Metode baru yang diusulkan dalam disertasi ini mengintegrasikan data geologi dan sosial ekonomi dalam zonasi kesesuaian lahan menggunakan metode Analytic Network Process (ANP). Metode ini diharapkan dapat memproduksi peta zonasi yang lebih representatif dibanding metode sebelumnya. Metode ini akan diuji pada kawasan perkotaan Cikalong Wetan, Jawa Barat.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Joy Irman
Modul Pelatihan Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) terdiri atas beberapa Sub-Modul, yaitu Pengantar Perencanaan, Proses Perencanaan, Pengumpulan Data, Studi EHRA (Environment Health Risk Assessment), Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), Tata Cara Survei, Perumusan Kebijakan dan Strategi Sanitasi, Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), Perencanaan SPAL-Terpusat (SPAL-T), Tahapan Pelaksanaan, dan Konsultasi Publik & Legalisasi Rencana.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar, yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks, dimana kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya. Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar, dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan model simple shear.
AKUIFER
Akifer (Lapisan pembawa air):Batuan, sedimen, formasi, sekelompok formasi, atau sebagian dari suatu formasi yang jenuh air, yang permeabel, yang mampu memasok air kepada suatu mata-air / sumur dalam jumlah cukup ekonomik
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Untuk pekerjaan:
Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana
Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten Kota
Pada:
Pemerintah Kota Bengkulu
Dinas Pekerjaan Umum & Penataan
Tahun Anggaran 2023Ruang
Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) - Rencana Sistem Terpusat ...Joy Irman
Modul Pelatihan Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) terdiri atas beberapa Sub-Modul, yaitu Pengantar Perencanaan, Proses Perencanaan, Pengumpulan Data, Studi EHRA (Environment Health Risk Assessment), Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), Tata Cara Survei, Perumusan Kebijakan dan Strategi Sanitasi, Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), Perencanaan SPAL-Terpusat (SPAL-T), Tahapan Pelaksanaan, dan Konsultasi Publik & Legalisasi Rencana.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar, yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat kompleks, dimana kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya. Adapun struktur geologi yang berkembang didominasi sesar-sesar mendatar, dimana mekanisme pembentukan struktur geologi Sulawesi bisa dijelaskan dengan model simple shear.
AKUIFER
Akifer (Lapisan pembawa air):Batuan, sedimen, formasi, sekelompok formasi, atau sebagian dari suatu formasi yang jenuh air, yang permeabel, yang mampu memasok air kepada suatu mata-air / sumur dalam jumlah cukup ekonomik
Perencanaan Teknis Bangunan Pelengkap Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat ...Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Untuk pekerjaan:
Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana
Rinci Tata Ruang (RRTR) Kabupaten Kota
Pada:
Pemerintah Kota Bengkulu
Dinas Pekerjaan Umum & Penataan
Tahun Anggaran 2023Ruang
Makalah Geodesi Geometri II terkait Jaring Kontrol dan datum GeodesiMega Yasma Adha
Makalah Geodesi Geometri II
maaf yaa setting nya dibuat untuk tidak di download karena akun ini khusus untuk referensi junior junior saya di institut teknologi padang, dan mengajarkan mereka untuk membaca bukan untuk copy paste saja ^^
Download bisa by request email megayasma63@gmail.com
KLHS KSP KKJSS, KKJSM, Tanjung Bulu Pandan.pptxBundaHiel
Kebijakan Lingkungan Hidup Strategis KSP Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura, dan Kawasan Ekonomi Unggulan Tanjung Bulu Pandan
Multi Criteria Decision Analysis-Hierarki Analitik & Peran Metode Kuantitatif...Luhur Moekti Prayogo
Tugas Matakuliah Sistem Pengambilan Keputusan Berbasis Spasial
Oleh : Luhur Moekti Prayogo (19/449597/PTK/12856)
Magister Teknik Geomatika, Universitas Gadjah Mada
Similar to MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAWASAN PERKOTAAN CIKALONG WETAN, KABUPATEN BANDUNG BARAT (20)
Pentingnya Berbagi Data untuk Pengembangan Prediksi dan Pemodelan IklimDasapta Erwin Irawan
Materi ini adalah bagian dari Webinar berjudul "Di bawah bayang-bayang El-Nino" yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumia, Institut Teknologi Bandung.
Dalam acara tersebut ditampilkan dua orang narasumber lainnya, yaitu: Dr. Joko Wiratmo (FITB) dan Dr. Eddy Hermawan (BRIN).
Berbagi data sangat penting untuk pengembangan prediksi dan pemodelan iklim dengan beberapa alasan.
Pertama, model iklim kompleks dan membutuhkan jumlah data yang besar untuk dianalisis. Dengan berbagi data, para peneliti dapat menggabungkan sumber daya mereka dan membuat model yang lebih akurat dan dapat diandalkan.
Kedua, berbagi data memungkinkan para peneliti untuk membandingkan dan kontras model-model yang berbeda, yang dapat membantu mereka mengidentifikasi dan memperbaiki kesalahan.
Ketiga, berbagi data dapat membantu mengidentifikasi tren dan pola baru dalam data iklim, yang dapat digunakan untuk meningkatkan prediksi.
Terdapat beberapa tantangan dalam berbagi data, berikut tiga diantaranya:
Kepemilikan data: Siapa pemilik data? Siapa yang berhak membagikannya?
Kualitas data: Bagaimana kita dapat memastikan bahwa data tersebut akurat dan dapat diandalkan?
Akses data: Bagaimana kita dapat membuat data tersebut dapat diakses oleh para peneliti di seluruh dunia?
Meskipun tantangan-tantangan tersebut, berbagi data sangat penting untuk pengembangan prediksi dan pemodelan iklim. Dengan berbagi data, para peneliti dapat bekerja sama untuk menciptakan model yang lebih akurat dan dapat diandalkan yang dapat membantu kita memahami dan mengurangi perubahan iklim.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana berbagi data telah digunakan untuk meningkatkan prediksi dan pemodelan iklim:
Pada tahun 2015, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) meluncurkan Global Data Partnership for Climate Services (GDPS). GDPS adalah jaringan global penyedia dan pengguna data yang bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas data iklim untuk prediksi dan pemodelan iklim.
Pada tahun 2016, Administrasi Oseanografi dan Atmosfer Nasional (NOAA) meluncurkan Program Climate Data Record (CDR). Program CDR adalah kumpulan rangkaian data iklim berkualitas tinggi yang tersedia secara gratis bagi para peneliti di seluruh dunia.
Pada tahun 2017, Panel Antar Negara tentang Perubahan Iklim (IPCC) merilis Laporan Penilaian Kelima mereka. Laporan IPCC didasarkan pada data dari ribuan ilmuwan di seluruh dunia.
Ini hanya beberapa contoh bagaimana berbagi data digunakan untuk meningkatkan prediksi dan pemodelan iklim. Saat kita terus menghadapi tantangan perubahan iklim, berbagi data akan menjadi semakin penting.
Website terkait: http://dasaptaerwin.net/wp/2023/06/materi-dan-siaran-pers-webinar-di-bawah-bayang-bayang-el-nino.html
ANALISIS KONDISI HIDROGEOLOGI KAWASAN PANTAI MUTUN, KABUPATEN PESAWARAN,
PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Ahmad Fairuz Aprisna NIM: 12016013
Pembimbing: Dasapta Erwin Irawan
ABSTRAK
Studi geologi dan hidrogeologi dilakukan di Kawasan Pantai Mutun, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Luas daerah penelitian seluas 32,24 km2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tatanan geologi di Kawasan Pantai Mutun, memetakan kondisi hidrogeologinya, serta menentukan persebaran intrusi air laut di akuifer tak tertekan. Metodologi yang digunakan yaitu pengambilan data lapangan dan analisis kualitas airtanah dengan TDS dan pH. Daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan batuan tidak resmi, yaitu Satuan Breksi, Satuan Tuf, Satuan Lava Andesit, dan Satuan Endapan Aluvial. Nilai TDS pada daerah penelitian yaitu 93-4033 ppm. Nilai pH pada daerah penelitian yaitu 7,04-7,79. Airtanah pada daerah penelitian terbagi menjadi empat zona berdasarkan parameter intrusi air laut, yaitu Zona Air Tawar dan Layak Minum, Zona Air Tawar, Zona Agak Asin, dan Zona Sedang. Terdapat enam sumur pada daerah penelitian yang berada di Zona Agak Asin dan Zona Sedang. Sumur tersebut terindikasi mengalami intrusi air laut.
Kata Kunci: Pantai Mutun, TDS, pH, intrusi air laut
Analisis Kualitas Airtanah Dengan Statistik Multivariat Untuk Identifikasi Si...Dasapta Erwin Irawan
Analisis Kualitas Airtanah Dengan Statistik Multivariat Untuk Identifikasi Sistem Hidrogeologi Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis: Muzaimatul Musyarofah, Dasapta Erwin Irawan, dan Taat Setiawan
Tujuan
Mengetahui kondisi geologi Kab. Kulon Progo
Mengetahui kondisi hidrogeologi Kab. Kulon Progo
Mengetahui kualitas airtanah Kab. Kulon Progo berdasarkan parameter fisika dan kimia.
Batasan
Batasan dalam penelitian ini hanya meliputi area kerja Kab. Kulon Progo. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data fisika pH, TDS, DHL dan data hidrokimia ion mayor meliputi kation yang diuji adalah Na+, Ca2+, Mg2+, K+ dan anion yang diuji adalah Cl- , SO42-, HCO3-, NO3-.
Abstract
Kulon Progo Regency is in the western part of the Special Province of Yogyakarta with an area of 586.3 km2, divided into 3 zones and 12 districts. The western side of the Kulon Progo region forms the Kulon Progo intrusion mountain, a large dome with a flat top and skewed wings called the "oblong dome". The central and southern parts of Kulon Progo have a faster population growth compared to the northern part. Problems regarding polluted groundwater have been reported several times by the local community, so research to test the quality of groundwater in Kulon Progo is needed. The method used in this research is multivariate analysis to test major 8 ions (four cations and four anions). There are 10 geomorphological units: the Kulon Progo Intrusive Mountains, Kulon Progo Pyroclastic Lava Flow Hills, Jonggrangan Plateau, Sentolo Homocline Ridge, Lava Flow Plain, Coluvial Plain, Alluvial Plain, Kulon Progo Beach Ridge, and Kulon Progo Beach Dunes. The stratigraphy of the study area consists of 12 (twelve) unofficial units in order of old to young, which are the Sandstone and Claystone Units, Ansdesite Unit, Volcanic Breccia Unit, Lava Unit, Limestone and Unit, Tuff and Tuff Sandstone Unit, Limestone Unit and Tuffaceous Sandstone, Tuff and Lava Units, Pebbled Silt Sand Units, River Alluvial Sand-Silt Units, River Alluvial Clay-Silt Units, and Beach Alluvial Sand Units. The research area is divided into 6 (six) aquifer units, namely Volcano Breccia Aquifer, Limestone-Sandstone Aquifer, Tuff and Lava Aquifer, Clay-Silt Aquifer, Sand-Silt Aquifer, and Sand Aquifer. There are 25 water samples that met the pH parameters based on drinking water quality standards, there are 5 samples that had TDS values above the permissible standards. The results of TDS interpolation in studies prior to 2022 show an increase in each district, especially in the southern part of Kulon Progo. In determining the quality of groundwater for irrigation by testing Na%, there are 24 samples with excellent-permissible status and 1 sample unsuitable. In the SAR test, there are 24 excellent samples and 1 good sample. In the SRC test, there are 22 good samples, 2 doubtful samples, and 1 unsuitable sample.
Keywords: Kulon Progo, groundwater, aquifer, drinking water, irrigation.
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN M...Dasapta Erwin Irawan
POLA INTERAKSI AIR TANAH DAN AIR PERMUKAAN SUNGAI BEJI DI WILAYAH KABUPATEN MALANG
SKRIPSI
KONSENTRASI HIDROLOGI DAN LINGKUNGAN
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)
CINDI FATIKASARI NIM. 175060401111033
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG
2022
A LandSAT-driven approach to describe meander stream phenomenon in Mahakam Wa...Dasapta Erwin Irawan
The role of the Mahakam River in society is undeniably vital because it is the cornerstone of product distribution channels from upstream to downstream, namely forestry, agricultural, and even mining commodities. Especially with the National Capital (IKN) plan, the Mahakam River is in a buffer zone. Satellite imagery in Mahakam is available in various seamless access, including those of the National Research and Innovation Agency (BRIN) and the United States Geological Survey (USGS). This study provides an overview of Mahakam Watershed's dynamics through Landsat Imagery's perspective. The Landsat observation is preliminary research from a research grant in Geomorphometry of the Mahakam Watershed, utilizing Landsat image data by combining bands 7, 5, and 3 for Landsat 8 OLI/TIRS (Land Satellite 8 Operational Land Imager and Thermal Infrared Sensor) and bands 7, 4, and 2 as Landsat 5 STM (Land Satellite 5 Sensor Thematic Mapper). The study examines the pattern and changes in the direction of the Mahakam River flow, as well as the phenomenon of the presence of three lakes. So, to the results of the identification, the Mahakam Watershed is divided into three sub-watersheds, upstream, central, and downstream. The Central sub-watershed is characterized by the presence of three natural lakes parallel to the change in flow direction caused by tectonic processes. The impact narrows the river channel, so the velocity experiences a backwash effect and anastomosing reach. Meanwhile, from the morphography aspect, the three lakes in the Mahakam Watershed are in the half-graben framework due to the second strain of the formation of Samarinda Anticlinorium. This research will continue to the measurement, calculation, and modeling stages to have more comprehensive benefits in predicting flood and drought hazards from the dynamics of the Mahakam Watershed.
DELINEATION OF FLOOD-PRONE AREAS THROUGH THE PERSPECTIVE OF RIVER HYDRAULICSDasapta Erwin Irawan
Flash floods in the Saka River (part of the KUSW) struck Muara Dua District with a population of 177.47 people/km2 on May 8th, 2020, due to increased rainfall intensity and land cover changes upstream. Based on this incident, this research will examine hydraulic parameters that directly implications for potential flooding. The rainfall intensity analysis was based on calculations from the Gumbel-Sherman equation in the baseline period 2011-2020. Then the parameters of the runoff coefficient consisting of the slope, land cover, and type of lithology are analyzed by the Hassing method. The results of the rainfall intensity analysis showed that the lowest intensity occurred in August while the highest power occurred in November and April. The runoff coefficient of 53% has implications for peak flow discharge which has an average increase of 11.6%. Flood simulation in KUSW modeled with Hydrologic Engineering Center-River Analysis System (HEC-RAS) software shows 174.4 km2 potential flooding in the five years of the return period and 200 km2 in the ten years of the return period. This analysis model is used as a preventive effort and reduces the negative impact around KUSW.
Visi dan Misi Calon Lektor Kepala - Dasapta Erwin
Berikut ini adalah dokumen yang mendokumentasikan visi, misi, kontribusi, serta rencana ke depan saya sebagai calon Lektor Kepala.
Dokumen ini adalah pelengkap berkas usulan kenaikan jabatan ke Lektor Kepala.
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAWASAN PERKOTAAN CIKALONG WETAN, KABUPATEN BANDUNG BARAT
1. Sumber gambar:
The Ground Beneath Our Cities oleh Venvik, G. (2018)
MODEL KESESUAIAN POLA RUANG BERBASIS GEOLOGI
TERINTEGRASI SOSIOEKONOMI DI KAWASAN
PERKOTAAN CIKALONG WETAN,
KABUPATEN BANDUNG BARAT
YUNIARTI ULFA
32018002
Tim Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja, DEA. (Ketua)
Prof. Dr. Ir. B. Kombaitan, M.Sc.
Dr. Dasapta Erwin Irawan, S.T., M.T.
SEMINAR KEMAJUAN 3
VALIDASI NILAI KELAS DAN MODEL ANP, KUESIONER, PEMBOBOTAN ANP DAN OVERLAY PETA
2. 2
Pendahuluan
Muatan RDTR
1. Tujuan
penataan wil.
perencanaan
2. Rencana
struktur ruang
3. Rencana pola
ruang
adalah distribusi
peruntukan ruang
dalam suatu
wilayah yaitu untuk
fungsi lindung dan
fungsi budi daya)
4. Ketentuan
pemanfaatan
ruang
5. Peraturan
zonasi
Muatan RTRW
1. Tujuan, kebij.
strategi
penataan ruang
2. Rencana struktur
ruang
3. Rencana pola
ruang
4. Kaw. strategis
5. Arahan pemanf.
ruang
6. Pengendalian
pemanf. ruang
METODE ZONASI POLA RUANG INDONESIA
Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala
BPN RI No.11 Tahun 2021*
Data fisik
(geologi)
terbatas
3. 3
Pendahuluan
METODE ZONASI POLA RUANG (DISERTASI)
Tantangan dan kendala Indonesia (PP No 21 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang) :
1. Letak Negara Kesatuan RI berada pada kawasan
cepat berkembang (pacific ocean rim dan indian
ocean rim) yang menuntut perlu didorongnya daya
saing ekonomi dalam tatanan ekonomi global;
2. Letak Negara Kesatuan RI berada pada kawasan
pertemuan tiga lempeng tektonik yang
mengakibatkan rawan bencana geologi sehingga
menuntut pertimbangan aspek mitigasi bencana;
3. Intensitas kegiatan pemanfaatan ruang terkait
eksploitasi SDA semakin meningkat dan berpotensi
mengancam kelestarian lingkungan hidup, termasuk
peningkatan pemanasau global;
4. Penurunan kualitas permukiman dan lingkungan
hidup, peningkatan alih fungsi lahan yang tidak
terkendali, dan kesenjangan wilayah.
Tujuan penyelenggaraan penataan ruang adalah
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan
(Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang)
Usulan di
disertasi
4. 4
Perbandingan Metode
Pendahuluan
Tata cara zonasi
tata ruang di
Indonesia saat ini.
Tata cara zonasi
baru dalam
penelitian
Metode Zonasi Tata Ruang PUTR Metode Zonasi Pendekatan Baru
Data Faktor geologi lebih
terperinci
Metode ANP (jaringan-feedback),
tidak lagi AHP (hierarki)
Peta akhir zonasi terintegrasi
geologi-sosioekonomi
5. Tujuan Penelitian, Asumsi, Hipotesis, dan Kebaruan
5
Tujuan
Pendahuluan
Menentukan jenis kriteria, subkriteria, dan data faktor (GL,
Sosioekonomi) yang esensial (mutlak diperlukan) dalam tata ruang;
Menyusun skor kelas standar tiap faktor;
Membuat pola metode SMCE yang bisa mengintegrasikan semua
faktor;
Aplikasi metode tersebut (pilot project): zonasi kesesuaian pola
ruang di Kawasan Perkotaan Cikalong Wetan.
Asumsi
Data faktor dalam kriteria geologi dalam studi ini hanya sesuai
untuk zonasi kesesuaian lahan di kawasan perbukitan;
Hipotesis
Metode ANP seperti yang dirancang, bisa mengintegrasikan
kriteria geologi & kriteria sosioekonomi dalam penentuan zonasi;
Peta kesesuaian lahan yang dihasilkan di Kawasan Perkotaan
Cikalong Wetan memenuhi kaidah ruang yang aman bencana
geologi, dengan SDA yang nyaman, produktif, berkelanjutan.
Kebaruan
SMCE:
Geologi terintegrasi
(dengan Sosioekonomi)
Metode SMCE:
Pembobotan berkorelasi (ANP)
Produk akhir:
Peta Zonasi Pola Ruang (7
zonasi) (mengintegrasikan
aspek geologi dan
sosioekonomi)
Detail Data
Faktor
Standardisasi
Skor kelas
Standardisasi
Nilai Kelas
(NK)
Bobot yang
representatif
Present is
the key to
the past and
also to the
future
(Uniformitarianism,
James Hutton)
6. Tinjauan Pustaka
• Kajian literatur peraturan tata ruang dan penelitian
terkait sebelumnya;
• Penentuan alternatif tujuan zonasi;
Tujuan: zonasi kesesuaian pola ruang Kawasan perkotaan
Cikalong Wetan
• Identifikasi dan pengelompokkan Kriteria,
Subkriteria, dan Informasi/data.
• Penentuan standarisasi skor kelas pada setiap
informasi/data
Pengumpulan Data
• Pengambilan data lapangan;
• Pengambilan data sekunder.
Analisis
• Penentuan Nilai Kelas
• Peta Nilai Kelas untuk setiap data faktor
• Pembuatan model ANP
Sintesis dan Diskusi
• Wawancara, kuesioner, pairwise comparison;
• Perhitungan supermatrix.
Peta Kesesuaian Lahan
• Overlay peta dan raster calculator;
• Peta kelas kesesuaian lahan untuk masing-masing zonasi.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Tahap
Proposal
Tahap Seminar
Kemajuan 1
Tahap Seminar
Kemajuan 2
Tahap Seminar
Kemajuan 3
Tahap Seminar
Kemajuan 4
6
Pendahuluan
Bagan Alir Penelitian & Topik Seminar
Seminar Output
Seminar Proposal
(12 Agustus 2021)
Proposal, metode penelitian, rencana dan tahapan
penelitian
SK 1
(12 Januari 2022)
Data yang dikumpulkan; Penentuan standardisasi kelas
untuk 56 faktor; Peta standardisasi kelas data tiap faktor
SK 2
(15 Agustus 2022)
Nilai kelas pada setiap data faktor sesuai rencana
peruntukan lahan; Pembuatan model ANP
Saran/revisi dari SK2:
• Validasi Nilai Kelas (NK) dan Model ANP
• Revisi NK peta guna lahan, memperhatikan fungsi lahan asal
• Memperhatikan penulisan daftar Pustaka, penggunaan titik setelah keterangan
gambar, tabel, dan lain-lain.
SK 3
(2 Februari 2022)
Pembobotan (B), pairwise comparison, perhitungan
supermatrix, raster calculator, overlay peta
SK 4
(Awal Mar 2023) zonasi kesesuaian peruntukan pola ruang
7. CAPAIAN
PERENCANAAN DI SEM 10
(TA 2022/2023)
SEM
1
SEM
2
SEM
3
SEM
4
SEM
5
SEM
6
SEM
7
SEM
8
SEM
9
2018/2019 2018/2019 2019/2020 2019/2020 2020/2021 2020/2021 2021/2022 2021/2022 2022/2023 Jan 2023 Feb 2023 Maret 2023
Lulus
GL7102
(A)
Lulus
GL6001
(A)
Lulus
GL7001
(A)
Lulus
Ujian
Kualifikasi
(A)
Terbit 1
paper
dalam
Prosiding
SNIPS
Terbit 1
paper
dalam
Prosiding
JCY 2019
Proses
Menyusun
Proposal
Lulus
GL8083
(A)
Proses
Menyusun
Proposal
Lulus
GL7011
(A)
Proses
Menyusun
Proposal
Lulus
Ujian
Proposal
(A)
Terbit 1
paper
aplikasi
urban
geology
(Jurnal
Q2)
Terbit 1
paper
studi
bibliomet
rik (Jurnal
Q2)
Lulus
Seminar
Kemajuan
1 (A)
Lulus
Seminar
Kemajuan
2 (A)
Terbit 1
paper
dalam
Prosiding
PIT IAGI
2021
1 paper
hidrogeol
ogi urban
Walini di
Jurnal
Sustainabi
lity (Q1) -
submitted
Tanggal
27
Submit
draft SK3
di admins
(before)
3 Feb
SK 3 Minggu 1 SK 4
Tanggal
28
Submit
revisi
paper
hidrogeol
ogi
Minggu 2 Submissio
n 3 jurnal
ZARo; all
data S3
Minggu 2 Terbit
Jurnal 3
28 Submit
draft SK 4
di admins
Minggu 3 Submit
final draft
Minggu 4
Maret/
April
Minggu
ke-1
Sidang
tertutup
Lini Masa Studi Doktoral Teknik Geologi
Nama: Yuniarti Ulfa
NIM : 32018002
8. 8
Pendahuluan
Mengapa Memilih Kawasan Perkotaan
Cikalong Wetan? 1. Sejak 2015, KP Cikalong Wetan termasuk rencana
perluasan Kaw. Metropolitan Bandung Raya;
2. Tahun 2018, TOD-KCJB ditetapkan di Walini;
3. Tahun 2018, Walini diusulkan sebagai KEK baru;
4. Kondisi geologi (litologi, derajat pelapukan,
topografi, kelerengan) menyebabkan KP Cikalong
Wetan rawan bencana longsor.
5. Potensi airtanah tidak memadai, namun
ketersediaan bahan galian C mudah diakses.
6. Rencana TOD yang batal pada 2021 menyisakan
problematika geologi, sosial, dan ekonomi.
7. Rencana pengembangan KP Cikalong Wetan
sudah sejak 2010, penyangga rencana kawasan
Industri di Kecamatan Cipeundeuy.
8. Mengembangkan kawasan ini menjadi solusi,
namun perlu dikaji lebih baik.
Rencana Pengembangan
Kondisi geologi
Sosial-Ekonomi & Potensi Pengembangan
9. 9
Pendahuluan
Sintesis Geologi Daerah Penelitian
Peta geologi daerah penelitian skala 1:100000 (Sudjatmiko, 1972)
Pulunggono dan Martodjojo (1994)
Meliputi luas ±
45,4 km2 (41%
dari total luas
Kec. Cikalong
Wetan) dihuni
69.617
penduduk
Suhu min 24odan
max 27o Celsius.
Karakteristik
morfometri
adalah
kelerengan
landai-curam
dan topografi
berbukit-bukit.
Kelerengan
terkecil 0%, dan
terbesar 91%.
Kelerengan
mayoritas
adalah antara
8% dand 36%.
Elevasi 367-711
mdpl.
Pola-pola sesar ini bisa dilihat berupa pola
kelurusan di lapangan, dan beberapa sesar
minor berarah Pola Sunda dan Pola Jawa.
Pemetaan di Kawasan Perkotaan
Cikalong Wetan mendapati bahwa
litologi yang ada agak berbeda dari
yang ada di peta geologi regional
(walau masih pada formasi yang sama,
namun pada satuan yang berbeda)
Muka air tanah bebas 8-20 m, tetapi
kualitasnya di bawah ambang layak WHO,
kecuali air tanah yang bersumber dari mata
air. Kualitas di kedalaman 20-70 m lebih
baik dan layak. Kualitas air di air tanah
tertekan kedalaman >125 m justru tidak
layak
10. Seminar
Kemajuan 1
Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 4
Sumber data primer:
10
Alur
Penelitian
Sumber data sekunder:
• Peta-peta tematik
• Materi dasar RDTR KP. Cikalong Wetan
• Data geoteknik
• Data profil desa
Tujuan: zonasi kesesuaian lahan untuk pengembangan
Kawasan Perkotaan Cikalong Wetan
Tinjauan pustaka
• Literasi peraturan tata ruang Indonesia
• Penentuan alternatif tujuan zonasi
Identifikasi dan pengelompokkan kriteria,
subkriteria, dan data faktor
Pengumpulan dan pengolahan data
(data lapangan dan data sekunder)
• Penentuan standardisasi kelas pada setiap data faktor
• Pembuatan peta hasil standardisasi
Analisis
• Penentuan Nilai Kelas (NK) pada setiap data faktor
sesuai rencana peruntukan lahan
• Pembuatan model jaringan Analytic Network Process
(ANP)
Sintesis dan diskusi
• Wawancara, kuesioner, pairwise comparison
• Perhitungan supermatrix
• Pembobotan untuk setiap data faktor dengan ANP
Peta kesesuaian lahan
• Penskoran, weight overlay, dan raster calculator
• Peta kesesuaian lahan untuk masing-masing zonasi
Pengumpulan &
Pengolahan
Data • 48 titik pengambilan sampel (air, tanah,
batuan) & pengukuran (m.a.t, sesar, kekar, dll)
• Verifikasi data profil desa melalui wawancara
apparat/masyarakat
• Pemetaan dan verifikasi data sekunder
11. Seminar
Kemajuan 1
Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 4
Pengolahan data:
• Uji ion mayor airtanah
• Analisis sistem hidrogeologi,
pola aliran airtanah
• Uji sifat fisik, uniaxial
compressive strength, dan
unconfined compression tanah
dan batuan.
• Analisis data pemetaan
11
Alur
Penelitian
Pengumpulan &
Pengolahan
Data
Tujuan: zonasi kesesuaian lahan untuk pengembangan
Kawasan Perkotaan Cikalong Wetan
Tinjauan Pustaka
• Literasi peraturan tata ruang Indonesia
• Penentuan alternatif tujuan zonasi
Identifikasi dan pengelompokkan kriteria,
subkriteria, dan data faktor
Pengumpulan dan pengolahan data
(data lapangan dan data sekunder)
• Penentuan standardisasi kelas pada setiap data faktor
• Pembuatan peta hasil standardisasi
Analisis
• Penentuan Nilai Kelas (NK) pada setiap data faktor
sesuai rencana peruntukan lahan
• Pembuatan model jaringan Analytic Network Process
(ANP)
Sintesis dan diskusi
• Wawancara, kuesioner, pairwise comparison
• Perhitungan supermatrix
• Pembobotan untuk setiap data faktor dengan ANP
Peta kesesuaian lahan
• Penskoran, weight overlay, dan raster calculator
• Peta kesesuaian lahan untuk masing-masing zonasi
12. Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 4
Seminar
Kemajuan 1
Data Faktor* Kajian Kesesuaian Lahan di Penelitian ini
Kriteria Sub-kriteria Data Faktor** Produk Data Peta
1.
Geologi
lingkungan/
fisik
kebumian
1.1 Topografi
1 Slope angle 1. Peta kelerengan
2 Elevation 2. Peta ketinggian/elevasi
1.2 Geologi
3 Lithology 3. Peta geologi
4 Geomorphology/terrain 4. Peta geomorfologi
1.3 Hidrogeologi
5 Groundwater depth (water table)
5. Peta aliran airtanah & kualitas air
6 Natural spring mapping
7 Density of the well
8 Precipitation/rainfall
9 Water quality
10 Distance to main river 6. Peta jarak dari sungai
1.4 Geoteknik
11 Degree of weathering 7. Peta derajat pelapukan
12 Vegetation rate/NDVI 8. Peta NDVI
13 Unconfined compression stress
9. Peta geoteknik
14 Clay content
15 Water content
16 Porosity
17 Degree of saturation
1.5 Bahaya geologi
18 Distance to faults 10. Peta jarak dari sesar
19 Seismic event/earthquake 11. Peta seismisitas
20 Distance to debrisflow
12. Peta kerentanan longsor
21 Distance to landslide
22 Liquefaction potential
23 Distance to land subsidence
2.
Sosioekono-
mi
2.1 Kependudukan
24 Population density 13. Peta kepadatan penduduk
25 Current land use 14. Peta guna lahan saat ini
2.2 Aksesibilitas
26 Distance to school/education 15. Peta jarak dari sekolah
27 Proximity to road 16. Peta jarak dari jalan
28 Proximity to market/bazaar 17. Peta jarak dari pasar/pertokoan
29 Proximity to healthcare centre 18. Peta jarak dari pusat kesehatan
30 Proximity to administrative centre 19. Peta jarak dari pusat administrasi
31 Distance from industrial area
20. Peta jarak dari kawasan industri
32 Distance from airport
12
Alur
Penelitian
* Hasil revisi
* * Data faktor dienventarisasi dari jenis-jenis faktor yang dipakai dalam 21 jurnal ilmiah terkait
13. Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 4
Seminar
Kemajuan 1
Tujuan: zonasi kesesuaian lahan untuk pengembangan
Kawasan Perkotaan Cikalong Wetan
Tinjauan pustaka
• Literasi peraturan tata ruang Indonesia
• Penentuan alternatif tujuan zonasi
Identifikasi dan pengelompokkan
Kriteria, Sub-kriteria, dan Informasi/data
Pengumpulan dan pengolahan Data
(data lapangan dan data sekunder)
• Penentuan standardisasi kelas pada setiap data faktor
• Pembuatan peta hasil standardisasi
Analisis
• Penentuan Nilai Kelas (NK) pada setiap data faktor
sesuai rencana peruntukan lahan
• Pembuatan model jaringan Analytic Network Process
(ANP)
Sintesis dan diskusi
• Wawancara, kuesioner, pairwise comparison
• Perhitungan supermatrix
• Pembobotan untuk setiap data faktor dengan ANP
Peta kesesuaian lahan
• Penskoran, weight overlay, dan raster calculator
• Peta kesesuaian lahan untuk masing-masing zonasi
Standardisasi kelas untuk
32 data faktor
Beberapa contoh klasifikasi skor kelas:
Klasifikasi kedalaman m.a.t/ groundwater depth menurut Adji, dkk (2014);
Arnous (2013); Dai (2001); dan Vasilijevic, dkk (2012).
Klasifikasi jarak dari pasar atau pertokoan/proximity to market or bazaar
(modifikasi dari Ullah dan Mansourian, 2016) ).
13
Alur
Penelitian
Klasifikasi ketinggian/elevation menurut Junghuhn (1846); van Zuidam (1983).
14. Kemiringan lereng
Seminar
Kemajuan 2
14
Pembahasan
dan
Diskusi
1.1.1 Peta standardisasi skor data faktor kelerengan 1.1.2 Peta standardisasi skor data faktor ketinggian
1. Geologi Lingkungan
1.1 Profil Topografi Hasil Standardisasi Skor
Didominasi kelerengan landai hingga curam.
Kelerengan datar – sangat landai biasanya di punggungan bukit atau di lembah. Di
area tersebutlah yang cenderung dipadati penduduk.
Elevasi
Litologi
Geomorfologi
Muka air tanah
Kerapatan mata air
Kerapatan sumur gali
Curah hujan
Hidrogeokimia
Jarak ke sungai
Derajat pelapukan
Vegetasi
Unconfined comp. stress
Kandungan lempung
Kandungan air
Porositas
Derajat saturasi
Jarak dari sesar
Seismisitas
Jarak dari aliran debris
Jarak dari longsor
Potensi likuefaksi
Jarak dari amblesan
(QGIS-LTR
3.16
Hannover)
15. Kemiringan lereng
Seminar
Kemajuan 2
1. Geologi Lingkungan
1.2 Profil Geologi Hasil Standardisasi Skor
Elevasi
Litologi
Geomorfologi
Muka air tanah
Kerapatan mata air
Kerapatan sumur gali
Curah hujan
Hidrogeokimia
Jarak ke sungai
Derajat pelapukan
Vegetasi
Unconfined comp. stress
Kandungan lempung
Kandungan air
Porositas
Derajat saturasi
Jarak dari sesar
Seismisitas
Jarak dari aliran debris
Jarak dari longsor
Potensi likuefaksi
Jarak dari amblesan
15
Pembahasan
dan
Diskusi
1.2.1 Peta standardisasi skor data faktor litologi 1.2.2 Peta standarisasi skor data faktor geomorfologi
Didominasi satuan perbukitan vulkanik
bergelombang sedang,
Litologi (F. Cantayan , Hasil Gunungapi
tuamenebal ke T-TL), dominasi struktur pola Jawa
dan Sunda,
16. Kemiringan lereng
Seminar
Kemajuan 2
1. Geologi Lingkungan
1.3 Profil Hidrogeologi Hasil Standardisasi Skor
Elevasi
Litologi
Geomorfologi
Muka air tanah
Kerapatan mata air
Kerapatan sumur gali
Curah hujan
Hidrogeokimia
Jarak ke sungai
Derajat pelapukan
Vegetasi
Unconfined comp. stress
Kandungan lempung
Kandungan air
Porositas
Derajat saturasi
Jarak dari sesar
Seismisitas
Jarak dari aliran debris
Jarak dari longsor
Potensi likuefaksi
Jarak dari amblesan
16
Pembahasan
dan
Diskusi
1.3.1 Peta Pola Aliran Air Tanah & kualitas air 1.3.2 Peta Standardisasi Jarak dari Sungai
17. Kemiringan lereng
Seminar
Kemajuan 2
Elevasi
Litologi
Geomorfologi
Muka air tanah
Kerapatan mata air
Kerapatan sumur gali
Curah hujan
Hidrogeokimia
Jarak ke sungai
Derajat pelapukan
Vegetasi
Unconfined comp. stress
Kandungan lempung
Kandungan air
Porositas
Derajat saturasi
Jarak dari sesar
Seismisitas
Jarak dari aliran debris
Jarak dari longsor
Potensi likuefaksi
Jarak dari amblesan
17
Pembahasan
dan
Diskusi
1. Geologi Lingkungan
1.4 Profil Geologi Teknik Hasil Standardisasi Skor
1.4.1 Peta standardisasi skor data
faktor derajat pelapukan
1.4.2 Peta standardisasi skor
data faktor NDVI
1.4.3 Peta standardisasi skor data
faktor Geologi Teknik
18. Kemiringan lereng
Seminar
Kemajuan 2
Elevasi
Litologi
Geomorfologi
Muka air tanah
Kerapatan mata air
Kerapatan sumur gali
Curah hujan
Hidrogeokimia
Jarak ke sungai
Derajat pelapukan
Vegetasi
Unconfined comp. stress
Kandungan lempung
Kandungan air
Porositas
Derajat saturasi
Jarak dari sesar
Seismisitas
Jarak dari aliran debris
Jarak dari longsor
Potensi likuefaksi
Jarak dari amblesan
18
Pembahasan
dan
Diskusi
1. Geologi Lingkungan
1.5 Profil Potensi Bahaya Geologi Hasil Standardisasi Skor
1.5.1 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari sesar
1.5.2 Peta standardisasi skor data
faktor PGA/ seismisitas
Potensi bahaya
geologi:
gerakan tanah
(pada soil dan
batulempung
yang tersingkap)
dan gempabumi
(sebagai
pemicu)
1.5.3 Peta standardisasi skor data
faktor kerentanan gerakan tanah
19. Kepadatan
penduduk
Seminar
Kemajuan 2
Pembahasan
dan
Diskusi
2. Sosioekonomi
2.1 Profil Kependudukan Hasil Standardisasi Skor
Guna lahan
saat ini
Jarak dari sekolah
Jarak dari jalan
Jarak dari pasar
Jarak dari pusat
kesehatan
Jarak dari pusat
administrasi
Jarak dari
kawasan industri
Jarak dari bandara
2.1.1 Peta standardisasi skor data faktor
kepadatan penduduk
2.1.2 Peta standardisasi skor data faktor guna lahan
saat ini
Terpadat)
Penggunaan lahan oleh masyarakat masih menunjukkan aktivitas pertanian dan
perkebunan sebagai yang paling dominan.
19
764000
764000
766000
766000
768000
768000
770000
770000
772000
772000
9250000
9250000
9252000
9252000
9254000
9254000
9256000
9256000
9258000
9258000
0 0,95 1,9 2,85 3,8
0,475
km
¯
Peta Standardisasi
Data Faktor Tutupan Lahan
Kawasan Cikalongwetan
Legenda
Area Terbangun
Hutan Lindung
Kawasan Cagar Budaya
Perkebunan
Sawah
Tegalan/Ladang
Tubuh Air
20. Kepadatan
penduduk
Seminar
Kemajuan 2
Pembahasan
dan
Diskusi
2. Sosioekonomi
2.2 Profil Aksesibilitas Hasil Standardisasi Skor
Guna lahan
saat ini
Jarak dari sekolah
Jarak dari jalan
Jarak dari pasar
Jarak dari pusat
kesehatan
Jarak dari pusat
administrasi
Jarak dari
kawasan industri
Jarak dari bandara
20
2.2.1 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari sekolah
2.2.5 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari pusat admin.
2.2.3 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari pasar
2.2.4 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari pusat kesehatan
2.2.6 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari kaw. industri
(QGIS-LTR
3.16
Hannover)
2.2.2 Peta standardisasi skor data
faktor jarak dari jalan
21. Pembahasan
dan
Diskusi
21
20 Peta Data
Faktor
Diolah dengan
aplikasi
QGIS-LTR 3.16
Hannover
(open source
GIS)
Teknik grid
system dengan
resolusi pixel
8X8 m
Produk peta data faktor kriteria sosioekonomi
Produk peta data faktor kriteria geologi lingkungan
764000
764000
766000
766000
768000
768000
770000
770000
772000
772000
9250000
9250000
9252000
9252000
9254000
9254000
9256000
9256000
9258000
9258000
0 0,95 1,9 2,85 3,8
0,475
km
¯
Peta Standardisasi
Data Faktor Tutupan Lahan
Kawasan Cikalongwetan
Legenda
Area Terbangun
Hutan Lindung
Kawasan Cagar Budaya
Perkebunan
Sawah
Tegalan/Ladang
Tubuh Air
22. Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 4
Seminar
Kemajuan 1
Pembahasan
dan
Diskusi
22
Pakar (responden):
Dr. Astyka Pamumpuni, S.T., M.T. – ITB
Pakar bidang
geomorfologi/
struktur
geologi
Pakar
bidang
geoteknik
Dr. Dwi Sarah, S.T., M.Sc. – BRIN
Nurrohman Wijaya, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D.
– ITB
Pakar bidang
perencanaan
wilayah dan
kota
Dr. Gayatri Indah Marliyani – UGM
Pakar bidang
bencana
geologi
Dr. Taat Setiawan, M.T. –
Badan Geologi
Pakar
bidang
hidrogeologi
1. Diskusi data
sebagai suplemen
pengisian kuesioner
2. Diskusi dan validasi
Nilai Kelas (NK)
3. Diskusi dan validasi
Model ANP
4. Pengisian kuesioner
development ANP
23. 23
Pembahasan
dan
Diskusi
Penentuan Nilai Kelas (NK)
1. Sangat tidak sesuai ––– 5. Sangat sesuai
Tabel V.26 Klasifikasi nilai kelas untuk setiap peruntukan lahan. Peruntukan zonasi (R–Perumahan; K–Perdagangan dan Jasa; KT–
Perkantoran; I–Industri; PL–Peruntukan lainnya; RTH–Ruang Terbuka Hijau; PS–Perlindungan Setempat).
1. Sangat tidak sesuai ––– 5. Sangat sesuai
Kriteria Sub-kriteria Produk Data
Peta
Zonasi Nilai Kelas (NK) Referensi
0 1 2 3 4 5
1.
Geologi
Lingkungan/
Fisik
Kebumian
1.1
Topografi
1.1.1
Kelerengan/
slope (%)
R >36 20-36 14-20 8-14 <8 BAKOSURTANAL (2002)
Banjarnahor dkk. (2018)
Dai dkk. (2001)
Van Zuidam (1983)
Vasiljević dkk. (2011)
K >36 20-36 14-20 8-14 <8
KT >20 14-20 8-14 3-8 <3
I >20 14-20 8-14 3-8 <3
PL >20 14-20 8-14 3-8 <3
RTH <8 8-14 14-20 20-36 >36
PS <8 8-14 14-20 20-36 >36
1.1.2
Ketinggian/
elevation
(mdpl)
R >2500 1500-2500 600-1500 200-600 <200 Junghuhn (1846)
Van Zuidam (1983)
K >2500 1500-2500 600-1500 200-600 <200
KT >2500 1500-2500 600-1500 200-600 <200
I >2500 1500-2500 600-1500 200-600 <200
PL >2500 1500-2500 600-1500 <200
200-600
RTH 200 200-600 600-1500 1500-2500 >2500
PS 200 200-600 600-1500 1500-2500 >2500
1.2
Geologi
1.2.1
Litologi/
lithology
R
Perselingan
batulanau-
batulempung
Breksi
Buana dkk (2018)
Vasiljević dkk. (2011)
K
KT
Breksi
I
PL
Breksi
Perselingan
batulanau-
batulempung
RTH
PS
1.2.2
Geomorfologi/
geomorphology
R
Perbukitan
struktural
tersayat tajam
Perbukitan
vulkanik
bergelombang
sedang
Dai dkk. (2001)
Vasiljević dkk. (2011)
K
KT
I
PL
Bagian 1
29. Peta Nilai Kelas (NK)
• Setiap peta data faktor dibuat peta nilai kelasnya. Total ada 20 peta data faktor
• Total ada 7 peruntukan zonasi yaitu R–Perumahan, K–Perdagangan dan Jasa, KT–Perkantoran,
I–Industri, PL–Peruntukan Lainnya, RTH–Ruang Terbuka Hijau, dan PS–Perlindungan
Setempat.
• Dengan demikian total jumlah peta nilai kelas adalah 140 peta
29
Pembahasan
dan
Diskusi
1. Sangat tidak sesuai
2. Tidak sesuai 3. Cukup sesuai
4. Sesuai 5. Sangat sesuai
Zona Perumahan (R)
30. Peta Nilai Kelas (NK)
30
Pembahasan
dan
Diskusi
1. Sangat tidak sesuai 2. Tidak sesuai 3. Cukup sesuai 4. Sesuai 5. Sangat sesuai
Zona Perumahan (R)
Rende
Tenjolaut
Kanangasari
Cikalong
Mandalasari
Mandalamukti
Cisomangbarat
Ciptagumati
107°28'0"E
107°28'0"E
107°27'0"E
107°27'0"E
107°26'0"E
107°26'0"E
107°25'0"E
107°25'0"E
107°24'0"E
107°24'0"E
107°23'0"E
107°23'0"E
6°42'0"S
6°42'0"S
6°43'0"S
6°43'0"S
6°44'0"S
6°44'0"S
6°45'0"S
6°45'0"S
6°46'0"S
6°46'0"S
¯
0 0,9 1,8 2,7 3,6
0,45
km
Nilai Kelas NDVI
Zona Perumahan
Legenda
1 - Tinggi
3 - Sedang
5 - Rendah
31. Peta Nilai Kelas (NK)
31
Pembahasan
dan
Diskusi
1. Sangat tidak sesuai 2. Tidak sesuai 3. Cukup sesuai 4. Sesuai 5. Sangat sesuai
Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)
32. Peta Nilai Kelas (NK)
1. Sangat tidak sesuai 2. Tidak sesuai 3. Cukup sesuai 4. Sesuai 5. Sangat sesuai
Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Rende
Tenjolaut
Kanangasari
Cikalong
Mandalasari
Mandalamukti
Cisomangbarat
Ciptagumati
107°28'0"E
107°28'0"E
107°27'0"E
107°27'0"E
107°26'0"E
107°26'0"E
107°25'0"E
107°25'0"E
107°24'0"E
107°24'0"E
107°23'0"E
107°23'0"E
6°42'0"S
6°42'0"S
6°43'0"S
6°43'0"S
6°44'0"S
6°44'0"S
6°45'0"S
6°45'0"S
6°46'0"S
6°46'0"S
¯
0 0,9 1,8 2,7 3,6
0,45
km
Nilai Kelas NDVI
Zona RTH
Legenda
5 - Tinggi
3 - Sedang
1 - Rendah
34. Seminar
Kemajuan 3
Seminar
Kemajuan 2
Seminar
Kemajuan 4
Seminar
Kemajuan 1
Pembahasan
dan
Diskusi
34
KUESIONER
Responden :
Bidang Kepakaran :
Beri tanda (X) pada skala angka yang Anda anggap tepat
Keterangan skala (Saaty, 1980):
Skala angka Definisi
1 Sama prioritasnya dibanding dengan yang lain
3 Sedikit lebih prioritas dibanding yang lain
5 Cukup prioritas dibanding dengan yang lain
7 Sangat prioritas dibanding dengan yang lain
9 Ekstrim prioritasnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan
SOAL
• Dari 2 kriteria berikut, manakah yang paling prioritas untuk zonasi kesesuaian lahan? dan pada
skala angka berapa?
• Dari 2 kriteria berikut, manakah yang paling tidak prioritas untuk zonasi kesesuaian lahan? dan
pada skala angka berapa?
No Goal à Criteria
Skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9
C1 Geologi lingkungan
C2 Sosioekonomi
------------------------------------------------------------------------------------------------
• Dari perspektif geologi lingkungan, manakah dari 7 alternatif zonasi berikut yang paling prioritas
membutuhkan analisis geologi lingkungan? dan pada skala angka berapa?
• Dari perspektif geologi lingkungan, manakah dari 7 alternatif zonasi berikut yang paling tidak
prioritas membutuhkan analisis geologi lingkungan? dan pada skala angka berapa?
• Diantara 1 alternatif zonasi yang paling prioritas dan 1 alternatif zonasi yang paling tidak
prioritas membutuhkan analisis geologi lingkungan, silahkan tetapkan skala angka prioritas
dari 5 alternatif zonasi sisanya?
No
Criteria (C1 Geologi Lingkungan)
à Alternative (Zonasi)
Skala
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 Perumahan (R)
A2 Perdagangan dan Jasa (K)
A3 Perkantoran (KT)
A4 Industri (I)
A5 Peruntukkan Lainnya (L)
A6 Ruang Terbuka Hijau (RTH)
A7 Perlindungan Setempat (PS)
1. Goal à Kriteria : 1
2. Kriteria (C1 Geologi Lingkungan) à Alternatif (Zonasi) : 21
3. Kriteria (C2 Sosioekonomi) à Alternatif (Zonasi) : 21
4. Kriteria (C1 Geologi Lingkungan) à Subkriteria : 10
5. Kriteria (C2 Sosioekonomi) à Subkriteria : 1
6. Subkriteria (1.1 Topografi) à Data faktor : 1
7. Subkriteria (1.2 Geologi) à Data faktor : 1
8. Subkriteria (1.3 Hidrogeologi) à Data faktor : 1
9. Subkriteria (1.4 Geologi teknik) à Data faktor : 3
10. Subkriteria (1.5 Potensi bahaya geologi) à Data faktor : 3
11. Subkriteria (2.1 Kependudukan) à Data faktor : 1
12. Subkriteria (2.2 Aksesibilitas) à Data faktor : 15
13. Data faktor (1.1.1 Kelerengan) à Alternatif (Zonasi) : 21
14. Data faktor (1.1.2 Elevasi) à Alternatif (Zonasi) : 21
15. Data faktor (1.2.1 Litologi) à Alternatif (Zonasi) : 21
16. Data faktor (1.2.2 Geomorfologi) à Alternatif (Zonasi) : 21
17. Data faktor (1.3.1 Pola airtanah/kualitas air) à Alternatif : 21
18. Data faktor (1.3.2 Jarak dari sungai) à Alternatif (Zonasi) : 21
19. Data faktor (1.4.1 Derajat Pelapukan) à Alternatif (Zonasi) : 21
20. Data faktor (1.4.2 Vegetasi) à Alternatif (Zonasi) : 21
21. Data faktor (1.4.3 Geoteknik) à Alternatif (Zonasi) : 21
22. Data faktor (1.5.1 Jarak dari sesar) à Alternatif : 21
23. Data faktor (1.5.2 Seismisitas/PGA) à Alternatif (Zonasi) : 21
24. Data faktor (1.5.3 Kerentanan longsor) à Alternatif : 21
25. Data faktor (2.1.1 Kepadatan penduduk) à Alternatif : 21
26. Data faktor (2.1.2 Guna lahan saat ini à Alternatif : 21
27. Data faktor (2.2.1 Jarak dari sekolah) à Alternatif : 21
28. Data faktor (2.2.2 Jarak dari jalan) à Alternatif (Zonasi) : 21
29. Data faktor (2.2.3 Jarak dari pasar) à Alternatif (Zonasi) : 21
30. Data faktor (2.2.4 Jarak dari pusat kesehatan) à Alternatif : 21
31. Data faktor (2.2.5 Jarak dari pusat admins.) à Alternatif : 21
32. Data faktor (2.2.6 Jarak dari kaw. industri) à Alternatif : 21
33. Alternatif (A1 Perumahan R) à Kriteria : 1
34. Alternatif (A2 Perdagangan/Jasa K) à Kriteria : 1
35. Alternatif (A3 Perkantoran KT) à Kriteria : 1
36. Alternatif (A4 Kawasan industri I) à Kriteria : 1
37. Alternatif (A5 Landfill/TPA L) à Kriteria : 1
38. Alternatif (A6 Hutan lindung HL) à Kriteria : 1
39. Alternatif (A7 Perlindungan di bawahnya PB) à Kriteria : 1
40. A1 Perumahan (R) à Alternatif K, KT, I, L : 6
41. A2 Perdagangan/jasa (K) à Alternatif R, KT, I, L : 6
42. A3 Perkantoran (KT) à Alternatif R, K, I, L : 6
43. A4 Kaw. industri (I) à Alternatif R, K, KT, L : 6
44. A5 Landfill/TPA (L) à Alternatif R, K, KT, I : 6
45. 1.4.1 Derajat pelapukan à Data faktor subkriteria Geotek : 1
46. 1.4.2 Vegetasi à Data faktor subkriteria Geologi teknik : 1
47. 1.4.3 Geoteknik à Data faktor subkriteria Geologi teknik : 1
48. 1.5.1 Jarak dari sesar à Data faktor Potensi Bhy Geo : 1
49. 1.5.2 Seismisitas à Data faktor Potensi Bahaya Geologi : 1
50. 1.5.3 Kerentanan longsor à Data faktor Potensi Bhy Geologi : 1
TOTAL : 542 Pairwise Comparison
Contoh Kuesioner
Kumulatif
Pairwise
Comparison
38. 1.
Geologi
Lingkungan
2.
Sosioekonomi
1.1
Topografi
1.2
Geomorfologi
1.3
Hidrogeologi
1.5
Potensi
Bahaya
Geologi
1.4
Geologi
Teknik
2.1
Kependudukan
2.2
Aksesibilitas
1.4.1 Derajat pelapukan
1.4.2 NDVI/vegetasi
1.4.3 Geoteknik
1.5.1 Jarak dari sesar
1.5.2 PGA/seismisitas
1.5.3 Kerentanan longsor
2.1.1 Kepadatan penduduk
2.1.2 Guna lahan saat ini
2.2.1 Jarak dari sekolah
2.2.2 Jarak dari jalan
2.2.3 Jarak dari pasar/pertokoan
2.2.4 Jarak dari pusat kesehatan
2.2.5 Jarak dari pusat administrasi
2.2.6 Jarak dari kawasan industri
X
X
X
X
0,3280
0,3478
0,2186
0,4534
0,4218
0,2304
0,5833
0,2196
0,4167
0,0897
0,1170
0,2346
0,2589
0,0802
∑
∑
∑
X
X
X
X
0,0611
0,3206
0,2705
0,1586
0,1892
0,4583
0,5417
∑
∑
0,6767
0,3224
X
X
∑
Model raster
calculator untuk zona
Perumahan (R)
38
∑
1.1.1 Kelerengan
1.1.2 Ketinggian/elevasi
1.2.1 Litologi
1.2.2 Geomorfologi
1.3.1 Aliran air tanah dan kualitas air
1.3.2 Jarak dari sungai
X
X
X
0,5278
0,4306
0,4722
0,5694
0,2198
0,7802
∑
∑
∑
X
X
X
Rende
Tenjolaut
Kanangasari
Cikalong
Mandalasari
Mandalamukti
Cisomangbarat
Ciptagumati
107°28'0"E
107°28'0"E
107°27'0"E
107°27'0"E
107°26'0"E
107°26'0"E
107°25'0"E
107°25'0"E
107°24'0"E
107°24'0"E
107°23'0"E
107°23'0"E
6°42'0"S
6°42'0"S
6°43'0"S
6°43'0"S
6°44'0"S
6°44'0"S
6°45'0"S
6°45'0"S
6°46'0"S
6°46'0"S
¯
0 0,9 1,8 2,7 3,6
0,45
km
Peta Kategorisasi
Sub-Kriteria
Aksesibilitas
Rende
Tenjolaut
Kanangasari
Cikalong
Mandalasari
Mandalamukti
Cisomangbarat
Ciptagumati
107°28'0"E
107°28'0"E
107°27'0"E
107°27'0"E
107°26'0"E
107°26'0"E
107°25'0"E
107°25'0"E
107°24'0"E
107°24'0"E
107°23'0"E
107°23'0"E
6°42'0"S
6°42'0"S
6°43'0"S
6°43'0"S
6°44'0"S
6°44'0"S
6°45'0"S
6°45'0"S
6°46'0"S
6°46'0"S
¯
0 0,9 1,8 2,7 3,6
0,45
km
Peta Kategorisasi
Sub-Kriteria
Kependudukan
39. Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Cikalong
Wetan dalam RDTR (Usulan Perda, 2018)
Rende
Tenjolaut
Kanangasari
Cikalong
Mandalasari
Mandalamukti
Cisomangbarat
Ciptagumati
107°27'0"E
107°27'0"E
107°25'30"E
107°25'30"E
107°24'0"E
107°24'0"E
6°42'0"S
6°42'0"S
6°43'30"S
6°43'30"S
6°45'0"S
6°45'0"S
6°46'30"S
6°46'30"S
±
0 0,7 1,4 2,1 2,8
0,35
km
Legenda
Industri
Jalur Hijau SUTET
Kawasan Campuran
Kesehatan
Pariwisata
Pendidikan
Perdagangan dan Jasa
Peribadatan
Perkantoran Pemerintah
Perkantoran Swasta
Pertahanan dan Keamanan
Pertanian
Perumahan Kepadatan Rendah
Perumahan Kepadatan Sedang
RTH Hutan Kota
RTH Jalur Hijau Jalan
RTH Pemakaman
RTH Taman Kota
Sempadan KA
Sempadan Sungai
Sempadan TOL
Sosial Budaya
Trasportasi
Batas Desa
Industri
Perkantoran dan Fasilitas
Perumahan
Perdagangan dan Jasa
RTH
Sempadan
Peruntukan Lainnya
Zona Perumahan (R)
Zona Perdagangan
& Jasa (K)
SK-4
Zona Perkantoran
(KT)
SK-4
Zona
Peruntukan
Industri (I)
SK-4
Zona
Peruntukan
lainnya (PL)
SK-4
Zona Ruang
Terbuka Hijau
(RTH)
SK-4
Zona
Perlindungan
Setempat (PS)
SK-4
Untuk
dibandingkan
dengan
produk akhir
peta zonasi
dalam
penelitian ini
Produk zonasi RDTR
(2018)
X
40. Kesimpulan
1. Integrasi geologi dan sosioekonomi untuk zonasi
kesesuaian lahan perkotaan di perbukitan melibatkan
7 sub-kriteria dan 32 data faktor esensial.
2. Peta data faktor sudah diklasifikasi mengikuti
standardisasi skor kelas. Sehingga dari total 32 data
faktor dihasilkan 20 peta data faktor.
Skor kelas ke-20 peta data faktor dikonversi menjadi
Nilai Kelas (NK) untuk 7 peruntukan zonasi (z.
perumahan (R); perdagangan dan jasa (K);
perkantoran (KT); peruntukan lainnya (PL); Ruang
Terbuka Hijau (RTH); zona dan perlindungan setempat
(PS), sehingga total dihasilkan 140 peta NK
3. Model ANP dan kuesioner sudah disusun untuk
menghasilkan bobot (B) masing-masing data faktor
untuk tiap zonasi.
4. Bobot hasil pairwise comparison ANP berhasil
didapatkan
40
Kesimpulan
5. Metode ini dapat menghasilkan
peta zonasi sesuai bobot
peruntukan masing-masing
zona
6. Overlay dari masing-masing
peta zonasi akan menghasilkan
peta peruntukan pola ruang.
41. 41
Publikasi
Ilmiah
Publikasi Ilmiah [2019-2022]
JURNAL ILMIAH (TERBIT)
Ulfa, Y., Jia, T. Y., Che Yaziz, A. M., Irawan, D. E., dan Puradimaja, D. J. (2021):
Between natural and anthropogenic coastal landforms: insights from
ground penetrating radar and sediment analysis, Applied Sciences, 11,
3449. https://doi.org/10.3390/app11083449.
Irawan, D. E., Ulfa, Y., Prabowo, R. M., Kombaitan, B., & Puradimaja, D. J. (2021).
Discovering research trends of urban geology based on a bibliometric
analysis. F1000Research, 10(839), 839.
https://doi.org/10.12688/f1000research.53948.1
PROSIDING (TERBIT)
Ulfa, Y., Puradimaja, D.J., Irawan, D.E., Prabowo, R.M., dan Kombaitan, B.
(2022): Incorporating geology and socio-economic in land
management decision: A case study in Walini’s new urban area.
Proceeding of PIT-IAGI 5st, Makassar, 24 – 27 Okt.
Ulfa, Y., Irawan, D. E., Furqan, A., Kombaitan, B., dan Puradimaja, D. J. (2019):
Urban geology in Indonesia: An overview, Prosiding Yogyakarta Joint
Convention 2019, HAGI-IAGI-IAFMI-IATMI, Yogyakarta, 25 – 28 Nov.
https://www.researchgate.net/profile/Yuniarti-Ulfa-
2/publication/340084599_Urban_geology_in_Indonesia_an_overview/lin
ks/5e76556b92851cf2719d8a76/Urban-geology-in-Indonesia-an-
overview.pdf
Ulfa, Y., Irawan, D. E., Puradimaja, D.J., dan Kombaitan, B. (2019): Analisis
bibliometrik terhadap penelitian geologi untuk tata guna lahan
perkotaan: 1950-2019, Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains-SNIPS 2019, Program Studi Fisika - FMIPA ITB,
Bandung, pp 97-108.
https://ifory.id/proceedings/2019/u64ezMhKJ/snips_2019_yuniarti_ulfa_c
fsv2ewdfg.pdf
PAPARAN DI SEMINAR INTERNASIONAL
Ulfa, Y., Prabowo, R.M., Puradimaja, D.J., Irawan, D.E., dan Kombaitan, B. (2020): The concept
of art in thematic-geological map: finding informative-like visualization for public.
Proceeding of 2nd International Conference on Art, Science, Technology, and
Humanities-ARTESH 2020, p. 49 Bandung, 30 Nov – 2 Des. http://repository.upi-
yai.ac.id/2272/1/Proceeding Abstract 2nd IC ARTRESH 2020.pdf
JURNAL NASIONAL (SUBMITTED)
Puradimaja, D.J., Ulfa, Y., Irawan, D.E., Prabowo, R.M., dan Kombaitan, B. (2022):
Geology and spatial multi-criteria evaluation model: A new approach (Jurnal
Riset Geologi dan Pertambangan)
Resubmission/Major Corrections
Ulfa, Y., Setiawan, T. , Irawan, D. E., Prabowo, R.M., Purwoarminta, A., Jati, S.N.,
Puradimaja, D. J., dan Kombaitan, B. (draft): Hydrogeological and
hydrogeochemical properties of aquifers system in the Walini urban Area, West
Java, Indonesia and their impact on development plans