SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 1 - STMIK IKMI Cirebon 
BAB I 
BILANGAN RIIL 
1. Himpunan Bilangan Riil 
Himpunan bilangan riil sering dinyatakan R . Bilangan riil adalah sekumpulan 
bilangan rasional dan irrasional. Bilangan rasional sebagai bilangan yang dapat dinyatakan 
dalam bentuk 
b 
a 
, dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b  0. Dengan demikian 
bilangan rasional dapat berupa bilangan bulat, bilangan yang dapat dinyatakan dengan 
pecahan atau bentuk desimal, dan campurannya. 
Yang termasuk dalam bilangan riil adalah : 
a. N = Himpunan bilangan asli : 1, 2, 3, …… 
b. Z = Himpunan bilangan bulat : ……, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, …… 
c. Q = Himpunan bilangan rasional : 
b 
a 
, dengan a dan b adalah bilangan bulat, dan 
b  0 
d. Ir = Himpunan bilangan irrasional : 2 1,4142 dan   3,14159 
2. Sifat – Sifat Medan Bilangan Riil 
Jika x , y dan z adalah bilangan riil, maka : 
a. Sifat komutatif (pertukaran). x  y  y  x dan xy  yx . 
b. Sifat asosiatif (pengelompokan). x  y  z  x  y z dan xyz  xyz . 
c. Sifat distributif (penyebaran). xy  z  xy  xz , yaitu sifat penyebaran dari perkalian 
terhadap penjumlahan. 
d. Adanya unsur identitas (satuan). Terdapat bilangan riil berlainan 0 dan 1, sehingga 
x  0  x dan 1 x  x . 
e. Adanya negatif atau invers terhadap penjumlahan. Untuk setiap bilangan riil x , ada 
suatu bilangan riil yang dinamakan negatif dari x , dinyatakan dengan  x sehingga 
x   x  0.
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 2 - STMIK IKMI Cirebon 
f. Adanya kebalikan atau invers terhadap perkalian. Untuk setiap bilangan riil x , kecuali 
0 ada suatu bilangan riil yang dinamakan kebalikan dari x , dinyatakan dengan 1 x 
atau 
x 
1 
sehingga 1 
1 
  
x 
x . 
3. Sifat – Sifat Urutan Bilangan Riil 
Jika x , y dan z adalah bilangan riil, maka : 
a. Sifat trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan riil, maka pasti berlaku salah satu 
x  y , atau x  y , atau x  y . 
b. Transitif. Jika x  y dan y  z , maka x  z . 
c. Penambahan. Jika x  y , maka x  z  y  z . 
d. Perkalian. Jika z positif dan berlaku x  y , maka xz  yz . Dan jika z negatif dan 
berlaku x  y , maka xz  yz . 
4. Garis Bilangan 
Bilangan riil dapat dinyatakan dalam suatu garis bilangan. Bilangan riil yang 
bersesuaian dengan titik pada garis disebut koordinat pada garis tersebut. 
Notasi selang di bawah ini akan sering dipakai : 
Selang berhingga : 
a. a,b  xR | a  x  b, (selang terbuka) 
b. a,b xR | a  x  b, (selang tertutup) 
c. a,b  xR | a  x  b, (selang terbuka kanan) 
d. a,b xR | a  x  b, (selang terbuka kiri) 
Selang tak hingga : 
e. ,b  xR | x  b 
f. ,b xR | x  b 
g. a,  xR | x  a 
h. a,  xR | x  a 
i. ,  R
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 3 - STMIK IKMI Cirebon 
Latihan : 
Jelaskan dan gambarkan selang – selang berikut : 
1. 3  x  5 
2. 2  x  6 
3.  4  x  0 
4. 5  x  0 
5.  2  x  3 
6. x  5 
7. x  2 
8. x  0 
9. x 1 
10. x  3 
5. Nilai Mutlak 
Lambang x menyatakan nilai mutlak bilangan x , yang didefinisikan sebagai : 
a. x  x , jika x  0 
b. x  0 , jika x  0 
c. x  x , jika x  0 
d. Atau bisa juga ditulis 
   
 
 
 
 
, 0 
, 0 
jika 
jika 
x 
x 
x 
x 
x atau 
  
; 0 
, 
, 
 
   
  
  
  
 
  a 
x b a 
x b a 
ax b 
ax b 
ax b 
Secara geometris nilai mutlak dari x adalah jarak antara x terhadap titik 0 pada garis 
bilangan, sehingga nilai mutlak dari setiap bilangan selalu bernilai positif. Sebagai contoh 
3   3  3, 3 5  5  3  2 dan x  a  x  a jika x  a dan x  a  a  x jika x  a . 
Sifat – sifat nilai mutlak : 
a. 2 x  x ; 2 2 x  y  x  y 
b. x  aa  x  a 
c. x  a x  a atau x  a 
d. x  y  y  x ; xy  x  y ; 
y 
x 
y 
x 
 , y  0 
e. x  y  x  y ; x  y  x  y 
f. x  y  x  y ; x  y  x  y
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 4 - STMIK IKMI Cirebon 
6. Akar Kuadrat 
Misalkan x  0, maka akar kuadrat dari x , ditulis x , adalah bilangan riil non 
negatif a , sehingga a  x 2 . Secara umum bila bR , maka b  b 2 . Sebagai contoh 
9  3 dan  4 4 2   
7. Sistem Koordinat Cartesius 
Sistem koordinat kartesius dipelopori oleh Pierre de Fermat (1629) dan Renè 
Descartes (1637). Sumbu horizontal dinamakan sumbu x (absis) dan sumbu vertikal 
dinamakan sumbu y (ordinat). Setiap pasangan terurut bilangan a,b dapat digambarkan 
sebagai sebuah titik pada koordinat tersebut dan sebaliknya, setiap titik pada bidang koordinat 
kartesius berkorespondensi dengan satu buah pasangan bilangan a,b. 
Misalkan   p p P x , y dan   q q Q x , y adalah dua titik pada bidang cartesius, maka jarak 
antar dua buah titik tersebut adalah    2 2 ( , ) q p q p d P Q  x  x  y  y . 
x 
y 
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 
1 
2 
3 
4 
-1 
-2 
-3 
-4 
x 
y 
II I 
III IV 
Q (xq, yq) 
P (xp, yp) 
d (P, Q) 
yq - yp 
xq - xp 
Contoh 1 : 
Gambarkan grafiknya dan hitunglah jarak antara titik P – Q. Jika P(3, –2) dan Q(–4, 6). 
Jawab : 
Perhatikan gambar berikut :
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 5 - STMIK IKMI Cirebon 
x 
y 
-4 -2 0 2 4 
2 
4 
-2 
-4 
-6 6 
6 
P (3, -2) 
Q (-4, 6) 
( , )      4 3 6  2 103 2 2 2 2            q p q p d P Q x x y y 
Latihan : 
Gambarkan grafiknya dan hitunglah jarak antara titik P – Q, P – R, P – S, Q – R, Q – S, dan R 
– S. Jika : 
1. P(4, –1); Q(–3, 7); R(2, 5); S(–5, –3) 
2. P(1, –3); Q(–2, 1); R(5, 4); S(–6, –5) 
3. P(1, 3); Q(–3, 5); R(–3, –3); S(5, –2) 
4. P(–2, –4); Q(4, –8); R(1, 0); S(0, –1) 
8. Garis Lurus 
Bentuk umum garis lurus adalah Ax  By C  0 , dengan A , B dan C adalah 
konstanta bilangan riil. Grafik dari fungsi tersebut berupa garis lurus yang melalui dua buah 
pasangan titik x, y yang memenuhi persamaan tersebut. 
Sifat – sifat garis lurus : 
a. Jika A  0, maka persamaannya berbentuk 
B 
C 
y 
 
 dan grafiknya sejajar sumbu x . 
b. Jika B  0, maka persamaannya berbentuk 
A 
C 
x 
 
 dan grafiknya sejajar sumbu y . 
c. Jika A  0 dan B  0 , grafiknya berupa garis miring dengan kemiringan 
B 
 A 
dan 
C adalah perpotongan garis dengan sumbu y . Untuk persamaan garis y  mx  b , 
kemiringannya adalah m dan perpotongan garis dengan sumbu y adalah b .
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 6 - STMIK IKMI Cirebon 
x 
y 
(x1, y1) 
(x2, y2) 
Ax + By + C = 0 
Persamaan garis lurus yang melalui dua titik  1 1  x , y dan   2 2 x , y adalah 
2 1 
1 
2 1 
1 
x x 
x x 
y y 
y y 
 
 
 
 
 
dengan kemiringan 
2 1 
2 1 
x x 
y y 
m 
 
 
 . Sedangkan persamaan garis lurus dengan 
kemiringan m dan melalui titik   1 1 x , y adalah   1 1 y  y  m x  x . 
Jika ada dua buah garis lurus 1  dan 2  dengan kemiringan 1 m dan 2 m , maka : 
a. Kedua garis tersebut sejajar jika 1 2 m  m . 
b. Kedua garis tersebut saling tegak lurus jika 1 1 2 m m   . 
Contoh 1 : 
Tentukan persamaan garis lurus dengan kemiringan 3 dan melewati titik (2, 1). 
Jawab : 
  1 3 2 3 5 1 1 y  y  m x  x  y   x   y  x  
Contoh 2 : 
Tentukan persamaan garis lurus yang melewati titik (–5, –13) dan (5, 17). 
Jawab : 
  
  
  
  
3 2 
5 5 
5 
17 13 
13 
2 1 
1 
2 1 
1    
  
  
 
  
  
 
 
 
 
 
 
y x 
y x 
x x 
x x 
y y 
y y 
Contoh 3 : 
Tentukan persamaan garis lurus yang tegak lurus garis 2 3 
y   1 x  dan melewati titik (–3, – 
7). 
Jawab : 
3 
1 
1 m   , karena kedua garis tegak lurus, maka 1 1 3 3 2 2 
1 
1 2 m m    m   m  
   7 3  3 3 2 2 2 2 y  y  m x  x  y    x    y  x  
Contoh 4 : 
Tentukan persamaan garis lurus yang sejajar garis 5x  8  y  0 dan melewati titik (0, 5).
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 7 - STMIK IKMI Cirebon 
Jawab : 
5 8 5 1 y  x  m  , karena kedua garis sejajar, maka 5 1 2 2 m  m m  
  5 5 0 5 5 2 2 2 y  y  m x  x  y   x   y  x  
Latihan : 
Tentukan persamaan garis lurus berikut : 
1. Melewati titik (–4, 0) dan (0, –2) 
2. Melewati titik (0, –2) dan (2, –3) 
3. Melewati titik (4, 3) dan (6, 2) 
4. Sejajar garis 3x  7  y  0 dan melewati titik (–1, –1) 
5. Sejajar garis 4x 8y  5 dan melewati titik (2, –3) 
6. Sejajar garis x  4y  6x  6y dan melewati titik (2, 4) 
7. Sejajar garis 12x 8  y  2  y dan melewati titik (–1, 6) 
8. Tegak lurus garis 2x  y  5 dan melewati titik (4, –4) 
9. Tegak lurus garis 4x  2y  7 dan melewati titik (6, 2) 
10. Tegak lurus garis x  6y  2 dan melewati titik (2, –12) 
9. Polinomial / Suku Banyak 
Bentuk umum adalah   1 0 
2 
2 
1 
1 y p x a x a x a x a x a n 
n 
n 
n         
  , dengan 
nN , 1 1 0 a ,a , ,a ,a n n   adalah konstanta bilangan riil (disebut koefisien dari polinom) dan 
x adalah bilangan riil yang belum ditentukan (variabel). Derajat polinom adalah nilai n 
terbesar yang koefisiennya tidak nol. Bilangan riil t disebut akar dari polinom px bila 
pt   0. 
Polinom linear/derajat satu : y  px  ax  b, a  0 . Akarnya adalah 
a 
b 
x 
 
 . 
Sedangkan polinom kuadrat/derajat dua : y  px  ax  bx  c 2 , a  0 . Akar – akarnya 
adalah 
a 
b D 
x 
2 1 
  
 dan 
a 
b D 
x 
2 2 
  
 dengan D b 4ac 2   . 
Disini ada tiga kemungkinan akar, yaitu : 
a. D  0 , maka ada dua akar riil yang berbeda   1 2 x  x . 
b. D  0 , maka ada dua akar riil kembar   1 2 x  x .
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 8 - STMIK IKMI Cirebon 
c. D  0, maka tidak ada akar riil. 
Koefisien a menentukan kecekungan grafiknya. Bila a  0 grafik cekung ke atas 
(membuka ke atas) sebaliknya bila a  0 grafik cekung ke bawah. Bila D  0 dan a  0 , 
maka polinom disebut definit positif (grafik di atas sumbu x ) dan bila D  0 dan a  0, 
maka polinom disebut definit negatif (grafik di bawah sumbu x ). 
x 
y 
a < 0, D > 0 
x 
y 
a < 0, D = 0 
x 
y 
a < 0, D < 0 
x 
y 
a > 0, D > 0 
x 
y 
a > 0, D = 0 
x 
y 
a > 0, D < 0 
Contoh 1 : 
Tentukan akar dari y  2x  2.
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 9 - STMIK IKMI Cirebon 
Jawab : 
Derajat polinom adalah 1 dan akarnya adalah 
  
1 
2 
2 
0 2 2 0  
  
 
 
      
a 
b 
y x x 
Contoh 2 : 
Tentukan akar dari 2 3 2 y  x  x  . 
Jawab : 
Derajat polinom adalah 2 dan akar – akarnya adalah : 
0 2 3 0 2 y   x  x   
   
1 2 
2 
2 16 
2 1 
2 2 4 1 3 
2 
4 2 2 
1,2    
  
 
 
      
 
   
 
a 
b b ac 
x 
3 1 x   dan 1 2 x  
Contoh 3 : 
Tentukan akar dari 3 6 8 3 2 y  x  x  x  . 
Jawab : 
Derajat polinom adalah 3 dan akar – akarnya adalah : 
0 3 6 8 0 3 2 y   x  x  x   
Kita akan mencoba nilai x  1, kemudian substisusikan nilai x  1 ke dalam persamaan, 
sehingga menjadi  1 3 1 6 1 8 10 3 2        . Karena hasilnya tidak sama dengan 0, maka 
nilai x  1 tersebut bukan akar yang dimaksud. 
Kita akan mencoba nilai x 1, kemudian substisusikan nilai x 1 ke dalam persamaan, 
sehingga menjadi 1 31 61 8 0 3 2     . Karena hasilnya sama dengan 0, maka nilai 
x 1x 1 tersebut adalah salah satu akar yang dimaksud, dan persamaan di atas dapat 
kita tulis menjadi  1  0 2 x  x  ax  b  . 
Selanjutnya kita gunakan synthetic division untuk mencari faktor – faktor yang lain. 
Sebelumnya, kita ambil koefisien dari persamaan awal yaitu 1, –3, –6 dan 8. Nilai tersebut 
dan x 1 ditulis di tabel pada baris pertama seperti berikut : 
1 –3 –6 8 x 1 
Kemudian, angka 1 pada baris pertama kolom pertama diturunkan ke baris ketiga kolom 
pertama. Lalu, angka 1 tersebut kita kalikan dengan x 1 dan hasilnya dituliskan di baris
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 10 - STMIK IKMI Cirebon 
kedua kolom kedua. Langkah selanjutnya, baris pertama kolom kedua ditambah baris kedua 
kolom kedua dan hasilnya ditulis di baris ketiga kolom kedua. Begitu seterusnya hingga baris 
ketiga kolom keempat terisi. Perhatikan tabel berikut : 
1 –3 –6 8 x 1 
1 –2 –8 
1 –2 –8 0 
Jadi, persamaannya menjadi  1 2 8 0 2 x  x  x   . Persamaan 2 8 2 x  x  kita cari akar – 
akarnya menggunakan rumus abc , dan didapat x  2 dan x  4 . Sehingga persamaan 
0 3 6 8 0 3 2 y   x  x  x   jika difaktorkan menjadi x 1x  2x  4  0 dan akar – 
akarnya adalah x 1, x  2 dan x  4 . 
Latihan : 
Tentukan derajat polinom dan akar – akar dari fungsi – fungsi berikut : 
1. y  x  3 
2. y  3x  9 
3. 2 3 2 y  x  x  
4. 2 5 2 y  x  x  
5. 7 6 3 y  x  x  
6. 5 2 24 3 2 y  x  x  x  
7. y x 5x 2x 24x 4 3 2     
8. 2 7 8 12 4 3 2 y  x  x  x  x  
9. 3 5 15 4 12 5 4 3 2 y  x  x  x  x  x  
10. 8 15 20 76 48 5 4 3 2 y  x  x  x  x  x  
10. Pertidaksamaan 
Kita sering kali menghadapi suatu pertidaksamaan (dalam x ) dan menyelesaikan 
suatu pertidaksamaan dalam x berarti menentukan himpunan semua nilai x yang memenuhi 
pertidaksamaan itu (yang membuat pertidaksamaan menjadi suatu pertidaksamaan yang 
benar). Himpunan semua nilai x yang memenuhi suatu pertidaksamaan disebut sebagai 
himpunan penyelesaian pertidaksamaan tersebut. Bentuk umum pertidaksamaan adalah 
Ax  Bx, dimana Ax dan Bx adalah fungsi polinom dan tanda < dapat juga berupa ≤, 
> dan ≥. Sedangkan untuk pertidaksamaan rasional bentuk umumnya adalah 
  
  
  
Dx 
C x 
B x 
A x 
 , 
dimana Ax, Bx, Cx dan Dx adalah fungsi polinom dan tanda < dapat juga berupa ≤, 
> dan ≥. 
Langkah – langkah menyelesaikan pertidaksamaan rasional : 
a. Tentukan daerah definisi dari pertidaksamaan tersebut.
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 11 - STMIK IKMI Cirebon 
b. Tambahkan kedua ruas dengan 
  
Dx 
C x 
 sehingga diperoleh bentuk 
  
  
 0 
Q x 
P x 
. 
c. Faktorkan Px dan Qx atas faktor – faktor linear dan kuadrat definit. 
d. Gambarkan garis bilangan riil dan tandai akar – akar dari Px dan Qx . 
e. Pada setiap subinterval yang terbentuk, ambil satu buah titik dan periksa tanda dari 
  
Qx 
P x 
. 
- + - + 
f. Simpulkan solusi dari pertidaksamaan tersebut. 
Contoh 1 : 
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 6 2 x  x  . 
Jawab : 
1) Tambahkan kedua ruas dengan –6, sehingga menjadi : 
6 0 2 x  x   
2) Untuk sementara tanda < kita abaikan, kemudian faktorkan 6 0 2 x  x   , menjadi : 
 3 2 0 3, 2 1 2 x  x   x   x  
3) Gambarkan garis bilangan : 
-3 2 
4) Perhatikan interval x  3, 3  x  2 dan x  2 : 
Untuk x  3, misal x  4, maka  4  4 6 2     (tidak memenuhi) 
Untuk 3  x  2, misal x  0, maka 0 0 6 2   (memenuhi) 
Untuk x  2, misal x  3, maka 3 3 6 2   (tidak memenuhi) 
-3 2 
+ + +    + + + 
5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 6 2 x  x  adalah xR | 3  x  2. 
Contoh 2 : 
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 
2 3 
1 
 
 
 
 
x 
x 
x 
x 
.
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 12 - STMIK IKMI Cirebon 
Jawab : 
1) Tambahkan kedua ruas dengan 
 3 
 
x 
x 
, sehingga menjadi : 
0 
6 
2 2 3 
0 
2 3 
1 
2 
2 
 
   
  
  
 
 
 
 
x x 
x x 
x 
x 
x 
x 
2) Untuk sementara tanda ≥ kita abaikan, kemudian faktorkan pembilang dan penyebut. 
Untuk 2 2 3 0 2 x  x   , karena D  0 dan a  0 , polinom disebut definit positif berarti 
kurva berada di atas sumbu x . 
Untuk 6 0  2 3 0 2, 3 1 2 
2  x  x     x  x    x  x   
3) Gambarkan garis bilangan : 
-3 2 
4) Perhatikan interval x  3, 3  x  2 dan x  2 : 
Interval yang terbentuk adalah interval terbuka, karena jika interval tertutup maka akan 
menghasilkan penyebut nol (tidak terdefinisikan). 
Untuk x  3, misal x  4, maka 
  
    7 
4 
6 
3 
4 3 
4 
2 4 
4 1 
 
 
 
 
 
  
 
 
  
  
(tidak memenuhi) 
Untuk 3  x  2, misal x  0, maka 
  
    3 
0 
2 
1 
0 3 
0 
2 0 
0 1 
  
 
 
 
 
(memenuhi) 
Untuk x  2 , misal x  3, maka 
  
    6 
3 
1 
4 
3 3 
3 
2 3 
3 1 
 
 
 
 
 
 
 
(tidak memenuhi) 
-3 2 
   + + +    
5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 
2 3 
1 
 
 
 
 
x 
x 
x 
x 
adalah xR | 3  x  2. 
Contoh 3 : 
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x  7  3 . 
Jawab : 
1) Untuk menyelesaikan pertidaksamaan yang memuat nilai mutlak, usahakan 
menghilangkan nilai mutlaknya terlebih dahulu sehingga pertidaksamaannya menjadi 
2x  7  3 dan  2x  7  32x  7  3. 
2) Setelah nilai mutlaknya hilang, kemudian kita selesaikan satu per satu. Setelah itu, cari 
irisan dari HP kedua pertidaksamaan tersebut.
Kalkulus 1 
Sandy Eka Permana, ST - 13 - STMIK IKMI Cirebon 
3) Untuk pertidaksamaan  2x  7  32x  4  0 : 
 2x  4  0x  2 
2 
Perhatikan selang x  2 dan x  2 . 
Untuk x  2, misal x 1, maka  21 7  3 (tidak memenuhi) 
Untuk x  2 , misal x  3, maka  23 7  3 (memenuhi) 
2 
   + + + 
HP xR | x  2 
4) Untuk pertidaksamaan 2x  7  32x 10  0 : 
2x 10  0x  5 
5 
Perhatikan selang x  5 dan x  5. 
Untuk x  5, misal x  4 , maka 24 7  3 (memenuhi) 
Untuk x  5, misal x  6, maka 26 7  3 (tidak memenuhi) 
5 
   + + + 
HP xR | x  5 
5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 2x  7  3 adalah xR | 2  x  5 
5 
2 
Latihan : 
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan : 
1. 2  3x  5x 1 
2. x  x 2 
3. 3x  23 xx 1  0 
4. 2 6 2  x  x  
5. 5  2x  6  4 
6. 2x  3  x  3 
7. 5x  5 10 
8. x 1 1 
9. 3 
4 
2 
 
 
 
x 
x 
10. 
4 
2 1 
5 1 
3 
3 2  
   
x  x

More Related Content

What's hot

Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delima
Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delimaBarisan yang konvergen dan barisan yang divergen delima
Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delimaDominggos Keayse D'five
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikarukmono budi utomo
 
Kelas xii sma matematika_geri ahmadi
Kelas xii sma matematika_geri ahmadiKelas xii sma matematika_geri ahmadi
Kelas xii sma matematika_geri ahmadifitriana416
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiEko Supriyadi
 
Barisan dan deret kompleks
Barisan dan deret kompleksBarisan dan deret kompleks
Barisan dan deret komplekspramithasari27
 
Bab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan RealBab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan RealKelinci Coklat
 
Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearSistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearAna Safrida
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS X
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS XPersamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS X
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS XAwanda Gita
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierIzhan Nassuha
 
sistem persamaan linear
sistem persamaan linearsistem persamaan linear
sistem persamaan linearmfebri26
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelBAIDILAH Baidilah
 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Bab 1 sistem bilangan riil
Bab 1 sistem bilangan riilBab 1 sistem bilangan riil
Bab 1 sistem bilangan riil
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 
Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delima
Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delimaBarisan yang konvergen dan barisan yang divergen delima
Barisan yang konvergen dan barisan yang divergen delima
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatikametode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
metode numerik stepest descent dengan rerata aritmatika
 
Kelas xii sma matematika_geri ahmadi
Kelas xii sma matematika_geri ahmadiKelas xii sma matematika_geri ahmadi
Kelas xii sma matematika_geri ahmadi
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsi
 
Barisan dan deret kompleks
Barisan dan deret kompleksBarisan dan deret kompleks
Barisan dan deret kompleks
 
Kelas x bab 5
Kelas x bab 5Kelas x bab 5
Kelas x bab 5
 
Bab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan RealBab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan Real
 
Sistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan LinearSistem Persamaan Linear
Sistem Persamaan Linear
 
Contoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iiiContoh-soal-kalkulus-iii
Contoh-soal-kalkulus-iii
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS X
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS XPersamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS X
Persamaan dan pertidaksaan nilai mutlak MATEMATIKA KELAS X
 
Metode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linierMetode numerik persamaan non linier
Metode numerik persamaan non linier
 
sistem persamaan linear
sistem persamaan linearsistem persamaan linear
sistem persamaan linear
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidelPenyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan metode iterasi gauss seidel
 
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
Barisan dan Deret ( Kalkulus 2 )
 

Similar to Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]

Similar to Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1] (20)

Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007Roheni(0902085) ppt 2007
Roheni(0902085) ppt 2007
 
Kelompok ii persamaan garis lurus
Kelompok ii persamaan garis lurusKelompok ii persamaan garis lurus
Kelompok ii persamaan garis lurus
 
Persamaan Garis Lurus - Matematika Dasar.pptx
Persamaan Garis Lurus - Matematika Dasar.pptxPersamaan Garis Lurus - Matematika Dasar.pptx
Persamaan Garis Lurus - Matematika Dasar.pptx
 
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua VariabelSistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
 
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANPERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
 
X
XX
X
 
Himpunan dan logika Bab 4
 Himpunan dan logika Bab 4 Himpunan dan logika Bab 4
Himpunan dan logika Bab 4
 
Persamaan Garis Lurus
Persamaan Garis LurusPersamaan Garis Lurus
Persamaan Garis Lurus
 
PERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRATPERSAMAAN KUADRAT
PERSAMAAN KUADRAT
 
Matematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - DiferensialMatematika Teknik - Diferensial
Matematika Teknik - Diferensial
 
Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
 
Fungsi dan-fungsi-linier
Fungsi dan-fungsi-linierFungsi dan-fungsi-linier
Fungsi dan-fungsi-linier
 
3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf3. BARIS _ DERET.pdf
3. BARIS _ DERET.pdf
 
3_PERSAMAAN_GARIS_LURUS.ppt
3_PERSAMAAN_GARIS_LURUS.ppt3_PERSAMAAN_GARIS_LURUS.ppt
3_PERSAMAAN_GARIS_LURUS.ppt
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 
polinomial.ppt
polinomial.pptpolinomial.ppt
polinomial.ppt
 

Modul kalkulus i_bab_i_(bil_riil)[1]

  • 1. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 1 - STMIK IKMI Cirebon BAB I BILANGAN RIIL 1. Himpunan Bilangan Riil Himpunan bilangan riil sering dinyatakan R . Bilangan riil adalah sekumpulan bilangan rasional dan irrasional. Bilangan rasional sebagai bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk b a , dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b  0. Dengan demikian bilangan rasional dapat berupa bilangan bulat, bilangan yang dapat dinyatakan dengan pecahan atau bentuk desimal, dan campurannya. Yang termasuk dalam bilangan riil adalah : a. N = Himpunan bilangan asli : 1, 2, 3, …… b. Z = Himpunan bilangan bulat : ……, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, …… c. Q = Himpunan bilangan rasional : b a , dengan a dan b adalah bilangan bulat, dan b  0 d. Ir = Himpunan bilangan irrasional : 2 1,4142 dan   3,14159 2. Sifat – Sifat Medan Bilangan Riil Jika x , y dan z adalah bilangan riil, maka : a. Sifat komutatif (pertukaran). x  y  y  x dan xy  yx . b. Sifat asosiatif (pengelompokan). x  y  z  x  y z dan xyz  xyz . c. Sifat distributif (penyebaran). xy  z  xy  xz , yaitu sifat penyebaran dari perkalian terhadap penjumlahan. d. Adanya unsur identitas (satuan). Terdapat bilangan riil berlainan 0 dan 1, sehingga x  0  x dan 1 x  x . e. Adanya negatif atau invers terhadap penjumlahan. Untuk setiap bilangan riil x , ada suatu bilangan riil yang dinamakan negatif dari x , dinyatakan dengan  x sehingga x   x  0.
  • 2. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 2 - STMIK IKMI Cirebon f. Adanya kebalikan atau invers terhadap perkalian. Untuk setiap bilangan riil x , kecuali 0 ada suatu bilangan riil yang dinamakan kebalikan dari x , dinyatakan dengan 1 x atau x 1 sehingga 1 1   x x . 3. Sifat – Sifat Urutan Bilangan Riil Jika x , y dan z adalah bilangan riil, maka : a. Sifat trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan riil, maka pasti berlaku salah satu x  y , atau x  y , atau x  y . b. Transitif. Jika x  y dan y  z , maka x  z . c. Penambahan. Jika x  y , maka x  z  y  z . d. Perkalian. Jika z positif dan berlaku x  y , maka xz  yz . Dan jika z negatif dan berlaku x  y , maka xz  yz . 4. Garis Bilangan Bilangan riil dapat dinyatakan dalam suatu garis bilangan. Bilangan riil yang bersesuaian dengan titik pada garis disebut koordinat pada garis tersebut. Notasi selang di bawah ini akan sering dipakai : Selang berhingga : a. a,b  xR | a  x  b, (selang terbuka) b. a,b xR | a  x  b, (selang tertutup) c. a,b  xR | a  x  b, (selang terbuka kanan) d. a,b xR | a  x  b, (selang terbuka kiri) Selang tak hingga : e. ,b  xR | x  b f. ,b xR | x  b g. a,  xR | x  a h. a,  xR | x  a i. ,  R
  • 3. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 3 - STMIK IKMI Cirebon Latihan : Jelaskan dan gambarkan selang – selang berikut : 1. 3  x  5 2. 2  x  6 3.  4  x  0 4. 5  x  0 5.  2  x  3 6. x  5 7. x  2 8. x  0 9. x 1 10. x  3 5. Nilai Mutlak Lambang x menyatakan nilai mutlak bilangan x , yang didefinisikan sebagai : a. x  x , jika x  0 b. x  0 , jika x  0 c. x  x , jika x  0 d. Atau bisa juga ditulis        , 0 , 0 jika jika x x x x x atau   ; 0 , ,              a x b a x b a ax b ax b ax b Secara geometris nilai mutlak dari x adalah jarak antara x terhadap titik 0 pada garis bilangan, sehingga nilai mutlak dari setiap bilangan selalu bernilai positif. Sebagai contoh 3   3  3, 3 5  5  3  2 dan x  a  x  a jika x  a dan x  a  a  x jika x  a . Sifat – sifat nilai mutlak : a. 2 x  x ; 2 2 x  y  x  y b. x  aa  x  a c. x  a x  a atau x  a d. x  y  y  x ; xy  x  y ; y x y x  , y  0 e. x  y  x  y ; x  y  x  y f. x  y  x  y ; x  y  x  y
  • 4. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 4 - STMIK IKMI Cirebon 6. Akar Kuadrat Misalkan x  0, maka akar kuadrat dari x , ditulis x , adalah bilangan riil non negatif a , sehingga a  x 2 . Secara umum bila bR , maka b  b 2 . Sebagai contoh 9  3 dan  4 4 2   7. Sistem Koordinat Cartesius Sistem koordinat kartesius dipelopori oleh Pierre de Fermat (1629) dan Renè Descartes (1637). Sumbu horizontal dinamakan sumbu x (absis) dan sumbu vertikal dinamakan sumbu y (ordinat). Setiap pasangan terurut bilangan a,b dapat digambarkan sebagai sebuah titik pada koordinat tersebut dan sebaliknya, setiap titik pada bidang koordinat kartesius berkorespondensi dengan satu buah pasangan bilangan a,b. Misalkan   p p P x , y dan   q q Q x , y adalah dua titik pada bidang cartesius, maka jarak antar dua buah titik tersebut adalah    2 2 ( , ) q p q p d P Q  x  x  y  y . x y -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 1 2 3 4 -1 -2 -3 -4 x y II I III IV Q (xq, yq) P (xp, yp) d (P, Q) yq - yp xq - xp Contoh 1 : Gambarkan grafiknya dan hitunglah jarak antara titik P – Q. Jika P(3, –2) dan Q(–4, 6). Jawab : Perhatikan gambar berikut :
  • 5. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 5 - STMIK IKMI Cirebon x y -4 -2 0 2 4 2 4 -2 -4 -6 6 6 P (3, -2) Q (-4, 6) ( , )      4 3 6  2 103 2 2 2 2            q p q p d P Q x x y y Latihan : Gambarkan grafiknya dan hitunglah jarak antara titik P – Q, P – R, P – S, Q – R, Q – S, dan R – S. Jika : 1. P(4, –1); Q(–3, 7); R(2, 5); S(–5, –3) 2. P(1, –3); Q(–2, 1); R(5, 4); S(–6, –5) 3. P(1, 3); Q(–3, 5); R(–3, –3); S(5, –2) 4. P(–2, –4); Q(4, –8); R(1, 0); S(0, –1) 8. Garis Lurus Bentuk umum garis lurus adalah Ax  By C  0 , dengan A , B dan C adalah konstanta bilangan riil. Grafik dari fungsi tersebut berupa garis lurus yang melalui dua buah pasangan titik x, y yang memenuhi persamaan tersebut. Sifat – sifat garis lurus : a. Jika A  0, maka persamaannya berbentuk B C y   dan grafiknya sejajar sumbu x . b. Jika B  0, maka persamaannya berbentuk A C x   dan grafiknya sejajar sumbu y . c. Jika A  0 dan B  0 , grafiknya berupa garis miring dengan kemiringan B  A dan C adalah perpotongan garis dengan sumbu y . Untuk persamaan garis y  mx  b , kemiringannya adalah m dan perpotongan garis dengan sumbu y adalah b .
  • 6. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 6 - STMIK IKMI Cirebon x y (x1, y1) (x2, y2) Ax + By + C = 0 Persamaan garis lurus yang melalui dua titik  1 1  x , y dan   2 2 x , y adalah 2 1 1 2 1 1 x x x x y y y y      dengan kemiringan 2 1 2 1 x x y y m    . Sedangkan persamaan garis lurus dengan kemiringan m dan melalui titik   1 1 x , y adalah   1 1 y  y  m x  x . Jika ada dua buah garis lurus 1  dan 2  dengan kemiringan 1 m dan 2 m , maka : a. Kedua garis tersebut sejajar jika 1 2 m  m . b. Kedua garis tersebut saling tegak lurus jika 1 1 2 m m   . Contoh 1 : Tentukan persamaan garis lurus dengan kemiringan 3 dan melewati titik (2, 1). Jawab :   1 3 2 3 5 1 1 y  y  m x  x  y   x   y  x  Contoh 2 : Tentukan persamaan garis lurus yang melewati titik (–5, –13) dan (5, 17). Jawab :         3 2 5 5 5 17 13 13 2 1 1 2 1 1                   y x y x x x x x y y y y Contoh 3 : Tentukan persamaan garis lurus yang tegak lurus garis 2 3 y   1 x  dan melewati titik (–3, – 7). Jawab : 3 1 1 m   , karena kedua garis tegak lurus, maka 1 1 3 3 2 2 1 1 2 m m    m   m     7 3  3 3 2 2 2 2 y  y  m x  x  y    x    y  x  Contoh 4 : Tentukan persamaan garis lurus yang sejajar garis 5x  8  y  0 dan melewati titik (0, 5).
  • 7. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 7 - STMIK IKMI Cirebon Jawab : 5 8 5 1 y  x  m  , karena kedua garis sejajar, maka 5 1 2 2 m  m m    5 5 0 5 5 2 2 2 y  y  m x  x  y   x   y  x  Latihan : Tentukan persamaan garis lurus berikut : 1. Melewati titik (–4, 0) dan (0, –2) 2. Melewati titik (0, –2) dan (2, –3) 3. Melewati titik (4, 3) dan (6, 2) 4. Sejajar garis 3x  7  y  0 dan melewati titik (–1, –1) 5. Sejajar garis 4x 8y  5 dan melewati titik (2, –3) 6. Sejajar garis x  4y  6x  6y dan melewati titik (2, 4) 7. Sejajar garis 12x 8  y  2  y dan melewati titik (–1, 6) 8. Tegak lurus garis 2x  y  5 dan melewati titik (4, –4) 9. Tegak lurus garis 4x  2y  7 dan melewati titik (6, 2) 10. Tegak lurus garis x  6y  2 dan melewati titik (2, –12) 9. Polinomial / Suku Banyak Bentuk umum adalah   1 0 2 2 1 1 y p x a x a x a x a x a n n n n           , dengan nN , 1 1 0 a ,a , ,a ,a n n   adalah konstanta bilangan riil (disebut koefisien dari polinom) dan x adalah bilangan riil yang belum ditentukan (variabel). Derajat polinom adalah nilai n terbesar yang koefisiennya tidak nol. Bilangan riil t disebut akar dari polinom px bila pt   0. Polinom linear/derajat satu : y  px  ax  b, a  0 . Akarnya adalah a b x   . Sedangkan polinom kuadrat/derajat dua : y  px  ax  bx  c 2 , a  0 . Akar – akarnya adalah a b D x 2 1    dan a b D x 2 2    dengan D b 4ac 2   . Disini ada tiga kemungkinan akar, yaitu : a. D  0 , maka ada dua akar riil yang berbeda   1 2 x  x . b. D  0 , maka ada dua akar riil kembar   1 2 x  x .
  • 8. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 8 - STMIK IKMI Cirebon c. D  0, maka tidak ada akar riil. Koefisien a menentukan kecekungan grafiknya. Bila a  0 grafik cekung ke atas (membuka ke atas) sebaliknya bila a  0 grafik cekung ke bawah. Bila D  0 dan a  0 , maka polinom disebut definit positif (grafik di atas sumbu x ) dan bila D  0 dan a  0, maka polinom disebut definit negatif (grafik di bawah sumbu x ). x y a < 0, D > 0 x y a < 0, D = 0 x y a < 0, D < 0 x y a > 0, D > 0 x y a > 0, D = 0 x y a > 0, D < 0 Contoh 1 : Tentukan akar dari y  2x  2.
  • 9. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 9 - STMIK IKMI Cirebon Jawab : Derajat polinom adalah 1 dan akarnya adalah   1 2 2 0 2 2 0            a b y x x Contoh 2 : Tentukan akar dari 2 3 2 y  x  x  . Jawab : Derajat polinom adalah 2 dan akar – akarnya adalah : 0 2 3 0 2 y   x  x      1 2 2 2 16 2 1 2 2 4 1 3 2 4 2 2 1,2                   a b b ac x 3 1 x   dan 1 2 x  Contoh 3 : Tentukan akar dari 3 6 8 3 2 y  x  x  x  . Jawab : Derajat polinom adalah 3 dan akar – akarnya adalah : 0 3 6 8 0 3 2 y   x  x  x   Kita akan mencoba nilai x  1, kemudian substisusikan nilai x  1 ke dalam persamaan, sehingga menjadi  1 3 1 6 1 8 10 3 2        . Karena hasilnya tidak sama dengan 0, maka nilai x  1 tersebut bukan akar yang dimaksud. Kita akan mencoba nilai x 1, kemudian substisusikan nilai x 1 ke dalam persamaan, sehingga menjadi 1 31 61 8 0 3 2     . Karena hasilnya sama dengan 0, maka nilai x 1x 1 tersebut adalah salah satu akar yang dimaksud, dan persamaan di atas dapat kita tulis menjadi  1  0 2 x  x  ax  b  . Selanjutnya kita gunakan synthetic division untuk mencari faktor – faktor yang lain. Sebelumnya, kita ambil koefisien dari persamaan awal yaitu 1, –3, –6 dan 8. Nilai tersebut dan x 1 ditulis di tabel pada baris pertama seperti berikut : 1 –3 –6 8 x 1 Kemudian, angka 1 pada baris pertama kolom pertama diturunkan ke baris ketiga kolom pertama. Lalu, angka 1 tersebut kita kalikan dengan x 1 dan hasilnya dituliskan di baris
  • 10. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 10 - STMIK IKMI Cirebon kedua kolom kedua. Langkah selanjutnya, baris pertama kolom kedua ditambah baris kedua kolom kedua dan hasilnya ditulis di baris ketiga kolom kedua. Begitu seterusnya hingga baris ketiga kolom keempat terisi. Perhatikan tabel berikut : 1 –3 –6 8 x 1 1 –2 –8 1 –2 –8 0 Jadi, persamaannya menjadi  1 2 8 0 2 x  x  x   . Persamaan 2 8 2 x  x  kita cari akar – akarnya menggunakan rumus abc , dan didapat x  2 dan x  4 . Sehingga persamaan 0 3 6 8 0 3 2 y   x  x  x   jika difaktorkan menjadi x 1x  2x  4  0 dan akar – akarnya adalah x 1, x  2 dan x  4 . Latihan : Tentukan derajat polinom dan akar – akar dari fungsi – fungsi berikut : 1. y  x  3 2. y  3x  9 3. 2 3 2 y  x  x  4. 2 5 2 y  x  x  5. 7 6 3 y  x  x  6. 5 2 24 3 2 y  x  x  x  7. y x 5x 2x 24x 4 3 2     8. 2 7 8 12 4 3 2 y  x  x  x  x  9. 3 5 15 4 12 5 4 3 2 y  x  x  x  x  x  10. 8 15 20 76 48 5 4 3 2 y  x  x  x  x  x  10. Pertidaksamaan Kita sering kali menghadapi suatu pertidaksamaan (dalam x ) dan menyelesaikan suatu pertidaksamaan dalam x berarti menentukan himpunan semua nilai x yang memenuhi pertidaksamaan itu (yang membuat pertidaksamaan menjadi suatu pertidaksamaan yang benar). Himpunan semua nilai x yang memenuhi suatu pertidaksamaan disebut sebagai himpunan penyelesaian pertidaksamaan tersebut. Bentuk umum pertidaksamaan adalah Ax  Bx, dimana Ax dan Bx adalah fungsi polinom dan tanda < dapat juga berupa ≤, > dan ≥. Sedangkan untuk pertidaksamaan rasional bentuk umumnya adalah       Dx C x B x A x  , dimana Ax, Bx, Cx dan Dx adalah fungsi polinom dan tanda < dapat juga berupa ≤, > dan ≥. Langkah – langkah menyelesaikan pertidaksamaan rasional : a. Tentukan daerah definisi dari pertidaksamaan tersebut.
  • 11. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 11 - STMIK IKMI Cirebon b. Tambahkan kedua ruas dengan   Dx C x  sehingga diperoleh bentuk      0 Q x P x . c. Faktorkan Px dan Qx atas faktor – faktor linear dan kuadrat definit. d. Gambarkan garis bilangan riil dan tandai akar – akar dari Px dan Qx . e. Pada setiap subinterval yang terbentuk, ambil satu buah titik dan periksa tanda dari   Qx P x . - + - + f. Simpulkan solusi dari pertidaksamaan tersebut. Contoh 1 : Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 6 2 x  x  . Jawab : 1) Tambahkan kedua ruas dengan –6, sehingga menjadi : 6 0 2 x  x   2) Untuk sementara tanda < kita abaikan, kemudian faktorkan 6 0 2 x  x   , menjadi :  3 2 0 3, 2 1 2 x  x   x   x  3) Gambarkan garis bilangan : -3 2 4) Perhatikan interval x  3, 3  x  2 dan x  2 : Untuk x  3, misal x  4, maka  4  4 6 2     (tidak memenuhi) Untuk 3  x  2, misal x  0, maka 0 0 6 2   (memenuhi) Untuk x  2, misal x  3, maka 3 3 6 2   (tidak memenuhi) -3 2 + + +    + + + 5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 6 2 x  x  adalah xR | 3  x  2. Contoh 2 : Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2 3 1     x x x x .
  • 12. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 12 - STMIK IKMI Cirebon Jawab : 1) Tambahkan kedua ruas dengan  3  x x , sehingga menjadi : 0 6 2 2 3 0 2 3 1 2 2             x x x x x x x x 2) Untuk sementara tanda ≥ kita abaikan, kemudian faktorkan pembilang dan penyebut. Untuk 2 2 3 0 2 x  x   , karena D  0 dan a  0 , polinom disebut definit positif berarti kurva berada di atas sumbu x . Untuk 6 0  2 3 0 2, 3 1 2 2  x  x     x  x    x  x   3) Gambarkan garis bilangan : -3 2 4) Perhatikan interval x  3, 3  x  2 dan x  2 : Interval yang terbentuk adalah interval terbuka, karena jika interval tertutup maka akan menghasilkan penyebut nol (tidak terdefinisikan). Untuk x  3, misal x  4, maka       7 4 6 3 4 3 4 2 4 4 1              (tidak memenuhi) Untuk 3  x  2, misal x  0, maka       3 0 2 1 0 3 0 2 0 0 1       (memenuhi) Untuk x  2 , misal x  3, maka       6 3 1 4 3 3 3 2 3 3 1        (tidak memenuhi) -3 2    + + +    5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 2 3 1     x x x x adalah xR | 3  x  2. Contoh 3 : Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan 2x  7  3 . Jawab : 1) Untuk menyelesaikan pertidaksamaan yang memuat nilai mutlak, usahakan menghilangkan nilai mutlaknya terlebih dahulu sehingga pertidaksamaannya menjadi 2x  7  3 dan  2x  7  32x  7  3. 2) Setelah nilai mutlaknya hilang, kemudian kita selesaikan satu per satu. Setelah itu, cari irisan dari HP kedua pertidaksamaan tersebut.
  • 13. Kalkulus 1 Sandy Eka Permana, ST - 13 - STMIK IKMI Cirebon 3) Untuk pertidaksamaan  2x  7  32x  4  0 :  2x  4  0x  2 2 Perhatikan selang x  2 dan x  2 . Untuk x  2, misal x 1, maka  21 7  3 (tidak memenuhi) Untuk x  2 , misal x  3, maka  23 7  3 (memenuhi) 2    + + + HP xR | x  2 4) Untuk pertidaksamaan 2x  7  32x 10  0 : 2x 10  0x  5 5 Perhatikan selang x  5 dan x  5. Untuk x  5, misal x  4 , maka 24 7  3 (memenuhi) Untuk x  5, misal x  6, maka 26 7  3 (tidak memenuhi) 5    + + + HP xR | x  5 5) Jadi himpunan penyelesaian pertidaksamaan 2x  7  3 adalah xR | 2  x  5 5 2 Latihan : Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan : 1. 2  3x  5x 1 2. x  x 2 3. 3x  23 xx 1  0 4. 2 6 2  x  x  5. 5  2x  6  4 6. 2x  3  x  3 7. 5x  5 10 8. x 1 1 9. 3 4 2    x x 10. 4 2 1 5 1 3 3 2     x  x