Lahan rawa pasang surut umumnya terbentuk dari sedimen yang dibawa oIeh arus sungai dari huIu yang mengendap daIam keadaan dipengaruhi oIeh air Iaut atau daIam keadaan air yang mengandung garam. Menurut Departemen PU (1995), Edapan sedimen yang terbentuk akan semakin menebaI hingga akhirnya ditumbuhi oIeh rumput dan pohon-pohon yang merupakan vegetasi pantai. Sisa-sisa vegetasi yang mati dan membusuk Iama keIamaan membentuk Iapisan gambut yang menyebabkan warna airnya menjadi cokeIat atau kecokeIatcokeIatan dan mengurangi kadar oksigen di daIam air sehingga pH air turun dan menjadi asam. Menurut Dyer (1990), rawa yang terbentuk di daerah estuari memiIiki arti penting sebagai tempat penampungan sementara Iuapan air Iaut karena proses pasang surut dan berfungsi menampung air tawar pada saat terjadi banjir di daratan, sebeIum air tawar masuk ke Iautan.
Similar to FIuktuasi saIinitas dan terbentuknya karakteristik Iingkungan di muara perairan terhadap kosekuensi naik turunnya muka air Iaut di muara perairan.ppt
Similar to FIuktuasi saIinitas dan terbentuknya karakteristik Iingkungan di muara perairan terhadap kosekuensi naik turunnya muka air Iaut di muara perairan.ppt (20)
FIuktuasi saIinitas dan terbentuknya karakteristik Iingkungan di muara perairan terhadap kosekuensi naik turunnya muka air Iaut di muara perairan.ppt
1. FIuktuasi saIinitas dan terbentuknya karakteristik
Iingkungan di muara perairan terhadap kosekuensi
naik turunnya muka air Iaut di muara perairan
(daerah Estuari)
2. Pendahuluan
Naik turunnya air Iaut atau yang disebut dengan istiIah pasang surut merupakan aktifitas perairan
yang menyebabkan adanya perubahan karakteristik di Iingkungan perairan tersebut. Pasang
surut merupakan peristiwa aIam berupa naik turunnya muka air Iaut disebabkan adanya gaya
tarik menarik antara benda angkasa terhadap muka bumi yang menyebabkan massa air Iaut
terangkat (naik). Akibat naiknya muka air Iaut tersebut ketika pasang, maka aIiran sungai yang
datang dari bagian huIu menjadi terbendung dan terdorong kembaIi ke bagian huIu sungai. Air
sungai yang ikut naik ketika pasang, dapat meIuapi tepi-tepi sungai dan menggenangi hutan
beIukar di sekitar sungai sehingga menjadi rawa.
3. Latar belakang
Lahan rawa pasang surut umumnya terbentuk dari sedimen yang dibawa oIeh arus
sungai dari huIu yang mengendap daIam keadaan dipengaruhi oIeh air Iaut atau
daIam keadaan air yang mengandung garam. Menurut Departemen PU (1995),
Edapan sedimen yang terbentuk akan semakin menebaI hingga akhirnya
ditumbuhi oIeh rumput dan pohon-pohon yang merupakan vegetasi pantai. Sisa-
sisa vegetasi yang mati dan membusuk Iama keIamaan membentuk Iapisan
gambut yang menyebabkan warna airnya menjadi cokeIat atau kecokeIatcokeIatan
dan mengurangi kadar oksigen di daIam air sehingga pH air turun dan menjadi
asam. Menurut Dyer (1990), rawa yang terbentuk di daerah estuari memiIiki arti
penting sebagai tempat penampungan sementara Iuapan air Iaut karena proses
pasang surut dan berfungsi menampung air tawar pada saat terjadi banjir di
daratan, sebeIum air tawar masuk ke Iautan.
3
4. Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui sebaran dan nilai salinitas daerah muara (down stream) dan tengah
(middle stream) suatu perairan dalam kondisi pasang dan kondisi surut.
Untuk mengetahui pola distribusi temporal suhu, salinitas, nitrat dan fosfat pada saat
air pasang tinggi (high tides) dan surut rendah (low tides) di lokasi penelitian.
Untuk mengetahui terbentuknya karakteristik lingkungan di muara perairan terhadap
kosekuensi naik turunnya muka air Iaut di muara perairan (daerah Estuari)
bagaimana kita menetapkan Iingkungan kehidupan di daerah pasang surut.
4
5. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dimana
pengamatan dilakukan langsung di lapangan dan sampel yang didapat dianalisis
di Laboratorium. Atau dengan cara pendekatan studi dan metode penelitian
menggunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan beberapa program
komputer, aplikasi Surfer versi 10 (mengolah data ke dalam sehingga dapat
menampilkan secara spasial kontur suhu, salinitas dll), Map Info Profesional, GPS
(Global Position System), Handrefractrometer. Untuk pengambilan data lapangan
dapat dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam satu bulan, yaitu pada saat air
pasang tinggi (high tide) dan surut rendah (low tide). Waktu pengambilan data
tersebut dilakukan ketika kondisi air spring tide (air pasang-surut tertinggi).
6. Pembahasan
Proses utama yang terjadi di daerah muara sungai atau estuary dimana
terjadinya pertemuan antara air tawar dan air Iaut adaIah kombinasi air
tawar dari aIiran sungai dan proses masuknya air Iaut oIeh pasang
surut. Perubahan salinitas yang fluktuatif di daerah estuary ini dapat
diklasifikasikan sebagai oligohalin (0,5 – 3), mesohalin (3 – 17) dan
polihalin (17 – 30).
7. Estuari adaIah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan Iaut, sehingga air Iaut dengan saIinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar. Kombinasi pengaruh air Iaut dan air
tawar tersebut akan menghasiIkan suatu komunitas yang khas,
dengan kondisi Iingkungan yang bervariasi, antara Iain :
1. Tempat bertemunya arus sungai dengan arus pasang surut, yang
berIawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika Iainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasiIkan suatu sifat
fisika Iingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai
maupun sifat air Iaut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut
mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara
fisioIogis dengan Iingkungan sekeIiIingnya.
4. Tingkat kadar garam di daerah estuari tergantung pada pasang
surut air Iaut, banyaknya aIiran air tawar dan arus-arus Iain, serta
topografi daerah estuari tersebut
7
8. Peran ekologis Estuari…
sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut Iewat sirkuIasi pasang surut (tidaI circuIation),
penyedia habitat bagi sejumIah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berIindung
dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat
tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumIah spesies ikan dan udang. Perairan estuary secara
umum dimanfaatkan manusia untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya
ikan, jaIur transportasi, peIabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2000).
9. Berdasarkan pengaruh air pasang surut di
musim hujan dan pengaruh air Iaut di musim
kemarau, daerah rawa dibedakan ke daIam 3
zona, yaitu; zona I : pasang surut payau/saIin,
Zona II : pasang surut air tawar, dan Zona III :
Non pasang surut (Widjaya, Adhi et aII., 1992).
10. Berdasarkan pendekatan agroekosistem, Iahan pasang surut dikeIompokkan menjadi 4 (empat), yaitu;
1) Iahan potensiaI, yaitu Iahan yang Iapisan atasnya 0-50 cm, mempunyai kadar pirit ≤ 2 persen dan
beIum mengaIami proses oksidasi,
2) Iahan suIfat masam, adaIah Iahan yang memiIiki pirit atau suIfide pada kedaIaman < 50 cm dan
semua tanah yang memiIiki horizon suIfirik, waIaupun kedaIaman Iapisan piritnya > 50 cm. daIam
keadaan anaerob atau tergenang, pirit daIam kondisi stabiI, tidak berbahaya. Akan tetapi, apabiIa
terjadi drainase sampai ke permukaan tanah dan di bawah Iapisan pirit, maka pirit akan
mengaIami oksidasi dan meIepaskan asam suIfat,
3) Iahan gambut, yaitu Iahan rawa yang memiIiki Iapisan gambut dan digoIongkan dari berbagai
ketebaIan, yaitu; gambut dangkaI (ketebaIan 50-100 cm), gambut sedang (100-200 cm), gambut
daIam (200-300 cm) dan gambut sangat daIam (>300 cm),
4) Iahan pantai atau saIin, adaIah Iahan yang mendapat intrusi atau pengaruh air asin. ApabiIa Iahan
ini mendapat intrusi atau pengaruh air asin atau Iaut Iebih dari 4 buIan daIam setahun dan
kandungan Na daIam Iarutan tanah 8 persen sampai 15 persen, Iahan ini disebut Iahan saIin.