Berdasarkan dokumen tersebut, ada 3 poin utama:
1. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan pola hidup masyarakat dan meningkatnya emosi seperti kecemasan dan stres.
2. Diperlukan pendampingan psikologis untuk membantu masyarakat mengatasi masalah sosial dan emosional selama pandemi.
3. Peneliti mengusulkan sistem konseling daring untuk memberikan dukungan psikologis kepada m
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...Bondan Palestin
Komunitas yang resilien adalah komunitas yang memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan kondisi setelah goncangan terjadi. Ketahanan komunitas untuk mengelola Pandemi Covid-19 baik melalui proses adaptasi, mempertahankan fungsi-fungsi dasar di dalam masyarakat yang menentukan keberlanjutan kehidupan, serta kemampaun untuk memulihkan diri kepada keadaan semula. Kapasitas adaptasi komunitas adalah fungsi dari kemampuan individu dan kelompok untuk:
(1) menyimpan dan mengingat pengalaman;
(2) menggunakan memori dan pengalaman untuk belajar, berinovasi, dan mereorganisasi sumber daya untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan;
(3) terhubung dengan orang lain di dalam dan di luar komunitas untuk berkomunikasi tentang pengalaman dan pelajaran atau untuk mendapatkan sumberdaya dari luar.
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Resiliensi masyarakat dalam pengendalian covid19 perspektif keperawatan komun...Bondan Palestin
Komunitas yang resilien adalah komunitas yang memiliki kapasitas untuk beradaptasi dengan kondisi setelah goncangan terjadi. Ketahanan komunitas untuk mengelola Pandemi Covid-19 baik melalui proses adaptasi, mempertahankan fungsi-fungsi dasar di dalam masyarakat yang menentukan keberlanjutan kehidupan, serta kemampaun untuk memulihkan diri kepada keadaan semula. Kapasitas adaptasi komunitas adalah fungsi dari kemampuan individu dan kelompok untuk:
(1) menyimpan dan mengingat pengalaman;
(2) menggunakan memori dan pengalaman untuk belajar, berinovasi, dan mereorganisasi sumber daya untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan;
(3) terhubung dengan orang lain di dalam dan di luar komunitas untuk berkomunikasi tentang pengalaman dan pelajaran atau untuk mendapatkan sumberdaya dari luar.
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Review Jurnal: Does Time Spent Using Social Media Impact Mental Health?: An E...Wajoku Digital Library
The rise of the use of social media has become part of the development of adolescent life. Many people say that the massive use of social media affects the mental health of adolescents. Even so, there is no research that conclusively states that various adolescent mental health problems are caused entirely by social media use. This is mainly because the research conducted is still cross-sectional in nature and ignores long-term changes so that many factors can influence simultaneously. This paper reviews a scientific article entitled: Does Time Spent Using Social Media Impact Mental Health?: An Eight-Year Longitudinal Study (Coyne, Rogers, Zurcher, Stockdale, & Booth, 2020). This study tries to investigate over a long period of time, whether the use of social media affects mental health in adolescents? Or is there something else that is the real cause? And how should the use of social media not harm teenagers?
SOSIAL MEDIA CAMPAIGN WUJUD KEPEDULIAN MENANGGULANGI MENTAL HEALTH PADA REMAJAERRYKAYUSNITARAHMADA
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial sangat erat hubungannya dengan remaja,
apalagi penggunaan internet merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi, penggunaan
media sosial yang tidak bijak dapat meningkatkan risiko gangguan mental terutama pada remaja.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai pentingnya kesehatan mental dan cara
penggunaan media sosial yang baik. Penyebaran informasi tersebut dilakukan adalah dengan
memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi dan edukasi, salah satu metode penyebaran
gagasan adalah kampanye. Kampanye daring dapat berupa foto atau video penjelasan pada media
sosial yang menyajikan informasi visual maupun audio yang mudah diakses dan dipahami. Tujuan
dari penyebaran foto atau video tersebut agar para remaja membaca dan memahami pesan yang
terkandung sehingga mereka bisa menjadikan informasi tersebut sebagai motivasi dan semangat
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.
Review Jurnal: Does Time Spent Using Social Media Impact Mental Health?: An E...Wajoku Digital Library
The rise of the use of social media has become part of the development of adolescent life. Many people say that the massive use of social media affects the mental health of adolescents. Even so, there is no research that conclusively states that various adolescent mental health problems are caused entirely by social media use. This is mainly because the research conducted is still cross-sectional in nature and ignores long-term changes so that many factors can influence simultaneously. This paper reviews a scientific article entitled: Does Time Spent Using Social Media Impact Mental Health?: An Eight-Year Longitudinal Study (Coyne, Rogers, Zurcher, Stockdale, & Booth, 2020). This study tries to investigate over a long period of time, whether the use of social media affects mental health in adolescents? Or is there something else that is the real cause? And how should the use of social media not harm teenagers?
SOSIAL MEDIA CAMPAIGN WUJUD KEPEDULIAN MENANGGULANGI MENTAL HEALTH PADA REMAJAERRYKAYUSNITARAHMADA
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial sangat erat hubungannya dengan remaja,
apalagi penggunaan internet merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Tetapi, penggunaan
media sosial yang tidak bijak dapat meningkatkan risiko gangguan mental terutama pada remaja.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pemahaman mengenai pentingnya kesehatan mental dan cara
penggunaan media sosial yang baik. Penyebaran informasi tersebut dilakukan adalah dengan
memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi dan edukasi, salah satu metode penyebaran
gagasan adalah kampanye. Kampanye daring dapat berupa foto atau video penjelasan pada media
sosial yang menyajikan informasi visual maupun audio yang mudah diakses dan dipahami. Tujuan
dari penyebaran foto atau video tersebut agar para remaja membaca dan memahami pesan yang
terkandung sehingga mereka bisa menjadikan informasi tersebut sebagai motivasi dan semangat
untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental.
Global health atau kesehatan global adalah kesehatan penduduk dalam lingkup global. Kesehatan global didefinisikan sebagai bidang studi, penelitian, dan praktik yang mengutamakan perbaikan kesehatan dan pemerataan kesehatan untuk semua orang di dunia
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
Mengatasi social emotional control selama masa pandemi covid 19 dengan aplikasi daring
1. MENGATASI MASALAH SOCIAL-EMOTIONAL CONTROL SELAMA MASA
PANDEMI COVID-19 DENGAN APLIKASI DARING
1
Muhammad Sholeh, 2
Lisda Damayanti Tubere, dan 3
Ririn Azmilia
1
Teknik Informatika– Universitas Sriwijaya
2
Analisis Kimia- Politeknik AKA Bogor
3
Teknik Kimia- Politeknik Negeri Ujung Pandang
email: 1
09021281823172@student.unsri.ac.id, 2
lisdadamayanti05@gmail.com, 3
Ririnazmiliaa@gmail.com
Abstract
Pandemi COVID-19 merupakan pusat perhatian dunia saat ini, adanya COVID-19 membuat
pola hidup masyarakat juga berubah tidak seperti biasanya. Adapun aturan- aturan yang dibuat
oleh pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19 salah satunya aturan stay at
home aturan tersebut tentu mewajibkan masyarakat untuk melakukan aktivitas keseharian di
rumah. Semakin lama menghilangnya virus COVID-19 ini akan semakin membuat masyarakat
cemas, stress, dan takut akan tertularnya virus ini. Dari segi ekonomi juga menurun hal
tersebut membuat masyarakat menjadi stres dalam menghadapi situasi seperti ini.
Meningkatnya emosional dan sensitivitas dapat membuat masyarakat melakukan hal yang tidak
diinginkan dan bertindak diluar kendali. Hal tersebut membuat peneliti ingin mencoba untuk
membantu masyarakat dengan mengadakan kegiatan konseling melalui aplikasi daring.
Konseling ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan
tempat bercerita, meminta solusi, dalam keadaan darurat, dan sebagainya.
Keywords : COVID-19, daring, emosional.
1. PENDAHULUAN
Pandemi Corona Virus Disease
telah masuk ke negara Indonesia sejak
2 Maret 2020 yaitu ketika pemerintah
secara resmi memberikan pernyataan
kasus positif pertama di Indonesia. Jauh
sebelumnya, virus Corona pertama kali
dilaporkan di China pada 31 Desember
2019. Pada pengujung tahun 2019,
kantor Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) di China mendapatkan
pemberitahuan Tentang adanya
sejenis pneumonia yang penyebabnya
tidak diketahui. Infeksi pernapasan akut
yang menyerang paru-paru itu
terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi
Hubei, China (Baskara,2020).
Kemudian hingga tanggal 21 Juni 2020,
negara yang terinfeksi positif COVID-
19 mencapai 216 negara. Jumlah
korban yang terjangkit COVID-19
mencapai 8.938.554 orang dan korban
meninggal mencapai 467.114orang
(Anonim, 2020).
Sejak pandemi COVID-19 Masuk
ke Indonesia, masyarakat mulai
mengalami perubahan yang Cukup
besar. Penularan COVID-19 yang
sangat cepat menyebabkan pemerintah
menerapkan aturan karantina di rumah
dan physical distancing guna menekan
2. laju pertambahan kasus. Meski manusia
memiliki kemampuan adaptasi yang
cepat, hal ini memerlukan proses.
Perubahan-perubahan yang ditimbulkan
akibat pandemi seperti penerapan
segala protokol kesehatan yang
membatasi ruang gerak manusia telah
menguji secara mental, emosional,
bahkan fisik. Orang-orang mulai
merasa terjebak dan terisolasi, cemas
dan tidak yakin tentang masa depan.
Hari-hari tampak sama saja, dan waktu
terasa tak bermakna. Lama-kelamaan,
kamu bisa mengalami kelelahan otak
atau brain fog, sehingga tidak lagi bisa
berpikir dengan jernih (Makarim, 2020,
https://www.halodoc.com/kelelahan-
otak-bisa-terjadi-akibat-pandemi-
corona, 21 Juni 2020).
Studi menunjukkan bahwa ketika
pandemi terjadi, respon psikologis yang
beragam (salah satunya respon emosi),
tergantung kesiapan dan pengalaman
individu. (Wheaton, dkk 2012)
melakukan penelitian tentang
kecemasan menghadapi flu babi (H1NI)
pada tahun 2009. Hasilnya
menunjukkan kecemasan flu babi
dipengaruhi oleh kecemasan kesehatan,
ketakutan terkontaminasi dan
sensitivitas. Sementara di Indonesia,
hasil survei Iskandarsyah dan Yudiana
(2020) menunjukkan 78% partisipan
cemas dengan penyebaran COVID-19
dan 23% merasa tidak bahagia atau
dalam kondisi tertekan.
Permasalahan psikologis yang
dihadapi oleh masyarakat terkait
pandemi COVID-19 ini berdampak
pada perlunya pendampingan
psikologis. Hal in terutama sangat
dibutuhkan untuk membantu
masyarakat yang tidak bisa mengatasi
kecemasannya sendiri. Dengan adanya
pandemi COVID-19 ini konseling
psikologi secara daring menjadi hal
yang dibutuhkan karena keterbatasan
untuk melakukan konseling secara tatap
muka. Namun demikian, panduan kode
etik yang masih terbatas pada konseling
psikologi yang dilakukan secara tatap
muka, maka perlu dilakukan analisis
lebih lanjut mengenai kode etik
pelaksanaan konseling psikologi secara
daring. (Fahmi dkk, 2020).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara
pengumpulan data. Metode pengumpulan
data adalah teknik atau cara yang
digunakan oleh peneliti untuk
melancarkan penelitiannya dengan cara
mengumpulkan data. Pengumpulan
data penelitian tidak dapat dilakukan
secara sembarangan. Tujuan dari
pengumpulan data ini untuk
mendapatkan data-data yang valid,
sehingga hasil dan kesimpulan
3. penelitian tidak diragukan lagi
kebenarannya. Proses pengumpulan
data ditentukan oleh variabel-variabel
yang ada dalam hipotesis. Pengumpulan
data yang digunakan oleh peneliti dengan
cara menyebarluaskan
kuisioner melalui sosial media
WhatsApp, Instagram, Twitter dan Line
sehingga dapat diisi oleh semua
kalangan masyarakat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapahimbauanyang
digunakan pemerintah untuk
mengurangi penyebaran COVID-19
secara langsung dapat mengubah
perilaku sosial, seperti stay at home,
social distancing, physical distancing,
mencuci tangan, menjaga kebersihan
rumah dan sebagainya. Perubahan
perilaku tentunya akan membuat
masyarakat harus beradaptasi dengan
situasi seperti ini. Tetapi dalam kurun
waktu yang tidak ditentukan, sebagian
masyarakat merasa tertekan dan dapat
melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan. Kondisi seperti ini juga
rentan dengan kesehatan mental.
Kesehatan mental ini merupakan hal
yang sangat penting bagi manusia sama
halnya seperti kesehatan fisik pada
umumnya. Dengan sehatnya mental
seseorang maka aspek kehidupan yang
lain dalam dirinya akan bekerja secara
lebih maksimal. Kondisi mental yang
sehat tidak dapat terlepas dari kondisi
kesehatan fisik yang baik. Kesehatan
yang baik tentunya akan membuat
keadaan akan terasa lebih aman.
Menurut WHO, kesehatan mental
merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di
dalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja
secara produktif dan menghasilkan,
serta berperan serta di komunitasnya.
Taylor (2019) dalam buku “The
Pandemic of Psychology” menjelaskan
bagaimana Pandemi mempengaruhi
psikologis orang secara luas dan masif,
dari cara berpikir dalam
memahamiinformasi tentang sehat dan
sakit, periubahan emosi (takut,
khawatir, cemas) dan perilaku sosial
(menghindar, stigmasisasi, perilaku
sehat). Selain itu, Pandemi psikologi
menimbulkan rasa prasangka terhadap
orang lain dan diskriminasi outgroup
yang dapat menimbulkan kebencian
dan tidak bertoleransi.
Respon psikologi yang beragam
salah satunya cemas. Kecemasan adalah
suatu keadaan tertentu (State anxiety),
yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti
dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi suatu
situasi, berupa emosi yang kurang
4. menyenangkan yang dialami oleh
individu dan buka kecemasan sebagai
sifat yang melekat pada kepribadiannya
(M. Nur Ghufran dan Rini Risnawita
S., 2012).
Hal lain yang dapat mengganggu
psikologi manusia yaitu stress. Stimulus
lingkungan, baik fisik,
psikologis atau sosial yang
menyebabkan stres atau ketegangan
disebut sebagai stresor, sedangkan
mengatasi stres disebut dengan coping.
Regulasi emosi dianggap sebagai
faktor penting dalam kesejahteraan,
dalam literatur popular, praktik
psikologis klinis, dan penelitian ilmiah
yang sama. Regulasi emosi sangat
penting untuk fungsi adaptif. Regulasi
emosi yang bersifat suboptimalatau
disfungsional dianggap kontraproduktif
dan menghasilkan menghasilkan
konsekuensi yang merugikan termasuk
kesejahteraan yang buruk
(Vingerhoetset dkk, 2007). Regulasi
emosi dan kesejahteraan keduanya
adalah konsep luas yang dapat dilihat
dari sudut yang berbeda dan pada
tingkat analisis yang berbeda, dari
tingkat mikro neuron penembakan di
area otak tertentu ke tingkat makro
yang melibatkan perilaku nyata orang
dalam interaksi sosial dengan orang
lain.
Salah satu bentuk pengabdian
kepada masyarakat yaitu melakukan
sistem konseling secara daring.
Aplikasi ini tentu akan lebih
memudahkan masyarakat untuk
mengaksesnya dan terbuka untuk
semua kalangan masyarakat. Tetapi
dalam sistem konseling secara daring
memiliki keunggulan dan kekurangan
yaitu :
Keunggulan Kekurangan
Kegiatan
Lebih mudah konseling
diakses dari rumah dilakukan dalam
karena sesuai setting dunia
anjuran pemerintah maya yang
untuk tetap di mungkin saja bisa
rumah dimasuki pihak
ketiga
Gratis, hanya Menuangkan
dibutuhkan kouta pikiran melalui
yang memandai teks
Dapat diakses Pemahaman nada
kapanpun jika ucapan seringkali
dalam keadaan membuat
darurat kesalahpahaman
Sumber : Nabilah (2010)
Untuk mendukung berbagai tujuan
yang ingin dicapai, peneliti melakukan
beberapa survey dengan menyebar
berbagai kuesioner, sehingga
didapatlah data data berikut untuk
menunjang hasil penelitian.
5. Berdasarkan dari data di atas
masyarakat yang mengisi kuisioner dari
berbagai kalangan berkisar pada umur
14 hingga 50 tahun. Dengan data yang
memiliki jangkauan yang cukup tinggi
ini dapat membantu peneliti untuk
mengetahui target aktivitas didalam
seluruh lapisan masyarakat sehingga
untuk mencapai tujuan peneliti akan
semakin terbuka.
Selanjutnya, peneliti akan
membahas seluruh pertanyaan yang
diajukan kepada responden.
Dari grafik responden yang
menjawab pertanyaan di atas dapat
disimpulkan bahwa sekitar 55,9% dari
mereka merasakan emosi yang
meningkat selama masa pandemi
COVID-19. Sedangkan 68,5% dari
responden merasakan bahwa tingkat
sensitivitas mereka meningkat tajam.
Ini senada dengan penelitian
Wheaton, dkk (2012) tentang kecemasan
menghadapi flu babi (H1NI)
pada tahun 2009. Hasilnya
menunjukkan kecemasan flu babi
dipengaruhi oleh kecemasan kesehatan,
ketakutan terkontaminasi dan
sensitivitas. Sementara di indonesia,
hasil survei Iskandarsyah dan Yudiana
(2020) menunjukkan 78 % partisipan
cemas dengan penyebaran COVID-19
dan 23% merasa tidak bahagia atau
dalam kondisi tertekan.
Selanjutnya, pertanyaan di atas
menunjukkan bahwa mereka setuju
dengan bercerita kepada orang lain
akan membuat keadaan lebih baik,
dengan presentase 82,2% ini
menunjukkan bahwa ada suatu jalan
untuk memahami serta mengkondisikan
kembali emosi dan sensitive yang
meningkat sesuai dengan pertanyaan
sebelumnya. Karena dengan bercerita
mereka akan merasa dipedulikan oleh
orang lain dan tidak merasa sendirian.
6. 93.6% responden menyatakan
bahwa ketika mereka bercerita
kemudian mendapatkan solusi akan
membuat mereka terbantu. Karena
ketika seseorang merasakan suatu
permasalahan kesehatan mental, atau
anggap seseorang dalam keadaan yang
sedang tidak baik-baik saja mentalnya
akan lebih rentan untuk melakukan
tindakan yang tidak sesuai keinginan,
dibutuhkan solusi yang membantu.
Di Indonesia, berdasarkan Data
Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa
prevalensi gangguan mental emosional
seperti gangguan kecemasan dan
depresi sebesar 11,6% dari populasi
orang dewasa. Berarti dengan jumlah
populasi orang dewasa Indonesia lebih
kurang 150.000.000 ada 1.740.000
orang saat ini mengalami gangguan
mental emosional (Depkes, 2007). Oleh
karenanya, 93.6% responden tadi
merasa bahwa salah satu cara untuk
mengurangi rasa emosi ataupun depresi
adalah dengan bercerita serta mendapat
solusi.
Kemudian untuk mendukung
masalah diatas, dapat dilihat bahwa
pokok masalahnya adalah ketika
mereka ingin bercerita namun memiliki
kesulitan. Dengan persentase 57,9%,
menunjukkan bahwa salah satu faktor
yang dapat membuat masyarakat lebih
sensitif dan emosi saat situasi pandemi
COVID-19 ialah sifat mereka yang
tertutup karena merasa sulit ketika
bercerita kepada yang lain.
Adapun 76,2% responden memilih
bahwa mereka membutuhkan orang
yang dapat mendengarkan masalah dan
memberi solusi supaya keadaannya
lebih membaik. Artinya, Sebagian
besar dari mereka setuju bahwa ketika
mereka memiliki permasalahan,
khususnya permasalahan emosi dan
sensitivitas dapat diatasi dengan
bercerita kepada orang yang dapat
menjaga keamanan privasi mereka.
7. Selain memberikan pertanyaan-
pertanyaan, peneliti juga meminta
beberapa saran terkait pembentukan
komunitas untuk mendengarkan
keluhan masyarakat secara daring.
Berdasarkan saran-saran tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa responden
menyambut dengan antusias
diadakannya komunitas tersebut yang
dapat direalisasikan dalam bentuk
aplikasi daring.
Dari kuisioner yang telah diisi oleh
202 responden, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa terjadi peningkatan
emosi dan sensitivitas yang cukup
signifikan di masyarakat selama
pandemi COVID-19. Solusi yang dapat
direalisasikan ialah adanya peran
pemuda bangsa Indonesia yang
membuat komunitas untuk pembuatan
aplikasi konseling secara daring yang
dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat yang sedang membutuhkan
bantuan.
Aplikasi ini akan dibuat secara
daring dengan konsep dua fokus,
dimana fokus pertama akan ada sebuah
wadah untuk tiap - tiap orang bercerita
dan menjawab secara anonim.
Diambilnya mode anonim ini
dimaksudkan menjaga privasi serta
keleluasan mereka untuk berbagi cerita
atau sekadar mengeluh untuk
melepaskan rasa emosinya. Kemudian,
fokus kedua akan bergerak dengan
bantuan orang yang berkompeten di
bidang psikologis dan mental dimana
mereka akan mendapatkan bimbingan
konseling secara daring dengan para
professional sehingga tidak ada lagi
kasus kesehatan mental berujung
kematian.
Dipilihnya aplikasi ini secara
daring dikarenakan kondisi saat ini,
kemungkinan besar kedepannya dunia
akan mengalami perubahan signifikan
dalam menghadapi era new normal
sehingga metode daring dianggap tetap
dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat serta memudahkan mereka
bercerita dan mendapat solusi tanpa
harus memikirkan bagaimana cara
untuk berinteraksi secara langsung di
masa pandemi ini.
Diharapkan dengan adanya
komunitas ini, kondisi psikologis
masyarakat Indonesia dapat membaik
sehingga meminimalisir peningkatan
emosi dan sensitivitas selama masa
Pandemi ini, dan mungkin saja akan
diteruskan setelahnya untuk membantu
masyarakat yang mengalami masalah
mengendalikan emosi dan sensitivitas
setelah pandemi ini berakhir. Peran ini
juga membutuhkan ikut serta pemuda
bangsa Indonesia dalam bersinergi
menjalankan pengabdian ini. Semakin
banyak yang ikut berkolaborasi akan
8. semakin baik komunitas ini dijalankan.
Tentunya dalam pemilihan komunitas
akan di jaga kualitas tiap individu
supaya bisa bekerjasama dalam
membangun tim dan tidak
menyebabkan kerugian untuk
masyarakat.
4. REFERENSI
Anonim. 2020. Covid-19 Coronavirus
Pandemic.https://www.worldometers.in
fo/coronavirus. Diakses tanggal 21 Juni
2020.
Agung, Ivan. 2020. Memahami
Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif
Psikologi Sosial. Psikobuletin. Vo.1.
No.2. Hal. 73-74.
Baskara, Bima. 2020. Rangkaian
Peristiwa Pertama Covid-19.
https://kompas.id/baca/riset/2020/04/18
/rangkaian-peristiwa-pertama-covid-
19/. Diakses tanggal 21 Juni 2020.
Fahmi, Irfan. dkk. 2020. Etika
Konseling Daring Dalam Penanganan
Kasus Terkait Pandemi COVID-19.
Perspektif Kode Etik Psikologi. Hal.2-3.
Iskandarsyah, A & Yudiana, W (2020).
Informasi COVID-19, Perilaku Sehat
Dan Kondisi Psikologis Di Indonesia.
Laporan Survei. Fakultas Psikologi
Universitas Padjajaran.
Nabilah. (2010). Artikel:
Pengembangan Media Layanan
Konseling Internet di Perguruan Tinggi
(Studi Keterbacaan Media Layanan
Konseling Internet di Universitas
Negeri Jakarta). Tidak diterbitkan.
Tersedia di http://www.academia.edu/.
Diakses pada tanggal 21 April 2020
Putri, dkk. Kesehatan Mental
Masyarakat Indonesia (Pengetahuan,
dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap
Gangguan Kesehatan Mental).
Prosiding Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat. Vol.2. No.2. Hal.
147-300.
Wheaton, M. G., Abramowitz, J. S.,
Berman, N. C., Fabricant, L. E.,
Olatunji, B. O. 2012. Psychological
predictors of anxiety in response to the
H1N1 (swine flu) pandemic. Cognitive
Therapy and Research. Hal. 210-218.