SlideShare a Scribd company logo
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Post Operasi Katarak.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik
ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan
pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ,
tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus
sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan
yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994)
menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:
1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada
orang lain,
2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam
pola hidupnya,
3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah
meninggal atau pindah,
4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang
bertambah banyak dan
5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa
perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.
Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri
makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga
minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan –
kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan
motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran
fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk
melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran
fisiknya.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa
perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap
perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap
yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992)
Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri
– ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar,
1994) adalah:
1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.
2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3) Selalu mengingat kembali masa lalu
4) Selalu khawatir karena pengangguran,
5) Kurang ada motivasi,
6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan
7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja
dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki
kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
2.1.3 Teori Proses Menua
1) Teori – teori biologi
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul
/ DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
b) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak)
c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah dan sakit.
d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab
kerusakan organ tubuh.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
f) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan
protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak
dapat regenerasi.
g) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
h) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2) Teori kejiwaan sosial
a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
- Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
- Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari
lanjut usia.
- Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada
lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
loss), yakni :
1. kehilangan peran
2. hambatan kontak sosial
3. berkurangnya kontak komitmen
2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian
kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42)
1) Permasalahan umum
a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional
pelayanan lanjut usia.
e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2) Permasalahan khusus :
a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik, mental maupun sosial.
b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
c) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia
2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
1) Hereditas atau ketuaan genetik
2) Nutrisi atau makanan
3) Status kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim
organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
2) Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan
ketulian.
g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan famili.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.
3) Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970)
Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal
ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari
(Murray dan Zentner, 1970)
2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia
Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan
12 macam penyakit lansia, yaitu :
1) Depresi mental
2) Gangguan pendengaran
3) Bronkhitis kronis
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa / sendi pangul
6) Anemia
7) Demensia
2.2 Konsep Penyakit Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara
C.Long, 1996)
2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar
oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena
adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat
mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan
fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens
melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam
bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal
dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan
desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya
terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.
2.2.4 Macam – macam Katarak
1) katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada
waktu lahir. Jenisnya adalah:
a) Katarak lamelar atau zonular.
b) Katarak polaris posterior.
c) Katarak polaris anterior
d) Katarak inti (katarak nuklear)
e) Katarak sutural
2) Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3) Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia.
Ada beberapa macam yaitu:
a) katarak nuklear
Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b) Katarak kortikal
Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c) Katarak kupliform
Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a) katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang
membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih
di antaranya.
b) katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian-
bagian yang jernih pada lensa.
c) katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui
kapsul.
d) katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular
atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi
Katarak
2.3.1 Pengkajian
1) Data Subyektif
a) Nyeri
b) Mual
c) Diaporesis
d) Riwayat jatuh sebelumnya
e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik
f) Sistem pendukung, lingkungan rumah.
2) Data obyektif
a) Perubahan tanda – tanda vital
b) Respon yang azim terhadap nyeri
c) Tanda – tanda infeksi:
- Kemerahan
- Edema
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva
menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Zat purulen
- Peningaktan suhu tubuh
- Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan
SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.
d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata.
e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya.
f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti;
- kaki kursi, perabot yang rendah
- Tiang infus
- Tempat sampah
- Sandal
g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap
informasi.
2.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh
2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan
sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.
3) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada
di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan
perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata.
4) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik
b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan
perawatan lanjutan.
2.3.3 Perencanaan
1) Nyeri akut
a) Tujuan: nyeri teratasi
b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif
dan penghilangan nyeri setelah intervensi.
c) Intervensi:
• Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yang efektif.
Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan
kebutuhan terapi.
• Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai
beberapa jam setelah pembedahan.
Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op.
• Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif
atau non farmakologik, seperti berikut;
- Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur,
berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan
pada sisi yang tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan relaksasi
Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif
adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat
dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
• Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri
dengan analgesik yang diresepkan.
Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon
nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
• Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam
pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda
memperhatikan drainase pada pelindung mata.
Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra
okuli (TIO) atau komplikasi lain.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi
a) Tujuan: infeksi tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi
tanpa gejala infeksi.
c) Intervensi:
• Tingkatkan penyembuhan luka:
- Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang
seimbang dan asupancairan yang adekuat.
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai
hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan
Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan
kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan
penyembuhan
• Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes
mata:
- Cuci tangan sebelum memulai
- Pegang alat penetes agak jauh dari mata
- Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata,
tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya
mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
• Kaji tanda dan gejala infeksi:
- Kemerahan, edema pada kelopak mata
- Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
- Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
- Materi purulen pada bilik anterior (antara kormnea
dan iris)
- Peningkatan suhu
- Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP,
hasil kultur dan sensitivitas positif)
Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan
yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
• Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan
pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata
protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung
mata pada malam hari).
Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan
interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
• Beritahu dokter tentang semua drainase yang
terlihat mencurigakan.
Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis
dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.
3) Resiko tinggi terhadap cidera
a) Tujuan: Cidera tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma
jaringan selama dirawat.
c) Intervesi:
• Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.
Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu
mengurangi kecelakaan.
• Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan
kemungkinan bahaya.
- Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
- Singkrkan sedotan dari baki.
- Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka
secara sempurna.
Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau
menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi
resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan
kedalaman persepsi.
• Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda
dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien
menjangkau terlalu jauh.
Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko
terjatuh.
• Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan
rumah untuk kemungkinan bahaya.
- karpet yang tersingkap.
- Kabel listrik yang terpapar.
- Perabot yang rendah
- Binatang peliharaan
- Tangga
Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang
aman dilanjutkan setelah pulang.
4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen
terapeutik
a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi.
b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk
pada rencana pemulangan.
c) Intervensi:
• Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah
pembedahan.
- Membaca
- Menonton televisi
- Memasak
- Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan
- Mandi siram atau mandi di bak mandi.
Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas
yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan
klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek
negatifnya.
• Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan
dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
- Berbaring pada sisi yang dioperasi
- Membungkuk melewati pinggang
- Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
- Mandi
- Mengedan selama defekasi.
Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan
mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor,
termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter,
umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan.
Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini
dapat mendorong kepatuhan klien.
• Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau
menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung
protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah
operasi.
Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak
integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk
mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko
kontaminasi oleh mikroorganisme di udara.
• Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat –
obatan yang diresepkan.
- Nama, tujuan dan kerja obat.
- Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)
- Teknik pemberian
- Instruksi atau kewaspadaan khusus
Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum
pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen
pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam
pemberian obat.
• Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan
tanda dan gejala berikut:
- Kehilangan penglihatan
- Nyeri pada mata
- Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya
atau mengeras)
- Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.
Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal
memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular,
perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain.
• Instruksikan untuk menjaga hygiene mata
(membuang drainase yang mengeras dengan menyeka
kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang
dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).
Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu
mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan
dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan
sumber mikroorganisme.
• Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang
adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah.
Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian
pertamanya sebelum pulang.
Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan
penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi.
• Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.
Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga
sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan.
2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta
keadaan umum klien.
2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
menggunakan metode SOAP.
BAB 3
A S U H A N K E P E R A W A T A N
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN
TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul
11.30 WIB samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : J A I K E M
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d) Agama: Islam
e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f) TB/BB: 140 cm / 33 kg
g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian
memutih.
i) Alamat: Sepanjang, Surabaya
j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k) Hubungan dengan klien: adik kandung.
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki = klien Ibu Jaikem
= perempuan = Tinggal sendiri di
panti
= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling,
sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
--
4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu
Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata
rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau
tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an
cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy
cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang
digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain
untuk menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien
juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam
lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap
hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan
teman – temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah
mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas
pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan
teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien
sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai
har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga
dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun
dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih
kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita
penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi
klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair,
nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar
sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur.
Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala
disertai mata kiri terasa panas dan berair.
Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai
kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar
matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan
informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang
bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta
pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi
setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang
menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami
beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan
Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain
seperti debu, cuaca tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien
diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa,
klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri
pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene
tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
• Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa
wajar karena umurnya sudah tua.
• Konsep diri baik karena klien mampu memandang
dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.
• Emosi klien stabil
• Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris
eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang
lain.
• Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap
kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien
ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan
senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam
hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi.
10)Tinjauan sistem
a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c) Skala koma glasgow: 15
d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80
C, RR: 18 x/mnt;
TD: 130/80 mmHg.
e) Sistem kardiovaskuler:
- Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
- Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan
pembesaran jantung.
- Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara
abnoral lain.
- Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara
lain menyertai.
f) Sistem pernafasan:
- Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan
otot dada (-)
- Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus
kordis teraba.
- Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
- Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
g) Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan
pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit
baik.
h) Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi,
frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)
i) Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,
osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot
ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
j) Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak
ada pembesaran kelenjar.
k) Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas
terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l) Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari
dapur umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum
kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien
mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari
dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi
sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak
tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah
ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan
menelan an mengunyah makanan.
m) Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya,
riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n) Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon
klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan
jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan
bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan
agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa
bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga
mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+),
hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50
mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11)Status kognitif/afektif/sosial
a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan
skor: 10, fungsi intelektual utuh.
b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek
kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan –
raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda –
tanda depresi pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial
klien dalam kedaan normal.
12)Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)
3.1.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1.
2.
DS:
- Klie
n mengeluh nyeri pada mata
kiri pot op menyebar ke
kepala saat terpapar sinar
matahari atau baru bangun
tidur.
- Klie
n mengatakan bila nyeri
kambuh, mengalami kesulitan
tidur.
- Klie
n mengatakan riwayat
operasi katarak mata kiri 16
hari yll.
DO:
- Mat
a kiri berair, hiperemis(+)
- IOL
(+)
Interupsi
pembedahan
katarak pada mata
kiri.
Peningkatan
kerentanan
skunder terhadap
interupsi
Nyeri
Resiko infeksi
3.
DS:
- Klie
n mengatakan mata kiri
terasa nyeri, panas dan nyeri
menyebar sampai ke kepala.
- Klie
n mengatakan mata kirinya
terus berair dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
- Sekr
et pada mata kiri (+).
- Mat
a kiri berair(+)
- Riw
ayat post op katarak 16 hari
yll.
DS:
- Klie
n mengatakan matanya
terasa kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
- Klie
n mengatakan usianya
sudah 85 tahun.
DO:
- Klie
n berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi
ragu – ragu.
- Klie
n mampu melihat dalam
jarak pandang 50 mtr.
pembedahan
katarak.
Keterbatasan
penglihatan.
Resiko cidera
3.1.3 Perumusan Masalah
1) Nyeri
2) Resiko infeksi
3) Resiko cidera
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke
kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami
kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16
hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)
2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap
interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri
menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.
3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi
ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.
3.2.2 Proritas Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai
dengan:
DS:
- Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke
kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
- Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami
kesulitan tidur.
- Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16
hari yll.
DO:
- Mata kiri berair, hiperemis(+)
- IOL (+)
2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap
interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri
menyebar sampai ke kepala.
- Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
- Sekret pada mata kiri (+).
- Mata kiri berair(+)
- Riwayat post op katarak 16 hari yll.
3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:
DS:
- Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
- Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
- Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi
ragu – ragu.
- Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.
3.3 Perencanaan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI
1. Nyeri b/d interupsi
pembedahan katarak
pada mata kiri.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
selama 3 hari, nyeri
berkurang ditandai
dengan:
-
Nyeri berkurang.
-
Istirahat tidur
tercukupi 8 jam.
-
Mata tidak berair
dan tidak merah.
• Bantu klien
dalam mengidentifikasi tindakan
penghilangan nyeri yang efektif
dengan tidur dalam posisi ½
duduk.
• Lakukan
tindakan penghilanagn nyeri non
invasif atau non farmakologik,
seperti berikut;
- Posisi:
tinggikan bagian kepala
tempat tidur, berubah – ubah
antara berbaring pada
punggung dan pada sisi yang
tidak dioperasi.
- Distraksi
- Latihan
relaksasi
• M
embantu memberikan
kenyamanan dan
mengurangi tekanan
pada bola mata.
• B
eberapa tindakan
penghilang nyeri non
invasif adalah tindakan
mandiri yang dapat
dilaksanakan perawat
dalam usaha
meningkatkan
kenyamanan pada klien.
Klien melaporan
adanya
pengurangan nyeri
yang progresif
ditandai dengan:
-
Nyeri berkurang.
-
Istirahat tidur
tercukupi 8 jam.
- Mata tidak berair
dan tidak merah.
• Berikan
dukungan tindakan penghilangan
nyeri dengan aalgesik yang
diresepkan.
• Observasi
nyeri terutama bila disertai mual.
• Pertegas
pembatasan aktifitas yang
disebutkan dokter yang mungkin
termasuk menghindari aktifitas
berikut:
- Berbaring
pada sisi yang dioperasi
- Membungk
uk melewati pinggang
- Mengangka
t benda yang beratnya
melebihi 10 kg.
• A
nalgesik mambantu
dalam menekan respon
nyeri dan menimbulkan
kenyamanan pada
klien.
• T
anda ini menunjukkan
peningaktan tekanan
intra okuli (TIO) atau
komplikasi lain.
• P
embatasan diperlukan
utnuk menguangi gerakan
mata dan mencegah
peningkatan tekanan
okuler. Pembatasan yang
spesifik tergantung pada
beberapa faktor, termasuk
2.
Resiko infeksi b/d
peningkatan
kerentanan skunder
terhadap interupsi
pembedahan katarak.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3 hari,
infeksi tidak terjadi
ditandai dengan:
-
Penyembuhan luka
insisi tanpa infeksi.
-
Kemerahan (-)
-
Edema kelopak
mata (-)
-
Drainase pada
kelopak mata (-)
-
- Mandi
- Mengedan
selama defekasi.
• Tingkatkan
penyembuhan luka:
- Berikan
dorongan untuk mengikuti diet
yang seimbang dan
asupancairan yang adekuat.
• Gunakan
teknik aseptik untuk meneteskan
tetes mata:
- Cuci tangan
sebelum memulai
- Pegang alat
penetes agak jauh dari mata
- Ketika
sifat dan luasnya
pembedahan, preferensi
dokter, umur serta status
kesehatan klien secara
keseluruhan. Pemahaman
klein tentang alasan
untuk pembatasan ini
dapat mendorong
kepatuhan klien.
• N
utrisi dan hidrasi yang
optimal meningkatkan
kesehatan secara
keseluruhan, yang
meningkatkan
penyembuhan
• T
eknik aseptik
meminimialkan
Infeksi tidak terjadi
ditandai dengan:
-
Kemerahan (-)
-
Edema kelopak
mata (-)
-
Drainase pada
kelopak mata (-)
-
Materi purulen (-)
-
Peningkatan suhu
tubuh (-)
Resiko cidera b/d
Materi purulen (-)
-
Peningkatan suhu
tubuh (-)
meneteskan, hindari kontak
antara ata, tetesan dan alat
penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien
dan anggota keluarganya.
• Kaji tanda
dan gejala infeksi:
- Kemerahan,
edema pada kelopak mata
- Infeksi
konjungtiva (pembuluh darah
menonjol)
- Drainase
pada kelopak mata dan bulu
mata
- Materi
purulen pada bilik anterior
(antara kormnea dan iris)
- Peningkata
n suhu
- Nilai
masuknya
mikroorganisme dan
mengurangi resiko
infeksi.
• D
eteksi dini infeksi
memungkinkan
penanganan yang
cepat untuk
meminimalkan
keseriusan infeksi.
3.
keterbatasan
penglihatan.
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
selama 3 hari,
cidera tidak terjadi
ditandai dengan:
-
Klien tidak
mengalami cidera
atau trauma
jaringan selama
dirawat.
laboratorium abnormal (mis.
Peningkatan SDP, hasil kultur
dan sensitivitas positif)
• Lakukan
tindakan untuk mencegah
ketegangan pada jahtan (misal
anjurkan klien menggunakan
kacamata protektif dan pelindung
mata pada siang hari dan
pelindung mata pada malam
hari).
• Modifikasi
lingkungan untuk menghilangkan
kemungkinan bahaya:
- Singkirkan
penghalang dari jalur
berjalan.
- Pastikan
pintu dan laci tertutup atau
terbuka dengan sempurna.
• K
etegangan pada
jahitan dapat
menimbulkan
interupsi menciptakan
jalan masuk untuk
mikroorganisme.
• G
angguan penglihatan
atau menggunakan
pelindung mata dapat
Cidera tidak
terjadi. Klien tidak
mengalami cidera
atau trauma
jarigan selama
dirawat.
• Tinggikan
tempat tidur. Letakkan benda
dimana klien dapat melihat dan
meraihnya tanpa klien
menjangkau terlalu jauh.
mempengaruhi resiko
cidera yang berasal
dari gangguan
ketajaman dan
edalaman persepsi.
• T
indakan ini dapat
mengurangi resiko
terjatuh.
3.4 Implementasi
Waktu/tgl Implementasi Evaluasi
4 – 12 – 2001
09.00
5 – 12 – 2001
09.30
5 – 12 – 2001
11.00
5 – 12 – 2001
• Memb
erikan HE pentingnya:
- Pemba
tasan aktifitas.
- Asupa
n gizi dan minum yang
memadai (makan 1 porsi
habis).
- Mengu
rangi paparan terhadap
sinar matahai atau kontak
langsung dengan benda
alergen.
• Menge
valuasi lingkungan kamar
tidur klien:
- Penem
patan benda – benda di
meja.
- Kebers
ihan lantai kamar.
- Mema
sang gorden untuk
mengurangi paparan
terhadap snar matahari.
• Menga
jarkan teknik perawatan
kebersihan mata:
- Cara
• K
lien kooperatif.
• K
lien berjanji akan selalu
mengahbiskan porsi
makanannya.Klien
banyak bertanya
tentang nyeri yang
dirasakannya.
• K
lien marapikan meja
kecil di samping tempat
tidur.
• K
lien menata barang –
barang (gelas, piring,
sendok) di atas tempat
tidur.
• G
orden telah terpasang.
• L
antai kamar disapu dan
dipel oleh petugas.
• K
lien bersemangat
belajar memebrsihkan
sekret mata.Klien dapat
meneteskan obat tetes
mata sendiri dibantu
oleh teman
sekamarnya.
12.30
6 – 12 – 2001
09.00
membersihkan sekret.
- Cara
meneteskan obat tetes
mata.
- Mengg
unakan pelindung mata
bila keluar wisma di
siang hari.
• Menga
tur posisi tidur klien berbaring
ke sisi mata yang tidak
dioperasi.
• Melatih
relaksasi untuk mengurangi
rasa sakit pada mata kiri.
• K
lien sudah punya
kacamata pelindung
sinar matahari.
• K
lien berbaring ke posisi
sebelah kanan, kadang
berganti posisi dengan
semi fowler.
• K
lien tampak kesulitan
mengikuti instruksi,
tetapi mau mencoba
unutk berlatih.
3.5 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1.
2.
Nyeri b/d interupsi
pembedahan katarak pada
mata kiri.
Resiko infeksi b/d
peningkatan kerentanan
S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri
sudah agak berkurang, klien sudah
dapat istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan
mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
S: Klien mengatakan matanya sudah
tidak panas lagi,berair (-)
3.
skunder terhadap interupsi
pembedahan katarak.
Resiko cidera b/d
keterbatasan penglihatan.
O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret
(-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan
mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
S: Klien mengatakan penglihatannya
sudah lebih terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa
dibimbing dan tanpa memakai
tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan
mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok
lansia dalam konteks peran perawat sebagai penerima asuhan
keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti
Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan dari tanggal 03 – 07 Deseber
2001, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang
klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai
pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien
lansia secara komprehensif.
4.2 Saran
1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia”
Magetan.
Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah
disepakati guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara
optimal.
2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya
Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta
bimbingannya guna membantu mahasiswa menjalani proses
praktek keperawatan gerontik dengan lebih baik sesuai target
pencapaian yang ingin diraih.
3) Bagi mahasiswa sendiri
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna
mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup
Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.
Little Brown and Company. Boston
Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan I. Depkes Ri. Jakarta
...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan II. Depkes Ri. Jakarta
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James
Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Materi : Perawatan Mata Post Operasi Katarak
Sasaran : Ibu Jaikem
Waktu : 30 menit
Tempat : Wisma Pandu, PSTW “Bahagia” Magetan
1. Analisis Situasi
Klien Ibu Jaikem riwayat operasi katarak pada mata kiri 16 hari
yang lalu. Pada saat pengkajian Ibu jaikem mengeluh mata kiri terasa
nyeri menyebar sampai ke kepala dan terasa panas. Mahasiswa juga
melihat adanya penumpukan sekret pada mata kiri post op, mata
kemerahan (+), keterbatasan penglihatan (+) lk. 50 meter.
2. Latar Belakang
Katarak merupakan suatu penyakit akibat kekeruhan pada lensa
yang mengakibatkan terjadinya penurunna fungsi penglihatan secara
progresif. Pada lanjut usia masalah penyakit katarak merupakan salah
satu penyakit yang umum terjadi pada klien. Untuk mengoptimalkan
fungsi penglihatan klien sehingga klien dapat seaksimal mungkin
memenuhi kebutuhan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari –
hariinya secara mandiri, maka perlu kiranya dilakukan suatu pendidikan
kesehatan agar klien dapat memahami pentingnya melakukan perawatan
mata post operasi serta mampu melakukan perawatan mata post operasi
secara mandiri.
3. Tujuan
3.1 Tujuan umum
Agar klien mampu melakukan perawatan mata post operasi secara
mandiri.
3.2 Tujuan khusus
a) Klien mampu memahami pentingnya melakukan perawatan mata
post operasi secara teratur.
b) Klien mampu mengenal pembatasan aktifitas yang
sementara harus diperhatikan.
c) Klien mampu melakukan perawatan mata secara mandiri.
4. Materi
4.1 Tujuan perawatan mata post operasi
4.2 Pembatasan aktifitas sementara
4.3 Teknik perawatan mata post operasi
5. Metode
Diskusi dan tanya jawab.
6. Kegiatan
No Tahap kegiatan Kegiatan
1.
2.
3.
Pembukaan (5’)
Isi dan
pengembangan (15’)
Penutup (10’)
• Menyampaikan
salam.
• Mengingatkan
kontrak kemarin untuk mengadakan
kegiatan diskusi.
• Menyampaikan
tujuan kegiatan.
• Menjelaskan
tujuan perawatan mata post operasi
• Menjelaskan
pembatasan aktifitas sementara yang
harus dilakukan klien.
• Memberi
kesempatan untuk bertanya.
• Mengajarkan
teknik perawatan mata post operasi
secara sederhana.
• Memberi
kesempatan redemonstrasi
• Memberi
kesempatan bertanya.
• Menyimpulkan
kegiatan bersama klien.
• Menutup kegiatan
denagn ucapan salam.
7. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara lisan dan redemonstrasi.
8. Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan
Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek
Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of
Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James
Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book.
Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,
Ni Wayan Dewi Tarini
NIM. 019930093 B
Lampiran Materi
PERAWATAN MATA POST OPERASI KATARAK
BAGI KLIEN LANSIA DENGAN KATARAK
1. Tujuan perawatan mata post operasi
katarak
a) Mencegah terjadinya resiko infeksi akibat interupsi
pembedahan pada mata yang katarak.
b) Meningkatkan kemampuan penglihatan secara optimal.
c) Menunjang pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari –
hari secara mandiri.
2. Pembatasan aktifitas sementara bagi klien
post operasi katarak
a) Berbaring atau tidur pada sisi yang dioperasi
b) Mengangkat beban berat > 10 kilogram
c) Membungkuk melewati pinggang.
d) Mandi keramas
e) Mengedan
f) Melakukan pijatan atau memijat.
g) Mengucek – ucek atau menggosok – gosok mata.
h) Terpapar sinar matahari secara langsung.
3. Teknik perawatan mata post operasi
katarak secara sederhana
a) Alat dan bahan yang diperlukan:
- Air hangat kuku dalam tempat yang bersih.
- Boorwater kalau ada.
- Kapas bersih
- Handuk bersih
- Obat salp mata
b) Persiapan sebelum melakukan perawatan mata
- Cuci tangan sebelum melakukan perawatan mata.
- Rapikan rambut agar tidak mengenai mata
c) Cara perawatan mata secara sederhana
- Basahi kapas dengan air hangat atau boorwater,
peras sedikit supaya kapas tidak terlalu basah.
- Usapkan kapas secara perlahan – lahan kepada
mata yang akan dibersihkan dengan cara mengusap dari bagian
dalam mata ke arah luar dengan sekali usapan. Bila kapas dirasa
telah kotor, ganti dengan yang baru,
- Setelah bersih, keringkan mata dengan cara
mengusap perlahan – lahan dengan handuk bersih atau dengan
cara menekan – nekan secara perlahan – lahan serta kelopak mata
menutup.
- Beri obat salp mata, tunggu sampai meresap.
- Hindari dari paparan sinar matahari langsung atau
dari zat alergen lain.

More Related Content

What's hot

Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
pjj_kemenkes
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campak
whenny
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
Novita Novita
 
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
pjj_kemenkes
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
nanang aw aw
 
Askep keluarga binaan
Askep keluarga binaanAskep keluarga binaan
Askep keluarga binaan
syifaaulia93
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Problem Oriented Record (POR)
Problem Oriented Record (POR)Problem Oriented Record (POR)
Problem Oriented Record (POR)
Aulia Kauri
 
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorikBiopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
pjj_kemenkes
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
Masben27
 
Anticipatory guidance
Anticipatory guidanceAnticipatory guidance
Anticipatory guidance
Amalia Senja
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan Keperawatan
pjj_kemenkes
 
Askep asma
Askep asmaAskep asma
Askep asma
Faiz Fisa
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikOperator Warnet Vast Raha
 
makalah konsep seksual - d3 keperawatan
makalah konsep seksual - d3 keperawatan makalah konsep seksual - d3 keperawatan
makalah konsep seksual - d3 keperawatan
siakadurban
 

What's hot (20)

Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 
Askep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campakAskep pada anak dengan campak
Askep pada anak dengan campak
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Lp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilanLp hipertensi pada kehamilan
Lp hipertensi pada kehamilan
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
Askep keluarga dengan dm AKPER PEMKAB MUNA
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 
Askep keluarga binaan
Askep keluarga binaanAskep keluarga binaan
Askep keluarga binaan
 
asuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluargaasuhan keperawatan keluarga
asuhan keperawatan keluarga
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Problem Oriented Record (POR)
Problem Oriented Record (POR)Problem Oriented Record (POR)
Problem Oriented Record (POR)
 
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorikBiopsikologi dan Proses sensori-motorik
Biopsikologi dan Proses sensori-motorik
 
asuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroidasuhan-keperawatan-tiroid
asuhan-keperawatan-tiroid
 
Anticipatory guidance
Anticipatory guidanceAnticipatory guidance
Anticipatory guidance
 
Sejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan KeperawatanSejarah Perkembangan Keperawatan
Sejarah Perkembangan Keperawatan
 
Askep asma
Askep asmaAskep asma
Askep asma
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
 
makalah konsep seksual - d3 keperawatan
makalah konsep seksual - d3 keperawatan makalah konsep seksual - d3 keperawatan
makalah konsep seksual - d3 keperawatan
 

Viewers also liked

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Sri Nala
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
heri damanik
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakYesi Tika
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
sidessy26
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
pjj_kemenkes
 
Presentasi mata
Presentasi mataPresentasi mata
Presentasi mata
sahobby68
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
Nirma Syari Vutry
 

Viewers also liked (10)

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan  Gangguan Penglihatan (Katarak)
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Penglihatan (Katarak)
 
Askep dislokasi
Askep dislokasiAskep dislokasi
Askep dislokasi
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
 
Pengkajian katarak
Pengkajian katarakPengkajian katarak
Pengkajian katarak
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarak
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
Keperawatan Keluarga Anak Usia Sekolah
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Presentasi mata
Presentasi mataPresentasi mata
Presentasi mata
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 

Similar to Askep gerontik-katarak

Psikososial kom
Psikososial komPsikososial kom
Psikososial kom
Veggy Septian Ellitha
 
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docxKonsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
citraliajanuarty
 
Materi 2.-konsep-teori-menua
Materi 2.-konsep-teori-menuaMateri 2.-konsep-teori-menua
Materi 2.-konsep-teori-menua
syukurbau
 
Ol 1 ti makalah lansia
Ol 1   ti makalah lansiaOl 1   ti makalah lansia
Ol 1 ti makalah lansia
Iis Intan Puspasari
 
Tugas pisikologi
Tugas pisikologiTugas pisikologi
Tugas pisikologi
dianta physico
 
Tugas pisikologi
Tugas pisikologiTugas pisikologi
Tugas pisikologi
dianta physico
 
Tugas embriologi
Tugas embriologiTugas embriologi
Tugas embriologi
REISA Class
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganAinul Mukarrob
 
Kel 13 stroke
Kel 13 strokeKel 13 stroke
Kel 13 stroke
ditasulastrin1
 
teori proses menua
teori proses menuateori proses menua
teori proses menuaunik12
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
Faris Andrianto
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Nika Meiliana
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
Hendry Kiswanto Mend
 
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
ary la
 
Askep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yaniAskep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yani
Operator Warnet Vast Raha
 
Teori-teori Proses Menua
Teori-teori Proses Menua Teori-teori Proses Menua
Teori-teori Proses Menua
Fransiska Oktafiani
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
Kampus-Sakinah
 

Similar to Askep gerontik-katarak (20)

Psikososial kom
Psikososial komPsikososial kom
Psikososial kom
 
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docxKonsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
Konsep_Dasar_Keperawatan_Gerontik.docx
 
Materi 2.-konsep-teori-menua
Materi 2.-konsep-teori-menuaMateri 2.-konsep-teori-menua
Materi 2.-konsep-teori-menua
 
Ol 1 ti makalah lansia
Ol 1   ti makalah lansiaOl 1   ti makalah lansia
Ol 1 ti makalah lansia
 
Lp gerontik
Lp gerontikLp gerontik
Lp gerontik
 
Tugas pisikologi
Tugas pisikologiTugas pisikologi
Tugas pisikologi
 
Tugas pisikologi
Tugas pisikologiTugas pisikologi
Tugas pisikologi
 
Tugas embriologi
Tugas embriologiTugas embriologi
Tugas embriologi
 
Makalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembanganMakalah psikologi perkembangan
Makalah psikologi perkembangan
 
Kel 13 stroke
Kel 13 strokeKel 13 stroke
Kel 13 stroke
 
teori proses menua
teori proses menuateori proses menua
teori proses menua
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
Bab ii tinjauan pustaka (repaired)
 
Wellness beauty 2
Wellness beauty 2Wellness beauty 2
Wellness beauty 2
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
 
Askep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yaniAskep jadi lansia yani
Askep jadi lansia yani
 
Teori-teori Proses Menua
Teori-teori Proses Menua Teori-teori Proses Menua
Teori-teori Proses Menua
 
Proses penuaan
Proses penuaanProses penuaan
Proses penuaan
 
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUNMakalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
Makalah lansia yani AKPER PEMDA MUN
 

Recently uploaded

INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGANINTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
albakiddies
 
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
muhammadfebri359
 
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
d1051231031
 
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
DAMPAK PIRIT  ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfDAMPAK PIRIT  ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
d1051231033
 
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
KajianIslamIlmiahSur
 
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN  DAN EMISI...“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN  DAN EMISI...
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
aisyrahadatul14
 
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
d1051231053
 
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
d1051231079
 
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan PertanianDampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
d1051231078
 

Recently uploaded (9)

INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGANINTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
INTERAKSI, KOMUNIKASI, DAN AKTIFITAS MIKROBA DI LINGKUNGAN
 
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
PENCEMARAN UDARA YANG DISEBABKAN OLEH KENDARAAN BERMOTOR YANG BERPENGARUH TER...
 
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
DAMPAK PIRIT  ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfDAMPAK PIRIT  ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdf
 
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
3. Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko.pdf
 
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN  DAN EMISI...“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN  DAN EMISI...
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...
 
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...
 
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...
 
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan PertanianDampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Lahan Pertanian
 

Askep gerontik-katarak

  • 1. BAB 2 KONSEP TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Post Operasi Katarak. 2.1 Konsep Teori Lansia 2.1.1 Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 2.1.2 Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskpun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan: 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, 2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, 3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
  • 2. masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu: 1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, 2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya, 3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah, 4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan 5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992) Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah: 1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. 2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3) Selalu mengingat kembali masa lalu 4) Selalu khawatir karena pengangguran, 5) Kurang ada motivasi,
  • 3. 6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan 7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan. Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain. 2.1.3 Teori Proses Menua 1) Teori – teori biologi a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel) b) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak) c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. d) Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory) Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh. e) Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. f) Teori radikal bebas
  • 4. Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. g) Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. h) Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati. 2) Teori kejiwaan sosial a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) - Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. - Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. - Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple
  • 5. loss), yakni : 1. kehilangan peran 2. hambatan kontak sosial 3. berkurangnya kontak komitmen 2.1.4 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) 1) Permasalahan umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c) Lahirnya kelompok masyarakat industri. d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia. 2) Permasalahan khusus : a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c) Rendahnya produktifitas kerja lansia. d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia 2.1.5 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan 1) Hereditas atau ketuaan genetik 2) Nutrisi atau makanan 3) Status kesehatan 4) Pengalaman hidup 5) Lingkungan 6) Stres
  • 6. 2.1.6 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia 1) Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen. 2) Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : a) Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. b) Kesehatan umum c) Tingkat pendidikan d) Keturunan (hereditas) e) Lingkungan f) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. g) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. h) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir. 3) Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970) 2.1.7 Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu : 1) Depresi mental 2) Gangguan pendengaran 3) Bronkhitis kronis 4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
  • 7. 5) Gangguan pada koksa / sendi pangul 6) Anemia 7) Demensia 2.2 Konsep Penyakit Katarak 2.2.1 Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996) 2.2.2 Etiologi 1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis 2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif. 3) Penyakit mata seperti uveitis. 4) Penyakit sistemis seperti DM. 5) Defek kongenital 2.2.3 Patofisiologi Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan. 2.2.4 Macam – macam Katarak 1) katarak kongenital Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah: a) Katarak lamelar atau zonular. b) Katarak polaris posterior.
  • 8. c) Katarak polaris anterior d) Katarak inti (katarak nuklear) e) Katarak sutural 2) Katarak juvenil Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir. 3) Katarak senil Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu: a) katarak nuklear Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa b) Katarak kortikal Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa c) Katarak kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal. Katarak senil dapat dibagi atas stadium: a) katarak insipiens Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. b) katarak imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa. c) katarak matur Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul. d) katarak hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. 4) Katarak komplikasi Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
  • 9. 5) Katarak traumatik Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik. 2.3 Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak 2.3.1 Pengkajian 1) Data Subyektif a) Nyeri b) Mual c) Diaporesis d) Riwayat jatuh sebelumnya e) Pengetahuan tentang regimen terapeutik f) Sistem pendukung, lingkungan rumah. 2) Data obyektif a) Perubahan tanda – tanda vital b) Respon yang azim terhadap nyeri c) Tanda – tanda infeksi: - Kemerahan - Edema - Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol) - Drainase pada kelopak mata dan bulu mata - Zat purulen - Peningaktan suhu tubuh - Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal. d) Ketajaman penglihatan masing – masing mata. e) Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya. f) Kemungkinan penghalang lingkungan seperti; - kaki kursi, perabot yang rendah - Tiang infus - Tempat sampah - Sandal g) Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi. 2.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
  • 10. 1) Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh 2) Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. 3) Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata. 4) Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan. 2.3.3 Perencanaan 1) Nyeri akut a) Tujuan: nyeri teratasi b) Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. c) Intervensi: • Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif. Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. • Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan. Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op. • Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut; - Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi. - Distraksi - Latihan relaksasi Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien. • Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan analgesik yang diresepkan. Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon
  • 11. nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien. • Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata. Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain. 2) Resiko tinggi terhadap infeksi a) Tujuan: infeksi tidak terjadi. b) Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi. c) Intervensi: • Tingkatkan penyembuhan luka: - Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat. - Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan • Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata: - Cuci tangan sebelum memulai - Pegang alat penetes agak jauh dari mata - Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes. Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya. Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi. • Kaji tanda dan gejala infeksi: - Kemerahan, edema pada kelopak mata - Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol) - Drainase pada kelopak mata dan bulu mata - Materi purulen pada bilik anterior (antara kormnea dan iris) - Peningkatan suhu
  • 12. - Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif) Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi. • Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari). Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme. • Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan. Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi. 3) Resiko tinggi terhadap cidera a) Tujuan: Cidera tidak terjadi. b) Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat. c) Intervesi: • Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba. Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan. • Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya. - Singkirkan penghalang dari jalur berjalan. - Singkrkan sedotan dari baki. - Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna. Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi. • Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.
  • 13. Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh. • Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya. - karpet yang tersingkap. - Kabel listrik yang terpapar. - Perabot yang rendah - Binatang peliharaan - Tangga Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang. 4) Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik a) Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi. b) Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan. c) Intervensi: • Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan. - Membaca - Menonton televisi - Memasak - Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan - Mandi siram atau mandi di bak mandi. Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya. • Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut: - Berbaring pada sisi yang dioperasi - Membungkuk melewati pinggang - Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg. - Mandi - Mengedan selama defekasi. Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan
  • 14. mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien. • Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi. Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara. • Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat – obatan yang diresepkan. - Nama, tujuan dan kerja obat. - Jadwal, dosis (jumlah dan waktu) - Teknik pemberian - Instruksi atau kewaspadaan khusus Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat. • Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut: - Kehilangan penglihatan - Nyeri pada mata - Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras) - Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat. Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain. • Instruksikan untuk menjaga hygiene mata
  • 15. (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata). Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme. • Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang. Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi. • Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang. Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan. 2.3.4 Pelaksanaan Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien. 2.3.5 Evaluasi Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.
  • 16. BAB 3 A S U H A N K E P E R A W A T A N PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK DI WISMA PANDU, PSTW “BAHAGIA” MAGETAN TANGGAL 03 – 07 DESEMBER 2001 3.1 Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul 11.30 WIB samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB. 3.1.1 Pengumpulan data 1) Data biografi klien a) Nama : J A I K E M b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916 c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah d) Agama: Islam e) Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak f) TB/BB: 140 cm / 33 kg g) Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah. h) Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih. i) Alamat: Sepanjang, Surabaya j) Orang yang dekat dihubungi: adik klien k) Hubungan dengan klien: adik kandung. 2) Riwayat keluarga Keterangan: = laki - laki = klien Ibu Jaikem = perempuan = Tinggal sendiri di panti
  • 17. = meninggal 3) Riwayat pekerjaan Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: -- 4) Riwayat lingkungan hidup Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan. 5) Riwayat rekreasi Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman – temannya yang lain. 6) Sistem pendukung Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien. 7) Deskripsi kekhususan Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla. 8) Status kesehatan Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
  • 18. Provokative : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur. Quality : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair. Region : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur. Timming : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung. Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya. Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1 Satus imunisasi: -- Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak ada pada klien. 9) A D L (activity daily living) Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri. Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien. Psikologis kien meliputi: • Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua. • Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain. • Emosi klien stabil • Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris
  • 19. eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang lain. • Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi. 10)Tinjauan sistem a) Keadaan umum: baik, klien tampak bersih. b) Tingkat kesadraan : CM (compos mentis) c) Skala koma glasgow: 15 d) Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80 C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg. e) Sistem kardiovaskuler: - Inspeksi: keadaan umum terlihat baik - Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung. - Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain. - Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai. f) Sistem pernafasan: - Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-) - Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba. - Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang - Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-) g) Sistem integumen Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik. h) Sistem perkemihan Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-) i) Sistem muskuloskletal ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,
  • 20. osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll. j) Sistem endokrin Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar. k) Sistem immune Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu. l) Sistem gastrointestinal Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan. m) Sistem reproduksi Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll. n) Sistem persyarafan Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik. Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
  • 21. 11)Status kognitif/afektif/sosial a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual utuh. b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik. c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan – raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda – tanda depresi pada klien. d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan normal. 12)Data penunjang Hasil pemeriksaan gluko test (-) 3.1.2 Analisa Data No Data Etiologi Masalah 1. 2. DS: - Klie n mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur. - Klie n mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur. - Klie n mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll. DO: - Mat a kiri berair, hiperemis(+) - IOL (+) Interupsi pembedahan katarak pada mata kiri. Peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi Nyeri Resiko infeksi
  • 22. 3. DS: - Klie n mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala. - Klie n mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran. DO: - Sekr et pada mata kiri (+). - Mat a kiri berair(+) - Riw ayat post op katarak 16 hari yll. DS: - Klie n mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. - Klie n mengatakan usianya sudah 85 tahun. DO: - Klie n berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu. - Klie n mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. pembedahan katarak. Keterbatasan penglihatan. Resiko cidera
  • 23. 3.1.3 Perumusan Masalah 1) Nyeri 2) Resiko infeksi 3) Resiko cidera 3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan 3.2.1 Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan: DS: - Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur. - Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur. - Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll. DO: - Mata kiri berair, hiperemis(+) - IOL (+) 2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala. - Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran. DO: - Sekret pada mata kiri (+). - Mata kiri berair(+) - Riwayat post op katarak 16 hari yll. 3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. - Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun. DO:
  • 24. - Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu. - Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. 3.2.2 Proritas Keperawatan 1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan: DS: - Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur. - Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur. - Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll. DO: - Mata kiri berair, hiperemis(+) - IOL (+) 2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala. - Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran. DO: - Sekret pada mata kiri (+). - Mata kiri berair(+) - Riwayat post op katarak 16 hari yll. 3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan: DS: - Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu. - Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun. DO: - Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
  • 25. - Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.
  • 26. 3.3 Perencanaan NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL EVALUASI 1. Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, nyeri berkurang ditandai dengan: - Nyeri berkurang. - Istirahat tidur tercukupi 8 jam. - Mata tidak berair dan tidak merah. • Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif dengan tidur dalam posisi ½ duduk. • Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut; - Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi. - Distraksi - Latihan relaksasi • M embantu memberikan kenyamanan dan mengurangi tekanan pada bola mata. • B eberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien. Klien melaporan adanya pengurangan nyeri yang progresif ditandai dengan: - Nyeri berkurang. - Istirahat tidur tercukupi 8 jam. - Mata tidak berair dan tidak merah.
  • 27. • Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan. • Observasi nyeri terutama bila disertai mual. • Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut: - Berbaring pada sisi yang dioperasi - Membungk uk melewati pinggang - Mengangka t benda yang beratnya melebihi 10 kg. • A nalgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien. • T anda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain. • P embatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk
  • 28. 2. Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi tidak terjadi ditandai dengan: - Penyembuhan luka insisi tanpa infeksi. - Kemerahan (-) - Edema kelopak mata (-) - Drainase pada kelopak mata (-) - - Mandi - Mengedan selama defekasi. • Tingkatkan penyembuhan luka: - Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat. • Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata: - Cuci tangan sebelum memulai - Pegang alat penetes agak jauh dari mata - Ketika sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien. • N utrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan • T eknik aseptik meminimialkan Infeksi tidak terjadi ditandai dengan: - Kemerahan (-) - Edema kelopak mata (-) - Drainase pada kelopak mata (-) - Materi purulen (-) - Peningkatan suhu tubuh (-)
  • 29. Resiko cidera b/d Materi purulen (-) - Peningkatan suhu tubuh (-) meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes. Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya. • Kaji tanda dan gejala infeksi: - Kemerahan, edema pada kelopak mata - Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol) - Drainase pada kelopak mata dan bulu mata - Materi purulen pada bilik anterior (antara kormnea dan iris) - Peningkata n suhu - Nilai masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi. • D eteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
  • 30. 3. keterbatasan penglihatan. Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, cidera tidak terjadi ditandai dengan: - Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat. laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif) • Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari). • Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya: - Singkirkan penghalang dari jalur berjalan. - Pastikan pintu dan laci tertutup atau terbuka dengan sempurna. • K etegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme. • G angguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata dapat Cidera tidak terjadi. Klien tidak mengalami cidera atau trauma jarigan selama dirawat.
  • 31. • Tinggikan tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh. mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan edalaman persepsi. • T indakan ini dapat mengurangi resiko terjatuh.
  • 32. 3.4 Implementasi Waktu/tgl Implementasi Evaluasi 4 – 12 – 2001 09.00 5 – 12 – 2001 09.30 5 – 12 – 2001 11.00 5 – 12 – 2001 • Memb erikan HE pentingnya: - Pemba tasan aktifitas. - Asupa n gizi dan minum yang memadai (makan 1 porsi habis). - Mengu rangi paparan terhadap sinar matahai atau kontak langsung dengan benda alergen. • Menge valuasi lingkungan kamar tidur klien: - Penem patan benda – benda di meja. - Kebers ihan lantai kamar. - Mema sang gorden untuk mengurangi paparan terhadap snar matahari. • Menga jarkan teknik perawatan kebersihan mata: - Cara • K lien kooperatif. • K lien berjanji akan selalu mengahbiskan porsi makanannya.Klien banyak bertanya tentang nyeri yang dirasakannya. • K lien marapikan meja kecil di samping tempat tidur. • K lien menata barang – barang (gelas, piring, sendok) di atas tempat tidur. • G orden telah terpasang. • L antai kamar disapu dan dipel oleh petugas. • K lien bersemangat belajar memebrsihkan sekret mata.Klien dapat meneteskan obat tetes mata sendiri dibantu oleh teman sekamarnya.
  • 33. 12.30 6 – 12 – 2001 09.00 membersihkan sekret. - Cara meneteskan obat tetes mata. - Mengg unakan pelindung mata bila keluar wisma di siang hari. • Menga tur posisi tidur klien berbaring ke sisi mata yang tidak dioperasi. • Melatih relaksasi untuk mengurangi rasa sakit pada mata kiri. • K lien sudah punya kacamata pelindung sinar matahari. • K lien berbaring ke posisi sebelah kanan, kadang berganti posisi dengan semi fowler. • K lien tampak kesulitan mengikuti instruksi, tetapi mau mencoba unutk berlatih. 3.5 Evaluasi No Diagnosa Keperawatan Evaluasi 1. 2. Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri. Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah agak berkurang, klien sudah dapat istirahat dengan baik. O: Mata berair (-), kemerahan (-) A: Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma. S: Klien mengatakan matanya sudah tidak panas lagi,berair (-)
  • 34. 3. skunder terhadap interupsi pembedahan katarak. Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan. O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-) A: Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma. S: Klien mengatakan penglihatannya sudah lebih terang. O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing dan tanpa memakai tongkat. A: Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.
  • 35. BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional. Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan dari tanggal 03 – 07 Deseber 2001, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif. 4.2 Saran 1) Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha “Bahagia” Magetan. Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal. 2) Bagi pembimbing PSIK FK Unair Surabaya Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih. 3) Bagi mahasiswa sendiri Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.
  • 36. DAFTAR PUSTAKA Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta. Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta ...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes Ri. Jakarta ...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Depkes Ri. Jakarta Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
  • 37. Kedokteran EGC, Jakarta. Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
  • 38. SATUAN ACARA PENYULUHAN Materi : Perawatan Mata Post Operasi Katarak Sasaran : Ibu Jaikem Waktu : 30 menit Tempat : Wisma Pandu, PSTW “Bahagia” Magetan 1. Analisis Situasi Klien Ibu Jaikem riwayat operasi katarak pada mata kiri 16 hari yang lalu. Pada saat pengkajian Ibu jaikem mengeluh mata kiri terasa nyeri menyebar sampai ke kepala dan terasa panas. Mahasiswa juga melihat adanya penumpukan sekret pada mata kiri post op, mata kemerahan (+), keterbatasan penglihatan (+) lk. 50 meter. 2. Latar Belakang Katarak merupakan suatu penyakit akibat kekeruhan pada lensa yang mengakibatkan terjadinya penurunna fungsi penglihatan secara progresif. Pada lanjut usia masalah penyakit katarak merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada klien. Untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan klien sehingga klien dapat seaksimal mungkin memenuhi kebutuhan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari – hariinya secara mandiri, maka perlu kiranya dilakukan suatu pendidikan kesehatan agar klien dapat memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi serta mampu melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri. 3. Tujuan 3.1 Tujuan umum Agar klien mampu melakukan perawatan mata post operasi secara mandiri. 3.2 Tujuan khusus a) Klien mampu memahami pentingnya melakukan perawatan mata post operasi secara teratur. b) Klien mampu mengenal pembatasan aktifitas yang
  • 39. sementara harus diperhatikan. c) Klien mampu melakukan perawatan mata secara mandiri. 4. Materi 4.1 Tujuan perawatan mata post operasi 4.2 Pembatasan aktifitas sementara 4.3 Teknik perawatan mata post operasi 5. Metode Diskusi dan tanya jawab. 6. Kegiatan No Tahap kegiatan Kegiatan 1. 2. 3. Pembukaan (5’) Isi dan pengembangan (15’) Penutup (10’) • Menyampaikan salam. • Mengingatkan kontrak kemarin untuk mengadakan kegiatan diskusi. • Menyampaikan tujuan kegiatan. • Menjelaskan tujuan perawatan mata post operasi • Menjelaskan pembatasan aktifitas sementara yang harus dilakukan klien. • Memberi kesempatan untuk bertanya. • Mengajarkan teknik perawatan mata post operasi secara sederhana. • Memberi kesempatan redemonstrasi • Memberi
  • 40. kesempatan bertanya. • Menyimpulkan kegiatan bersama klien. • Menutup kegiatan denagn ucapan salam. 7. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan secara lisan dan redemonstrasi. 8. Daftar Pustaka Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta. Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta. Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and Company. Boston Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta Penyusun, Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,
  • 41. Ni Wayan Dewi Tarini NIM. 019930093 B
  • 42. Lampiran Materi PERAWATAN MATA POST OPERASI KATARAK BAGI KLIEN LANSIA DENGAN KATARAK 1. Tujuan perawatan mata post operasi katarak a) Mencegah terjadinya resiko infeksi akibat interupsi pembedahan pada mata yang katarak. b) Meningkatkan kemampuan penglihatan secara optimal. c) Menunjang pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari – hari secara mandiri. 2. Pembatasan aktifitas sementara bagi klien post operasi katarak a) Berbaring atau tidur pada sisi yang dioperasi b) Mengangkat beban berat > 10 kilogram c) Membungkuk melewati pinggang. d) Mandi keramas e) Mengedan f) Melakukan pijatan atau memijat. g) Mengucek – ucek atau menggosok – gosok mata. h) Terpapar sinar matahari secara langsung. 3. Teknik perawatan mata post operasi katarak secara sederhana a) Alat dan bahan yang diperlukan: - Air hangat kuku dalam tempat yang bersih. - Boorwater kalau ada. - Kapas bersih - Handuk bersih - Obat salp mata b) Persiapan sebelum melakukan perawatan mata
  • 43. - Cuci tangan sebelum melakukan perawatan mata. - Rapikan rambut agar tidak mengenai mata c) Cara perawatan mata secara sederhana - Basahi kapas dengan air hangat atau boorwater, peras sedikit supaya kapas tidak terlalu basah. - Usapkan kapas secara perlahan – lahan kepada mata yang akan dibersihkan dengan cara mengusap dari bagian dalam mata ke arah luar dengan sekali usapan. Bila kapas dirasa telah kotor, ganti dengan yang baru, - Setelah bersih, keringkan mata dengan cara mengusap perlahan – lahan dengan handuk bersih atau dengan cara menekan – nekan secara perlahan – lahan serta kelopak mata menutup. - Beri obat salp mata, tunggu sampai meresap. - Hindari dari paparan sinar matahari langsung atau dari zat alergen lain.