Tiga kalimat:
Dokumen tersebut merangkum pemikiran Driyarkara tentang Pancasila sebelum 1965, khususnya menjelaskan bahwa Pancasila dan agama tidak bertentangan, dimana Pancasila mengarahkan pada kemanusiaan sementara agama mengarahkan pada Ketuhanan sebagai tujuan tertinggi manusia. Driyarkara juga menjelaskan hubungan antara negara, Pancasila, dan agama di Indonesia.
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Presentasi ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila yang diampu oleh bapak Sujarwo M.Pd
Kelompok 1 [Prodi BK UNJ 2017]
Nama anggota berdasarkan huruf A sampai Z
1. Andre Pratama 1106617017
2. Anisa Riskyana 1106617067
3. Chatherin Tasya 1106617042
4. Darryl Herdianto 1106617057
5. Fatma Sahida 1106617022
6. Fildzah Nadine 1106617048
7. Gita adila 1106617026
8. Isti Anggriani 1106617020
Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Presentasi ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila yang diampu oleh bapak Sujarwo M.Pd
Kelompok 1 [Prodi BK UNJ 2017]
Nama anggota berdasarkan huruf A sampai Z
1. Andre Pratama 1106617017
2. Anisa Riskyana 1106617067
3. Chatherin Tasya 1106617042
4. Darryl Herdianto 1106617057
5. Fatma Sahida 1106617022
6. Fildzah Nadine 1106617048
7. Gita adila 1106617026
8. Isti Anggriani 1106617020
2. Riwayat Hidup
• Lahir 13 Juni 1913 di desa
Kedunggubah, Purworejo,
• Volksschool dan Vervolgschool di Cangkrep, dan
HIS di Purworejo, dengan nama Suhirman
(Jenthu)
• Seminari Menengah di Yogyakarta 1929-1935
• Novisiat Girisonta (1935-1937) ganti nama
Driyarkara; yuniorat masih di Girisonta (1938),
• Filsafat di Kolese Ignasius Kotabaru , Yogyakarta
(1938-41)
• Orientasi kerja di Girisonta lagi, mengajar bahasa
Latin (1941-42)
3. Riwayat Hidup (lanjutan)
• Teologi di Kolese Xaverius Muntilan (1942-43) ,
pindah sebentar di Mendut
• Teologi dan mengajar Filsafat di Kolese Ignasius
lagi di Yogyakarta
• Tahbisan imam (1947) di bawah tangan pertama
Mgr. Sugiyopranoto SJ
• Studi teologi ke Maastricht (1947-49)
• Tersiat di Drongen, dekat Gent, Belgia sampai
tahun 1950
• Doktorat filsafat di Gregoriana Roma (1950-52).
4. Pemikiran Pancasila Driyarkara
• Sebelum 1965, “Pancasila dan Religi” (17
Februari 1959) – filosofis, sistematik, dan
komprehensif
• Sesudah 1965 : “Kembali ke Pancasila” (6 Mei
1966), “Pancasila dan Pedoman Hidup sehari-
hari” (Juni-Agustus 1966), “Pancasila sebagai
Ideologi” (Sept.-Nov. 1966), “Gambaran
Manusia Pancasila” (Nov. 1966 – Feb. 1967) –
politik praktis-eklektis
5. Latar Belakang Sosio-Politis
• Belanda gagal memecah belah Indonesia;
Republik Indonesia Serikat hanya bertahan
setahun (1949-1950)
• Pemilihan umum pertama (1955) : empat besar
Nasionalis, Masyumi, Komunis, N.U.
• Seminar Pancasila 17 Feb. 1959 merupakan usaha
pemerintah mencari pedasaran Negara Kesatuan
Republik Indonesia
• Dekrit 5 Juli 1959, kembali ke UUD ’45. Nasakom
6. Isu Persatuan dan Agama
• Pemilu demokratis berhasil, tetapi
Konstituante tidak berhasil menyusun UUD
baru untuk Republik Indonesia (baru)
• Pertentangan antara tiga kekuatan politis
begitu mengkhawatirkan : Islam (agama),
Nasionalisme dan Komunisme.
• Driyarkara menangkap keprihatinan itu : soal
kesatuan dan kontroversi tentang agama
dalam UUD.
7. Pemikiran Pancasila Driyarkara
• Pemikiran Driyarkara tentang Pancasila
sebelum 1965.
• Soal kesatuan dikembalikan pada hakekat
manusia, sebagai yang sama dan saling
bersaudara; inilah yang menjadi titik tolak
uraiannya tentang Pancasila.
• Kontroversi agama di Indonesia, dijelaskan
dalam uraiannya tentang Pancasila dan Religi.
8. Dalil-dalil Filsafat Pancasila
Titik tolak (sila 1): Kemanusiaan yang adil dan
beradab
• Aku manusia mengakui bahwa adaku itu
merupakan ada-bersama-dengan-cinta-kasih
(liebendes Miteinandersein). Jadi, adaku harus
aku jalankan sebagai cintakasih pula.
• Cinta kasih dalam kesatuanku dengan sesama
manusia, jika dipandang pada umumnya,
disebut Perikemanusiaan.
9. Keadilan Sosial (sila 5)
• Perikemanusiaan itu harus kujalani dalam
bersama-sama menciptakan, memiliki, dan
menggunakan barang-barang dunia yang
berguna sebagai syarat-syarat, alat-alat, dan
perlengkapan hidup. Penjelmaan
Perikemanusiaan dalam sektor ini disebut
Keadilan Sosial
10. Demokrasi (sila 4)
Aku manusia niscaya memasyarakat;
mengadakan kesatuan-karya. Agar kesatuan-
karya itu betul-betul merupakan pelaksanaan dari
Perikemanusiaan, setiap anggota harus dihormati
dan diterima sebagai pribadi yang sama haknya.
Cara melaksanakan Perikemanusiaan dalam
sektor ini (ialah pembentukan kesatuan-karya)
kita sebut Demokrasi. Cara ini harus dijalankan
baik dalam masyarakat-kecil (kooperasi dan
sebagainya) mau pun dalam masyarakat besar
11. Kesatuan Indonesia (sila 3)
• Perikemanusiaan harus juga kulakukan dalam
hubunganku dengan kesatuan, yang dengan
proses lambat laun ditimbulkan oleh sejarah,
keadaan tempat, keturunan, kebudayaan,
peradaban bersama, dan faktor yang lain.
Kesatuan itu ikut serta menentukan dan
membentuk diriku sebagai manusia yang
konkret dengan perasaannya, semangatnya,
pikirannya, dan sebagainya.
12. Kesatuan (sila 3) -2
• Ada bersama pada konkretnya berupa hidup
dalam kesatuan itu. Jadi hidupku dalam
kesatuan itu harus merupakan pelaksanaan
dari Perikemanusiaan. Kesatuan yang besar
itu, tempat aku pertama harus melaksanakan
Perikemanusiaan, disebut Kebangsaan.
13. Ketuhanan (sila 1)
• Aku mengakui bahwa adaku itu ada
bersama, serba terhubung, serba
tersokong, serba tergantung. Jadi adaku itu
tidak sempurna, tidak atas kekuatan sendiri.
Jadi aku bukanlah sumber dari adaku. Semua
hal yang ada dengan terbatas, justru karena
terbatasnya (sama dengan aku) tidak mungkin
merupakan sumber adaku, tidak mungkin
memberi keterangan yang terakhir dari adaku.
14. Ketuhanan (sila 1) -2
• Yang dapat merupakan sumber adaku pada
akhirnya hanyalah Ada Yang Mutlak, Sang Maha-
Ada. Sang Maha-Ada itu bukanlah sesuatu,
melainkan Pribadi yang Maha sempurna. Itulah
Tuhan Yang Maha Esa. Adaku yang berupa cinta
kasih itu sebetulnya adalah cinta kasih kepada
Sang Maha-Cinta-Kasih, Sang Maha-Penyayang.
Dalam pikiran ini aku menemukan dasar dari
adaku; jadi, dasar dari semua perbuatanku; jadi,
dasar dari pelaskanaan Perikemanusiaan,
KeadilanSosial, dan lain-lain.
15. • Etimologinya : religari = mengikat
• Artinya : rasa kesatuan dengan Yang Maha-
kuasa, Tuhan, mengarahkan diri, penyerahan
total dsb. Ikatan yang membahagiakan
• Meski secara filosofis terasa jauh, tetapi dalam
pengalaman Tuhan itu dekat (hubungan
kedalaman yang maksimal yang dapat dicapai
manusia)
Pengalaman Religi
16. • Sebagai hal yang tak teringkari dari adanya
manusia; bukan hanya bagian, melainkan
seluruh keberadaan manusia tenggelam di
dalamnya.
• Manusia bisa mengingkarinya secara
superfisial, tetapi dorongan religi akan muncul
dalam hasrat lain, misalnya persaudaraan
antar manusia, kesejahteraan bersama dsb.
Religi sebagai kodrat
17. • Tidak bertentangan
• Pancasila merupakan ekasila, kelima sila tak
boleh dipisah-pisahkan; eka sila yakni cinta
kasih (kepada Tuhan dan sesama).
• Pancasila menunjuk manusia sebagai
‘bakat’, potensi, dorongan ke Tuhan
• Religi merupakan ‘karunia’ Tuhan; karunia
diterima karena dalam diri manusia sudah ada
bakat
Pancasila dan Religi
18. • Tidak bertentangan
• Pancasila merupakan ekasila, kelima sila tak
boleh dipisah-pisahkan; eka sila yakni cinta
kasih (kepada Tuhan dan sesama).
• Pancasila menunjuk manusia sebagai ‘bakat’,
potensi, dorongan ke Tuhan
• Religi merupakan ‘karunia’ Tuhan; karunia
diterima karena dalam diri manusia sudah ada
bakat
Pancasila dan Religi
19. Arti Umum / Sebagai
Filsafaf/ prinsip
Arti Khusus / Negara
Indonesia / tujuan
Peri-
kemanusiaan
Kesetaraan, hak-hak azasi,
internasionalisme
Hubungan Indonesia dengan
negara-negara lain setara
Keadilan Sosial Dalam kerja-sama antar
manusia, mengelola
(barang-barang) dunia
Untuk Negara Indonesia; keadilan
sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Demokrasi Dalam kerja-sama antar
manusia, dalam me-
Negara, me-Masyarakat
Cara me-Negara orang Indonesia;
bekerja membangun Negara Indo,
menyatu karya (gotong royong)
Kebangsaan Manusia diciptakan dalam
Tanah kelahirannya
(airnya) – St. Thomas
Aquinas
Persatuan Indonesia; Sumpah
Pemuda 1928)
Ketuhanan Umum; religi Wrisan kerohanian suku-suku bgs;
penghargaan pada kepercayaan
berbeda
20. • Karya me-Negara (= membangun Negara
Indonesia) dengan prinsip ekasila, yakni gotong-
royong ---- mengerjakan / karya bersama-sama
dalam segala lini (himbauan kesatuan)
• Tujuan me-Negara = mengupayakan keadilan
sosial; kemakmuran umum/bersama sebagai
tujuan langsung (bonum commune)
• Ketuhanan, sebagai tujuan mutakhir/terdasar
manusia, bukan karya me-Negara, karena bersifat
kerohanian, tidak menjadi tujuan langsung
Eka sila dan tujuan me-Negara
21. • Maka Ketuhanan = sebagai tujuan paling
dasariah, merupakan dasar dan bukan di
antara sila-sila.
• Religi = menjalankan kehidupan dalam
kepercayaan pada Tuhan; masing-masing religi
bebas, karena tidak diatur Negara, tidak bisa
dipaksakan jalannya.
• Religi bukan (bagian) karya me-Negara, Negara
tidak berhak mengatur Religi
Ketuhanan: Religi dan Negara
22. • Namun berbeda dari Barat, sekuler, ---- yang
tidak ber-ketuhanan, tidak mengarahkan
tujuan akhir kepada Tuhan, dan tidak
mengatur agama.
• Negara Indonesia, bukan sekuler ------
karena mengarah, ke tujuan dasar
Ketuhanan, tetapi tidak mengaturnya
• Bahaya penggabungan Negara (Indonesia)
dengan Religi / Agama, bila saling mengatur
Negara dan Agama (1)
23. • Indonesia bukan Negara Agama -- Religi
tidak dicampur adukkan dengan kerja me-
Negara
• Indonesia bukan Negara profan/ sekuler ---
mengarahkan diri pada Ketuhanan.
• Pancasila mampu mengatasi dilema dan
kesulitan antara Negara dan Agama,antara
kecenderungan sekularisme dan teokrasi
Negara dan Agama (2)
24. • Pancasila (umum) >>>>>> Karya Kemanusiaan
luas (dunia)
• Pancasila (khusus) >>>>>>> Karya me-Negara
(Indonesia) >>>>>> Ketuhanan (tdk langsung)
• Religi (agama) >>>>>>> Ketuhanan (langsung)
Terima kasih
Pancasila, Negara dan Religi