4. Latar Belakang (1)
PERPPU Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Pasal 10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Persiapan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Perpu Nomor.2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang
Undang Nomor.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang Undang No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan
5. Latar Belakang (2)
UU No.2 Tahun 2012
Perpres 71 Tahun 2012
Perpres 40 Tahun 2014
Perpres 99 Tahun 2014
Perpres 30 Tahun 2015
Perpres 13 Tahun 2013
Permenkeu 13 Tahun 2013
Permendagri 72 Tahun 2012
Peraturan Kepala BPN 5 Tahun 2012
Pergub 32 Tahun 2013
6. Latar Belakang (3)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Investasi Pemerintah
Perpres Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur ( sebagai revisi atas Kepres Nomor
7 Tahun 1998) ;
Terbitnya Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Perpres
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Permenkeu Nomor 38 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengendalian dan Pengelolaan Risiko atas Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005, yang direvisi kemudian melalui
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 dan Nomor 56 Tahun 2011
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK/011/2012 tentang Pemberian
Dukungan Kelayakan atas Sebagian Biaya Konstruksi pada Proyek Kerja
Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
7. Latar Belakang (4)
Jaringan jalan yang ada sudah tidak mampu
menampung bangkitan dan tarikan kendaraan
Menimbulkan kemacetan
Menambah biaya operasional kendaraan
Mendorong jalur distribusi industri manufaktur
Kabupaten Bekasi ke wilayah timur pulau Jawa
Sebagian lahan telah menjadi milik perusahaan
swasta (meskipun belum balik nama)
8. Tujuan dan Sasaran (1)
Tujuan
Tersusunnya dokumen rencana pengadaan tanah untuk
pembangunan Jalan Lintas Utara yang dapat dipakai
sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan tanah
9. Tujuan dan Sasaran (2)
Sasaran
Terumuskannya maksud dan tujuan rencana pembangunan;
Teridentifikasinya kesesuaian rencana ralan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan;
Teridentifikasinya Letak tanah dan Luas tanah yang dibutuhkan;
Teridentifikasinya gambaran umum status tanah;
Terumuskannya perkiraan jangka waktu pelaksanaan
Pengadaan Tanah;
Teridentifikasinya perkiraan nilai tanah; dan
Tersusunnya rencana penganggaran pembiayaan
pembangunan
10. Tinjauan Pustaka
Dasar Hukum dan Kebijakan
Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 Tentang Jalan
Pasal 10 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Persiapan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Teori lokasi von Tunen, bahwa surplus ekonomi suatu
lahan banyak ditentukan oleh lokasi ekonomi (jaraknya
ke kota).
Land Rent
land Value
12. Letak Geografis dan
Batas Administrasi
Wilayah Kabupaten
Bekasi mempunyai luas
127.388 Ha, meliputi 23
Kecamatan
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten
Bogor
Barat : DKI Jakarta dan
Kota Bekasi
Timur : Kabupaten
Karawang
13. Kependudukan
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
2010 2011 2012 2013
Setu 111.670 117.478 118.615 128.816
Serang Baru 103.587 112.976 114.263 127.747
Cikarang Pusat 56.756 60.605 61.162 67.630
Cikarang Selatan 143.030 155.845 157.956 185.228
Cibarusah 74.587 77.722 78.501 83.968
Bojongmanggu 25.033 25.131 25.077 25.534
Cikarang Timur 91.326 94.423 95.418 100.598
Kedungwaringin 55.654 56.415 56.833 58.400
Cikarang Utara 230.563 240.997 244.312 262.608
Cikarangbahagia 90.654 92.512 93.485 96.952
Cibitung 195.566 207.945 210.997 231.335
Cikarang Barat 211.578 222.181 225.160 243.264
Tambun Selatan 417.008 434.567 441.315 469.668
Tambun Utara 137.099 148.101 150.004 166.630
Babelan 209.564 222.099 225.234 248.270
Tarumajaya 109.296 115.257 116.606 128.866
Tambelang 35.376 35.386 35.341 35.523
Sukawangi 43.119 43.544 43.735 44.770
Sukatani 70.299 71.566 72.255 74.655
Sukakarya 42.468 42.569 42.740 43.106
Pebayuran 92.821 93.370 93.944 95.167
Cabangbungin 47.844 47.672 47.859 47.336
Muaragembong 35.503 35.600 35.736 36.041
Sumber : BPS Kabupaten
Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi
dirinci Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan
Kepadatan Penduduk ( jiwa per
km2 )
2011 2012 2013
Setu 1.890 1.908 2.072
Serang Baru 1.771 1.791 2.002
Cikarang Pusat 1.273 1.285 1.421
Cikarang Selatan 3.012 3.053 3.580
Cibarusah 1.542 1.558 1.666
Bojongmanggu 418 418 425
Cikarang Timur 1.840 1.860 1.961
Kedungwaringin 1.789 1.803 1.852
Cikarang Utara 5.566 5.642 6.065
Cikarangbahagia 2.007 2.028 2.103
Cibitung 4.590 4.658 5.107
Cikarang Barat 4.138 4.194 4.531
Tambun Selatan 10.083 10.239 10.897
Tambun Utara 4.303 4.358 4.841
Babelan 3.492 3.541 3.904
Tarumajaya 2.110 2.134 2.359
Tambelang 933 935 937
Sukawangi 648 651 666
Sukatani 1.907 1.926 1.990
Sukakarya 1.004 1.008 1.017
Pebayuran 969 975 988
Cabangbungin 959 963 952
Muaragembong 254 255 257
Kepadatan Penduduk Kabupaten
Bekasi dirinci Berdasarkan
Kecamatan
14. Ekonomi
Pada periode 2003 – 2013
laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bekasi tumbuh
rata-rata 5,9 persen per
tahun
Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bekasi juga
terlihat dari tumbuh dan
berkembangnya kawasan
kluster – kluster industri yang
ada di Kabupaten Bekasi
Contoh Cikarang dsb
Sumber : BPS Kabupaten
16. Pendekatan Penataan Ruang
Dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada
kawasan/wilayah perencanaan.
Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan
pemanfaatan ruang dengan fungsi dan daya dukung
kawasan berdasarkan hasil analisis aspek fisik
lingkungan, ekonomi,dan sosial budaya.
Menjaga kesesuaian antara rencana tata ruang yang
telah ada dengan rencana sektoral daerah. Dal hal ini
adalah RTRW Kab. Bekasi yang telah ada dengan
rencana jalan
17. Pendekatan Normatif
Pendekatan perencanaan dan analisis kebijakan,
dengan mekanisme sebagai berikut:
Perumusan Masalah (Definisi) menghasilkan informasi dari proses
review dan analisis normatif (kebijakan, peraturan, dokumen
perencanaan, dsb), mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan
masalah
Peramalan (Prediksi) menyediakan informasi mengenai konsekuensi di
masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk pula
pilihan tidak melakukan sesuatu
Rekomendasi (Preskripsi) menyediakan informasi mengenai nilai atau
kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah
Pemantauan (Deskripsi) menghasilkan informasi tentang konsekuensi
saat ini dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan
Evaluasi menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dan
konsekuensi pemecahan masalah.
18. Metodologi
Berdasarkan keluaran:
Metodologi penilaian kesesuaian dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bekasi
Metodologi penentuan letak tanah
Metodologi pengidentifikasian gambaran umum
status tanah
Metodologi perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan
tanah
Metodologi perkiraan jangka waktu pelaksanaan
pembangunan
Metodologi perkiraan nilai tanah
Metodologi rencana penganggaran pembiayaan
pembangunan
19. Metodologi Penilaian Kesesuaian Dengan
RTRW Kabupaten Bekasi (1)
Apakah rencana jalan ini sudah ada di....?
RTRW Provinsi Jawa Barat
RTRW Kabupaten Bekasi
RPJMD Kabupaten Bekasi
Rencana Sektoral Daerah Kabupaten Bekasi
Jika belum, maka:
Identifikasi faktor timbulnya kebutuhan jalan
Contoh: VCR, ekonomi, dsb
Analisis dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan Untuk
mengetahui apakah ada dampak yang bertentangan dengan RTRW
atau tidak (alih fungsi lahan dsb)
Sosial, tergusurnya penduduk di sekitar kawasan
Ekonomi, hilangnya sumber mata pencaharian petani
Ekonomi, meningkatkan aksesibitas, jalur distribusi barang
merangsang pertumbuhan ekonomi
Lingkungan, berkurangnya daerah resapan
20. Metodologi Penilaian Kesesuaian Dengan
RTRW Kabupaten Bekasi (2)
Kebutuhan Data
Dinas Tata Ruang dan Permukiman, BAPPEDA
RTRW Provinsi Jawa Barat
RTRW Kabupaten Bekasi
RPJMD Kabupaten Bekasi
Rencana Sektoral Daerah Kabupaten Bekasi
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bekasi (vektor ArcGIS) (sudah
ada)
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bekasi (vektor ArcGIS)
(sudah ada)
Peta Trase Rencana Jalan (sudah ada)
Studi Kelayakan Jalan (Feasibilyty Study)
Tatralok Transportasi Kabupaten Bekasi
Kelurahan/Desa
Data status dan kepemilikan lahan
Data Ekonomi Sektoral Kabupaten Bekasi (time series)
21. Metodologi Penentuan Letak Tanah
(1)
Apakah letak tanah telah ditetapkan
sebelumnya?
Jika belum ditetapkan ... ?
Metode overlay peta trase jalan dengan peta
rencana pola ruang Kabupaten Bekasi
Letak jalan tidak boleh melintasi lahan yang
tidak boleh dialihfungsikan
22. Metodologi Penentuan Letak Tanah
(2)
Kebutuhan Data
Dinas Tata Ruang dan Permukiman,
BAPPEDA
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bekasi
(vektor ArcGIS) (sudah ada)
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bekasi
(vektor ArcGIS ) (sudah ada)
Peta Trase Rencana Jalan (sudah ada)
23. Metodologi Perkiraan Luas
Kebutuhan Tanah (1)
Perkiraan luas Kebutuhan Tanah dilihat
dari ;
Lebar jalan, yang diketahui dari DED rencana
jalan lintas utara
Lebar sempadan jalan yang terdiri dari green
belt dan pedestrian ways. (ditetapkan
bersama antara tim teknis dan konsultan)
24. Metodologi Perkiraan Luas
Kebutuhan Tanah (2)
Kebutuhan data ;
Dinas Tata Ruang dan Permukiman,
BAPPEDA
DED rencana jalan lintas utara
Rapat / Asistensi
Lebar sempadan jalan yang terdiri dari green belt
dan pedestrian ways. (ditetapkan bersama antara
tim teknis dan konsultan)
25. Metodologi Pengidentifikasian
Gambaran Umum Status Tanah (1)
Survei Data Sekunder
Peta Bidang
Peta Penggunaan Lahan
Jika peta bidang tidak ada
Data Kepemilikan Lahan
Data Status Lahan
Survei Data Primer
Penajaman Data Penggunaan Lahan
Penajaman Data Kepemilikan Lahan
26. Metodologi Pengidentifikasian
Gambaran Umum Status Tanah (2)
Kebutuhan Data
Dinas Tata Ruang dan Permukiman,
BAPPEDA
Peta Bidang (sudah ada)
Data Kepemilikan Lahan
Data Status Lahan
27. Metodologi Perkiraan Jangka Waktu
Pelaksanaan Pembangunan (1)
Kurva S
Estimasi sederhana (jika tidak ada data
unt kurva S)
Striping 600 m2 / hari
Cut 40 m3 / jam x 7 jam
Fill 40m3 / jam x 7 jam dengan tebal 0,5 m
Pemadatan 100 m2 / hari x 2 (harus 2 x)
Lantai kerja 180 m2 / jam
Hard surface 24 m2 / jam
Perkerasan 24 hari
28. Metodologi Perkiraan Jangka Waktu
Pelaksanaan Pembangunan (2)
Kebutuhan Data :
Dinas Tata Ruang dan Permukiman
Studi kelayakan jalan
RAB pembangunan jalan
komponen biaya langsung personil
29. Metodologi Perkiraan Nilai Tanah
(1)
Teori von Tunen
land rent and land value
Analisis Biaya
Koreksi terhadap asumsi teori von Tunen
Kemiringan lahan, penggunaan lahan dsb
Metode Pemetaan ArcGIS
Otomasi perhitungan perkiraan nilai lahan
30. Metodologi Perkiraan Nilai Tanah
(2)
Kebutuhan Data
Dinas Tata Ruang dan Permukiman,
BAPPEDA
Peta Pola Ruang (sudah ada)
Peta Struktur Ruang (sudah ada)
Peta Pusat Pusat Pelayanan
Survey Primer
Harga Lahan ( diambil sample pada tiap tiap
penggunaan lahan yang ada dan di pusat
perkotaan dan daerah pinggiran )
31. Metodologi Rencana Penganggaran
Pembiayaan Pembangunan (1)
Latar Belakang:
Sebagian lahan telah menjadi milik
perusahaan swasta (meskipun belum balik
nama)
Keberadaan jalan menguntungkan
perusahaan swasta yang tanahnya dilewati
jalan
Meningkatnya aksesibiltas, harga lahan, dsb
32. Metodologi Recana Penganggaran
Pembiayaan Pembangunan (2)
Pendekatan Partisipatif
Penyusunan rencana FGD dengan stakeholder
Materi FGD, identifikasi stakeholder
Eksplorasi peluang Publik Private Partnership
Insentif: keringanan pajak dsb...
Analisis Aksesibiltas
Pemberian skoring, contoh:
Jalan Nasional =10
Jalan Provinsi = 7,5
Jalan Kab/Kota = 5
Tidak ada jalan = 0
33. Metodologi Recana Penganggaran
Pembiayaan Pembangunan (3)
Kebutuhan Data
Dinas Tata Ruang dan Permukiman,
BAPPEDA
Peta Rencana Pola Ruang (sudah ada)
Peta Bidang (sudah ada)
Data Kepemilikan Lahan
Data Status Lahan
Editor's Notes
Sistematika pemaparan ini terdiri dari ... (sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
Menurut UU Nomor 2 Tahun 2012, pengadaan tanah untuk kepentingan umum, diselenggaraan oleh pemerintah, dan harus sesuai dgn rencana RTRW dan rencana daerah. Demikian juga menurut PerGub Jabar Nomor 32 Tahun 2013, serta peraturan dan perundang-undangan lainnya.
Oleh karena itu, rencana pengadaan tanah untuk pembuatan jalan ini, harus sesuai dengan rencana-rencana tata ruang serta rencana–rencana daerah lainnya. Selain itu, rencana pengadaan tanah ini harus mengandung informasi–informasi lainnya seperti letak tanah, perkiraan nilai tanah, perkiraan jangka waktu pengadaan tanah, serta hal–hal lainnya sebagaimana disebutkan dalam berbagai peraturan–peraturan dan perundang–undangan tersebut. Hal–hal tersebut telah dirinci dalam Kerangka Acuan Kerja, dan akan dibahas lebih rinci pada laporan pendahuluan ini.
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas) sesuai KAK
Teori lokasi von Tunen digunakan untuk membuat perkiraan nilai tanah yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pembuatan rencana penganggaran pengadaan tanah.
(sudah cukup jelas)
Bekasi memiliki pertumbuhan yang pesat karna faktor lokasi yang bersebelahan dengan Prov. DKI Jakarta yang merupakan pusat pertumbuhan terpesat di Indonesia.
Secara umum, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Bekasi terus mengalami peningkatan, terutama di Kecamatan Cikarang Utara dan Tambun Selatan. Kedua Kecamatan tersebut merupakan Kecamatan terpadat dengan populasi penduduk tertinggi di Kab. Bekasi.
Secara umum, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bekasi terus meninggkat, dengan rata-rata pertumbuhan 5,9 % per tahun
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
Prediksi dilakukan untuk memperkirakan hal-hal seperti nilai tanah dan rencana penganggaran. Rekomendasi dilakukan untuk mengusulkan kebijakan penganggaran pengadaan tanah, seperti misalnya apakah perlu melibatkan partisipasi pihak ketiga seperti swasta atau stakeholder terkait dalam pendanaan pembebasan tanah tersebut (akan dibahas lebih lanjut dalam presentasi ini). Pemantauan yaitu mengumpulkan data data yang relevan baik data sekunder maupun data primer. Evaluasi yaitu menilai apakah pengadaan tanah ini sesuai dengan rencana-rencana daerah atau tidak.
Rencana jalan harus dicek apakah sudah eksplisit direncanakan dalam rencana-rencana daerah seperti RTRW dan sebagainya. Jika belum ada (belum menjadi bagian dari rencana), bukan berarti rencana jalan tersebut bertentangan dengan rencana-rencana daerah, tetapi bisa saja tetap selaras dengan rencana-rencana tersebut walaupun tidak direncanakan secara eksplisit.
Oleh karena itu, jika rencana jalan belum ada di rencana-rencana daerah, dapat dilakukan analisis-analisis faktor timbulnya kebutuhan jalan, atau analisis dampak sosial, ekonomi, lingkungan terhadap RTRW.
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
(sudah cukup jelas)
Survei data primer dilakukan untuk memverifikasi peta bidang. Peta bidang memiliki skala lebih rinci dibandingkan dengan peta penggunaan lahan, oleh karena itu yang lebih diutamakan adalah peta bidang. Jika peta bidang tidak ada maka akan menggunakan peta penggunaan lahan.
(sudah cukup jelas)
Kurva S dibuat berdasarkan komponen biaya langsung pada RAB pembangunan jalan. Dari sana dapat diketahui urutan pengerjaan dan harinya (man-days) yang dapat digunakan untuk perkiraan waktu.
Estimasi sederhana dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
Bekasi adalah daerah datar yang pada umumnya tidak memerlukan land cutting.
Bekasi adalah daerah rawan banjir sehingga memerlukan tebal filling ½ m
Karena tebalnya ½ meter maka pemadatan harus dilakukan dua kali
Estimasi ini dilakukan secara sederhana karena ini bukan kegiatan perencanaan jalan.
(sudah cukup jelas)
Rumus-rumus analisis biaya von Tunen beserta koreksi-koreksinya dapat dimasukkan secara langsung ke dalam perangkat lunak ArcGIS sehingga perhitungan dapat dilakukan secara otomatis.
(sudah cukup jelas)
Sebagian tanah-tanah yang dilewati jalan ini, sudah menjadi milik PT-PT (perusahaan swasta), walaupun atas namanya masih atas nama penduduk (belum balik nama).
Karena pembuatan jalan ini menguntungkan pihak-pihak yang tanahnya dilewati oleh jalan tersebut maka, konsultan akan mendorong agar sebagian pembiayaan akan ditanggung oleh pihak ketiga (swasta pemilik laha) dengan skema kerja sama publik private partnership.
Pembiayaan dapat dilakukan dengan metode partisipatif dimana pihak swasta dapat turut serta dalam membiayai pembangunan. Hal ini disebabkan karna pihak swasta ikut mendapat keuntungan dari pembangunan jalan tersebut, misalnya dengan meningkatnya aksesibilitas dan meningkatnya harga lahan. Oleh sebab itu pemerintah Kab. Bekasi harus bisa menunjukan benefit dari jalan tersebut kepada pihak swasta yang terlibat.
Selain itu pihak PemKab Bekasi dapat memberikan intensif kepada pihak swasta yang turut serta dalam pembiayaan pengadaan tanah. Intensif PemKab dapat diberikan oleh pihak pemerintah berupa, sebagai contoh: keringanan pajak dsb...
Konsultan menyarankan, agar setelah kegiatan ini selesai, PemKab Bekasi mengadakan FGD dengan pihak swasta yang terkait, dalam rangka pendekatan partisipatif dalam rangka pembiayaan jalan tersebut. Laporan akhir kegiatan ini (executive summary) dapat digunakan sebagai materi FGD untuk menunjukan benefit dari jalan tersebut terhadap pihak swasta yang tanahnya dilewati oleh jalan.