Tulisan ini membahas kontekstualisasi kekuatan sosial di daerah perbatasan Kepulauan Aru, Maluku. Ia menjelaskan masalah dan potensi di daerah tersebut, seperti kejahatan lintas negara, politik isu, dan pertarungan sosial. Potensi yang dimiliki antara lain mutiara, burung, dan perikanan. Tulisan ini juga mengusulkan penguatan kekuatan sosial masyarakat perbatasan melalui pembangunan s
1. 0
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
MEMBANGUN
BERANDA DEPAN INDONESIA
Penulis:
SUHADI
Rembang, 2013
2. 1
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
KEPADA
Masyarakat Aru dan Masyarakat Rembang Tercinta
3. 2
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
KATA PENGANTAR
Kepulauan Aru merupakan daerah perbatasan Indonesia bagian selatan
yang masih tertinggal di bidang pembangunan. Ketertinggalan
pembangunan pada kawasan perbatasan ini dihawatirkan akan berimbas
pada kedaulatan negara kesatuan. Dalam rangka membangun
ketertinggalan di kawasan perbatasan ini diperlukan identifikasi potensi
lokal yang integratif guna menjadi modal sosial dalam pembangunan.
Kontekstualisasi kekuatan sosial di era kekinian dalam berbagai bidang
mulai dari bidang pendidikan, politik, gender, ekonomi, sosial, budaya dan
kesenian, lingkungan hidup, teknologi, hukum, sejarah, pertahanan dan
keamanan, bahasa, transportasi, olahraga, pemukiman, kesehatan,
pariwisata, hingga pangan sudah saatnya mulai ditawarkan. Dengan
pendekatan tersebut, diharapkan terwujudnya pembangunan sosial yang
partisipatif yang berorientasi perubahan sosial ke arah kemajuan.
Sehingga daerah perbatasan akan menjadi kekuatan dari barisan nasional
yang mampu menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Replublik Indonesia.
Dalam buku dengan judul “Membangun Beranda Depan Indonesia”
merupakan bongkahan ide tentang bagaimana membangun kawasan
perbatasan Indonesia. Secara umum tulisan dalam buku ini terbagi dalam
dua hal.
Pertama, tulisan yang membahas tentang hasil penelitian Kepulauan Aru
dari kegiatan Kemah di Wilayah Perbatasan (KAWASAN) Tingkat
Nasional. Sebagai salah satu peserta yang mewakili Provinsi Jawa
Tengah dengan bersama-sama dengan 33 peserta guru SMA dari seluruh
bidang studi yang berprestasi ini, penulis menghadirkan satu artikel utama
sebagai gagasan besar dalam membangun daerah tertinggal sekaligus
lima tulisan sebagai hasil penelitian lapangan.
Enam tulisan dalam rangka sumbangsih untuk mengembangan wilayah
Kepulauan Aru maluku diantaranya; Kontekstualisasi Kekuatan Sosial di
Daerah Perbatasan, Kontekstualisasi Etnisitas di Perbatasan, Sistem
Pertahanan Perbatasan, Membangun Perikanan Untuk Bangsa,
Permasalahan Pedagang Ikan di Pasar Apung Jargaria, dan Gambaran
Umum Lembaga Pendidikan.
Bagian kedua merupakan kumpulan tulisan penulis sebagaimana rencana
tindak lanjut tentang beberapa hal yang perlu dilakukan di daerah provinsi
penulis setelah mengikti kegiatan KAWASAN. Tulisan bagian kedua ini
merupakan masukan gagasan untuk pembangunan pada daerah asal
penulis.
4. 3
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Enam tulisan dalam rangka sumbangsih pembangunan untuk daerah asal
penulis, khususnya daerah Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah
diantaranya adalah Pelabuhan dan Kebangkitan Ekonomi Rembang,
(Mimpi Memiliki) Balai Riset Perhubungan Rembang, Hutan Mangrove
Rembang: Sebuah Desain Bebas, Galangan Kapal Rembang, Memanen
Kekeringan, dan Perubahan Makna Tanah yang Melampaui Batas.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Direktur Sejarah dan Nilai Budaya
tingkat nasional, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Tengah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Rembang,
serta Kepala SMA Negeri 1 Pamotan yang telah memberi kesempatan
kepada penulis dalam mengikuti kegiatan KAWASAN tahun 2012. Penulis
juga ucapkan terimakasih kepada semua sahabat KAWASAN guru SMA
dari 33 Provinsi se Indonesia. Buku ini penulis persembahkan kepada
kalian semua. Semoga bermanfaat.
Rembang, 23 Juli 2013
5. 4
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................... 4
Kontekstualisasi Kekuatan Sosial di Daerah Perbatasan .......................... 5
Kontekstualisasi Etnisitas di Perbatasan ...................................................17
Sistem Pertahanan Perbatasan .................................................................19
Membangun Perikanan Untuk Bangsa ......................................................20
Pasar Apung Jargaria ................................................................................22
Sekolah di Perbatasan ...............................................................................23
Pelabuhan dan Kebangkitan Ekonomi Rembang ......................................25
(Mimpi Memiliki) Balai Riset Perhubungan Rembang .............................. 33
Hutan Mangrove Rembang: Sebuah Desain Bebas ..................................40
Galangan Kapal Rembang ........................................................................44
Memanen Kekeringan................................................................................48
Perubahan Makna Tanah yang Melampaui Batas ....................................51
6. 5
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
KONTEKSTUALISASI KEKUATAN SOSIAL
DI DAERAH PERBATASAN
Tulisan ini menitikberatkan pada penguatan masyarakat di daerah
perbatasan, tepatnya di kabupaten Kepulauan Aru Maluku. Gagasan
dalam memperkuat masyarakat di daerah perbatasan dengan perspektif
sosiologis ini, berangkat dari kenyataan saat ini bahwa ikatan kekuatan
sosial pada masyarakat daerah perbatasan dalam keadaan tertinggal (SIS
PDT, 2012). Ketertinggalan dalam hal pembangunan merupakan bukti
nyata bahwa selama ini kawasan perbatasan dipandang sebagai halaman
belakang yang sangat sedikit mendapat perhatian akan sentuhan
pembangunan. Lemahnya kekuatan sosial pada kawasan perbatasan
inilah yang kemudian dihawatirkan akan pemicu disintegrasi dengan
ditandai terlepasnya pulau-pulau terluar.
Dalam tulisan ini memuat tentang tiga hal. Pertama, masalah yang
ada di daerah perbatasan Kepulauan Aru. Kedua, potensi yang dimiliki
oleh daerah perbatasan Kepulauan Aru. Ketiga, kontekstualisasi
kekuatasan sosial di daerah perbatasan Kepualuan Aru.
Bagian pertama tulisan ini menggunakan sumber data dari
penelitian terdahulu tentang berbagai masalah yang ada pada kawasan
perbatasan di Kepulauan Aru. Bagian kedua tulisan ini mengunakan
sumber data statistik dari BPS dan Kementrian Pembangunan Daerah
Tertinggal Republik Indonesia dan beberapa sumber lain yang memuat
tentang potensi di Kepulauan Aru. Selanjutnya pada bagian ketiga
merupakan gagasan kreatif penulis dalam merespon masalah dan potensi
yang ada pada kawasan perbatasan di Kepualan Aru.
Masalah di Kawasan Perbatasan
Studi terdahulu perihal masalah di daerah Kepulaun Aru Maluku
Indonesia diantaranya; kejahatan lintas negara (Irewati, 2004), politik isu
(Elisabeth, 2006), pertarungan sosial, ekonomi dan politik (Nainggolan,
2008), perdagangan gelap (Sitohang, 2009), beda hitung tapal batas
(Priswari, 2010), dan konflik garis batas wilayah dan wilayah berbatasan
(Raharjo, 2011) tentu tidak serta merta dibiarkan begitu saja.
Kompleksitas permasalah yang ada di kawasan perbatasan
Kepulauan Aru ini tentu saja perlu dipahami dengan pendekatan integratif.
Dengan pendekatan tersebut, diharapkan mendapatkan racikan yang
matang dalam memahami dinamika masyarakat di kawasan perbatasan
dan bagaimana mestinya strategi pembangunan di wilayah perbatasan di
rancang.
Potensi di Kawasan Perbatasan
Kabupaten Kepulauan Aru terbentuk berdasar Undang-Undang
Nomor 30 tahun 2003. Kabupaten ini memiliki luas wilayah ± 6.325 km2
dengan tujuh buah kecamatan (BPS, 2011), serta 187 pulau (Kompas,
7. 6
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
2004) dengan ibu kota Aru berkedudukan di Dobo. Secara administratif,
sebelah utara kepulauan ini berbatasan dengan Laut Aru, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Aru, sebelah selatan berbatasan dengan Laut
Arafura, dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Arafura (BPS, 2011).
Menurut Litbang Kompas (2004), tepatnya pada zaman es di saat
permukaan laut lebih rendah, daerah ini bersambungan dengan Papua
dan Australia menjadi daratan yang sangat luas. Ratusan juta tahun
setelah zaman es berakhir, Australia telah menjadi benua di selatan,
Papua menjadi pulau besar tersendiri, adapun Aru berserakan menjadi
pulau-pulau kecil yang mengapung di laut biru.
Gambar. Peta Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku
Sumber: Lampiran III UU RI No. 40 tahun 2003 (Peta
di snapshot dari file PDF tanpa memperhatikan skala)
Dalam laporan etnografi Melalatoa (1995) permukaan kepulauan
ini tidak bergunung-gunung dan tidak ada pula dataran tinggi. Tanahnya
subur dengan ditutupi hutan primer. Dahulu padang ilalang yang
terhampar luas digunakan hidup kawanan rusa. Melalatoa melaporkan,
Orang Aru memiliki 10 bahasa besar, salah satu diantaranya adalah
bahasa Siwalima. Bahasa Siwalima adalah rumpun bahasa Maluku yang
8. 7
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
hingga sekarang memiliki empat dialeg. Sebagai masyarakat nelayan,
Orang Ayu piawai dalam mengarungi laut Banda dan laut Arafuru. Ragam
pekerjaan yang dikuasai adalah budidaya rumput laut, beternak kerang
mutiara, dan sebagian kecil sebagai petani dan peramu sagu. Makanan
khas Orang Aru adalah sagu dan umbi-umbian. Adapun agama yang
dipeluknya adalah agama Islam, dan sebagian memeluk agama Kristen,
serta sistem kepercayaan leluhur masih terwujud dalam kehidupan
mereka.
Masyarakat dikepualuan Aru merupakan masyarakat yang secara
ekonomi adalah kategori kawasan kepulauan perbatasan tertinggal (SIS
PDT, 2011). Tercatat jumlah penduduk miskin sejumlah 29.400 orang (SIS
PDT, 2012) dan jumlah keluarga sebanyak 19.736 KK (Podes, BPS, 2012)
dari 83.269 jiwa jumlah penduduknya (BPS, 2011). PDRB tahun 2009
sejumlah 197,28 milyar, namun pada tahun 2010 hanya sejumlah 34, 996
milyar (BPS, 2011). Penjelasan tentang kenapa fluktuasi PDRB terjadi,
belum penulis temukan. Jumlah Puskesmas Utama dan Pembantu yaitu
sejumlah 40 unit (Podes BPS, 2011). Tercatat terdapat 32.414 penduduk
angkatan kerja (Sakernas, BPS, 2009), menganggur mencapai 1.905 jiwa
(Sakernas, BPS, 2009), 99,05 % melek huruf (Susenas BPS, 2010), dan
angka partisipasi sekolah mencapai 90 indeks (SIS PDT, 2012).
Pada tahun 2010, hanya empat desa yang dapat dilalui mobil.
Kemudian pada tahun 2011, terdapat tujuh desa yang beraspal dari 119
desa secara keseluruan (Podes BPS, 2011). Prosentase keluarga yang
menggunakan listrik adalah 44,22% (Podes BPS, 2010), pengguna
telepon sebanyak 2,74 % (Podes BPS, 2010), 99 buah bank umum dan
dua bank perkreditan rakyat (Podes BPS, 2011). Adapun fasilitas pasar
dengan bangunan permanen terdapat di 44 desa, selebihnya adalah
pasar dengan bangunan non permanen (Pode BPS, 2011).
Dalam hal kapasitas daerah Aru, terdapat dua hal yang menjadi
indikator yaitu celah fiskal dan pendaptan asli daerah. Menurut
Departemen Keungaan (2010), celah fiskal di Kepulauan Aru mencapai
228.7744 juta rupiah. Adapun pendapatan asli daerah kepulauan ini
(Pemda, 2010) mencapai 12.909.499 juta rupiah. Dalam hal aksesibilitas,
Kepuluan Aru cukup terbilang sulit. Hal ini dapat dilihat rata-rata jarak dari
kantor desa ke kantor kabupaten yang membawahi rata-rata berjarak
96,18 km (Podes BPS, 2011). Adapun waktu tempuh ke pusat pelayanan
pemerintahan adalah 449,92 menit (Podes BPS 2008).
Kepuluan Aru memiliki karakteristik sebagai daerah pesisir dengan
prosentase mencapai 98,32%. Sepanjang tahun 2011 tidak ada catatan
seius tentang bencana alam yang menimpa pemukiman di desa
Kepulauan Aru. Tercatat 14,29% dengan desa yang berpotensi konflik
(Podes BPS, 2011), 1.68% desa berpotensi tanah longsor, dan 0,84 desa
berpotensi banjir (SIS PDT 2012). Berbeda dengan Kompas (2012) telah
melaporkan terjadi gempa berkuatan 7 skala Richter yang mengguncang
perairan Kepulauan Aru. Kompas menuding, BMKG terlambat
menginformasikan gempa, sehingga masyarakat Aru mengalami
9. 8
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
ketidaksiapan dan kepanikan yang luar biasa dalam merespon gempa.
Kompas melaporkan, keterlambatan itu dikaenakan pihak BMKG salah
menekan tombol gempa berpotensi tsunami, padahal tidak.
Dalam hal ikon daerah, mutiara dan burung Cenderawasih (BPS,
2011) telah menjadi ikon kepulauan ini. Potensi yang Aru juga didukung
dengan perairan laut dalam yang telah menjadi penyumbang tangkap ikan
tuna dan jenis makanan laut lainnya, dalam tahun 2010 saja terhitung
sebanyak 519.006 ton (BPS, 2011), serta terdapat 57 titik potensi benda
berharga muatan kapal tenggelam (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011).
Hingga sekarang, hanya 4 titik saja telah mendapatkan ijin pengangkatan,
itupun belum satupun benda berharga muatan tenggelam yang telah di
angkat dari peraian laut dalam ini.
Beragam potensi yang dimiliki Aru, sudah saatnya perlu
dikontekstualisasikan di era kekinian. Sehingga ekonomi lokal menguat
dan akhirnya kawasan perbatasan di Kapulauan Aru menjadi garda
terdepan dalam mengaktualisasi integrasi nasional.
Kontekstualisasi Kekuatasan Sosial di Kawasan Perbatasan
Pengelolaan sumber daya alam di pulau-pulau kecil telah menjadi
dambaan dalam penumbuhan kekuatan ekonomi lokal yang dikelola pada
masyarakat di wilayah perbatasan. Namun menurut Georgi (2003 dalam
Subejo, 2008) kekuatan alam yang melimpah, akan sulit memberikan
kontribusi yang nyata dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
masyarakat, jika tanpa dibarengi dengan kekuatan sosial.
Menurut Subejo (2008) elemen utama kekuatan sosial itu
mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Subejo menegaskan,
keempat elemen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku
kerjasama untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berangkat dari konsep
social capital di atas, dalam mendapatkan kontribusi nyata pada
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi masyarakat, maka penguatan
akan social capital yang dimiliki masyarakat di kawasan perbatasan
adalah hal mutlak yang perlu diwujudkan. Hambatan dalam mewujudkan
penguatan social capital pada masyarakat diperbatasan adalah tentang
kontekstualisasi program kegiatan yang ada di berbagai bidang di era
kekinian.
Menurut penulis, terdapat delapan belas bidang kekautan sosial di
Kepuluan Aru yang perlu dikontekstualisasikan agar ekonomi lokal
menguat dan akhirnya kawasan perbatasan di Kapulauan Aru menjadi
garda terdepan dalam mengaktualisasi integrasi nasional. Sembilan belas
bidang yang perlu digarap itu diantaranya; bidang pendidikan, politik,
gender, ekonomi, sosial, budaya dan seni, lingkungan hidup, teknologi,
hukum, sejarah, pertahanan dan keamanan, bahasa, transportasi,
olahraga, pemukiman, kesehatan, pariwisata, dan pangan.
10. 9
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Gerakan Mengajar di Perbatasan
Kontekstualisasi penguatan di bidang pendidikan dapat dilakukan
dengan gerakan mengajar di perbatasan. Gerakan mengajar dapat
mencerdaskan masyarakat Aru dalam menemukan solusi hidup yang
ramah lingkungan. Rendahnya indek pembangunan manusia masyarakat
Aru yang hanya mencapai 69,93 indeks, jumlah SD dan SMP per 1000
penduduk hanya dua buah, jauhnya jarak pemukiman dengan SD dan
SMP mencapai 16,66 km dan SMA mencapai 27,20 Km (SIS PDT, 2012),
program gerakan mengajar menjadi pilihan tepat untuk realisasikan.
Dalam melaksanakan progaram ini, pihak Pemda Kepulauan Aru
dapat bekerjasama dengan Kemendikbud, Perguruan Tinggi, hingga LSM
Pendidikan, untuk mengajar di masyarakat kepaluan. Pemda diharapkan
memiliki desain kurikulum berbasis keunggulan lokal agar pascaprogram
pengajaran, terdapat tindaklanjut dan kesinambungan yang dapat
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat diperbatasan.
Gerakan Cinta Produk Lokal
Penguatan bidang politik dapat dilakukan dengan cara gerakan
cinta produk lokal. Program ini nantinya dapat menumbuhsuburkan
pertumbuhan home industri yang mana sebagai rantai ekonomi dengan
siklus yang mapan dan matang. Belajar dari temuan studi yang dilakukan
Sitohang (2009) tentang perdagangan gelap yang kerap terjadi kawasan
perbatasan, karena tidak adanya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri, perlahan akan teratasi.
Pembangunan Berbasis Gender
Penguatan akan kekuatan sosial masyarakat diperbatasan Aru
juga dapat dilakukan pada bidang gender dengan program pembangunan
daerah tertinggal berbasis gender. Program ini dilakukan dengan
mengikutsertakan peran serta perempuan dan laki-laki dalam
pembangunan. Kerja keras (maskulinis) dan keuletan (feminis) (Astuti,
2008) dapat digabung dalam penguatan ekonomi lokal. Sosiostruktur pada
masyarakat pesisir, dimana perempuan hanya sebatas menunggu hasil
tangkapan, sudah saatnya diredefinisi. Perempuan dapat menjadi pelopor
dalam membangkitkan ekonomi keluarga. Hanyalah perbedaan jenis
kelamin tentang perempuan dan laki-laki saja, selebihnya dalam
membangkitkan ekonomi dalam keluarga, keduanya perlu dikonstruksikan
sejajar dalam rangka mempercepat proses dan efesiensi produksi dengan
nilai profit yang tinggi. Terlebih tren demografi, jumlah perempuan di
masyarakat Aru lebih banyak dari pada jumlah laki-lakinya (BPS, 2011).
11. 10
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Program Pengalengan Ikan
Selanjutnya penguatan bidang ekonomi dapat dilakukan dengan
program pengalengan ikan secara masal. Tercatat penangkapan hasil laut
di Teluk Aru dan Perairan Arafuru, pada tahun 2010 telah menyumbang
angka 537.964 ton atau meningkat hingga 65,75% (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2011). Wajar jika terjadi tindakan illegal fishing (Nainggolan,
2008) yang dilakukan oleh orang luar cukup marak terjadi. Kasus illegal
fishing dan data tangkap ikan diatas sudah saatnya disambut dengan
persaingan mendirikan industri pengalengan ikan masal agar bahan baku
ikan yang berkualitas dan melimpah ini, keuntungannya dapat dinikmati
oleh masyarakat lokal. Dengan penciptaan lapangan pekerjaan maka
nantinya akan mamacu ketercukupan standar kualitas hidup masyarakat.
Ketersediaan lembaga kerja ini pula akan memacu dinamika masyarakat
Aru yang lebih progresif.
Gemar Menolong
Kontekstualisasi penguatan di bidang sosial dapat dilakukan
dengan program gemar menolong. Gemar menolong merupakan
kerjasama untuk menyelesaikan proyek guna kepentingan bersama, atau
yang dalam Marzali (2005) disebutnya dengan istilahh gotong-royong.
Mengangkat anggota masyarakat yang lemah hingga menjadi kuat adalah
suatu pemberdayaan dalam membangun kemandirian yang tidak
tergantung pada kekuatan uang. Membangun kewirausahaan sosial atau
sociopreneur (Winartoi, 2008) dapat diaktualsiasikan di kawasan
perbatasan ini. Dengan ideologi sociopreneur ini, biaya pembangunan
akan lebih irit, mengingat Product Domestic Regional Bruto (PDRB)
kepulauan ini hanya sejumlah 34, 996 milyar (BPS, 2011).
Pelestarian Tradisi Lokal
Selanjutnya bidang budaya dan seni dapat dilakukan dengan
melestarikan dan mengembangkan tradisi lokal yang memiliki
keperpihakan akan ketercukupan kebutuhan lokal. Identitas dan karakter
masyarakat Aru akan menjadi mantap di kemudian dengan pendekatan
pembangunan identitas karekter budaya masyarakat. Pengembangan
pentas seni berbasis lingkungan, seperti yang dipaparkan Melalatoa
(1995) tentang keanekaragaman sistem matapencaharian dan ikon Orang
Aru, mutiara dan bulu cenderawasih, sudah saatnya menjadi karakter seni
Orang Aru. Pentas tari terkenal Orang Aru adalah tarian Cukelele. Dalam
tarian tersebut, Orang Aru sangat mengagungkan burung Cenderawasih
yang replikanya ditaruh di kepala sang penari. Menggelar pentas kesenian
lokal berbasis potensi pesisir akan menjadi penyejuk dan penyemangat
etos kerja keseharian masyarakat Aru itu sendiri.
Langkah pengumpulan dan kepemilikan identitas budaya
masyarakat Aru mendesak untuk dilakukan agar masyarakat diperbatasan
12. 11
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
ini tidak dijajah oleh budaya bangsa luar. Telerbih secara sosiohistoris
masyarakat Aru memiliki hubungan dengan budaya bangsa Australia
(Kompas, 2004). Terbukti hingga saat ini Australia menggunakan
pendekatan budaya dalam berinteraksi dengan masyarakat tetangga
batas geografisnya (Elisabeth, 2006).
Gerakan Menanam Pohon
Peguatan bidang lingkungan hidup dapat dilakukan dengan
program menanam pohon. Gerakan menanam pohon dan menggunakan
sekedarnya akan kekayaan lingkungan agar dapat diwariskan hingga
anak cucu Aru dikemudian hari. Menanam pohon juga telah menjadi isu
global yang cukup strategis untuk dilakukan di kawasan perbatasan Aru
karena sejalan dengan isi dari Protokol Kyoto (Wikipedia, 2012). Kawasan
Aru menjadi potensial karena dikawasan ini terdapat kawasan lindung
yang menyatu dengan pemukiman masyarakat dengan prosentase
92,44% (SIS PDT, 2012). Tindakan nyata yang dapat dilakukan adalan
penanaman pohon bakau disepanjang pantai Aru serta gerakan menanam
pohon sebelum menebangnya yang memiliki nilai ekologi sekaligus
bernilai ekonomi tinggi.
Penciptaan Teknologi Terapan
Dalam bidang teknologi, menciptakan alat untuk penguatan
produksi dan prinsip efesiensi mutlak dilakukan. Penciptaan teknologi
terapan hendaknya diselaraskan dengan potensi alam dan sosial yang
ada di kepulauan ini. Tanpa alat berteknologi tinggi, masyarakat
diperbatasan akan mengalami proses ketertinggalan yang tak terkendali.
Penamaan Pulau-pulau di Aru
Bidang hukum pun demikian, dengan memberi nama di sepanjang
pulau menjadi petanda bahwa mereka hidup dalam pangkuan ibu pertiwi,
bukan dalam kendali para cukong luar negeri yang selalu membingungkan
posisi dan peran anak negeri di kawasan perbatasan ini.
Penulisan Sejarah Lokal
Menulis sejarah lokal menjadi garapan yang perlu
dikontekstualisakan di bidang sejarah. Sebagai bagian dari entitas
masyarakat global, sudah saatnya mereka memegang kendali akan
sejarahnya sendiri, bukan sebaliknya sejarahnya dikontruksikan orang luar
yang belum tentu memihak kepentingan masyarakat di kawasan
perbatasan negeri.
13. 12
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Pembangunan Laboratorium Nasionalisme
Selanjutnya di bidang pertahanan dan keamanan, kawasan
perbatasan hendaknya dibangun sebuah laboratorium nasinalisme.
Laborat ini akan berfungsi sebagai penguatan karakter nasionalis.
Berbagai kegiatan dan pembangunan simbol-simbol kepahlawanan, serta
menggali nilai-nilai kepahlawanan di tingkat lokal, akan mampu menjaga
kedaulatan negeri ini. Dalam konteks geografi politik, episentrum dari
kedaulatan ada dikawasan perbatasan, bukan dipusat perkotaan.
Membumikan Bahasa Ibu
Dalam bidang bahasa, melestarikan dan menggunakan bahasa
ibu setelah bahasa nasional adalah tanda kemenangan akan kedaulatan
politik teritorial di negeri ini. UNESCO-pun telah memberi apresiasi
setinggi-tingginya karena bahasa ibu telah berperan sebagai alat
sosialisasi mengenalkan norma dan perilaku sosial dalam mewujudkan
suatu tatanan sosial yang diidam-idamkan. Dengan 10 bahasa besar yang
dimiliki Orang Aru dan ragam dialeg yang begitu berlimpah (Melalatoa,
1995) sudah saatnya digunakan baik sebagai bahasa ibu, menjadi alat
komunikasi dalam proses pembangunan di kawasan perbatasan ini.
Kasus yang diceritakan Suhana (2007) tentang fenomena di Miangas
tentang penggunaan bahasa Tagalog mata uang Peso, menjadi hal
menarik untuk dijadikan pelajaran akan eksisten bahasa ibu di masa
depan nanti.
Revitalisiasi Transportasi Air
Bidang transportasi dapat digarap dengan melakukan revitalisiasi
transportasi air. Dominasi pesisir sebagai karakteristik di pulau Aru, maka
yang paling efektif dan efesien adalah meremajakan dan
mengembangkan alat transportasi berbasis air. Keberadaan transportasi
air ini akan memutus keterasingan dan keterpencilan kepulauan aru
dengan kepulauan yang lainnya sekaligus memompa derajat kebangkitan
ekonomi masyarakat Aru ini.
Perlombaan Olahraga Unggulan
Bidang olahraga dapat dikembangkan dengan perlombaan
olahraga unggulan lokal. Sebagai kawasan kepulaun, olahragawan dan
olahragawati renang dan selam, dapat didik di pulau ini. Sehingga
nantinya kepulauan Aru dapat memberi sumbangan prestasi nasional
dalam cabang olahraga yang dilombakan baik ditingkat nasional maupun
internasional.
Perumahan Tahan Kebencanaan
Penguatan di bidang pemukiman dapat dilakukan dengan model
perumahan tahan kebencanaan. Banjir, tanah longsor, dan gempa yang
berpotensi mengakibatkan Tsunami menjadi kehawatiran bagi semua
penduduk yang bermukim di sepanjang pesisir pantai Aru. Dengan desain
14. 13
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
perumahan tanggap kebencanaan, keselamatan penduduk di pemukiman
pesisir menjadi harapan bagi setiap orang.
Pengobatan Tradisional
Kemudian penguatan di bidang kesehatan dapat dilakukan
dengan cara menggali perilaku dan bahan medis yang cukup terbukti
digunakan dalam mengobati penyakit endemik. Keterbatasan aksesibilitas
infrastruktur kesehatan tidak lagi menjadi kendala, karena masyarakat
setempat telah piawai dalam melakukan tindakan preventif dan tindakan
medis. Dengan demikian maka kesehatan fisik sebagai pendukung
produktivitas ekonomi akan segera tercapai.
Wisata Tapal Batas
Program wisata tapal batas merupakan program pariwisata
dengan menyuguhkan panorama alam dan sosial yang ada di kawasan
perbatasan yang didalamnya terdapat tujuan melibatkan masyakat luas
dalam memperkuat tapal batas Indonesia. Secara teknis, wisatawan
diperkenankan memberikan simbol secara bebas tentang tanda bahwa
kawasan yang dikunjungi adalah kawasan perbatasan. Program wisata
tapal batas ini berangkat dari konflik perbatasan yang belum selesai
semenjak Timor Leste menjadi negara tersendiri. Ada perjanjian (timor
gap treaty) yang menjadi batal dan batas-batas laut yang ada harus
dirundingkan kembali secara trilateral antara Indonesia - Timor Leste -
Australia. Program wisata ini menjadi sesuatu yang menarik untuk
dikembangkan pada kawasan di perbatasan.
Budidaya Pangan Berbasis Lokal
Adapun penguatan di bidang pangan dapat dilakukan dengan
melakukan budidaya pangan berbasis lokal. Pangan merupakan hal
penting dalam unsur kehidupan, karena ketiadaan pangan akan
melahirkan sikap radikal dan pemberontakan (Herdiawan, 2012) yang
berujung pada perusakan hasil-hasil pembangunan. Kuliner lokal menjadi
alternatif dalam pengembangan perwisataan para pelancong yang tertarik
mengunjungi kawasan perbatasan di Kepulauan Aru ini sekaligus menjadi
kazanah kuliner nusantara yang penting di jaga sebagai identitas bangsa
dalam bidang ketahanan dan kedaulatan akan kuliner nusantara.
Kebangkitan Kekuatasan Sosial Berorientasi Perubahan Sosial
Membangun kekuatan sosial masyarakat di Kepulauan Aru
merupakan bagian penting dalam membangun mental pembangunan
nasional. Berbagai sisi kehidupan ditata sedemian rupa untuk
membangkitkan sikap yang tangguh dalam misi membangkitkan
kebudayaan pembangunan, bukan kebudayaan kemiskinan (Lewis dalam
Saifuddin, 2011), hingga konsep stereotip mental pembangunan menurut
Kolonial Belanda (Marzali, 2005) yang penuh dengan siasat pelemahan
mentalitas pembangunan.
15. 14
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Heterogenitas potensi masyarakat Kepualuan Aru sudah saatnya
dikontekstualisasikan. Berbagai potensi mulai dari bidang pendidikan,
politik, gender, ekonomi, sosial, budaya dan kesenian, lingkungan hidup,
teknologi, hukum, sejarah, pertahanan dan keamanan, bahasa,
transportasi, olahraga, pemukiman, kesehatan, wisata, dan pangan,
sudah saatnya diaktualisasikan oleh masyarakat lokal. Dengan demikian
maka akan tercipta pembangunan masyarakat perbatasan yang
berorientasi perubahan sosial.
Dalam memujudkan masyarakat di kepulaun Aru yang adil dan
makmur, dalam perspektif sosiologis, hal yang perlu dilakukan adalah
kontekstualisasi kekuatan sosial. Berbagai bidang kehidupan perlu
dikuatkan dengan merancang dan melaksanakan program kegiatan yang
sifatnya kekinian.
16. 15
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Rujukan Tulisan
Amandadj. 2012. Batas Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam
(http://amandadj.blogspot.com/2012/01/batas-wilayah-negara-
republik-indonesia.html), diunduh pada tanggal 09 Agustus 2012.
Astuti, Tri Marheni Pudji. 2011. Kontruksi Gender Dalam Realitas Sosial.
Semarang: Unnes Press.
BPS. 2009. Pedoman Pencacah Sakernas 2009. BPS: Jakarta.
BPS. 2010. Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS. Jakarta.BPS.
2012. Laporan PODES 2011. BPS Kabupaten Kepulauan Aru:
Dobo.
BPS. 2009. Laporan PODES 2008. BPS Kabupaten Kepulauan Aru:
Dobo.
Depkue RI .2010. Data Pokok APBN 2005-2010. Dalam
http://www.fiskal.depkeu.go.id/ webbkf/download/datapokok-
ind2010.pdf. Diunduh pada tanggal 09 Agustus 2012.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan Dalam
Angka Tahun 2012. Jakarta: Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta.
Elisabeth. 2006. Isu-Isu Strategis dalam Hubungan Australia-Asia Timur
(1997-2005). Jakarta: LIPI Press.
Herdiawan, Didit. 2012. Ketahanan Pangan dan Radikalisme. Jakarta:
Republika.
Kompas. 2004. Kapupaten Kepulauan Aru. Terbit pada tahun 2004 (hari
dan tanggal terbit tidak tertera).
Kompas. 2012. BMKG Terlambaar Siarkan Gempa Aru. Terbit Sabtu, 13
Oktober 2012.
Irewati. 2004. Kebijakan Indonesia Dalam Menghadapi Kejahatan Lintas
Negara: Kasus Illegal Logging di Kalbar dan Kaltim. Jakarta: LIPI
Press
Melalatoa, M Junus. 1995. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Marzali, Amri. 2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta:
Kencana.
Nainngolan, Poltak Partogi. 2008. Masalah Perbatasan Indonesia-Papua
New Guinea. Perspektif Keamaan. P3D1 DPR RI. Jakarta. Laporan
Penelitian.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Badan Nasional Pengelola Perbatasan.
Priswari, Inti. 2010. Analisis Sengketa Perbatasan Wilayah Kedaulatan
Blok Ambalat Antara Indonesia - Malaysia Serta Upaya
Penyelesaiannya. Undergraduate Thesis, Universitas Diponegoro.
Raharjo. 2011. Pekerjaan Rumah Perbatasan Indonesia-Malaysia. Dalam
http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik-
17. 16
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
internasional/526-pekerjaan-rumah-perbatasan-indonesia-malaysia.
Diunduh pada tanggal 09 Agustus 2012.
Sitohang, dkk. 2009. Masalah Perbatasan Wilayah Laut Indonesia di Laut
Arafura dan Laut Timor. Jakarta: LIPI Press.
Subejo. 2008. Peranan Social Capital Dalam Pembangunan Ekonomi:
Suatu Pengantar untuk Studi Social Capital di Pedesaan Indonesia.
Fakultas Pertanian UGM. Dalam
http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&nid=38&option=detail.
Diunduh pada tanggal 09 Agustus 2012.
Suhana. 2007. Benarkah Pulau-pulau Perbatasan Terancam Hilang?
UU No. 30 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Aru
Maluku.
Wikipedia. 2012. Protokol Kyoto. Dalam
http://id.wikipedia.org/wiki/Protokol_Kyoto. Diunduh pada tanggal
09 Agustus 2012.
Winartoi. 20008. Membangun Kewirausahaan Sosial: Meruntuhkan dan
Menciptakan Sistem Secara Kreatif. Yogjakarta: API.
18. 17
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Kontekstualisasi Etnisitas di Perbatasan
Tulisan singkat ini merupakan hasil wawancara dengan Karel Duganata.
Karel merupakan tokoh muda Aru alumni Fakultas Hukum Universitas
Patimura. Wawancara dilaksanakan di lokasi Penginapan Kemah
Kawasan. Waktu wawancara dilakukan tepatnya pada hari Selasa tanggal
16 bulan Oktober 2012 pukul 18.00 WIT.
Falsafah Orang Aru adalah “Jarjaban Jartama”. Arti dari falsafah tersebut
adalah “Aku peri menimba ilmu diluar, lalu kembali membangun aru”.
Terdapat 17 etnis di Kepulauan Aru. Etnis Aru sendiri dikenal setelah
Alferld Walace, seorang peneliti Belanda melakukan penelitian tentang
bulu burung. Walace tertarik dengan burung cenderawasih. Bulu
cenderawasih konon digunakan raja-raja dari Persia.
Orang Aru juga disebut sebagai Orang Jarjui atau sering dipanggil Orang
Jar.
Beberapa etnis yang tinggal di Kepulauan Aru diantaranya; etnis key, etnis
tanimbar, etnis ambon, etnis manado, etnis seram, etnis pandawa, etnis
buton, etnis bugis, etnis makasar, etnis aceh, etnis tepa, etnis teon nila
serwa, etnis ternate tidore, etnis flores, etnis papua, tenis kalimantan, dan
etnis cina.
Orang Aru berpandangan bahwa manusia itu saling membutuhkan.
Keberadaan satu dengan yang lain turut membangun. Ada keyakinan,
bersama, membangun lebih cepat berhasil.
Pada dinamika politik di Aru, orang Aru mendapatkan perlakuan khusus.
Posisi untuk Bupati, Wakil Bupati, dan Setda hanya diperuntukkan dari
suku asli Aru. Adapun di posisi politik pemerintahan bawahnya untuk etnis
lain.
Pemilik tanah Aru namanya Petuanan. Marga Barends adalah marga yang
berperan dalam hal jasa tanah. Semua orang yang akan memiliki tanah di
Aru, harus mendapatkan surat ijin dari marga Barends. Setelah
mendapatkan surat ijin, kemudian tanah akan dilepaskan. Proses
selanjutnya adalah penyelesaikan sertifikat tanah.
Tanah yang berlokasi strategi saat ini dimiliki oleh etnis Cina dan Pemda.
Dengan mampu membeli harga tanah yang mahal, etnis Cina memiliki
tanah di kepulauan ini. Selain etnis Cina, tanah yang strategis dimiliki oleh
Pemda dengan harga relatif murah dengan alasan untuk kepentingan
negara.
19. 18
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Dalam kepemilikan tanah, Orang Aru cenderung memiliki tanah yang tidak
strategis. Mereka menempati tanah jauh dari pusat keramaian dengan
alasan harga tanah relatif terjangkau.
Cara berbusana orang aru menggunakan slepang. Orang Aru laki-laki
menggunakan ikat kepala merah. Selanjutnya orang aru perempuan
menggunakan manik-manik dikepala dari bulu burung cenderawasih.
Adapun sasajen orang Aru terdiri dari buah pinang dan rokok yang
dikemas di atas piring.
Dobo, Oktober 2012
20. 19
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Sistem Pertahanan Perbatasan
Penelitian tentang sistem pertahanan perbatasan dilakukan dilokasi di
desa kalar-kalar. Menuju lokasi tersebut, peneliti mengenakan speedbood
dengan waktu 3 jam dari kota Dobo. Speedbood yang digunakan adalah
milik Bupati. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik wawancaran dan observasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober tahun 2012.
Tugas Lanal Aru yaitu menjelenggarakan operasi intelejen maritim guna
mendukung perlaksanaan ora laut di Aru, menyelenggarakan operasi
tempur, dan menyelenggarakan OMSP. Lanal di lokasi mirip sebagai kos-
kosan. Lanal di kalar-kalar tidak ada garis administrasi dan tupoksi.
Lanal di Aru memiliki satu buah kapal sedang dan kecil dengan tahun
buatan 2005. Persenjataan yang digunakan adalah alutsisra bekas
Perang Dunia II. Adapun alat komunikasi yang digunakan adalah radio.
Hasil wawancara dengan komandan, dengan diwakili dan konlanal,
prajurit lanal, dan aparat setempat, diantaranya sebagia berikut. Menurut
Bapak Doni, fasilitas keamaan yang tidak memadai. Mereka akan beraksi
ketika mendapatkan informasi dar i intelejen. Parkir perugas tidak di lanal,
tapi di Dobo dengan jarak tempuh ke lanah dengan waktu 3 jam.
Saat ada insiden, dimungkinkan akan terlambat. Jika ada sesuatu
kejadian yang luar biasa, pihak lanal menghubungi pusat. Pada saat ini
komunikasi kurang lancar, penempatan pasukan cenderung tidak sesuai
dengan spesifikasi, serta tidak ada retribusi untuk kapal-kapal yang masuk
wilayah Aru. Mehurut penuturannya, konflik tanah Lanal Aru kerap terjadi.
Menurut Ketua Adat setempat, tanah untuk lanal adalah tanah adat yang
belum selesai. Dermaga saat ini dalam kondisi yang tidak memadai.
keterbatasan dalam suplay bahan bakar juga kerap terjadi. Terlebih
instalasi listrik belum tersedia hingga saat ini. Saat ini penerangan
didermaga menggunakan genset. Adapun desa sekitar, tak satupun yang
teraliri jaringan listrik.
Berdasarkan gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa impian angkatan
laut untuk garis terdepan dalam keamanan, jauh dari harapan.
Pengamanan terhadap perbatasan Aru sangat lemah dan belum ada
kesejahteraan untuk Personel Lanal.
Dobo, Oktober 2012
21. 20
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Membangun Perikanan Untuk Bangsa?
Dahulu adalah PT Daya Guna Samudra 1970-2000 kemudian diambil alih
oleh PT. Pusaka Benjina Resources. Perusahaan perikanan yang tampak
seperti dermaga sederhana ini dibangun sejak tahun 2007. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang perikanan khususnya dalam hal penangkapan
ikan, pengemasan, dan penjualan es ikan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada bulan Oktober 2012,
masyarakat sekitar PT Pusaka Benjina Resources Dobo ini masih
menggunakan sistem penangkapan ikan dari nelayan tradisional. PT
Pusaka Benjina Resources Dobo merupakan perusahan penangkap ikan
yang kemudian di jual pada nelayan Thailand. Tiap sekali penjualan hasl
laut, sedikitnya adalah 200 ton ikan.
Selain bergerak dalam bisnis perikanan, perusaan ini menjual balok es
yang dipasarkan dan dibeli kepada dan oleh nelayan lokal. Menurut hasil
wawancara, PT Pusaka Benjina Resources Dobo tiap bulan memberikan
kompensasi sebesar 400 juta. Namun sayangya masyarakat Aru tidak
mendapatkannya.
PT. Pusaka Benjina Resources merupakan perusahaan ikan terbesar di
Kepulauan Aru. Karyawan PT. Pusaka Benjina Resources sejumlah 300
karyawan. Adapun prosentasi tenaga kerjanya adalah 85% karyawan lokal
15 % karyawan luar. Ikan-ikan yang berkualitas di jual di Thailand. Adapun
ikan yang berkualitas buruk dijual di dalam.
Menurut pengamatan dan pengakuan informan, di dalam kapal-kapal yang
karyawannya besar, terdapat ribuan pekerja dari asing. Pekerja lokal tidak
mampu bersaing dalam hal kualifikasi menjadi pekerja pabrik profesional.
Suatu ketika, pernah pelatihan sejumlah 100 orang yang dipandu oleh
ILO. Namun pascapelatihan, tidak seorangpun yang diterima dan
menerima di pabrik ikan besar. Orang asli Aru cenderung ingin kerja di
darat dengan gaji besar.
Menurut pengakuan masyarakat setempat, sumbangsih pendidikan dari
perusahaan kepada masyarkaat cenderung sangat kecil. Pihak
perusahaan hanya memfasilitasi dua perahu dan TK, dan mengelola tiga
SD untuk kelas jauh dengan kerjasama dengan Dinas Pendidikan
Pemerintah Daerah setempat. Walapun demikian, pada acara-acara adat
pabrik memberi ikan.
Masyarakat berharap, kendala berupa transportasi, komunikasi, sumber
daya yang renah, cepat segera terselesaikan di Kepulauan Aru. Sehingga
terdapatnya perusahaan ikan besar, mampu mensejahterakan
22. 21
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
masyarakat. Masyarakat juga berharap, perihal kompensasi, perlu ada
perda khusus untuk kompensasi daerah Aru.
Dobo, Oktober 2012
23. 22
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Pasar Apung Jargaria
Permasalahan para pedagang ikan di Pasar Apung Jagaria ini didapatkan
melalui kunjungan lapangan pada bulan Oktober tahun 2012. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.
Aru memiliki potensi ikan yang melimpah. Namun pedagang belum
optimal dalam memanfaatkan ikan. Permasalhan yang dihadapi dan
solusinya sebagai berikut.
Pedagang ikan di Pasar Apung berlatar belakang multietinis. Beberapa
latar belakang etnis pedagang ikan di pasar Jagaria ini diantaranya dari
atnis aru, bugis, buton, dan batak. Permasalahan saat ini yang
menghinggapi pedangan ikan diataranya; ketakutan bunga pinjaman di
Bank. Permasalahan akan terpenuhinya permodalan, sangat diharapkan
pada pedagang ikan.
Pada Pasar Apung Jagaria, jumlah pedagan ikan sebanya tiga puluh
pedagang. Jumlah lapak ikan di pasar tersebut sejumlah dua belas lapak
ikan. Coolbox menjadi alat penyimpanan para pedagang ketika ikannya
tidak laku terjual.
Pada pasar Apung terdapat tujuh coolbox. Sisa ikan yang tidak habis
terjual dibuang begitu saja. Bahan bakar minyak masih menjadi masalah
nelayan. Nelayan hanya diberi lima liter yang berdampak pada
keterbatasan nelayan. Higinitas dipasar ikan tampaknya belum memenuhi
standar. Hal ini dapat dilihat temua di lapangan bahwa beragam sampah
ikan dan kulit kerang berserakan.
Kebutuhan pompa ikan dibutuhkan untuk membersihkan sampah. Kondisi
pasar yang mulai sesak berjejalan. Kondisi pasar yang sempit namun
pembeli dan pedagang bertambah. Kondisi pasar apung tersebut seiring
dengan limbah ikan busuk yang berserakan.
Dobo, Oktober 2012
24. 23
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Sekolah di Perbatasan
Berikut ini merupakan hasil studi tentang gambaran umum lembaga
pendidikan di perbatasan. Lembaga pendidikan yang dileliti sebanyak
empat sekolah. Beberapa sekolah tersebut di SMA Katolik Yos Sudarso,
Sd Kristen Dabo, dan MTs Al-Hilal Dobo, dan SMP Negeri 1 Pulau-Pulau.
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan teknik wawancan,
observasi, dan dokumentasi. Adapun analisisnya mengenakan
pendekatan analisis deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
tahun 2012.
Berikut ini merupakan gambaran umum dari empat lembaga pendidikan di
Kepulauan Aru. Pertama, SMA Katolik Yos Sudarso berdiri tahun 15 Juli
1991. Pendirian SMA ini diprakarsai dengan semangat Yos Sudarso.
Adapun aktor utama dalam pendirian SMA tersebut adalah seorang
Pendeta dua orang pribumi. Kedua, MTs Al-Hilal berdiri sejak tahun 1996.
Saat ini sekolah tersebut mendapatkan peringkat Akreditasi C . Kegiatan
belajar mengajar dimulai sejak pukul 07.30 dan pulang jam 11.30 WIT.
Hingga sekarang ini, MTs Al-Hilal masih gantian dalam penggunaan
gedungnya dengan Madrasah Ibtidaiyah setempat.
Gbr. Tampak siswa kepulauan aru sedang menaiki sampan untuk menuju
sekolah di kota Dobo (Foto Koleksi: Suhadi, 2012)
25. 24
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Ketiga adalah SMP Negeri 1 Pulau-Pulau Aru. Sekolahan ini berdiri sejak
tahun 1957. SMP Negeri 1 Pulau-Pulau Aru mendapatkan Akreditasi B.
Keempat selanjutnya adalah SD Kristen Dobo. SD Kristen Dobo berdiri
sejak tahun 2000 dengan akreditasii B. SD Kristen Dobo merupakan salah
satu lembaga pendidikan SD unggulan yang kualitasnya terpercaaya
menurut ukuran masyarakat Dobo.
Gambar. Tampak siswa dengan perahu kecil, bersandar di pelabuhan
Dobo untuk sekolah (Foto Koleksi: Suhadi, tahun 2012)
Berdasarkan temuan umum dilapangan, terdapat dua temuan penting.
Pertama, dari keemapt sekolah yang ada, terdapat keterbatasan SDM,
sarana, dan keungan, dan semua standar mengalami keterbatasan.
Kedua, Guru belum memanfaatkan sumber daya yang ada sebagai
sumber belajar berbasis lingkungan.
Dobo, Oktober 2012
26. 25
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
PELABUHAN DAN KEBANGKITAN
EKONOMI REMBANG
Kebijakan struktural
pemerintah Indonesia terlihat
lebih menekankan
pembangunan infrastruktur
darat. Hal ini dapat dilihat,
kebijakan sejak orde baru
hingga sekarang,
pembangunan infrastruktur
kelautan cenderung tidak
menjadi pilihan. Kenyataan ini
terkesan aneh kemudian,
padahal Indonesia merupakan
negara kepulauan. Harusnya infrastuktur laut lebih memadahi dan
diunggulkan, namun kenyataannya sebaliknya.
Problem Transportasi Kelautan
Kebijakan struktural yang demikian tanpa disadari, telah merugikan
Indonesia dalam jangka panjang. Sangat terasa hal ini dapat kita lihat
ketidakseimbangan nilai tukar barang. Harga barang dikawasan timur
Indonesia lebih mahal dibandingkan harga barang dikawasan barat
Indonesia. Biaya transportasi yang dikeluarkan disebut-sebut sebagai
faktor penentu mengapa harga barang dikawasan timur lebih mahal.
Ironisnya lagi, suplai logistik pada masyarakat perbatasan, cenderung
dipasok negara tetangga karena alasan harga lebih terjangkau. Tentu saja
keadaan yang demikian tidak elok jika dibiarkan atau bahkan terkesan
pemerintah melakukan pembiaran. Karena pembiaran kelogistikan yang
masuk dari luar, selalu dibarengi dengan pemaksaan akan gaya hidup
yang jauh lebih mahal untuk dikembalikan.
Pada dasarnya, problem transportasi kepualaun tidak hanya berimbas
pada pemerataan ekonomi yang tidak seimbang. Namun jauh dari itu,
kekosongan pembangunan transportasi kelautan, akan berkontribusi
besar dalam eksistensi kewilayahan Indonesia yang sarat dengan
kepulauan.
Masyarakat Rembang saat ini patut bangga memiliki Kepala Daerah yang
memihak pembangunan infrastruktur laut. Terlepas dari kekurangan yang
menimpa Kepala Daerah di kawasan timur Jawa Tengah ini, terbukti yang
bersangkutan mampu membaca masa depan Indonesia yang sedang
dibelenggu masalah transportasi laut. Terbukti telah berdiri pelabuhan
27. 26
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
besar yang nantinya mampu memberi sumbangan dalam menyelesaikan
masalah transportasi kepulauan yang tak jelas ujung hingga pangkal. Ide
menarik ini tentunya tidak berlebihan jika dicontoh oleh Kepala Daerah
lainnya yang secara geografis daerahnya berbatasan langsung dengan
kelautan.
Sebelum membahas kebangkitan ekonomi Rembang, terlebih dahulu, elok
kiranya membahas tentang problem transportsi kelogistikan di negara
kepulauan.
Banyak ahli meyakini, 2/3 keberlangsungan logistik itu dipengaruhi oleh
ke-andalan transportasi. Logistik sebagai pemain kunci dalam
menghubungkan supplay dan demand. Kalau tidak salah, transportasi
kelautan kita bertengger diurutan 59 dari transportasi kelautan
internasional. Anjloknya nomor 25 menjadi 59 ini, patut diduga karena
pemerintah kita hanya rajin membangun transportasi daratan, bukan
lautan.
Sepi Penumpang
Saat ini, transportasi laut tidak menjadi pilihan, tentunya ada beberapa
sebab. Pertama, durasi berlayar tidak tentu, telah mengalihkan para
pengirim barang menggunakan jasa angkutan darat, menjadi pilihan.
Padahal pengirim barang memerlukan kepastian dalam mengirimkan
barang. Kedua, angkutan laut itu mengirim barangnya dari titik ke titik,
sedangkan angkutan darat itu pengirimannya dikenal dengan pengiriman
dari pintu ke pintu. Hal demikian juga telah menjadi pilihan para pengguna
jasa darat, karena angkutan darat telah memberikan fasilitas antar barang
hingga ke pintu pemesan. Terlebih-lebih pengiriman barang dengan
angkutan laut, masih menggunakan angkutan darat lagi. Hal tersebut tidak
berlaku untuk angkutan darat. Angkutan darat cenderung tidak
menggunakan angkutan laut. Perbedaan inilah telah menjadi penguat
kenapa masyarakat lebih suka menggunakan angkutan darat.
Ketiga, perihal birokrasi pelabuhan pun demikian. Birokrasi pelabuhan kita
lebih kompleks dan berbelit-belit. Barang yang ada di pelabuhan dapat
tertahan hingga berhari-hari. Sudah lama dalam perjalanan, masih
ditambah lagi lama di pelabuhan, belum lagi ditambah lamanya
pengiriman barang ke tempat tujuan. Lamanya layanan dipelabuhan
diduga kuat karena minimnya fasilitas pelabuhan. Selain minim, fasilitas
pelabuhan yang ada juga dalam keadaan usang. Sudah minim, usang,
masih lagi banyak dugaan terjadi pungutan liar. Sungguh lengkap
buruknya birokrasi di pelabuhan.
Keempat, biaya transportasi laut juga dalam tergolong mahal. Hal ini
dikarenakan bahan bakar angkutan laut tidak mendapatkan subsidi.
Persatuan angkutan laut tidak semilitan persatuan pada angkutan darat.
28. 27
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Lihat saja aksi demo para supir truk dan kereta api. Tuntutan para
pengguna jalan darat ini kerap direspon yang kemudian mereka
mendapatkan banyak subsidi. Ada subsidi bahan bakar hingga subsidi
perkakas. Namun fasilitas subsidi angkutan darat ini tidak berlaku untuk
angkutan laut. Namun tanpa disadari, subsidi BBM telah menahan
pemerataan pembangunan. Sungguh subsidi sektoral yang harus dipikul
orang jauh yang harusnya tidak terbebankan.
Kelima, kosongnya angkutan laut sekembali dari daerah tujuan. Angkutan
laut sekembali dari tempat tujuan, tidak membawa barang. Sehingga
beban kerugian itu harus dipikul para penumbang dengan imbas harga
tiket angkutan laut yang tergolong mahal. Keenam, adanya rasa was-was
penumpang akan keamanan yang saat melaut di atas kapal dan angkutan
laut. Fasilitas informasi cuaca sering tertutup, layanan lalulintas laut
hampir minim – hal ini dapat dilihat tidak ada polisi lalulintas laut yang
bertugas di tengah laut –, program penelitian pengembangan transportasi
laut hampir jarang didengar, serta tidak responsifnya pemerintah ketika
ada kecelakaan di laut. Beberapa sebab di atas semakin menambah
sepinya peminat penumpang menggunakan angkutan laut.
Sebab kebijakan struktural, kepemimpinan, dan politik menjadi marak,
ketika persoalan tentang mengapa infrastruktur transportasi laut tidak
sebaik di darat. Padahal secara geografis, asas pemerataan ekonomi dan
asas kesatuan kewilayahan nusantara, pembangunan transportasi
kelautan menjadi hal yang penting untuk didahulukan.
Subsidi Itu Bukan Gratis
Kebijakan struktural yang sungguh mencengangkan adalah subsidi lebih
dari 305 trilyun untuk BBM ditumpahkan darat. Terlepas dari populis dan
tidak populisnya kebijakan dalam menaikkan harga BBM, jelas dengan
subsidi BBM, penikmat dari subsidi BBM adalah angkutan darat, dan jelas
pula daratan yang menghabiskan BBM adalah daratan Jawa. Suka tidak
suka, mau tidak mau, menaikkan harga BBM menjadi wacana menarik
dalam mengembangkan potensi transportasi kelautan, karena angkutan
laut tidak mendapatkan BBM. Ketika biaya transportasi darat dan laut
sama, atau hampir sama, jelas akan menumbuhkan semangat investasi
lintas kepulauan. Dengan bangkitnya derajat ekonomi antar pulau, maka
akan tercipta pemerataan ekonomi nasional. Tentu tidak semudah itu,
masih banyak hal menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi nasional yang berasas pemerataan dan berkeadilan.
Dari Mana Mau Kemana
Latar belakang pemimpin juga disebut-sebut memiliki peranan penting
dalam keberadaan transportasi kelautan. Pemimpin yang memiliki
29. 28
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
latarbelakang darat, disebut-sebut cenderung dalam kepemimpinannya
memilih memanjukan darat. Hal ini dapat dilihat jaman Orde Baru yang
pemimpin nasionalnya berlatar belakang dari darat. Dugaan ini memang
belum bentu benar. Namun perhatian dan kepekaan seorang pemimpin
dalam mengambil kebijakan pembangunan, sedikit banyak dipengaruhi
lingkungannya. Hampir tidak ada, pemimpin nasional kita memiliki latar
belakang kelautan.
Kepala Daerah Rembang saat ini yang membangun pelabuhan besar di
daerah tersebut, disebut-sebut memiliki latar belakang kelautan. Selain
dibesarkan dari lingkungan ekonomi nelayan, juga secara akademik juga
telah menyelesaikan akademik di pascasarjana program studi sejarah
kelautan. Memang latarbelakang pemimpin tidak menjadi syarat penentu
dalam memimpin masyarakat kepulauan. Namun, latarbelakang sosial,
geografis, ekonomi, dan akademis, memiliki peranan penting dalam
memberi warna akan program-program yang populis untuk memimpin di
wilayah kepulauan.
Alasan Melanggengkan Kekuasaan
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menimbang keberadaan
transportasi laut kita adalah semangat politik. Mulai Wakil Rakyat kita
hingga Kepada Daerah yang terpilih, termasuk PNS, Tentara dan Polisi,
sebagian besar mereka adalah berasal dari kota atau mereka urbanisasi
dari desa ke kota, atau setelah menjadi menjadi politisi, birokrat, hingga
PNS, Tentara, Polisi, mereka cenderung pindah ke kota. Dan secara
kebetulan, tidak ada kota yang tempatnya di tengah laut. Yang ada adalah
kota yang ada di darat. Dengan demikian, mau tidak mau, suka tidak suka,
mereka selalu memperkuat gagasan dan pembangunannya di daratan,
agar kekuasaannya tetap langgeng. Terlebih-lebih, hal ini didukung oleh
pedagang dan pemilik saham yang menawarkan barangnya untuk
penduduk yang tinggal di darat. Sehingga semua orang yang berkuasa,
baik secara politik, ekonomi, dan sosial, selalu berdaya-upaya untuk
membangun infratstruktur di darat, bukan dilaut.
Lantas bagaimana dengan Rembang? Apa hubungan pelabuhan terhadap
kebangkitan ekonomi Rembang? Dan bagaimana model rekayasa
ekonomi yang kemudian mampu melahirkan raksasa ekonomi kelautan
dikawasan pantura raya ini?
Bagkitkan Harapan Masa Depan
Secara kebetulan Rembang itu merupakan kawasan yang memiliki pantai
terpanjang se Jawa Tengah. Secara kebetulan juga, disepanjang tepi
pantai Rembang telah menjadi akses perjalanan darat penghubung kota
Surabaya dan Jakarta. Walau dikarunia tanah yang tidak begitu amat
30. 29
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
subur, ternyata Rembang memiliki kekayaan tambang yang jumlahnya
luar biasa. Daerah ini menjadi lumbung bahan baku semen yang lokasinya
ada di deretan pegunungan Kendeng. Sejak dahulu, kawasan ini terkenal
dengan produsen minyak jarak, gula tebu, dan tenun kapas. Namun
produk agro ini tidak lagi menjadi andalan lagi. Terlihat hanya budidaya
gula tebu yang masih menjadi hasil tani andalan, itupun tidak dibarengi
nasip pemulian gula tebu tidak kunjung membaik. Saat panen tebu tiba,
mereka harus gigit jari karena biaya makan dan tanam tebu telah hutang
duluan.
Saat ini, agro Rembang sedang gencar-gencarnya mengembangkan
perkebunan tembakau, sekaligus program nasional penanaman 1 milyar
pohon yang dibarengi dengan gencarnya peremajaan infrastruktur
pengadaan air tanah yang selama ini menjadi kendala dari keberadaan
industri di kawasan pantura ini. Tentu masih banyak potensi lagi, baik
yang sifatnya ekonomi kreatif mandiri seperti nelayan dan batik tulis, dan
yang sifatnya ekonomi kreatif tidak mandiri seperti jasa transportasi
(karena masih disubsidi).
Potensi yang luar biasa ini tidak akan menjadi pendukung infrastruktur
kebangkitan ekonomi Rembang, jika potensi tersebut tidak digunakan.
Dalam menggunakan potensi yang ada, tentu perlu dengan laras
konservasi, bukan langgam optimalisasi atau pungpungkeh alis mumpung
akeh. Potensi yang didekati dengan strategi aji mumpung, akhir kemudian
akan tercipta bias, ketidakseimbangan, hingga putus di tengah jalan atau
gagal dipersimpangan kemajuan. Ujung-ujungnya kemudian adalah
kemiskinan dan ketertinggalan. Menurut data Kementrian PDT tahun ini,
salah satu daerah di kabupaten ini juga masuk dalam kategori daerah
tertinggal, tapi bukan terpencil. Kado akan label tertinggal sudah saatnya
hengkang dari bumi pelabuhan nusantara ini.
Potensi Rembang yang nantinya akan memiliki nilai tawar lebih
dibandingkan daerah sejawatnya, tentu saja tidak lepas dari keberadaan
pelabuhan yang sedang dibangun baru-baru ini. Pelabuhan yang menjadi
akses transportasi barang, tentu saja memiliki daya magned ekonomi
yang tidak kunjung padam. Hanya saja, yang perlu dipersiapkan adalah
sumber daya manusia Rembang dalam menyapa kehadiran akses
raksasa logistik nasional hingga di kancah internasional.
Apa yang Disiapkan
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam menyambut tamu raksasa piranti
logistik nasional ini adalah prinsip pengolahan bahan baku atau sumber
daya alam serta hasil alam dan kelautan yang dimiliki. Kedua adalah
mempersiapkan tenaga ahli lokal untuk mengisi kantong-kantong industri
31. 30
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
yang akan muncul dikemudian hari sejalan dengan hadirnya pelabuhan
besar di Rembang ini.
Bahan baku yang berlimpah seperti tambang, hasil hutan, hasil air, hasil
tani, dan hasil laut, sudah saatnya untuk diolah sendiri. Penjualan secara
besar-besaran dalam bentuk bahan baku, apalagi penjualan itu tanpa
dikawal pemerintah dengan prinsip konservasi, tentu saja, lagi-lagi yang
kalah adalah pemilik bahan baku. Tren ini terjadi biasanya pada daerah
yang kepala daerahnya memiliki hutang banyak pada saat pencalonan
menjadi Kepala Daerah. Sehingga ketika sang calon kepala daerah itu
terpilih menjadi Kepala Daerah, mereka yang memberi modal pada saat
pencalonan, merekalah mengatur eksplorasi bahan baku yang dimiliki
daerah tersebut. Mudah-mudahan Rembang tidak dalam jeratan setan
politik yang demikian jahat itu.
Ujung Tombak Akses Informasi
Kendala yang menimpa pemilik bahan baku biasanya terbelit akan
informasi yang benar dan kreatifitas dalam mengolah bahan baku menjadi
bahan setengah jadi, hingga menjadi bahan jadi, yang bercitarasa tinggi
berkualitas. Kendala ini tentu saja menjadi tugas pemerintah daerah yang
bersangkutan, dalam membuka akses informasi dan membangkitkan
kreatifitas yang ada. Bukan sebaliknya, oknum pemerintah malah
mengambil kesempatan dalam kesempitan. Jika yang sebaliknya itu yang
terjadi, maka pemerintah yang bersangkutan itu telah berdosa secara
etika dan moral, walaupun secara hitung-hitungan di atas kertas,
pemerintah yang bersangkutan telah menyulap pendapatan daerah yang
sungguh menggembirakan.
Ciptakan Para Kreator
Membangkitkan kreatifitas untuk mengolah bahan baku menjadi bahan
setengah jadi, atau hingga barang jadi, dapat dilakukan dengan membuka
pelatihan-pelatihan yang tepat sasaran tindaklanjutnya. Pemerintah yang
bersangkutan dapat melatih kelompok inti untuk menjadi ahli. Kemudian
mereka yang telah piawai memiliki kratifitas, kuajiban etika dan moral
adalah memberi pelatihan kepada yang telah siap membutuhkan
kepelatihanan. Etika para ahli kreatif ini harus benar-benar memiliki
kepekaan dalam mengembangkan calon-calon tenaga ahli lokal. Bukan
sebaliknya, setelah dilatih malah memanfaatkan kebodohan masyarakat
lokal, agar yang terlatih itu mampu menyulap kekayaan dan kekuasaan
untuk diri dan kelompoknya sendiri. Begitu halnya yang memiliki bahan
baku. Pemilik bahan baku juga tidak serta-merta hanya ingin cepat kaya
secara instan, yaitu dengan menjual bahan baku yang ada tanpa peduli
dampak kehidupan yang keberlanjutan. Keterkaitan antara pemerintah,
ahli kreatif, dan pemilik bahan baku, serta penghasil bahan baku ini
32. 31
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
menjadi penting untuk saling tahu akan posisi dan perannya, sehingga
kebangkitan ekonomi Rembang itu tidak hanya menjadi mimpi belaka.
Pelabuhan, Media Transaksi Global
Melahirkan raksasa ekonomi kelautan dikawasan pantura Rembang
sudah di ujung mata. Sebentar lagi pelabuhan akan berfungsi. Fungsi
transportasi logistik menjadi dominan kemudian di kawasan Rembang ini.
Rembang ada dibelahan Surabaya dan Jakarta, serta disebelah
selatannya adalah Yogjakarta, tentu saja menjadi daya tarik sendiri dalam
menjadikan pilihan para pemain usaha dalam menggunakan pelabuhan
menjadi kawasan transit dan distribusi barang. Bukan hanya Surabaya,
Jakarta, dan Yogyakarta, transportasi barang antar pulau, telah siap
ditabuh genderangnya. Tak hanya barang antar pulau, bahkan barang
antar negara akan bersandar di pelabuhan Rembang ini. Lantas
bagaimana pemerintah Rembang dalam mempersiapkan kado spesial
dinamika ekonomi yang siap di gelar ini, menjadi penting dan mendesak
untuk dibicarakan dengan serius yang sekaligus memihak kepentingan
masyarakat Rembang.
Tantangan Utama Dikemudian
Tantangan beratnya adalah ketika bahan jadi dari luar lebih murah
daripada barang jadi lokal. Pemain lokal semakin terpinggirkan dan
ambruk, seiring serbuan barang dari luar yang lebih murah. Tidak jarang,
entitas lokal kemudian memilih beralih di bidang jasa ditribusi sekaligus
konsumsi. Saat itulah Rembang akan menjadi kawasan yang tergadaikan,
tidak memiliki kemandirian, apalagi kedaulatan.
Namun jika dipikir ulang, barang dari luar harusnya mahal harganya
daripada barang lokal. Anggap saja kualitasnya sama, tentunya barang
dari luar yang memerlukan biaya transportasi, harusnya lebih mahal.
Namun karena produksi barang dari luar itu menggunakan pendekatan
teknologi industri yang relatif konsisten akan jumlah produksinya, jelas
saja barang dari luar lebih murah, jika dibanding barang dari lokal yang
pengerjannya boros tenaga dan sarat dengan biaya birokrasi yang tidak
jelas pangkal-ujungnya. Untuk itu, pemerintah berkuajiban memfasilitasi
industri dan meringankan, kalau perlu membebaskan beaya birokrasi dan
dapat menikmati akses transportasi pelabuhan, sehingga tenaga terampil
lokal dapat bersaing dengan produk hasil luar.
Maju Tanpa Ragu
Bagi mereka yang tidak memiliki bahan baku dan tidak memiliki keahlian
dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, mereka dapat
bergerak di jasa distribusi produk lokal dan produk luar yang sejajar nilai
33. 32
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
tukarnya. Jasa distribusi barang akan terbuka lebar dengan hadirnya
pelabuhan besar di Rembang. Selain itu, produk jadi dari lokal Rembang
juga dapat dipasarkan di luar negeri dengan harga yang cukup bersaing
dengan harga pada produk-produk luar. Hal tersebut dapat terjadi karena
Rembang memiliki infrastruktur transportasi pelabuhan yang tentunya
diharapkan dapat memihak pemain lokal. Logistik lokal dapat lebih murah,
karena biaya 2/3 adalah dari transportasi, adapun biaya transportasi dapat
ditekan sedemikian rupa atas asas kesejahteraan masyarakat lokal.
Transportasi Terintegrasi
Jalur transportasi laut dapat dikembangkan hingga menusuk pada jalur-
jalur pedalaman kawasan Rembang. Kabarnya, era kerajaan Majapahit,
Rembang melalui Lasem, menjadi sentra galang kapal perang sekaligus
pusat barter para pedagang antar pulau. Namun cerita ini hanya menjadi
usang. Walaupun telah menjadi usang, namun dalam cerita itu terdapat
ide tentang integrasi transportasi laut-pedalaman dapat dibangkitkan lagi
menjadi alternatif transportasi barang untuk pemerataan pembangunan
Rembang. Melalui empat sungai besar di Rembang, diantaranya ada
sungai Kalipang, sungai karanggeneng, sungai randu gunting, hingga
sungai Bagan, dapat diaktifkan kembali menjadi daerah aliran sungai
Rembang yang dapat dijadikan sarana transportasi ekonomi, sekaligus
membangunkan raksasa agroekonomi Rembang. Secara teknis, kondisi
sungai ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat difungsikan.
Ingin fokus di bidang penjualan bahan baku, fokus pada penjualan jasa,
hingga fokus di bidang produksi hasil olahan bahan jadi, tentu semua itu
menjadi pilihan jika pemerintah dan masyarakat Rembang ingin
membangkitkan ekonomi Rembang. Kuat di tingkat lokal, dan eksis dalam
perdagangan global, tentu menjadi slogan seperti halnya motto Rembang
“bangkit”. Perihal motto “bangkit”, harusnya tidak berhenti pada gerakan
“bangkit” dari kemunduran dan ketertinggal. Perlu adanya motto lanjutan,
misalnya; mandiri, dan jaya. Jika digabung, maka motto Rembang menjadi
“Rembang Bangkit, Mandiri, dan Jaya”.
Pamotan, 18 November 2012
34. 33
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
(Mimpi Memiliki)
Balai Riset Perhubungan Rembang
Dalam pikiran saya, rembang sudah saatnya memiliki balai riset
perhubungan, walaupun daerah lain belum. Balai riset ini merupakan
salah satu dari jawaban dalam menyongsong kebutuhan komunikasi dan
informasi, seiring dengan bangkitnya ekonomi rembang.
Dalam bayangan saya, balai riset perhubungan ini, terdapat aktifitas
layanan komunikasi dan informasi, sekaligus menjadi pusat dokumen
digital yang memiliki nilai manfaat untuk aktifitas penelitian hingga
penyusunan sejarah rembang yang apik, dalam rangka mengantarkan visi
terwujudnya gerakan pengembangan ekonomi lokal yang bangkit, mandiri,
dan jaya.
Ada hal serius yang meyakinkan saya, kenapa rembang perlu memiliki
balai riset perhubungan. Setidaknya ada tiga tanda akan pentingnya balai
riset perhubungan rembang. Pertama, literatur terdahulu tentang rembang
masa lalu. Kedua, fakta dilapangan rembang masa kini. Ketiga, mozaik
ide-ide yang terbentang di rembang. Lantas apa yang ada di dalamnya,
dan apa hubungannya dengan mimpi memiliki balai riset perhubungan di
rembang, berikut ini ulasannya.
Literatur terdahulu tentang rembang dapat ditemukan pada studi salim
(2010) yang menemukan karakter orang rembang sebagai masyarakat
pemulia laut yang gagah berani, studi slamet (2010) yang menemukan
hebatnya iptek transportasi kelautan, studi warto (2007) yang menemukan
bahwa masyarakat rembang adalah masyarakat pemulia dan pengendali
ekosistem hutan, serta studi Sukendar (1981) yang meneguhkan
masyarakat rembang itu memiliki kemandirian budaya dengan
ditemukannya situs megalitikum terjan pada masa akhir prasejarah dan
melanjut hingga akhir masa klasik atau masa megalitik muda.
Berdasarkan studi ilmiah di atas, ternyata masyarakat rembang itu bukan
masyarakat kemarin sore. Saya kira tidak berlebihan, kalau saya
menyatakan bahwa masyarakat rembang itu sebuah masyarakat yang
mengalami perkembangan secara kompleks, serius, dan akan sempurna.
Karakter dan keyakinan inilah, sangat penting untuk dihadirkan dan
dimililiki generasi muda rembang, agar dalam menjadi aktor ataupun agen
pembangunan di rembang, selalu bervisi ke depan, tidak memutus apa
yang sudah ada, serta tidak terlalu sombong apa yang dicapainya.
Dalam fakta lapangan pun demikian. Rembang saat ini memiliki
infrastruktur pelabuhan yang besar, keberadaan pltu sebagai sumber
energi primer di bidang perindustrian, rangkaian pusat pelelangan ikan
35. 34
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
yang ada di sepanjang bibir pantai, pabrik pengolahan ikan yang berdiri
kokoh, program pengadaan air tanah yang berkelanjutan, gerakan
menanam pohon tanpa henti, hingga produk unggulan daerah yang
tersebut dan terkenal, diantaranya seperti material tambang, tebu,
tembakau, padi, jagung, mangga, kawis, handycraf, batik tulis, hingga
produk olahan ikan, sebagai bukti bahwa rembang kian hari kian bangkit
dan berlimpah kabar baik.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemikiran para tokoh rembang
sekarang. Deretan tokoh rembang diantaranya, gus mus yang selalu
mengkampanyekan kehidupan beragama yang inklusif dan musyawarah,
mas sinarman yang selalu kokoh dalam membasahi rembang dengan
ketersediaan air tanah, mas yadi yang selalu ngotot untuk menyelamatkan
abrasi pantai dengan memberi sabuk pantai rembang dengan hutan
mangrove-nya, dan mas salim yang dengan keberaniannya telah
menawarkan konsep kebijakan kelautan dan perikanan, sekaligus menjadi
eksekutor dalam program gerbang elok-nya.
Sungguh ini sebuah tanda bahwa rembang ini bukanlah masyarakat
kemarin sore. Bagi saya, rembang itu menarik. Menariknya dalam hal
keberadaan karakter masyarakatnya yang sabar, namun pasti dalam
langkah-langkah pembangunan. Hanya saja, karakter mutiara
pembangunan ini belum banyak ditemukan dalam konteks penelitian,
terlebih-lebih disosialsiasikan di tingkat keluarga dan sekolah formal.
Menstransformasikan nilai-nilai pembangunan yang dimiliki masyarakat
rembang akan menjadi kewajikan kita bersama, agar pikiran, sikap, dan
perilaku keseharian masyarakat rembang, tidak sia-sia.
Bagaimana kita merespon akan tiga kekuatan di atas, memang itu
tergantung selera kita. Namun bagi saya, yang terpenting adalah
bagaimana kita menghubungkan tiga kekuatan tersebut. Jawaban saya
adalah membangun media yang mampu menghubungkan tiga hal di atas,
misalnya membangun balai riset perhubungan rembang.
Dalam benak saya, balai riset ini merupakan pertemuan antara produk
layanan komunikasi dan informasi yang menghasilkan dokumen digital,
dan dokumen digital ini dapat menghasilkan produk layanan komunikasi
dan informasi dalam membangun kearifan masa depan rembang.
Dalam pikiran saya, balai riset perhubungan rembang itu dapat eksis, jika
ada kontributornya. Empat kontributor balai riset perhubungan rembang itu
misalnya dapat berupa instrumen foto, instrumen suara, instrumen video,
dan instrumen tulisan. Empat instrumen inilah yang nantinya akan menjadi
penghubung tiga kekuatan di atas. Karena pada saat ini adalah era global,
maka instrumen itu perlu didesain secara online, agar masyarakat
36. 35
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
rembang mendapatkan kemudahan dalam akses isi dari perkembangan
rembang.
Untuk itu, balai riset perhubungan rembang perlu didukung oleh lembaga
yang perannya mengumpulkan foto, suara, video, dan tulisan-tulisan
tentang apa yang sedang terjadi di rembang. Pembentukan empat
lembaga penopang balai riset perhubungan rembang itu dapat dinamakan
misalnya lembaga picutre online rembang, lembaga call online rembang,
lembaga video oline rembang, dan lembaga berita online rembang.
Hadirnya empat lembaga kontributor balai riset perhubungan ini, secara
teknis akan menjawab kemudahan dalam mengakses informasi dan
komunikasi yang bisa didapatkan oleh masyarakat rembang. Kita bisa
mengujicoba kegunaan empat lembaga di atas, dengan suatu kasus kecil
misalnya keadaan jalan raya pantura rembang. Misalnya saja kita akan
pergi ke semarang. Untuk melakukan perjalanan ke semarang, maka perlu
tahu tentang keadaan jalan raya terkini. Selama ini, untuk mengetahui
keadaan jalan raya, macet atau lancar, biasanya dengan cara menelpon
teman kita yang ada di sekitar jalan raya yang akan kita lalui. Kebiasaan
ini bisa dilihat perilaku sopir bus yang selalu memantau keadaan jalan
raya yang akan dilaluinya. Dengan demikian, menghadirkan data tentang
kebutuhan informasi dan komunikasi masyarakat rembang saat ini,
menjadi kebutuhan untuk segera direalisasikan.
Saya membayangkan, dengan hadirnya empat lembaga online diatas,
masyarakat pengguna lalu lintas pantura, akan mudah mendapatkan
informasi. Apalagi pada saat ini, masyarakat telah memiliki perangkat
akses informasi internet di handphone-nya masing-masing. Sehingga
pengguna lalulintas, dapat menikmati perjalannya dengan nyaman, tanpa
terjebak macet. Secara teknis, mereka dapat melihat gambar jalan raya
melalu website picture online rembang, melihat video jalan raya melalui
website video online rembang, membaca berita jalan raya melalui website
tulisan online rembang, atau kalau kurang puas, bisa berbicara langsung
dengan menghubungi lembaga call online rembang.
Model layanan komunikasi dan informasi ini bisa menjadi terobosan baru
pada dinas perhubungan di rembang. Tentu fungsi dari empat lembaga
kontributor balai riset perhubungan ini tidak hanya sebatas informasi
tentang jalan raya. Fungsi empat lembaga tersebut bisa digunakan untuk
layanan informasi pemerintahan, layanan informasi transportasi, layanan
informasi wisata, layanan informasi kuliner, layanan informasi
pertambangan, layanan informasi pelabuhan, layanan informasi ekologi,
layanan informasi kelautan, layanan informasi perikanan, layanan
informasi musim dan cuaca, layanan informasi produk unggulan rembang,
bahkan layanan informasi politik, dan berbagai layanan yang sifatnya
terkini, benar, memuaskan, dan tidak mengecewakan. Jika model ini
37. 36
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
dilakukan, saya yakin dinas perhubungan rembang akan sangat mulia
dalam peran dan fungsinya dalam melayani komunikasi dan informasi
yang dibutuhkan masyarakat rembang. Model ini juga akan mengundang
elemen masyarakat luar rembang, yang tertarik bekerjasama di berbagai
bidang.
Berbicara tentang mewujudkan empat lembaga di atas memang tidak
mudah. Beberapa alat yang dibutuhkan sarat bersentuhan dengan
teknologi tinggi. Begitu halnya dengan sumber daya pegawainya, juga
dibutuhkan dengan pegawai yang berkualitas tinggi juga.
Konsekwensinya, dana yang diperlukan adalah mahal. Namun ada solusi
tentang bagaimana keberadaan empat lembaga penopang balai riset
perhubungan rembang ini terealiasai dengan murah biaya.
Ada kekuatan sosial yang luar biasa yang belum dimanfaatkan oleh dinas
perhubungan. Kekuatan itu adalah kepemilikan masyarakat rembang akan
alat komunikasi online, yaitu handphone yang telah terhubung dengan
internet. Handphone multimedia ini tidak menjadi barang yang langka di
masyarakat rembang. Terlebih-lebih, anak muda rembang yang masih
duduk di bangku sekolah dan kuliah. Kekuatan kedua, masyarakat
sekarang ini ada kebutuhan untuk eksis di media maya. Tren hari ini,
kalau belum berhubungan dengan media maya, perasaannya mereka
belum ada. Bahasa simpelnya, aku ada karena aku update di dunia maya.
Kekuatan ketiga adalah adanya keinginan daerahnya untuk dikenal hingga
terkenal. Sehingga secara sadar dan tidak sadar, mereka merasa punya
kewajiban untuk mengabarkan kondisi daerahnya untuk muncul di media.
Dengan tiga kekuatan sosial tersebut, dinas perhubungan rembang sudah
saatnya, mewadahi gaya hidup global ini. Dengan membuat lembaga
online, menyediakan tim ahli secukupnya, serta ditambah dengan tim
teknis di dalamnya, maka akan didapatkan keberlimpahan informasi dan
komunikasi dalam bentuk foto, video, suara, serta tulisan yang informatif
dan tepat guna.
Secara teknis, aturan main dari tiap-tiap lembaga online perhubungan di
rembang, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Untuk lembaga
picture online rembang, lembaga ini perlu menyiapkan fotografer,
menggandeng fotografer profesional, menggandeng kontributor foto
handphone, dan memasang foto online yang ada di jantung perhubungan
rembang, misalnya terminal bus, pelabuhan, dan jalan raya. Untuk foto
yang berasal dari luar dinas perhubungan, pihak dinas perhubungan dapat
memberikan apresiasi para kontributor. Setelah foto terkumpul, foto
segera diolah berdasarkan klasifikasi atau bidangnya. Kemudian foto yang
sudah diolah itu, dapat diunggah pada website picture online rembang.
Adapun website picture online ini dapat didesain sedemikian rupa, agar
pengunjung website ini mendapatkan informasi terbaru.
38. 37
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Untuk lembaga video online rembang, secara teknis, persiapan dan
penggunaannya dapat dilakukan mirip seperti lembaga picture online
rembang. Dinas perhubungan dapat menyediakan kameramen
profesional, menggandeng kameramen yang ada di luar, menggandeng
kameramen handphone, menggandeng kontributor film dokumenter, serta
memasang campcorder atau cctv di jantung perhubungan rembang.
Video terpilih, selanjutnya dapat diunggah pada website video online
rembang. Predisksi saya, lembaga video online rembang ini akan
mendapatkan banyak tamu dari para pengunjung yang datang. Hal ini
disebabkan, selera masyarakat saat ini cenderung ke arah visual gerak
atau video. Pengunjung akan mendapatkan gambar serta latar suara
secara langsung tentang kebutuhan informasi di bidang apa yang
diinginkan.
Selanjutnya untuk lembaga tulisan online rembang, dinas perhubungan
dapat melakukan kerjasama dengan para jurnalis di sekolahan dan
sekretaris desa yang ada di tiap-tiap desa di seluruh perdesaan rembang.
Menyinggung tentang sekretaris desa atau carik, selama ini kayaknya
belum memiliki profesi dalam menulis. Namanya saja sekretaris atau juru
tulis, maka idealnya juga mampu menulis. Jika memang belum mampu
menulis, pemerintah rembang dapat melakukan pelatihan jurnalistik para
carik di seluruh desa di kabupaten rembang ini. Adapun untuk jurnalis
yang ada di sekolahan, saya kira sudah memiliki keahlian dalam menulis.
Hanya saja perlu adanya wadah untuk publikasi tulisan yang memuat
tentang kondisi terkini suatu daerah yang ada disekitar sekolahan masing-
masing. Dinas perhubungan juga perlu memiliki jurnalis profesional dalam
melakukan liputan tentang hal ihwal kondisi perhubungan. Selain itu, dinas
perhubungan juga dapat menggandeng kontributor jurnalis, serta
kontributor sms dan surat kertas. Adapun tulisan yang telah terkumpul dan
terverifikasi, selanjutnya di olah berdasarkan muatan isi dan diunggah di
website tulisan online rembang. Selanjutnya para pengunjung website
dapat mengakses bagaimana kondisi suatu daerah atau kondisi suatu
objek, sehingga para pengunjung mendapatkan informasi yang akurat dan
terpercaya.
Adapun lembaga call online rembang, dinas perhubungan dapat
menyiapkan staf khusus yang memantau data yang ada pada lembaga
picture online, video online, serta tulisan online. Keberadaan staf call
online ini sebisa mungkin selalu online selama 24 jam. Para pengguna call
online dapat menghubungi kapan saja dan dimana saja berada melalui
jaringan komunikasi. Dinas perhubungan juga dapat menggandeng
kontributor call online di beberapa titik perhubungan rembang. Hal ini
sangat mungkin dilakukan, karena pada tiap-tiap pusat layanan
pemerintah, selalu terdapat staf atau pegawai pemerintah. Dalam
lembaga call online rembang ini dapat menggunakan jaringan telepon
lokal, jaringan nomor handphone, website interaktif yang juga dapat
39. 38
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
dikembangkan dengan fasilitas facebook online, twitter online, bbm online,
dan berbagai aplikasi komunikasi terkini lainnya.
Melihat begitu kompleksnya aturan main dari empat lembaga online di
atas, maka perlu adanya langkah keamanan data serta langkah
pengadaan biaya untuk operasional empat lembaga tersebut. Dalam hal
keamanan data online di atas dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan empat lembaga online tersebut dengan balai riset
perhubungan rembang. Balai riset perhubungan inilah yang berperan
menyimpan data secara langsung, ketika ada data yang diperbarui.
Langkah ini juga akan meringankan kerja dari website online ketika
diakses oleh pengunjung. Adapun untuk keamanan data yang ada di balai
riset perhubungan, perlu dibuat aturan main, dimana balai riset
perhubungan hanya bisa menerima data dari empat data online tersebut,
namun tidak bisa diakses oleh pengunjung. Jika ada pengunjung yang
ingin mendapatkan data yang ada di balai riset perhubungan, pengunjung
bisa melakukan pemesanan data secara online kepada balai riset
perhubungan atau datang langsung di lokasi balai riset perhubungan.
Selanjutnya untuk langkah pengadaan biaya dapat dilakukan dengan cara
mengkomersialkan data yang ada dengan transaksi online atau pembelian
data di lokasi balai riset perhubungan. Hasil dari penjualan data digital ini,
uangnya dapat digunakan untuk belanja pada empat lembaga online di
atas, belanja operasional di balai riset sendiri, memberikan apresiasi para
kontributor dari empat lembaga di atas, mengadakan pelatihan kegiatan
yang mendukung peranan empat lembaga online, dan berbagai kegiatan
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara etika, moral, dan
hukum formal.
Yang terpenting bukanlah bagaimana dinas perhubungan mendapatkan
penghasilan tambahan dari keberadaan balai riset perhubungan rembang
ini, namun ada sesuatu yang sangat penting akan keberadaan balai riset
tersebut. Balai riset perhubungan rembang yang memiliki produk data
digital, dapat berfungsi mempertemukan tiga kekuatan besar yang ada di
rembang dalam rangka membangun kemandirian ekonomi lokal rembang.
Cerita masa lalu yang mambangun karakter masyarakat rembang,
program pembangunan yang sedang berlangsung, serta ide-ide kreatif
para tokoh dan pemikir, merupakan pondasi dasar untuk dijadikan isi di
balai riset perhubungan. Sehingga di balai riset inilah menjadi pusat
pertemuan kekuatan ilmu pengatahuan dan teknologi masyarakat
rembang untuk diimplementasikan dalam pembangunan rembang, dan
dikembangkan berdasarkan tren perkembangan ilmu pengatahuan dan
teknologi global.
Dengan perfungsinya balai riset perhubungan rembang menjadi pusat
pertemuan ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat rembang secara
40. 39
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
kompleks dan berkelanjutan, dokumen-dokumen digital yang ada di
dalamnya, dapat memicu munculnya berbagai produk lanjutan. Produk
lanjutan dari dokumen digital di balai riset perhubungan rembang ini
diantaranya; buku, media pembelajaran, musium perhubungan, radio,
telekomunikiasi, televisi, surat kabar, internet, film dokumenter, dan
berbagai produk lanjutan lainnya.
Ada dua kekautan besar ketika kita bicara tentang suatu hal atau objek
atau meteri atau peristiwa yang di-online-kan. Pertama, sesuatu yang
dionlinekan itu, akan berdampak pada tindakan eksploratif pada sesuatu
itu. Kedua, sesuatu yang dionlinekan itu, akan berdampak pada tindakan
konservasi pada sesuatu itu. Untuk itu, kita semua harus arif dalam
mengonlinekan suatu hal. Sehingga tindakan dalam mempromosikan
rembang, akan berbuah terbentuknya masyarakat rembang yang bangkit,
mandiri, dan jaya.
Yogyakarta, 29 November 2012
41. 40
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Hutan Mangrove Rembang:
Sebuah Desain Bebas
Tulisan bebas ini penulis tujukan kepada dua kolega saya, Atik Susiani
dan Eko Sulistyani yang sedang meneliti hutan mangrove yang ada di
sepanjang pantai utara Kabupaten Rembang.
Berangkat dari temuan studi yang dilakukan guru geografi SMA ini (2012)
melaporkan bahwa hutan mangrove pada dasarnya memiliki hubungan
erat dengan pelestarian daerah pantai. Menurut kedua peneliti di atas,
secara fungsional hutan mangrove akan menciptakan barisan sedimen
yang kokoh. Dengan terciptanya sedimen pantai itu, semua biota yang
ada di sekitar hutan mangrove lestari, imbuhnya. Atik menambahkan,
sedimen tersebut selalu menjaga keberlangsungan petani tambak sekitar,
terlindungi. Semua sarana publik yang ada di balik hutan mangrove, juga
terjaga dari ganasnya gelombang yang mendatangkan abrasi. Terlebih,
deretan hutan mangrove itu telah menjadi benteng utama terjadinya
intrusi. Mereka yang ada disekitar deretan pohon mangrove juga selalu
menghirup udara segar berkandung oksigen tinggi, pungkasnya.
Maket Hutan Mangrove di Sepanjang Pantai Utara Rembang Tampak
Atas (by.Miftakhul Anwar)
Dari hasil studi di atas, kedua peneliti seimentasi hutan mangrove
Rembang di atas berkeinginan membuat maket hutan mangrove
Rembang di sepanjang pantai utara Rembang. Sebuah gagasan terkini
yang perlu diapresiasi terlebih kegunaan lahan disepanjang pantai utara
Rembang, cenderung merusak ekosistem pantai. Hal ini dapat dilihat pada
42. 41
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
studi Suhadi (2010) tentang ledakan penduduk yang memaksa pasangan
baru mendirikan rumah di dekat pantai, serta kecenderungan mendirikan
pabrik-pabrik di dekat pantai. Menurut laporan Suhadi, alih fungsi lahan
disepanjang pantai utara Rembang itu sebagai biang kerok menyusut dan
menghilangnya ekosistem pantai.
Maket Hutan Mangrove di Sepanjang Pantai Utara Rembang Tampak
Samping (by.Miftakhul Anwar)
Gagasan menarik yang ditawarkan Atik Susiani dan Eko Sulistyani dalam
membuat desain maket hutan mangrove Rembang, setidaknya perlu
dilakukan dua hal sebelum kedua peneliti tersebut membuat produk
maket. Pertama, melakukan identifikasi sebaran pantai utara Rembang
dan fungsinya. Kedua, memasukkan program-program kekinian yang
mendukung kelestarian hutan mangrove Rembang.
Identifikasi sebaran fungsi
Melakukan identifikasi sebaran pantai utara Rembang dan fungsinya
bertujuan untuk mendapatkan potret terkini tentang keadaan kawasan
pesisir pantai utara Rembang. potret terkini inilah nantinya dapat
digunakan untuk menyusun model maket yang diinginkan.
43. 42
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Hutan Mangrove di kawasan Desa Banggi Rembang
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan potret terkini tentang
kondisi pesisir pantai Rembang diantanya sebagai berikut. Pertama,
mengidentifikasi sebaran lahan sepanjang pesisir pantai utara Rembang.
Kedua, mengidentifikasi fungsi lahan sepanjang pesisir pantai utara
Rembang. Ketiga, mengidentifikasi sebaran fungsi lahan bermasalah di
sepanjang pesisir pantai utara Rembang. Keempat, mengidentifikasi lokasi
krisis bencana abrasi pada kawasan di sepanjang pesisir pantai utara
Rembang. Kelima, mendesain peta pesisir pantai utara Rembang di atas
kertas dengan memperhatikan hal-hal yang terdapat pada beberapa point
sebelumnya. Keenam, memindah peta pesisir pantai utara Rembang
dalam media maket.
Kelestarian hutan mangrove
Dalam mendesain maket hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai
utara Rembang perlu dihadirkan beberapa institusi/ komunitas yang
nantinya berfungsi menjadi pelestari hutan mangrove. Beberapa institusi/
komunitas yang bertemakan tentang hutan mangrove Rembang dapat
dimasikkan dalam maket hutan mangrove Rembang. Dengan demikian
hutan mangrove dan kelestarian di kemudian menjadi kesatuan utuh yang
selalu tumbuh dan berkembang.
44. 43
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Beberapa ikon yang dapat dikategorikan dalam maket hutan mangrove
Rembang diantaranya sebagai berikut. Pertama, pusat penangkaran
nasional bibit mangrove Rembang. Kedua, sekolah alam hutan mangrove
Rembang. Ketiga, laboratorium hutan mangrove Rembang. Keempat,
perpustakaan hutan mangrove Rembang. Kelima, gallery hutan mangrove
Rembang. Keenam, pusat handycaraft mangrove Rembang. dan ketujuh
adalah pusat penelitian nasional hutan mangrove. Paduan konsep tentang
identifikasi serta kelstarian hutan mangrove Rembang ini juga dapat
dikembangkan dalam bentuk model wisata hutan mangrove Rembang.
Dengan model wisata hutan mangrove Rembang ini, diharapkan menjadi
program tandingan tentang relokasi fungsi pesisir pantai utara dengan
alasan dasar lapangan pekerjaan.
Demikian tulisan ini disuguhkan kepada kedua peneliti hutan mangrove
Rembang, semoga bermanfaat.
Pamotan, 22 April 2013
45. 44
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Galangan Kapal Rembang
Literatur tentang galangan kapal rembang, dapat dilacak pada laporan
penelitian Salim (2010) dan Slamet (2010). Literatur ini dapat dibaca pada
perpustakaan pascasarjana undip semarang. Salim melaporkan, galangan
kapal di rembang pertama kali ada di desa dasun lasem. Namun slamet
berbeda, galangan kapal rembang pertama kali ada di desa sarang,
sendang mulyo, sarang meduro, dan kalipang.
Menurut salim, galangan kapal yang ada di desa dasun lasem itu dapat
dilacak pada website kitlv. Untuk menguatkan pendapatnya, salim
menyertakan gambar galangan kapal kuno dan menghubungkan
penjelasan historis tentang pusat dermaga jawa yang ada di rembang ini.
Menurut salim, rembang memiliki tarikan kejayaan maritim di masa
lampau. Rembang kala itu menjadi dermaga penting di jawa. Kejayaan itu,
menurut salim, dapat dilacak dari dinamika perdagangan sejak kerajaan
majapahit, demak bintoro, pajang, mataram islam, hingga kolonial
belanda. Salim menambahkan, sejak abad 12 sampai dengan abad 15,
sudah banyak pedagang asing yang singgah di rembang. Hingga
puncaknya, pada abad 19, pelabuhan lasem menjadi pusat utama dari
kegiatan ekspor dan impor. Kala itu, rembang telah mengekspor produk
unggulan diantaranya kayu jati, tembakau, kopi, tebu, dan garam.
Sedangkan menurut slamet, galangan kapal rembang pertama kali ada di
kawasan timur rembang dapat lacak dengan keberadaan galangan kapal
yang hingga saat ini masih produksi. Adapun galangan kapal yang di
dasun lasem sudah tidak ada keberadaannya. Walapun secara pasti
slamet belum bisa membuktikan kapan galangan kapal rembang itu ada,
namun slamet secara rinci telah membagi periode dinamika keberadaan
galangan kapal di rembang. Slamet mengklasifikasikan pusat galangan
kapal rembang terbagi dalam dua sentra wilayah. Sentra galangan kapal
pertama ada di desa sarang. Selanjutnya sentra galangan kapal rembang
yang kedua, ada di di desa sarang meduro, sendang mulyo, dan kalipang.
Sentra galangan kapal sarang, menurut slamet, talenta menjadi tukang
galang kapal didapatkan secara turun temurun sejak tahun 1800-an.
Kapal saat itu diproduksi atas dasar kebutuhan. Namun dalam perjalanan
waktu, kapal kemudian diproduksi secara besar-besaran untuk mencukupi
permintaan pemesan yang dimulai pada tahun 1979-an. Namun seiring
berjalannya waktu, jumlah penggalang kapal di sarang hingga tahun 2008,
hanya tinggal 14 orang pengusaha penggalangan kapal.
Selanjutnya sentra kedua dari galangan kapal yang ada di kawasan timur
rembang ini, menurut slamet dimulai tahun 1979, dengan produksi kapal
atas kebutuhan. Tidak lama kemudian, hingga tahun 1994, para
46. 45
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
penggalang kapal di wilayah tersebut telah melayani pesanan pembuatan
kapal. Sejak tahun 1994 hingga tahun 1998, pengusaha galangan kapal
mengalami kelangkaan modal. Namun tidak lama kemudian, tahun 1998,
pengusaha galangan kapal di kawasan sentra kedua ini, mengalami masa
kejayaan.
Apa yang disampaikan dari kedua peneliti, baik salim maupun slamet,
tentu telah menyumbangkan derajat motivasi masyarakat rembang dalam
meneguhkan jatidiri masyarakat rembang menjadi masyarakat berbasis
kelautan. Terlepas dari keakuratan studi yang dilakukan salim dan slamet,
kedua-duanya memiliki kekuatan akan kebenarannya masing-masing.
Pendapat salim yang menyatakan bahwa galangan kapal rembang
pertama kali adalah di desa dasun lasem, telah dikuatkan dengan bukti-
bukti sejarah masa lalu, terlebih-lebih telah ditemukan situs kapal yang
diduga telah digunakan berlayar sejak abad ke 7 dan 8 atau setara
dengan pembangunan candi borobudur. Situs ini ditemukan tepatnya di
kawasan tambak garam punjulharjo yang tidak jauh dari lasem.
Pandangan slamet pun juga demikian. Galangan kapal yang ada kawasan
kecamatan sarang, telah dikuatkan dengan adanya perusahaan galangan
kapal yang hingga saat ini masih aktif membuat kapal, juga kawasan
tersebut sampai sekarang merupakan basis dari pemukiman nelayan yang
piawai mengendalikan kapal dan menaklukkan gulungan ombak lautan.
Gbr. Galangan Kapal Rembang yang ada di daerah kecamatan Sarang
(Foto: videografismapa, 2012)
47. 46
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Berangkat dari dua ulasan peneliti di atas, rembang terbukti memiliki
modal sosial yang sungguh berharga, yaitu talenta dalam membuat kapal.
Talenta ini terbukti masih eksis hingga sekarang, terhitung sebelum tahun
1930-an hingga sekarang.Talenta yang demikian sudah pantasnya untuk
dikembangkan sedemikian rupa, agar pengusaha dan tukang galangan
kapal mampu menorehkan gagasan dan kreatifitasnya berdasarkan aliran
darah sebagai masyarakat berbasis kelautan, dalam hal pergalangan
kapal.
Galangan kapal bukan hanya sekedar mencukupi kebutuhan akan sarana
tangkap ikan dilaut oleh para nelayan. Jika hanya sekedar pencukupan
kebutuhan itu saja, para pemulia galangan kapal tidak harus eksis, yang
penting kapal bisa dimiliki walaupun dengan impor. Namun jauh dari itu,
galangan kapal merupakan simbol kejayaan maritim rembang.
Kemandirian dan kedaulatan menjadi masyarakat kelautan, salah satunya
ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam
membuat kapal.
Saya sendiri merasa bersalah, karena sejak kecil, saya memiliki
pandangan, bahwa berbagai hal yang berhubungan dengan nelayan itu
bukanlah sesuatu yang perlu diunggulkan. Bahkan ada stereotip bahwa
hal ihwal yang berhubungan dengan nelayan itu tidak terhormat. Namun,
saat ini saya harus mengakui, bahwa identitas rembang itu adalah hal
ihwal yang berhubungan dengan kelautan. Kita punya laut, kita punya
nelayan, dan kita punya penggalang kapal. Dibutuhkan sentuhan yang
lembut, kejayaan maritim rembang akan menjadi sebuah rangkaian
dinamika ekonomi kelautan yang berkelanjutan, yang mana telah terbukti
kuat dalam menghadapi himpitan permasalahan hidup dari dulu hingga
sekarang, dan tentu hingga terciptanya tatanan masyarakat rembang yang
kita bersama idam-idamkan.
Semarang, 24 November 2012
Catatan tambahan:
Tulisan ini merupakan buah dari kunjungan penulis di perpustakaan
pascasarjana undip semarang. Pada saat penulis melakukan studi literatur
perihal karya tulis yang sedang penulis garap, pada saat membuka-buka
katalog tesis di gedung jalan imam bardjo no 5 yang tidak jauh dari
gedung bank bi semarang, secara tidak sengaja penulis membaca judul
tesis yang ada kata rembang-nya. Tiga judul tesis yang telah memberi
daya tarik penulis untuk membaca. Pertama, tesis yang tentang gunung
butak gunem yang ditulis oleh mas taufieq, kedua, kebijakan kelautan dan
perikanan yang ditulis oleh mas salim, dan yang ketiga tentang
perkembangan idustri kapal yang ditulis oleh mas slamet. Tentu saja tiga
karya ilmiah ini tidak sempat saya baca dari lembar perlembar. Saya
hanya membaca yang penting-penting saja, itupun ukuran penting
48. 47
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
menurut saya. Karena saya harus membaca beberapa hasil studi
penelitian pendukung karya tulis saya. Menurut saya, tiga karya ini
memiliki kontribusi besar dalam membangun rembang. Dua karya, karya
mas slamet dan mas salim, berperan dalam membangun ekonomi
kelautan. Sedangkan satu karya lagi, mas taufieq, berperan dalam
menjaga kelestarian alam rembang. Adapun karya mas taufieq, belum
sempat penulis singgung dalam tulisan ringan ini. Penulis akan sempatkan
untuk menyinggung karya mas taufieq di lain waktu. Semoga tulisan ini
bermanfaat untuk saya dan para pembaca semuanya. Terimakasih.
49. 48
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Memanen Kekeringan
Kearifan lokal tentang pemuliaan air sungguh cukup untuk menandaskan
bahwa air merupakan elemen penting dalam kehidupan. Beragam perilaku
tradisi dan religi terbukti memiliki relasi kuat dengan air. Sebagai
masyarakat pemulia air, penghormatan terhadap air dapat dilihat dengan
adanya pagelaran adat siraman (memandikan calon pengantin) dan
padusan (mandi sehari menyambut ramadhan), ritual Ngabungkang
(mandi dengan tujuh mata air), ritual Sungkem Tomplak (membasuh
muka), ritual air berkah (air doa), ritual wudhu (bersuci) hingga ritual
baptisan.
Namun kenyataannya, aliran air yang memiliki daya pikat sosial, budaya,
dan religi ini, telah menjadi surut. Yang tampil kemudian adalah air yang
memiliki dominasi ikatan pasar. Perilaku memanen air yang penuh dengan
resiko telah menjadi pilihan.
Ironisnya, perilaku memanen air yang beresiko ini berbarengan dengan
eksplorasi alam yang biasanya menjaga ketersediaan dan aliran air yang
hingga membuahkan tanaman. Dampak kemudian adalah tingkat
pencemaran air yang sungguh di ambang batas, hilangnya siklus dan
ketersediaan air di muka bumi, hingga perubahan iklim yang sungguh
ekstrim yang berujung pada musim kering yang begitu panjang.
Kekeringan adalah isyarat ancaman akan runtuhnya ketahanan pangan
dan hingga puncaknya nanti adalah tergerusnya ketahanan harmoni
sosial. Ancaman akan ketahanan pangan dapat dilihat dengan maraknya
gagal panen, kelangkaan pakan lumbung, hingga runtuhnya semangat
menanam tanaman pangan.
Lebih memprihatinkan lagi, ancaman akan ketahanan sosial semakin
kentara dengan tren goyahnya harmoni diberbagai lapisan sosial, pola
interaksi yang beresiko, hingga re-fungsi dari elemen-elemen sosial yang
tidak terkendali.
Ketika kekeringan telah melanda, rumus mujarab dalam merespon
ancaman ketahanan pangan dan sosial akibat dari kekeringan adalah
migrasi ke daerah urban. Mereka pergi ke kota, karena sawah tak lagi
dapatkan rembesan air yang mampu basahi hausnya dahaga ekonomi
yang tak kunjung padam. Tak lagi ada pilihan, walaupun mereka harus
menyumbang tragedi sosial dengan melahirkan destabilisasi politik, sosial,
dan ekonomi, hingga berujung pada konflik sosial.
Jelas, perilaku yang demikian hanya akan menumbuhkan mental
ketergantungan disaat tidak tersedianya pangan. Ditambah semakin
50. 49
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
sulitnya dapatkan akses bahan pangan, dan semakin tidak berdaya dalam
mengatasi masalah hidup dikemudian.
Perlahan namun pasti, kondisi yang demikian tentu saja akan mengarah
pada lahirnya tatanan kemiskinan. Dan ironisnya, kemiskinan merupakan
formula mujarab yang dapat membangkitkan sikap radikal,
pemberontakan, bahkan revolusi.
Perilaku memanen kekeringan seperti di atas sungguh perlu dikritisi ulang.
Untuk itu perlu adanya rumusan tentang bagaimana memanen
kekeringan.
Perilaku memanen kekeringan dapat dilakukan sebagai berikut. Pertama,
semua pihak diharapkan memiliki kewajiban etika dan moral untuk turut
serta memerangi kekeringan. Etika dan moral dapat ditunjukkan dengan
menanggalkan pendekatan pembangunan berbasis eksplorasi ekologi
yang antroposentris, yaitu dengan menggunakan pendekatan yang holistik
dengan melibatkan etika dan moral ekosentris dan biosentris.
Antroposentrisme yang dipandang sebagai penyumbang biangkerok
kekeringan, perlu diubah dengan cara pandang yang biosentris dan
ekosentris. Bagi biosentrisme dan ekosentrisme, manusia tidak hanya
dipandang sebagai mahluk sosial saja. Manusia juga harus dipahami
sebagai mahluk biologis dan mahluk ekologis. Sudah saatnya menyambut
kekeringan dengan membumikan etika lingkungan, yaitu menekankan
bahwa manusia merupakan mahluk yang kehidupannya tergantung dari
dan terkait erat dengan semua kehidupan lain di alam.
Kedua, membumikan etika lingkungan masyarakat adat pemulia tanaman.
Langkah kedua ini dapat dilakukan dengan cara pandang akan diri dan
lingkungannya. Kearifan lokal tentang harmoni manusia dengan alam
menjadi kebutuhan yang vital. Termasuk didalamnya adalah membumikan
akan hak tanaman dan binatang.
Ketiga, membanguan daerah tangkapan air (catchment area) sebagai
ritual menyambut datangnya hujan. Langkah ketiga ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara, misalnya; membuat bak penampung air,
pembangunan embung dan cekdam, pembuatan cekungan alam,
membuat guludan pada tanah, mananam searah kontur (garis ketinggian)
pemanenan air antar baris tanaman, membuat lobang penampung air,
membuat teras bangku, membuat teras tunggal, membuat saluran sisi
lereng (hill-side-canal), hingga memanen air limpasan (banjir).
Dengan tiga perilaku memanen kekeringan di atas, mudah-mudahan
keberlimpahan air terwujud, hingga kemudian ketahanan pangan menjadi
ujung tombak dari kedaulatan sosial yang diidam-idamkan, tidak lain
51. 50
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
adalah membangun masyarakat yang penuh dengan kemakmuran dan
keberkahan.
Rembang, 08 September 2012
52. 51
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
Perubahan Makna Tanah yang Melampaui Batas
Masyarakat Rembang saat ini telah mengalami perubahan dalam
memaknai tanah. Jika dahulu tanah memiliki nilai tawar lebih rendah
dibanding manusia dan kerja. Namun sekarang tidak, tanah mampu
melakukan lompatan besar-besaran dalam nilai tawar.
Tanah Rembang, khususnya tanah pegunungan yang memuat kandungan
trass (dll) sebagai bahan baku semen (dll), saat ini menjadi idola investor.
Padahal sebelumnya, tanah gunung tidak banyak yang melirik. Gunung
hanya difungsikan untuk areal pertanian, lumbung pakan ternak,
ketahanan air serta oksigen sebagai sumber hidup, dan sedikit sebagai
wahana rekreasi.
Lompatan cara pandang tentang makna tanah yang cenderung kuat
dalam aras feodalistik ini, berlahan ber-aroma khas kapitalistik. Lompatan
cara pandang ini beriringan dengan lahirnya “Orang Kaya Baru” di
Rembang yang memiliki tanah gunung trass. Mereka yang terbukti
memiliki surat sppt tanah gunung, dilegalkan menjual kepada perusahaan
semen. Dalam sekejab, beberapa pemilik tanah gunung meraup rupiah
yang melampau batas.
Secara hak dan kewajiban, tampak terdapat ketidak-adilan dalam
masyarakat Rembang. Hal ini dapat dilihat pemilik tanah gunung yang
memiliki tagihan wajib pajak yang tertera pada sppt lebih rendah, malah
memiliki hak jual tanah lebih tinggi. Sedangkan tanah non-gunung yang
memiliki nilai sppt wajib pajak tinggi, tidak pernah mampu mengejar nilai
tawar tanah gunung.
Beda besaran wajib pajak ini, mungkin tanah gunung lebih difokuskan
fungsi dalam hal areal pertanian, lumbung pakan ternak, dan ketahanan
air serta oksigen sebagai sumber hidup. Bukan sebaliknya, tanah gunung
yang memiliki nilai komoditi tanpa batas. Tampaknya terdapat etika salah
dalam hal ini.
Fenomena perubahan makna tanah gunung di atas, tentu saja melanggar
keadilan akan kemakmuran sosial masyarakat Rembang. Bagaimana
tidak, sama-sama memiliki sepetak tanah (misal yang satu memiliki tanah
gunung dan yang satu memiliki tanah sawah bukan gunung), dengan
harga beli pada awalnya yang relatif sama, namun memiliki perbedaan
yang terlampau batas dalam peralihan hak kepemilikannya (jual).
Dalam perspektif keadilan kemakmuran sosial, fenomena di atas jelas-
jelas tidak adil sekaligus tidak rasional. Bagaimana tidak, mereka pemilik
sppt tanah gunung yang tidak melakukan kegiatan produksi di atas tanah
53. 52
Suhadi | Membangun Beranda Depan Indonesia
gunung, meraup uang terlampau batas. Sedangkan yang melakukan
kegiatan produksi di atas tanah (misal sawah), harus membayar biaya
produksi tinggi untuk melawan biaya bibit, obat kendali hama, hingga
permainan harga komoditi panen.
Tanah merupakan aset utama pembangunan. Selayaknya tanah tidak
dijadikan sebagai komoditi. Jika tanah dijadikan komoditi, tentu saja
tatanan sosial (desa) tidak akan mendiri. Desa (tanah) akan terkooptasi
dengan ukuran materi (kapitalis). Terlebih nilai tukar tanah gunung yang
mempengaruhi naiknya nilai tawar harga tanah non-gunung, yang terjadi
adalah merendahkan harkat dan martabat manusia beserta nilai suatu
kerja. Dan ketika masyarakat (lokal) tidak mampu bertransaksi dengan
tanah di sekitarnya, yang terjadi adalah menjadi kuli di negeri sendiri.
Bukankah hal demikian adalah rencana yang tidak mungkin kita
harapkankah? Namun kenapa terjadi?
Lantas bagaimana menyikapi perubahan makna tanah gunung yang
terlampau batas ini? Bagaimana perlakukan suatu tanah yang nilai
tukarnya terlanjur terlampau batas? Dan bagaimana memperlakukan
tanah yang nilai tukarnya belum atau sedang berproses melampau batas?
Kembalikan nilai-nilai kearifan sosial pada tanah menjadi penting, baik
secara etika sosial maupun etika lingkungan hidup. Menandaskan etika
sosial adalah memaknai tanah sebagai faktor produksi saja, bukan
sebagai objek perniagaan. Selanjutnya menandaskan etika lingkungan
hidup adalah memaknai tanah untuk sumber hidup dengan tersedianya air
dan oksigen.
Lantas bagaimana yang sudah terlanjur? Jika tanah gunung tersebut
sudah terlanjur di jual dengan harga terlampau batas, maka kelebihan
harga yang terlampau batas itu harus dikembalikan kepada hak komunal.
Secara teknis, hak komunal ini, pengelolaannya dapat diwakilkan oleh
lembaga sosial formal.
Apakah mereka yang telah mendapatkan uang terlampau batas itu dapat
menerima, jika uangnya harus diminta oleh pihak komunalitas? Jika
mereka tidak mau memberikan uang yang terlampau batas itu, maka
mereka harus berkewajiban membayar biaya sosial (pendidikan,
kesehatan, ekonomi, politik, seni, informasi, teknologi, dll) yang terlampau
batas pula. Termasuk terancamnya ketahanan air dan oksigen untuk
sumber kehidupan masyarakat Rembang selayaknya harus dibayar oleh
mereka.
Lantas bagaimana mereka yang belum terlanjur dan masih proses? Jika
pemilik sppt tanah gunung belum terlanjur dan masih proses dalam