Dokumen tersebut merangkum hasil penilaian terhadap beberapa ceramah yang berbeda tema, yaitu ceramah politik, keagamaan, kebudayaan, dan pendidikan. Ceramah-ceramah tersebut dievaluasi dari segi bahasa dan isi, termasuk pelafalan, intonasi, diksi, struktur kalimat, kejelasan, keteraturan, dan sistematisasi informasi.
Pembelajaran mengenai Teks Ceramah yang didalamnya terdapat Pengertian, jenis-jenis, tujuan komunikasi, pola pengembangan, struktur, ciri kebahasaan, langkah menyusun, dan variasi teks ceramah.
Pembelajaran mengenai Teks Ceramah yang didalamnya terdapat Pengertian, jenis-jenis, tujuan komunikasi, pola pengembangan, struktur, ciri kebahasaan, langkah menyusun, dan variasi teks ceramah.
Struktur percakapan disebut juga organisasi percakapan. Struktur percakapan tidak dapat kita lihat dengan begitu jelas seperti halnya struktur fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Struktur percakapan ini diperoleh berdasarkan pengamatan situasi-situasi ketika percakapan sedang terjadi. Analisis percakapan merupakan suatu rangkaian yang menarik dalam ilmu komunikasi. Pada dasarnya percakapan merupakan manifestasi dalam membangun sebuah interaksi. Dalam struktur percakapan terdapat “suatu kesempatan bicara” atau hak untuk bicara. Kesempatan tersebut memotivasi seseorang berusaha untuk mengambil alih giliran yaitu pengambilan giliran. Kemungkinan adanya suatu perubahan siapa yang mendapat giliran bicara tersebut. Tempat terjadinya perubahan giliran yang mungkin tersebut disebut Tempat Relevansi Transisi (Transition Relevance Place atau TRP). Dalam setiap kelompok sosial, ada ciri-ciri pembicaraan ( atau tidak adanya pembicaraan) yang biasanya berkaitan dengan TRP.
Entitas penggunaan bahasa dalam percakapan tersebut dapat dilihat dua aspek yaitu aspek isi percakapan dan aspek formal percakapan. Aspek isi percakapan ini meliputi topik yang menjadi pokok pembicaraan, dan penyampaian topik dalam percakapan. Adapun aspek formal percakapan meliputi hal-hal bagaimana percakapan itu bekerja, aturan-aturan yang dipatuhi, dan bagaimana mekanisme dalam memperoleh kesempatan bicara atau giliran bicara (turn-taking).
Giliran bicara (turn-taking) adalah waktu dimana penutur kedua mengambil alih giliran berbicara dari penutur sebelumnya, dan juga sebaliknya. Pengambilan giliran ini merupakan suatu bentuk aksi sosial yang berjalan menurut sistem pengaturan setempat secara konvensional. Pergantian dari setiap penutur berikutnya sangat dihargai. Pertukaran disertai dengan kesenyapan yang lama atau adanya overlaps. Apabila pertukaran yang disertai dengan kesenyapan yang lama diantara dua giliran, maka dirasakan percakapan yang terjadi terasa kaku. Jeda yang sangat pendek merupakan bentuk keragu-raguan, sedangkan jeda yang panjang menjadi kesenyapan
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
4. A. CERAMAH POLITIK
1. Cuplikan Ceramah
Cerita saya...saya mulai dengan pertemuan saya
dengan semua ketua umum partai politik koalisi di
cikeas. Setelah berbicara kurang dua setengah jam
diakhiri dengan konferensi pers semuanya seolah-
olah kompak, bersatu, sama posisi. Meskipun saya
sudah punya pengalaman yang panjang. Oleh karena
itu, pada saat konferensi pers saya terlalu cepat
mengatakan bahwa koalisi sudah kompak. TIDAK!!!
Karena... sekali lagi pengalaman tetapi proses
berikutnya lagi dibangunlah komunikasi secara intens.
Nah, disitu sudah mulai berubah-ubah. Saya telpon
lagi, beberapa diantaranya, ok lagi... setelah dua tiga
hari...berubah lagi...
Ada partai...yang tidak termasuk koalisi kita, mengirim
message “ sampaikan pada pak SBY”,
5. HASIL KOMENTAR
Pidato Ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono
saat memimpin rapat Partai Demokrat 1
April 2012 lalu tersebar ke media massa.
Berikut rekaman tersebut.
Dalam rekaman pidato itu Presiden SBY
menyindir mantan Presiden Megawati soal
sikapnya menolak kenaikan harga BBM.
SBY juga menyebut bupati/walikota yang
berunjuk rasa adalah pemberontak.
Nilai dari ceramah politik Oleh : Bapak
Susilo Bambang Yudoyono
6. Nilai Tentang Segi Bahasa:
1. Pelafalan:
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah
cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia.
Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang
melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan
keraguan.
Keraguan yang dimaksud ialah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam
melafalkan huruf.
Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena
lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
dengan bunyi yang melambangkan huruf
tersebut.
7. Ketentuan pelafalan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia cukup
sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam
bahasa Indonesia harus dilafalkan
sesuai dengan apa yang tertulis.
Tegasnya, lafal dalam bahasa
Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Pelafalan atau cara pengucapan
dalam ceramah yang disampaikan
oleh Pak SBY rumit dipahami oleh
orang awan karena menggunakan
8. 2. Intonasi:
lagu kalimat yang perlu juga
diperhatikan, selain itu juga dapat
dikatakan kecepatan penyajian tinggi
rendahnya nada kalimat.
Jelas, tinggi rendahnya nada sesuai
dengan isi dan penekanan kata yang
dianggap lebih penting.
9. Pada kalimat atau kata tertentu yang
memerlukan penakanan, beliau
berintonasi dengan meninggikan nada
tersebut (karena dianggap lebih
penting dari pada kata yang lain).
Sedangkan pada kata yang diangap
hanya sebuah tambahan atau
pelengkap, beliau tidak memberikan
penekanan intonasi pada kata tersebut
(datar).
10. 3. Diksi:
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata, gaya bahasa, ungkapan-
ungkapan pengarang untuk
mengungkapkan sebuah cerita.
Dalam ceramah yang disampaikan Pak
Susilo Bambang Yudhoyono
menggunakan pilihan kata yang kurang
tepat karena ada beberapa
pengucapan yang tidak menggunakan
bahasa baku.
Meskipun banyak penekanan yang
digunakan, namun jika dalam memilih
rangkaian kata kurang baku, maka
11. 4. Struktur kata:
Pilihan kata atau diksi adalah suatu
pengertian mengenai jalinan kata-kata
yang dapat dipilih untuk dipergunakan
dalam suatu kondisi tertentu.
Pilihan kata juga berbicara tentang
pengelompokan atau susunan kata-
kata, gaya bahasa, dan ungkapan.
Struktur kata merupakan bagaimana
cara seseorang dalam mengungkapkan
susunan kalimatnya, hampir sama
dengan diksi, namun cenderung padsa
fisik
kalimatnya.
12. 5. Kalimat:
Merupakan satuan bahasa berupa kata
atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang
lengkap.
Kalimat yang digunakan oleh Bapak
SBY menggunakan kalimat yang
berbelit –belit dalam
penyampaiannya, sehingga sulit untuk
dipahami.
6. Sifat komunikasinya:
Sifat komunikasi dari ceramah politik
13. Nilai Tentang Segi Isi:
1. Kejelasan:
Ceramah dengan tema politik oleh
Bapak SBY disampaikan dengan
cukup jelas.
Terbukti dari isi dan nilai yang ingin
disampaikan, dapat diterima oleh
pendengar dengan mudah.
2. Singkat:
Ceramah disampaikan dengan singkat
dan tidak berbelit –belit dalam
penyampaiannya sehingga mudah
14. 3. Sistematis:
segala usaha untuk meguraikan dan
merumuskan sesuatu dalam hubungan
yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu
, mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut obyeknya.
Isi ceramah sudah sesuai dengan tema
sehingga sudah sistematis. Adanya
keterkaitan antara tema dengan isi.
15. CERAMAH BUDAYA
Kreativitas dalam Melestarikan
Kebudayaan Indonesia
Cuplikan Ceramah :
“Menurut pendapat saya seni tari daerah
harus diperkenalkan di kalangan pelajar dan
mahasiswa sehingga menjadi ajang kontes
yang tidak kalah menarik dengan kompetisi
pemandu sorak. Padukanlah tarian daerah
dengan tarian modern, seperti salah satu
konsep tarian dalam salah satu acara
terpopuler di Indonesia. Hilangkanlah
konotasi bahwa tarian daerah tidak gaul.
Berkreasilah, jadikanlah tarian daerah asli
Indonesia sebagai salah satu subjek tarian
yang diminati.”
16. HASIL PENILAIAN
A. Dari segi bahasa
◦ Pelafalan
Pelafalan pada ceramah tersebut cukup jelas
sehingga pendengar tidak merasa
kebingungan dan tidak terjadi miskomunikasi
antara pendengar dan narasumber.
◦ Intonasi
Pada ceramah budaya tersebut terdapat
beberapa penekanan pada
intonasinya, terutama pada kalimat yang berisi
tentang ajakan. Dengan adanya penekanan
tersebut pendengar akan lebih mudah untuk
menerima sugesti dari narasumber.
17. ◦ Diksi
Diksi yang digunakan dalam ceramah
budaya tersebut menggunakan kata-
kata yang lugas, bukan kata-kata
kiasan sehingga dapat dengan mudah
dipahami oleh pendengar dari berbagai
kalangan.
◦ Struktur kata & kalimat
Ceramah budaya tersebut
menggunakan kalimat dengan bahasa
baku.
◦ Sifat komunikasi
Dilihat dari sifat
komunikasinya, ceramah tersebut
18. B. Dari segi isi
◦ Kejelasan
Isi ceramah dapat dengan jelas dipahami
oleh pendengar, terutama karena
diksiyang digunakan dan pelafalannya.
◦ Singkat
Isi ceramah cukup singkat dan
bahasanya tidak berbelit-belit sehingga
pendengar tidak mudah merasa bosan
saat mendengarkan ceramah. Bahasa
yang singkat dalam isi ceramah tentunya
juga tidak membuang waktu sehingga
lebih efisien.
◦ Sistematis
Isi ceramah sesuai dengan sistematika
karena terdapat salam
pembuka, pembukaan, isi, penutup, dan
19. C. CERAMAH KEAGAMAAN
Isi Ceramah :
KH. Anwar Zahid Mauidhoh hasanah
berdialog bahasa jawa
logat Bojonegoroan, Suroboyoan dan
kadang berbahasa Indonesia ini membuat
masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya
sangat terhibur manakala ada resepsi
nikah, khitanan
atau Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI). Karena banyolannya ini bayak
orang yang terpingkal-pingkal ada yang
cuma tersenyum simpul karena merasa
tersindir atas sentilan-sentilannya. Tidak
sekedar pengetahuan agama yang kita
20. K.H.Anwar Zahid yang terlahir di
dukuh Patoman desa Simorejo
kec. Kanor kab.Bojonegoro, walau
hanya populer
meliputi Tuban, Bojonegoro, Lamonga
n dan kadang ke daerah Blora
ini, tetapi bila musimnya orang
berhajat pernikahan, khitanan atau
hari-hari besar Islam, ramai sekali job
manggung sebagai penasihat rohani
atau sebagai pelawak. sehingga
terakumulasi antara "Tukul
21. Nilai dari ceramah keagamaan oleh : K.H
Anwar Zahid dengan tema: Bulan Syawal
Nilai Tentang Segi Bahasa
1. Pelafalan:
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah
cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia.
Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang
melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan
keraguan.
Keraguan yang dimaksud ialah
ketidakteraturan pengguna bahasa dalam
melafalkan huruf.
Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena
lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai
22. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu
bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
harus dilafalkan sesuai dengan apa yang
tertulis.
Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia
disesuaikan dengan tulisan.
Pelafalan atau cara pengucapan dalam
ceramah yang disampaikan oleh K.H
Anwar Zahid cukup jelas.
Dalam ceramah tersebut beliau
menggunakan tambahan bahasa yaitu
bahasa daerah sehingga ada beberapa
kata yang jika diucapkan dalam bahasa
indonesia kurang tepat pelafalannya.
Contohnya : Ramadhan dibaca
Romadhon (Bahasa Jawa), Ramadhan (
23. 2. Intonasi:
yaitu lagu kalimat perlu juga di perhatikan
dan dapat juga berupa lagu kalimat atau
kecepatan penyajian tinggi rendahnya
nada kalimat.
Jelas, tinggi rendahnya nada sesuai
dengan isi dan penekanan kata yang
dianggap lebih penting.
Pada kalimat atau kata tertentu yang
memerlukan penakanan, beliau
berintonasi dengan meninggikan nada
tersebut(karena dianggap lebih penting
dari pada kata yang lain).
Dan pada kata yang diangap hanya
sebuah tambahan atau pelengkap, beliau
tidak memberikan penekanan intonasi
pada kata tersebut (datar).
24. 3. Diksi
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata, gaya bahasa, ungkapan-
ungkapan pengarang untuk
mengungkapkan sebuah cerita.
Dalam ceramah yang dibawakan K.H
Anwar Zahid menggunakan diksi yang
tepat.
Didalam penggunaan bahasa, tidak
hanya menggunakan satu
bahasa, melainkan menggunakan
Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah
25. 4. Struktur kata
Pilihan kata atau diksi adalah suatu
pengertian mengenai jalinan kata-kata
yang dapat dipilih untuk dipergunakan
dalam suatu kondisi tertentu.
Pilihan kata juga berbicara tentang
pengelompokan atau susunan kata-
kata, gaya bahasa, dan ungkapan.
Orang-orang yang hidup di daerah
pegunungan akan banyak menggunakan
kata-kata, seperti gunung, bukit, dan
lembah. Sedangkan orang-orang yang
hidup di daerah persawahan akan
menggunakan kata
padi, menabur, menuai, dan lain-lain.
26. 5. Kalimat
Kalimat merupakan satuan bahasa
berupa kata atau rangkaian katayang
dapat berdiri sendiri dan menyatakan
makna yang lengkap.
Kalimat yang digunakan cukup jelas
dan singkat sehingga mudah untuk
dipahami. Tidak menggunakan kalimat
yang berbelit – belit dalam
penyampaiannya.
6. Sifat komunikasinya
Komunikatif, mudah diterima dan
27. Nilai Tentang Segi Isi
1. Kejelasan
Ceramah dengan tema Bulan Syawal
oleh K.H Anwar Zahid disampaikan
dengan cukup jelas. Terbukti dari isi
dan nilai yang ingin
disampaikan, dapat diterima oleh
pendengar dengan mudah.
2. Singkat
Ceramah disampaikan dengan singkat
dan tidak berbelit –belitdalam
penyampaiannya sehingga mudah
28. 3. Sistematis
Sistematis adalah segala usaha untuk
meguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu , mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
Isi ceramah sudah sesuai dengan tema
sehingga sudah sistematis. Adanya
keterkaitan antara tema dengan isi.
29. D. CERAMAH PENDIDIKAN
sumber: Seminar “Pendidikan Karakter dan Pembelajaran
Inovatif Berbasisi Kearifan Lokal” oleh Budi Setiyono
Hasil Penilaian:
1. Segi Bahasa
a. Pelafalan :
Pembicara telah menggunakan pelafalan dengan
baik. Semua kata yang dipakai dapat diucapkan
dengan tepat.
b. Intonasi :
Pembicara kurang memberikan intonasi yang tepat
ketika menyampaikan materi. Hal ini karena nada
pembicara saat menyampaikan materi dari awal
hingga akhir terdengar datar, kurang ada
perbedaan intonasi.
Padahal terdapat pula kalimat yang harusnya
dipertegas, misalnya pada kalimat “Kita
terperangkap dalam narasi itu, dan menganggap
keadaan modern (science)=
30. c. Diksi :
Pemilihan kata sudah baik. Pembicara
mampu memilih kata yang disesuaikan
dengan taraf pendidikan penyimak.
Pembicara tidak menggunakan banyak
kata-kata sulit, tetapi menggunakan kata
ya
d. Struktur Kata:
Kata-kata yang dipakai sudah banyak
yang sesuai ejaan. Penyusunan katapun
sudah baik, sehingga mudah dipahami.
e. Kalimat :
Kalimat yang dipakai mudah dipahami.
Namun, Penyusunan dan penggabungan
antarkalimat masih ada yang agak rancu.
Terkadang kalimat satu dengan kalimat
31. f. Sifat Komunikasinya :
Pada awal seminar, pembicara mampu
berinteraksi dengan penyimak melalui
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, missal “Apa dan untuk apa?”
Melalui pertanyaan tersebut, penyimak
akan merespon.
Namun, selama proses
penyampaian, pembicara kurang
komunikasi. Hal ini karena pembicara
lebih banyak ceramah dan kurang
memperhatikan kondisi penyimak.
Selain itu, pembicara juga selalu
menghadap penyimak di sisi kanan dan
membelakangi penyimak di sisi kiri. Akan
32. 2. Dari Segi Isi
a. Kejelasan :
Ceramah yang disampaikan pembicara
cukup jelas. Pembicara menyampaikan
materi disertai contoh-contoh yang tidak
asing bagi penyimak, sehingga penyimak
lebih mudah memahami.
Selain memberi contoh, pembicara juga
banyak memakai analogi. Seperti
menganalogikan daun pepaya dengan
kearifan lokal. Namun, terkadang analogi
yang dipakai pembicara kurang bisa
diterima dan terkadang belum ada
penjelasannya.
Pembicara juga tidak memihak salah satu
sisi, tetapi memaparkan kelebihan dan
33. b. Singkat :
Pembicara menyampaikan materi
dengan menggunakan contoh dan
analogi, sehingga materi pun terkesan
sangat banyak.
c. Sistematis :
Materi yang disampaikan sudah
sistematis, yaitu diawali dari menarik
motivasi penyimak, kemudian
pengertian-pengertian, hubungan
kearifan lokal dengan budaya
modern, dan diakhiri dengan simpulan.
34.
35. Pertanyaan
1. Imada; Apakah dalam ceramah
formal dan non formal menggunakan
aspek bahasa yang sama, jika
berbeda, perbedaannya bagian
man?
2. Muhammad Faisal:
Ceramah, pidato, dan khotbah sama
atau berbeda?
3. Mira: Ceramah, seminar, workshop
sama ataukah berbeda?