SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Pembahasan
Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami
gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan
manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari
gejalaagamasertafenomenakeagamaanitulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia
kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu
agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan.
Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk
mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada
kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan.
Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi
beberapadimensireligiositas,yaitu:
1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang
menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious.
2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan,
tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian.
3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan
bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang
mendiami alamgaib.
4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan
dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan.
Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi
simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh,
1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang
tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan
Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya
seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional
(Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya,
1. Dimensi kepercayaan(belief), yaitukeyakinanakankebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak
pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama
lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan
menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa
YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja.
2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu
ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan
pernikahan di gereja. Secara asasi ritual adalah bentuk pengulangan sebuah pengalaman agama
yanrew23qwqg pernah terjadi pada masa awal pembentukan agama itu sendiri. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti
misalnyaberdoa,berpuasa,membacaAlkitab.
3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan
Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman
keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa
terjadi setelahseseorangmengimani suatuagamatertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal
ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya
seseorang.
4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman
keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja
sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi
semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya.
5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari-
harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu
saja dilandasi padapengenalanataupengetahuantentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa
yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya.
Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan.
Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang
lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan
kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui
relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitusendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akanhilang
dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja.
Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan
dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin,
dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau
kelompok-kelompokagama(followship) .
Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis
pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan-
dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan,
bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis
(Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial
atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6)
doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan.
Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci,
perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang
berkenaandenganritualiatasagama.
Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para
penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami
para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman
dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi
pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat
denganilahi.
Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk
direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian-
kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan.
Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran
rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup,
dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu.
Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan
bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system
penghukumankalauterjadi pelanggaran.
Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut
kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan
penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan
untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan,
tempat-tempatibadah.77b u s 7 7 77 u uu. B uuuuuuu uuuuuuu 7. B
Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan
beberapakreasi lainnya.
1. Ketujuh dimensi ini dapat diamati dan diteliti dalam 656777 yang paling penting
perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam dua hal dari agama-agama
primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama, agama
primitif lebihbersifatpragmatis,sekedardiperlukanuntukmenghadapi persoalan
kehidupan sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini
lebih ekspansif ke masa depan karena menyangkut prospek dan proyek ke
kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk merenungkan asal usulnya
agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali dimensi
legal-etis lebihbanyak diperlukan untuk pedoman kehidupan. Oleh karenanya,
wajarkiranyakalaukitaberkesanagamaprimitiflebihbanyaktabu,larangan,dan
perintah.
Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan
agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai-
nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan
laranganitu tidak dikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang
ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan
teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner
yang perluuntukmendukungeksistensi agama.
Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh
dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian
memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara
meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada.
Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama
dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu
pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi
religiositassebagai berikut:
1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami
ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural.
2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah
kematian.
3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi
dalamberbagai kewajibanagama.
4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama
didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang
dipercayai sebagai wahyu.
5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek,danpengetahuandari
orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai
konsekuensi beragama.
Pembahasan
Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami
gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan
manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari
gejalaagamasertafenomenakeagamaanitulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia
kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu
agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan.
Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk
mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada
kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan.
Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi
beberapadimensireligiositas,yaitu:
1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang
menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious.
2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan,
tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian.
3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan
bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang
mendiami alamgaib.
4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan
dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan.
Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi
simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh,
1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang
tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan
Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya
seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional
(Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya,
1. Dimensi kepercayaan(belief),yaitukeyakinanakan kebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak
pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama
lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan
menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa
YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja.
2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu
ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan
pernikahandi gereja.Secaraasasi ritual adalahbentukpengulangansebuahpengalamanagamayang
pernahterjadi padamasaawal pembentukanagamaitusendiri.Sedangkanyangdimaksudkandengan
devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnya berdoa,
berpuasa,membacaAlkitab.
3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan
Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman
keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa
terjadi setelahseseorangmengimani suatuagama tertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal
ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya
seseorang.
4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman
keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja
sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi
semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya.
5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari-
harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu
saja dilandasi padapengenalanataupengetahuan tentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa
yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya.
Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan.
Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang
lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan
kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui
relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitu sendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akanhilang
dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja.
Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan
dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin,
dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau
kelompok-kelompokagama(followship) .
Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis
pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan-
dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan,
bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis
(Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial
atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6)
doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan.
Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci,
perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang
berkenaandenganritualiatasagama.
Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para
penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami
para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman
dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi
pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat
denganilahi.
Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk
direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian-
kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan.
Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran
rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup,
dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu.
Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan
bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system
penghukumankalauterjadi pelanggaran.
Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut
kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan
penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan
untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan,
tempat-tempatibadah.
Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan
beberapakreasi lainnya.
Ketujuhdimensiini dapatdiamatidanditelitidalamperspektifpengalamankeagamaan.Akan
tetapi,dalamrangka perubahanbudayadewasaini,di mana persaingannilai-nilai dalammasyarakat
begitugencar,makadimensi filosofis-doktrineryangberaturandenganfungsiapologetic(penjelasan)
kiranya merupakan dimensi yang paling penting perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam
dua hal dari agama-agama primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama,
agama primitif lebih bersifat pragmatis, sekedar diperlukan untuk menghadapi persoalan kehidupan
sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini lebih ekspansif ke masa depan
karena menyangkut prospek dan proyek ke kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk
merenungkan asal usulnya agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali
dimensi legal-etislebihbanyakdiperlukanuntukpedomankehidupan.Olehkarenanya,wajarkiranya
kalaukitaberkesanagamaprimitif lebihbanyaktabu,larangan,danperintah.
Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan
agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai-
nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan
laranganitu tidakdikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang
ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan
teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner
yang perluuntukmendukungeksistensi agama.
Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh
dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian
memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara
meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada.
Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama
dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu
pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi
religiositassebagai berikut:
1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami
ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural.
2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah
kematian.
3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi
dalamberbagai kewajiban agama.
4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama
didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang
dipercayai sebagai wahyu.
5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek,danpengetahuandari
orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai
konsekuensi beragama.
Pembahasan
Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami
gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan
manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari
gejalaagamasertafenomenakeagamaan itulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia
kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu
agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan.
Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk
mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada
kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan.
Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi
beberapadimensireligiositas,yaitu:
1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang
menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious.
2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan,
tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian.
3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan
bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang
mendiami alamgaib.
4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan
dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan.
Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi
simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh,
1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang
tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan
Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya
seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional
(Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya,
1. Dimensi kepercayaan(belief),yaitukeyakinanakankebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak
pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama
lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan
menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa
YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja.
2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu
ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan
pernikahandi gereja.Secaraasasi ritual adalahbentukpengulangansebuahpengalamanagamayang
pernahterjadi padamasaawal pembentukanagamaitusendiri.Sedangkanyangdimaksudkandengan
devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnya berdoa,
berpuasa,membacaAlkitab.
3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan
Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman
keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa
terjadi setelahseseorangmengimani suatuagamatertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal
ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya
seseorang.
4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman
keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja
sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi
semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya.
5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari-
harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu
saja dilandasi padapengenalanataupengetahuantentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa
yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya.
Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan.
Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang
lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan
kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui
relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitusendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akan hilang
dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja.
Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan
dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin,
dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau
kelompok-kelompokagama(followship) .
Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis
pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan-
dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan,
bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis
(Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial
atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6)
doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan.
Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci,
perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang
berkenaandenganritualiatasagama.
Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para
penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami
para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman
dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi
pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat
denganilahi.
Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk
direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian-
kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan.
Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran
rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup,
dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu.
Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan
bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system
penghukumankalauterjadi pelanggaran.
Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut
kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan
penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan
untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan,
tempat-tempatibadah.
Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan
beberapakreasi lainnya.
Ketujuhdimensiini dapatdiamatidanditelitidalamperspektifpengalamankeagamaan.Akan
tetapi,dalamrangka perubahanbudayadewasaini,di mana persaingan nilai-nilai dalammasyarakat
begitugencar,makadimensi filosofis-doktrineryangberaturandenganfungsiapologetic(penjelasan)
kiranya merupakan dimensi yang paling penting perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam
dua hal dari agama-agama primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama,
agama primitif lebih bersifat pragmatis, sekedar diperlukan untuk menghadapi persoalan kehidupan
sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini lebih ekspansif ke masa depan
karena menyangkut prospek dan proyek ke kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk
merenungkan asal usulnya agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali
dimensi legal-etislebihbanyakdiperlukanuntukpedomankehidupan.Olehkarenanya,wajarkiranya
kalaukitaberkesanagamaprimitif lebihbanyaktabu,larangan,danperintah.
Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan
agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai-
nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan
laranganitu tidakdikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang
ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan
teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner
yang perluuntukmendukungeksistensi agama.
Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh
dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian
memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara
meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada.
Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama
dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu
pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi
religiositassebagai berikut:
1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami
ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural.
2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah
kematian.
3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi
dalamberbagai kewajibanagama.
4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama
didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang
dipercayai sebagai wahyu.
5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek, danpengetahuandari
orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai
konsekuensi beragama.

More Related Content

What's hot

Makalah kramaning sembah
Makalah kramaning sembahMakalah kramaning sembah
Makalah kramaning sembahmangtrie
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas33335
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1elmakrufi
 
Lembaga agama sosio
Lembaga agama sosioLembaga agama sosio
Lembaga agama sosioGwynnegultom
 
Ppt konseling agama
Ppt konseling agamaPpt konseling agama
Ppt konseling agamakhomisah
 
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...dexyudha
 
1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)Erwin Line
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1elmakrufi
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islamFitri Lely
 
Psikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanPsikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanDIANTO IRAWAN
 
Pengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copyPengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copyMichael Kosasih
 
Makalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etikaMakalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etikaardinata1
 

What's hot (18)

Makalah kramaning sembah
Makalah kramaning sembahMakalah kramaning sembah
Makalah kramaning sembah
 
aspek spiritual Budaya
aspek spiritual Budayaaspek spiritual Budaya
aspek spiritual Budaya
 
Materi msi
Materi msiMateri msi
Materi msi
 
Pengertian Psikologi Agama
Pengertian Psikologi AgamaPengertian Psikologi Agama
Pengertian Psikologi Agama
 
Bab ii tgas
Bab ii tgasBab ii tgas
Bab ii tgas
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1
 
Lembaga agama sosio
Lembaga agama sosioLembaga agama sosio
Lembaga agama sosio
 
Ppt konseling agama
Ppt konseling agamaPpt konseling agama
Ppt konseling agama
 
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
Persembahyangan Rahina Purnama Tilem Perspektif Tri Kerangka Agama Hindu (I M...
 
1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)1. konsep agama (1)
1. konsep agama (1)
 
Psikologi agama 1
Psikologi agama 1Psikologi agama 1
Psikologi agama 1
 
Ppt moralitas
Ppt moralitasPpt moralitas
Ppt moralitas
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
metodologi study islam
metodologi study islammetodologi study islam
metodologi study islam
 
Meditasi Kristiani
Meditasi KristianiMeditasi Kristiani
Meditasi Kristiani
 
Psikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanPsikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawan
 
Pengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copyPengantar moral kristiani copy
Pengantar moral kristiani copy
 
Makalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etikaMakalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etika
 

Similar to Ninian smart

Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.pptPeranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.pptJimatul Arrobi
 
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individu
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individuFungsi agama dan kepercayaan bagi individu
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individuVJ Asenk
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Asma'ul Khusna
 
psikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.pptpsikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.pptAfrizal73
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaSutipyo Ru'iya
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakatnaufalando
 
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingPpt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingIis Nurul Fitriyani
 
Konsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di IndonesiaKonsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di Indonesiapjj_kemenkes
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarhaqqinazily
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfHendroGunawan8
 
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam KonselingAgama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam KonselingIlma Urrutyana
 
ciri ciri kematangan beragama.pptx
ciri ciri kematangan beragama.pptxciri ciri kematangan beragama.pptx
ciri ciri kematangan beragama.pptxjulkiflimuhammad
 

Similar to Ninian smart (20)

Spe Bab6
Spe Bab6Spe Bab6
Spe Bab6
 
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.pptPeranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
Peranan Agama dalam Kehidupan Manusia Terbaru.ppt
 
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individu
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individuFungsi agama dan kepercayaan bagi individu
Fungsi agama dan kepercayaan bagi individu
 
Agama+dan+hubungan+sosial (1)
Agama+dan+hubungan+sosial (1)Agama+dan+hubungan+sosial (1)
Agama+dan+hubungan+sosial (1)
 
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
Metodologi Studi Islam - Materi IAIN Tulungagung (Mr. Khutbuddin Aibak,M. HI)
 
psikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.pptpsikologi-agama-pengantar.ppt
psikologi-agama-pengantar.ppt
 
Hubungan tasawuf dan ilmu jiwa agama
Hubungan tasawuf dan ilmu jiwa agamaHubungan tasawuf dan ilmu jiwa agama
Hubungan tasawuf dan ilmu jiwa agama
 
Agama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnyaAgama arti dan r lingkupnya
Agama arti dan r lingkupnya
 
Agama dan masyarakat
Agama dan masyarakatAgama dan masyarakat
Agama dan masyarakat
 
Latar belakang
Latar belakangLatar belakang
Latar belakang
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
424-672-1-SM.pdf
424-672-1-SM.pdf424-672-1-SM.pdf
424-672-1-SM.pdf
 
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konselingPpt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
Ppt agama-dan-nilai-nilai-agama-dalam-konseling
 
Konsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di IndonesiaKonsep Agama di Indonesia
Konsep Agama di Indonesia
 
Religion
ReligionReligion
Religion
 
Tugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasarTugas ilmu sosial dasar
Tugas ilmu sosial dasar
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
 
Pk uk 2
Pk uk 2Pk uk 2
Pk uk 2
 
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam KonselingAgama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
Agama Dan Nilai Agama Dalam Konseling
 
ciri ciri kematangan beragama.pptx
ciri ciri kematangan beragama.pptxciri ciri kematangan beragama.pptx
ciri ciri kematangan beragama.pptx
 

Recently uploaded

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 

Recently uploaded (12)

Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 

Ninian smart

  • 1. Pembahasan Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari gejalaagamasertafenomenakeagamaanitulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan. Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan. Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi beberapadimensireligiositas,yaitu: 1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious. 2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan, tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian. 3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiami alamgaib. 4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan. Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya, 1. Dimensi kepercayaan(belief), yaitukeyakinanakankebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja. 2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan pernikahan di gereja. Secara asasi ritual adalah bentuk pengulangan sebuah pengalaman agama yanrew23qwqg pernah terjadi pada masa awal pembentukan agama itu sendiri. Sedangkan yang dimaksudkan dengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnyaberdoa,berpuasa,membacaAlkitab. 3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa
  • 2. terjadi setelahseseorangmengimani suatuagamatertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya seseorang. 4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya. 5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari- harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu saja dilandasi padapengenalanataupengetahuantentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya. Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan. Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitusendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akanhilang dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja. Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin, dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau kelompok-kelompokagama(followship) . Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan- dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan, bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis (Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6) doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan. Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci, perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang berkenaandenganritualiatasagama. Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat denganilahi. Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian- kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan. Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup, dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu.
  • 3. Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system penghukumankalauterjadi pelanggaran. Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan, tempat-tempatibadah.77b u s 7 7 77 u uu. B uuuuuuu uuuuuuu 7. B Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan beberapakreasi lainnya. 1. Ketujuh dimensi ini dapat diamati dan diteliti dalam 656777 yang paling penting perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam dua hal dari agama-agama primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama, agama primitif lebihbersifatpragmatis,sekedardiperlukanuntukmenghadapi persoalan kehidupan sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini lebih ekspansif ke masa depan karena menyangkut prospek dan proyek ke kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk merenungkan asal usulnya agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali dimensi legal-etis lebihbanyak diperlukan untuk pedoman kehidupan. Oleh karenanya, wajarkiranyakalaukitaberkesanagamaprimitiflebihbanyaktabu,larangan,dan perintah. Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai- nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan laranganitu tidak dikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner yang perluuntukmendukungeksistensi agama. Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada. Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi religiositassebagai berikut: 1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural. 2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah kematian. 3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi dalamberbagai kewajibanagama.
  • 4. 4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang dipercayai sebagai wahyu. 5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek,danpengetahuandari orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai konsekuensi beragama. Pembahasan Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari gejalaagamasertafenomenakeagamaanitulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan. Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan. Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi beberapadimensireligiositas,yaitu: 1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious. 2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan, tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian. 3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiami alamgaib. 4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan. Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya, 1. Dimensi kepercayaan(belief),yaitukeyakinanakan kebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja. 2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan pernikahandi gereja.Secaraasasi ritual adalahbentukpengulangansebuahpengalamanagamayang
  • 5. pernahterjadi padamasaawal pembentukanagamaitusendiri.Sedangkanyangdimaksudkandengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnya berdoa, berpuasa,membacaAlkitab. 3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa terjadi setelahseseorangmengimani suatuagama tertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya seseorang. 4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya. 5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari- harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu saja dilandasi padapengenalanataupengetahuan tentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya. Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan. Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitu sendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akanhilang dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja. Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin, dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau kelompok-kelompokagama(followship) . Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan- dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan, bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis (Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6) doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan. Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci, perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang berkenaandenganritualiatasagama. Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat denganilahi.
  • 6. Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian- kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan. Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup, dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu. Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system penghukumankalauterjadi pelanggaran. Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan, tempat-tempatibadah. Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan beberapakreasi lainnya. Ketujuhdimensiini dapatdiamatidanditelitidalamperspektifpengalamankeagamaan.Akan tetapi,dalamrangka perubahanbudayadewasaini,di mana persaingannilai-nilai dalammasyarakat begitugencar,makadimensi filosofis-doktrineryangberaturandenganfungsiapologetic(penjelasan) kiranya merupakan dimensi yang paling penting perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam dua hal dari agama-agama primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama, agama primitif lebih bersifat pragmatis, sekedar diperlukan untuk menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini lebih ekspansif ke masa depan karena menyangkut prospek dan proyek ke kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk merenungkan asal usulnya agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali dimensi legal-etislebihbanyakdiperlukanuntukpedomankehidupan.Olehkarenanya,wajarkiranya kalaukitaberkesanagamaprimitif lebihbanyaktabu,larangan,danperintah. Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai- nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan laranganitu tidakdikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner yang perluuntukmendukungeksistensi agama. Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada. Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi religiositassebagai berikut:
  • 7. 1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural. 2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah kematian. 3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi dalamberbagai kewajiban agama. 4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang dipercayai sebagai wahyu. 5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek,danpengetahuandari orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai konsekuensi beragama. Pembahasan Studi agama pada intinya adalah belajar atau mempelajari, memahami, dan mendalami gejala-gejalaagama,baikgejalakeragaanmaupunkejiwaan.Sebab,dalamrealitasnyabagi kehidupan manusia,kehadiranagamaadalahsebataspadagejala-gejalaagamadankeagamaannyaitu,yangdari gejalaagamasertafenomenakeagamaan itulahmanusiamengekspresikanreligiusitasnyasehinggaia kemudiandisebut“beragama”.Hal ini mengharuskanadanyaunsurpenelitianatasaspek-aspeksuatu agama secara mendalam,terutamayangterkaitdengansimbolitaskeagamaan. Dalam bidang kajian agama (religious studies) ada banyak cara yang digunakan orang untuk mengurai dimensi-dimensi agama. Sebab, agama sebagai refleksi tidak hanya terbatas pada kepercayaan saja, tetapi juga terwujud dalam tindakan kolektivitas dan bangunan peribadahan. Perwujudan tersebut sebagai bentuk dari keberagamaan, sehingga agama diuraikan menjadi beberapadimensireligiositas,yaitu: 1. Emosi Keagamaan,ialahaspekagamayangpalingmendasar,yangadadalamlubukhatimanusia,yang menyebabkanmanusiaberagamamenjadireligiousatautidakreligious. 2. System Kepercayaan, yang mengandung satu set keyakinan tentang adanya wujud dan sifat Tuhan, tentangkeberadaanalamgaib,makhlukhalus,dankehidupanabadi setelahkematian. 3. System Upacara Keagamaan yang dilakukan oleh para penganut system kepercayaan dengan bertujuan mencari hubungan yang baik antara manusia dan Tuhan, dewa atau makhluk halus yang mendiami alamgaib. 4. Umat atauKelompokKeagamaan,ialahkesatuan-kesatuansosial yangmenganutsystemkepercayaan dan yangmelakukanupacara-upacarakeagamaan. Roland Cavanagh mengemukakan bahwa agama merupakan berbagai macam ekspresi simbolik tentang dan respontepat terhadapsegala nilai yang tidak terbatasbagi mereka (Cavanagh, 1978: 20). Definisi ini memang terlalu umum sehingga perlu batasan-batasan tertentu. Yang tampaknyapalingtepatdalampemberianbatasaniniadalahapayangdikemukakanCharlesGlockdan Rodney Stark yang mengidentifikasi lima dimensi saling berbeda,namun hanya dengan kelimanya seseorang disebut “religious”: eksperimental,ideologis,ritualistic, intelektual, dan konsekuensional (Holm,1977: 18). Berikutpenjelasannya,
  • 8. 1. Dimensi kepercayaan(belief),yaitukeyakinanakankebenarandari pokok-pokokajaranimannya.Tak pelak lagi, ini merupakan unsur yang amat penting dalamkekristenan,bahkan juga di agama-agama lain. Tanpa keyakinan akan kebenaran dari pokok-pokok ajaran iman, tentu seseorang tidak akan menjadi bagiandari komunitasorangberimantersebut,misalnyabilaseseorangtidakpercayabahwa YesusadalahJuruselamatmanusia,makatidakmungkiniamenjadiseoranganggotagereja. 2. Dimensi praktis, terdiri dari dua aspek yaitu ritual dan devosional. Ritual diuraikan sebagai suatu ibadah yang formal, seperti menghadiri kebaktian Minggu, menerima sakramen, melangsungkan pernikahandi gereja.Secaraasasi ritual adalahbentukpengulangansebuahpengalamanagamayang pernahterjadi padamasaawal pembentukanagamaitusendiri.Sedangkanyangdimaksudkandengan devotional adalah ibadah yang dilakukan secara pribadi dan informal, seperti misalnya berdoa, berpuasa,membacaAlkitab. 3. Dimensi pengalaman(experience),yaitupengalamanberjumpasecaralangsungdansubyektifdengan Allah.Ataudengankatalain,mengalamikehadirandankaryaAllahdalamkehidupannya.Pengalaman keagamaan ini (religious experience) bisa menjadi awal dari keimanan seseorang, tetapi juga bisa terjadi setelahseseorangmengimani suatuagamatertentu.Entahkahpengalamanituberadadi awal ataupun di tengah-tengah, pengalaman ini berfungsi untuk semakin meneguhkan iman percaya seseorang. 4. Dimensi pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan tentang elemen-elemen pokok dalam iman keyakinannya,atauyangseringkitakenaldengandogma,doktrinatauajarangereja.Hal ini tentusaja sangat berkaitan dengan dimensi pertama (kepercayaan). Seseorang akan terbantu untuk menjadi semakinyakindanpercayaapabilaiamengetahui apayangdipercayainya. 5. Dimensi etis, di mana umat mewujudkan tindakan imannya (act of faith) dalam kehidupansehari- harinya.Dimensietisini mencakupperilaku,tuturkata,sikapdanorientasi hidupnya.Danhal ini tentu saja dilandasi padapengenalanataupengetahuantentangajaranagamanya dan percaya bahwaapa yang diajarkanolehagamanyaadalahbenaradanya. Pengalaman agama hanya terjadi satu kali saja, sama seperti api cukup sekali dinyalakan. Tugas kita adalah menjaga agar kehangatan api itu terus dapat dirasakan untuk jangka waktu yang lama. Untuk itu pengalaman agama tersebut haruslah senantiasa direvitalisasikan, disegarkan kembali, yaitu melalui keikutsertaannya dalam ibadah (ritual) dan dengan cara selalu memperbarui relevansi dari (doktrin,dogma) agamaitusendiri.Tanparelevansi tersebuthangatnyaapi akan hilang dengansendirinya,danagamahanya akantinggal menjadi abusaja. Sebelum masuk pada rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama, Joachim Wach menguraikan dengan sangat mendalam tentang hakekat keberagamaan (religious experience), yaitu: 1) doktrin, dogma, dan mite (Thought), 2) upacara agama dan pengabdian (Practive), dan 3) organisasi atau kelompok-kelompokagama(followship) . Sedangkan Ninian Smart dalam menganalisis dimensi agama, ia menggunakan analisis pandangan-duniauntukmenggalidimensi-dimensi agama,yangdipandangsebagaisuatupandangan- dunia. Ninian Smart dalam karyanya The Religious Experience Of Mankind (1967) menyebutkan, bahwadimensi agamaterdapattujuhbagian,yaitu1) dimensi praktisatauritual,2) naratif ataumistis (Narrativeand Mythic),3) pengalamandanemosional (Experientialand emotional),4) dimensi sosial atau organisasional/institusional (Social and Institutional), 5) etis atau legal (Ethical and legal), 6) doktrinal ataufilosofis(Doctrinaland philosophical),7) danmaterial/bahan.
  • 9. Dimensi pertamaadalahdimensipraktis-ritual yangsebagaimanatampakdalamupacarasuci, perayaan hari besar, pantang dan puasa untuk pertobatan, doa, kebaktian, dan sebagainya yang berkenaandenganritualiatasagama. Dimensi kedua, emosional-eksperiensial menunjuk pada perasaan dan pengalaman para penganut agama, dan tentunya bervariasi. Peristiwa-peristiwa khusus, gaib, luar biasa yang dialami para penganutmenimbulkanberbagai macamperasaandari kesedihandankegembiraan,kekaguman dan sujud, ataupun ketakutan yang membawa pada pertobatan. Topik yang penting dalam dimensi pengalamankeagamaanantaralainyangdisebutmistik,di manasi pemelukmerasakankesatuanerat denganilahi. Dimensi ketiga, naratif atau mistik menyajikan kisah atau cerita-cerita suci, untuk direnungkan, dicontoh, karena di situ ditampilkan tokoh-tokoh suci, pahlawan ataupun kejadian- kejadianyangpentingdalampembentukanagamayangbersangkutan. Dimensi keempat, filosofis-doktrinal adalah dimensi agama yang menyajikan pemikiran rasional,argumentasi,danpenalaranterutamamenyangkutajaran-ajaranagama,pendasaranhidup, dan pengertiandari konsep-konsepyangdianutolehagamaitu. Dimensi kelima, legal-etis menyangkut tata tertib hidup dalam agama itu, pengaturan bersama, dengan norma-norma dan pengaturan, tidak jarang disertai pula dengan system penghukumankalauterjadi pelanggaran. Dimensi keenam, sosial-institusional mengatur kehidupan bersama menyangkut kepemerintahan keorganisasian, pemilihan dan penahbisan pemimpin, kejemaatan, dan penggembalaan. Akhirnya dimensi material menyangkut barang-barang, alat-alat yang digunakan untukpemujaanatauuntukpelaksanaankehidupanagamaitu.Termasukdi sinibangunan-bangunan, tempat-tempatibadah. Dan dimensi ketujuh, yaitu dimensi material dan bahan seperti bangunan, seni ukir dan beberapakreasi lainnya. Ketujuhdimensiini dapatdiamatidanditelitidalamperspektifpengalamankeagamaan.Akan tetapi,dalamrangka perubahanbudayadewasaini,di mana persaingan nilai-nilai dalammasyarakat begitugencar,makadimensi filosofis-doktrineryangberaturandenganfungsiapologetic(penjelasan) kiranya merupakan dimensi yang paling penting perannya. Posisi agama dewasa ini berbeda dalam dua hal dari agama-agama primitif menyangkut kepentingan dimensi filosofis-doktriner. Pertama, agama primitif lebih bersifat pragmatis, sekedar diperlukan untuk menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari yang konkret “hic et nunc”, sementara agama dewasa ini lebih ekspansif ke masa depan karena menyangkut prospek dan proyek ke kemajuan sosial dan ke masa lampau (wahyu) untuk merenungkan asal usulnya agar tidak bergeser dari keasliannya. Bagi agama primitif, barangkali dimensi legal-etislebihbanyakdiperlukanuntukpedomankehidupan.Olehkarenanya,wajarkiranya kalaukitaberkesanagamaprimitif lebihbanyaktabu,larangan,danperintah. Perbedaan agama primitif dan agama kekinian (dewasa ini) tidak serta merta menyudutkan agamaprimitive itusendiri.Padasaatini agamakekinian(dewasaini)menghadapikemajemukannilai- nilai dalammasyarakat. Artinya,meskipundimensi legal-etistetaprelevan,akantetapi perintahdan laranganitu tidakdikemukakanbegitusaja.Melainkandisertai denganpenjelasannilai-nilai lainyang ditawarkan masyarakat majemuk. Dalam arti inilah agama perlu mengembangkan teologi dan teodicea yang memadai.Bidang-bidang ini kiranya merupakan bagian dari dimensi filosofis-doktiner yang perluuntukmendukungeksistensi agama.
  • 10. Sebagai seorangfenomenologdanfilosofkeagamaan,NinianSmartmengidentifikasikantujuh dimensi agama sebagai manifestasi agama, dari tataran normatif menjadi historis, yang kemudian memungkinkannyauntukmelakukansemuajenispendekatanpadastudi agama,danjugadalamcara meraihkebenarandalamberbagai macamagamayang ada. Rumusan Ninian Smart tentang dimensi agama tersebut dapat ditemukan pula dan hampir sama dalam pandangan Sartono Kartodirjo, seorang peneliti studi agama di Indonesia, yaitu pembahasannya tentang dimensi-dimensi religiositas. Kartodirjo menyebutkan, bahwa dimensi religiositassebagai berikut: 1. Dimensi pengalaman keagamaan mencakup semua perasaan, persepsi, dan sensasi yang dialami ketikaberkomunikasidenganrealitassupernatural. 2. Dimensi ideology mencakup satu set kepercayaan terhadap makhluk gaib dan kehidupan setelah kematian. 3. Dimensi ritual mencakup semua aktivitas, seperti upacara keagamaan, berdoa, dan berpartisipasi dalamberbagai kewajibanagama. 4. Dimensi intelektual ialah berhubungan dengan pengetahuan tentang agama. Pengetahuan agama didapatkanmelaluiprosesbelajardari pemimpinagamaatauberupailhamlangsungdari Tuhanyang dipercayai sebagai wahyu. 5. Dimensi consequensialialahmencakupsemuaefekdari kepercayaan,praktek, danpengetahuandari orang yang menjalankan agama. Dengan perkataan lain, semua perbuatan dan sikap sebagai konsekuensi beragama.