1. Pancasila adalah sistem etika yang merangkum aliran-aliran etika lain berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
2. Tiga butir Pancasila yang sulit dilaksanakan adalah Sila Kedua karena lunturnya rasa kebangsaan, Sila Ketiga karena belum terpadunya semangat kebangsaan, dan Sila Keempat karena belum sepenuhnya menerapkan m
1. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
PENDIDIKAN PANCASILA
OLEH :
ELYA FAMBAR SARI
M. AINUL YAQIN
SITI MADINATHUL KHARISMA
M. JAMALUDDIN AL-AZHAR
RABU, 26 MARET 2017
ELYAFAMBAR@GMAIL.COM
2. 1. Pancasila sebagai Sistem Etika
Karena Etika Pancasila tidak memposisikan secara berbeda atau
bertentangan dengan aliran-aliran besar etika yang mendasarkan pada
kewajiban, tujuan tindakan dan pengembangan karakter moral, namun justru
merangkum dari aliran-aliran besar tersebut. Etika Pancasila adalah etika
yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Suatu
perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan
nilai-nilai tersebut, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila
tersebut. Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup
dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa
Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal
dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun.
3. 2. Tiga Butir Pengamalan Pancasila yang paling
Sulit untuk Dilaksanakan
Sila Kedua, karena lunturnya rasa kebangsaan yang tercermin dalam kehidupan
sehari-hari dengan berbagai peristiwa, baik perasaan mudah tersinggung yang
mengakibatkan emosional tinggi yang berujung pada pembunuhan, bahkan
pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan 17 Agustus yang setiap tahun
dirayakan kurang menggema, karena kurangnya penghayatan dan
pengamalan terhadap Pancasila.
Sila Ketiga, karena belum terpadunya semangat kebangsaan atau nasionalisme
yang merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham
kebangsaan. Hal ini tercermin pada sekelompok masyarakat mulai luntur dalam
memahami adanya pluralisme, karena pada kenyataannya bangsa Indonesia
terdiri atas bermacam suku, golongan dan keturunan yang memiliki ciri lahiriah,
kepribadian, kebudayaan yang berbeda, serta tidak menghapus kebhinekaan,
melainkan melestarikan dan mengembangkan kebhinekaan sebagai dasarnya.
Penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam wawasan kebangsaan yang
terasakan saat ini, belum mampu menjaga jati diri, karakter, moral dan
kemampuan dalam menghadapi berbagai masalah nasional.
4. Sila Keempat, Karena masih kurangnya kesadaran untuk bisa
menerima Keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih
dahulu diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan
secara mufakat. Dan keputusan yang diambil terkadang belum dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. 3. Cara agar Generasi Z dapat
Mengamalkan Butir-butir Pancasila dalam
Kehidupan Sehari-hari
Dengan cara menyelesaikan setiap masalah yang kita miliki melalui
musyawarah, baik itu masalah pribadi, keluarga, sekolah, lingkungan, masalah
maupun yang lainnya.
Dengan cara menghargai perbedaan, hal itu merupakan sikap yang harus
kita tiru. Karena, kita harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam
suku bangsa. Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda.
Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang untuk
bersatu. Seperti halnya perbedaan pendapat, tidak seharusnya menjadi
hambatan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
6. 4. Tiga Butir Pengamalan Pancasila yang
sering Diselewengkan Aparat Negara
Sila Kelima :
- Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan
pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan
daerah sebagian besar disedot ke pusat
- Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata
bagi si kaya dan si miskin)
Sila Keempat :
- Ada perseteruan antara DPR dan Presiden Abdurachman Wahid yang berlanjut
dengan Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus “Brunei Gate” dan “Bulog
Gate”, kemudian MPR memberhentikan presiden karena dianggap melanggar
haluan negara.
7. Sila Ketiga :
- Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang
memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun
pertamanya
- Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain
dengan program "Penembakan Misterius"