SlideShare a Scribd company logo
Mallory-Weiss Syndrome
Introduction
• Mallory-Weiss Syndrome  ditandai dengan
laserasi mukosa longitudinal (diseksi
intramural) di esofagus distal dan lambung
proksimal, berhubungan dengan muntah /
retching yang kuat atau berkepanjangan.
• Laserasi menyebabkan perdarahan arteri
submukosa.
Epidemiologi
• Insidensi  8-15% pada pasien yang mengalami perdarahan
gastrointestinal bagian atas. Lebih sering terjadi dalam tingkat yang
tidak terlalu parah.
• Faktor resiko 
– Alkohol  paling banyak teridentifikasi pada pasien dengan Mallory-
Weiss Syndrome, menyebakan muntah pada 40-80% pasien,
perdarahan lebih berat jika disertai hipertensi portal dan varises
esofagus.
– Hernia hiatal  muntah meningkatkan potensi laserasi mukosa karena
adanya tekanan yang lebih tinggi pada hernia hiatus dibandingkan
bagian perut lainnya.
– Usia  merupakan salah satu predisposisi, meskipun terjadi pada usia
dibawah 40 tahun bahkan pada anak usia 3 minggu sehingga
menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor utama.
Faktor presipitasi berupa muntah, mengejan atau mengangkat, batuk,
kejang, trauma tumpul abdomen, pemasangan selang nasogastrik, dan
gastroskopi.
Patogenesis
• Mekanisme pasti belum diketahui.
• Teori yang disarankan 
Peningkatan tekanan intrabdomen secara tiba-
tiba dan sangat tinggi (seperti dalam kasus
muntah yang kuat)  isi lambung mengalir ke
proksimal di bawah tekanan ke esofagus 
robekan mukosa longitudinal (mengikuti bentuk
silinder esofagus dan lambung) sampai ke arteri
dan vena submukosa  perdarahan SCBA
Manifestasi Klinis
• Hematemesis (darah merah atau coffee-
ground like)
• Nyeri epigastirum atau nyeri punggung.
• Muntah dan batuk tanpa darah
• Mual
• Hipovolemik dan hemodinamik tidak stabil 
pada pasien dengan perdarahan yang
signifikan
Evaluasi
• Diagnosis  harus dicurigai pada pasien dengan
hematemesis, dan adanya riwayat muntah atau
muntah hebat. Ditegakkan dengan endoskopi
dengan visualisasi sobekan mukosa longitudinal
tunggal pada esofagogastrik junction
• Upper Endoscopy  menegakkan diagnosis,
menyingkirkan etiologi lain, dan memungkinkan
intervensi terapeutik pada pasien dengan
perdarahan aktif.
• Pada endoskopi,
sobekan biasanya
tampak sebagai
robekan membujur
merah pada mukosa,
• Kadang meluas melalui
mukosa muskularis
• Kadang tertutup
gumpalan.
• Kadang tampak
perdarahan aktif.
• Dalam banyak kasus, lesi dikenali hanya
setelah retrofleksi ujung gastroskop untuk
melihat kardia dari bawah.
• Sebagian besar robekan sembuh dalam 24-48
jam pada pasien tanpa hipertensi portal.
• Diagnosis banding :
– Esofagitis Refluks  pasien dengan riwayat rasa
terbakar di dada, regurgitasi, dan disfagia/odinofagia.
Ulserasi tampak di distal esofagus, tidak seperti
robekan Mallory-Weiss, ulserasi mungkin berbentuk
ireguler dan multipel.
– Medication-induced esofagitis  riwayat konsumsi
obat tetrasiklin / alendronate, lesi singular dan dalam,
terjadi pada titik stasis (terutama dekat carina),
dengan memberi celah ke distal esofagus.
– Infectious esofagitis  lesi multipel, punctata, dan
melingkar. Pada pasien dengan esofagitis HSV, ulkus di
esofagus bagian distal berbatas jelas dan tampak
seperti gunung berapi. Pada pasien CMV ulkus linier
atau memanjang dan dalam. Esofagitis menular
ditegakkan dengan biopsi dan kultur.
Manajemen Awal
• Penilaian stabilitas hemodinamik dan resusitasi cairan  menilai stabilitas
hemodinamik dan menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan/atau
transfusi darah.
• Tindakan umum  terapi farmakologi untuk menakan asam dengan
Proton Pump Inhibitor (PPI) dan anti-emetik.
• Acid suppression  pasien dengan tanda-tanda perdarahan saluran cerna
aktif (hematemesis, melena, atau hematokezia, dengan atau tanpa
ketidakstabilan hemodinamik atau kebutuhan transfusi darah) harus mulai
dengan PPI intravena dosis tinggi 2 kali sehari, sebelum endoskopi, dapat
dialihkan ke PPI oral dosis standar setelah endoskopi selama 2 minggu
untuk menstabilkan gumpalan dan mempercepat penyembuhan mukosa.
PPI meningkatkan hemostasis dengan menetralkan asam lambung dan
menstabilkan pembekuan darah.
• Antiemetik  (ondansetron, metoklopramide, prochlorperazine) untuk
menghilangkan gejala persisten seperti mual atau muntah
• Terapi endoskopi untuk perdarahan aktif 
diindikasikan untuk pengobatan stigmata
perdarahan karena berhubungan dengan
peningkatan resiko perdarahan berulang.
Stigmata meliputi perdarahan aktif
(perdarahan menyembur atau mengalir),
pembuluh yang terlihat, dan bekuan yang
melekat.
• Pilihan terapi endoskopi  injeksi epinefrin
1:10.0000 untuk mengurangi atau menghentikan
perdarahan melalui vasokonstriksi bersamaan
dengan koagulasi termal, klip endoskopik, atau
ligasi band endoskopik atau koagulasi plasma
argon. Epinefrin tidak boleh diberikan secara
monoterapi  peningkatan perdarahan berulang.
• Pertimbangan teknis penting  koagulasi termal
dengan tekanan tamponade dan energi rendah
karena esofagus tidak memiliki serosa dan sangat
tipis di area robekan dan arterinya kecil. Hindari
koagulasi berulang karena resiko transmural
injury dan perforasi.
• Perdarahan persisten setelah terapi
endoskopik
– Embolisasi Transarterial  dilakukan jika terapi
endoskopik gagal.
– Bedah  penjahitan pembuluh darah pada pasien
yang gagal dalam terapi angiografi
Manajemen Post-Endoskopik
• Resiko perdarahan ulang  terjadi dalam 24 jam dari episode awal
(biasanya pada pasien dengan koagulopati atau antitrombotik),
diatasi dengan endoskopi, dengan tidak adanya perdarahan ulang
pasien tidak memerlukan evaluasi endoskopi berulang.
• Indikasi rawat inap  pasien beresiko perdarahan ulang dalam 48
jam :
– Resiko tinggi perdarahan ulang (hipertensi portal koagulopati)
– Stigmata endoskopik (perdarahan aktif saat endoskopi, pembuluh
terlihat tidak berdarah, bekuan melekat)
– Perdarahan SCBA berat (hemodinamik tidak stabil, hematokezia,
butuh transfusi darah)
– Meningkatkan resiko komplikasi (arteri koroner atau cerebrovascular
disease, usia diatas 65th)
Pasien rawat inap dapat memulai diet cairan segera setalah terapi
endoskopik dan bertahap setelah 24 jam.
• Penggunaan kembali antikoagulan dan
antiplatelet  tergantung pada resiko pasien
menderita kejadian tromboemboli saat tidak
menggunakan obat-obatan.
Prognosis
• Perdarahan aktif pada saat endoskopi awal
dan hematokrit awal yang rendah 
perdarahan ulang lebih tinggi, kebutuhan
untuk angiografi atau pembedahan, atau
kematian.
• Angka kematian 5.3%, lebih tinggi pada usia
65 tahun keatas dan pasien dengan
komorbiditas yang signifikan.

More Related Content

Similar to MWS fauzie.pptx

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
Baskoro Abdiansyah
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
Baskoro Abdiansyah
 
ILEUS.pdf
ILEUS.pdfILEUS.pdf
ILEUS.pdf
fadilahmadi3
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Egla Aliu
 
Askep hematemesis melena
Askep hematemesis melenaAskep hematemesis melena
Askep hematemesis melena
AKPER PEMDA INDRAMAYU
 
MELENA.pptx
MELENA.pptxMELENA.pptx
MELENA.pptx
siebrok
 
efusi pleura.pptx
efusi pleura.pptxefusi pleura.pptx
efusi pleura.pptx
SandiAuliaSyafrul
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileusrakkas
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
Dika Saja
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
Iva Maria
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
Iva Maria
 
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptxAll moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
AulyaArchuleta
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
Ulfa Pradipta
 
case CAPD.pptx
case CAPD.pptxcase CAPD.pptx
case CAPD.pptx
AndyAndrean1
 
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisAsuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Arif Al-Amin
 

Similar to MWS fauzie.pptx (20)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDFASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS PDF
 
ILEUS.pdf
ILEUS.pdfILEUS.pdf
ILEUS.pdf
 
Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01Pneumonia 131028101758-phpapp01
Pneumonia 131028101758-phpapp01
 
Askep dic
Askep dicAskep dic
Askep dic
 
Askep hematemesis melena
Askep hematemesis melenaAskep hematemesis melena
Askep hematemesis melena
 
MELENA.pptx
MELENA.pptxMELENA.pptx
MELENA.pptx
 
efusi pleura.pptx
efusi pleura.pptxefusi pleura.pptx
efusi pleura.pptx
 
Soal ileus
Soal ileusSoal ileus
Soal ileus
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
 
askep intususepsi
askep intususepsiaskep intususepsi
askep intususepsi
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptxAll moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
All moduls Pneumothoraks Empyema.pptx
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 
case CAPD.pptx
case CAPD.pptxcase CAPD.pptx
case CAPD.pptx
 
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitisAsuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
Asuhan keperawatan pasien dengan appendiksitis
 
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNAEfusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 

Recently uploaded (20)

farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 

MWS fauzie.pptx

  • 2. Introduction • Mallory-Weiss Syndrome  ditandai dengan laserasi mukosa longitudinal (diseksi intramural) di esofagus distal dan lambung proksimal, berhubungan dengan muntah / retching yang kuat atau berkepanjangan. • Laserasi menyebabkan perdarahan arteri submukosa.
  • 3. Epidemiologi • Insidensi  8-15% pada pasien yang mengalami perdarahan gastrointestinal bagian atas. Lebih sering terjadi dalam tingkat yang tidak terlalu parah. • Faktor resiko  – Alkohol  paling banyak teridentifikasi pada pasien dengan Mallory- Weiss Syndrome, menyebakan muntah pada 40-80% pasien, perdarahan lebih berat jika disertai hipertensi portal dan varises esofagus. – Hernia hiatal  muntah meningkatkan potensi laserasi mukosa karena adanya tekanan yang lebih tinggi pada hernia hiatus dibandingkan bagian perut lainnya. – Usia  merupakan salah satu predisposisi, meskipun terjadi pada usia dibawah 40 tahun bahkan pada anak usia 3 minggu sehingga menunjukkan bahwa usia tidak menjadi faktor utama. Faktor presipitasi berupa muntah, mengejan atau mengangkat, batuk, kejang, trauma tumpul abdomen, pemasangan selang nasogastrik, dan gastroskopi.
  • 4. Patogenesis • Mekanisme pasti belum diketahui. • Teori yang disarankan  Peningkatan tekanan intrabdomen secara tiba- tiba dan sangat tinggi (seperti dalam kasus muntah yang kuat)  isi lambung mengalir ke proksimal di bawah tekanan ke esofagus  robekan mukosa longitudinal (mengikuti bentuk silinder esofagus dan lambung) sampai ke arteri dan vena submukosa  perdarahan SCBA
  • 5. Manifestasi Klinis • Hematemesis (darah merah atau coffee- ground like) • Nyeri epigastirum atau nyeri punggung. • Muntah dan batuk tanpa darah • Mual • Hipovolemik dan hemodinamik tidak stabil  pada pasien dengan perdarahan yang signifikan
  • 6. Evaluasi • Diagnosis  harus dicurigai pada pasien dengan hematemesis, dan adanya riwayat muntah atau muntah hebat. Ditegakkan dengan endoskopi dengan visualisasi sobekan mukosa longitudinal tunggal pada esofagogastrik junction • Upper Endoscopy  menegakkan diagnosis, menyingkirkan etiologi lain, dan memungkinkan intervensi terapeutik pada pasien dengan perdarahan aktif.
  • 7. • Pada endoskopi, sobekan biasanya tampak sebagai robekan membujur merah pada mukosa,
  • 8. • Kadang meluas melalui mukosa muskularis
  • 11. • Dalam banyak kasus, lesi dikenali hanya setelah retrofleksi ujung gastroskop untuk melihat kardia dari bawah. • Sebagian besar robekan sembuh dalam 24-48 jam pada pasien tanpa hipertensi portal.
  • 12. • Diagnosis banding : – Esofagitis Refluks  pasien dengan riwayat rasa terbakar di dada, regurgitasi, dan disfagia/odinofagia. Ulserasi tampak di distal esofagus, tidak seperti robekan Mallory-Weiss, ulserasi mungkin berbentuk ireguler dan multipel. – Medication-induced esofagitis  riwayat konsumsi obat tetrasiklin / alendronate, lesi singular dan dalam, terjadi pada titik stasis (terutama dekat carina), dengan memberi celah ke distal esofagus. – Infectious esofagitis  lesi multipel, punctata, dan melingkar. Pada pasien dengan esofagitis HSV, ulkus di esofagus bagian distal berbatas jelas dan tampak seperti gunung berapi. Pada pasien CMV ulkus linier atau memanjang dan dalam. Esofagitis menular ditegakkan dengan biopsi dan kultur.
  • 13. Manajemen Awal • Penilaian stabilitas hemodinamik dan resusitasi cairan  menilai stabilitas hemodinamik dan menentukan kebutuhan resusitasi cairan dan/atau transfusi darah. • Tindakan umum  terapi farmakologi untuk menakan asam dengan Proton Pump Inhibitor (PPI) dan anti-emetik. • Acid suppression  pasien dengan tanda-tanda perdarahan saluran cerna aktif (hematemesis, melena, atau hematokezia, dengan atau tanpa ketidakstabilan hemodinamik atau kebutuhan transfusi darah) harus mulai dengan PPI intravena dosis tinggi 2 kali sehari, sebelum endoskopi, dapat dialihkan ke PPI oral dosis standar setelah endoskopi selama 2 minggu untuk menstabilkan gumpalan dan mempercepat penyembuhan mukosa. PPI meningkatkan hemostasis dengan menetralkan asam lambung dan menstabilkan pembekuan darah. • Antiemetik  (ondansetron, metoklopramide, prochlorperazine) untuk menghilangkan gejala persisten seperti mual atau muntah
  • 14. • Terapi endoskopi untuk perdarahan aktif  diindikasikan untuk pengobatan stigmata perdarahan karena berhubungan dengan peningkatan resiko perdarahan berulang. Stigmata meliputi perdarahan aktif (perdarahan menyembur atau mengalir), pembuluh yang terlihat, dan bekuan yang melekat.
  • 15.
  • 16. • Pilihan terapi endoskopi  injeksi epinefrin 1:10.0000 untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan melalui vasokonstriksi bersamaan dengan koagulasi termal, klip endoskopik, atau ligasi band endoskopik atau koagulasi plasma argon. Epinefrin tidak boleh diberikan secara monoterapi  peningkatan perdarahan berulang. • Pertimbangan teknis penting  koagulasi termal dengan tekanan tamponade dan energi rendah karena esofagus tidak memiliki serosa dan sangat tipis di area robekan dan arterinya kecil. Hindari koagulasi berulang karena resiko transmural injury dan perforasi.
  • 17. • Perdarahan persisten setelah terapi endoskopik – Embolisasi Transarterial  dilakukan jika terapi endoskopik gagal. – Bedah  penjahitan pembuluh darah pada pasien yang gagal dalam terapi angiografi
  • 18. Manajemen Post-Endoskopik • Resiko perdarahan ulang  terjadi dalam 24 jam dari episode awal (biasanya pada pasien dengan koagulopati atau antitrombotik), diatasi dengan endoskopi, dengan tidak adanya perdarahan ulang pasien tidak memerlukan evaluasi endoskopi berulang. • Indikasi rawat inap  pasien beresiko perdarahan ulang dalam 48 jam : – Resiko tinggi perdarahan ulang (hipertensi portal koagulopati) – Stigmata endoskopik (perdarahan aktif saat endoskopi, pembuluh terlihat tidak berdarah, bekuan melekat) – Perdarahan SCBA berat (hemodinamik tidak stabil, hematokezia, butuh transfusi darah) – Meningkatkan resiko komplikasi (arteri koroner atau cerebrovascular disease, usia diatas 65th) Pasien rawat inap dapat memulai diet cairan segera setalah terapi endoskopik dan bertahap setelah 24 jam.
  • 19. • Penggunaan kembali antikoagulan dan antiplatelet  tergantung pada resiko pasien menderita kejadian tromboemboli saat tidak menggunakan obat-obatan.
  • 20. Prognosis • Perdarahan aktif pada saat endoskopi awal dan hematokrit awal yang rendah  perdarahan ulang lebih tinggi, kebutuhan untuk angiografi atau pembedahan, atau kematian. • Angka kematian 5.3%, lebih tinggi pada usia 65 tahun keatas dan pasien dengan komorbiditas yang signifikan.