalan yang dilalui oleh bu
Mariyem. Hal ini mengacu bahwa medium shot bertujuan untuk
menunjukkan subyek lebih detail, dan juga menunjukkan emosi
subyek.
74. 61
1. Sequence 1 (Ramuan Tradisional Jamu)
Sequence ini menjelaskan mengenai ramuan tradisional
jamu. Visual yang ditayangkan adalah aktivitas pembuatan jamu
secara tradisional. Berikut shot-shot yang dipilih dalam sequence ini
beserta analisanya:
Gambar 14. MS plang Simpang Lima
Visual diatas merupakan opening sequence 1. Pemilihan
medium shot (sesuai dengan teori pada halaman 28) sebagai tipe
shot dalam visual ini untuk melihatkan lokasi pengambilan karya.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik panning left
untuk menunjukan kesan gambar yang dinamis dan menarik
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 20).
Gambar 15. VLS keramaian Lawang Sewu
Gambar ini menggunakan tipe very long shot (sesuai dengan
teori halaman 26) untuk menunjukkan keramaian lokasi penciptaan
karya. Pemilihan visual ini menggunakan teknik tilting up (sesuai
75. 62
dengan materi developing shot pada halaman 22) untuk
menunjukan kemegahan Lawang Sewu sebagai ciri khas kota
Semarang.
Gambar 16. Long Shot lingkungan sekitar
Menurut Fachrudin, pengarah acara bertanggung jawab
mengubah sebuah konsep atau naskah menjadi bentuk audio
visual. Dalam visual diatas dipilih tipe long shot (sesuai dengan
materi pada halaman 27), hal ini untuk memberikan gambaran
kepada penonton mengenai lingkungan sekitar rumah penjual
jamu.
Pengambilan visual diatas menggunakan teknik panning left
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 20) untuk
menunjukkan luasnya lingkungan dan aktifitas warga sekitar rumah
penjual jamu.
Gambar 17. Medium shot bu Mariyem
76. 63
Penggunaan tipe Medium shot (sesuai materi pada halaman
28) pada gambar diatas, agar pemirsa dapat fokus melihat
pembuatan jamu secara tradisional yaitu menggunakan kayu bakar.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik crabe right
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 24) untuk
menunjukkan dapur tempat pembuatan jamu.
Pada sequence 1 tidak terdapat banyak pengambilan
gambar menggunakan developing shot karena saat pembuatan
jamu bu Mariyem tidak banyak bergerak dan dapur juga sempit.
2. Sequence 2 (Perjuangan Bu Mariyem)
Sequence ini membahas tentang proses perjuangan bu
Mariyem dalam menjual jamunya. Sequence ini lebih ke informasi
yang menunjukkan perjuangan dan interaksi antara bu Mariyem
dengan para pembelinya. Untuk menggambarkan hal tersebut
penulis menyusun gambar-gambar berikut:
Gambar 18. Long Shot aktivitas bu Mariyem
Tipe shot yang digunakan adalah long shot untuk lebih
membuat detail penonton dalam melihat aktivitas bu Mariyem
menjual jamunya.
77. 64
Pengambilan visual ini menggunakan teknik crabe right
untuk menunjukkan lokasi tempat bu Mariyem menjualkan jamunya.
Gambar 19. Long shot bu Mariyem
Gambar ini menggunakan tipe long shot dengan
pengambilan eye level. Pengambilan gambar eye level untuk
melihatkan lingkungan yang dilewati oleh bu Mariyem untuk
menjual jamunya.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik following
objek (sesuai dengan materi developing shot pada halaman 24)
untuk mengikuti bu Mariyem menjualkan jamu.
Gambar 20. Long shot menawarkan jamu
Pemilihan tipe long shot pada visual diatas untuk melihatkan
bu Mariyem yang sedang menawarkan jamunya.
78. 65
Gambar 21. Medium Close up bu Mariyem dan pembelinya
Pengambilan visual ini menggunakan teknik crabe. Tipe shot
yang digunakan medium close up (sesuai dengan teori pada
halaman 27). Hal ini untuk dapat lebih mendeskripsikan interaksi
antara bu Mariyem dan pembelinya.
3. Sequence 3 (Harapan Baru Keluarga bu Mariyem)
Bagian pertama sequence ini menjelaskan tentang bu
Mariyem yang mencari kunyit dan kayu bakar, dilanjutkan dengan
bu Mariyem yang membeli bahan β bahan pembuatan jamu.
Berikutnya disisipi statement Kantun Saputra, putra bu Mariyem
tentang harapan kedepannya. Berikut ini gambar-gambar yang
dapat menjelaskan sequence ini.
Gambar 22. Long shot bu Mariyem ke kebun
Visual ini akan melihatkan bu Mariyem yang akan mencari
kunyit dan kayu bakar di kebun. Penulis memilih visual ini untuk
menggambarkan lokasi jalan yang dilalui bu Mariyem ke kebun
79. 66
dengan menggunakan teknik following objek. Gambar-gambar
kelanjutan yang ada adalah gambaran setiap sudut kebun tempat
mencari kunyit dan kayu bakar.
Gambar 23. Medium shot bu Mariyem
Gambar 24. Long Shot Bu Mariyem
Pemilihan gambar diatas adalah menggunakan komposisi
gambar Medium Shot dan Long Shot dengan teknik crabe untuk
menunjukkan lokasi bu Mariyem saat mencari kunyit.
80. 67
Gambar 25. Knee shot mencari kayu bakar
Gambar 26. Long shot bu Mariyem
Gambar 27. Long shot lokasi mencari kunyit
Pemilihan visual ini menggunakan teknik tilting,
menunjukkan lokasi bu Mariyem saat mencari kunyit untuk
pembuatan jamu tradisionalnya.
81. 68
Gambar 28. long shot bu Mariyem
Visual ini menggunakan tipe long shot untuk menunjukkan
lokasi sekitar bu Mariyem. Pengambilan gambar ini menggunakan
teknik following objek untuk mengikuti bu Mariyem saat membeli
bahan β bahan jamu.
Gambar 29. Medium shot Kantun Saputra
Visual ini menggunakan tipe medium shot untuk melihatkan
detail wajah Kantun Saputra saat memberikan statement.
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa karya produksi
ini memiliki kelebihan meskipun mengalami hambatan. Hal tersebut
dijadikan penulis sebagai pelajaran untuk produksi selanjutnya agar
menghasilkan karya yang lebih berkualitas. Berikut uraian
kelebihan dan hambatan karya produksi ini.
82. 69
1. Kelebihan
Dokumenter televisi Potret Indonesia edisi Merajut
Harapan di Balik Ramuan memiliki kelebihan sebagai
berikut.
1.1 Karya ini memiliki kronologis waktu yang diperkuat
dengan statement bu Mariyem sebagai
narasumber utama dalam karya ini.
1.2 Merupakan karya jurnalistik yang menyajikan
gambar sesuai realita di lapangan tanpa ada unsur
pengadeganan.
1.3 Dikemas dengan pemilihan shot, komposisi, serta
kamera angle yang disajikan secara ringan,
proporsional, dan menarik sehingga memiliki nilai
artistik serta pesan yang informatif.
1.4 Gambar visual diambil menggunakan kamera
DSLR Cannon 5D dan Cannon 60D yang memiliki
kualitas full HD sehingga hasil gambarnya bagus.
1.5 Pengemasan karya visual didukung dengan
original sound dan ilustrasi musik yang membawa
suasana seolah-olah pemirsa juga berada di sana.
83. 70
2. Hambatan
Dokumenter televisi Potret Indonesia edisi Merajut
Harapan di Balik Ramuan, menemui beberapa hambatan
sebagai berikut.
2.1 Cuaca yang kurang mendukung seperti mendung
sehingga proses pengambilan gambar harus
ditunda mempertimbangkan keamanan alat.
2.2 Banyaknya moment yang ada tidak dapat yang di
cover oleh 3 kameraman.
84. 71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penciptaan karya produksi βMerajut Harapan di Balik
Ramuanβ bertujuan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat melalui shot yang dinamis menggunakan teknik
developing shot yang mengkombinasikan seluruh pergerakan
objek, fokius lensa, framing, pan, dan tilt. Karya ini berformat
dokumenter dengan genre documenter profile yang memberikan
informasi kepada masyarakat tentang perjuangan seorang ibu di
daerah Semarang, Jawa Tengah yang di era moderenisasi ini
masih konsisten menjual jamu tradisional. Dokumeter ini disajikan
dengan bahasa visual dan original sound.
Skripsi dengan judul Penerapan Developing Shot dalam
Produksi Dokumenter Televisi βPotret Indonesiaβ edisi βMerajut
Harapan di Balik Ramuanβ secara garis besar menguraikan
tentang peran penulis sebagai pengarah acara yang bertugas
untuk mengimplementasikan ide atau gagasan produser kedalam
konsep audio visual. Pengarah acara memiliki peran dan
tanggung jawab agar mendapatkan rangkaian visual yang
menarik. Hal tersebut penulis lakukan pada saat
mengkoordinasikan kebutuhan gambar kepada kameraman dan
85. 72
mengarahkan mereka untuk menangkap gambar yang memiliki
nilai estetis.
Tayangan bersifat ringan, inspiratif, dan menghibur karena
menayangkan gambar dengan musik yang sesuai. Pengemasan
topik ini dipenuhi dengan gambar-gambar developing dengan
memperhatikan unsur-unsurnya seperti komposisi, arah gambar,
dan pergerakan gambar.
B. Saran
Untuk mengubah ide menjadi sebuah karya audio visual
diperlukan beberapa tahapan atau proses, yaitu pra produksi,
produksi, dan pasca produksi. Dalam tahapan proses tersebut
ditemui beberapa hambatan. Untuk itu penulis menyampaikan
saran agar setiap hambatan menjadi pelajaran bagi penciptaan
karya selanjutnya.
1. Pentingnya penelusuran dalam pra produksi untuk mengetahui
kondisi yang ada di lapangan sehingga mempermudah proses
produksi.
2. Pentingnya komunikasi dan koordinasi antar kru selama proses
pra hingga pasca produksi.
3. Penggunaan alat sebaiknya disesuaikan dengan spot yang ada di
lapangan sehingga lebih efisien dan tidak mengganggu
kenyamanan produksi.
86. 73
DAFTAR PUSTAKA
Baskin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Simbiosa
Rekatama Media: Bandung.
Beaver, Frank. 1994. Dictionary of The Film Terms. an Imprint of Simon &
Schuster Macmillan: New York.
Darwanto. 2006. Produksi Karya Televisi. MMTC: tidak diterbitkan.
Fachruddin, Andi. 2012. Dasar Dasar Produksi Televisi. Kencana.
Prenada Media Grup: Jakarta.
Kristiana, Nova. 2009. Peranan Eye Catcher dalam Iklan dan Masalah
Pencariannya. Jurnal Nirmala: Jakarta.
Laksono, Dhandy Dwi. 2010. Jurnalisme Investigasi. Mizan Group: Jakarta
Morissan. 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Ramdina Prakasa:
Tangerang.
--------------. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta.
--------------. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta.
--------------. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio
& Televisi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Muda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter
Professional. Remaja Rosdakarya: Bandung.
87. 74
Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi
Camera. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.
Thompson, Roy. 2001. Grammar of The Shot. Copyright Licensing
Agency: London.
Wahyudi, Jb. 1996. Dasar Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Pustaka
Utama Graffiti: Jakarta.
Wibowo, Fred. 2009. Teknik Produksi Program Televisi. Pinus Book
Publisher: Yogyakarta.
88. 75
LAMPIRAN 1. TREATMENT
TREATMENT
POTRET INDONESIA
Kategori Program : Informasi
Mata Acara : Potret Indonesia
Judul : Merajut Harapan di
Balik Ramuan
Format : Dokumenter
Durasi : 16 menit
Pengarah Acara : Anissa
Puspaningtyas
NO VISUAL AUDIO DUR
1 Colour Bar Tune 5β
2 Count Down Count Down 5β
3 Clapper Blank 5β
4 Blank Blank 5β
5 Idβs Program Ilustrasi Musik 10β
6 Eye catcher Ilustrasi Musik 25β
89. 76
- Timelapse Lawang
Sewu
- Lingkungan rumah
bu Mariyem
- Kayu bakar
- Bahan jamu
- Bu Mariyem
mengolah jamu
- Wajah bu Mariyem
- Bu Mariyem
berjualan jamu
7 SI:
Merajut Harapan di
Balik Ramuan
Ilustrasi Music 5β
SEGMENT 1 βRAMUAN TRADISIONAL JAMUβ
7 Cue:
- Timelapse Masjid
Simpang Lima
Blank
5β
8 Cue:
- Plang Simpang
Lima
Ilustrasi Musik 15β
90. 77
- Visual kemaceta
a. Lawang Sewu
b. Tugu Muda
- Lampu lalu lintas
- Timelapse Tugu
Muda
- Lingkungan
penjual jamu
- Rumah penjual
jamu
10 Cue:
Timelapse Sunrise Blank
5β
11 Cue:
- Wudhu
- Masjid
- Bu Mariyem
berjalan ke depan
- Memakai mukena
- Mengambil
sajadah
- Berjalan ke luar
- Masjid
---------------- ORIGINAL
SOUND ----------------
- Adzan Shubuh
- Sandal
- Air wudhu
- Berdoa
40β
91. 78
- Orang shalat di
masjid
12 Cue:
Timelapse rumah
gelap ke terang
Ilustrasi Musik 5β
13 Cue:
- Bu Mariyem
membawa kayu
bakar
- Dapur
- Meletakkan kayu
bakar di pawon
- Kayu bakar
- Pawon
- Korek api
- Mulai menyalakan
api
- Api
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
---------------- ORIGINAL
SOUND ----------------
- Kegiatan di dapur
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Kenapa lebih memilih
berjualan jamu?
2. Ibu memulai jualan
jamu sejak kapan?
3. Kenapa kok masih
memakai kayu bakar
20β
40β
92. 79
bu?
4. Ibu mendapatkan ilmu
tentang jamu dari
siapa? Turun temurun
atau belajar sendiri?
14 Cue:
- Dapur
- Bu Mariyem mulai
meracik jamu
beras kencur
- Bahan yang
ditumbuk
- Wajah bu Mariyem
- Perasan bahan
jamu
- Panci
- Pawon
- Api
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Persiapan membuat
jamu
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Mengapa tidak
menggunakan kompor
gas?
2. Apa yang pertama
dipersiapkan untuk
membuat jamu?
20β
40β
93. 80
3. Bahan apa saja yang
dibutuhkan untuk
membuat jamu beras
kencur?
4. Bagaimana proses
pembuatannya?
15 Cue:
- Keranjang jamu
- Wajah bu Mariyem
- Mengocok botol
jamu
- Botol jamu
- Jamu yang
dimasukkan ke
dalam botol
- Air panas yang
dimasukkan ke
botol
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Kegiatan pembuatan
jamu
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Dalam sehari biasanya
menjual berapa botol
jamu?
2. Selalu laku semua buβ
jualannya itu ?
10β
40β
94. 81
3. Bagaimana kalau
dalam sehari jamunya
tidak habis?
SEGMENT 2 βPERJUANGAN BU MARIYEMβ
16 Cue:
- Bu Mariyem
bersiap β siap
menjualkan jamu
- Memakai kebaya
- Dapur
- Menggendong
keranjang
- Bu Mariyem
- Mengambil caping
- Bu Mariyem
- Berjalan ke luar
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Persiapan bu Mariyem
berangkat menjual
jamu
------------------------SOUND
BITE ------------------
1. Ibu berangkat jualan
jam berapa?
2. Ibu jualan jamunya
kedaerah mana saja?
3. Selalu habis di daerah
itu?
10β
40β
95. 82
4. Ibu berjualan jamu
sampai jam berapa?
17 Cue:
- Follow bu Mariyem
menjualkan jamu
(berangkat sampai
pulang)
- Interaksi dengan
pembeli
- Jamu yang
dituangkan ke
gelas
- Pembeli meminum
jamu
- Pembeli
membayar jamu
- Pulang ke rumah
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
menawarkan jamu
kepada para
pembeli
2β 30β
18 SI:
Wiwit
Tetangga bu
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Bu Mariyem selain
jualan jamu
30β
96. 83
Mariyem
SI:
Suwarti
Tetangga bu
Mariyem
kegiatannya apa
saja bu?
2. Di lingkungan
sekitar, bu Mariyem
orangnya
bagaimana?
SEGMENT 3 β HARAPAN BARU KELUARGA BU MARIYEM β
19 Cue:
- Kaki Bu Mariyem
- Membawa
keranjang, arit,
dan garpu tanah
- Berjalan ke kebun
- Sampai kebun
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
berjalan ke kebun
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Ibu sekarang
umurnya berapa
10β
40β
97. 84
tahun?
2. Apakah anak β
anak ibu tidak ada
yang membantu?
20 Cue:
- Kebun
- Wajah bu Mariyem
- Mencari kunyit
- Kunyit
- Keranjang kunyit
- Mencari kayu
bakar
- Kayu bakar
- Menata kayu
bakar
- Meletakkan kayu
bakar
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
mencari kunyit dan
kayu bakar
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Itu kunyit ibu tanam
sendiri?
2. Pernah berpikir
untuk berhenti
jualan jamu tidak
bu?
10β
50β
98. 85
3. Kenapa nyari
kayunya disini bu?
Ini kebun milik ibu?
4. Apa doa ibu untuk
kedepannya?
5. Anak β anak ibu
bekerja?
6. Ibu hanya berjualan
jamu ini saja?
21 Cue:
- Mengambil
keranjang kunyit
- Turun ke sungai
- Mencuci kunyit
- Memakai sandal
- Menyunggi kayu
bakar dan
keranjang kunyit
- Jalan pulang
- Rumah
- Meletakkan kayu
bakar, keranjang
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
mencuci kunyit
- Bu Mariyem pulang
ke rumah
-----------------------SOUND
BITE -------------------
20β
40β
99. 86
kunyit
- Bu Mariyem
1. Dari dulu ibu hanya
berjualan jamu?
2. Sampai sekarang
ibu tetap konsisten
berjualan jamu?
3. Ibu masih
mempunyai uneg β
uneg?
22 Cue:
- Bu Mariyem keluar
rumah
- Kaki bu Mariyem
- Berjalan ke
warung
- Membeli bahan
jamu
- Penjual
- Bu Mariyem
- Bahan pembuatan
jamu
- Pulang ke rumah
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
membeli bahan
pembuatan jamu
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Apa harapan ibu
20β
40β
100. 87
- Kaki bu Mariyem
- Rumah
- Bu Mariyem
untuk kedepannya?
2. Jadi ibu hanya ingin
berjualan jamu
saja?
23 Cue:
- Rumah
- Menyapu halaman
- Wajah bu Mariyem
- Sampah
- Keranjang sampah
- Daun
- Korek api
- Membakar
sampah
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
menyapu halaman
dan membakar
sampah
20β
40β
------------------------SOUND
BITE ------------------
1. Anak ibu sekarang
ada dimana saja?
2. Laki β laki
semuanya bu?
101. 88
3. Sekarang anak β
anak ibu bekerja
dimana saja?
24 SI:
Kantun Saputra
Putra bu Mariyem
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Menurut mas, ibu itu
sosok yang
bagaimana?
2. Apa harapan mas,
untuk ibu
kedepannya?
30β
24 Cue:
- Rumah bu
Mariyem
- Anak β anak yang
sedang bermain
- Kelereng
- Anak perempuan
- Lingkungan rumah
bu Mariyem
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Anak β anak yang
sedang bermain di
halaman rumah
20β
25 Cue:
Timelapse rumah dari
10β
102. 89
terang ke gelap Blank
26 - Lampu teplok
- Quotes
Ilustrasi Musik 10β
28 Credit Title Ilustrasi Musik 20β
29 Idβs Program Idβs Program 10β
TOTAL DURASI 16β
103. 90
Lampiran 2. Shooting List
Tabel 5. Shooting List
Shooting List
Produksi Dokumenter
Televisi
Kategori Acara Informasi
Format Acara Dokumenter
Mata Acara Potret Indonesia
Durasi 16 menit
Pengarah Acara Anissa
Puspaningtyas
Produser Anissa
Puspaningtyas
NO Type Shot Movement Detail Dur
EYE CATCHER
1 VLS Still Lawang Sewu 4β
2 LS Crabe Left Rumah 2β
3 CU Track In Api 1β
4 CU Still Rempah 2β
5 CU Still Menumbuk Jamu 2β
6 MCU Still Bu Mariyem 1β
7
FS
Follow Over
Sholder
Bu Mariyem tampak
belakang
2β
8
ECU
Still Tangan bu Mariyem
menuang jamu
1β
9 BCU Still Raut wajah bu Mariyem 1β
10
MS
Follow MS Bu Mariyem jalan tampak
depan
1β
104. 91
11
MCU
Follow Over
Sholder
Bu Mariyem jalan tampak
belakang
1β
12
KS
Still Bu Mariyem berjalan
melalui jembatan
1β
13 CU Still Kaki bu Mariyem 1β
14 LS Over Sholder Bu Mariyem jalan 1β
15 ECU Still Mencari kunyit 1β
16 MCU Still Wajah bu Mariyem 1β
17 LS Track In Bu Mariyem mencari kunyit 1β
18
VLS
Over Sholder Bu Mariyem turun ke
sungai
1β
19
LS
Still Bu Mariyem berjalan
pulang
1β
20 CU Still Wajah bu Mariyem 8β
SEGMENT 1
21 VLS Crabe Right Masjid 5β
22 LS Panning Left Tulisan Simpang Lima 1β
23 LS Still Halte 1β
24 CU Still Keramaian 1β
25 CU Panning Left Keramaian 1β
26 VLS Tilting Up Lawang Sewu 2β
27 LS Tilting Up Lawang Sewu 1β
28 LS Crabe Left Lawang Sewu 3β
29 VLS Panning Left Tugu Muda 2β
30 VLS Still Timelapse Keramaian
Tugu Muda
2β
105. 92
31 LS Panning Left Anak kecil bermain 3β
32 VLS Tilting Down Rumah bu Mariyem 3β
33 LS Still Timelapse Sunrise 6β
34 MS Still Wudhu 4β
35 VLS Crabe Right Orang adzan 5β
36 VLS Crabe Left Memakai mukena 7β
37 MS Still Memakai mukena 10β
38 CU Still Mengambil Sajadah 1β
39 LS Crabe Left Mengambil Sajadah 4β
40 LS Crabe Right Masjid 2β
41 KS Still Orang Shalat 4β
42 LS Still Timelapse Rumah 5β
43
CU
Still Bu Mariyem menenteng
kayu
4β
44 LS Track Out Bu Mariyem masuk dapur 4β
45 MS Still Bu Mariyem masuk dapur 3β
46 LS Track Out Bu Mariyem masuk dapur 6β
47 KS Crabe Left Bu Mariyem 3β
48 CU Still Membakar kayu 4β
49 MS Crabe Right Bu Mariyem menata kayu 3β
50 CU Still Kayu bakar 2β
51
KS
Track In Bu Mariyem membakar
kayu
2β
52 CU Still Tumbukan jamu 3β
53 FS Track In Bu Mariyem membuat 4β
106. 93
jamu
54 CU Still Tumbukan jamu 2β
55
FS
Track In Bu Mariyem membuat
jamu
4β
56 MCU Still Bu Mariyem menata kayu 2β
57 FS Still Bu Mariyem menata kayu 3β
58 MCU Still Bu Mariyem 4β
59 FS Still Bu Mariyem menata kayu 4β
60 MCU Still Bu Mariyem 5β
61 CU Still Panci 2β
62 FS Still Membuat jamu 2β
63 CU Still Bu Mariyem 2β
64
CU
Still Bu Mariyem memeras
jamu
4β
65 CU Still Bu Mariyem 6β
66
FS
Still Bu Mariyem memeras
jamu
3β
67 CU Still Bu Mariyem 2β
68 CU Track Out Kayu 8β
69 FS Still Menuangkan jamu ke botol 4β
70 CU Still Menuangkan jamu 4β
71 CU Still Bu Mariyem 5β
72 FS Still Bu Mariyem 9β
73 CU Still Bu Mariyem 3β
74 MS Track In Menuangkan jamu 4β
107. 94
75 CU Still Menuangkan jamu 2β
76 MS Still Menuangkan jamu 2β
77 CU Still Bu Mariyem 1β
78 CU Still Menuangkan jamu 2β
79 FS Still Menuangkan jamu 11β
80 CU Still Botol jamu 3β
81 CU Still Bu Mariyem 4β
SEGMENT 2
82 FS Crabe Left Memakai Kebaya 5β
83 CU Still Memakai Kebaya 4β
84 MCU Crabe Right Memakai Kebaya 4β
85 FS Follow FS Menggendong Jamu 13β
86 MCU Still Bu Mariyem berstatement 5β
87 KS Follow KS Menggendong Jamu 10β
88 MCU Still Bu Mariyem berstatement 3β
89
MCU
Follow MCU Bu Mariyem memakai
caping
12β
90 LS Still Bu Mariyem keluar rumah 6β
91 LS Crabe Right Bu Mariyem keluar rumah 2β
92 MS Panning Right Bu Mariyem berjalan 7β
93 KS Panning Left Bu Mariyem berjalan 8β
94
FS
Still Bu Mariyem menawarkan
jamu
2β
95
LS
Crabe Left Bu Mariyem menjualkan
jamu
3β
108. 95
96
MCU
Still Bu Mariyem membuat
jamu untuk pelanggan
3β
97 CU Tilting Up Bu Mariyem 10β
98
MCU
Still Bu Mariyem membuat
jamu untuk pelanggan
3β
99 CU Still Pelanggan bu Mariyem 4β
100 MCU Still Bu Mariyem 9β
101
LS
Crabe Left Bu Mariyem menggendong
jamu
4β
102
MCU
Still Bu Mariyem menggendong
jamu
6β
103
LS
Crabe Right Bu Mariyem menggendong
jamu
4β
104
MCU
Still Bu Mariyem menggendong
jamu
5β
105 CU Crabe Right Kaki bu Mariyem berjalan 2β
106
KS
Over Sholder Bu Mariyem melewati
jembatan
4β
107
LS
Follow Over
Sholder
Bu Mariyem berjalan ke
rumah pelanggan
12β
108
CU
Follow Over
Sholder
Pelanggan 2β
109 MS Still Interaksi Pelanggan 2β
110 CU Track In Interaksi Pelanggan 3β
111 FS Still Interaksi Pelanggan 3β
112
FS
Still Bu Mariyem melewati
jembatan
6β
113 CU Crabe Left Bu Mariyem menjualkan 5β
109. 96
jamu
114
CU
Tilting Up Pelanggan membayar
jamu
26β
115 FS Tilting Up Bu Mariyem berjalan 5β
116 CU Still Jamu 11β
117 LS Still Bu Mariyem berjalan 1β
118 CU Still Wajah bu Mariyem 5β
119 MS Still Pelanggan meminum jamu 2β
120 CU Still Pelanggan minum jamu 3β
121 MS Still Pelanggan meminum jamu 3β
122 FS Over Sholder Bu Mariyem berjalan 2β
123 MS Track Out Interaksi bu Mariyem 2β
124 LS Still Interaksi bu Mariyem 3β
125 CU Still Pelanggan 3β
126 LS Still Interaksi bu Mariyem 3β
127 VLS Track In Bu Mariyem berjalan 12β
128 MS Follow Bu Mariyem berjalan 3β
129
VLS
Tilting Up Lingkungan rumah bu
Mariyem
7β
130 LS Over Sholder Bu Mariyem masuk rumah 5β
131 MS Still Wawancara Bu Wiwit 3β
132 MS Still Wawancara Bu Suwarti 11β
133 MS Still Wawancara Bu Wiwit 2β
134 MS Still Wawancara Bu Suwarti 7β
SEGMENT 3
110. 97
135 CU Still Kaki bu Mariyem 3β
136 VLS Over Sholder Bu Mariyem menuju kebun 16β
137 FS Over Sholder Bu Mariyem menuju kebun 11β
138 CU Still Wajah bu Mariyem 4β
139 LS Still Bu Mariyem masuk kebun 5β
140
FS
Crabe Right Bu Mariyem mencangkul
tanah
4β
141 MS Tilting Up Bu Mariyem 6β
142 CU Still Bu Mariyem mencari kunyit 3β
143 LS Tilting Down Bu Mariyem mencari kunyit 6β
144 CU Still Wajah bu Mariyem 3β
145 CU Still Tangan bu Mariyem 6β
146 MS Still Bu Mariyem 4β
147 CU Still Bu Mariyem mencari kunyit 1β
148 FS Track In Bu Mariyem mencari kunyit 8β
149 CU Still Wajah bu Mariyem 4β
150 LS Tilting Up Lingkungan sekitar 4β
151 LS Panning Left Bu Mariyem mencari kayu 5β
152 MS Still Bu Mariyem 5β
153 MCU Still Bu Mariyem 1β
154 CU Still Kayu 1β
155 MS Still Bu Mariyem 6β
156 CU Still Kayu 1β
157 MCU Still Bu Mariyem 1β
111. 98
158 MS Tilting Up Bu Mariyem menali kayu 9β
159 MS Still Bu Mariyem menali kayu 4β
160
FS
Follow FS Bu Mariyem berjalan ke
arah sungai
16β
161 VLS Tilting Down Sungai 1β
162
MS
Over Sholder Bu Mariyem menuruni
sungai
6β
163
FS
Tilting Up Bu Mariyem
membersihkan kunyit
5β
164
CU
Crabe Left Bu Mariyem mengambil
sendal
6β
165
LS
Panning Right Bu Mariyem berjalan
membawa kayu dan kunyit
2β
166 CU Crabe Left Kaki bu Mariyem 3β
167
FS
Over Sholder Bu Mariyem meletakan
kayu
6β
168 FS Still Ayam 3β
169
LS
Follow LS Bu Mariyem berjalan
menuju warung
9β
170 CU Still Kaki bu Mariyem 3β
171
MS
Still Bu Mariyem menuju
warung
4β
172
MS
Over Sholder Bu Mariyem masuk
warung
1β
173 MS Still Bu Mariyem statement 7β
174
MS
Still Bu Mariyem membeli
bahan
8β
175 VLS Crabe Left Bu Mariyem berjalan 2β
112. 99
menuju rumah
176
FS
Follow Bu Mariyem berjalan
menuju rumah
5β
177 CU Still Kaki bu Mariyem 4β
178 LS Crabe Right Bu Mariyem menuju rumah 5β
179 MCU Still Bu Mariyem Statement 6β
180 LS Tilting Down Rumah bu Mariyem 8β
181 MS Still Bu Mariyem menyapu 7β
182
FS
Follow Over
Sholder
Bu Mariyem menyapu 4β
183 CU Still Sampah 1β
184 MS Still Bu Mariyem menyapu 3β
185 CU Panning Right Sampah 6β
186 MS Still Bu Mariyem 2β
187 MS Tilting Up Keruk sampah 3β
188
MS
Follow Over
Sholder
Bu Mariyem membuang
sampah
5β
189 CU Still Dedaunan 11β
190 CU Still Tangan bu Mariyem 2β
191 MS Still Bu Mariyem 17β
192 MS Still Statement Kantun Saputra 3β
193 MS Still Statement Kantun Saputra 14β
194 LS Tilting Up Rumah bu Mariyem 5β
195
FS
Still Anak kecil bermain
kelereng
1β
113. 100
196 CU Still Kelereng 1β
197 CU Still Wajah anak kecil 1β
198 CU Still Wajah anak kecil 1β
199 MS Still Anak Kecil 1β
200 LS Tilting Up Lingkungan sekitar 8β
201 LS Still Rumah bu Mariyem 7β
114. 101
LAMPIRAN 3
No. Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PRA PRODUKSI
1
Pembentukan
Tim
2 Ide
3
Rapat I
Pematangan
Konsep
4 Riset
5
Rapat II
Rincian
Anggaran
6
Rapat III
Jadwal
Produksi
7
Design
Program
8
Design
Produksi
9 Sinopsis
10 Treatment
11 List Alat
PRODUKSI
12
Shooting
Montage
13
Shooting
Kegiatan
Narasum ber
14
Shooting
Wawancara
PASCA PRODUKSI
15 Editing Offline
16 Editing Online
17 Mixing
18 Review
19 Mastering