2. KOMPETENSI MATA KULIAH
• Menguasai pengetahuan dan menerapkan teknik, ketrampilan dan
•
•
•
•
tools di bidang industri.
Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimilikinya dan terbiasa dengan penggunaan prinsip matematik,
fisika, sains, ekonomi teknik dan rekayasa untuk memecahkan
persoalan industri.
Memiliki kemampuan merancang, menanalisis, memperbaiki,
mengoperasikan dan menginstalasi sistem integral yang terdiri dari
manusia, material, peralatan, informasi dan sumber daya lain.
Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, memformulasi,
memecahkan persoalan dan keputusan sistem integral
menggunakan alat-alat analitik, komputasional, dan atau
eksperimental.
Memiliki kemampuan untuk memahami tanggung jawab profesi,
etika, dan sosial.
3. KONTRAK PERKULIAHAN
• Diskripsi Perkuliahan
Kuliah pengantar teknik industri terdiri dari 7 pokok bahasan
meliputi : pengantar, perancangan sistem produksi, perancangan
dan pengawasan operasi, perencanaan dan perancangan fasilitas,
optimasi, analisis ekonomi teknik, pengendalian kualitas statistik.
• Strategi Perkuliahan
Kuliah tatap muka mengantarkan pokok bahasan dan menjelaskan
isi dari sub pokok bahasan, pendalaman berupa diskusi, studi
kasus, latihan mengerjakan soal-soal secara perorangan dan
kelompok.
• Kriteria Penilaian
Ujian tengah semester (UTS) 20%
Ujian akhir semester (UAS) 20%
Tugas-tugas
50%
Presensi
10%
4. RENCANA PEMBELAJARAN
• Minggu 1 : Penjelasan GBPP dan Kontrak perkuliahan,
•
•
•
•
•
•
•
pengantar sejarah perkembangan disiplin teknik industri.
Minggu 2, 3 : Perancangan sistem produksi.
Minggu 4, 5 : Perancangan dan pengawasan operasi.
Minggu 6, 7 : Perencanaan dan perancangan fasilitas,
Minggu 8, 9 : UTS
Minggu 10, 11 : optimasi,
Minggu 12, 13 : Analisis ekonomi teknik,
Minggu 14, 15 : Ppengendalian kualitas statistik.
5. BAHAN BACAAN
1. Hilk, Philip E., 1977, Introduction to Industrial
Engineering
And Management Science , Mc
Graw-Hill Kogukusha, Tokyo.
2. Hari Purnomo, 2004, Pengantar Teknik Industri ,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
3. I Nyoman Pujawan, 1995, Ekonomi Teknik , Guna
Widya, Jakarta
4. P. Siagian, 1987, Penelitian Operasional ,
Universitas
Indonesia
Press, Jakarta.
5. Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Pengantar Teknik
Industri ,
Guna Widya, Jakarta.
6. Wayne C. Turner, 1993, Introduction to Industrial
And Systems Engineering , Prentice-Hall, Inc,
New Jersey.
7. Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami permasalahan dalam ruang
lingkup teknik industri yang melibatkan
manusia, mesin, energi dan informasi
secara efisien dan efektif.
Sub Pokok bahasan :
1.Definisi
2. Perkembangan teknik industri
3. Peranan disiplin teknik industri
4. Ilmu dasar disiplin teknik industri
8. Definisi Teknik Industri
Menurut Engineering Council for Professional
Development (ECPD) :
Profesi dimana suatu pengetahuan (Mat & IPA)
melalui studi, pengalaman & praktek diaplikasikan
dengan tujuan untuk mengembangkan cara-cara
mendayagunakan, material dan kekuatan alam
secara ekonomis untuk kemanfatan bagi manusia.
9. Menurut
Blanchard
Aplikasi sistematis dari kombinasi sumberdaya fisik dan
alam dengan suatu cara tertentu untuk menciptakan,
mengembangkan, memproduksi dan mendukung suatu
produk atau suatu proses dimana secara ekonomis
mencakup beberapa bentuk kegunaan bagi manusia.
Menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :
Disiplin ilmu teknik/engineering yang menangani pekerjaanpekerjaan perancangan (design), perbaikan (improvement),
penginstalasian (installation), dan menangani masalah
manusia, peralatan, bahan/material, informasi, energi
secara efektif dan efisien.
10. Aktifitas-aktivitas yg dpt dilakukan disiplin Teknil
Industri (menurut American Institute of Industrial
Engineering = AIIE) adalah :
1. Perencanaan dan pemilihan metode kerja
dalam proses produksi
2. Pemilihan dan perancangan perkakas kerja
serta peralatan yang dibutuhkan dalam proses
produksi
3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan
tata letak asilitas produksi, peralatan
pemindahan material.
11. 4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan
pengendalian untuk distribusi barang/jasa,
pengendalian
persediaan,
pengendalian
kualitas
5. Pengembangan system pengendalian ongkos
produksi (pengendalian budget, analisa biaya
standar produksi, dll).
6. Perancangan dan pengembangan produk.
7. Desain
dan
pengembangan
system
pengukuran performans serta standar kerja.
12. 8.
Pengembangan dan penerapan system
pengupahan dan pemberian insentif.
9. Perencanaan dan pengembangan
organisasi,
prosedur kerja.
10. Analisa lokasi dengan mempertimbangkan
pemasaran, bahan baku, suplai TK.
11. Aktivitas penyelidikan operasional dengan
analisa matematik, simulasi, program
linier, teori pengambilan
keputusan dll.
13. Perkembangan dan Organisasi yang mendukung
berdirinya disiplin Teknik Industri :
a. American Society of Mechanical Engineering
(ASME). Organisasi ini pertama kali mendiskusikan
konsep-konsep teknik industri dan merupakan
persemaian dari timbulnya konsep teknik industri.
b. Pada thn 1912 berdiri organisasi bernama. The
Efficiency Society dan The Society to Promote the
Science of Management yang kemudian pada tahun
1915 keduanya bergabung menjadi The Taylor
Society. Org ini bertujuan mengembangkan konsepkonsep
manajemen
umum
yang
yang
diperkenalkan oleh Frederick Winslow Taylor.
14. c. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering
(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi manajemen
umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
d. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering
(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi manajemen
umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
e. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing
Engineer (SME) untuk mengembangkan pengetahuan
di bidang manufaktur.
15. f. Tahun 1936 The taylor Society dan The Society of
Industrial Engineering bergabung menjadi The Society
for Advancement Management(SAM).
g. Program studi Teknik Industri pertama kali dibuka
pada tahun 1908 di Pennsylvania State University
h. Tahun 1948 berdiri The American Society of Industrial
Engineering dengan didukung sekitar 70 negara AIIE
berkembang menjadi organisasi internasional dengan
nama Institute of Industrial Engineering (IIE).
i. Pendidikan Teknik Industri di Indonesia diperkenalkan
oleh Bapak
Matthias Aroef pada tahun 1958 setelah
menyelesaikan studi di Cornell University.
16. j. Tahun 1960 membuka sub jurusan Teknik Produksi di
Jurusan Teknik Mesin, sebagai embrio berdirinya Teknik
Industri.
k.Tahun 1971 berdiri Jurusan Teknik Industri yang
terpisah dengan Teknik Mesin yang kemudian
mengawali pendidikan Teknik Industri di Indonesia.
l. Pada saat ini telah berkembang pendidikan Teknik
Industri baik di PTN maupu PTS.
M. Tahun 1967 berdiri Persatuan Ahli Teknik Industri
(Persati), kemudian pada tahun 1987 berdiri Ikatan
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri
Indonesia (ISTMI) sampai saat ini.
18. ILMU DASAR DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI
Ilmu-ilmu operasional yang meliputu :
• Analisis dan perancangan kerja.
• Pengawasan operasi.
• Manajemen operasi
Tiga kriteria yang harus dilakukan agar aplikasi TI
dapat berhasil yaitu :
•
Kualitas.
• Waktu.
• Biaya
19. Tujuan TI ~ menjamin bahwa produk/jasa yang
dihasilkan berkualitas, tepat waktu dan dengan
biaya yang sesuai.
Ilmu yang termasuk dalam analisis dan
perancangan operasi adalah :
Analisis Perancangan Kerja
( Method engineering )
Merupakan studi yang mempelajari secara
sistematis seluruh operasi langsung & tdk langsung
unt mendapatkan perbaikan-perbaikan sistem kerja.
20. Dalam ME dibahas studi kerja (work study) &
pengukuran kerja (work measurement).
Studi kerja berkaitan dengan pencarian prosedur
pelaksanaan kerja.
Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan
waktu standar yang digunakan dalam
melaksanaan kegiatan kerja.
21. Ergonomi (Human factor)
Ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan orang
dengan lingkungan kerjanya.
Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan
yang dilakukan dalam proses kerja yaitu
kesalahan dalam perancangan atau prosedur
kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tdk
sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan
lingkungannya.
22. Empat dasar subkategori utama dlm ergonomi, yaitu :
skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory (alat indera);
environmental (lingkungan) dan mental.
Perencanaan dan Perancangan Fasilitas
Meliputi penentuan/penempatan lokasi fasilitas, tat letak
fasilitas. Tujuan dari perencanaan & perancangan fasilitas
adalah untuk mendapatkan biaya yang minimaum.
Material Handling
Tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC, karena
seringkali Mh menimbulkan biaya yang tdk sedikit.
23. Riset Operasional
Meliputi penentuan pola-pola distribusi barang, pola-pola
jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi
Aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan sumber
daya (resources) yang ada dlm memproduksi barang/ jasa
dengan tujuan efisiensi dan efektifitas dalam proses
produksi.
Termasuk dalam aktivitas proses produksi al : pemilihan
mesin, estimasi biaya, sistem perawatan, sistem produksi
tepat waktu (just in time), pengawasan persedian,
pengendalian kualitas, dll.
24. Manajemen
Merupakan karya seni dan ilmu dalam memerintah,
mengatur orang dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen
seperti
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
dan
pengawasan
(controlling).
Simulasi
Suatu metodologi untuk melakukan percobaan dengan
menggunakan model dari sistem nyata. Seperti antrian
orang di airport, antrian mobil di SPBU/parkir, nasabah di
Bank, barang yang antri di proses produksi dll.
25. Modul II : Perancangan dan Pengukuran Kerja
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan pengukuran kerja,
prosedur pengukuran kerja dengan beberapa
metode pengukuran kerja (Stop Watch dan
sampling Kerja).
Mampu melakukan evaluasi dan perbaikan
metode kerja.
Mampu melaksanakan perancangan fasilitas
dan alat kerja.
26. ANALISIS PERANCANGAN KERJA
(METHOD ENGINEERING)
Tujuan dari method engineering adalah melakukan
perbaikan metode kerja disetiap bagian untuk
meningkatkan fleksibilitas sistem kerja, kepuasan
pelanggan dan meningkatkan produktivitas kerja.
STUDI KERJA (WORK STUDY)
Perbaikan proses, prosedur dan tata cara
pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Perbaikan dan penghematan penggunaan
material, mesin/fasilitas kerja serta tenaga kerja.
27. Perbaikan tata ruang kerja yang mampu
memberikan suasana kerja/lingkungan kerja yang
lebih aman dan nyaman.
Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan
gerakan-gerakan (motion) kerja yang tidak perlu
ataupun penyederhanaan kerja (work
simplification).
Tujuan penyederhanaan kerja : Mencari cara
kerja yang terbaik (lebih mudah, lebih cepat, efisien,
efektif, dan menghindari pemborosan material,
waktu, tenaga dll).
28. Lima langkah penyederhanaan kerja :
1. Memilih kegiatan kerja : yaitu kegiatan yang tdk efisien atau
kegiatan yang penyelesaiannya lambat dan ingin diperbaiki.
2. Pengumpulan dan pencatatan data / fakta Yang berkaitan dengan
metode kerja yang selama ini dilaksanakan : informasi yang
berkaitan dg urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout dll.
3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Langkah2 yg tdk efisien
dicari sebab-sebabnya.
4. Usulan altrnatif metode kerja yang lebih baik Diusulkan MK yg
dianggap efisien dan efektif, sebelum usulan diputuskan terlebih
dahulu di uji coba.
5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru.
Mengaplikasikan alternatif MK yang lebih baik untuk
menggantikan metode yang lama, evaluasi.
29. PETA PETA KERJA
PETA PROSES ( PROCESS CHART )
Pendekatan tradisional yang digunakan untuk
menganalisis metode kerja.
Merupakan alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dari tahap awal sampai akhir.
Lambang yang digunakan :
= Operasi
= Transportasi
= Pemeriksaan
= Penyimpanan
= Menunggu
30. MACAM PETA KERJA
Peta Proses Operasi
Peta Proses Operasi
Diagram Aliran
Peta Pekerja dan Mesin
Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta Proses Operasi
Diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan
dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan.
Kegunan peta aliran proses
1. Mengetahui aliran bahan mulai masuk proses sampai aktivitas
berakhir.
2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses
berlangsung.
3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja
4. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses.
31. Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses
Operasi.
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitasaktivitas dasar termasuk transportasi, menunggu dan
penyimpanan. Sedangkan peta proses operasi
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang
diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta
proses operasi.
3. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
4. Peta aliran proses hanya menggambarkan dan
digunakan untuk menganalisa salah satu komponen
dari produk yang dirakit.
32. Tugas 1 :
Pembuatan Peta Kerja (OPC dab FPC)
Tugas 2 :
Pengukuran kerja ( mencari Waktu siklus, Waktu
normal dan Waktu baku).
33. PENGUKURAN KERJA
( WORK MEASUREMENT )
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu ratarata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg
memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam
melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi
dan tempo kerja yang normal.
2. Kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran
waktu (time study), yaitu waktu standar atau
waktu baku.
34. Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
• Pengukuran dengan stop watch
• Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak
langsung
• Data waktu baku
• Data waktu gerakan, dll.
35.
Pengukuran Waktu dengan Stop Watch
Prosedur/urutan Pengukuran Waktu Kerja
Pengujian
Kecukupan
data
Faktor
Penyesuaian
Waktu
Waktu Siklus
Siklus
Rata-rata
Waktu
Normal
Waktu Standar
(Baku)
Pengujian
Faktor
keseragaman
data
Kelonggaran
36. PENGUJIAN DATA
Uji kecukupan data.
Untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkantelah
cukup
secara
obyektif.
Pengujian kecukupan data dilakukan dengan
berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan.
Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan
oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
melakukan pengukuran dalam jumlah yang
banyak (populasi).
37. • Derajat ketelitian ( degree of accuracy )
Menunjukkan penyimpangan maksimum
hasil pengukuran dari waktu penyelesaian
Derajat ketelitian (degree of accuracy)
sebenarnya.
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil
pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya.
• Tingkat keyakinan ( convidence level )
Tingkat keyakinan (convidence level)
Menunjukkan
besarnya
keyakinan
Menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian
data waktu yangakandiamati dan dikumpulkan.
pengukur telah ketelitian data waktu yang
Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
telah diamati dan dikumpulkan.
38. Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :
N’ =
k / s N
X 2 −(∑X )
∑
∑X
2
2
Dengan :
k
= Tingkat keyakinan
k
= 99% = 3
k
= 95% = 2
s
= Derajat ketelitian
N
= Jumlah data pengamatan
N’
= Jumlah data teoritis
Jika N’ ≤ N, maka data dianggap cukup, jika N’ > N data
dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.
39. Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15
kali dengan menggunakan stop watch. Bila tingkat
keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah
jumlah pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
8
7
7
6
8
6
9
8
9
6
8
5
5
9
6
ΣX
= 107
(ΣX)2 = 11449
ΣX2
= 791
k
= 95% = 2
s
= 10%
N’ =
k / s N X 2 − ( X )2
∑
∑
∑X
2
2
2 / 0,1 15 x791 − 11449
= 14,53
107
40. Karena N’ < N , maka data dianggap cukup.
Uji Keseragaman data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul berasal dari
system yang sama dan untuk memisahkan data yang
memiliki karakteristik yang berbeda.
BKA
= X + kσ
BKB
= X - kσ
σ
=
( X − X )2
∑
N −1
41. Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
σ = Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch, jika batas kontrol ± 3.
Tentukan apakah data seragam atau
tidak.
43. Penyesuaian ( Rating Factor )
•
Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk
selamanya bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.
•
Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai
seberapa jauh ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya
dengan melakukan penyesuaian.
• Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata
dengan faktor penyesuaian (p).
• Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
- Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p
lebih besar dari satu (p > 1).
nya
- Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
- Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).
44. Metode-metode untuk menentukan penyesuaian
1. The Westing House System
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House Electric
Corporation dengan mempertimbangkan empat factor
al : ketrampilan, usaha, kondisi dan konsistensi.
2. Synthetic Rating
Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating mengevaluasi kecepatan operator dari nilai waktu gerakan
yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.
3. Speed Rating/Performance Rating
Sistem ini mengevaluasi performansi dengan
mempertimbangkan tingkat ketrampilan persatuan
waktu saja.
45. 4. Objective Rating
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas, tetapi juga
mempertimbangkan tingkat kesulitan pekerjaan. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan pekerjaan
adalah : jumlah anggota badan yang digunakan, pedal
kaki, penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan
tangan, penanganan dan bobot.
Kelonggaran ( Allowance )
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu
kerja operator, karena operator dalam melakukan
pekerjaannya sering tergangu pada hal-hal yang tidak
diinginkan namun bersifat alamiah, sehingga waktu
penyelesaian menjadi lebih panjang (lama).
46. Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum
untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke kamar kecil,
bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue).
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil
produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus maka
akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat
melakukan gerakan kerja sama sekali. Untuk
mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk
mengilangkan rasa fatigue tersebut.
47. 4.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak
dapat dihindari.
Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak
terhindarkan :
Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat potong (komponen) yang patah,
memasang kembali komponen yang lepas dll.
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus
dari gudang.
Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.
48. Waktu Baku (Waktun Standar)
Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran, maka
untuk menghitung waktu baku dapat menggunakan
formulasi sebagai berikut :
WB = [ W siklus x RF ] x
100
100 −ALL
Waktu Normal
Keterangan :
WB = waktu baku
RF
= Penyesuaian (Rating Faktor/Performance
Rating)
All
= Kelonggaran (Allowance)
49. Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak kardus
terdiri dari empat elemen kegiatan dengan setiap elemen
kegiatan dilakukan 10 kali pengamatan seperti pada table
berikut. Apabila kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu
standar.
Elemen
Kegiatan
3
4
5
9
10
ΣX
X
0,08
0,07
0,06
0,68
0,07
1,1
0,07
0,17
0,15
0,14
0,16
1,53
0,15
0,9
0,13
0,23
0,26
0,22
0,22
2,29
0,23
1,05
0,24
0,08
100 0,08
0,11
0,12
0,08
0,97
0,09
0,95
0,08
1
2
6
7
1 Mengambil
Kotak Kardus
0,06
0,08
0,07
0,05
0,07
0,06
0,08
2 Memasukkan
Barang
0,15
0,17
0,14
0,14
0,16
0,15
3 Menutup
Kotak Kardus
0,21
0,23
0,22
0,21
0,25
0,24
4 Meletakan
Hasil
0,08
0,10
0,09
0,12
0,11
100 − 15
8
= 0,61 menit / unit
Waktu Normal = 0,52 menit/unit
Waktu Baku
= 0,52 x
100
= 0,61 menit / unit
100 − 15
RF
WN
50. Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja
• Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk
dalam kondisi kerja atau menganggur.
• Pengamatan tidak dilakukan secara terus-menerus
•
•
melainkan hanya sesaat pada waktu yang telah
ditentukan secara acak/random.
Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya
secara acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang
waktu yang tidak sama dan didasarkan pada bilangan
random yang dikonversi ke satuan waktu.
Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan
waktu pengamatan secara acak dan 90 kali pengamatan
tk dalam kondisi kerja/sibuk, maka prosentase tk dalam
kondisi sibuk adalah 90/100 = 0,9. Tk dalam kondisi
idle/menganggur adalah 10/100 =0,1
51. Pengujian Data
• Kecukupan Data
SP
=
k
p (1 − p )
n
k 2 (1 − p )
S2p
N’
=
Dengan :
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N’ = Ukuran sample/data
52. • Keseragaman Data
Batas kontrol untuk p
BKA = p + k p (1n− p)
BKB = p − k p (1 − p)
n
Dengan pengertian sbb:
BKA = Batas kontrol atas
BKB = Batas kontrol bawah
p
= Prosentase sibuk/produktif
k
= Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10
hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja
adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%.
Tentukan kecukupan dan keseragaman data.
53. Tgl Pengamatan
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10/1
Kondisi idle
5
6
8
10
7
3
4
5
6
4
Kondisi kerja
45
46
42
40
43
47
46
45
44
46
Prosentase idle
0,1
0,12
0,16
0,2
0,16
0,06
0,08
0,1
0,12
0,08
Prosentase kerja
0,9
0,88
0,84
0,8
0,86
0,94
0,92
0,9
0,88
0,92
Prosentase idle = 0,116,
prosentase kerja (p) = 1 –0,016 = 0,884
k
= 99% = 3
N = 500
S
= 0,05
n
= 50
3 (1 −0,884)
N’
= (0,05) (0,884) =472,39
Karena N’ < N, maka data dianggap cukup
2
2
BKA =
0,884 + 3
0,884 (1 − 0,664)
= 1,019
50
BKB =
0,884 − 3
0,884 (1 − 0,664)
= 0,748
50
54. Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk dalam
range BKA dan BKB, maka data seragam.
• Waktu Baku
Penentuan waktu baku dengan sampling kerja dihitung
dengan menggunakan rumus :
Waktu Normal
=
Waktu Baku
=
Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )
Jumlah produk yang dihasilkan
Waktu Normal x
100
100 −Kelonggaran ( All )
55. Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari
untuk melakukan penyortiran surat-surat. Dari pengamatan
yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam kondisi
bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila
jumlah surat yang disortir sebanyak 2345 surat, maka
tentukan waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah
115% dan kelonggaran 20%.
480 menit x 0,85 x 1,15
= 0,2 menit / surat
Waktu Normal (Wn) =
2345
Waktu Baku (Wb)
=
Output Standar
=
0,2 x
100
= ,25 menit / surat
0
100 −
20
1
1
=
= surat / menit
4
Wb
0,25
Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat
sebanyak 4 surat per menit.
Tugas 2 : Penentuan Waktu Baku (Stop Watch &
sampling Kerja)
56. Modul III : Perencanaan dan Pengawasan
Operasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan peramalan produksi dengan
beberapa metode peramalan.
Mampu melakukan perencanaan produksi
berdasarkan hasil peramalan.
Mampu melakukan pengawasan dan
perencanaan persediaan dengan beberapa
metode.
57. Perencanaan dan Pengawasan
Operasi
• Aktivitas utama dalam system produksi adalah
perencanaan dan pengawasan operasi.
• Sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk
mengatur penggunaan sumber daya (resources)
yang ada dalam proses pembuatan
produk/barang atau jasa yang bermanfaat
dengan melakukan optimasi terhadap tujuan
perusahaan.
58. Bahan
- TK
- Mesin
- Fasilitas
- Dll.
Proses transformasi
atau perubahan
Informasi umpan balik hasil
untuk pengawasan proses
Produk/
Jasa
59. Kegiatan
Perencanaan
Operasi al :
&
Pengawasan
1. Peramalan
Perkiraan atau estimasi tingkat permintaan suatu
produk untuk periode yang akan datang berdasarkan
data penjualan masa lampau yang dianalisis dengan
cara tertentu.
2. Perencanaan Operasi/produksi
• Digunakan untuk mengetahui jumlah barang yang
harus diproduksi dengan didasarkan pada hasil
peramalan dan persediaan yang ada.
• Merupakan
produksi.
pegangan
untuk
merancang
jadual
60. 3. Pengawasan dan Perencanaan Persediaan
P ersediaan : sumber daya menganggur (idle
resources) yang menunggu proses lebih lanjut,
berupa kegiatan produksi pada system manufaktur,
kegiatan pemasaran pada system distribusi atau
kegiatan konsumsi pada system rumah tangga.
Persediaan digunakan untuk mempermudah atau
memperlancar jalannya opersi perusahaan yang
dilakukan berturut-turut untuk memproduksi barang
untuk dipasarkan pada konsumen.
61. 4. Material Requirement Planning
Metode Perencanaan Kebutuhan Material adalah
prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan
terkomputerisasi
yang
dirancang
untuk
menterjemahkan Jadwal Induk Produksi (Master
Production Schedule) menjadi kebutuhan bersih (net
requirement) material untuk semua item komponen
produk.
5. Line Balancing (Keseimbangan Lintasan)
Upaya untuk meminimumkan ketidakseimbangan
diantara mesin-mesin untuk mendapatkan waktu yang
sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan
produksi yang diinginkan.
62. 6. Konsep Just In Time.
Memproduksi output yang diperlukan, pada waktu
dibutuhkan, dalam jumlah sesuai kebutuhan. Pada
setiap tahap proses dalam system produksi. Dengan
cara yang paling ekonomis dan efisien.
63. Peramalan( Forecast )
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.
Menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi,
pendapat pribadi dan institusi.
- Metode Delphi.
peramalan yang didasarkan pada keputusan
bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli yang
berbeda.
- Metode Penelitian Pasar :
metode ini menganalisa fakta secara sistematis pada
bidang yang berhubungan dengan pemasaran. (teknik
survei konsumen : kuisioner).
64. 2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturanmatematis dan statistik.
aturan
• Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi permintaan
histories
tanpa
mempertimbangkan
faktor-faktor
eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya
permintaan.
– Untuk peramalan jangka pendek, Analisis deret waktu
(Time Series)
• Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan dimasa
datang.
65. – Peramalan jangka panjang, karena dapat menunjukkan
hubungan sebab-akibat (disebut metode kausal), Metode
Regresi.
Regresi Linier
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat dinyatakan dengan suatu
garis lurus.
Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y = a + bx
∑ y − b∑ x
a=
N
b=
N ∑ xy − ∑ x ∑ y
N ∑ x 2 − (∑ x )2
Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
66. Contoh
Data penjualan produk PT “ABC” seperti pada tabel berikut,
kemudian perusahaan ingin meramal penjualan pada
periode ke 11, 12, 13, 14, 15.
Penjualan (Y)
Periode (X)
X2
XY
45
1
1
45
35
2
4
70
30
3
9
90
50
4
16
200
40
5
25
200
60
6
36
360
30
7
49
210
45
8
64
360
55
9
81
494
65
10
100
650
Σ 455
Σ 55
Σ 385
Σ 2680
67. b=
a=
10 2680 − 455 55
10 385 − 55 55
= 2,15
455 − 2 ,15 55 = 33,675
10
10
Persamaan garis regresinya adalah :
Y = 33,675 + 2,15 (X)
Ramalan ke 11
Ramalan ke 12
Ramalan ke 13
Ramalan ke 14
Ramalan ke 15
Y = 33,675 + 2,15 (11) = 57,325
Y = 33,675 + 2,15 (12) = 59,325
Y = 33,675 + 2,15 (13) = 61,325
Y = 33,675 + 2,15 (14) = 63,475
Y = 33,675 + 2,15 (15) = 65,925
Rata-rata Bergerak Tunggal
Tujuan utama dari penggunaan metode rata-rata bergerak
adalah untuk menghilangkan atau mengurangi acakan
(randomness) dalam deret waktu.
68. Rumus yang digunakan :
F(t+1) =
t
∑
i =1
t +1
F(t+2) =
∑
F(t+3) =
∑
i =2
t+2
i =3
Xt
t
Xt
t
Xt
t
dst.
Dengan :
F(t+i)= Peramalan pada periode t+1
Xi
= Nilai aktual
t
= Periode rata-rata bergerak
70. PERENCANAAN OPERASI / PRODUKSI
Digunakan untuk mengetahui jumlah barang/produk yang harus
diproduksi dengan didasarkan pada hasil peramalan dan persediaan
yang ada, juga merupakan pegangan untuk merancang jadual produksi.
Fungsi lain :
- Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan.
- Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
- Sebagai alat monitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi.
- Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan
rencana produksi.
- Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadual induk produksi.
71. Untuk melakukan perencanaan produksi dapat
dilakukan dengan beberapa strategi :
• Dengan mengendalikan persediaan, (dilakukan pada
•
•
•
saat kapasitas produksi dibawah permintaan dan
digunakan pada saat diatas kapasitas produksi)
Dengan mengendaliakan jumlah tenaga kerja sesuai
dengan laju produksi yang diinginkan.
Mengadakan subkontrak untuk menaikan kapasitas
pada saat perusahaan dalam keadaan sibuk.
Mempengaruhi permintaan (potongan harga, pemberian
hadiah, layanan-layanan khusus).
Perencanaan Operasi dapat diklasifikasikan
menjadi dua metode yaitu :
72. 1. Metode Kualitatif :
Rasio persediaan, konsensus manajemen, grafik dll.
2. Metode Kuantitattif :
Heuristik, model matematik, simulasi dll.
Contoh :
Bulan
Peramalan
Komulatif
Data dari hasil peramalan :
1
103
103
2
117
220
3
115
335
4
121
456
5
123
579
6
109
688
7
89
777
8
74
851
9
71
922
10
73
995
11
81
1.076
12
98
1.174
73. Berdasarkan hasil peramalan maka dapat dilakukan rencana
produksi untuk 12 periode.
Dimisalkan pada rencana 1 tingkat produksi adalah 70 unit/
bln dengan menganggap persediaan awal adalah 340 unit.
Pada rencana 2 tingkat produksi 120 unit/bln untuk 6 bulan
pertama dan 60 unit/bln untuk 6 bulan terakhir, dengan
persediaan awal 100 unit, sehingga hasil akhir persediaan
seperti pada table berikut :
75. Dari dua rencana produksi tersebut akan dipilih salah satu
dari rencana yang ada dengan mempertimbangkan biaya
yang terjadi, yaitu biaya terkecil yang akan digunakan
sebagai rencana produksi.
PENGAWASAN DAN
PERENCANAAN PERSEDIAAN
Fungsi utama persediaan yaitu :
- Sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi
dan distribusi untuk memperoleh efisiensi.
- Sebagai stabilitor harga terhadap fluktuasi permintaan.
76. Masalah umum persediaan dalam suatu system dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu masalah kuantitatif dan
masalah kualitatif.
1. Masalah kuantitatif : semua hal yang berhubungan
dengan penentuan kebijakan persediaan al:
- Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan.
- Kapan pemesanan barang harus dilakukan.
- Berapa jumlah persediaan pengaman.
- Metode pengendalian persediaan mana yang paling
tepat.
2. Masalah kualitatif : Semua hal yang berhubungan
dg
system pengoperasian persediaan al:
- Jenis bahan/barang apa yang masih ada
- Dimana barang tersebut ditempatkan
- Berapa banyak barang dalam proses pemesanan
- Siapa saja yang ditunjuk sebagai pemasok, dsb.
77. Komponen biaya dlm rangka penentuan persediaan
1. Biaya pembelian (Purchasing Cost = c
- Biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang persediaan.
- Besarnya biaya tergantung dari jumlah barang yang dibeli
dari harga satuan.
2. Biaya pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis yaitu :
- Biaya pemesanan (Ordering Cost = k)
Semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar.
- Biaya penentuan pemasok, administrasi pesanan,
pengiriman pesanan, pengangkutan, penerimaan dsb.
78. Biaya persiapan ( Setup Cost = k)
- Semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang.
- Biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin,
persiapan gambar kerja dsb.
Biaya penyimpanan (Holding Cost = h)
Semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang,
meliputi : - Biaya modal
- Biaya gudang
- Biaya asuransi
- Biaya administrasi
- Biaya kadaluarsa
- Biaya kerusakan dan penyusutan
79. 4. Biaya kekurangan persediaan/kehabisan stock
( Shortage Cost = p)
• Biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan
lebih kecil dari jumlah yang diperlukan.
• Metode Pengendalian Persediaan
– Metode Tradisional
– Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)
– Metode Kanban
Metode Pengendalian Persediaan Tradisional/EOQ
Dalam metode ini pada dasarnya mencari jawaban optimal
dalam menentukan :
- Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ)
- Titik pemesanan kembali (RO)
- Jumlah cadangan pengaman yang diperlukan (SS)
80. Model EOQ didasarkan pada asumsi-asumsi sbb :
Hanya satu item barang (produk) yang
diperhitungkan
Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui
Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera
tersedia
Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan
Setiap pesanan dikirim dan langsung digunakan
Tidak ada pesanan ulang (back order)
Tidak ada diskon
Tujuan model ini adalah menentukan jumlah ekonomis
setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga total biaya
persediaan minimal.
81. Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding
cost + Purchasing cost.
Parameter yang dipakai adalah :
D : jumlah kebutuhan barang selama satu periode
k
: ordering cost sekali pesan
h
: holding cost persatuan nilai persediaan
persatuan waktu
c
: purchasing cost persatuan nilai persediaan
t
: waktu antara satu pesanan ke pesanan
berikutnya
82. Model Persediaan EOQ
Tingkat Persediaan (Q)
Titik saat pemesanan diterima (order point)
Rata-rata persediaan = Q/2
t = Q/D
Waktu ( t )
Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost +
Purchasing cost.
83. a). Biaya pesan = k D
Q
k : biaya pesan setiap kali pesan
D : permintaan per periode
Q : jumlah pemesanan optimal
b). Biaya simpan =
D
k
Q
h : biaya simpan per unit per periode
Q : jumlah pemesanan optimal
c). Biaya pembelian = c
Rumus persediaan model Q (EOQ) adalah sbb :
Q (EOQ) =
2 Dk
h
84. to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
to=
EOQ
D
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan 100
unit, Biaya pemesanan diketahui Rp 100,- setiap kali
pesan. Biaya penyimpanan harian setiap unit persediaan
Rp 0,02,- tentukan jumlah pemesanan yang ekonomis dan
waktu antar pemesanan yang optimal.
Diketahui : D = 100 unit/hari
k = Rp 100,-/pesan
h = Rp 0,02,-/unit/hari
85. Jumlah pemesanan ekonomis :
EOQ =
2 Dk
=
h
2 x100 x100
= 1000 unit
0,02
Waktu antar pemesanan :
to =
EOQ 1000
=
= 10 hari
D
100
86. Modul IV : Perencanaan &
Perancangan
Letak Fasilitas
Tata
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami
aspek-aspek yang berkaitan
dengan penetapan lokasi fasilitas/pabrik
Memahami teknik dan mampu melakukan
perancangan tata letak fasilitas produksi
Memahami permasalahan yang berkaitan
dengan pemindahan bahan (material handling).
Memahami macam/type tata letak fasilitas
produksi.
87. Perencenaan & Perancangan Tata Letak Fasilitas
Perencanaan Fasilitas :
- Perancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan
dibangun/didirikan, dengan tujuan menempatkan fasilitasfasilitas/pabrik yang sesuai dari segi biaya dan keuntungan.
Dua hal pokok dalam Perancangan Fasilitas :
- Perancangan lokasi pabrik
- Perancangan fasilitas produksi
Penentuan Lokasi Pabrik/Fasilitas :
Lokasi pabrik yang ideal adalah terletak pada tempat yang akan mampu
memberikan total biaya dari proses produksi dan distribusi yang rendah
serta harga dan volume penjualan produk yang mampu memberikan
keuntungan yang maksimal.
88. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
penentuan lokasi pabrik :
1. Market location
2. Raw material location
3. Transportation
4. Power
5. Climate
6. Labor & wage salary
7. Law & taxation
8. Water & waste
Model-model Analisa Lokasi Fasilitas
Cara yang dapat dipergunakan untuk menganalisis dan
mengambil keputusan untuk memilih lokasi pabrik/
perusahaan.
89. Metode Pendekatan
- Kontinyu (Penentuan satu/lebih lokasi optimal)
. Metode Analisa Pusat Gravitasi “Gravity”
- Analisis Kuantitatif (Faktor Obyektifitas)
. Metode Analisis Transportasi Program Linier
- Analisis Hibrid (Kombinasi Faktor Obyektif &
Subyektif)
. Metode “Brown-Gibson”
Analisa Pusat Gravitasi :
Dalam metode ini ada dua faktor yang dapat mempengaruhi
yaitu :
- Lokasi sumber bhn baku/material (input produksi).
- Lokasi daerah pemasaran (output produksi).
90. Dalam metode ini diasumsikan bahwa :
Biaya produksi dan distribusi tidak diperhitungkan (biaya
produksi dan distribusi untuk masing-masing lokasi baik
dari sumber material, pemasaran menuju lokasi pabrik
dianggap sama).
Untuk menganalisa dengan metode ini input yang
diperlukan adalah :
- Kebutuhan/demand produk jadi atau baham baku dari
masing daerah pemasaran atau lokasi sumber bhn baku.
- Koordinat geografis dari lokasi pabrik yang direncanakan,
daerah pemasaran ataupun daerah sumber bhn baku.
91. Fungsi Tujuan adalah :
m
n
Minimum f (X,Y) = ∑ ∑ Wj . di
I=1
j=1
Dimana :
di
= [ ( Xi –aj ) 2 + ( Yi – bj ) 2 ] 1/2
m
= banyaknya alternatif lokasi yang akan dipilih
n
= banyaknya daerah pemasaran/sumber bhn baku
Wj = Kebutuhan/demand produk jadi atau kapasitas
suplay dari sumber bhn baku.
( Xi ; Yi )
= koordinat alternatif lokasi, 1, 2, 3, 4,…., m
( aj ; bj )
= koordinat lokasi daerah pemasaran atau
lokasi sumber bhn baku, 1, 2, 3, 4,…., n
92. Soal Latihan :
Sebuah perusahaan Elektronik bermaksud mendirikan
pabrik baru, berdasarkan hasil studi kelayakan diperoleh
alternatif dan jarak koordinat lokasi (dalam satuan
puluhan kilometer) sebagai berikut :
• Alternatif lokasi P (-10, 7)
• Alternatif lokasi Q (5, -30)
• Alternatif lokasi R (10, 0)
Daerah pemasaran yang harus dipenuhi kebutuhannya
terletak di 5 (lima) kota dengan koordinat dan kebutuhan
masing-masing (dalam satuan ton) sebagai berikut :
93. Daerah Pemasaran :
(ton)
Pemasaran A (2, -15)
Pemasaran B (-5, -10)
Pemasaran C (8, 8)
Pemasaran D (0, -7)
Pemasaran E (-15, 8)
Demand
5
10
8
15
20
Dengan menggunakan analisa gravitasi, tentukan lokasi
perusahaan perminyakan mana yang seharusnya dipilih ?
94. Metode Kuantitatif
Transportasi Program Linier
Aplikasi metode transportasi digunakan untuk
menentukan pola distribusi yang terbaik dari lokasi
pabrik ke daerah pemasaran tertentu. Keputusan
yang dipilih didasarkan pada lokasi yang
memberikan total biaya terkecil.
Dalam menyelesaikan masalah trensportasi ada
beberapa cara/metode yang dapat digunakan
yaitu : cara/metode heuristics, vogel dan north
west corner.
95. Contoh persoalan pemakaian metode
transportasi untuk memilih lokasi yang baik.
Perusahan XYZ mempunyai dua pabrik di kota
Semarang dan Bandung yang mensuplai produk
ke empat daerah pemasaran yaitu : Jogja, Solo,
Purwokerto dan Magelang.
Berkaitan dengan permintaan produk yang terus
meningkat perusahaan merencanakan untuk
membangun sebuah pabrik baru lagi.
96. Alternatif lokasi yang diusulkan adalah : di kota Surabaya
atau kota Malang
Data mengenai kapasitas produksi, biaya transportasi, serta
data kebutuhan (demand) untuk masing-masing daerah
seperti dalam tabel berikut (dlm puluhan ribu rp) :
Lokasi
Jogja
Solo
P Kerto
Mg-lang
Kapasitas
(ton/mgg)
Semarang
18
20
25
15
650
Bandung
40
45
30
42
600
Surabaya
55
50
60
55
tak terbatas
Malang
58
55
62
60
tak terbatas
400
500
300
450
Demand
(ton/mgg)
Daerah Pemasaran
1650
97. Dengan analisa secara terpisah antara alternatif lokasi di
kota Surabaya dan Malang, maka dapat dialokasikan ke
setiap daerah pemasaran dengan memperhatikan
kapasitas masing-masing pabrik yang ada.
Alternatif lokasi Surabaya
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Solo
P Kerto
Semarang
18
20
25
Bandung
40
45
30
Surabaya
55
Demand
(ton/mgg)
400
50
500
60
300
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
15
42
55
450
650
600
400
1650
98. Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di Surabaya
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Semarang
Bandung
Surabaya
Demand
(ton/mgg)
18
200
40
200
55
Solo
20
45
100
50
P Kerto
Mg-lang
25
15
30
300
60
450
500
650
42
600
55
400
400
400
Kapasitas
(ton/mgg)
300
450
1650
99. Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi SBY
From
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
0
Semarang
Solo
0
20
-3
Semarang
P Kerto
0
25
17
Semarang
Magelang
450
15
0
Bandung
Jogja
200
40
0
Bandung
Solo
100
45
0
Bandung
P Kerto
300
30
0
Bandung
Magelang
0
42
5
Surabaya
Jogja
0
55
10
Surabaya
Solo
400
50
0
Surabaya
P Kerto
0
60
25
Surabaya
Magelang
0
55
13
Minimized OBJ = 51.850
100. Iterasi 2 (perbaikan) unt alternatif lokasi pabrik di Sby.
Lokasi
60
50
55
30
45
40
18
Semarang
Daerah Pemasaran
Jogja
18
100
Bandung
40
Solo
20
50
25
100
45
300
Surabaya
P Kerto
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
15
450
30
30
300
50
60
55
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
650
300
450
600
400
1650
101. Perhitungan Transportasi Iterasi 2 unt alternatif lokasi SBY
From
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
0
Semarang
Solo
100
20
0
Semarang
P Kerto
0
25
17
Semarang
Magelang
450
15
0
Bandung
Jogja
300
40
0
Bandung
Solo
0
45
3
Bandung
P Kerto
300
30
0
Bandung
Magelang
0
42
5
Surabaya
Jogja
0
55
7
Surabaya
Solo
400
50
0
Surabaya
P Kerto
0
60
22
Surabaya
Magelang
0
55
10
Minimized OBJ = 51.550
102. Alternatif lokasi Malang
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Solo
Kapasitas
(ton/mgg)
P Kerto
Mg-lang
58
40
18
Semarang
Bandung
Malang
Demand
(ton/mgg)
18
20
25
15
40
45
30
42
58
55
62
60
400
500
300
450
650
600
400
1650
103. Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di Malang
Lokasi
Semarang
Daerah Pemasaran
58
45
40
18
Jogja
18
Solo
20
P Kerto
Mg-lang
25
15
450
200
Bandung
40
200
Malang
58
45
100
55
30
42
300
62
60
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
Kapasitas
(ton/mgg)
650
600
400
1650
104. Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif lokasi Mlg.
From
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
0
Semarang
Solo
0
20
-3
Semarang
P Kerto
0
25
17
Semarang
Magelang
450
15
0
Bandung
Jogja
200
40
0
Bandung
Solo
100
45
0
Bandung
P Kerto
300
30
0
Bandung
Magelang
0
42
3
Malang
Jogja
0
58
8
Malang
Solo
400
55
0
Malang
P Kerto
0
62
19
Malang
Magelang
0
60
13
Minimized OBJ = 53.850
105. Iterasi 2 (perbaikan) untuk alternatif lokasi pabrik di Malang
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Semarang
Solo
18
100
Bandung
P Kerto
20
100
40
58
15
450
45
300
Malang
25
Mg-lang
30
42
300
55
62
60
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
Kapasitas
(ton/mgg)
650
600
400
1650
106. Perhitungan transportasi iterasi 2 untuk alternatif lokasi Mlg
From
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
0
Semarang
Solo
100
20
0
Semarang
P Kerto
0
25
17
Semarang
Magelang
450
15
0
Bandung
Jogja
300
40
0
Bandung
Solo
0
45
3
Bandung
P Kerto
300
30
0
Bandung
Magelang
0
42
5
Malang
Jogja
0
58
5
Malang
Solo
400
55
0
Malang
P Kerto
0
62
19
Malang
Magelang
0
60
10
Minimized OBJ = 53.550
107. Berdasarkan perhitungan diatas jika dibangun
pabrik di lokasi Surabaya biaya transportasinya
sebesar Rp 51.550,- dan jika dibangun pabrik
di lokasi Malang biaya transportasinya sebesar Rp
53.550-, dengan demikian pendirian pabrik yang
lebih menguntungkan adalah di lokasi Surabaya.
108. Macam Tipe Tata Letak Fasilitas
• Tata Letak Produk
•
•
•
(Product Lay Out = Aliran produk).
Tata Letak Proses
(Process Lay Out = Aliran proses).
Tata Letak Posisi Tetap
(Fixed Position Lay Out).
Tata Letak Kelompok Produk
(Product Famili/Group Teknologi)
109.
Tata Letak Produk :
•
Semua fasilitas produksi diatur/ditempatkan dalam
satu departemen khusus.
Diaplikasikan untuk industri skala besar dan proses
produksinya berlangsung secara kontinyu.
Industri Gula, semen, kertas, perakitan (mobil,
elektronik).
•
•
Pertimbangan atas dasar Tata Letak Produk :
1. Produk yang dibuat hanya satu atau beberapa produk
standar.
2. Produk dibuat dalam jumlah/volume besar untuk
jangka waktu relatif lama.
3. Keseimbangan lintasan produksi lebih baik.
110. 4. Satu mesin hanya digunakan unt satu macam proses
5.
6.
kerja.
Aktivitas inspeksi selama proses produksi relatif
sedikit.
Aktivitas MH dari satu SK ke SK yang lain dapat
dilaksanakan secara mekanis.
112. Keuntungan :
1. MHC rendah sebagai akibat Lay Out disusun
2.
3.
4.
berdasarkan urutan operasi, shg jarak perpindahan
bahan minimum.
Total waktu yang dipergunakan untuk produksi relatif
singkat.
Work In Procces jarang terjadi karena lintasan produksi
sudah seimbang. Output satu proses langsung
dipergunakan sebagai input proses berikutnya.
Tiap unit produksi atau SK memerlukan luas area yang
minimal karena tidak diperlukan WIP Storege.
113. Kerugian :
1. Breakdown dari satu mesin menyebabkan terhentinya
seluruh aliran produksi.
2. Jika terjadi perubahan terhadap desain produk, maka
akan merubah aliran produk dan lay out.
3. Kelancaran proses produksi akan ditentukan oleh
proses mesin yang paling lambat.
4. Memerlukan investasi mesin tinggi (Special Purpose
Machine).
Tata Letak Proses :
• Denaturant dan penempatan mesin/fasilitas produksi
yang semacam dalam satu departemen.
• Semua fasilitas produksi yang memiliki ciri/fungsi kerja
yang sama diletakan dalam satu departemen.
• Diaplikasikan pada industri berskala kecil.
• Faktor manufaktur dan jasa pelayanan.
114. Pertimbangan :
1. Produk yang dibuat berbagai macam model/type dan
2.
3.
4.
5.
6.
tiap model dibuat dalam jumlah kecil serta jangka
waktu yang relatif singkat.
Aktivitas berubah-ubah sehingga studi waktu dan
gerak untuk menentukan metode dan waktu standar
sulit dilakukan.
Sulit mengatur line balanchng antar operator dan
mesin.
Memerlukan pengawasan yang ekstra selama proses
operasi.
Satu jenis mesin dapat melakukan bebagai macam
produk (General Purpose).
Banyak menggunakan peralatan berat untuk kegiatan
MH.
116. Keuntungan :
1. Investasi mesin dan fasilitas produksi rendah, karena
2.
3.
mesin yang digunakan mesin-mesin type umum
(General Purpose).
Jika terjadi breakdown mesin mudah diatasi, yaitu
dengan memindahkan ke mesin lain.
Karena ada spesialisasi kerja, aktivitas supervisi lebih
baik dan efisien.
Kerugian :
1. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC lebih
mahal.
2. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih banyak
dijumpai karena waktu operasi sulit diseimbangkan.
3. Karena diversifikasi produk adalah job order, maka
diperlukan operator skill tinggi.
117. Tata Letak Posisi Tetap :
• Material dan komponen dari produk utama akan
ditempatkan pada posisi tetap, sedangkan fasilitas
produksi seperti tools, mesin, manusia serta
komponen-komponen kecil akan bergerak menuju
lokasi material atau komponen produk utama.
• Diaplikasikan pada industri yang menghasilkan
produk-produk skala ukuran besar : Industri pesawat,
kapal dll.
Mesin-2
Mesin-2
Produk
Utama
Mesin-2
118. Keuntungan :
1. Karena posisi material dan komponen produk utama
2.
tetap, maka MH dapat dikurangi.
Fleksibilitas kerja tinggi, karena fasilitas produksi dapat
diakomodasikan untuk mengantisipasi perubahan
dalam rancangan produk.
Kerugian :
1. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas
produksi atau operato pada saat proses operasi.
2. Memerlukan operator dengan skill tinggi.
3. Membutuhkan space area yang luas untuk peralatan
kerja dan WIP.
4. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang
ketat.
119. Product Family (Group Tecnology) :
Didasarkan pada pengelompokan produk atau
komponen yang akan dibuat.
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari product lay
out dan procces lay out.
Produk-produk yang tidak identik dikelompokan
berdasarkan langkah pemrosesan, bentuk, mesin atau
peralatan.
Keuntungan :
• Dengan pengelompokan produk sesuai dengan proses
pembuatannya, maka pendayagunaan mesin akan
diperoleh secara maksimal.
• Jarak perpindahan material
lebih pendek sehingga
lintasan aliran lebih lancar.
lebi
• Memiliki keuntungan yang bisa diperoleh dari produk lay
out dan proses lay out.
• Umumnya menggunakan mesin-mesin general purpose
sehingga investasinya juga lebih rendah.
121. Kerugian :
1. Diperlukan TK dengan skill tinggi.
2. Kelancaran kerja sangat tergantung pada kegiatan
pengendalian produksi terutama aliran kerja.
3. Jika keseimbangan aliran sulit dicapai maka diperlukan
WIP Storage.
4. Beberapa kerugian dari product dan procces lay out
juga akan dijumpai.
5. Kesempatan untuk mengaplikasikan faslitas produksi
tipe special purpose sulit dilakukan.
122. Modul V : Optimasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu
melakukan
penilaian/evaluasi,
membandingkan dan menjaring berbagai
pilihan jawaban, sehingga dapat mengambil
keputusan yang terbaik.
Mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan pertimbangan criteria-criteria dan
pembatas-pembatas tertentu dengan tujuan
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai.
123. OPTIMASI :
PROGRAM DINAMIS
• Program Dinamis
Suatu teknik optimasi untuk menyelesaikan masalah
yang melibatkan sekumpulan pengambilan keputusan
yang saling berhubungan, dengan tujuan agar secara
keseluruhan mencapai keefektifan.
• Prinsip Optimasi Bellman :
Menyatakan bahwa suatu kebijakan menyeluruh yang
optimal harus dibentuk oleh sub-sub kebijakan yang
optimal pula.
Dalam program dinamis keputusan mendatang
ditentukan berdasarkan keputusan saat ini, keputusan
saat ini ditentukan berdasarkan keputusan kemarin dan
keduanya saling mempengaruhi.
124. Keputuam saat ini
Keputusan mendatang
dipengaruhi
Keputusan saat ini
Keputusan kemarin
Penggunaan Program Dinamis :
1. Pemilihan route/jalur terpendek.
- Seseorang yang akan pergi kesuatu tujuan.
- Pembuatan jaringan pipa/listrik dll.
2. Permasalah Produksi.
- Pemesanan persediaan.
- Perencanaan produksi.
- Penjadwalan perbaikan mesin dll.
125. Contoh :
Skema jaringan jalan beserta lama waktu tempuhnya
dalam menit, seperti di bawah ini.
Pilihlah route state A (asal) ke state I (tujuan) yang dapat
ditempuh paling cepat.
G
H
3
10
Stage 5
7
3
F
I
E
9
7
D
Stage 4
5
10
12
8
A
B
Stage 1
C
Stage 2
Stage 3
126. Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari stage
(tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route submasalah
dimulai dari H (state H) ke I dan dimulai dari D ke I. Berarti
hanya terdapat satu pilihan, route manakah yang
mempunyai waktu tercepat. Sudah barang tentu route H-I
mempunyai waktu tercepat 10 menit, dan keputusan
optimumnya adalah route H-I.
State
Keputusan
I
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
H
10
I
10
D
11
I
11
127. Tahap 3 :
• Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah, yaitu dari state G,
E, C. Route manakah yang tercepat apabila tujuannya ke I.
• Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu melewati D atau H.
Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika keputusannya adalah
route G-H waktu yang ditempuh adalah 8 menit. Dengan
demikian total waktu yang ditempuh adalah 18 menit (tercepat).
• Jika route yang ditempuh adalah E-H, maka waktu yang dempuh
untuk mencapai I adalah 7 menit ditambah jarak dari H ke I (10
menit), sehingga total waktu yang ditempuh adalah 17 menit.
• Jika route yang ditempuh adalah E-D, maka waktu yang
ditempuh 7 menit ditambah 11 menit, sehingga total 18 menit.
• Jika dimulai route C-D, maka waktu yang ditempuh adalah 9
menit ditambah 11 menit, sehingga total waktu yang ditempu
adalah 20 menit.
128. State
Keputusan
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
H
D
G
18
-
H
18
E
17
18
H
17
C
-
20
D
20
Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan 3,
maka tabel analisa tahap 2 adalah sebagai berikut :
State
Keputusan
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
G
E
C
F
21
26
-
G
21
B
-
22
32
E
22
129. Tahap 1 :
Dalam tahap 1, hasil analisa route terpendek adalah
sebagai berikut :
State
Keputusan
F
A
B
31
30
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
B
30
Dari tabel tahap 1, dapat disimpulkan bahwa apabila kita
mengambil route A-F, maka waktu yang harus ditempuh
menuju ke I adalah 31 menit.
Apabila kita mengambil route A-B, maka waktu yang harus
ditempuh untuk menuju ke I adalah 30 menit.
Jadi route yang memiliki waktu tempuh tercepat dari A ke I
adalah route A – B – E - H – I, dengan total waktu tempuh
30 menit.
131. SISTEM ANTRIAN
Keberadaan sistem antrian diperlukan/ dipergunakan ketika
para pelanggan (konsumen) menunggu untuk mendapatkan
jasa pelayanan.
Beberapa contoh sistem antrian digunakan dalam
melancarkan pelayanan kpd pelanggan atau konsumen :
• Pelanggan menunggu pelayanan didepan kasir.
• Mahasiswa menunggu untuk regristrasi dan pembayaran
•
•
•
uang kuliah.
Para penumpang Kereta Api menunggu pelayanan loket
penjualan karcis.
Para pengendara kendaraan menunggu untuk mendapatkan pelayanan pengisian bahan bakar.
Beberapa peralatan menunggu untuk disservice. dll.
132. Struktur Sistem Antrian
Model antrian memiliki dua komponen utama yaitu :
– Garis tunggu atau antrian (queue).
– Fasilitas pelayanan (service facility)
Pelanggan atau konsumen menunggu untuk mendapatkan pelayanan : menunggu giliran memasuki fasilitas
pelayanan, menerima pelayanan, dan akhirnya keluar
dari sistem pelayanan.
133. 1
2
Pelanggan masuk
ke dalam sistem
antrian
Garis tunggu
atau antrian
Pelanggan keluar
dari sistem
S
Fasilitas pelayanan
134. Langkah-langkah dalam analisa antrian
1. Tentukan sistem antrian apa yang harus dipelajari.
2. Tentukan model antrian yg cocok dlm menggambakan
sistem.
3. Gunakan formulasi matematik atau metode simulasi
untuk menganalisa model antrian.
Sistem Antrian memiliki beberapa komponen sbb:
• Populasi masukan (input population) ~ banyaknya
pelanggan potensial yang dapat memasuki system
antrian.
• Distribusi kedatangan (arrival distribution) ~
Menggambarkan bagaimana distribusi pelanggan
memasuki system.
• Para pelanggan datang setiap lima menit (constan
arrival distribution) atau datang secara acak (arrival
patern random).
135. • Disiplin pelayanan ~ menunjukkan pelanggan yang
•
•
mana yang akan dilayani lebih dulu.
FCFS (first come, first served) atau LCFS (last come,
first served).
Fasilitas pelayanan ~ mengelompokan fasilitas
pelayanan menurut jumlah yang tersedia.
Sistem single channel = satu saluran untuk memasuki
sistem pelayanan dengan satu fasilitas pelayanan.
Kedatangan
Fasilitas pelayanan
Keberangkatan
Antrian
Multiple channel = mempunyai beberapa saluran.
136. 1
2
Pelanggan masuk
dalam sistem
antrian
3
Konsumen antri
dalam garis tunggu
Pelanggan keluar
dari sistem
Fasilitas
pelayanan
• Distribusi pelayanan ~ (1) Berapa banyak pelanggan
yang dapat dilayani per satuan waktu, atau (2) Berapa
lama setiap pelanggan dapat dilayani.
137. • Kapasitas sistem pelayanan ~ memaksimumkan jumlah
•
pelanggan yang diperbolehkan masuk dalam sistem.
Notasi dalam Sistem Antrian
N = Jumlah pelanggan dalam sistem.
Pn = Probabilitas kepastian n pelanggan dalam sistem.
= Jumlah rata-rata pelanggan yg datang per satuan
waktu.
µ = Jumlah rata-rata pelanggan yang dilayani per
satuan waktu.
Po = Probabilitas tdk ada pelanggan dalam system.
P = Tingkat intensitas fasilitas pelayanan.
L = Jumlah rata-rata pelanggan yang diharapkan
dalam sistem.
Lq = Jumlah pelanggan yang diharapkan menunggu
dalam antrian.
138. W = Waktu yang diharapkan oleh pelanggan selama
dalam sistem.
Wq = Waktu yang diharapkan oleh pelanggan selama
menunggu dalam antrian.
1/µ = Waktu rata-rata pelayanan.
1/ = Waktu rata-rata antar kedatangan.
S = Jumlah fasilitas pelayanan.
Salah satu model antrian yang paling sederhana adalah
model saluran tunggal (single channel model) yang
ditulis dengan notasi “sistem M/M/1 “ Komponen dari
sistem ini adalah sbb :
139. • Populasi input tak terbatas yaitu jumlah kedatangan
•
•
•
•
•
•
pelanggan tak terbatas.
Distribusi pelanggan potensial mengikuti distribusi
poison. Rata-rata jumlah kedatangan pelanggan per
satuan waktu adalah variable random. Dalam notasi “
M/M/1” M pertama menunjukkan rata-rata kedatangan
yang mengikuti distribusi probabilitas poison. M yang
kedua menunjukkan tingkat pelayanan yang mengikuti
distribusi probabilitas poison. Angka 1 (satu)
menunjukkan jumlah fasilitas pelayanan dalam sistem
atau saluran (one channel).
Disiplin pelayanan mengikuti pedoman FCFS.
Fasilitas terdiri dari saluran tunggal.
Jumlah rata-rata kedatangan pelanggan per satuan
waktu lebih kecil dari rata-rata jumlah pelanggan yang
dilayani per satuan waktu (< µ).
Kapasitas system diasumsikan tak terbatas.
Tidak ada penolakan maupun pengingkaran.
140. Persamaan yang digunakan dalam system (M/M/1) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
λ
µ
P =
Pn = P n (1 − P )
L=
P
λ
=
1− P µ − λ
λ2
P2
Lq =
=
µ( µ − λ) 1 − P
W =
Wq =
1
µ −λ
λ
µ (µ − λ)
141. Modul VI : Analisa Ekonomi Teknik
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami konsep nilai uang terhadap
perubahan waktu
Memahami konsep bunga dan mampu
menghitung bunga dengan metode-metode
perhitungan bunga.
Memahami berbagai teknik ekivalensi untuk
berbagai pola cash flow.
Memahami
depresiasi.
dan
mampu
mengitung
142. Ekonomi Teknik
Difinisi Ekonomi Teknik :
Adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis ekonomi
untuk pekerjaan teknik dengan kriteria efisiensi ekonomi
agar diperoleh suatu keputusan yang baik secara ekonomi.
• Tujuan mempelajari ekonomi teknik secara garis besar
adalah untuk memberikan dasar-dasar pemikiran tentang
pengambilan keputusan dalam investasi yang dilakukan
dengan kriteria efisiensi ekonomi.
• Dua investasi : investasi finansial dan investasi nyata.
• Dua faktor yang terlibat dalam investasi yaitu factor
waktu dan resiko.
143. • Proses pengambilan keputusan pada Ekonomi Teknik
terjadi karena (1) setiap investasi/proyek bias dikerjakan
lebih dari satu cara, shg harus ada proses pemilihan, (2)
karena sd yang tersedia untuk melakukan investasi
selalu terbatas, shg tidak semua alternatif bias
dikerjakan,
namun
harus
dipilih
yang
paling
menguntungkan.
• Ada tiga sudut pandang yang berbeda dalam kaitannya
pengambilan keputusan pada ekonomi teknik, yaitu
sudut pandang seorang akuntan dan sudut pandang
seorang ahli ekonomi teknik serta manajer teknik .
144. Ongkos dalam Ekonomi Teknik
- Ongkos siklus hidup
- Ongkos histories
- Ongkos mendatang
- Ongkos langsun & tidak langsung
- Ongkos tetap & variabel
Konsep Nilai Uang dari Waktu
Kesempatan untuk mendapatkan bunga
$1
$ 1 + bunga
0
1
2
N-1
n
145. • Tahun sekarang, harga suatu barang x rp, lima thn yang
•
•
akan datang menjadi y rp (nilai uang berubah turun dengan
berjalannya waktu) “Inflasi”
lima thn yang lalu, investasi uang, x rp, saat ini akan dating
menjadi [x + i(bunga)] rp (uang x rp pada lima thn yang lalu
scr finansial sama dengan (x + I) pada saat ini.
Kesamaan nilai finansial “Ekivalensi”
Bunga (interest) dapat didifinisikan sebagai :
• Sejumlah uang yang diterima sebagai hasil dari menanam
modal. Bunga dalam hal ini disebut sebagai keuntungan
(profit).
• Sejumlah uang yang dibayarkan sebagai kewajiban
karena meminjam modal. Bunga dalam hal ini disebut
sebagai biaya (cost).
Tingkat suku bunga (interest rate)
• Perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dari
penanaman modal dengan modal yang ditanam dalam
146. Atau perbandingan antara jumlah uang yang jarus
dibayarkan untuk penggunaan modal dengan modal
yang digunakan tersebut. Bunga 20 %, berarti tingkat
suku bunga 20 % per tahun.
Cara Pembayaran Hutang
• Hutang dapat dibayar kembali dalam berbagai cara,
sesuai dengan perjanjian antara yang berhutang dan
yang berpiutang.
• Seperti diketahui bahwa nilai uang sangat dipengaruhi
oleh waktu, dengan demikian jumlah bunga yang harus
dibayar dalam berhutang juga sangat dipengaruhi oleh
lamanya/ waktu peminjaman. Oleh karena itu perlu
dipahami pengertian bunga sederhana (simple
interest) dan bunga
majemuk
(compound
interest).
Bunga Sederhana
Adalah bunga yang harus dibayar untuk sejumlah hutang
yang besarnya sebanding dengan jangka waktu
peminjaman uang tersebut.
147. Misalnya sejumlah P rupiah dipinjam untuk jangka n periode
dengan tingkat bunga i, maka besar bunga (sederhana) yang
harus dibayar adalah : I = P . n . i
Misalnya, uang sejumlah Rp 10.000 dipinjam dalam jangka
waktu 2 thn. dengan tingkat bunga 18% per thn.. Besar
bunga yang harus dibayar setelah 2 thn. adalah I = (Rp
10.000)(2)(0,18) = Rp 3.600. Dengan demikian sipeminjam
harus mengembalikan pinjamannya ditambah bunga,
seluruhnya berjumlah Rp 13.600 pada akhir tahn ke 2.
Bunga Majemuk,
Adalah bila pembayaran hutang dilakukan dalam beberapa
kali periode bunga, dimana bunga dihiung pada akhir tiap
periode.
148. Terdapat beberapa cara pembayaran hutang yang
umum dilakukan :
Misal P = 10.000.000 ; n = 4 tahun ; i = 20 %
Cara I : Bunga dibayar setiap tahun, tetapi modal/
hutang pokok dibayar pada periode terakhir.
Cara II : Dalam setiap akhir periode , selain dibayar
bunga hutang pokok diangsur secara
sistematis dengan jumlah yang sama.
Cara III: Dalam setiap akhir periode besarnya
angsuran dibuat seragam. Pembayaran
bunga ditambah angsuran hutang pokok
pada setiap periode besarnya sama.
Cara IV:Hutang pokok dan bunga dibayar serentak
pada periode yang paling akhir.
149. Cara
Thn.
Bunga pada
awal tahun.
(Rp)
Jumlah hutang sebelum pembayaran
akhir tahun.
(Rp)
Pembayaran
akhir tahun.
(Rp)
Jumlah hutang setelah pembayaran
akhir tahun.
(Rp)
I
0
1
2
3
4
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
II
0
1
2
3
4
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
12.000.000
9.000.000
6.000.000
3.000.000
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
10.000.000
7.500.000
5.000.000
2.500.000
0
III
0
1
2
3
4
2.000.000
1.627.422
1.180.327
643.815
12.000.000
9.764.531
7.081.967
3.862.891
=
3.862.891
3.862.891
3.862.891
3.862.891
10.000.000
8.137.109
5.901.640
3.219.076
0
0
1
2
3
4
2.000.000
2.400.000
2.880.000
3.456.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
20.736.000
0
0
0
20.736.000
10.000.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
0
IV
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0
150. SUKU BUNGA NOMINAL DAN
SUKU BUNGA EFEKTIF
• Suku bunga nominal dan efektif dipertimbangkan apabila
•
•
•
periode pembungaan kurang dari satu tahun.
Misal suku bunga 24% per tahun, jika dibayarkan setiap
bulan menjadi 24% : 12 = 2% per bulan. Suku bunga
yang bernilai 2% per bulan disebut “suku bunga
nominal “.
“ Suku bunga efektif” yaitu suku bunga yang diterima
sebenarnya yang besarnya lebih besar dari suku bunga
per tahun.
Misal uang Rp 25.000 ditabung di sebuah bank dengan
tingkat suku bunga 12% per tahun. Berapa uang yang
diterima satu tahun kemudian?
151. F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.12 )1 = Rp 112.000,Jika suku bunga tersebut dibayarkan setiap 6 bulan sekali,
maka suku bunga menjadi 12% : 2 = 6% per bulan,
maka nilai uang satu tahun (12 bulan) kemudian menjadi
:
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.06 )2 = Rp 112.360,Jadi suku bunga efektif = 12,360
- Dari perhitungan diatas dapat diketahui hubungan antara
tingkat suku bunga nominal dan efektif sebagai berikut :
( 1 + i ) = ( 1 + r/t ) t
i
= ( 1 + r/t ) t – 1
Dimana :
i
= suku bunga efektif
r
= suku bunga nominal
t
= jumlah periode pembungaan
152. RUMUS-RUMUS BUNGA MAJEMUK DAN
EKIVALENSINYA
Notasi yang dipergunakan dalam rumus bunga, yaitu :
i (Interest)
= tingkat suku bunga per periode.
n (Number)
= jumlah periode bunga.
P (Present Worth) = jumlah uang/modal pada saat
sekarang (awal periode/tahun).
F (Future Worth) = jumlah uang/modal pada masa mendatang (akhir periode/tahun).
A (Annual Worth) = pembayaran/penerimaan yang tetap pd
tiap periode/tahun.
G (Gradient)
= pembayaran/penerimaan dimana dari
satu periode ke periode berikutnya terjadi penambahan/ pengurangan yang
besarnya sama.
153. Bila digambarkan dalam bentuk grafik cash flow dari
masing-masing notasi diatas adalah sebagai berikut :
Bila digambarkan dalam bentuk grafik cash flow dari
masing-masing notasi diatas adalah sebagai berikut :
F
P
•0
1
2
3
n-2 n-1
n
1
2
3
1
2
P
A
•0
•0
n-2 n-1
n
•0
3
n-2 n-1
n
3
n-2
n
A
1
2
n-1
F
154. P : Selalu terjadi pada awal tahun pertama (titik 0).
A : Selalu terjadi pada setiap akhir tahun, mulai tahun
ke-1 sampai tahun ke-n, dengan besar yang sama.
F : Selalu terjadi pada akhir tahun terakhir yg ditinjau
(titik n).
Berdasarkan cara pembayarannya, rumus-rumus
bunga majemuk dapat dikelompokkan menjadi :
A. Pembayaran Tunggal ( Single Payment )
1. Compoun Amount Factor (Mencari F bila diketahui P)
2. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui F)
B. Deret Seragam ( Uniform Series )
1. Sinking Fund Factor (Mencari A bila diketahui F)
2. Compound Amount Factor (Mencari F bila diketahui A)
155. 3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila diketahui P)
4. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui A)
A. Pembayaran Tunggal
Single payment, yaitu pembayaran dan penerimaan
uang masing-masing dibayarkan sekaligus pada awal
atau akhir dari suatu periode.
1. Mencari F bila diketahui P
Bila modal sebesar P rupiah diinvestasikan sekarang
(t = 0) dengan tingkat bunga i% , dibayar per periode
selama n periode, berapa jumlah uang yang akan
diperoleh pada peroide terakhir ?
156. Cash flow diagram
O
1
2
3
/ /
....
n-2
F
n-1
n
P
Rumus :
F
= P ( 1 + i )
n
atau
F = P ( F/P, i, n )
Contoh :
Seseorang menginvestasikan uang di sebuah Bank
sebesar Rp 20.000.000,00 dengan tingkat bunga 6% per
tahun. Berapa jumlah uang setelah diinvestasikan
selama 5 tahun ?.
157. Penyelesaian :
P = Rp 20.000.000,00 ; i = 6% ; n = 5
F = P (1 + i )n
= ( Rp 20.000.000,00) ( 1 + 0,06)5
atau :
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000,00)*(1,338) = Rp 26.760.000,00
2. Mencari P bila diketahui F
Berapa modal P yang harus diinvestasikan pada saat
sekarang (t = 0), dengan tingkat bunga i%, per tahun,
sehingga pada akhir n periode didapat uang sebesar F
rupiah.
158. Rumus :
atau
P = F
P =
1 / ( 1 + i )
n
F ( P/F, i, n )
Contoh :
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan
datang anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi,
untuk itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp
35.000.000,00. Bila tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa
ia harus menabungkan uangnya sekarang ?
Penyelesaian :
F = Rp 35.000.000,00 ; i = 5% ; n = 15
P = (Rp 35.000.000,00) (P/F, 5 , 15)
= (Rp 35.000.000,00) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00
159. B. Deret Seragam (Uniform Series )
1. Sinking Factor (Mencari A bila diketahui F)
Agar pada akhir periode n dapat diperoleh
uang sejumlah F rupiah, maka berapa A
rupiah yg harus dibayarkan pada setiap akhir
periode dengan tingkat bunga i% ?
F
•0
1
2
A
Rumus :
A
3
/ /
A
A = F
4
n-2
n-1
A
i/(1+i)
A
n
-1
n
A
A
160. atau
A = F ( A/F, i, n )
Contoh :
Tuan Sastro ingin mengumpulkan uang untuk membeli
rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan 10 tahun lagi dia
pensiun. Jumlah uang yang diperlukan Rp 225.000.000,00.
Tingkat bunga 12 % setahun. Berapa jumlah yang harus
ditabung setiap tahunnya ?
Penyelesaian :
F = Rp 225.000.000,00 ; i = 12% ; n = 10
A = (Rp 225.000.000,00)(A/F, 12% , 10)
= (Rp 225.000.000,00)( 0,0570)
= Rp 12.825.000,00.
161. 2. Compound Amount Factor (Mencari F bila diketahui
A)
Bila uang sebesar A rupiah dibayarkan pada setiap akhir
periode selama n periode dengan tingkat bunga i%, maka
berapa besar F rupiah yang terkumpul pada akhir periode
tersebut ?.
Rumus:
F = A { (1 + i) n - 1} / i
atau
F = A ( F/A, i , n )
Contoh :
Bila setiap tahun ditabung uang sebesar Rp 12.000.000,00
selama 8 tahun dengan tingkat bunga 6%. Berapa besar
uang yang akan terkumpul setelah akhir periode tersebut ?.
162. Penyelesaian :
A = Rp 12.000.000,00 ; i = 6% ; n = 8
F = ( Rp 12.000.000,00 )( F/A, 6%, 8 )
= ( Rp 12.000.000,00 )( 9,897 )
= Rp 118.764.000,00
3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila diketahui
P)
Bila uang sebesar P rupiah diinvestasikan pada saat
sekarang dengan tingkat bunga i%, maka berapa A rupiah
yang dapat diterima setiap akhir periode selama n periode,
sehinggga jumlah uang yang diterima selama n periode
tersebut sesuai dengan modal P rupiah yang ditanam pada
awal periode pertama.
163. Contoh :
Seorang ayah menabung uang sebesar Rp 17.500.000,00
disebuah bank. Bank tersebut akan membayar sejumlah
uang setiap tahun yang besarnya sama kepada udin
anaknya, sebagai biaya pendidikan. Pembayaran dimulai
akhir tahun pertama selama 7 tahun. Jika tingkat bunga
10% setahun, berapa jumlah yang akan diterima oleh udin
setiap tahunnya ?.
Penyelesaian :
P = Rp 17.500.000,00 ; i = 10% ; n = 7
A = ( Rp 17.500.000,00 )( A/P, 10% , 7 )
= ( Rp 17.500.000,00 )( 0,2054 )
= Rp 3.594.500,00
164. 4. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui A)
Untuk dapat menerima uang sebesar A rupiah setiap akhir
periode, selama n periode dengan tingkat bunga i, maka
berapa besar modal yang harus ditanam pada awal periode
pertama ?.
Rumus :
atau
P = A { ( 1 + i ) n – 1} / { i ( 1 + i ) n }
P = A ( P/A, i , n )
165. Contoh :
Perusahaan Go Public mempunyai kewajiban untuk membayar
‘royalti’ sebesar Rp 250.000,00 setiap akhir tahun selama 5
tahun berturut-turut. Jika perusahaan tersebut menyetujui
membayar sekaligus pada awal tahun pertama dengan tingkat
bunga sebesar 15%, maka berapa jumlah uang yang harus
dibayar oleh perusahaan tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 250.000,00; i = 15%; n = 5
P = ( Rp 250.000,00 )( P/A , 15%, 5 )
= ( Rp 250.000,00 )( 3,3522 )
= Rp 838.050,00.
166. C. Uniform Gradient Series Factor
Pembayaran per periode kadang-kadang tidak dilakukan
dalam suatu seri pembayaran yang besarnya sama, tetapi
dilakukan dengan penambahan/pengurangan yang seragam
pada setiap akhir periode.
Misalnya : Rp 100.000,00 ; Rp 90.000,00 ; Rp 80.000,00 ;
dst, untuk seri pembayaran dengan penurunan yang seragam
atau Rp 100.000,00 ; Rp 150.000,00 ; Rp 200.000,00 ; dst,
untuk seri pembayaran dengan kenaikan yang seragam.
Cara pembayaran tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai
berikut :
168. Keterangan : A = pembayaran per periode dengan
jumlah yang sama
A1 = pembayaran pada akhir peroide
pertama
G = “gradient”, perubahan per periode
n = jumlah periode
Contoh :
Si Doel pada thn pertama merencanakan menginvestasikan
uangnya sebesar Rp 10.000.000,00 dari sebagian hasil
usahanya. Ia merasa bahwa kemampuannya
menginvestasikan uangnya bertambah Rp 200.000,00 tiap
tahun, dimana hal ini berlangsung selama 9 tahun
berikutnya. Bila tingkat bunga adalah 8%, berapa rata-rata
tabungan Si Doel setiap tahunnya?
170. A = A1 + A2
= A1 + G (A/G, 8, 10)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 200.000,00 (3,8713)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 774.260,00
= Rp 10.744.260,00
D. Aliran Kas Yang Tidak Teratur
Pada pembahasan sebelumnya aliran kas yang teratur
dimana aliran kas terjadi sekali (tunggal) atau terjadi
beberapa kali atau terjadi perubahan tetapi secara seragam.
Pada aliran kas yang tidak teratur besarnya aliran kas pada
tiap periode tidak memiliki pola yang teratur.
Untuk itu menangani permasalahan aliran kas yang tidak
teratur harus melakukan konversi satu persatu ke awal atau ke
akhir periode sehingga didapat nilai total dari P, F atau A
dari aliran kas tersebut.
171. Contoh :
Dari diagram alir gambar dibawah, dengan tingkat bunga 12%
tentukan nilai P, F dan A dari keseluruhan aliran kas tersebut.
Gambar Cash Flow :
0
1
2
3
4
5
Rp 3.000
Rp 8.000
Rp 6.000
Rp 10.000
Rp 12.000
Untuk memperoleh nilai P dari keseluruhan diagram, maka
dilakukan konversi pada setiap ada aliran kas ke nilai
sekarang/awal (pada titik/tahun 0), sehingga :
172. P0
P1
P2
P3
P4
P5
= Rp 6.000
= Rp 10.000 (P/F, 12%, 1) = Rp 10.000 (0.8929)
= Rp 8.929
= Rp 3.000 (P/F, 12%, 2) = Rp 3.000 (0.7972)
= Rp 2.391,6
=0
= Rp 12.000 (P/F, 12%, 4) = Rp 12.000 (0.6355)
= Rp 7.626
= Rp 8.000 (P/F, 12%, 5) = Rp 8.000 (0.5674)
= Rp 4.359,2
Nilai P dari keseluruhan aliran kas tersebut adalah :
173. P
= P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= Rp 6.000 + Rp 8.929 + Rp 2.391,6 + 0 + Rp
7.626 + Rp 4.359,2
= Rp 29.485,8
Dengan didapatkannya nilai P maka Nilai F (pada tahun ke
5) dan Nilai A (selama 5 tahun) dapat dihitung sebagai
berikut :
F
= P (F/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (F/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (1.762) = Rp 51.95398 dan
A
= P (A/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (A/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (0.27741)
= Rp 8.179,66
174. Soal-soal Latihan
1. Seorang investor meminjam uang dari sebuah bank
sebesar $ 100.000 dengan suku bunga pertahun
sebesar
12%. Investor bermaksud mengembalikan
pinjamannya tersebut pada akhir tahun ke 10. Berapakah
uang yang harus dibayarkan kelak?
2. Seorang investor berkeinginan mengivestasikan
uangnya pada tahun ini pada sebuah bank yang
memberikan suku bunga 15% pertahun. Dia berharap
setelah 10 tahun jumlah uang yang diinvestasikan
akan
mencapai jumlah sebesar $200.000. Berapakah
uang
yang harus diinvestasikan sekarang?
Tentukan besarnya nilai sekarang (Present Value) dari
cash flow berikut ini dengan suku bunga 10 % per tahun :
175. 3.
$ 3.000
(+)
0
1
$ 2.000
2
3
4
$ 2.000
$ 4.000
5
6
7
8
(-)
$ 3.000
4. Berapa nilai cash flow diatas pada akhir periode ke 8 ?
5. Pada awal tahun 2000, seorang investor menyimpan
uang sebesar 50 juta, dan sebesar 30 juta pada awal
tahun 2004. Mulai tahun 2000 s/d 2005 setiap akhir
tahun dia selalu meminjam dari Bank yang sama
masing-masing Rp 10 juta /tahun.
176. 6. Pada awal tahun 2003 karena keperluan mendadak dia
mengambil pinjaman tambahan 20 juta rupiah. Berapakah
kekayaan investor tersebut pada tahun 2007? Bunga Bank
yang berlaku 10%/tahun.
7. Seorang investor menyimpan uang di Bank sebesar Rp
40
juta pada awal tahun 2000. Kemudian dari tahun
2002 s/d 2006 dia meminjam uang dari Bank yang sama
yang besarnya adalah sebagai berikut :
Akhir tahun
2002
2002
2003
2004
2006
Pinjaman
10 juta
10 juta
30 juta
20 juta
20 juta
177. Investor tersebut bermaksud melihat apakah masih ada sisa
atau bahkan berhutang pada bank yang sama pada akhir
tahun 2008. Berapakah sisa uang atau hutang tersebut
pada akhir tahun 2008? Suku bunga bank yang berlaku 10
%/tahun.
178. DEPRESIASI
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari suatu
barang sebagai akibat berlangsungnya waktu.
Depresiasi didefinisikan sebagai :“Sejumlah biaya
yang harus disediakan oleh seseorang atau suatu
perusahaan atau unit-unit tertentu pada setiap
periode waktu untuk melakukan penggantian dari
mesin, peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain
setelah umur dari mesin, peralatan, ataupun
fasilitas-fasilitas
lain
tersebut
dilampaui”.
179. Karena depresiasi merupakan penurunan nilai,
maka perrlu didefinisikan arti nilai yang
sebenarnya. Nilai merupakan suatu pengertian
komersial dari semua pendapatan yang diterima
sebagai akibat adanya kegiatan usaha ditinjau
dari waktu sekarang.
180. Jenis depresiasi :
1. Depresiasi Fisis :
Sebagai akibat dari penggunaan/operasi yang
mengakibatkan menurunnya kemampuan secara
fisis yang berarti kemampuan operasional dari
suatu barang/peralatan menurun. Salah satu cara
untuk mengurangi kecepatan menurunnya
kemampuan fisis suatu barang/peralatan adalah
dengan melakukan perawatan yang baik.
181. 2. Depresiasi Fungsional :
Permintaan suatu produk yang meningkat
dan
tidak
simbang
dengan
kapasitas
produksinya, sehingga perusahaan tidak dapat
lagi sepenuhnya melakukan fungsi pemilikan
atas permintaan.
3. Depresiasi Teknologi :
Adanya penemuan baru mengakibatkan
peralatan yang
sudah ada menjadi tidak ekonomis lagi yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi.
182. Metode-metode Depresiasi
Banyak metode yang bisa digunakan untuk
menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu
aset. Diantara metode tersebut yang sering
digunakan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line = SL).
2. Metode jumlah anka tahun (sum of year
digit = SOYD).
3. Metode keseimbangan menurun
(declining balance = DB).
4. Metode dana sinking (sinking found = SF).
5. Metode unit produksi (production unit =
UP).
183. 1. Metode garis lurus (SL)
Metode ini merupakan metode yang paling
sederhan dan paling mudah dimengerti. Dalam
metode ini ongkos depresiasi merupakan harga
yang konstan (tetap), sehingga nilai buku (book
value) besarnya berkurang secara linier akibat
adanya depresiasi .
Besarnya depresiasi per tahun dihitung dengan
rumus :
184. Dt
=
P - SV
n
BVt = P - t Dt
d
= 1/n
Keterangan :
Dt = nilai depresiasi tahunan
t = tahun (t = 1,2,3 ........,n)
P = investasi awal/first cost
n = periode pendapatan (umur depresiasi
yg diharapkan)
Bvt = book value
d = tingkat depresiasi
185. Contoh :
Jika diketahui nilai investasi awal adalah $ 50.000 dengan
nilai sisa $ 10.000 setelah 5 tahun, maka hitungkah nilai
depresiasi tahunan, book value.
Dt = P - SV / n
= $ 50.000 - $ 10.000 / 5
= $ 8.000/tahun
Perhitungan depresiasi selama umur pakai dapat dilihat pada
tabel berikut :
Akhir tahun ke-t
0
1
2
3
4
5
Besarnya penyusutan pada
tahun ke-t
-
$ 8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
Nilai buku pada akhir tahun ke-t
$ 50.000
42.000
34.000
26.000
18.000
10.000 (salveVa lue)
186. 2. Metode jumlah angka tahun
Metode ini menghasilkan ongkos depresiasi yang pada
awal periode paling besar, sedangkan pada tahun-tahun
berikutnya makin mengecil hingga akhir umur
ekonomisnya. Ongkos depresiasi setiap tahun dihitung
dengan membagi sisa umur hidup pada awal tahun
terhadap jumlah angka tahun dari umur hidup seluruhnya
dan dikalikan dengan jumlah ongkos yang didepresiasikan.
Hubungan tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai :
Deprecible year remaining
Dt =
(first cost - salvage value)
sum of year digits
atau
n-t+1
Dt =
(P - SV)
S
187. S
n
= ∑j =
j=1
n (n + 1)
2
t (n - t/2 + 0.5)
Bvt = P -
dt =
S
n-t+1
S
(P - SV)
188. Keterangan : Dt
S
n
Bvt
dt
P
SV
= nilai depresiasi
= sum of year digit (sampai n)
= periode depresiasi
= book value periode ke t
= tingkat depresiasi
= Fisrt cost
= salvage value
Contoh : Hitung depresiasi untuk 3 tahun pertama serta
book value untuk tahun ke 3, jika diketahui first cost = $
25.000 dengan salvage value = $ 4.000 dan umur = 8
tahun.
(8 - 1 + 1)
D1 =
(25.000 - 4.000) = $ 4.667
36
190. Modul VII : Pengendalian Kualitas
Statistik
Kompetensi Pokok Bahasan :
Memahami definisi kualitas serta peranannya
sebagai salah satu strategi manajemen.
Memahami konsep pengendalian kualitas
statistik.
Memahami pengendalian proses statistik
(aplikasi peta kendali variabel dan atribut)
191. Pengendalian Kualitas Statistik
Kualitas / Mutu :
Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg
standar/spesifikasi
yang
telah
ditentukan/
ditetapkan.
Pengendalian Kualitas Statistik (PKS) :
Ilmu yang mempelajari tentang teknik /metode
pengendalian kualitas berda-sarkan prinsip/
konsep statistik.
192. Cara menggambarkan ukuran kualitas
Variabel : karakteristik kualitas suatu produk
dinyatakan dengan besaran yang dapat diukur
(besaran kontinue). Seperti : panjang, berat,
temperatur, dll.
Attribut : karakteristik kualitas suatu produk
dinyatakan dengan apakah produk tersebut
memenuhi kondisi/persyaratan tertentu, bersifat
dikotomi, jadi hanya ada dua kemungkinan baik
dan buruk. Seperti produk cacat atau produk
baik, dll.
193. Tujuan :
Memperoleh jaminan kualitas (quality Assuran-ce)
dapat dilakukan dengan Aceceptance sampling
Plans.
Menjaga konsistensi Kualitas, dilaksanakan dengan
Control Chart.
Keuntungan :
Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi
biaya.
Menjaga kualitas lebih uniform.
Penggunaan alat produksi lebih efisien.
Mengurangi rework dan pembuangan.
Inspeksi yang lebih baik.
Memperbaiki hubungan produsenkonsumen.
Spesifikasi lebih baik.
194. Teknik Pengendalian Kualitas Statistik
Ada 4 metode Statistik yang dapat digunakan :
1. Distribusi Frekuensi
Suatu tabulasi atau cacah (tally) yang
menyatakan banyaknya suatu ciri kualitas
muncul dalam sampel yang diamati.
Untuk melihat kualitas sampel dpt digunakan :
a. Kualitas rata-rata
b. Penyebaran kualitas
c. Perbandingan kualitas dengan spesifikasi
yang diinginkan.
195. 2. Peta kontrol/kendali (control chart)
Grafik yang menyajikan keadaan produksi secara
kronologi (jam per jam atau hari per hari).
Tiga macam control chart :
a. Control Chart Shewart
Peta ini disebut peta untuk variabel atau peta untuk x dan
R (mean dan range) dan peta untuk x dan σ (mean dan
deviasi standard).
b. Peta kontrol untuk proporsi atau perbandingan antara
banyaknya produk yang cacat dengan seluruh produksi,
disebut peta-p (p-chart).
c. Peta kontrol untuk jumlah cacat per unit, disebut peta-c
(c-chart).
196. 3. Tabel sampling
Tabel yang terdiri dari jadual pengamatan
kualitas, biasanya dalam bentuk presentase.
4. Metode Khusus
Metode ini digunakan untuk pengendalian
kualitas dalam industri, al : korelasi, analisis
variansi, analisis
toleransi, dll.
197. PETA KENDALI (CONTROL CHART)
Metode Statistik untuk menggambarkan adanya
variasi atau penyimpangan dari mutu (kualitas)
hasil produksi yang diinginkan.
Dengan Peta kendali :
Dapat dibuat batas-batas dimana hasil produksi
menyimpang dari ketentuan.
Dapat diawasi dengan mudah apakah proses
dalam kondisi stabil atau tidak.
Bila terjadi banyak variasi atau penyimpangan
suatu produk dapat segera menentukan
keputusan apa yang harus diambil.
198. Macam Variasi :
Variasi dalam objek
Mis : kehalusan dari salah satu sisi daru suatu
produk tidak sama dengan sisi yang lain, lebar
bagian atas suatu produk tidak sama dengan
lebar bagian bawah, dll.
Variasi antar objek
Mis : sautu produk yang diproduksi pada saat
yang hampir sama mempunyai kualitas yang
berbeda/ bervariasi.
199. Variasi yg ditimbulkan oleh perbedaan waktu
produksi
Mis : produksi pagi hari berbeda hasil produksi
siang hari.
Penyebab Timbulnya Variasi
Penyebab Khusus (Special Causes of
Variation)
Man, tool, mat, ling, metode, dll.
(berada di luar batas kendali)
Penyebab Umum (Common Causes of
Variation)
Melekat pada sistem.
(berada di dalam batas kendali)
200. Jenis Peta Kendali
Peta Kendali Variabel (Shewart)
Peta kendali untuk data variabel :
- Peta X dan R, Peta X dan S, dll.
Peta Kendali Attribut
Peta kendali untuk data atribut :
- Peta-P, Peta-C dan peta-U, dll.
201. Peta X dan R
Peta kendal X :
Memantau perubahan suatu sebaran atau
distribusi suatu variabel asal dalam hal
lokasinya (pemusatannya).
Apakah proses masih berada dalam batasbatas
pengendalian atau tidak.
Apakah rata-rata produk yang dihasilkan
sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Peta kendali R :
Memantau perubahan dalam hal spread-nya
(penyebarannya).
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang
diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil.
202. Langkah dalam pembuatan Peta X dan R
1. Tentukan ukuran subgrup (n = 3, 4, 5, ……).
2. Tentukan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20
subgrup.
3. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup, yaitu
X.
4. Hitung nilai rata-rata seluruh X, yaitu X, yang
merupakan center line dari peta kendali X.
5. Hitung nilai selisih data terbesar dengan data
terkecil dari setiap subgrup, yaitu Range ( R ).
203. 6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh R, yaitu R yang
merupakan center line dari peta kendali R.
7. Hitung batas kendali dari peta kendali X :
UCL
LCL
= X + (A2 . R)
= X – (A2 . R)
… A2 =
3
d2
n
8. Hitung batas kendali untuk peta kendali R
UCL
LCL
= D4 . R
= D3 . R
9. Plot data X dan R pada peta kendali X dan R
serta amati apakah data tersebut berada dalam
pengendalian atau tidak.
204. Hitung Indeks Kapabilitas Proses (Cp)
USL − LSL
6S
Cp =
Dimana :
( N ∑X ) − (∑X )
2
S
=
i
N ( N −1)
i
2
atau S = R/d2
Kriteria penilaian :
Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat
baik
Jika 1,00 ≤ Cp ≤ 1,33, maka kapabilitas proses
baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah
205. Hitung Indeks Cpk :
Cpk = Minimum { CPU ; CPL }
Dimana :
USL − X
CPU =
3S
dan CPL =
X − LSL
3S
Kriteria penilaian :
Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk
yang sesuai dengan spesifikasi
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk
yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk
206. Contoh Kasus
PT XYZ adalah suatu perusahaan pembuatan
suatu produk industri. Ditetapkan spesifikasi
adalah : 2.40 ± 0,05 mm. Untuk mengetahui
kemampuan proses dan mengendalikan proses
itu bagian pengendalian PT XYZ telah
melakukan pengukuran terhadap 20 sampel.
Masing-masing berukuran 5 unit (n=5).
209. X = (Σ X)/k
R = (Σ R)/k
= 47.78 / 20
= 1.19 / 20
= 2.39
= 0.06
Peta Kendali X :
CL = X = 2.39
UCL = X + (A2 * R) = 2.39 + (0.577*0.06) = 2.42
LCL = X - (A2 * R) = 2.39 – (0.577*0.06) = 2.36
Peta Kendali R
CL = R = 0.06
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.06 = 0.12
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Pada Peta X ada data yang out of control, maka
data pada sampel tersebut dibuang
211. X = (Σ X)/k = 45.34 / 19 = 2.386
R = (Σ R)/k = 1.15 / 19 = 0.0605
Peta Kendali X :
CL = X = 2.386
UCL = X + (A2 * R) = 2.386 + (0.577*0.0605) = 2.4209
LCL = X - (A2 * R) = 2.386 – (0.577*0.0605) = 2.3511
Peta Kendali R
CL = R = 0.0605
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.0605 = 0.1280
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Karena sudah tdk ada data yang out of control, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung kapabilitas
proses.
212. Perhitungan Kapabilitas Proses :
( N ∑X ) − (∑X )
2
S =
i
N ( N −1)
2
i
atau S = R/d2 = 0.0605/2.326 = 0.026
Cp
2,54 −2,35
USL − LSL
=
= 6( 0,06) = 0,6410
6S
CPU =
CPL =
2,45 − 2,386
= 0,8205
=
3( 0,06)
2,386 − 2,35
X −LSL
= 0,4615
=
3( 0,06)
3S
USL −X
3S
Cpk = Minimum { CPU ; CPL } = 0.4615
213. Kesimpulan :
Nilai Cpk sebesar 0.4615 yang diambil dari nilai
CPL menunjukkan bahwa proses cenderung
mendekati batas spesifikasi bawah.
Nilai Cp sebesar 0.6410 ternyata kurang dari 1,
hal ini menunjukkan kapabilitas proses untuk
memenuhi spesifikasi yang ditentukan rendah.
214. Peta Kontrol Untuk Atribut
1. Peta Kendali - p : untuk proporsi cacat
Dan peta kendali np untuk proporsi unit
cacatnya relaitif kecil.
2. Peta Kendali – c : untuk cacat (defective)
3. Peta Kendali – u : untuk cacat per unit.
Peta kendali – p
Perbandingan antara banyaknya cacat dengan
semua pengamatan, yaitu setiap produk yang
diklasifikasikan sebagai “diterima” atau “ditolak”
(yang diperhatikan banyaknya produk cacat).
215. Langkah-langkah pembuatan peta kendali - p :
1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup
besar (n > 30),
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya
20–25 sub-grup,
3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit
yang cacat, yaitu :
p = jumlah unit cacat/ukuran subgrup
4. Hitung nilai rata-rata dari p, yaitu p dapat
dihitung
dengan :
p = total cacat/total inspeksi.
216. 5. Hitung batas kendali dari peta kendali p :
UCL = p + 3
LCL = p – 3
p ( −p )
1
n
p ( −p )
1
n
6. Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta
amati apakah data tersebut berada dalam
pengendalian atau diluar pengendalian.
217. Contoh :
Sebuah perusahaan ingin membuat peta kendali
untuk periode mendatang dengan mengadakan
inspeksi terhadap proses produksi pada bulan ini.
Perusahaan melakukan 20 kali observasi dengan
mengambil 50 buah sample untuk setiap kali
observasi. Hasil selengkapnya adalah :