Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip manusia Pancasila, meliputi pengertian prinsip, konsep manusia Pancasila, bentuk aktualisasi Pancasila, dan prinsip-prinsip butir Pancasila serta penerapannya. Dokumen ini juga menjelaskan bagaimana Pancasila dapat diaktualisasikan secara obyektif dan subyektif serta contoh-contoh penerapan prinsip-prinsip Pancasila dalam
2. Prinsip Manusia Pancasila
Pengertian Prinsip
Konsep Manusia Pancasila
Bentuk Aktualisasi Pancasila
Prinsip Butir-butir Pancasila dan
Penerapannya
3. • Prinsip adalah gagasan dasar yang mengandung
kebenaran, berupa doktrin atau asumsi, yang
terjabar dalam hukum atau tata pergaulan, yang
dijadikan landasan dalam menentukan sikap dan
tingkah laku.
• Prinsip dipegang sebagai acuan dalam
menentukan pilihan suatu pemikiran atau tindakan,
menentukan pola pikir dan pola tindak, sehingga
akan mewarnai tingkah laku pemegang prinsip di
maksud.
Prinsip Manusia Pancasila
4. Manusia Pancasila adalah manusia yang merupakan kesatuan
dengan dunia material, dengan sesama manusia, dan akhirnya
berhubungan dengan Tuhan penciptanya. Manusia berelasi
vertikal kepada Tuhan dan horizontal kepada manusia dan
dunia.
Konsep manusia Pancasila menunjukkan sebuah pemahaman
adanya prinsip-prinsip keseimbangan sebagai prinsip dasar
mengenai hakikat manusia yang sesungguhnya. Keseimbangan
menjadi nilai dasar dan orientasi dalam menjelaskan mengenai
hakikat manusia.
Pancasila adalah bentuk pemikiran mengenai
manusia, sebab manusia pendukung utama dan
satu-satunya dari Pancasila
5. Manusia Pancasila merupakan manusia yang mendasari awal
diri dan jiwanya dengan ber-Periketuhanan Yang Maha Esa
lebih dahulu. (Notonagoro, 1975: 53)
Pancasila memuat ajaran bahwa keberadaan manusia dalam
semesta realita selalu terhubung dan tergantung pada "yang
lain", yaitu sesama manusia, alam semesta, dan Tuhan
(Driyarkara 1959: 28)
1. Menjalin hubungan cinta kasih kepada Tuhan dengan
penuh ketaqwaan dan pengabdian (sila 1)
2. Menjalin hubungan cinta kasih kepada sesama manusia
dalam konteks hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (sila 2, 3, dan 4)
3. Memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran bersama
(sandang, pangan dan papan) sumbernya dari daya alam
(sila 5)
6. Aktualisasi Obyektif
Aktualisasi Subyektif
Dalam aktualisasi Pancasila ini, penjabaran
nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma,
dijumpai dalam bentuk norma hukum, kenegaraan, dan norma-norma moral. Sedangkan
pengaktulisasinya dikaitkan dengan tingkah laku semua warga negara dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta seluruh aspek penyelenggaraan negara.
Realisasi pelaksanaan Pancasila dalam
bidang-bidang penyelenggaraan negara, baik
bidang legislatif, eksekutif, yudikatif maupun
bidang-bidang seperti ekonomi, polítik,
hukum, hankam, termasuk realisasi dalam
bentuk peraturan perundang-undangan
negara Indonesia.
Pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi,
setiap penguasa dan setiap orang Indonesia.
Aktualisasi Pancasila yang subyektif ini lebih
penting dari aktualisasi obyektif, karena
aktualisasi yang subyektif ini merupakan
persyaratan keberhasilan aktualisasi yang
obyektif.
7. Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup
adalah mewujudkan masyarakat yang berketuhanan,
yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki
jiwa maupun semangat untuk mencapai rida Tuhan
dalam setiap perbuatan baik yang dilakukannya.
Dari sudut pandang etis keagamaan, negara berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah negara yang
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk
memeluk agama dan beribadat menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
8. 1. Dalam olah pikir, olah rasa, dan olah tindak,
manusia selalu mendudukkan manusia lain
sebagai mitra, sesuai dengan harkat dan
martabatnya.
2. Hak dan kewajibannya dihormati secara
beradab. Dengan demikian tidak akan terjadi
penindasan atau pemerasan.
3. Segala aktivitas bersama berlangsung dalam
keseimbangan, kesetaraan, dan kerelaan.
9. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang
kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun pandangan
dogmatik dan sempit, namun harus menjadi upaya untuk
melihat diri sendiri secara lebih objektif dari dunia luar.
1. Sukuisme (Primordialisme): Paham yang mengagung-agungkan suku bangsa sendiri dan
tidak menghargai suku bangsa lain;
2. Provinsialisme (Kedaerahan adalah paham): Sikap yang hanya mementingkan provinsi/daerahnya tanpa memperhatikan
kepentingan nasional;
3. Chauvinisme: Paham yang mengagungkan bangsa/negara sendiri dan memandang rendah bangsa lain (nasionalisme
yang sempit).
11. Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan negara
Indonesia. Semboyan ini memiliki artian ‘berbeda-beda
tetapi tetap satu jua’. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
menjelaskan dengan tegas jika adanya keanekaragaman
di berbagai aspek kehidupan yang menjadikan Bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang satu dan utuh.
Keanekaragaman ini seharusnya tidak menjadi ancaman,
tetapi menjadi pemersatu memperkuat jalinan
kehidupan di antara masyarakat Indonesia.
Fungsi mendasar dari semboyan negara “Bhinneka
Tunggal Ika” ialah menjadi landasan persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia. Fungsi mendasar inilah
yang membuat masyarakat dapat hidup saling
menghormati dan menghargai keberagaman yang
ada. Bhinneka Tunggal Ika bukanlah sekadar
semboyan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman
kehidupan dan sarana untuk mencapai cita-cita
Bangsa Indonesia.
Frasa ini berasal dari kitab atau Kakawin Sutasoma karangan
Empu Tantular yang berbahasa Jawa Kuno.
12. 1. Dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku bahwa
yang berdaulat dalam negara Republik Indonesia adalah
seluruh rakyat, sehingga rakyat harus didudukkan secara
terhormat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2. Apabila dengan musyawarah tidak dapat tercapai
kesepakatan, maka pemungutan suara tidak dilarang.
3. Setiap kesepakatan bersama mengikat semua pihak
tanpa kecuali, dan wajib untuk merealisasikan
kesepakatan di maksud.
4. Dalam menentukan kesepakatan bersama dapat juga
ditempuh dengan jalan perwakilan.
13. Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma
berdasarkan ketidakberpihakan, keseimbangan, serta
pemerataan terhadap suatu hal.
Pendistribusian sumber daya ditujukan untuk
menciptakan kesejahteraan sosial terutama bagi
kelompok masyarakat terbawah atau masyarakat yang
lemah sosial ekonominya. Keadilan sosial juga
menghendaki upaya pemerataan sumber daya agar
kelompok masyarakat yang lemah dapat dientaskan dari
kemiskinan dan agar kesenjangan sosial ekonomi di
tengah-tengah masyarakat dapat dikurangi.
14. Kerakyatan Yang Dipimpin
Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Bagaimana contoh
tindakannya?
1. Bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama
antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa; dan
3. Tidak memaksakan suatu agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
1. Mengakui persamaan derajat, persamaan
hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, agama,
jenis kelamin, kedudukan sosial, dan warna
kulit;dan
2. Tidak memaki-maki teman yang bersalah
kepada kita.
1. Mengikuti upacara bendera dengan
tertib;
2. Tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang lain;
3. Memakai produk-produk dalam negeri;
4. Menghormati setiap teman yang berbeda ras dan
budayanya; dan
5. Mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan tanah
wilayah Indonesia.
1. Membiasakan diri bermusyawarah dengan
orang lain dalam menyelesaikan masalah;
2. Memberikan suara dalam pemilihan;
3. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain; dan
4. Menerima kekalahan dengan ikhlas dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
1. Berlaku adil kepada siapa pun;
2. Tidak pilih-pilih dalam bersosialisasi
dengan orang lain;
3. Tidak menggunakan hak milik untuk
bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum; dan
4. Menjalankan kewajiban dan menghormati
hak orang lain.
15. Prinsip Manusia Pancasila
Kelompok 1 | Pertemuan Keempat
Aku tidak mengatakan bahwa aku yang
menciptakan Pancasila. Apa yang
kukerjakan hanyalah menggali jauh ke
dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami
sendiri dan aku menemukan lima butir
mutiara indah.