SlideShare a Scribd company logo
PENALARAN
&
ANALOGI.
Penalaran
Induktif
Analogi
Klausal
Deduktif
Generalisasi
 Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
 Didasari sejumlah proposisi (pernyataan/fakta) yang
diketahui atau dianggap benar (pengamatan),
 Proses seorang menyimpulkan sebuah proposisi baru
yang sebelumnya tidak diketahui disebut menalar.
 penalaran merupakan proses penafsiran fakta sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan.
P
E
N
A
L
A
R
A
N
P
E
N
A
L
A
R
A
N
 Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14),
istilah Penalaran mengandung tiga pengertian,
diantaranya:
1. Cara → menggunakan nalar, pemikiran atau cara
berfikir logis.
2. Hal → mengembangkan atau mengendalikan sesuatu
dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau
pengalaman.
3. Proses → proses mental dalam mengembangkan atau
mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip
Pengertian
 Dua bagian dalam penalaran, yaitu :
1. Proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis (antesedens)
2. Hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi
(consequence).
 Hubungan antara premis dan konklusi disebut
konsekuensi
P
E
N
A
L
A
R
A
N
Contoh:
1. Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia.
(konklusi)
2. Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya.
(konklusi)
P
E
N
A
L
A
R
A
N
 Penalaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu: penalaran
deduktif dan induktif
P
E
N
A
L
A
R
A
N
P
E
N
A
L
A
R
A
N
D
E
D
U
K
T
I
F
Pengertian
 Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus.
 Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Contoh:
1. Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan
adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status sosial.
P
E
N
A
L
A
R
A
N
D
E
D
U
K
T
I
F
 Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu
penarikan langsung dan tidak langsung.
 Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang
ditarik dari satu premis.
 simpulan secara tidak langsung adalah penarikan
simpulan dari dua premis. Premis yang pertama adalah
premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
P
E
N
A
L
A
R
A
N
D
E
D
U
K
T
I
F
P
E
N
A
L
A
R
A
N
D
E
D
U
K
T
I
F
Contoh:
a. Simpulan secara langsung:
- Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
- Semua manusia tangan. (premis)
Sebagian yg memiliki tamemiliki ngan adalah manusia.
(simpulan)
b. Simpulan secara tidak langsung:
- Premis 1: Semua mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan. (U)
Premis 2: Manusia adalah mahluk hidup. (U)
Kesimpulan: Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. (K)
P
E
N
A
L
A
R
A
N
I
N
D
U
K
T
I
F
Pengertian
 Penalaran Induktif adalah cara berpikir dengan menarik
kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala
yang bersifat khusus.
Contoh:
• Jika dipanaskan, besi memuai.
• Jika dipanaskan, tembaga memuai.
• Jika dipanaskan, emas memuai.
• Jika dipanaskan, platina memuai.
• Jika dipanaskan, logam memuai.
 Terdapat 3 macam Penalaran Induktif, yaitu:
1. Generalisasi, adalah suatu proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk
menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum
yang mencakup semua fenomena.
2. Analogi, adalah proses membandingkan dari dua
hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik
suatu kesimpulan.
3. Klausul, adalah dalah paragraph yang dimulai
dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi
sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi
akibat.
P
E
N
A
L
A
R
A
N
I
N
D
U
K
T
I
F
A
N
A
L
O
G
I
 Dalam menjelaskan suatu hal yang baru, kita terkadang
kesulitan untuk mencari kata yang tepat yang dapat
membuat orang yang kita ajak bicara paham akan apa
yang sedang kita jelaskan, untuk itu kita perlu padanan
kata yang sudah ada untuk membuat sesuatu yang baru
itu mudah dipahami.
 Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain inilah
yang disebut dengan analogi.
Pendahuluan
A
N
A
L
O
G
I
 Analogi adalah proses membandingkan dari dua hal yang
berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian
berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
 Kesimpulan yang diambil dengan Analogi, yaitu kesimpulan
dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus
yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.
 Tujuan analogi adalah meramalkan kesamaan, menyingkap
kekeliruan dan menyusun sebuah klasifikasi.
Pengertian
 Analogi terkadang disebut juga Analogi Induktif, yaitu
proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena
lain yang sejenis, kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga
pada fenomena yang lain.
A
N
A
L
O
G
I
Contoh:
1. Jika dipanaskan, logam memuai. Jika ada udara, manusia
akan hidup. Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada
udara, tumbuhan akan hidup.
2. Untuk menjadi seorang penari professional atau ternama
dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Demikiannya dengan
seorang atlit untuk dapat menjadi atlit professional dan
berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Oleh
karena itu untuk menjadi seorang penari maupun seorang
atlit diperlukan latihan yang rajin dan ulet.
A
N
A
L
O
G
I
 Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3
unsur, yaitu:
1. peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi,
2. persamaan prinsipal yang menjadi pengikat,
3. ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
A
N
A
L
O
G
I
Contoh:
- Kita mengetahui kemiripan yang terdapat antara bumi dengan
planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus,
Merkurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari
sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda,
semuanya meminjam sinar matahari sebagaimana bumi, sehingga
padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya
mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak
muncul, dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana
bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum
gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat
dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak
salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet
tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup.
A
N
A
L
O
G
I
 Analogi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Analogi Deklaratif / (Analogi penjelas)
merupakan metode untuk menjelaskan atau
menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal.
2. Analogi Argumentatif
merupakan metode yang didasarkan pada kesimpulan
bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih
ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain.
A
N
A
L
O
G
I
Macam-macam Analogi
A
N
A
L
O
G
I
Contoh:
a. Analogi Deklaratif
– Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana
rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua
kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua
tumpukan batu adalah rumah.
– Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal
mengeluarkan air seni.
b. Analogi Argumentatif
- Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit.
Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.
A
N
A
L
O
G
I
Cara Menilai Analogi
 Dalam sebuah Analogi diperlukan alat ukur untuk mengukur
keterpercayaan dari analogi tersebut, dengan alat berikut:
1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin
besar pula taraf keterpercayaanya.
Contoh:
– A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan ternyata
pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada A, maka atas dasar
analogi, A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan
biro penerbangan yg sama dengan yg digunakan tadi. Analogi A akan
semakin kuat dengan adanya B yg juga tidak merasa puas dengan biro
penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah
ternyata si C, D, E, F dan G juga mengalami hal yg serupa.
A
N
A
L
O
G
I
2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar
Analogi.
Contoh:
– tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu
yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena
sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai.
 Analogi di atas menjadi lebih kuat lagi misalnya
diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan
bahannya.
A
N
A
L
O
G
I
3. Sifat dari analogi yang kita buat.
Contoh:
– Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat
menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang
sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu
liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat
jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter
bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil
B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan baakarnya.
 Jadi, semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin
kuat analogi itu.
A
N
A
L
O
G
I
4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang
berbeda pada peristiwa yang dianalogikan.
Semakin banyak pertimbangan atas unsu-unsurnya yang
berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya.
Contoh:
– Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang
ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga
merupakan sarjana ulung
 Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga
perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya, menjadi:
– A,B,C,D dan E yang mempunyai latar belakang yang
berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama,
pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang
ulung.
A
N
A
L
O
G
I
5. Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Bila tidak relevan, sudah barang tentu analogikanya
tidak kuat dan bahkan bisa gagal.
 Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh
lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin
persamaan yang tidak relevan
 Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang
mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan
pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya
kebenarannya
 Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer,
namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran
induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat
atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita
menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena
membuat persamaan yang tidak tepat.
Contoh:
kekeliruan pada Analogi Induktif:
– Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang
karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit
meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat
tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur.
Analogi yang Pincang
A
N
A
L
O
G
I
 Analogi pincang banyak terjadi dalam perdebatan
maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat
lawan maupun mempertaahankan kepentingan sendiri.
Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif
pengaruhnya terhadap pendengar.
A
N
A
L
O
G
I
A
N
A
L
O
G
I
Kesimpulan
 Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan
menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus
dengan fakta khusus lain.
 Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan Analogik, yaitu:
– Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi,
– Persamaan principal yang menjadi pengikat, dan
– Ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.
 Macam Analogi ada 2, yakni:
– Analogi Deklaratif, dan
– Analogi Argumentatif.
 Dalam menilai keterpercayaan suatu analogi hendaknya melihat
factor-faktor berikut:
– Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan,
– Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi,
– Sifat dari analogi yang kita buat,
– Ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa
yang dianalogikan, dan
– Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.
 Analogi yang pincang merupakan penalaran induktif yang tidak
memenuhi syarat atau tidak dapat diterima karena membuat
persamaan yang tidak tepat.
A
N
A
L
O
G
I
Thank You for Your
Attention

More Related Content

What's hot

Materi 10 (pasar persaingan)
Materi 10 (pasar persaingan)Materi 10 (pasar persaingan)
Materi 10 (pasar persaingan)
UPN "Veteran" Yogyakarta
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
gadis sriyamti
 
16-Cost and Benefit Analysis
16-Cost and Benefit Analysis16-Cost and Benefit Analysis
16-Cost and Benefit Analysis
Wahyu Wijanarko
 
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
Universitas Qomaruddin, Gresik, Indonesia
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel
fikri asyura
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
19091997sovi
 
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
Gilang Prayoga
 
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
Kacung Abdullah
 
Hipotesis nol
Hipotesis nolHipotesis nol
Hipotesis nol
lusiyendriani
 
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.comMembuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
SEKOLAH BISNIS INDONESIA
 
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
Fachriyanta Syahputr
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Pertemuan xi pasar monopoli
Pertemuan xi pasar monopoliPertemuan xi pasar monopoli
Pertemuan xi pasar monopoli
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginal
hadiqzuhri
 
Sejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Sejarah/Perkembangan Pemikiran EkonomiSejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Sejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Joventus Partogi Silaen
 
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia KerjaPenguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
Dadang Solihin
 
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektorKeseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

What's hot (20)

Materi 10 (pasar persaingan)
Materi 10 (pasar persaingan)Materi 10 (pasar persaingan)
Materi 10 (pasar persaingan)
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
Biodata penulis buku
Biodata penulis bukuBiodata penulis buku
Biodata penulis buku
 
16-Cost and Benefit Analysis
16-Cost and Benefit Analysis16-Cost and Benefit Analysis
16-Cost and Benefit Analysis
 
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
3.2 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PETA-PETA KERJA SETEMPAT
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampel Populasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Analisis swot
Analisis swotAnalisis swot
Analisis swot
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
 
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
Modul 4 Pengantar Ilmu Ekonomi
 
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
Aspek Keuangan (Rasio-rasio Keuangan)
 
Hipotesis nol
Hipotesis nolHipotesis nol
Hipotesis nol
 
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.comMembuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
Membuat konsep produk www.sekolahbisinisindonesia.com
 
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas pada Laporan Keua...
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
 
Teori Penawaran
Teori PenawaranTeori Penawaran
Teori Penawaran
 
Pertemuan xi pasar monopoli
Pertemuan xi pasar monopoliPertemuan xi pasar monopoli
Pertemuan xi pasar monopoli
 
Biaya marginal
Biaya marginalBiaya marginal
Biaya marginal
 
Sejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Sejarah/Perkembangan Pemikiran EkonomiSejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
Sejarah/Perkembangan Pemikiran Ekonomi
 
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia KerjaPenguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
Penguatan Hard dan Soft Skills bagi Peningkatkan Daya Saing di Dunia Kerja
 
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektorKeseimbangan ekonomi tiga sektor
Keseimbangan ekonomi tiga sektor
 

Similar to Penalaran dan Logika.ppt

Ppt penalaran
Ppt penalaranPpt penalaran
Ppt penalaran
Riska Ratnasari
 
PENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIPENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSI
syoretta
 
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa IndonesiaRangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
fitriiprit
 
FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
RizkiZikriyanus
 
Tugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesiaTugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesia
Mira Erviana
 
BAB 8 Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
BAB 8  Penalaran Karangan Ilmiah.pptxBAB 8  Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
BAB 8 Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
ErikakbarE
 
penalaran adalah sesuatu hal yang sangat
penalaran adalah sesuatu hal yang sangatpenalaran adalah sesuatu hal yang sangat
penalaran adalah sesuatu hal yang sangat
ssuser7b48f01
 
Ciri-ciri Sains
Ciri-ciri SainsCiri-ciri Sains
Ciri-ciri Sains
Muhibbudin Kamal
 
Teori
TeoriTeori
Teori
Eko Sejati
 
Teori
TeoriTeori
Teori
Eko Sejati
 
Dalam penulisan karya ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiahDalam penulisan karya ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiahSandika Wahyu IP
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
Lisca Ardiwinata
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
syoretta
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
Sandika Wahyu IP
 
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran Ilmiah
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran IlmiahTata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran Ilmiah
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran IlmiahM. Firdaus Adi Surya
 
Ferry makalah bi
Ferry makalah biFerry makalah bi
Ferry makalah bi
ferry heriyanto
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Henry Kurniawan
 
HAKIKAT IPA.pptx
HAKIKAT IPA.pptxHAKIKAT IPA.pptx
HAKIKAT IPA.pptx
MarlinaSafri1
 
Merged_document.pptx
Merged_document.pptxMerged_document.pptx
Merged_document.pptx
EnkiduSimp
 

Similar to Penalaran dan Logika.ppt (20)

Ppt penalaran
Ppt penalaranPpt penalaran
Ppt penalaran
 
PENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIPENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSI
 
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa IndonesiaRangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
Rangkuman bab penalaran MK Bahasa Indonesia
 
FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Tugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesiaTugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesia
 
BAB 8 Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
BAB 8  Penalaran Karangan Ilmiah.pptxBAB 8  Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
BAB 8 Penalaran Karangan Ilmiah.pptx
 
penalaran adalah sesuatu hal yang sangat
penalaran adalah sesuatu hal yang sangatpenalaran adalah sesuatu hal yang sangat
penalaran adalah sesuatu hal yang sangat
 
Ciri-ciri Sains
Ciri-ciri SainsCiri-ciri Sains
Ciri-ciri Sains
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
Teori
TeoriTeori
Teori
 
1. epistemologi (selesai)
1. epistemologi (selesai)1. epistemologi (selesai)
1. epistemologi (selesai)
 
Dalam penulisan karya ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiahDalam penulisan karya ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
PENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIFPENALARAN DEDUKTIF
PENALARAN DEDUKTIF
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran Ilmiah
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran IlmiahTata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran Ilmiah
Tata Tulis Karya Ilmiah : Penalaran Ilmiah
 
Ferry makalah bi
Ferry makalah biFerry makalah bi
Ferry makalah bi
 
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
Ujian mid filsafat ilmu (henry kurniawan 06022681318024)
 
HAKIKAT IPA.pptx
HAKIKAT IPA.pptxHAKIKAT IPA.pptx
HAKIKAT IPA.pptx
 
Merged_document.pptx
Merged_document.pptxMerged_document.pptx
Merged_document.pptx
 

Recently uploaded

Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
YoseSuprapman3
 
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
perusahaan704
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
Redis Manik
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
classroomastitiani
 
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.pptMateri_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
FakhrilHadi
 
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptxPPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
IsmiAis2
 
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhanaNegosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
cisociso711
 
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
jhanchoek885
 

Recently uploaded (8)

Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
Modul 2.1.a.4 Refleksi Eksplorasi Konsep.pdf.pptxModul 2.1.a.4 Refleksi Ekspl...
 
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...
 
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025
 
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdfPertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
Pertemuan 7_Penetapan Produk Unggul dan Manajemen Inovasi.pdf
 
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.pptMateri_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
Materi_Kuliah_aaaaaKewirausahaan_ppt.ppt
 
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptxPPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
PPT HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL.pptx
 
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhanaNegosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
Negosisasi Bisnis 1 terkait hal hal sederhana
 
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMURPAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
PAPARAN JATIM CM SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
 

Penalaran dan Logika.ppt

  • 3.  Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.  Didasari sejumlah proposisi (pernyataan/fakta) yang diketahui atau dianggap benar (pengamatan),  Proses seorang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui disebut menalar.  penalaran merupakan proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. P E N A L A R A N
  • 4. P E N A L A R A N  Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14), istilah Penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya: 1. Cara → menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis. 2. Hal → mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman. 3. Proses → proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip Pengertian
  • 5.  Dua bagian dalam penalaran, yaitu : 1. Proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) 2. Hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).  Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi P E N A L A R A N
  • 6. Contoh: 1. Semua manusia mempunyai rambut. (premis) Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (konklusi) 2. Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis) Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (konklusi) P E N A L A R A N
  • 7.  Penalaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu: penalaran deduktif dan induktif P E N A L A R A N
  • 8. P E N A L A R A N D E D U K T I F Pengertian  Penalaran Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.  Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
  • 9. Contoh: 1. Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. P E N A L A R A N D E D U K T I F
  • 10.  Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.  Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis.  simpulan secara tidak langsung adalah penarikan simpulan dari dua premis. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus. P E N A L A R A N D E D U K T I F
  • 11. P E N A L A R A N D E D U K T I F Contoh: a. Simpulan secara langsung: - Semua S adalah P. (premis) Sebagian P adalah S. (simpulan) - Semua manusia tangan. (premis) Sebagian yg memiliki tamemiliki ngan adalah manusia. (simpulan) b. Simpulan secara tidak langsung: - Premis 1: Semua mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan. (U) Premis 2: Manusia adalah mahluk hidup. (U) Kesimpulan: Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. (K)
  • 12. P E N A L A R A N I N D U K T I F Pengertian  Penalaran Induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Contoh: • Jika dipanaskan, besi memuai. • Jika dipanaskan, tembaga memuai. • Jika dipanaskan, emas memuai. • Jika dipanaskan, platina memuai. • Jika dipanaskan, logam memuai.
  • 13.  Terdapat 3 macam Penalaran Induktif, yaitu: 1. Generalisasi, adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. 2. Analogi, adalah proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. 3. Klausul, adalah dalah paragraph yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat. P E N A L A R A N I N D U K T I F
  • 14. A N A L O G I  Dalam menjelaskan suatu hal yang baru, kita terkadang kesulitan untuk mencari kata yang tepat yang dapat membuat orang yang kita ajak bicara paham akan apa yang sedang kita jelaskan, untuk itu kita perlu padanan kata yang sudah ada untuk membuat sesuatu yang baru itu mudah dipahami.  Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain inilah yang disebut dengan analogi. Pendahuluan
  • 15. A N A L O G I  Analogi adalah proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.  Kesimpulan yang diambil dengan Analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.  Tujuan analogi adalah meramalkan kesamaan, menyingkap kekeliruan dan menyusun sebuah klasifikasi. Pengertian
  • 16.  Analogi terkadang disebut juga Analogi Induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis, kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. A N A L O G I
  • 17. Contoh: 1. Jika dipanaskan, logam memuai. Jika ada udara, manusia akan hidup. Jika ada udara, hewan akan hidup. Jika ada udara, tumbuhan akan hidup. 2. Untuk menjadi seorang penari professional atau ternama dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Demikiannya dengan seorang atlit untuk dapat menjadi atlit professional dan berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang penari maupun seorang atlit diperlukan latihan yang rajin dan ulet. A N A L O G I
  • 18.  Dalam setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur, yaitu: 1. peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, 2. persamaan prinsipal yang menjadi pengikat, 3. ketiga fenomena yang hendak kita analogikan. A N A L O G I
  • 19. Contoh: - Kita mengetahui kemiripan yang terdapat antara bumi dengan planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus, Merkurius. Planet-planet ini kesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan waktu yang berbeda, semuanya meminjam sinar matahari sebagaimana bumi, sehingga padanya juga berlaku pergantian siang dan malam. Sebagiannya mempunyai bulan yang memberikan sinar manakala matahari tidak muncul, dan bulan-bulan ini meminjam sinar matahari sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yang sangat dekat antara bumi dengan planet-planet tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet-planet tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup. A N A L O G I
  • 20.  Analogi dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Analogi Deklaratif / (Analogi penjelas) merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. 2. Analogi Argumentatif merupakan metode yang didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal mempunyai satu atau lebih ciri yang sama seperti terdapat pada suatu hal lain. A N A L O G I Macam-macam Analogi
  • 21. A N A L O G I Contoh: a. Analogi Deklaratif – Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana rumah itu dibangun oleh batu-batu. Tetapi tidak semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tidak semua tumpukan batu adalah rumah. – Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal mengeluarkan air seni. b. Analogi Argumentatif - Anjing hitam menyalak, mengejar orang dan menggigit. Anjing coklat menyalak dan mengejar orang.
  • 22. A N A L O G I Cara Menilai Analogi  Dalam sebuah Analogi diperlukan alat ukur untuk mengukur keterpercayaan dari analogi tersebut, dengan alat berikut: 1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin besar pula taraf keterpercayaanya. Contoh: – A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan dan ternyata pelayanannya tidak memberikan kepuasan pada A, maka atas dasar analogi, A menyarankan kepada temannya untuk tidak menggunakan biro penerbangan yg sama dengan yg digunakan tadi. Analogi A akan semakin kuat dengan adanya B yg juga tidak merasa puas dengan biro penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F dan G juga mengalami hal yg serupa.
  • 23. A N A L O G I 2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar Analogi. Contoh: – tentang sepatu yang telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yang baru saja kita beli tentu akan awet dan enak dipakai karena sepatu yang dulu dibeli di toko ini juga awet dan enak dipakai.  Analogi di atas menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga persamaan harganya, mereknya, dan bahannya.
  • 24. A N A L O G I 3. Sifat dari analogi yang kita buat. Contoh: – Apabila kita mempunyai mobil dan satu liter bahan bakarnya dapat menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dengan mobil kita akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap liter bahan bakarnya, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat menempuh 15 km setiap liter bahan baakarnya.  Jadi, semakin rendah taksiran yang kita analogikan semakin kuat analogi itu.
  • 25. A N A L O G I 4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak pertimbangan atas unsu-unsurnya yang berbeda semakin kuat keterpercayaan analoginya. Contoh: – Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi sarjana yang ulung karena beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana ulung  Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para lulusan sebelumnya, menjadi: – A,B,C,D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah sarjana yang ulung.
  • 26. A N A L O G I 5. Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan. Bila tidak relevan, sudah barang tentu analogikanya tidak kuat dan bahkan bisa gagal.  Analogi yang mendasarkan pada suatu hal yang relevan jauh lebih kuat daripada analogi yang mendasarkan pada selusin persamaan yang tidak relevan  Analogi yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Meskipun hanya mendasarkan pada satu atau dua persamaan, analogi ini cukup terpercaya kebenarannya
  • 27.  Meskipun analogi merupakan corak penalaran yang populer, namun tidak semua penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat. Contoh: kekeliruan pada Analogi Induktif: – Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang jangan tidur di tempat tidur karena hamper semua manusia menemui ajalnya di tempat tidur. Analogi yang Pincang A N A L O G I
  • 28.  Analogi pincang banyak terjadi dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertaahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar. A N A L O G I
  • 29. A N A L O G I Kesimpulan  Analogi adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyampaikan atau memperbandingkan suatu fakta khusus dengan fakta khusus lain.  Terdapat 3 unsur dalam penyimpulan Analogik, yaitu: – Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, – Persamaan principal yang menjadi pengikat, dan – Ketiga fenomena yang hendak kita analogikan.  Macam Analogi ada 2, yakni: – Analogi Deklaratif, dan – Analogi Argumentatif.
  • 30.  Dalam menilai keterpercayaan suatu analogi hendaknya melihat factor-faktor berikut: – Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, – Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi, – Sifat dari analogi yang kita buat, – Ada tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan, dan – Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.  Analogi yang pincang merupakan penalaran induktif yang tidak memenuhi syarat atau tidak dapat diterima karena membuat persamaan yang tidak tepat. A N A L O G I
  • 31. Thank You for Your Attention