Tenaga medis (dokter) akan menemukan kondisi di mana dia harus menyampaikan kabar buruk pada pasien. Sebuah protokol dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan kabar buruk, dan protokol disebut sebagai SPIKES.
Tenaga medis (dokter) akan menemukan kondisi di mana dia harus menyampaikan kabar buruk pada pasien. Sebuah protokol dibuat untuk menjadi pedoman dalam menyampaikan kabar buruk, dan protokol disebut sebagai SPIKES.
Presentasi ini saya bawakan di muka seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, 29 Januari 2013. Semoga bermanfaat....!
adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone.
Presentasi ini saya bawakan di muka seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, 29 Januari 2013. Semoga bermanfaat....!
adalah kondisi medis darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak ditangani secara tepat. Ketoasidosis diabetikum disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif di sirkulasi yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan growth hormone.
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Pengkajian GADAR.pptx
1. Pengkajian primer dan sekunder
(Primary Survey and Secondary Survey)
Kelompok 1
Alsyad Diki
Andi Sugeng
Dadang Kuswara
Efika
July Heryanti
Maimunah
2. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan
praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada
klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat.
Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis,
psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara
bertahap maupun mendadak (Dep.Kes RI, 2005).
3. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi
dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan survei primer untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup
pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
4. PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER
A. Pengertian
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan
praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien
oleh perawat yang berkompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan di ruangan gawat darurat.
Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah biologi,
psikologi dan sosial klien, baik aktual maupun potensial yang
timbul secara bertahap maupun mendadak
5. Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan
keperawatan antara lain :
● Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan
jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat.
● Keterbatasan sumber daya dan waktu
● Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk
seluruh usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
● Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan yang tinggi
● Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatanyang bekerja
di ruang gawat daruratan
6. Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum keperawatan yang diberikan oleh perawat di ruang
gawat darurat meliputi :
1. Penjaminan keamanan diri perawat dan klien terjaga : perawat harus menerapkan
prinsip universal precaution dan mencegah penyebaran infeksi.
2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasiyang berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi : resucitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi
masalah biologi dan psikologi klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.
5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.
6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
7. B. PENGKAJIAN
Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan
psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah
keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
Keluaran : adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk
setiapklien gawat darurat
Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat.
Proses pengkajian dalam dua bagian : pengkajian primer dan pengkajian skunder
8. A. pengkajian keperawatan kritis (ABCDE, AMPLE)
1.Pengkajian Primer
a.Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. jika ada obstruksi maka lakukan :
• Chin lift /jaw trust
• Suction /hisap
• Guedel airway
• Intubasi trakhea dengan leher ditahan + imobilisasi / pada posisi netral.
9. b. Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suaranafas terdengar
ronchi /aspirasi, whe1ing, sonor, stidor/ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
10. d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
atau sama sekali tidak sadar. tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang
cukup jelas dan cepat adalah:
Awake :A
Respon bicara : V
Respon nyeri :P
Tidak ada respon : U
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan.
11. 2 .Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.Anamnesis dapat
meggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event /
Environment yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari
kepala hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu sebagai
berikut:
S : Sign and Symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada jejas pada thorak, Nyeri
pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi
pada saat palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dispnea,
hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan, Penurunan tekanan darah
12. A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. baik alergi obat-obatan ataupun
kebutuhan akan makan/minum.
M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medicationsespecially). Pengobatan yang
diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan keadaan klien dan tidak
menimbulkan reaksi alergi. Pemberian obat dilakukan sesuai dengan riwayat
pengobatan klien.
P :Previous medical / Surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
13. L: Last meal (time)
Waktu klien terakhir makan atau minum.
E :Events / Environment surrounding the injury, ie, Esactly what
happened.
Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera da kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama.
14. Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji data dasar klien yang
kemudian digolongkan dalam SAMPLE.
a.Aktivitas / istirahat
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 / irama jantung, gallop, nadi
apikal (PMI) berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman (bunyi
rendah sehubungan dengan denyutan jantung, menunjukkan udara dalam
mediastinum).
c. Psikososial Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.
15. e. Nyeri / kenyamanan
Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada unilateral meningkat karena
batuk, timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan, tajam atau nyeri
menusuk yang diperberat oleh napas dalam.
f. Pernapasan
Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja napas, penggunaan otot
aksesori pernapasan pada dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas
menurun/hilang (auskultasi mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang
dalam rongga pleura/, fremitus menurun, perkusi dada : hipersonor diatas terisi
udara, observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma, kulit :
pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis,
inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan (mis. Obstruksi tumor).
g. Keamanan
Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk keganasan.
16. KESIMPULAN
Keperawatan kegawatdaruratan adalah pelayanan profesional yang
diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgent dan kritis atau
rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang
diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan diruang gawat darurat.
Keperawatan kriis dan kegawatdaruratan meliputi : pertolongan
pertama, penanganan transportasi yang diberikan kepada orang yang
mengalami kondisi darurat akibat ruda paksa, sebab medik atau
perjalanan penyakit dimulai dari tempat ditemukannya korban tersebut
sampai pengobatan definiktif dilakukan ditempat rujukan.