Reaksi eliminasi unimolekuler (E1) melibatkan pembentukan karbokation sebagai tahap penentu laju. Reaksi E1 memiliki dua tahap, pelepasan gugus pergi dan kemudian pembentukan ikatan rangkap. Karakteristik reaksi E1 adalah laju yang meningkat dengan bertambahnya gugus R dan basa lemah seperti air. Produk utama adalah alkena yang lebih tersubstitusi.
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Mekanisme Reaksi E1.pptx
1. Mekanisme Reaksi
Eliminasi Unimolekuler (E1)
Kelompok 3:
Noera Wahdaniyah 21070795007
Ilham Pradana Putra Harahap 21070795014
Shela Insanul Hikmah 21070795029
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.
Prof. Dr. Tukiran, M.Si.
2. Pendahuluan
Jenis reaksi eliminasi yang dapat dialami alkil halida adalah
eliminasi E1.
"E" adalah singkatan dari eliminasi dan "1" adalah singkatan dari
unimolekuler.
Tahap penentu laju pada reaksi E1 adalah tahap pertama, yaitu
tahap pembentukan karbokation. Karena tahap ini hanya
melibatkan satu molekul substrat saja, maka mekanisme reaksinya
disebut eliminasi unimolecular (E1)
rate = k [alkyl halide]
3. MEKANISME Reaksi E1
Reaksi eliminasi unimolekuler adalah reaksi eliminasi dimana
karbokation memberikan sebuah proton kepada suatu basa dalam
suatu reaksi eliminasi sehingga akan menghasilkan suatu produk
alkena.
Memiliki dua langkah yaitu ikatan dengan gugus pergi putus terlebih
dahulu sebelum ikatan π terbentuk, seperti yang ditunjukkan pada
reaksi berikut
(CH3)CCl + H2O ⟶ CH2=C(CH3)2 + H3O+ + Cl−
4. MEKANISME Reaksi E1
Tahap pertama terjadi pelepasan gugus pergi Cl- melalui keadaan
transisi dengan energi yang tinggi, dimana ikatan C-Cl akan putus.
Tahap ini merupakan tahap penentu laju. Setelah Cl- dilepaskan
terbentuk karbokation t-butil sebagai suatu hasil antara.
5. MEKANISME Reaksi E1
Tahap ke dua adalah pelepasan H beta, diikuti pembentukan
ikatan rangkap. Keadaan transisi ke dua terjasi ketika ikatan C-H
akan putus dan mendekatnya pasangan electron ikatan C-H
tersebut ke C karbokation. Pembentukan ikatan rangkap pada
tahap ke du aini lebih mudah terjadi daripada pembentukan
6. Karakteristik Reaksi E1
Laju reaksi E1 meningkat ketika jumlah gugus R pada karbon dengan
gugus pergi meningkat.
Karena basa tidak muncul dalam persamaan laju, basa lemah menyukai
reaksi E1. Kekuatan basa biasanya menentukan apakah suatu reaksi
mengikuti mekanisme E1 atau E2.
Basa kuat seperti –OH dan –OR mendukung reaksi E2
Basa lemah seperti H2O dan ROH mendukung reaksi E1.
7. Karakteristik Reaksi E1
Reaksi E1 juga bersifat regioselektif E1. Alkena tersubstitusi juga terbentuk
lebih dominan, karena itu reaksi E1 juga mengikuti aturan Zaitsev. Alkena
yang lebih tersubstitusi, lebih stabil menjadi peroduk dominan.
8. Karakteristik Reaksi E1
Karakteristik Hasil
Kinetika Orde 1
Mekanisme 2 Tahap
Indetifikasi R Lebih banyak halida yang tersubstitusi maka
laju reaksi semakin meningkat
Laju: R3CX > R2CHX > RCH2X
Basa Basa lemah seperti H2O dan ROH
Pelarut Pelarut polar yang melarutkan intermediet
ionik lebih dibutuhkan
9. Perbandingan Mekanisne E1 dan E2
Kapan suatu reaksi mekanismenya terjadi E1 atau E2?
Diberi bahan awal dan basa tertentu, bagaimana kita
mengetahui apakah suatu reaksi terjadi oleh mekanisme E1 atau E2?
Karena laju reaksi E1 dan E2 meningkat dengan
bertambahnya jumlah gugus R pada karbon dengan gugus pergi
meningkat, kita tidak dapat menggunakan identitas alkil halida untuk
memutuskan mekanisme eliminasi mana yang terjadi. Hal ini membuat
penentuan mekanisme reaksi substitusi dan eliminasi yang sangat
berbeda.
• Kekuatan basa merupakan faktor terpenting dalam menentukan
mekanisme untuk eliminasi. Basa kuat mendukung mekanisme E2.
Basa lemah mendukung mekanisme E1 (Smith, 2011).
10. Perbandingan Mekanisne E1 dan E2
Tabel Perbandingan Mekanisme E1 dan E2
Mekanisme Keterangan
E2 • Jauh lebih umum dan berguna
• Disukai oleh basa yang kuat dan bermuatan negatif, khususnya
-OH dan –OR
• Reaksi terjadi dengan alkil halida 1°, 2°, dan 3°. Urutan
reaktivitas: R3CX > R2CHX > RCH2X
E1 • Kurang bermanfaat karena biasanya produk campuran SN1 dan
E1 terdapat hasil
• Disukai oleh basa yang lebih lemah dan netral, seperti H2O dan
ROH
• Mekanisme ini tidak terjadi pada 1° RX karena terbentuk dari
karbokation 1° yang sangat tidak stabil
11. Stereokimia Reaksi E1
Kita telah melihat bahwa reaksi eliminasi E1 berlangsung dalam dua
langkah. Kepergian gugus pergi pada langkah pertama, dan sebuah
proton hilang dari karbon yang berdekatan pada langkah kedua,
mengikuti aturan Zaitsev untuk membentuk alkena yang lebih stabil.
Karbokation yang terbentuk pada langkah pertama adalah planar,
sehingga elektron dari proton yang berangkat dapat bergerak untuk
menangkal karbon bermuatan positif dari kedua sisi. Oleh karena itu,
syn dan anti eliminasi dapat terjadi.
Karena syn dan anti eliminasi dapat terjadi dalam reaksi E1, baik
reaksi E maupun Z terbentuk produk, terlepas dari apakah β-karbon dari
mana proton dipindahkan terikat pada satu atau dua hidrogen. Produk
utama adalah yang gugus paling besar di sisi berlawanan dari ikatan
rangkap, karena itu terbentuk alkena yang lebih stabil (Bruice, 2004).
12. Stereokimia Reaksi E1
Produk utama dari reaksi E1 adalah alkena dengan substituen yang
paling besar pada sisi yang berlawanan dari ikatan rangkap.
13. Stereokimia Reaksi E1
Sebaliknya, kita baru saja melihat bahwa reaksi E2
membentuk produk E dan Z hanya jika β-karbon dari
mana proton dilepaskan terikat pada dua hidrogen. Jika
terikat hanya pada satu hidrogen, hanya satu produk
yang diperoleh karena anti eliminasi lebih disukai terjadi.
14. Eliminasi E1 Senyawa Siklik
Ketika sikloheksana tersubstitusi
mengalami reaksi E1, kedua gugus yang
dieliminasi tidak harus keduanya berada pada
posisi aksial, karena reaksi eliminasi tidak
dilakukan bersama-sama. Dalam reaksi
berikut, karbokation terbentuk pada langkah
pertama. Kemudian kehilangan proton dari
karbon yang berdekatan yang terikat pada
hidrogen paling sedikit dengan kata lain,
dalam hal ini aturan Zaitsev berlaku
16. Eliminasi E1 Senyawa Siklik
Mekanisme Produk
SN1 Kedua stereosiomer (R dan S) terbentuk
E1 Kedua stereoisomer E dan Z terbentuk
Tabel berikut adalah hasil stereokimia dari reaksi substitusi dan
eliminasi dari SN1 dan E1
17. Kondisi SN1/E1
Apa yang terjadi ketika kondisi mendukung reaksi SN1/E1 (nukleofil buruk/basa lemah).
Dalam reaksi SN1/E1, alkil halida berdisosiasi membentuk karbokation, yang kemudian
dapat bergabung dengan nukleofil untuk membentuk produk substitusi atau kehilangan
proton untuk membentuk produk eliminasi.
18. Kondisi SN1/E1
Alkil halida memiliki orde reaktivitas yang sama dalam reaksi
SN1 seperti pada reaksi E1 karena kedua reaksi memiliki langkah
penentuan laju yang sama—disosiasi alkil halida (Tabel berikut). Ini
berarti bahwa semua alkil halida yang bereaksi pada kondisi SN1/E1
akan menghasilkan produk substitusi dan eliminasi. Alkil halida primer
tidak mengalami reaksi SN1/E1 karena karbokation primer terlalu
tidak stabil untuk dibentuk.
19. Kondisi SN1/E1
Kelas Alkil Halida SN1/E1
Alkil halida primer Tidak dapat menjalani reaksi SN1/E1
Alkil halida sekunder Terjadi substitusi dan eliminasi
Alkil halida tersier Terjadi substitusi dan eliminasi
Tabel dibawah ini merangkum produk yang diperoleh ketika alkil halida bereaksi dengan
nukleofil/basa dalam kondisi SN1/E1.
20. Daftar Pustaka
Bruice, P. Y. (2004). Organic Chemistry. Fourth Edition. California: Prentice Hall
Smith, J. G. (2011). Organic Chemistry. Third Edition. New York: McGraw-Hill
Solomons, T. W. G., Fryhle, C. B., and Snyder, S. A. (2016). Organic Chemistry.
Twelfth Edition. New Jersey: Wiley