Ruptur esofagus (juga dikenal sebagai sindrom Boerhaave) adalah rupturnya dinding esofagus.
Trauma hepar merupakan salah satu jenis trauma yang paling sering ( > 90% dari seluruh kasus). Trauma hepar merupakan penyebab kematian paling sering pada trauma abdomen.
Ruptur esofagus (juga dikenal sebagai sindrom Boerhaave) adalah rupturnya dinding esofagus.
Trauma hepar merupakan salah satu jenis trauma yang paling sering ( > 90% dari seluruh kasus). Trauma hepar merupakan penyebab kematian paling sering pada trauma abdomen.
2. SISTEM DIGESTIF
SISTEM DIGESTIF / PENCERNAAN-
BERFUNGSI UNTUK MENCERNA &
MENYERAP MAKANAN
TERDIRI DARI :
UPPER GASTROINTESTINAL
• ESOPHAGUS
• STOMACH / GASTER
• SMALL INTESTINES
(DUODENUM, JEJUNUM,
ILEUM)
HEPATO-BILIER-PANCREATIC
• LIVER / HEPAR
• GALLBLADER / BILIER
• PANCREAS
COLORECTAL :
• LARGE INTESTINES (COLON
ASCENDEN, TRANVERSUM,
DESCENDEN)
• RECTUM
3. HEPAR
Hati adalah organ dalam
tubuh yang terbesar. Hati
melakukan fungsi penting
dalam banyak proses,
termasuk metabolisme,
detoksifikasi, pencernaan
dan kekebalan. Banyak
penyakit hati merupakan
asimtomatik – gejalanya
mungkin ada atau
mungkin tidak ada. Sering
kali, gejala hanya muncul
pada stadium lanjut. Jika
dibiarkan tanpa diobati,
penyakit ini dapat
berkembang menjadi
gagal hati dan pada
akhirnya, kematian.
5. ABSCESS
HEPAR
Abses adalah kumpulan nanah
(PUS) pada luka yang umumnya
diakibatkan infeksi bakteri.
Kondisi ini dapat terjadi pada
bagian tubuh manapun, termasuk
HEPAR.
Klasifikasi
Abses hati diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu:
1) Abses amuba. Abses amuba
paling sering disebabkan oleh
Enthamuba histolitica, umumnya
di- temukan di negara
berkembang, di kawasan tropis
dan subtropics akibat sanitasi
lingkungan yang buruk.
2) Abses pirogenik. Penyebab
utama abses hepar piogenik
adalah bakteri Escherichia Coli.
Selain itu organisme lain yang
didapatkan adalah Klebsiella,
Staphylococcus Aureus, Proteus,
Pseudomonas, dan bakteri
anaerob. Abses pirogenik jarang
ditemukan, dan lebih sering
ditemukan di Negara maju.
6. ABSCESS
HEPAR Deteksi abses hepar dapat diketahui
dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan darah lengkap,
Rontgen, USG, CT scan, atau pun
MRI.
Penyakit ini dapat menyerang
siapapun. Tetapi ada sebagian orang
yang lebih berisiko mengalaminya,
terutama yang :
Berusia lebih dari 70 tahun.
Bepergian atau tinggal di tempat di
mana infeksi ini umum terjadi.
Mengonsumsi minuman keras dan
atau tidak mendapat nutrisi yang
cukup.
Mengonsumsi obat seperti
kortikosteroid atau menjalani
kemoterapi.
Mengalami penyakit tertentu
seperti diabetes, kanker, ataupun
melemahnya sistem imun.
Tanda-tanda terjadinya abses hepar
yaitu
a. Hepatomegali
b. Nyeri kwadran kanan atas
c. Efusi pleura
d. Massa pada kwadran kanan atas
e. Asites
f. Jaundice
GEJALA
b. Nyeri
c. Demam
d. Nausea & muntah
e. Anoreksia
f. BB menurun
g. Malaise
h. Diare
i. Batuk & rangsang pleura
j. Pruritus
7. ABSCESS
HEPAR
Penanganan / pengobatan
Prinsip utama penanganan abses hepar
adalah pemberian antibiotik dan drainase
dari abses.
2. Drainase
Drainase :
Drainase perkutaneus
Drainase operatif
Drainase transtorasik
Antibiotik yang diberikan adalah yang spektrum luas
seperti golongan penisilin (ampicillin), aminoglikosida
(gentamisin atau tobramisin) dan metronidasol.
Pada penderita-penderita usia tua dengan gangguan
ginjal dapat diberikan penisilin (amoxicillin), sefalosporin
(cefotaxime atau cefuroxime) dan juga metronidasol.
Amphotericin B dan flukonasol diberikan pada penderita-
penderita dengan kecurigaan adanya infeksi oleh jamur.
Antibiotik diberikan secara intravena dan lama pemberian
bervariasi antara 2 – 4 minggu atau lebih tergantung
respon klinik dan jumlah absesnya.
1. Antibiotik
TREATMENT
8. ABSCESS
HEPAR
1. Drainase perkutaneus
Sekarang ini banyak dilakukan drainase
perkutaneus sebagai penanganan awal
pada semua abses hepar piogenik,
terutama pada penderita dengan sakit
berat yang tidak dapat menjalani
operasi. Drainase perkutaneus dapat
dilakukan dengan tehnik Seldinger atau
trocar, dengan bantuan CT atau USG.
Angka keberhasilan berkisar antara 70 –
93 %, angka kematian antara 1 – 11 %.
Indikasi tindakan ini adalah abses soliter
dan sederhana dengan akses drainase
yang baik. Kontra indikasi tindakan ini
antara lain koagulopati, abses sulit
dicapai, multilobus, dan abses dengan
dinding yang tebal dan pus yang kental.
9. ABSCESS
HEPAR
2. Drainase operatif
Drainase bedah pernah dianggap
sebagai standar kriteria dalam
mengobati abses hati. Saat ini,
drainase bedah diindikasikan jika:
Abses lebih besar dari 5 cm
Drainase perkutan tidak bisa
mencapai lokasi abses
Adanya penyakit intra-abdomen
yang membutuhkan manajemen
operatif
Adanya penyakit biliaris / intra-
abdomen
Terapi antibiotik gagal
Kegagalan aspirasi perkutan
Kegagalan drainase perkutan
10. ABSCESS
HEPAR
Drainase abses hati terbuka dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan,
sebagai berikut:
Transpleural
Ekstraperitoneal
Transperitoneal
Sebelum era antibiotik, pendekatan
ekstraperitoneal sering digunakan
untuk menghindari kontaminasi
rongga peritoneum. Saat ini, dengan
ketersediaan antibiotik spektrum luas,
pendekatan transperitoneal aman dan
dianggap sebagai pendekatan yang
disukai karena memungkinkan
pemeriksaan menyeluruh pada
rongga peritoneum dan
memungkinkan mobilisasi yang
diperlukan untuk drainase yang
adekuat.
11. ABSCESS
HEPAR
Sekarang drainase laparoskopi
abses hati bisa dilakukan dengan
aman, dan waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan prosedur
drainase bisa dipersingkat dan
mengurangi trauma akses.
Ultrasonografi laparoskopi
intraoperasi dapat secara akurat
mendeteksi lokasi abses untuk
memungkinkan drainase di bawah
panduan ultrasonografi. Saat ini
drainase laparoskopi adalah
alternatif yang relatif aman,
dibanding drainase operasi
terbuka.
3. Drainase Laparoskopi
12. CIRRHOSIS
HEPATIS Cirrhosis adalah kondisi di
mana hepar tidak berfungsi
dengan baik karena
kerusakan lama. Jaringan
hati normal digantikan oleh
jaringan parut.
Biasanya, penyakit ini
berkembang perlahan
selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, dan sering
tanpa gejala. Seiring penyakit
memburuk, seseorang bisa
menjadi lelah, lemah, gatal,
bengkak di kaki bagian
bawah, kulit kuning, mudah
memar, terjadi penumpukan
cairan di abdomen, atau
pembuluh darah seperti laba-
laba di kulit. Penumpukan
cairan di perut bisa terinfeksi
secara spontan.
13. CIRRHOSIS
HEPATIS
Cirrhosis paling sering disebabkan karena alkohol, hepatitis B, hepatitis C, dan
penyakit fatty liver. Penyakit fatty liver non alkohol memiliki sejumlah penyebab,
termasuk kelebihan berat badan, diabetes, lemak darah tinggi, dan tekanan darah
tinggi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah, pencitraan medis,
dan biopsi hepar.
14. CIRRHOSIS
HEPATIS
Setelah sirosis berkembang, pengobatan ditujukan pada manajemen
komplikasi yang muncul. Contohnya termasuk yang berikut:
Hepatorenal syndrome - fungsi ginjal biasanya pulih ketika pasien dengan
sirosis dan sindrom hepatorenal menjalani transplantasi hati; pasien
dengan sindrom awal hepatorenal dapat diselamatkan oleh ekspansi
agresif volume intravaskular dengan albumin dan fresh frozen plasma dan
dengan menghindari diuretik
Encephalopathy hepatika - Perawatan farmakologis termasuk pemberian
laktulosa dan antibiotik
Asites - Perawatan dapat mencakup pembatasan natrium dan penggunaan
diuretik, paracentesis volume besar, dan shunts (peritoneovenous,
portosystemic, transjugular intrahepatic portosystemic)
Transplantasi hati
Pasien harus dirujuk untuk dipertimbangkan untuk transplantasi hati setelah
tanda pertama dekompensasi hati.
TREATMENT
15. CIRRHOSIS
HEPATIS
TREATMENT
Pembedahan dan anestesi umum membawa
peningkatan risiko pada pasien dengan sirosis.
Anestesi mengurangi pasokan dari jantung,
menginduksi vasodilatasi splanknik, dan menyebabkan
penurunan 30-50% aliran darah dalam hepar. Ini
menempatkan hepar sirosis pada risiko tambahan
untuk dekompensasi.
Pembedahan dikatakan aman pada hepatitis kronis
ringan. Risikonya pada pasien dengan hepatitis kronis
berat tidak diketahui.
Manfaat dan risiko operasi harus ditimbang dengan
hati-hati sebelum memberi saran kepada pasien
dengan sirosis untuk menjalani operasi.
16. CIRRHOSIS
HEPATIS
TREATMENT
Transplantasi Hati
Transplantasi hati telah muncul sebagai
strategi penting dalam manajemen
pasien dengan sirosis dekompensasi.
Pasien harus dirujuk untuk
pertimbangan transplantasi hati setelah
tanda-tanda pertama dekompensasi
hati.
18. HEPAR
NEOPLASMA
Jinak (Benign) atau Tumor
Hemangioma cavernosum
Hamartoma
Adenoma sel hati
Jaringan adrenal ektopik
Focal nodular hyperplasia
Ganas (Malignant) atau Kanker
Hepatocarcinoma (HCC)
Hepatoblastoma
Sarkoma, jarang terdapat,
misalnya
hemangioendotheliosarcoma,
rhabdomyosarcoma embrional
HCC progresif: Gambaran
makroskopi dengan kapsul
tumor;
19. HEPAR
NEOPLASMA
keluhan nyeri di kuadran kanan
atas
teraba pembengkakan lokal di
hepar asites
perdarahan varises atau pre
koma setelah diberi terapi yang
adekuat
keluhan rasa penuh di
abdomen disertai perasaan
lesu
penurunan berat badan
dengan atau tanpa demam
anoreksia
Mual, muntah, kembung
konstipasi
diare
Kulit dan mata kelihatan kuning
Feses tak berwarna
Mudah merasa lelah
PENYEBAB
GEJALA
23. HEPAR
NEOPLASMA
1. Operasi untuk mengangkat
tumor.
• operasi terbuka
• operasi laparoskopi minimal-
invasif
2. Transplantasi
3. Teknik Ablatif
4. Terapi intra-arteri
5. Kemoterapi
TREATMENT
INTERVENSI PEMBEDAHAN :
Perlu dievaluasi :
Hasil pencitraan dan hasil lab,
Usia pasien,
Fungsi hati,
Kesehatan secara keseluruhan,
Beberapa pasien mungkin
memerlukan biopsi hati untuk
menentukan pencalonan bedah
karena jaringan parut atau sirosis hati
yang berat membatasi kemampuan
untuk melakukan operasi dengan
aman untuk mengangkat tumor.
HEPATOCELLULAR
CARCINOMA
24. TREATMENT
1. Pembedahan Reseksi
(Pengangkatan Tumor)
Reseksi melibatkan pengangkatan
satu atau lebih bagian dari hati di
mana tumor berada. Biasanya, ahli
bedah dapat mengangkat hingga
70% dari kanker hati (jika tidak ada
atau fibrosis ringan) dan akan
beregenerasi dalam waktu sekitar
dua hingga enam minggu setelah
operasi.
Untuk tujuan pembedahan, hati
dibagi menjadi delapan segmen
(lihat ilustrasi), berdasarkan inflow
vaskular dan drainase saluran
empedu. Cabang-cabang arteri
hepatika dan vena portal
memasok setiap segmen.
HEPATOCELLULAR
CARCINOMA
26. KANTUNG EMPEDU DAN SALURAN EMPEDU
Penyakit empedu mengacu
pada penyakit yang
menyerang saluran empedu,
kandung empedu dan struktur
lainnya yang terlibat dalam
produksi dan pengangkutan
empedu.
Jika ada saluran dalam sistem
kompleks ini yang tersumbat,
bisa menyebabkan sejumlah
penyakit serius.
Selama periode inter digestif sphincter berkontraksi sehingga cairan empedu
yang diproduksi oleh sel-sel hepar dikonsentrasikan didalam kandung empedu
( gall bladder ) dan disimpan untuk sementara sampai proses pencernaan
didalam duodenum berlangsung sehingga sphincter berelaksasi dan cairan
empedu turun dari hepar dan kandung empedu.
27. KANTUNG EMPEDU DAN SALURAN EMPEDU
Tipe :
1. Malignant neoplasm of the gallbladder
2. Malignant neoplasm of other parts of biliary tract
• extrahepatic bile duct
• ampulla of Vater
3. Cholelithiasis
4. Cholecystitis
5. Others (excluding postcholecystectomy syndrome), but including
• other obstructions of the gallbladder (like strictures)
• hydrops, perforation, fistula
• cholesterolosis
• biliary dyskinesia
6. Other diseases of the biliary tract:
• cholangitis
• obstruction, perforation, fistula of biliary tract
• spasm of sphincter of Oddi
• biliary cyst
• biliary atresia
28. BILIER
NEOPLASMA
Tumor pada kandung empedu
dan saluran empedu
ekstrahepatik terdiri dari:
Tumor Jinak
Papiloma
Adenoma
Adenomyoma
Tumor Ganas
Adenocarcinoma (terbanyak)
Adenoacanthoma
Tumor ganas ini dapat
menyebabkan ikterus obstruktif
(Cholestasis) yang harus
dibedakan daripada yang
disebabkan oleh batu.
Kanker kandung empedu jarang
didiagnosis praoperasi (kurang
dari 20% pasien). Gejala awal
tidak jelas dan biasanya sulit
dibedakan dengan gejala yang
berkaitan dengan Cholelitiasis:
nyeri abdomen
anoreksia
ikterus
feses tak berwarna
mual dan muntah.
29. BILIER
NEOPLASMA
GALLBLADER CANCER
Tipe :
Adenocarcinoma
Squamous cell cancer
Adenosquamous cancer
Small cell cancer
Sarcoma
Kanker kandung empedu adalah kanker yang relatif
jarang terjadi. Jika didiagnosis cukup dini, bisa
disembuhkan dengan mengeluarkan kantong
empedu, bagian hati dan kelenjar getah bening
terkait.
Ini adalah kanker langka yang diduga terkait dengan
batu empedu yang terbentuk, yang juga bisa
menyebabkan kalsifikasi kantong empedu, suatu
kondisi yang dikenal dengan kantong empedu
porselen.
Paling sering ditemukan setelah gejala seperti sakit
perut, sakit kuning dan muntah terjadi, dan sudah
menyebar ke organ lain seperti hati.
30. BILIER
NEOPLASMA
GALLBLADER CANCER
TREATMENT
Pembedahan bisa menjadi pilihan jika
kanker kandung empedu stadium
awal. Pilihan termasuk:
Operasi untuk mengangkat
kantong empedu. Kanker kandung
empedu awal yang terbatas pada
kantong empedu dilakukan operasi
untuk mengangkat kandung
empedu (kolesistektomi).
Operasi untuk mengangkat
kantong empedu dan sebagian
dari hati. Kanker kandung empedu
yang meluas di luar kandung
empedu dan ke hati dilakukan
operasi untuk mengangkat kantong
empedu, serta bagian hati dan
saluran empedu yang mengelilingi
kantong empedu.
Pengangkatan kantong empedu
dan jaringan sekitarnya (reseksi
radikal)
31. BILIER
NEOPLASMA
GALLBLADER CANCER
TREATMENT
Jika kanker telah menyebar di luar kandung empedu ke kelenjar
getah bening di dekatnya, akan dilakukan operasi yang lebih besar.
Termasuk mengangkat :
• kandung empedu
• sebagian kecil dari hati dekat dengan kantong empedu
• saluran empedu
• bagian atau semua jaringan yang menghubungkan hati dan usus
• kelenjar getah bening dari sekitar organ terdekat seperti hati,
gaster, usus dan pankreas
• Pembedahan untuk mengangkat organ-organ sekitar yang terkena
kanker
32. BILIER
NEOPLASMA
GALLBLADER
CANCER
TREATMENT
Dalam kasus di mana operasi
pengangkatan tidak mungkin, alternatifnya
adalah:
• Operasi bypass bilier: Membuat jalur
baru untuk drainase empedu
• Penempatan stent endoskopi: Sebuah
stent (tabung tipis dan lentur) digunakan
untuk mengalirkan empedu ke dalam
usus kecil
• Drainase bilier transhepatik perkutan: Ini
juga merupakan prosedur untuk
menguras empedu
33. BILIER NEOPLASMA
GALLBLADER POLYP
ADENOMA
POLYP
CHOLESTEROL
POLYP
Lesi yang menonjol dari dinding kandung
empedu ke dalam lumennya disebut polip
kandung empedu, yang mempengaruhi
kira-kira 5% populasi orang dewasa dan
jarang terlihat pada anak-anak . Gejala
sering tidak nampak.
Umumnya, polip kandung empedu dapat
dibagi menjadi dua kelas: jinak dan ganas.
CHOLESTEROL POLYP
Lebih dari 80% polip mukosa kantong
empedu adalah polip kolesterol. Ini adalah
lesi bertulang multilobular, berdarah kuning
0,5 sampai 1 cm.
Polip kolesterol biasanya banyak lesi, 3
sampai 10 polip.
Polip kolesterol adalah faktor penyebab
pankreatitis akut.
Diduga polip yang terlepas menyebabkan
obstruksi pankreas.
ADENOMA POLYP
Sebagai jenis polip jinak yang tidak biasa,
adenoma kandung empedu biasanya
merupakan lesi tunggal dengan ukuran
berkisar antara 5 sampai 20 mm.
34. BILIER
NEOPLASMA
CHOLANGIOCARCINOMA
Kanker saluran empedu merupakan tumor ganas yang berasal dari saluran empedu
yang berada di luar liver, area dinding liver hingga bagian bawah empedu. Letak
tumor pada posisi tersebut menjadikan diagnosa kanker saluran empedu dibagi
menjadi 2 kategori yaitu kanker saluran empedu bagian dalam liver dan kanker
saluran empedu bagian luar liver. Kanker saluran empedu di luar liver dibagi lagi
menjadi kanker saluran empedu bagian atas (kanker saluran empedu pada mulut
liver), kanker saluran empedu bagian tengah dan bawah.
35. BILIER
NEOPLASMA
PENYEBAB kanker ini belum jelas, tetapi
beberapa hal ini dapat menjadi salah satu
faktor.
1. Radang empedu kronis
2. Batu kandung empedu: batu di
kantung empedu dapat menstimulasi
terjadinya cholangiocarcinoma.
3. Kelainan duktus sistikus empedu:
kondisi ini menyebabkan
penyimpangan saluran empedu, dan
ini bisa menjadi salah satu penyebab
kanker cholangiocarcinoma.
4. Liver fluke: Kondisi ini paling sering
terlihat di daerah Asia Tenggara,
kebanyakan karena konsumsi ikan
mentah yang terinfeksi liver fluke. Liver
fluke ini biasanya menyerang daerah
saluran empedu, empedu, dll. Ini juga
bisa menjadi salah satu penyebab
cholangiocarcima.
CHOLANGIOCARCINOMA
GEJALA
1. Jaundice (penyakit kuning): Obstruksi
bilier oleh kanker menyebabkan penyakit
kuning.
2. Nyeri perut: ketidaknyamanan setelah
makan, sakit di daerah abdominal dan
xifoideus, nyeri punggung dan kolik
kuadran kanan atas.
3. Demam: obtruksi saluran empedu oleh
kanker dapat menyebabkan peradangan,
dan menyebabkan demam.
4. Kulit gatal: Gatal gatal pada kulit
setelah/sebelum penyakit kuning. Ini
karena kadar bilirubin meningkat dan
merangsang kulit dan saraf.
5. Gejala lain: hilangnya nafsu makan,
lelah, penurunan berat badan drastis,
mual, muntah, gejala kanker non-spesifik.
Sebagian kecil dapat menderita gejala
hipertensi.
36. BILIER
NEOPLASMA
CHOLANGIOCARCINOMA
TREATMENT
Indikasi untuk operasi tumor saluran
empedu termasuk yang berikut:
• Tumor dapat dioperasi - Kriteria untuk
reseksi meliputi tidak adanya metastasis
hati, tidak adanya carcinomatosis, dan
tidak adanya invasi vaskular.
• Pasien memungkinkan untuk operasi
Pencitraan pra operasi ditujukan untuk
menentukan apakah unit hati yang sehat
yang cukup besar untuk mempertahankan
fungsi hati yang adekuat setelah operasi
pengangkatan tumor. Jaringan hati yang
tersisa harus mengandung cabang normal
vena porta dan arteri hepatika dan juga
harus mengandung saluran empedu yang
cukup besar untuk beranastomosis ke
usus (lihat gambar).
Foto operasi choledochojejunostomy,
menunjukkan ukuran duktus.
37. BILIER
NEOPLASMA
CHOLANGIOCARCINOMA
TREATMENTKontraindikasi untuk operasi termasuk yang berikut:
• Tumor yang tidak dapat dioperasi - Jika tumor bersifat
ekstensif atau menetap pada struktur yang bersebelahan,
termasuk vena porta utama atau arteri hepatika, tumor
tidak dapat dioperasi; Temuan cholangiographic dari
invasi duktus hepatika sekunder di kedua lobus hati atau
bukti angiografik dari pembungkusan vena portal utama
atau arteri hepatika menunjukkan tidak dapat direseksi.
• Metastasis termasuk keterlibatan peritoneum difus
• Invasi vaskular
• Pasien yang berisiko tinggi terhadap anestesi umum dan
pembedahan karena kondisi medis umum
• Usia lanjut
39. CHOLELITHIASIS
GALLSTONE
Istilah cholelithiasis mungkin mengacu
pada adanya batu di kandung empedu
atau penyakit yang disebabkan batu
empedu. Kebanyakan orang dengan
batu empedu (sekitar 80%) tidak pernah
memiliki gejala.
Komplikasi batu empedu meliputi :
radang kandung empedu,
radang pankreas, dan
peradangan hati.
Gejala komplikasi ini :
nyeri kram di bagian kanan atas
perut, yang dikenal sebagai kolik
empedu dengan durasi lebih dari
lima jam,
demam,
kulit kekuningan,
muntah, atau
urine berwarna teh.
41. CHOLELITHIASIS
GALLSTONE
TREATMEN
T
Perawatan batu empedu tergantung pada
stadium penyakit. Batu empedu yang belum
menampakkan gejala harapan sembuh sangat
besar.
Setelah batu empedu menjadi simtomatik,
biasanya diindikasikan intervensi bedah.
Intervensi bedah termasuk :
• Cholecystectomy (terbuka atau laparoscopic)
• Cholecystostomy
• Endoscopic sphincterotomy
42. CHOLELITHIASIS
GALLSTONE
TREATMEN
T
1. Cholecystectomy
Laparoscopy
Biasanya, kolesistektomi laparoskopi
adalah terapi pilihan pertama di rumah
sakit dengan pengalaman dalam prosedur
ini).
Pasien harus memenuhi kriteria berikut:
• Ukuran batu kecil (<0,5 hingga 1 cm)
• Fungsi kandung empedu yang baik
(misalnya, pengisian dan pengosongan
cairan empedu normal)
• Kalsifikasi minimal atau tanpa kalsifikasi
Laparotomy
Operasi terbuka dapat diindikasikan ketika
terdiagnosis adanya kanker kandung
empedu.
43. CHOLELITHIASIS
GALLSTONE TREATMEN
T
2. Cholecystostomy
Pada pasien yang sakit kritis
dengan empiema kandung
empedu dan sepsis,
kolesistektomi dapat
berbahaya. Dalam keadaan
ini, kolesistostomi menjadi
pilihan, prosedur minimal
yang melibatkan
penempatan tabung drainase
di kantung empedu. Ini
biasanya menghasilkan
perbaikan klinis. Setelah
pasien stabil, kolesistektomi
definitif dapat dilakukan
dalam keadaan elektif.
44. CHOLELITHIASIS
GALLSTONE TREATMEN
T
3. Endoscopic
Sphincterotomy
Endoscopic retrograde
sphincterotomy sangat berguna
pada pasien yang sakit kritis
dengan kolangitis. Indikasi lain
untuk prosedur ini adalah
sebagai berikut:
• Pengangkatan batu saluran
empedu yang secara tidak
sengaja tertinggal selama
kolesistektomi sebelumnya
• Pembersihan pra operasi
batu dari saluran empedu
untuk menghilangkan
kebutuhan untuk eksplorasi
saluran empedu intraoperatif,
terutama dalam situasi risiko
anestesi pasien tinggi.
47. CHOLEDOCHOLITHI
ASIS
GALLSTONE
Choledocholithiasis (juga disebut batu
saluran empedu atau batu empedu pada
saluran empedu). Batu empedu biasanya
terbentuk di kandung empedu.
Menurut penelitian, sekitar 15 persen dari
orang yang memiliki batu empedu
berkembang menjadi choledocholithiasis.
Nyeri perut pada perut bagian atas
atau menengah-atas.
Jaundice (menguningnya kulit dan
mata).
Demam.
Mual dan muntah
Kehilangan nafsu makan.
GEJALA
49. GALLSTONE
ILEUS
Ileus batu empedu adalah
penyumbatan usus karena satu
atau lebih batu empedu.
Pada ileus batu empedu, batu
empedu bermigrasi melalui
fistula dan tersangkut di saluran
cerna. Lokasi penyumbatan
yang paling umum di ileum
(60%), diikuti oleh jejunum
(15%), gaster (15%), dan kolon
(5% ).
Ileus batu empedu adalah
penyebab obstruksi usus
mekanik yang penting namun
jarang terjadi, kebanyakan pada
pasien dewasa tua .
GALLSTONE
50. Gejala :
Nyeri perut yang cenderung
menjadi semakin parah.
Kolik, yang hilang timbul
Distensi abdomen berkembang.
Awalnya pasien bisa buang air
besar atau flatus tapi lama-lama
tidak bisa.
Muntah terjadi beberapa jam
setelah nyeri.
GALLSTONE
GALLSTONE
ILEUS
Batu empedu bisa menyebabkan
penyumbatan jika diameter lebih dari
2,5 cm, jika berdiameter kurang dari
2,5 cm batu bisa melintasi saluran
pencernaan tanpa menyebabkan
penyumbatan.
51. GALLSTONE
GALLSTONE
ILEUS
TREATMENT
Tujuan terapeutik utama adalah
menghilangkan obstruksi usus oleh batu
empedu. Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dan gangguan metabolik karena
obstruksi usus.
Prosedur bedah saat ini adalah:
(1) enterolitotomi sederhana;
(2) enterolithotomy, cholecystectomy dan
penutupan fistula (prosedur satu
tahap); dan
(3) enterolithotomy dengan kolesistektomi
yang dilakukan kemudian (prosedur
dua tahap).
(4) Reseksi usus diperlukan dalam kasus-
kasus tertentu setelah enterolithotomy
dilakukan.
52. GALLSTONE
GALLSTONE
ILEUS TREATMENT
Enterolithotomy telah menjadi prosedur bedah yang paling umum
dilakukan. Melalui laparotomi eksplorasi, lokasi obstruksi
gastrointestinal terlokalisasi. Sebuah sayatan longitudinal dibuat
pada perbatasan antimesenteric proksimal ke situs impaksi batu
empedu. Enterotomi dilakukan di atas batu empedu dan
diekstraksi. Penutupan enterotomy yang hati-hati diperlukan
untuk menghindari penyempitan lumen usus dan dianjurkan
penutupan transversal. Reseksi usus kadang-kadang diperlukan,
terutama jika ada iskemia, perforasi atau stenosis yang
mendasari. Upaya untuk menghancurkan batu empedu in situ
dapat merusak dinding usus dan harus dihindari. Beberapa batu
empedu umumnya dapat diekstraksi melalui satu sayatan dengan
membersihkan usus dan menggerakkan batu-batu empedu yang
lebih kecil menuju yang lebih besar. Dalam kasus obstruksi
sigmoid, pengiriman transanal jarang bisa dilakukan. Reseksi
sigmoid untuk menghilangkan batu empedu dan stenosis yang
menyebabkannya direkomendasikan.
53. PANCREAS
Pankreas adalah kelenjar yang terletak
di posterior perut bagian atas. Ia
bertanggung jawab untuk produksi
insulin (endokrin pankreas) dan
pembuatan dan sekresi enzim
pencernaan (eksokrin pankreas) yang
menyebabkan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein. Sekitar 80% dari
berat kotor pankreas mendukung fungsi
eksokrin, dan 20% sisanya adalah
terlibat dengan fungsi endokrin.
54. PANCREATIC
NEOPLASMA
Klasifikasi berdasarkan fungsi :
Exocrine : 99% dari seluruh kasus pancreatic
neoplasma primer
• adenocarcinoma (90-95%)
• cystic neoplasm
• intraductal papillary mucinous neoplasm
(IPMN)
Endocrine : sel tumor berasal dari Langerhans.
Tapi bukti baru menunjukkan tumor ini berasal
dari pluripotential stem cells pada ductus
epithelium
mesenchymal tumours
• Meskipun sebagian besar pancreatic
neoplasms baik benign dan malignant timbul
dari sel epithel pancreas, tapi tumor
mesenchymal, meskipun jarang, dapat
diturunkan dari jaringan ikat, limfatik,
vaskular, dan neuronal pankreas
• jumlahnya 1-2% dari seluruh tumor pancreas
dan diklasifikasikan berdasar asalnya.
Jenis lain
• Kanker yang metastase ke prankreas
55. Dari kanker pankreas, 60% berkembang di kepala pankreas
dan 40% berkembang di tubuh dan ekor.
Penyakit neoplastik ganas pada pankreas ditandai dengan :
anoreksia,
perut kembung,
kelemahan,
penurunan berat badan dramatis,
nyeri epigastrik atau punggung,
ikterus,
pruritus,
massa abdomen yang teraba,
diabetes,
dan feses berwarna tanah liat jika saluran pankreas dan
saluran empedu terhambat.
PANCREATIC
NEOPLASMA
56. Gejalanya bergantung pada lokasi tumor di dalam pankreas atau lokasi
metastasis.
Beberapa pasien datang dengan pankreatitis karena penyumbatan saluran
pankreas oleh massa.
Oleh karena itu, pada pasien lansia yang hadir dengan pankreatitis akut tanpa
sebab yang jelas, kanker pankreas harus dipertimbangkan.
Rasa sakit akibat kanker pankreas terletak di epigastrium. Ikterus tanpa rasa
sakit menunjukkan adanya lesi yang berpotensi reseksi yang terletak di kepala
pankreas.
PANCREATIC
NEOPLASMA
58. PANCREATIC
NEOPLASMA
Stadium I dan II Kanker Pankreas
Perawatan kanker pankreas stadium I dan stadium II dapat termasuk
yang berikut:
• Operasi.
• Pembedahan diikuti dengan kemoterapi.
• Pembedahan diikuti oleh kemoradiasi.
• Percobaan klinis kombinasi kemoterapi.
• Percobaan klinis kemoterapi dan terapi yang ditargetkan, dengan
atau tanpa kemoradiasi.
• Uji klinis kemoterapi dan / atau terapi radiasi sebelum operasi.
TREATMENT
59. PANCREATIC
NEOPLASMA
Kanker Pankreas Tahap III
Perawatan kanker pankreas stadium III mungkin termasuk yang
berikut:
• Bedah paliatif atau pemasangan stent untuk memotong daerah
yang tersumbat di saluran atau usus kecil.
• Kemoterapi diikuti oleh kemoradiasi.
• Kemoradiasi diikuti dengan kemoterapi.
• Kemoterapi dengan atau tanpa terapi yang ditargetkan.
• Uji klinis terapi antikanker baru bersama dengan kemoterapi
atau chemoradiation.
• Uji klinis terapi radiasi yang diberikan selama operasi atau terapi
radiasi internal.
TREATMENT
60. PANCREATIC
NEOPLASMA
Kanker Pankreas Tahap IV
Perawatan kanker pankreas stadium IV mungkin termasuk yang
berikut:
• Perawatan paliatif untuk menghilangkan rasa sakit, seperti blok
saraf, dan perawatan suportif lainnya.
• Bedah paliatif atau pemasangan stent untuk memotong daerah
yang tersumbat di saluran atau usus kecil.
• Kemoterapi dengan atau tanpa terapi yang ditargetkan.
• Uji klinis agen antikanker baru dengan atau tanpa kemoterapi.
TREATMENT
62. PANCREATITIS
Pankreatitis adalah proses inflamasi
dimana enzim pankreas merusak sendiri
kelenjar pankreas.
Pankreatitis kadang-kadang sembuh tanpa
gangguan fungsi atau perubahan
morfologis; Proses ini dikenal sebagai
pankreatitis akut.
Pankreatitis juga dapat kambuh intermiten,
berkontribusi terhadap hilangnya fungsional
dan morfologis kelenjar; serangan berulang
ini disebut pankreatitis kronis.
63. PANCREATITIS
PANKREATITIS AKUT adalah peradangan
pankreas yang terjadi tiba-tiba, sering kali
diikuti dengan nyeri abdominal yang parah,
dan paling sering disebabkan oleh batu
empedu.
PANKREATITIS KRONIS cenderung
berkembang setelah beberapa tahun
sebagai peradangan yang tumbuh secara
bertahap yang merusak pankreas.
Pankreatitis kronis lebih banyak diderita
oleh kaum pria daripada wanita, dan sering
kali disebabkan oleh penyalahgunaan
alkohol.
Secara umum; pankreatitis akut dan
kronis memiliki gejala serupa,
dengan satu perbedaan saja, yaitu
peradangan akut biasanya memiliki
gejala yang lebih parah, sedangkan
gejala pankreatitis kronis muncul
secara bertahap. Gejala pankreatitis
mencakup:
Sakit perut bagian atas
Mual dan muntah-muntah
Diare
Berat badan menyusut,
khususnya pada pankreatitis
kronis
Penyakit kuning (warna
kekuningan pada kulit dan mata)
Demam
Mual dan pusing
64. PANCREATITIS
TREATMENT
Jika pankreatitis disebabkan oleh batu empedu yang
mengganggu, intervensi bedah mungkin diperlukan untuk
mengangkat batu empedu dan / atau mengangkat
kantong empedu.
Jika konsumsi alkohol adalah penyebab pankreatitis,
pantangan dari alkohol dan program rehabilitasi alkohol
akan direkomendasikan.
Jika obat atau paparan kimia ditemukan menjadi
penyebab pankreatitis, maka pantangan obat tersebut
dianjurkan.
Jika trigliserida tinggi adalah penyebab pankreatitis,
maka akan diberikan obat untuk menurunkan kadar
trigliserida pasien.
65. PSEUDOCYST
PANCREAS
Pseudokista Pankreas merupakan
penumpukan cairan yang terlokalisir yang
kaya amilase, lipase dan enterokinase
yang berlebihan, yang memiliki dinding
yang tidak berepitel. Selain berisi enzim-
enzim pankreas tersebut, kista ini kadang
bercampur dengan darah atau sisa
jaringan nekrotik. Cairan pseudokista ini
dapat jernih tetapi dapat juga berwarna
coklat atau coklat kehitaman, tergantung
pada isi cairan tadi. Ukuran bervariasi 2-30
cm. Sekitar sepertiga dari pseudokista
terjadi pada caput pankreas, dan dua
pertiga muncul di bagian ekor. Patogenesis
pseudokista pankreas berasal dari
gangguan saluran pankreas akibat
pankreatitis dan ekstravasasi bahan
enzimatik. Pada anak-anak, pseudokista
pankreas sering berhubungan dengan
trauma.
66. PSEUDOCYST
PANCREAS
Kista pankreas cenderung memiliki sedikit
gejala atau tidak memiliki gejala pada
pengembangan stadium dini. Sebagian
besar kista pankreas ditemukan secara
tidak sengaja saat menjalani pemeriksaan
kesehatan, atau CT dan MRI scan
abdomen. Tatkala kista berkembang,
gejala di bawah ini mungkin dialami :
Rasa nyeri di perut bagian atas atau di
punggung.
Penyakit kuning
Urin berwarna seperti teh, kuning pekat
Warna tinja pucat, atau diare
Pembengkakan di perut bagian atas
Tidak ada selera makan
Berat badan menyusut
Mual dan muntah-muntah
GEJALA
Meskipun banyak kista yang jinak
dan hanya akan meradang pada
pankreas, tetapi sebagian kista
dapat memiliki sifat kanker atau
pra-kanker, yang berarti keduanya
dapat berubah menjadi kanker
jika dibiarkan tanpa diobati.
68. PANCREATIC CYST
NEOPLASM
Kistadenoma serosa bisa tumbuh hingga ukuran yang cukup besar untuk menggantikan organ
terdekat, menyebabkan sakit perut dan perasaan kenyang. Kistadenoma serosa paling sering
diderita oleh wanita paruh baya dan jarang berkembang menjadi kanker.
Kistadenoma mucinous biasanya terletak di dalam tubuh atau ujung pankreas dan ditemukan
paling umum pada wanita paruh baya. Kistadenoma mucinous adalah kondisi prakanker, yang
berarti dapat menjadi kanker jika tidak ditangani. Kista yang tumbuh semakin besar kemungkinan
sudah berkembang menjadi kanker ketika ditemukan.
Intraductal neoplasma mucinous papiler (IPMN) adalah pertumbuhan di saluran pankreas
utama atau salah satu cabang sisinya. IPMN bisa bersifat prakanker atau kanker. Tergantung pada
lokasi dan faktor-faktor lain, IPMN mungkin memerlukan pembedahan.
Tumor kistik papiler biasanya terletak di tubuh atau ujung pankreas, dan paling sering diderita
oleh wanita muda. Juga dikenal dengan nama neoplasma padat/solid dan pseudopapiler, biasanya
bersifat kanker.
Tumor sel islet kistik sebagian besar padat tetapi dapat memiliki komponen yang menyerupai
kista.Tumor sel islet kistik bisa disalahdiagnosa dan diduga kista pankreas lain dan bisa bersifat
prakanker atau kanker.
70. NEOPLASM CYST
PANCREAS
Banyak kista pankreas ditemukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan dengan
CT Scan atau MRI pada pasien yang tidak
memiliki gejala. Seiring tumbuhnya kista,
gejala berikut mungkin dialami:
Nyeri perut bagian atas atau belakang
Menguningnya mata dan kulit (penyakit
kuning)
Urin berwarna seperti teh
Tinja berwarna pucat atau diare
Pembengkakan di perut bagian atas
Hilangnya selera makan
Penurunan berat badan
Mual dan muntah
GEJALA