Dokumen tersebut membahas strategi pengembangan pariwisata DIY melalui perencanaan jangka panjang yang efektif dan berkelanjutan, dengan fokus pada peningkatan kualitas destinasi, pemasaran, dan kelembagaan pariwisata."
Strategi pemasaran pariwisata diy prof wiendu,tour operator di jogja,tour ope...
OPTIMASI KEPARIWISATAAN DIY
1. Efektivitas Perencanaan dan
Pelaksanaan yang Berkelanjutan
dalam Pencapaian Keberhasilan
Pembangunan Kepariwisataan DIY
Yogyakarta, 13 Desember 2012
Oleh: Ike Janita Dewi, SE, MBA, PhD
2. Tinjauan Kebijakan Daerah Provinsi DIY
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta
No
1. Visi :
“DIY pada 2025 sebagai pusat pendidikan, budaya dan daerah tujuan wisata terkemuka di Asia
Tenggara dalam lingkungan masyarakat yang maju, mandiri dan sejahtera.”
2. Misi :
a. Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang didukung oleh
sumberdaya pendidikan yang handal.
b. Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya,
pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara
berkesinambungan
c. Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif
d. Mewujudkan sosiokultural dan sosio ekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya
lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat
3. RPJMD 2012-2017: YOGYAKARTA MENYONGSONG PERADABAN BARU.
VISI PEMBANGUNAN 2012-2017: DIY yang lebih berkarakter, berbudaya, Maju, Mandiri, dan
Sejahtera Menyongsong Peradaban Baru.
2
3. Strategi Renaisans Yogyakarta*)
Usaha-usaha pembangunan, umumnya berorientasi untuk memperbaiki tingkat hidup (level
of living) masyarakat. Bertolak dari pemahaman itu, maka strategi pencapaian Renaisans
Yogyakarta, antara lain diwujudkan dengan :
• Mengembalikan nilai-nilai keluhuran, keutamaan dan jatidiri berbangsa yang kini kian menipis
dan tidak lagi menjadi penuntun gerak bernegara, gerak para pemimpin, gerak kerja birokrasi
dan gerak kehidupan seluruh elemen masyarakat, untuk menuju Yogyakarta yang
bermartabat, mandiri, damai, adil dan makmur.
• Membebaskan masyarakat dari posisinya yang marjinal serta menghilangkan belenggu
penyebab tidak mampunya dalam membangun martabat, kemandirian, kebersamaan dan
kedamaian, serta membangun keadilan dan kemakmuran dirinya.
• Konsolidasi integrasi melalui pengakuan dan penghormatan atas keberagaman kelompok,
suku, agama, ras, maupun budaya dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
• Menghidupkan kembali visi kemaritiman, baik dalam aspek budaya, politik, hukum, ekonomi,
teknologi, kesehatan, pangan, energi, tata ruang, infrastruktur, transportasi dan komunikasi.
• Menghidupkan dan menguatkan kembali nilai-nilai sejarah lokal, budaya lokal, dan produksi
ekonomi lokal, sebagai upaya membangun kembali kepercayaan diri, identitas, dan jatidiri
berbangsa.
*) Dalam Pemaparan Visi, Misi & Program Calon Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 - 2017
4. Tinjauan Kebijakan Daerah Provinsi DIY
Arah Kebijakan Renaisans Yogyakarta (2012-2017)
Sembilan Bidang Strategis yang Diprioritaskan
(1) Pendidikan
(2) Pariwisata
(3) Teknologi
(4) Ekonomi
(5) Energi
(6) Pangan
(7) Kesehatan
(8) Keterlindungan Warga
(9) Tata Ruang dan Lingkungan.
5. Kontribusi Lapangan Usaha terhadap
Struktur PDRB DIY tahun 2011
Perdagangan, Hotel & Restoran 20.84
Jasa-Jasa 17.25
Sektor Perdagangan
Pertanian 16.07 Hotel dan Restoran
memberikan kontribusi
Industri Pengolahan 13.48 terbesar pada tahun
2011 yaitu sebesar
Pengangkutan & Komunikasi 10.98 20.84%, kemudian
Konstruksi 9.89 diikuti sektor jasa-
jasa, pertanian dan
Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 9.87 industri pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih 0.91
Pertambangan & Penggalian 0.71
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Sumber: BPS
6. Sebaran Kunjungan Wisman dan Wisnus di Indonesia
Kunjungan Wisman ke Indonesia Tahun 2010 : 36,45% melalui Bandara Ngurah Rai ; 25,27% melalui
Bandara Soekarno-Hatta ; dan 15,18% melalui Batam. Sedangkan wisman yang masuk melalui Polonia
adalah sebesar 2,52%
1,801,370
192,650
135,531
Sumatera
Utara
• Daya dukung sudah melampaui (air
BALI tanah, kemacetan, kepadatan lahan)
• Kunjungan ulang mulai menurun
Sumber : Diolah dari BPS 2012
7. Tinjauan Kebijakan Daerah Provinsi DIY
RIPPARDA DIY 2013-2025 (Perda No. 1 tahun 2012)
Visi Pembangunan Kepariwisataan Propinsi DIY dalam Rencana Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Prov. D.I. Yogyakarta Tahun 2012 – 2025 adalah :
“ Terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Wisata
Berkelas Dunia, Memiliki Keunggulan Saing dan
Banding, Berwawasan Budaya , Berkelanjutan, Mampu
Mendorong Pembangunan Daerah dan Berbasis
Kerakyatan Sebagai Pilar Utama Perekonomian ”
8. TUJUAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DIY (RIPPARDA DIY)
Tujuan pembangunan kepariwisataan D.I. Yogyakarta sampai dengan tahun 2025 adalah
sebagai berikut:
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata di D.I. Yogyakarta yang
mampu menarik dan meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara, meningkatkan PAD dan PDRB, dan pendapatan
masyarakat, dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan.
• Mengomunikasikan destinasi pariwisata di D.I. Yogyakarta dengan menggunakan
media komunikasi pemasaran secara efektif dan efisien untuk meningkatkan citra
destinasi pariwisata D.I. Yogyakartas sehingga mampu meningkatkan apresiasi dan
menarik kunjungan dan kunjungan ulang wisatawan mancanegara dan wisatawan
Nusantara.
• Mewujudkan industri pariwisata di D.I. Yogyakarta yang mampu menggerakkan
perekonomian daerah melalui peningkatan investasi di bidang pariwisata, kerjasama
antarusaha pariwisata, memperluas lapangan kerja, dan melaksanakan upaya-upaya
untuk mendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
• Mengembangkan lembaga kepariwisataan dan sistem tata kelola yang mampu
menyinergikan pembangunan industri pariwisata, destinasi pariwisata, dan
pemasaran pariwisata secara profesional, efektif, dan efisien
9. Sasaran Pembangunan Kepariwisataan DIY
Terwujudnya pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi daerah,
A. pelestarian lingkungan alam dan budaya, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat provinsi DIY melalui sektor kepariwisataan
B. Terwujudnya pengembangan investasi sektor pariwisata di provinsi DIY
Terwujudnya DIY sebagai destinasi wisata yang atraktif dan kompetitif bagi
C. pasar wisatawan internasional maupun domestik
Meningkatnya dampak kondisi ekonomi, pembangunan daerah dan
D. kesejahteraan masyarakat
E. Terwujudnya citra Jogja serta Visi Pariwisata DIY 2025
10. KOMPONEN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
UU NO. 10/ 2009 PASAL 9 MENEGASKAN CAKUPAN KOMPONEN PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN, MELIPUTI:
1. 2. 3. 4.
INDUSTRI DESTINASI PEMASARAN KELEMBAGAAN
PARIWISATA PARIWISATA PARIWISATA KEPARIWISATAAN
“Pemasaran
“ Pembangunan
pariwisata bersama
struktur “Pembangunan daya
terpadu dan “Pengembangan
(fungsi, hirarkhi, hubu tarik
berkesinambungan organisasi
ngan) industri wisata, pembangunan
dengan melibatkan pemerintah, pemerinta
pariwisata, daya saing prasarana, pembangun
seluruh pemangku h daerah, swasta dan
produk an fasilitas
kepentingan serta masyarakat, pengemb
pariwisata, kemitraan umum, pembangunan
pemasaran yang angan sumber daya
usaha fasilitas pariwisata
bertanggung jawab manusia, regulasi dan
pariwisata, kredibilitas serta Pemberdayaan
dalam membangun mekanisme
bisnis, dan tanggung masyarakat, secara
citra Indonesia operasional di bidang
jawab thd lingkungan terpadu dan
sebagai destinasi kepariwisataan
alam dan sosial berkesinambungan
pariwisata yang
budaya”
berdaya siang
11. ISU-ISU STRATEGIS
Dalam domain Destinasi:
• Stagnasi pengembangan produk pariwisata
• Rendahnya LOS
• Kurang terdiversifikasinya portofolio wisatawan yang mengunjungi DIY
• Tingginya ketergantungan pada destinasi/hub lain (Bali dan Jakarta)
• Terbatasnya kapabilitas basis data dan Sistem Informasi Pariwisata
• Kurangnya peran serta masyarakat dan lemahnya Sadar Wisata dan
internalisasi Sapta Pesona.
• Kualitas pelayanan wisata yang belum standar.
• Keterbatasan investasi di bidang pariwisata.
Dalam domain Pemasaran Pariwisata:
• Kurang terintegrasinya upaya pemasaran yang dilakukan pemerintah dan
swasta
• Belum optimalnya upaya pemasaran dan promosi pariwisata
12. ISU-ISU STRATEGIS
Dalam domain Industri Pariwisata:
• Kurangnya kemitraan antarusaha
pariwisata, sehingga tidak tercipta rantai
nilai dan sinergitas antarusaha.
• Kurangnya upaya standardisasi kualitas
dalam industri pariwisata
Dalam domain Kelembagaan dan SDM
Pariwisata:
• Kurangnya SDM Pariwisata yang profesional
• Koordinasi/sinergi lintas sektor dan daerah
yang belum efektif.
• Kurang optimalnya peran asosiasi
pariwisata.
13. Analisis S.W.O.T
KEKUATAN (STRENGHTS) KELEMAHAN (WEAKNESSES)
1. Mempunyai posisi strategis yang berada di tengah Pulau Jawa 1. Stagnasi pengembangan produk wisata
2. Mempunyai nilai historis yang sangat tinggi dalam 2. Rendahnya frekuensi penerbangan langsung ke Jogja dari
perkembangan sejarah Indonesia negara asal pasar-pasar utama maupun dari wilayah lain di
3. Mempunyai nilai budaya yang tinggi dengan keberadaan Kraton Indonesia
Ngayogyakarto Hadiningrat 3. Rendahnya kualitas dan sistem pelayanan transportasi publik
4. Kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Jogja yang masih 4. Rendahnya kualitas jaringan aksesibilitas dari titik simpul
kental dan mengakar distribusi (kota utama) menuju lokasi daya tarik wisata
5. Keramahtamahan dari masyarakat Jogja pada wisatawan (Gunungkidul dan Kulonprogo)
6. Mempunyai keberagaman potensi wisata, mulai dari 5. Rendahnya kualitas sarana, prasarana dan fasilitas penunjang
pegunungan, pedesaan, perkotaan sampai pantai pariwisata : hotel-hotel di daerah, fasilitas makan minum,
7. Harga yang sangat bersaing dengan destinasi wisata yang lain fasilitas layanan informasi pariwisata pada sebagian besar
8. Keamanan dan kenyamanan wisatawan yang cukup tinggi berada di kota Jogja
9. Mempunyai banyak Universitas yang ternama dan berkualitas 6. Rendahnya kualitas fasilitas umum pendukung pariwisata
10. Memiliki potensi alam yang dapat sebagai penelitian untuk (toilet, pedestrian, dan sebagainya)
ilmu pengetahuan (Gunung Merapi, Gumuk Pasir Barchan, 7. Belum adanya pencitraan yang kuat yang mampu membuat
Pegunungan Karst) mendudukkan destinasi secara lebih kompetitif di lingkungan
regional maupun internasional
8. Rendahnya lama tinggal (Length of Stay) dan Pembelanjaan
(Spending)
9. Belum optimalnya koordinasi pengembangan kegiatan
kepariwisataan antara semua pemangku kepentingan
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)
1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata masal ke 1. Lokasi DIY yang berada di sabuk gunung berapi (Ring of Fire)
minat khusus 2. Persaingan dengan obyek wisata sejenis yang berdekatan
2. Pasar wisatawan nostalgia yang cukup signifikan untuk 3. Kerawanan terhadap bencana alam seperti gempa bumi
mengunjungi Jogja (Wisatawan Belanda, Jepang dll) tektonik dan vulkanik
3. DIY merupakan salah satu pusat kebudayaan dunia sehingga 4. Tantangan isu carrying capacities yang berkembang pada
akan ada peluang wisatawan untuk tertarik dengan sekarang ini.
13
14. Analisis S.W.O.T: Formulasi Strategi
S – O STRATEGIES W – O STRATEGIES
1. Pengembangan wisata minat khusus, khususnya yang 1. Pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
menawarkan suasana pedesaan dan budaya (paket desa di bidang kepariwisataan
wisata dll) 2. Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas
2. Pengembangan wisata berbasis festival budaya dan tradisi cinderamata dan makanan tradisional
secara rutin 3. Penambahan dan pengembangan jalur penerbangan dan seat
3. Pengembangan wisata pendidikan dan penelitian yang capacity dari dan ke Daerah Istimewa Yogyakarta
menarik 4. Pemfokusan pada pasar wisatawan minat khusus (heritage,
4. Pengembangan wisata sejarah (napak tilas dll) culture dan village tourism)
5. Penambahan dan pengembangan jalur penerbangan ke Daerah
Istimewa Yogyakarta
6. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana transportasi wisata
dari dan menuju kawasan wisata di luar wilayah perkotaan
7. Pengembangan falisitas akomodasi berbasis village tourism
8. Peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta
9. Pengembangan night life tourism
10. Pengembangan branding yang sesuai dengan potensi Jogja dan
persepsi pasar
S – T STRATEGIES W – T STRATEGIES
1. Pengembangan data tarik wisata yang mewakili kekhasan 1. Pengembangan “early warning system” untuk bencana alam
Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Pengembangan dan pemeliharaan sarana penunjang wisata
2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 3. Pengembangan kerajinan souvenir khas Daerah Istimewa
3. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang Yogyakarta
kepariwisataan yang tanggap bencana 4. Pengembangan paket wisata sejarah dan wisata pedesaan
4. Peningkatan pemeliharaan dan revitalisasi potensi wisata 5. Pengembangan pedoman pembangunan sarana pariwisata yang
heritage menonjolkan keunikan Daerah Istimewa Yogyakarta
5. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah 6. Pengembangan Branding DIY yang menekankan pada budaya,
adat istiadat dan keramahan masyarakat Jogja yang istimewa. 14
15. TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR RPJMD
Target Realisasi Kondisi yang %
diinginkan Capaian
Capaian s/d
INDIKATOR Satuan 2013 (Target s/d
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2011
Akhir Tahun
RPJMD) 2011
1. Rata-rata Lama Tinggal
Hari 2.00 2.20 2.40 2.60 3.00 2.05 1.78 1.82 3.00 1.82 60.67
Wisatawan
2. Jumlah Wisatawan Orang 1,413,133 1,554,555 1,710,910 1,881,011 2,049,211 1,426,057 1,456,980 1,607,194 2,049,211 1,607,194.00 78.43
a. Wisnus Orang 1,271,707 1,398,877 1,538,765 1,692,642 1,861,906 1,286,565 1,304,137 1,437,629 1,861,906 1,437,629.00 77.21
b. Wisman Orang 141,426 155,678 171,425 188,369 207,205 139,492 152,843 169,565 207,205 169,565.00 81.83
3. Jumlah MICE Satuan 4,500 4,950 5,445 5,990 6,588 4,746 4,509 8,693 6,588 8,693.00 131.95
4. Jumlah Desa Wisata Satuan 45 45 47 49 50 45 42 54 50 54.00 108.00
5. PAD Pariwisata DIY Milyar Rp 67.41 74.16 81.57 89.73 98.70 68.97 65.53 96.78 98.70 96.78 98.05
6. Tingkat Hunian Hotel Persen 50.00 60.00 65.00 70.00 75.00 55.25 50.93 45.33 75.00 45.33 60.44
• Letusan Merapi
(Okt – Nov ) • Krisis Ekonomi di Dalam periode
• Krisis ekonomi AS dan Eropa 2009-2011: Tidak
di AS dan Eropa • Tsunami di Jepang ada DTW baru
(11 Maret)
yang bisa menarik
• Kurs Rupiah yang
menguat (Juli: IDR wisatawan secara
8500/USD). massal.
15
17. Perwilayahan Pembangunan Destinasi
(RIPPARDA 2012-2025)
Perwilayahan pembangunan destinasi Pariwisata daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mencakup:
A. KAWASAN LERENG MERAPI BAGIAN SELATAN dan
sekitarnya
B. KAWASAN PRAMBANAN – RATU BOKO dan sekitarnya
C. KAWASAN GODEAN – MOYUDAN dan sekitarnya
D. KAWASAN KRATON – MALIOBORO dan sekitarnya
E. KAWASAN KASONGAN – TEMBI – WUKIRSARI dan
sekitarnya
F. KAWASAN PARANGTRITIS – DEPOK – KUWARUdan
sekitarnya
G. KAWASAN BARON – SUNDAK dan sekitarnya
H. KAWASAN SIUNG – WEDIOMBO – BENGAWAN SOLO
PURBA dan sekitarnya
I. KAWASAN PATUK dan sekitarnya
J. KAWASAN KARST GUNUNG SEWU dan sekitarnya
K. KAWASAN CONGOT – GLAGAH – TRISIK dan sekitarnya
L. KAWASAN PEGUNUNGAN MENOREHdan sekitarnya
19. Four-Track Strategies dalam Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
• Pro-growth
Pembangunan Sektor
• Pro-job Kepariwisataan perlu
menjadi agen penuntasan
• Pro-poor kemiskinan di DIY
• Pro-environment
20. Peta Kemiskinan di Provinsi DIY
yang menjadi fokus Sasaran
Pembangunan Lintas Sektor 2013
(Sumber: Bappeda DIY, 2012)
22. Strategi dan Kebijakan ke Depan
• RIPPARDA harus bisa dilaksanakan tahun 2013 (Pemilihan
prioritas perlu dilakukan: focus dan locus)
• Perlunya penajaman dan ‘sosok’ Kebijakan, Strategi, dan
Program
• Perlunya kerjasama lintas sektor dan pendekatan multi
sektor.
• Perlunya Penilaian (Audit) Substansi Kegiatan untuk Program/
Kegiatan 2013 dst.
23. Pembangunan Kepariwisataan DIY yang
Berkelanjutan
• Program dan Kegiatan apakah “business as usual” atau
dilandasi kebijakan strategis tertentu?
• Apakah ada keterpaduan antarprogram/kegiatan?
Contoh:
Apakah pemasaran telah memasarkan event pariwisata yang
diselenggarakan?
Apakah pemasaran telah memasarkan (branding, programming, and
packaging) untuk DTW yang telah ada?
Apakah pemasaran telah memasarkan destinasi baru?
• Apakah program/kegiatan tersebut ‘mengawal’
sampai dengan tahap implementasi?
24. Masalah Carrying
Capacity di beberapa
titik tertentu perlu
DEMAND MANAGEMENT
dan KEBIJAKAN UNTUK
MENYEBARKAN
WISATAWAN
24
25. Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan DIY
• Peran Pemerintah adalah FASILITATOR, KOORDINATOR, REGULATOR.
• CONTOH PILIHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN
2013:
1. Internalisasi Sadar Wisata dan Sapta Pesona.
2. Penyebaran wisatawan ke Kab/Kota di DIY dan sepanjang tahun.
3. DIY sebagai hub kepariwisataan di luar DIY.
4. Peningkatan kapasitas manajemen, kualitas, dan regularitas event
budaya, kesenian, dan pariwisata.
5. Penciptaan Daya Tarik Wisata baru di DIY (tangible dan intangible).
6. Penciptaan basis data kepariwisataan DIY (Nesparda).
7. Promosi pariwisata yang sinergis, berkualitas, kreatif, dan tepat
sasaran.
26. Penentuan FOCUS, LOCUS, Sinergi
Kebijakan
• Dengan anggaran yang terbatas, focus dan locus harus ditetapkan.
• Focus: pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata dan pasar
wisatawan yang disasar.
• Tahun 2013: Kawasan Strategis Pariwisata sudah harus
dikembangkan dalam Master Plan sekaligus Prospektus untuk calon
investor.
27. Pilih Segmen Pasar yang Paling Responsif dan Sensitif
pada Program Pemasaran dan Sesuaikan Program
dengan Karakteristik Segmen
Community, Pilgrimage, Perlu pendekatan ke
komunitas,, asosiasi, perkumpulan
and Special Interests
hobby, klan, dll
‘Price’ adalah faktor yang penting:
Youth (study tour, youth
Komunikasi Pemasaran cukup melalui
community, dll) Social Media
Komunikasi pemasaran ke Asosiasi dan
MICE
Korporat/BUMN
Buat event di akhir pekan/long weekend
Weekenders
(misalnya: Pasar barang antik)
VFR (Visiting Friends and Program pemasaran kurang
Relatives) perlu
28. Penentuan FOCUS dan LOCUS 2013:
Pengembangan Destinasi Pariwisata
• Kawasan Strategis yang
Diprioritaskan
• Mengisi Daya Tarik dan Atraksi
untuk Destinasi yang sudah
dikembangkan Pemkab/Pemkot
atau instansi lain (Dinas
Kehutanan, dll).
• Memperbaiki ‘koordinasi dan
manajemen’ penyelenggaraan
event.
• Meningkatkan kualitas Destinasi
DIY (sertifikasi, standardisasi, dll).
29. Usulan Prioritas (1)
Kawasan Perkotaan – Malioboro dskt
Pengembangan Javanese Living Urban-Culture
ARAHAN PENGEMBANGAN
1. Mengembangkan kawasan Kompleks Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, Taman Sari dan Museum Kereta sebagai kawasan
Javanese Royal Palace Tourism Complex
2. Mengembangkan kawasan Njeron Beteng sebagai kawasan
Javanese Local Culture and Heritage Living Museum
3. Mengembangkan kawasan Malioboro sebagai Local Trade Area
Walk
4. Mengembangkan Ndalem Pojokusuman – Puro Pakualaman
sebagai kawasan Javanese Classical Performance Court
5. Mengembangkan kawasan Taman Pintar – Benteng Vrederburg
– Taman Budaya – Shopping Center sebagai kawasan Edu –
Culture Tourism
6. Mengembangkan Kotagede sebagai kawasan silver handycraft
workshop
7. Mengembangkankawasan titik nol sebagai kawasan pusat
budaya, edukasi dan sejarah
30. Usulan Prioritas (2)
Kawasan Kaliurang – Merapi dskt
Pengembangan Natural Merapi Volcano and
Tourism Village Tour Experience
ARAHAN PENGEMBANGAN
1. Mengembangkan kawasan tracking Merapi – Cangkringan
(Kaliadem) – Hutan Wisata Kaliurang sebagai kawasan
Grand Lava Eruption Tour
2. Mengembangkan kawasan TN Gunung Merapi sebagai
Merapi Volcano National Park
3. Mengembangkan Museum Gunung Merapi sebagai
kawasan Merapi Volcano Educational Tour
4. Mengembangkan desa – desa di kawasan Turi (cth : DW.
Kembangarum- Agrowisata Salak Pondoh) sebagai Agro
Tourism Village Chain
5. Mengembangkan desa – desa di kawasan Pakem, Ngaglik,
Ngemplak (cth : DW. Srowolan – DW. Brayut) Culture
Tourism Village Chain
6. Mengembangkan Luxurious Merapi Nature Tourism di
kawasan Cangkringan
31. Usulan Prioritas (4)
Kawasan Karst Wonosari dskt
Pengembangan Karst Cave Treasure
ARAHAN PENGEMBANGAN
1. Mengembangkan Kalisuci (Goa Glatikan, Goa
Gelong, Goa Buriomah, Goa Grubug dan Goa
Jomblang) sebagai kawasan karst cave eksplore
2. Mengembangkan Goa Tritis sebagai christian
pilgrim cave
3. Mengembangkan Goa Bribin – Goa Grubug
sebagai kawasan family karst cave tourism
31
32. Usulan Prioritas (5)
Kawasan Sermo – Menoreh dskt
Pengembangan Homeland-Hill Vacation
ARAHAN PENGEMBANGAN
1. Mengembangkan Waduk Sermo sebagai
area wisata tirta keluarga
2. Mengembangkan Petilasan Suroloyo sebagai
kawasan spiritual and nature tourism
3. Mengembangkan Sendangsono sebagai
kawasan christian sites hill
4. Revitalisasi Goa Kiskendo sebagai kawasan
sightseeing nature tourism
32
33. Prinsip Koordinasi Lintas Sektor/Lintas Wilayah:
Deduktif dan Ideal
Dinas
Perhu-
bungan
RIPPARDA dan
Konsep
Dinas Dinas
Pengembangan
Indagkop Kehutanan
Kepariwisataan
menurut Perda no
1/ 2012
KAB/
KOTA
34. PENYUSUNAN MASTERPLAN
PENGELOLAAN TERPADU KAWASAN DANAU
TOBA
DAN SEKITARNYA
(SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL/KSPN)
KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
2012
36. Prinsip Penting dalam Pengembangan
Destinasi
Dinas Pariwisata tidak mempunyai
Wilayah, oleh karena itu Dinpar
bertugas mengisi wilayah/destinasi
yang sudah dikembangkan pihak lain
(Kehutanan, Kelautan, Kimpraswil, P
U, Kebudayaan, Swasta, Masyarakat,
Pemkab/Pemkot, dll)
37. Prinsip Koordinasi Lintas Sektor: Induktif dan Pragmatis
Daya Tarik Dinas Pariwisata
Dinas Kehutanan mengisi dengan daya
Wisata
membuka tarik dan
Destinasi Baru Baru memasarkannya
dalam jaringan
Dinas Pariwisata
Dinas mengembangkan atraksi
Perhubungan Daya Tarik dan destinasi
membuka akses Wisata sepangjang akses dan
Baru memasarkannya ke
jalan dalam jaringan
Kabupaten/kota Daya Tarik Dinas Pariwisata mengisi
membuka Wisata dengan daya tarik dan
Destinasi/Daya Baru memasarkannya dalam
jaringan
Tarik Wisata
38. The Implementation Challenge
• Putting strategy into
action!
• 70% of new strategic
initiatives fail at the
implementation stage
39. Perlunya Mekanisme Monitoring and
Evaluation (MONEV)
• Hanya pengetahuan (awareness) akan tujuan
tidaklah mencukupi untuk mencapai tujuan.
• Tujuan strategis harus diterjemahkan ke dalam
tujuan dan ukuran/parameter untuk setiap organisasi
(bahkan individu).
• Target pada aras Dinas harus diterjemahkan ke dalam
target setiap unit.
41. Sasaran Pembangunan Kepariwisataan di DIY
Jenis Sasaran Deskripsi Sasaran Indikator
Output Penyiapan produk dan 1. Jumlah dan kualitas DTW baru dan
instrumental penetrasi pasar sebarannya.
2. Jumlah dan kualitas Event dan Festival
Pariwisata, dan sebarannya sepanjang tahun.
3. Jumlah dan kualitas Desa Wisata
4. Jumlah dan kualitas event pemasaran yang
diikuti.
5. Jumlah dan kualitas iklan yang dipasang.
Output Kinerja kepariwisataan 1. Angka Kunjungan Wisman dan sebarannya.
2. Angka Kunjungan Wisnus dan sebarannya.
3. Lama Tinggal (LOS) Wisman dan Wisnus.
4. Pembelanjaan Wisman dan Wisnus.
Outcome Peningkatan 1. Peningkatan kontribusi pada PDRB
kesejahteraan rakyat 2. Penurunan jumlah pengangguran.
Pengurangan kemiskinan 3. Penurunan angka kemiskinan.
4. Peningkatan angka melek huruf
5. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).
42. Ilustrasi Pengembangan Keluaran/Tolok Ukur
Keluaran/Tolok Ukur
1.
Kegiatan Pelaksanaan Promosi 1. Keragaman paket wisata dan destinasi wisata yang
Pariwisata Nusantara di Dalam dipromosikan.
dan di Luar Negeri, Dialog 2. Justifikasi lokasi (sesuai Misi/Tujuan/Sasaran)
Pasar Wisata, Table Top 3. Jumlah stakeholders yang terlibat.
4. Persiapan (jangka waktu, dll) sebelum event.
5. Jumlah dan kualitas pengunjung event.
6. Pendapat pengunjung/stakeholder yang terlibat.
7. Kualitas pesaing sebagai pembanding (untuk event
dengan banyak peserta).
2. 1. Kuantitas dan kualitas peserta.
Fam Tour, Press Tour
2. Keragaman/kebaruan DTW yang diliput.
3. Kualitas artikel yang ditulis.
3. 1. Kualitas Desain.
Bahan-bahan Promosi
2. Kualitas informasi
3. Keragaman Daya Tarik Wisata
4. Kualitas bahasa asing.
5. Kesesuaian dengan pengembangan destinasi.
6. Sinergi dengan organisasi/institusi lain.
43. MARKETING DASHBOARD sebagai Instrumen Monev
No. Pasar Sasaran Jumlah Target 2012 Keterangan
2011
TARGET KUNJUNGAN 170.000
1. Netherland 28.557
2. Japan 16.809 Bagaimana Pasar
breakdown mana yang
3. France 15.949 menjadi
- nya ke FOKUS dari
4. Malaysia 15.407 masing- Dinas, Bad
5. Germany 8.052 masing an
6. Singapore 7.040 pasar? Promosi, O
rganisasi
7. USA 6.880 Kepariwisa
8. Australia 5.346 taan, Mask
apai, dll?
9. Thailand 4.607
10. Belgium 3.875
44. Implikasi Kelembagaan dalam Pelaksanaan
Strategi
• Koordinator: Gubernur
Tingkatan 1:
• Frekuensi Pertemuan Monev: 1x / tahun
Antarkabupaten kota
• Koordinator: Bappeda
Tingkatan 2: Antardinas
• Frekuensi Pertemuan: 2x /tahun
Tingkatan 3: • Koordinator: Dinas Pariwisata
Antarorganisasi
• Frekuensi Pertemuan: per triwulan
kepariwisataan
Tingkatan 4: • Koordinator: Ketua Komite Adhoc yang
Antarkomite Adhoc ditunjuk
(akselerasi pelaksanaan) • Frekuensi rapat: Bulanan
Tingkatan 5: Di dalam • Koordinator: Kepala Dinas
Dinas Pariwisata sendiri • Frekuensi: Rapat setiap hari Senin